Anda di halaman 1dari 35

KOMANDO DAERAH MILITER XII/TANJUNGPURA

TOPOGRAFI

DUKUNGAN TEKNIS TOPOGRAFI


DALAM MONITORING DAERAH PERBATASAN DARAT DI KALIMANTAN
DENGAN MENGGUNAKAN PTTA

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.

a. TNI merupakan bagian elemen bangsa yang mempuyai tugas untuk


mempertahankan keutuhan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Dalam mempertahankan NKRI, TNI memerlukan banyak
sekali komponen-komponen pendukung, salah satunya adalah peralatan dan
perlengkapan guna menjalankan tugas. Alat perlengkapan yang dibutuhkan
tidak hanya terbatas pada hal-hal yang pokok saja yang cenderung usang
melainkan suatu peralatan dan perlengkapan yang cenderung modern dan
merupakan suatu terobosan guna mengatasi masalah-masalah yang sulit
dipecahkan.

b. Era globalisasi yang tanpa batas pada saat ini justru menimbulkan
masalah-masalah yang sulit dipecahkan. Semakin maju negara semakin
pintar juga masyarakatnya. Sebagai negara yang berdaulat sering kali
menghadapi masalah yang merendahkan martabat bangsa seperti halnya
masalah perbatasan antar negara yang sering kali ada upaya saling
mengeklaim dan saling serobot. Berita-berita yang beredar dimedia masa
semakin membuat warga masing-masing negara semakin emosi dan
terprofokasi. Hal ini akan membahayakan stabilitas nasional apabila dibiarkan
berlarut-larut tanpa ada solusi antar kedua belah pihak.

c. Data-data pelanggaran batas negara secara real time masih sangat


susah untuk dikumpulkan mengingat wilayah perbatasan biasanya berada
didaerah yang sulit dijangkau seperti di igir dan sungai yang berada ditengah-
tengah hutan. Data yang berkaitan dengan kepentingan negara dan tidak
diketahui semua orang dapat dikatakan sebagai data intelijen sedangkan
data-data tersebut terkait dengan ruang yang ada dipermukaan bumi maka
dapat disebut data geospatial intelijen. Salah satunya data-data tentang
perbatasan dan segala aktivitasnya diperbatasan negara merupakan data-
data geospatial inteligen. Untuk mendapatkan data geospatial inteligen
perbatasan negara dapat melalui berbagai sumber antara lain citra satelit,
foto udara, radar, orang yang ditugaskan sebagai mata-mata, maupun media
perekam lainnya.

d. Kodam XII/Tpr memiliki wilayah teritorial provinsi Kalbar dan provinsi


Kalteng yang secara geografis sangat strategis karena kedua wilayah
tersebut memiliki sumber daya alam yang melimpah serta memiliki wilayah
perbatasan darat langsung dengan Malaysia (Serawak) dengan panjang
daerah perbatasan darat sekitar 966 Km. Wilayah perbatasan darat RI-
Malaysia di Kalimantan Barat tersebut memiliki beberapa permasalahan yang
dapat menggangu hubungan kedua negara. Selain itu potensi sumber daya
alam yang sangat kaya dan luar biasa hasilnya merupakan daya tarik bagi
negara atau kelompok yang ingin menguasainya. Kerawanan penetrasi asing
terhadap yuridiksi wilayah Indonesia mengandung resiko ancaman yang
bersifat transnasional, seperti isu mengenai tapal batas (border), keamanan
nasional (national security) atau keamanan manusia (human security).

e. Mengingat wilayah perbatasan darat RI-Malaysia merupakan beranda


depan Negara Kesatuan Republik Indonesia di Kalimantan Barat, maka setiap
perkembangan situasi yang terjadi di wilayah tersebut berpengaruh terhadap
stabilitas daerah Kalimantan Barat khususnya dan stabilitas nasional pada
umumnya. Untuk itu diperlukan suatu sistim pertahanan negara yang kuat
dan tangguh agar dapat mempertahankan kedaulatan negara, menjaga
keutuhan wilayah negara dan melindungi segenap bangsa Indonesia
terhadap ancaman baik yang berasal dari luar negeri maupun dari dalam
negeri.
f. Sebagai negara yang memiliki luas wilayah yang besar, Indonesia
perlu membangun kekuatan pertahanan yang memadai guna menjaga
kedaulatan NKRI. Peningkatan kekuatan pertahanan sudah menjadi
keharusan karena ini menunjukkan kekuatan pertahanan sebuah negara.
Negara yang memiliki Militer lemah dan tidak memiliki sekutu yang kuat akan
mudah diintimidasi oleh negara lain. Kulitas dan kuantitas alutsista yang
dimiliki Indonesia akan sangat mempengaruhi kedudukan Indonesia dalam
kancah politik Internasioal. Sebuah negara dengan kekuatan Militer besar
akan lebih didengarkan pendapat dan tindakannya ketimbang negara yang
Militernya lemah.

g. Pesawat tanpa awak merupakan salah satu wahana yang dapat


digunakan sebagai pengumpul data geospatial intelijen. Pesawat tanpa awak
dengan penggunaan yang tepat dapat membantu memantau wilayah
perbatasan negara yang relatif panjang dan sulit dijangkau. Pesawat tanpa
awak dapat digunakan sebagai salah satu sumber data pada posisi ditengah-
tengah antara sesudah citra satelit atau foto udara dan sebelum menerjunkan
mata-mata kemedan batas negara yang bermasalah. Pesawat Nir-
Awak atau Pesawat Terbang Tanpa Awak atau disingkat PTTA, atau dalam bahas
Inggris disebut UAV (Unmanned Aerial Vehicle) atau sering disebut juga sebagai
Drone, adalah sebuah mesin terbang yang berfungsi dengan kendali jarak jauh oleh
pilot atau mampu mengendalikan dirinya sendiri. Penggunaan terbesar dari pesawat
tanpa awak ini adalah di bidang militer. Secara teknis, Drone berbeda
dengan Rudal walaupun mempunyai kesamaan, tapi tetap dianggap berbeda dengan
pesawat tanpa awak, karena Rudal tidak bisa digunakan kembali dan rudal adalah
senjata itu sendiri. Sedangkan Drone menggunakan hukum aerodinamika untuk
mengangkat dirinya, bisa digunakan kembali dan mampu membawa muatan baik
senjata maupun muatan lainnya. Drone bukan hal asing bagi ilmuwan Indonesia.
Lembaga riset di Indonesia seperti Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) serta
beberapa Universitas riset sudah membuat prototipenya, sudah laik terbang dan
sudah pula digunakan. Pesawat-pesawat ini berfungsi antara lain sebagai pesawat
pengintai, pemotretan udara pada area yang sangat luas, pengukuran karakteristik
atmosfer, dan pemantauan kebocoran listrik pada kabel listrik tegangan
tinggi.Pesawat-pesawat ini juga cocok digunakan untuk daerah perbatasan.
2. Maksud dan Tujuan.
a. Maksud. Tulisan ini disusun dengan maksud untuk memberikan
gagasan dan gambaran tentang pemanfaatan pesawat tanpa awak untuk
dukungan teknis topografi dalam monitoring daerah perbatasan darat di
kalimantan dengan menggunakan PTTA sebagai pengumpul data geospatial
intelijen di wilayah perbatasan negara..

b. Tujuan. Untuk memberikan sumbangan pemikiran dan bahan


masukan kepada Pimpinan TNI dalam menentukan kebijakan dan
mengaktualisasikan kiprahnya tentang dukungan teknis topografi dalam
monitoring daerah perbatasan darat di kalimantan dengan menggunakan
PTTA serta menjaga kedaulatan bangsa dan negara melalui pengawasan dan
penjagaan wilayah perbatasan negara.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Pembahasan tulisan ini dibatasi pada
kemampuan dan perlengkapan yang khusus untuk dapat melaksanakan berbagai
penugasan diwilayahnya sehingga mampu menghadapi ancaman militer dan non
militer baik dari dalam maupun luar negeri dengan tata urut sebagai berikut :
a. Pendahuluan.
b. Ketentuan Umum
c. Kegiatan Yang Dilaksanakan
d. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan
e. Pengawasan Dan Pengendalian
f. Penutup.

4. Dasar dan Referensi.


a. Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 tentang pertahanan negara.
b. Undang-Undang No. 34 Tahun 2004 tentang TNI.
c. Peraturan Panglima TNI Nomor Perpang/9/II/2011 tanggal 23 Februari
2011 tentang Rencana Yudha TNI Tahun 2011.
d. Peraturan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor Perkasad /86/XI/200
tanggal 30 November 2009 tentang Buku Petunjuk Pelaksanaan Pedoman
Penanganan Konflik Bersenjata.
e. Peraturan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor Perkasad /88/XI/200
tanggal 30 November 2009 tentang Buku Petunjuk Pelaksanaan Pedoman
TNI AD Dalam Penanganan Terorisme.
f. Peraturan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor Perkasad /92/XI/200
tanggal 30 November 2009 tentang Buku Petunjuk Pelaksanaan Pedoman
Perberdayaan Wilayah Pertahanan Aspek Darat.
g. Peraturan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor Perkasad /96/XI/200
tanggal 30 November 2009 tentang Buku Petunjuk Pelaksanaan Pedoman
Penanggulangan Bencana Alam di Darat,
h. Surat Keputusan Kasad Nomor Skep/486/XII/2006 tanggal 20
Desember 2006 Doktrin Musuh Buku I dan Buku II.
i. Surat perintah Dirtopad Nomor Sprin/428/VI/2014, tanggal 5 Juni 2014
tentang perintah untuk menyusun Petunjuk Pelaksanaan Pemora
menggunakan Pesawat UAV.

5. Pengertian.
a. Pertahanan Negara adalah segala usaha untuk mempertahankan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap
keutuhan bangsa dan negara.

b. Sistem Pertahanan Negara adalah sistem pertahanan yang bersifat


semesta yang melibatkan seluruh warga negara, wilayah dan sumberdaya
nasional lainnya serta dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan
diselenggarakan secara total, terarah dan terpadu dan berlanjut untuk
menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan
segenap bangsa dari segala ancaman.

c. Komponen Utama adalah komponen pertahanan dalam sistem


Pertahanan Negara yaitu Tentara Nasional Indonesia yang terdiri dari TNI
Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut dan TN I Angkatan Udara.

d. Komponen Cadangan adalah komponen dalam sistem Pertahanan


Negara terdiri atas warga negara, sumber daya alam, sumber daya buatan,
serta sarana dan prasarana nasional yang telah disiapkan untuk dikerahkan
melalui mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat komponen utama.

e. Komponen Pendukung adalah komponen dalam sistem Pertahanan


Negara terdiri atas warga negara, sumber daya alam, sumber daya buatan
serta sarana dan prasarana nasional yang secara langsung atau tidak
langsung dapat meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen utama
dan komponen cadangan.

f. DEM, Digital Elevation Model adalah salah satu informasi dijital yang di
dalamnya terdiri atas data ketinggian/elevasi dan posisi/koordinat yang dapat
memberikan gambaran secara visual bentuk permukaan bumi dalam format
raster.

g. GPS (Global Positioning System) adalah Sistem penentuan posisi di


muka bumi dengan berbasis satelit.

h. Mozaik Foto Udara, adalah gabungan beberapa foto udara yang


disusun secara teratur, berurutan berdasarkan titik ikat dan nomor urut/seri
perekaman fotonya.

i. Pemotretan Udara, adalah proses perekaman objek (sebagian


permukaan bumi) menggunakan kamera yang ditempatkan/dipasang pada
wahana udara, pesawat udara.

j. Peta Foto yaitu peta yang dihasilkan dari mozaik foto udara yang
dilengkapi dengan garis kontur, nama, dan legenda.

k. Pesawat Fixed Wing. Pesawat Fixed Wing merupakan Pesawat sayap


tetap yang mampu terbang karena kecepatan udara dari depan pesawat dan
bentuk pesawat sehingga mampu mendapatkan daya angkat ke atas;

l. Pesawat Multirotor. Pesawat Multirotor merupakan semacam


pesawat Pesawat Helipkopter dengan lebih dari dua rotor sebagai daya
angkat vertikal yang lebih sederhana mekaniknya dari pada single rotor
(helicopter) yang lebih kompleks;

m. Pesawat Tanpa Awak (Unmanned Aerial Vehicle) UAV merupakan


sistem tanpa awak yang berbasis elektronik mekanik dan dioperasionalkan
menggunakan sistem kontrol/kendali jarak jauh, yang bisa dimanfaatkan
untuk misi-misi tertentu secara terprogram seperti pengintaian/monitoring,
pemotretan udara dan misi lainnya, dengan karakteristik :
- Tanpa awak pesawat;
- beroperasi pada mode mandiri; dan
- dipergunakan secara berulang-ulang.

n. Wahana.Wahana merupakan sebuah sarana, media atau alat untuk


membantu pengambilan gambar (foto) dalam pelaksanaan pemotretan udara.

BAB II
KETENTUAN UMUM

6. Umum. Kondisi umum perbatasan darat RI – Malaysia meliputi kondisi


secara umum bidang geografi, demografi dan Kondisi sosial serta karateristik
lainnya yang berlaku di wilayah perbatasan RI – Malaysia.Panjang perbatasan darat
antar Kalbar dengan Sarawak adalah + 966 km, Panjang Wilayah Perbatasan ± 966
Km, melintasi 143 Desa, 14 Kecamatan, perbatasan darat ini melintasi di 5
Kabupaten yaitu; Kab.Sambas, Kab. Bengkayang, Kab. Sanggau, Kab. Sintang dan
Kab. Kapuas Hulu dengan luas ± 20.352 Km². Ada sekitar 52 jalan setapak
menghubungkan 55 desa di Kalbar dengan 32 kampung di Sarawak Perbatasan
Kalbar sebagain besar terdiri dari daratan rendah dengan ketinggian kurang dari 200
meter diatas permukaan laut (dpl). Dataran tinggi hanya terdapat di sekitar wilayah
gunung Niut di Bengkayang dan Gunung Lawit di Kapuas Hulu. Perbatasan darat RI-
Malaysia di wilayah Kalbar meliputi wilayah sebagai berikut:

1) Kabupaten Sambas.
2) Kabupaten Bengkayang.
3) Kabupaten Sanggau.
4) Kabupaten Sintang.
5) Kabupaten Kapuas Hulu.

7. Tujuan. Posisi geografi Kalimantan diapit oleh dua ALKI yaitu ALKI I dan
ALKI II sedangkan wilayah Kodam XII/Tpr mempunyai batas darat langsung dengan
Malaysia timur yang terbentang memanjang dari Kec. Paloh Kab. Sambas di bagian
barat sampai dengan Kec. Benua Martinus, Kab. Kapuas Hulu. di bagian timur
dengan panjang garis batas lebih kurang 966 KM. Pembangunan bidang geografi
belum tertata dengan baik, sarana infrastruktur pendukung yang sangat kurang bagi
mobilitas penduduk, distribusi barang dan jasa. Selain itu belum tertatanya kawasan
perbatasan dan belum adanya sabuk pengaman (Seluas 5 km yang tidak boleh di
kelola oleh kedua belah pihak, merupakan daerah netral) secara permanen
memungkinkan terjadinya pelanggaran batas Negara. Propinsi Kalbar terletak
dibagian barat pulau Kalimantan atau diantara garis 2° 08’ LU dan 3° 05‘ LS serta
diantara 108° 0’ BT dan 114° 10’ BT. Daerah Kalimantan Barat dilalui oleh garis
khatulistiwa (garis Lintang 0°) tepatnya di atas kota Pontianak, maka Kalbar adalah
salah satu daerah tropis dengan suhu udara dan kelembapan yang tinggi. Secara
umum daratan Kalbar merupakan dataran rendah dan mempunyai ratusan sungai
yang aman bila dilalui alat transportasi air, sedikit berbukit yang menghampar dari
barat ke timur sepanjang sungai Kapuas serta sebagian daerah daratan berupa
rawa-rawa dan tanah gambut dan hutan Mangrove di sepanjang pantai. Wilayah
daratan Kalimantan Barat diapit dua jajaran pegunungan yaitu pegunungan
Kalingkung/Kapuas Hulu di bagian Utara dan pegunungan Schwaner di Timur dan
Selatan sepanjang perbatasan dengan poropinsi Kalteng. Komposisi geografi
wilayah Kalbar meliputi daratan 110.000 km 2, laut 6.807 km2 dan rawa 30.000 km2.

8. Sasaran. Wilayah Kalbar-Serawak terdapat 5 (lima). permasalahan garis-


garis Negara yang belum terselesaikan diantaranya terdapat 5 (lima) titik, Tanjung
Datu (Kec. paloh, Kab. Sambas), sungai Buan/G. Jagoi (Kec Poloh, Kab Sambas,
Empanan (Kec Empanan Kab. Sanggau), G. Raya (Kec Selues, Kab Bengkayang)
dan titik 400, karena masih terdapat perbedaan penentuan garis batas dari kedua
negara. Jumlah patok yang ada di perbatasan Kalimantan Barat Indonesia dengan
Serawak Malaysia ada 8.106 buah yang terdiri dari patok Tipe A 3 buah, patok Tipe
B 32 buah, patok Tipe C 341 buah dan patok Tipe D 7730 buah. Dengan adanya
perubahan aturan dan otonomi daerah, maka terjadilah pemanfaatan dan
pembangunan daerah kabupaten yang tidak sinkron dengan pembangunan Propinsi,
seakan-akan pembangunan tanpa arah yang jelas dan terjadinya eksplorasi hutan
akibat aturan yang tumpang tindih dan tidak sinkron dengan konsep pembangunan
dalam rangka pertahanan wilayah karena sulitnya pengawasan dan pengamanan
terhadap patok batas yang ada di hutan serta ukuran patok yang relatif kecil..

9. Sifat.
a. sesuai dengan Sistem Perencanaan Pembangunan TNI AD,
perencanaan pembangunan Topografi Angkatan Darat yang dilaksanakan
hingga saat ini berpedoman pada dokumen perencanaan jangka panjang,
jangka menengah dan jangka tahunan.Dalam jangka panjang, Topografi
Angkatan Darat menyesuaikan dengan dokumen Postur TNI AD Tahun 2005-
2024 yang menggambarkan konsep ideal Postur TNI AD. Dalam jangka
menengah, sasaran-sasaran pembangunan dalam dokumen Postur tersebut
dijabarkan menjadi sasaran pembangunan lima tahunan yang diwujudkan
menjadi dokumen Rencana Strategis Angkatan Darat.Selanjutnya dokumen
Rencana Strategis tersebut menjadi acuan perencanaan pembangunan
tahunan hingga berupa Petunjuk Pelaksanaan Program dan Anggaran
(PPPA) TNI AD setiap tahunnya.Adanya kebijakan lain yang diambil
berdasarkan pertimbangan dinamika kebutuhan organisasi yang dinamis
berimplikasi pada penyesuaian untuk mengadopsi perkembangan teknologi
alutsista serta kebutuhan kekuatan dan kemampuan profesionalisme
Topografi Angkatan Darat agar sejalan dengan kondisi terkini maupun untuk
menghadapi tantangan ke depan. Kondisi demikian memerlukan keselarasan
antara perencanaan jangka panjang, jangka menengah dan jangka tahunan
sehingga hasil pembangunan ke depan dapat terukur;

b. dalam perjalanannya, pembangunan kekuatan dan kemampuan


Topografi Kodam XII/Tpryang dilakukan secara bertahap belum sepenuhnya
dapat menggambarkan suatu kesinambungan yang utuh antara prioritas
sasaran pembangunan sebelumnya dengan proyeksi sasaran pembangunan
ke depan dihadapkan dengan keterbatasan sumber daya. Hasil Evaluasi
Kemantapan dan Kesiapsiagaan Operasional (EKKO) Topografi Kodam
XII/TprTahun 2014 menunjukkan kondisi kemantapan yang masih rendah
khususnya pada aspek materiil/Alutsista dan pangkalan, sehingga tingkat
kesiapan operasionalnya menjadi terbatas. Strategi, kebijakan dan
penentuan sasaran program pembangunan belum terkemas dalam satu
keselarasan untuk mewujudkan Postur Topografi Kodam XII/Tpryang dicita-
citakan. Hal ini mencerminkan bahwa proses perencanaan pada tataran
strategis maupun penjabarannya dalam bentuk program tahunan belum dapat
dilakukan secara efektif; dan

c. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang Topografi


mengharuskan Topografi Kodam terus melakukan koordinasi dengan
Dittopad sebagai LKT fungsi teknis topografi dan komunitas surta lainnya
terkait dengan penelitian dan pengembangan ketopografian agar tidak
tertinggal dengan kemampuan instansi-instansi dan komunitas survei dan
pemetaan di luar Topografi Kodam.

10. Peranan.
a. Topografi Angkatan Darat sebagai Satuan Bantuan Administrasi
dengan tugas menyediakan dan menyajikan Informasi Topografi dalam
rangka mendukung tugas Angkatan Darat baik dalam Operasi Militer Perang
(OMP) maupun Operasi Militer Selain Perang (OMSP), mempunyai peran
sebagai berikut :
1) sebagai sumber dan penyedia informasi Topografi yang
diperlukan dalam Operasi Militer Perang (OMP), Operasi Militer Selain
Perang (OMSP), pendidikan, dan latihan; dan

2) memberikan bantuan teknis pada kegiatan OMP, OMSP,


pendidikan, dan latihan.

b. Topografi sebagai fungsi teknis militer umum TNI AD adalah salah satu
fungsi teknis militer yang menyelenggarakan segala usaha, pekerjaan dan
kegiatan dengan pembuatan, reproduksi dan pembekalan produk informasi
topografi untuk keperluan TNI dan nasional. Sebagai korps di lingkungan TNI
AD disebut Ctp adalah sebuatan bagi prajurit TNI AD yang mengabdikan
dirinya di kecabangan topografi.

c. Topografi Kodam sebagai Badan pelaksana Kodam saat ini memakai


Orgas Topografi Kodam hasil validasi tahun 2014 dan telah diujicobakan.
Melanjutkan penataan organisasi yang dilakukan melalui reorganisasi dan
validasi satuan serta pembentukan satuan baru dalam rangka mempertinggi
efektifitas pembinaan dan operasional satuan.Penataan organisasi harus
sesuai kebijakan Right Sizing dan Zero Growth of Personnel melalui
pengorganisasian yang memperhitungkan beban tugas personel pada setiap
eselon organisasi guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan
tugas. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang Topografi
mengharuskan Topografi Angkatan Darat terus melakukan penelitian dan
pengembangan agar tidak tertinggal dengan kemampuan instansi-instansi
dan komunitas survei dan pemetaan di luar Topografi Angkatan Darat.

11. Organisasi. Berbagai pelanggaran diperbatasan negara dikarenakan


lemahnya pengaman dan terbatasnya jumlah personil yang menjaga perbatsan.
Untuk meningkatkat pengamanan perbatasan dan efiensi baik anggaran, waktu, dan
tenaga maka pemanfaatan pesawat tanpa awak dapat menjadi solusi dari masalah
tersebut. Para pelanggar perbatasan baik dari negara maupun non negara
melakukan aktivitasnya jauh dari pantauan para aparat. Mereka dengan leluasa
melakukan itu karena mereka tahu bahwasanya Indonesia belum mempunyai
wahana yang dapat memantau gerak-gerik mereka dalam hal pengumpulan data-
data geospatial inteligen di perbatasan negara. Pesawat tanpa awak adalah pesawat
terbang yang dipiloti dari jarak jauh menggunakan remote kontrol/sensor, apabila
pengendalian menggunakan remote kontrol, daya jelajah pesawat masih sangat
terbatas dengan jangkauan mata telanjang. Sedangkan bila menggunakan sistem
sensor yang canggih seperti program autopilot, pesawat dapat digunakan lebih jauh
lagi karena pengendaliannya dapat melalui monitor.

Dalam kegiatan pemotretan udara menggunakan pesawat UAV Multirotor


dalam rangka membuat peta secara fotogrametri dilaksanakan melalui tahapan
kegiatan pengukuran ground control, penyiapan perangkat, membuat jalur terbang
dan pemotretan udara. Dalam pelaksanaannya perlu diorganisasikan agar semua
tahapan kegiatan dapat dilaksanakan secara benar.
Pengorganisasian kegiatan pemotretan udara menggunakan pesawat UAV
Multirotor guna pembuatan peta foto, mozaik foto udara maupun DEM, adalah
sebagai berikut :

a. Komandan Tim .
b. Komandan Kelompok Pengukuran Ground Control.
c. Komandan Kelompok Pemotretan Udara.

12. Tugas dan Tanggung Jawab.


a. Komandan Tim. Dijabat oleh seorang Perwira Pertama Ctp dengan
tugas dan tangung jawab sebagai berikut :
1) Merencakan pelaksanaan kegiatan Pemora dengan
menggunakan UAV Multirotor.
2) Merencanakan lokasi penyebaran GCP dalam area yang akan
dilakukan pemotretan udara.
3) Memimpin dan melaksanakan kegiatan Pemotretan Udara dan
pengukuran GCP.
4) Dantim dalam melaksanakan tugas dibantu oleh Danpok
Pemora dan Danpok GCP.
5) Dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada
kepada KasisurdatatopTopdam.

b. Danpok Pemora. Danpok Pemora dijabat oleh seorang Bintara


dengan tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :
1) Memimpin dan melaksanakan kegiatan Pemora menggunakan
UAV;
2) Mengoperasikan pesawat UAV Multirotor pada pelaksanaan
kegiatan Pemotretan Udara secara keseluruhan;
3) Dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh satu orang Bintara
sebagai navigator dan satu orang Tamtama sebagai pembantu;
a) Tugas Bintara Navigator adalah :
(1) Memasukkan data jalur terbang ke pesawat UAV;
(2) Mengendalikan pergerakan pesawat UAV agar
sesuai dengan rencana jalur terbang yang telah dibuat.

b) Tugas Tamtama Pembantu.


(1) Membantu mempersiapkan pesawat dan
kelengkapannya;
(2) Membantu dalam penerbangan dan pendaratan
pesawat

4) Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada


Dantim.

c. Danpok Pengukuran Ground Control. Danpok pengukuran ground


control dijabat oleh seorang Bintara dengan tugas dan tanggung jawab :
1) Memimpin dan melaksanakan kegiatan pengukuran Ground
Control dengan terlebih dahulu membuat dan memasang
premark/panel;
2) Dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh dua orang Tamtama
yang bertugas : menyiapkan GPS dan kelengkapannya, melakukan
pembersihan lokasi pengukuran, membuat dan memasang premark.
3) Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada
Komandan Tim.

13. Syarat Personel.


a. kebijakkan pembinaan kemampuan dukungan Topografi Angkatan
Darat. Kebijakan pembinaan kemampuan pada hakekatnya diarahkan
untuk mewujudkan profesionalitas keprajuritan baik secara perorangan
maupun satuan yang meliputi peningkatan kemampuan dukungan intelijen,
tempur, dan Binter sebagai berikut :
1) kemampuan dukungan intelijen, dilaksanakan melalui
penataran, pendidikan, latihan dan penugasan baik di dalam maupun
diluar negeri yang diarahkan untuk peningkatan kemampuan dalam
aspek pengumpulan, pengolahan dan desiminasi data spasial dan non
spasial dalam kerangka pembangunan/pengembangan Geospasial
Intelijen;

2) kemampuandukungan tempur, dilaksanakan melalui pemberian


data dan informasi Topografi (medan dan cuaca) kepada satuan
tempur yang diarahkan untuk peningkatan/pemberdayaan satuan
Topografi yang melekat pada satuan tempur. Diharapkan dengan pola
pendekatan ini pembinaan dan penggunaan satuan Topografi lebih
efektif dan berkesinambungan;

3) kemampuan dukungan binter, dilaksanakan melalui


pengembangan Sistem Informasi Geografi (SIG), peta dan produk
topografi lainnya yang berisikan data dan informasi kewilayahan
(Ipoleksosbud Hankam) sampai dengan tingkat Desa/Babinsa.
Pengumpulan data ini dilakukan oleh para Babinsa Koramil sebagai
input peta spasial dan database SIG yang dibuat oleh satuan Topografi
sepanjang waktu (masa damai maupun masa perang). Mengingat
besar dan kompleksnya kegiatan ini, maka diperlukan pemberdayaan
satuan Topografi hingga tingkat Korem, berupa pembentukan Balak
Aju Toprem atau satuan topografi yang melekat sebagai staf khusus
Danrem; dan

4) pembinaan kemampuan dukungan.


a) pembinaan Survei Data Topografi.
(1) Pengumpulan data geospasial, yang diwujudkan
dalam bentuk kemampuan melaksanakan kegiatan
penginderaan jauh/pemotretan udara menggunakan
UAV, multirotor dan wahana terbang lainnya seperti
Flaping Wings. Pada saat ini selama kepemilikan atau
operasionalisasi teknologi satelit oleh TNI AD masih
terbatas, untuk pemenuhan kebutuhan citra satelit dapat
diatasi dengan menjalin kerjasama dengan LAPAN,
BPPT dan lembaga lainnya. Selain itu, Topografi
mengembangkan kemampuan monitoring pergerakan
pasukan menggunakan teknologi GPS tracking berbasis
Radio frekwensi, Wi-fi maupun jaringan GSM yang dapat
melacak keberadaan benda bergerak dari tempat yang
jauh tanpa saling melihat sebagai bagian dari
pembangunan Battlefield Management Systems (BMS)
TNI AD;
(2) penggunaan alat-alat survey pemetaan modern
yang memiliki keakuratan dan interoperability tinggi, lebih
portable dan multi fungsi;
(3) migrasi teknologi survey pemetaan konvensional
ke teknologi dijital terus dilanjutkan, terutama dalam
proses survey pengumpulan data; dan
(4) menyiapkan personel-personel yang kompeten
melalui pendidikan, penataran, pelatihan dan penugasan.

b) pembinaan pengolahan data Topografi.


(1) penggunaan teknologi survey pemetaan dijital
terus dilanjutkan, terutama karena pertimbangan
interoperability dan fleksibilitasnya yang tinggi;
(2) memanfaatkan perkembangan teknologi
komunikasi dan informasi khususnya dalam sistem
penentuan posisi global (Global Positioning
System/GPS), penginderaan jauh (Remote Sensing/RS)
dan sistem informasi geografi (Geographic Information
System/GIS);
(3) penyajian dan desiminasi data geospasial intelijen,
yang diwujudkan dalam bentuk kemampuan memberikan
hasil analisis secara spasial terkait dengan aspek
interpretasi sebaran dan pola suatu fenomena/gejala
yang diindera, secara aman, cepat, tepat dan
akurat/benar. Mengantisipasi perkembangan telknologi
informasi ke depan, maka kemampuan penyajian dan
desiminasi data geospasial intelijen ini bertumpu pada
teknologi digital (jaringan komputer yang aman); dan
(4) menyiapkan personel-personel yang kompeten di
bidang pengolahan/analisis data secara spasial terkait
dengan aspek interpretasi lokasi (site), keterkaitan
(association), sebaran (distribution) dan pola (pattern)
suatu fenomena/gejala yang diindera. Penguasaan
teknologi Sistem Informasi Geografi (SIG) dan
interpretasi citra/foto menjadi prasyarat mutlak.

c) pembinaan produk dan materiil Topografi.


(1) dalam rangka meningkatkan interoperability
pemanfaatan produk dan informasi topografi, diperlukan
perubahan bentuk penyajian Koordinat 8 (delapan) angka
atau 6 (enam) angka menjadi koordinat geografi yang
lebih universal. Sehingga dapat dimengerti oleh semua
pihak termasuk Angkatan Udara dan Angkatan Laut serta
unsur pendukung latihan lainnya;
(2) peningkatan kualitas informasi Topografi tidak
hanya berupa peta-peta Topografi, tapi berupa informasi
topografi yang mendekati real time dan memiliki tingkat
keakurasian lebih teliti seperti citra satelit atau foto udara;
(3) gambaran permukaan bumi dalam bentuk digital
yang dapat ditayangkan melalui layar komputer atau
disebut peta elektronik atau peta digital sehingga mudah
untuk dilihat dalam berbagai kedar dan mudah dirubah
atau direvisi kembali sesuai perkembangan/dinamika
wilayah, atau dapat dijadikan sebagai peta-peta tematik
untuk operasi militer; dan
(4) produk peta yang digambarkan secara perspektif
3 dimensi atau disebut peta 3D sehingga memudahkan
pengguna untuk membayangkan keadaan medan
sebenarnya di lapangan dan mudah dianalisa untuk
merencanakan pergerakan pasukan.
d) pembinaan bantuan Topografi.
(1) memberikan dukungan Personel yang kompeten
beserta peralatan Topografi bagi satuan yang
membutuhkan, sesuai tuntutan tugas;
(2) pengembangan sistem pemantauan posisi
pasukan yang bergerak di lapangan menggunakan
fasilitas GPS atau disebut GPS Tracking System
berbasis Radio frekwensi, Wi-fi maupun jaringan GSM
yang dapat melacak keberadaan benda bergerak dari
tempat yang jauh tanpa saling melihat. Sistem ini jika
dilengkapi dengan alat komunikasi akan memudahkan
para pimpinan/komandan pasukan untuk melaksanakan
komando dan pengendalian terhadap manuver pasukan.
Sistem ini dikembangkan sebagai bagian dari Battlefield
Management Systems (BMS) yang tengah
dikembangkan TNI AD; dan
(3) sistem untuk membantu pengambilan keputusan
pimpinan/komandan pasukan berdasarkan data-data dan
informasi visual dalam bentuk citra satelit atau foto udara
yang bergeoreferensi serta peta-peta topografi yang
ditayangkan pada layar komputer. Informasi yang
ditayangkan merupakan hasil pengumpulan, pengolahan
dan analisa data-data topografi yang diperoleh dari
akuisisi citra satelit, pemotretan udara dan pembuatan
peta Topografi. Perangkat ini dikenal dengan nama
Sistem Pembantu Keputusan (Decision Support System)
yang salah satunya telah dikembangkan oleh TNI dalam
pembangunan K4IPP (Komando, Kontrol, Komunikasi,
Komputer, Informasi, Pengintaian dan Pengamatan),
Dalam K4IPP ini mutlak diperlukan informasi Topografi
untuk dapat dianalisa menjadi bahan pertimbangan
pimpinan dalam pengambilan keputusan operasi militer.
b. Kebijakan Pembinaan Kekuatan Topografi Angkatan Darat. Kebijakan
pembinaan kekuatan diarahkan untuk melanjutkan penataan organisasi,
pemenuhan personel sesuai DSPP, pemenuhan materiil/Alutsista,
pemenuhan kebutuhan fasilitas/pangkalan serta pemenuhan kebutuhan
peranti lunak, yang meliputi :

1) melanjutkan penataan organisasi yang dilakukan melalui


reorganisasi dan validasi satuan dalam rangka mempertinggi efektifitas
pembinaan dan operasional satuan.Penataan organisasi harus sesuai
kebijakan Right Sizing dan Zero Growth of Personnel melalui
pengorganisasian yang memperhitungkan beban tugas personel pada
setiap eselon organisasi guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pelaksanaan tugas. Adapun garis besar pengembangan organisasi
Topografi Kodam XII/Tpr ke depan, melalui pembentukan Balak Aju
Korem (Topografi Korem);dan

2) pemenuhan personel sesuai DSPP, dilakukan melalui penataan


kekuatan personel sesuai validasi Orgas dengan tetap memperhatikan
aspek-aspek sbb :

(a) keseimbangan antara jumlah personel yang masuk


(intake) dengan jumlah personel yang dipisahkan (MPP dan
pensiun), sehingga tetap tercapai Zero Growth Of Personnel
(ZGP);
(b) pertimbangan pengembangan/pembentukan organisasi
baru berdasarkan kebijakan TNI AD. Terkait dengan usulan
pembentukan jajaran Toprem, pengisian personelnya
direncanakan sebagian dari hasil penataan/validasi Dittopad dan
Topdam;
(c) penataan komposisi personel Militer/PNS antar pangkat,
golongan dan sumber prajurit diupayakan dalam rangka
mewujudkan kekuatan personel yang ideal; dan
(d) peningkatan kompetensi personel sesuai jabatan dalam
organisasi Topografi Angkatan Darat dilakukan secara terus
menerus melalui Dikbangspes, Dikiptek, penataran dan latihan
dalam rangka memenuhi kebutuhan Satuan dan dalam rangka
mendukung modernisasi Alutsista. Untuk itu alokasi Serdik untuk
Dikbangspes dan Dikiptek disesuaikan dengan kebutuhan
satuan.

14. Taktik dan Teknis. Drone untuk kepentingan perang merupakan wahana
pesawat nir awak yangdigunakan dalam fase terbaru memerangi teror. Untuk dalam
perkembangan teknologimiliter terkini di internasional drone menjadi sesuatu yang
sangat dipertimbangkansebagai teknologi yang paling akurat dalam medan
pertempuran. Dengan pengendalianjarak jauh maka sering drone ini digunakan
untuk pengamatan dan banyak juga yangdilengkapi dengan dengan misil sebagai
alat untuk serangan udara yang mematikan.Adapun dengan semakin meluasnya
penggunaan teknologi robot oleh kalangan militer halini mendorong
semakinmemperluas penggunaan dari jumlah drone sebagai sebuah satukesatuan
tentara. Dengan adanya tuntutan keaneka ragaman ancaman keamanan dan
terormaka semakin meningkatkan popularitas pesawat nir awak bersenjata, hal ini
disebabkan beberapa faktor kunci, yaitu :
1. Penggunaan anggaran pertahanan yang lebih efektif,
2. Daya tahan terkait kemampuan yang tetap tinggi jika jumlah jam
penerbangannyadiperpanjang.
3. Sedikitnya resiko atau bahkan tidak beresiko bagi pilot dan awaknya.

Dalam situasi internasional yang anarki dan berpotensi konflik, maka


terkaitkekuatan udara tentunya diperlukan kesadaran terhadap kondisi situasional
yangmenuntutkemampuan atas kekuatan tempur udara yang efektif dan efisien.
Tuntutan terhadapkemampuan tempur udara adalah terkait tingkat akurasi dan
presisi yang termuat dalamsetiap strategi peperangan. Karena dengan menentukan
peralatan perang yang tingkatpresisi dan akurasi tinggi selain akan efisien dari sisi
pendanaan, tetapi juga tepat sasaran kepada target yang dituju dengan
menghindarkan korban yang tidak dikehendaki.
Tiga alasan utama drone dipandang sebagai masa depan perang adalah :
1. Drone menghilangkan resiko terhadap personil pasukan
2. Drone membuat kesalahan yang relatif kecil dibandingkan persenjataan
lainnya
3. Teknologi drone akan terus dikembangkan untuk meningkatkan
kemampuandrone agar menjadi lebih tepat, efisien, dan sempurna untuk
kepentingan di masadepan, dibandingkan dengan perang di masa lalu yang
karena kekeliruan manusia cenderung kurang tepat dan efisien jika
diterapkan di masa depan.

15. Sarana dan Prasarana.

a. Sarana. Pada sarana yang digunakan dalam rangka dukungan


teknis topografi dalam monitoring daerah perbatasan darat di kalimantan
dengan menggunakan PTTAantara lain :

1) Unit Pesawat UAV Multirotor

2) Unit Pesawat UAV Fixed Wing

3) Unit Kamera digital yang mempunyai spesifikasi

b. Prasarana. Pada prasarana yang digunakan dalam rangka dukungan


teknis topografi dalam monitoring daerah perbatasan darat di kalimantan
dengan menggunakan PTTAantara lain :

1) Agisoft Photoscan

2) Global Mapper

3) Coreldraw

16. faktor-faktor yang Mempengaruhi. Pemanfaatan pesawat tanpa awak


untuk mengamankan perbatasan sudah lama dikaji, mulai dari pemilihan jenis
pesawat, daerah operasi pesawat, sampai dengan anggarannya.Semua
memerlukan waktu dan pemikiran yang tidak singkat.Teknologi pesawat tanpa awak
diluar negeri telah berkembang pesat, dan ada beberapa tetangga Negara yang
sudah menggunakan pesawat tanpa awak untuk patroli perbatasan.
a. Faktor Eksternal.

1) Peluang. Dalam pemantauan wilayah perbatasan Kalimantan


Barat diperlukan kerjasama dengan institusi terkait seperti Departemen
Kehutanan, Pertanian, satuan teritorial wilayah setempat dan
kemungkinan peluangnya terhadap institusi terkait. Dalam rangka
meningkatkan ketahanan dan keamanan nasional, kerjasama tersebut
perlu dilakukan dalam upaya mendukung kepentingan berbagai pihak
dan penghematan biaya sekaligus hasilnya dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan dan keputusan bersama dan atau sesuai tingkat
kepentingannya masing-masing. Manfaat dari hasil kerjasama tersebut
dapat berdampak langsung maupun tidak langsung
bagi Departemen Pertahanan dan TNI antara lain:

a) Dampak Langsung

- Mempunyai data foto udara resolusi tinggi secara rutin


dan terjadwalkan.

- Melatih personil Dephan/TNI setempat.


- Kemampuan dan kualitas PTA
- Dapat merupakan masukan bagi pengembangan PTA
kearah yang lebih cocok dan baik.
- Didapatnya informasi akurat yang terkait dengan
permasalahan dan medan daerah perbatasan.
- Diperoleh gambaran kecenderungan gejolak perubahan
manusia dan lingkungan secara berkesinambungan.
- Merupakan tolok ukur keberhasilan hasil penelitian dan
pengembangan PTA.

b) Dampak Tidak Langsung

- Memotivasi pemanfaatan PTA pada bidang lain.


- Memasyarakatkan pemanfaatan PTA
- Penekanan psikologis bagi pihak-pihak tertentu.
- Merupakan bagian dari kegiatan patroli
- Didapatnya informasi lain yang terkait dengan
pertahanan dan keamanan.
- Penghimpunan database terhadap berbagai informasi
penting lainnya.
- Kemungkinan munculnya investor
- Merupakan masukan dan pertimbangan bagi
pemerintah guna melaksanakan program pembangunan
kedepan.

2) Kendala. Salah satu tolok ukur keberhasilan hasil suatu penelitian


dan pengembangan kajian terapan adalah dengan melaksanakan uji
fisik dan fungsi secara terus menerus sesuai spesifikasinya, sehingga
kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan baik secara teori maupun
praktek.Pelaksanaan uji membutuhkan waktu, tenaga dan biaya serta
kesempatan, sehingga sangat penting artinya penentuan skala
prioritas dalam merealisasikan tujuan yang diharapkan. Teknologi
sangat bermanfaat bila dapat dipahami, dimanfaatkan dan dirasakan
langsung oleh pemakai, sebaliknya secanggih apapun teknologi
tersebut akan kurang bermanfaat bila tidak didukung oleh personil
yang memadai. Dengan demikian peranan personil sangat
menentukan jenis teknologi apa dan kapan dapat dimanfaatkan. Untuk
itu perlu dipersiapkan terlebih dahulu penguasaan dan pemahaman
terhadap personil pendukung tentang teknologi yang akan dipakai.

b.Faktor Internal.

1) Kekuatan.

a) Pilihan pesawat tanpa awak. Banyak pilihan pesawat tanpa


awak baik produksi anak negeri maupun luar negeri.Ada PTA
smart eagle produksi dalam negeri yang dapat digunakan oleh
militer.
b) Kelebihan dalam PTA. Banyak kelebihan yang dimiliki oleh
PTA, selain tidak memerlukan seorang pilot yang menanggung
resiko besar, PTA juga mempunyai suara yang pelan sehingga
tak terdengar oleh manusia dibawah. PTA juga mampu terbang
rendah untuk mengambil detail yang direkam. Selain itu, biaya
produksi masih lebih rendah dibanding dengan wahana satelit
maupun pesawat udara untuk kepentingan surveyland.

c) Dukungan dari berbagai pihak. Banyak dukungan dari


berbagai pihak, seluruh rakyat Indonesia berharap segera
diwujudkan penggunaan pesawat tanpa awak untuk
kepentingan Nasional agar negara tidak selalu dilecehkan oleh
bangsa lain.

d) Integrasi berbagai sensor dan senjata. Integrasi yang dapat


dipasangkan dalam pesawat tanpa awak antara lain GPS,
sensor optik, sensor radar dan senjata untuk menyerang
maupun mempertahankan diri. Apabila dirasa perlu dapat juga
dipasang bom untuk meledakan suatu tempat.

e) Luasnya area perbatasan. Luasnya area perbatasan sudah


lama menanti kedatangan sang pengawas yang mampu
mengamankan seluruh sumberdaya yang ada diatas permukaan
maupun yang dibawah permkaan tanah dari tangan-tangan jahil.

2) Kelemahan.

a) Kecepatan dan jarak. Untuk produksi dalam negeri masih


terkendala pada kecepatan yang masih rendah berkisar pada
100-120km perjam, hal ini dapat membahayakan pesawat itu
sendiri apabila diketahui oleh musuh. Jarak yang dapat
ditempuh masih berkisar 45-100km dengan konsumsi bahan
bakar yang masih boros sehingga mempengaruhi lamanya
pesawat itu terbang.
b) Perawatan. Semakin banyak alat yang diitegrasikan ke dalam
pesawat, semakin mahal biaya perawatan. Selain perawatan
pesawat, juga diperlukan perawatan Sistem ground Kontrol
yang merupakan ruang kendali pesawat.

c) biaya. Biaya yang perlu dikeluarkan tidak hanya pada biaya


perawatan saja, namun biaya pembelian dan personil tidak bisa
dikatakan kecil, untuk itu pada masa negara yang masih
kesulitan pendanaan, masalah ini menjadi besar untuk segera
terealisasinya penggunaan PTA.

d) Area patroli. Area patroli yang begitu luas memerlukan


banyak pesawat tanpa awak.

Pengembangan pesawat UAV/drone di era teknologi saat ini merupakan


suatukebijakan yang memang menjadi prioritas dari para pemimpin negara.
Kebijakan itumerupakan sebagai sebuah kontribusi dari kalangan pemikir strategis
mereka. Khususnya ketika hal tersebut bersinggungan dengan interaksi kepentingan
keamanan nasional didunia internasional. Persoalan terkait keamanan nasional di
dunia internasional ini akan melibatkan seluruh komponen kekuatan nasional
termasuk di dalamnya kemampuan di bidang teknologi perang seperti kebijakan
pengembangan drone. Penggunaan UAV/drone akan sangat bermanfaat untuk
melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat pengintaian dan bila diperlukan dapat
melakukan serangan ke target yang dituju di daratan. Kemampuan yang dimiliki oleh
drone ini mengundang banyak perhatian danmenjadi ajang diskusi di kalangan
pemikir strategis sipil dan militer pada komunitas internasional. Hal itu disebabkan
karena melihat kepada kemampuan yang dimiliki olehdrone yang secara teknis
mampu menciptakan dan meningkatkan kemampuan militer dimana kemampuan
tersebut belum pernah dimiliki oleh militer Negara-negara di masa lalu.
Teknologi drone ini mengalami kemajuan secara perlahan dalam waktu lebih
darisatu abad. Meskipun demikian teknologi drone telah digunakan di masa-masa
perangdunia kedua walaupun belum menjadi drone yang sehebat sekarang. Pada
masa perangdunia kedua kemampuan teknologi drone ini banyak digunakan seperti
pengintaian di Vietnam. Disadari memang pada saat digunakan di Vietnam
kemampuan teknologi drone tersebut tidak semutakhir saat ini, dimana penggunaan
drone sudah lebih dapat dikendalikan sesuai instruksi yang sudah ditentukan dan
kecil kemungkinannya untukterjadi penyimpangan dari instruksi yang diberikan.
Terdapat tiga asumsi dasar realisme sebagai dasar dari teori ofensif dan defensif
untuk melihat drone sebagai upaya klaim kepentingan nasional, yaitu :
1. Statism
2. Survival
3. Self-helps
Ketiga hal tersebut menjelaskan bahwa kebijakan suatu negara
dalammengembangkan drone merupakan upaya yang melihat bahwa negara
sebagai aktor utamadalam tatanan hubungan internasional yang anarkis akan
mengusahakan posisi negaranyauntuk bertahan atau survive.
Negara yang mengembangkan dan mengaplikasikan teknologi robotik dalam
badanpesawat UAV/drone merupakan wujud dari tindakan ofensif sesuai dengan
dalil teoriofensif-defensif dimana negara dalam kesimbangan ofensif akan berusaha
mengadopsiinovasi teknologi khususnya militer. Hal ini dikarenakan secara defensif
negara merasamendapat ancaman dan merasa dirugikan dengan perilaku negara
lain atau suatu kondisiyang merugikan kepentingan nasionalnya. Sehingga untuk
memenuhi kebutuhanofensifnya maka konsekuensi logisnya adalah melakukan
pengayaan inovasi militer. Secara teoritis klaim kepentingan nasional dalam
pengembangan dan aplikasi drone tidakdapat dilepaskan dari situasi dimana negara
yang memasuki perselisihan di antara kekuatan militer akan memiliki tingkat
probabilitas yang lebih tinggi untuk mengadopsi drone dibandingkan dengan negara-
negara yang kecil atau tidak berpotensi sengketa.Memasuki situasi atau berada
dalam posisi konflik atau sengketa, suatu negara tidaksecara otomatis berada dalam
keseimbangan ofensif tetapi kondisi tersebut menjadi alasanbagi suatu negara untuk
menganggap telah terjadi pelanggaran dan mengancam terhadapkeamanan
nasional mereka, sehingga disini teori ofensif–defensif kemudian berlaku.Dimana
apabila suatu negara merasa terancam harus memilih suatu kebijakan
mengadopsiinovasi militer jika ingin eksistensi dan tingkat survivalnya tetap terjaga
di dunia internasional.
Dalam sebuah operasi militer para perencana dan pembuat strategi militer
selalu akan mengumpulkan dan mencari informasi geografi dan dengan kelebihan
dan atau kekuarangan informasi tersebut akan dimanfaatkan untuk menunjang
keberhasilan atau kemenangan dari operasi yang dijalankan. Seperti diketahui
bahwa UAV ini merupakan kemajuan di bidang teknologi militer khususnya
persenjataan di matra udara yang digunakan khususnya untuk survey dan
pemetaan, serta digunakan untuk tujuan-tujuan penghancuran sasaran yang
menjadi target tetapi terhambat oleh keadaan geografi “geographic obstacle”.
Selanjutnya pemerintah dan pihak swasta mulai mengembangkan UAV ini
dengan tingkat kemampuan masing-masing bahkan pihak kementerian pertahanan
bekerjasama dengan swasta berupaya untuk mengembangkan UAV dengan
berdasarkan kepada manfaat yang ingin dicapai seperti dari faktor efisien, ekonomis
dan keamanan. Adapun harapan yang ingin dicapai dari ketiga faktor tersebut
adalah untuk dimanfaatkan dibidang seperti kehutanan, pertanian, pemetaan,
pengintaian dan jika diperlukan untuk operasi-operasi penyerangan. Pemanfaatan
dalam bidang tersebut tidak terlepas dari ketiga faktor efisien, ekonomis dan
keamanan yang didasarkan kepada pemikiran mengurangi resiko manusia dan tidak
membutuhkan biaya operasi yang terlalu besar.
Riset dan Teknologi kemudian memulai melakukan pengembanganrancang
bangun UAV yang dikenal dengan UAV Autonomous ini dengan didasarkan sesuai
dari bidang penggunaannya, dengan spesifikasi sebagai berikut :
1. Harus mudah dibawa
2. Ukuran bersifat portable yang tidak terlalu besar
3. Sarana penunjang operasional harus minim, artinya tidak perlu lapangan
untuktake off
4. Diusahakan tidak menggunakan bahan bakan cair
5. Payload berupa camera video dan GPS
Diakui bahwa sistem pesawat tak berawak bagi Indonesia juga sangat penting dan
besar nilainya khususnya dalam penggunaan di berbagai kebutuhan baik itu militer
jugasipil. Banyak halangan secara geografis “geographic obstacle” di lokasi operasi
baik sipilatau militer yang sangat membutuhkan teknologi ini, berbagai bidang
tersebut meliputipemantauan, penginderaan hingga kepada misi-misi militer.
Beberapa bidang yang sangatmemerlukan kehadiran teknologi sistem pesawat tak
berawak adalah meliputi :
1. Pemantauan Kebakaran Hutan, Area Perkebunan, Jalur Pipa, Jalan Raya,
Jalurkereta Api, Bencana Alam, Tapal Batas.
2. Platform riset dan pendidikan.
BAB III
KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN

17. Umum. Dalam kegiatan pemotretan udara menggunakan pesawat UAV


Multirotor dalam rangka membuat peta secara fotogrametri dilaksanakan melalui
tahapan kegiatan pengukuran ground control, penyiapan perangkat, membuat jalur
terbang dan pemotretan udara. Dalam pelaksanaannya perlu diorganisasikan agar
semua tahapan kegiatan dapat dilaksanakan secara benar. Pengorganisasian
kegiatan Pemotretan Udara menggunakan UAV Multirotor secara keseluruhan terdiri
atas Komandan Tim, Komandan Kelompok Pengukuran Ground Control dan
Komandan Kelompok Pemotretan Udara.

18. Pengorganisasian.
a. Struktur Organisasi.

DANTIM

DANPOK DANPOK
POK
PENGUKURAN GCP PEMOTRETAN UDARA

b. Tugas dan Tanggung Jawab.

1) Komandan Tim. Dijabat oleh seorang Perwira Pertama Ctp


dengan tugas dan tangung jawab sebagai berikut :

a) Merencakan pelaksanaan kegiatan Pemora dengan


menggunakan UAV Multirotor.
b) Merencanakan lokasi penyebaran GCP dalam area yang
akan dilakukan pemotretan udara.
c) Memimpin dan melaksanakan kegiatan Pemotretan
Udara dan pengukuran GCP.
d) Dantim dalam melaksanakan tugas dibantu oleh Danpok
Pemora dan Danpok GCP.
e) Dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada
Kasisurdatatop Topdam.

2) Danpok Pemora. Danpok Pemora dijabat oleh seorang Bintara


dengan tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :

a) Memimpin dan melaksanakan kegiatan Pemora


menggunakan UAV;
b) Mengoperasikan pesawat UAV Multirotor pada
pelaksanaan kegiatan Pemotretan Udara secara keseluruhan;
c) Dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh satu orang
Bintara sebagai navigator dan satu orang Tamtama sebagai
pembantu;
d) Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab
kepada Dantim.

3) Danpok Pengukuran Ground Control. Danpok pengukuran


ground control dijabat oleh seorang Bintara dengan tugas dan
tanggung jawab :

a) Memimpin dan melaksanakan kegiatan pengukuran


Ground Control dengan terlebih dahulu membuat dan
memasang premark/panel;
b) Dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh dua orang
Tamtama yang bertugas : menyiapkan GPS dan
kelengkapannya, melakukan pembersihan lokasi pengukuran,
membuat dan memasang premark.
c) Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab
kepada Komandan Tim.
19. Unit PTTA yang digunakan untuk Monitoring di Perbatasan RI-Malaysia

Pesawat tanpa awak adalah pesawat terbang yang dipiloti dari jarak jauh
menggunakan remote kontrol/sensor, apabila pengendalian menggunakan remote
kontrol, daya jelajah pesawat masih sangat terbatas dengan jangkauan mata
telanjang. Sedangkan bila menggunakan sistem sensor yang canggih seperti
program autopilot, pesawat dapat digunakan lebih jauh lagi karena pengendaliannya
dapat melalui monitor. Ada beberapa jenis tipe UAV/PTTA yang sudah diproduksi
diantaranya adalah:

1. Tipe Umpan dan Sasaran :


UAV yang dirancang untuk dapat menyediakan simulasi pesawat
musuh atau misil sebagai target dari meriam udara dan darat
2. Tipe Pengintaian :
UAV yang dirancang untuk dapat menyediakan informasi intelijen
dalam medan pertempuran
3. Tipe Pertempuran :
UAV yang dirancang untuk dapat menyediakan kemampuan
menyerang dalam misi-misi yang beresiko tinggi (dikenal dengan wahana
perang udara tak berawak/Unmaned Combat Air Vehicle.
4. Tipe Penelitian dan Pengembangan :
UAV yang dirancang untuk pengembangan teknologi UAV yang
diintegrasikankedalam pengerahan pesawat UAV di lapangan.
5. Tipe UAV untuk Sipil dan komersial :
UAV yang dirancang khusus untuk aplikasi sipil dan komersial.

20. Monitoring menggunakan PTTA di Perbatasan RI-Malaysia


Dalam rangka pengembangan tehnik pengambilan data informasi medan saat
ini menggunakan pesawat tanpa awak (UAV). Pesawat tanpa awak UAV sesuai
dengan sifatnya yang fleksibel, efisien dan ekonomis dapat digunakan untuk
berbagai macam keperluan pengambilan data informasi medan baik data berupa
foto udara maupun data video yang dapat digunakan sebagai sumber data yang
akan diolah guna penyusunan informasi selanjutnya. Kegiatan pemora dengan UAV
dilaksanakan melalui tahapan perencanaan, persiapan, pelaksanaan dan
pengakhiran.

a. Perencanaan.
1) Membuat rencana jalur dan tinggi terbang di wilayah
pemotretan;
2) Merencanakan pertampalan depan dan pertampalan samping;
3) Merencanakan lokasi penyebaran GCP dan premark;
4) Merencanakan waktu pemotretan udara dan pengukuran GCP;
5) Merencanakan peralatan dan bahan yang diperlukan; dan
6) Merencanakan volume pekerjaan, kebutuhan personel dan
biaya yang diperlukan mulai tahap perencanaan sampai dengan tahap
pengakhiran.

b. Persiapan.

1) Penyiapan personel yang akan melaksanakan tugas dalam


kegiatan pemotretan udara menggunakan pesawat UAV termasuk
melaksanakan pratugas;
2) Penyiapan surat-surat penugasan dan pemberitahuan atau
perijinan serta kelengkapan administrasi yang diperlukan;
3) Penyiapan data-data awal yang diperlukan dan tersedia di
kantor seperti arah dan kecepatan angin, koordinat lokasi area
Pemora;
4) Penyiapan perlengkapan dan bahan yang diperlukan.

5) Penyiapan Peralatan Pendukung.

6) Penyiapan Software untuk merencanakan jalur terbang/mission


plan dan ground station.

7) Kalibrasi kamera digital.


c. Pelaksanaan.

1) Pengukuran Ground Control.

a) Pemasangan Patok dan Premark.

b) Pengukuran GPS. Pengukuran GPS menggunakan


dual frequncy with statik system. Dokumentasi patok tiap titik
premark terdiri dari empat arah. Untuk mendapatkan GCP
sebagai titik ikatan dalam proses aerotrianggulasi, untuk
mendapatkan tingkat ketelitian yang tinggi dalam membuat peta.
Hasil kegiatan ini adalah angka koordinat Ground Control Point
yang dicatat dalam deskripsi titik GCP

2) Pemotretan Udara. Pemotretan udara adalah merekam data


medan dengan media optik berupa kamera yang ditempatkan di
pesawat tanpa awak dengan ketinggian yang direncanakan, syarat
pengambilan foto udara harus overlap maupun sidelap (pertampalan
ke depan dan ke samping) sesuai dengan ketentuan yang dibutuhkan,
dengan tahapan kegiatan sebagai berikut:

a) Proses Membuat Jalur Terbang


b) Tahapan mengoperasikan pesawat UAV

d. Pengakhiran. Data hasil pengukuran Ground Control selanjutnya


dihitung untuk mendapatkan koordinat pada tiap-tiap titik yang dipasang
premark/panel sebagai titik ikat foto udara untuk digunakan sebagai data
masukan pada proses Aerotriangulasi (AT) di bagian Fotogrametri atau
pemrosesan data menggunakan Software Agisoft. Kemudian seluruh data
hasil pengukuran Ground Control dan Pemotretan Udara selanjutnya
diserahkan kepada Bagian Pengolahan Data Spasial untuk diproses lebih
lanjut dengan dilengkapi data antara lain sebagai berikut :
1) Data koordinat hasil pengukuran Ground Control.
2) Deskripsi tugu/patok GCP dan lokasi pemasangan
premark/panel.
3) Data foto hasil Pemotretan Udara.
4) Data kalibrasi kamera yang digunakan

21. Distribusi dan Penempatan PTTA


a. Distribusi PTTA. Ditinjau dari dukungan topografi Topdam pada
waktu damai diharapkan mampu memberikan informasi medan terkini secara
terus menerus guna kepentingan perencanaan maupun pada saat
pelaksanaan tugas-tugas Kodam. Sedangkan dalam operasi militer Topdam
dituntut mampu memberikan informasi medan terkini , akurat dan lengkap,
selain harus mampu terlibat pada saat pelaksanaan kegiatan operasi tersebut
dengan mengambil peran dalam kegiatan Kodal, khususnya monitoring
pergerakan pasukan maupun kegiatan intelijen dengan memanfaatkan
teknologi surta yang ada. Dalam Operasi Militer selain perang diharapkan
Topdam mampu menyediakan data terkini maupun analisa geografi lokasi
ataupun wilayah tertentu guna mendukung kegiatan operasi militer selain
perang baik penanganan wilayah perbatasan, penanganan kegiatan separatis
maupun kegiatan penanggulangan akibat bencana alam.

b. Dislokasi Pamtas. Tugas wajib yang dilaksanakan oleh prajurit


digaris depan pada perbatasan negara di darat salah satunya berpatroli
mengamankan perbatasan beserta tugu-tugu batasnya. Setiap hari selama
tugas para prajurit mengecek kondisi tugu-tugu perbatasan dengan
jangkauan yang terbatas. Dengan menggunakan pesawat tanpa awak, para
prajurit akan lebih luas cakupan patrolinya. Para prajurit bertugas selalu siap
siaga apabila ada hal-hal yang mencurigakan. Pergeseran tugu batas sering
terjadi diwilayah perbatasan RI-Malaysia dikarenakan ada pembalakan hutan
dan sumber daya alam. Tugas prajurit agak lebih optimal dengan bantuan
data dari pesawat tanpa awak. Prajurit segera menuju tempat kejadian dan
mencatat koordinat tugu beserta nomornya untuk dilaporkan ke komando
atas. Apabila ada pembalakan liar maka prajurit yang bertugas dapat menyita
alat berat berikut alat lainnya yang digunakan untuk membalak hutan.
Kadang-kadang tugu batas dipindahkan atau dirusak oleh penduduk untuk
membuka lahan. Keberadaan tugu-tugu perbatasan yang berukuran sedang-
besar dapat dipantau oleh pesawat tanpa awak karena pesawat tanpa awak
dapat terbang rendah dan mengambil gambar maupun video dengan data
koordinatnya.

BAB IV
HAL-HAL YANG DIPERLUKAN

22. Umum. Pesawat tanpa awak memliki bentuk, ukuran, konfigurasi dan
karakter yang bervariasi. Kontrol pesawat tanpa awak ada dua variasi utama, variasi
pertama yaitu dikontrol melalui pengendali jarak jauh dan variasi kedua adalah
pesawat yang terbang secara mandiri berdasarkan program yang dimasukan
kedalam pesawat sebelum terbang.Dalam sebuah perancangan Pesawat Terbang
Tanpa Awak (PTTA), terlebih dahulu harus mendefinisikan misi penerbangan seperti
apa yang akan dilakukan oleh pesawat tersebut. Hal ini harus dilakukan karena tidak
ada satu jenis PTTA yang bisa melakukan semua misi yang ada dalam
penerbangan. Pesawat Terbang Tanpa Awak dimaksudkan untuk mengemban misi
pemantauan udara untuk melihat obyek yang diam atau bergerak diatas permukaan
tanah. Misi tersebut dilakukan diwilayah dengan dukungan infrastruktur yang minim
seperti daerah hutan, pegunungan, rawa dan lain-lain.

23. Tindakan Pengamanan.


a. Rencana dan persiapan dalam kegiatan harus dijaga kerahasiaannya
agar tidak dimanfaatkan oleh pihak yang tidak berkepentingan.

b. Selama melaksanakan kegiatan seluruh anggota tim harus


memperhatikan faktor keamanan baik personel maupun materiel.

c. Perlu pengamanan dan pengawasan terhadap Alutsista yang


dipergunakan dan hasil data yang diperoleh .
d. Data hasil ukuran harus disimpan dan dijamin keamanannya dalam
bentuk soft copy maupun hard copy.
24. Tindakan Administrasi.
a. Rencana dalam kegiatan harus sesuai dengan apa yang akan
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhannya.

b. Menyiapkan kebutuhan administrasi yang berkaitan dengan


pelaksanaan kegiatan.

c. Dalam melaksanakan kegiatan yang meliputi penentuan lokasi dan


kegiatan lainnya harus dilaksanakan sesuai dengan aturan dan ketentuan
yang berlaku / ditetapkan.

d. Mengolah dan menyerahkan data hasil kegiatan sesuai dengan aturan


dan ketentuan maupun standar spesifikasi yang berlaku/ditetapkan dalam
bentuk soft copy maupun hard copy.
.

BAB V
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

25. Umum. Pengawasan dan Pengendalian dalam penyelenggaraan


kegiatan dukungan teknis Topografi untuk monitoring daerah perbatasan darat di
Kalimantan pada dasarnya dilaksanakan secara terus menerus mulai dari kegiatan
perencanaan sampai dengan pengakhiran. Untuk tanggung jawab Pengawasan dan
Pengendalian di lokasi berada pada Dantim, yang dalam pelaksanaannya dibantu
oleh Danpok GCP dan Danpok Pemora sedangkan di tingkat satuan berada pada
Katopdam yang dalam pelaksanaannya dibantu oleh Kasisurdatatop dan
KasiprodmattopTopdam.

26. Pengawasan. Kepala Topografi Kodam sebagai penanggung jawab


dalam pengawasan kegiatan dukungan teknis Topografi untuk monitoring daerah
perbatasan darat di Kalimantan sesuai arahan dari Komando atas.

27. Pengendalian. Kepala Topografi Kodam sebagai penanggung jawab


dalam pengendalian kegiatan dukungan teknis Topografi untuk monitoring daerah
perbatasan darat di Kalimantan sesuai arahan dari Komando atas.
BAB VI
PENUTUP

28. Keberhasilan. Disiplin dalam mentaati dan mengikuti ketentuan yang


ada dalam rangka dukungan teknis Topografi untuk monitoring daerah perbatasan
darat di Kalimantanoleh para pemegang fungsi akan sangat mempengaruhi terhadap
keberhasilan di dalam pelaksanaan tugas kegiatan.

29. Penyempurnaan. Hal-hal yang dirasakan perlu berkaitan dengan adanya


perubahan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sertatuntutan kebutuhan
untuk penyempurnaan dalam rangka dukungan teknis Topografi untuk monitoring
daerah perbatasan darat di Kalimantan ini agar disarankan kepada Topdam
XII/Tanjungpura sesuai dengan mekanisme umpan balik.

Anda mungkin juga menyukai