MARKAS BESAR
BAB I
PENDAHULUAN
1. Umum.
b. Pada abad-21 ini telah terjadi perkembangan yang dinamis bukan hanya
strategi perang, teknologi dan persenjataan, tetapi tidak tertutup kemungkinan
bentuk perangpun akan bergeser dan berubah dari bentuk perang yang selama ini
pernah dikenal menjadi perang modern yang dapat disebut sebagai perang era
”Cyber Space“ di mana ruang angkasa dimanfaatkan untuk menghilangkan kendala
jarak dan waktu. Pandangan tentang penggunaan kekuatan militer banyak
dipengaruhi oleh adanya bom nuklir, rudal jarak jauh ICBM (Inter Continental Balistic
Missile), teknologi angkasa luar dan teknologi elektronika yang berkembang
sedemikian pesatnya. Hal ini terlihat dengan banyaknya produksi senjata-senjata
strategis, rudal jarak jauh, penginderaan jarak jauh dari luar angkasa dan peralatan
perang elektronika (electronica warfare). Persaingan antara dua kekuatan besar
menjadikan dirinya berpikir bahwa “Military Superiority“ atau keunggulan militer saja
tidak cukup. Oleh karena itu harus diciptakan kondisi yang dapat disebut “Military
Supremacy“ dengan mewujudkan keunggulan kualitas dan kuantitas teknologi
persenjataan perang dengan menitikberatkan pada seluruh kekuatan darat, laut,
dan udara. Ilmu perang masa depan pada hakikatnya merupakan dinamisasi
perkembangan strategi perang dan teknologi persenjataannya.
tugas yang diembannya dengan baik. Adanya pelanggaran melintasi batas wilayah
negara berupa personel, kapal perang, pesawat udara, pesawat udara tanpa awak
dan gangguan yang berupa jamming, deception dan intercept terhadap Alutsista TNI.
Saat ini TNI belum mempunyai kemampuan melaksanakan peperangan elektronika
dengan baik, doktrin Pernika yang masih dalam naskah sementara, manajemen
pengelolaan yang tidak maksimal, kemampuan personel yang masih minim dan
keterbatasan Alutsista Pernika TNI/Angkatan berdampak pada berkurangnya
kemampuan TNI dalam melaksanakan Pernika. Keadaan tersebut sangat
memengaruhi konsep operasi, pola operasi dan penanganan Pernika di lingkungan
TNI, di mana tantangan ke depan adalah perang modern yang lebih mengedepankan
penguasaan hasil-hasil perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
d. Mengingat geografi Indonesia yang terdiri atas ribuan pulau besar dan kecil,
maka operation area (area operasi) Pernika adalah seluruh wilayah kedaulatan NKRI
dan interest operation (kepentingan operasi) adalah negara-negara sekitar
Indonesia, idealnya 10 negara yang berbatasan dengan Indonesia. Untuk dapat
mempunyai kemampuan Pernika seperti itu tentunya dibutuhkan anggaran yang
tidak sedikit. Sesuai dengan RPJPM Dephan dan TNI 2004 – 2024 postur yang
ingin dicapai adalah MEF (Minimum Essensial Force). Dengan kemampuan
mengatasi ancaman militer di dua trouble spot area melalui OMP. Kemampuan
Pernika TNI mengikuti arah ancaman di dua trouble spot tersebut dengan
kemampuan mobile Pernika baik terpusat maupun melekat di Alutsista TNI dan
kemampuan Pernika yang tergelar (kewilayahan) untuk mengatasi kemungkinan
trouble spot sesuai dengan ancaman militer faktual.
2. Maksud dan Tujuan. Blueprint Pernika TNI disusun dengan maksud untuk
memberikan gambaran secara menyeluruh tentang upaya-upaya untuk membangun
kekuatan Pernika TNI yang disusun secara terencana, bertahap dan komprehensif serta
dilaksanakan secara berkesinambungan dengan tujuan untuk dijadikan sebagai pedoman
dalam pembangunan Pernika TNI.
3. Dasar-dasar:
4. Sistematika:
a. Bab I Pendahuluan.
b. Bab II Latar Belakang dan Faktor-faktor yang Memengaruhi.
c. Bab III Pembahasan.
d. Bab IV Penahapan Pelaksanaan Blueprint Pernika TNI.
e. Bab V Penutup.
4
BAB II
5. Latar Belakang
b. Dari gambaran Perang Teluk tersebut di atas, Amerika telah melakukan perang
elektronika terhadap Irak. Irak telah dibuat tak berdaya menghadapi serangan
Amerika sehingga menderita kekalahan yang cukup besar baik dari korban jiwa
maupun materiil. Indonesia sebagai negara yang berdaulat dan cinta damai dapat
mengambil pelajaran berharga dari Perang Teluk. Apabila dihadapkan dengan
konstelasi geografi Indonesia sebagai negara kepulauan yang diapit oleh dua benua
dan dua samudra yang harus dijaga oleh TNI serta perkembangan dinamis
lingkungan strategis, dapat dikatakan bahwa TNI belum dapat melaksanakan perang
5
elektronika dengan baik. Hal tersebut secara tidak langsung dapat diketahui dari
peralatan Pernika yang dimiliki TNI baik dari segi jumlah maupun kondisi teknisnya.
Secara umum peralatan Pernika TNI telah mengalami penurunan kondisi teknis yang
diakibatkan usia peralatan dan hanya sebagian kecil saja yang masih dapat
digunakan secara optimal. Peralatan Pernika TNI antara lain:
1) Mabes TNI:
2) TNI AD:
3) TNI AL:
a) ESM.
b) Radar.
c) Sonar.
d) Jammer Komunikasi.
e) Scramble.
f) Monobs dan DF.
g) IFF.
h) Chaff dan Flare.
4) TNI AU:
a) Surveillance Device.
b) Monobs dan DF.
c) Radar.
d) Radar Warning Receiver (RWR).
e) IFF.
f) Chaff dan Flare.
g) Audio Encryption.
6
3) Konvensi Hukum Laut UNCLOS 1982 sebagai hukum positif telah berlaku
secara internasional, tetapi negara super power (Amerika Serikat) tidak
meratifikasinya. UNCLOS 1982 hanya dimanfaatkan oleh Amerika Serikat
sebagai alat untuk menjaga kepentingan nasional dan mempertahankan
hegemoninya di forum internasional. Untuk negara yang sedang berkembang
masih disibukkan oleh konflik bersenjata maupun tidak bersenjata dalam
lingkup internal maupun eksternal. Hal ini menunjukkan bahwa kepentingan
nasional negara maju dapat menjangkau masuk ke dalam wilayah negara lain,
sedangkan kepentingan nasional negara berkembang masih terbatas dalam
wilayah kedaulatannya sendiri. Dengan bertambahnya teritorial laut s.d.
kawasan ZEE dan Contigous Zone menimbulkan konflik baru klaim teritorial
laut di kawasan global regional, Indonesia mempunyai permasalahan klaim
teritorial laut dengan negara-negara yang berbatasan dengannya. Dengan
demikian, dalam perspektif perang, maka kemungkinan terjadinya perang lebih
banyak akan terjadi di dalam wilayah kedaulatan negara-negara berkembang.
b. Faktor Internal.
Pernika TNI sampai dengan saat ini masih terbatas, untuk memenuhi peng-
awakan peralatan yang berbasis pada teknologi informasi dimana kegiatan
tersebut menggunakan sistem informatika dan komputer. Budaya dalam
memanfaatkan teknologi informasi di lingkungan personel TNI berkembang
lambat.
a. Peluang.
b. Kendala.
Perubahan tersebut pada akhirnya akan menentukan tipologi ancaman, bentuk konflik,
dan eskalasi konflik yang memengaruhi stabilitas politik. Dari data empirik yang ada dan
berdasarkan kajian kemungkinan ancaman militer atau konflik skala kecil yang
sewaktu-waktu dapat meningkat dengan cepat adalah dengan negara Malaysia utamanya
di perairan Ambalat. Kemungkinan lain adalah serangan dari laut (power projection)
untuk menduduki Indonesia dan serangan udara sebagai first strike, sedangkan serangan
dari darat yang berbatasan dengan Indonesia untuk Papua dan Timor Leste kemungkinan
kecil, karena kemampuannya kecil. Serangan dari Malaysia yang telah menggelar
kekuatan Brigade TDM di sepanjang perbatasan Kalimantan dan sepanjang pantai Malaka
semuanya mengarah ke Indonesia dengan dukungan Pernika yang memadai, diperkirakan
serangannya juga kecil, karena Malaysia masih dalam batas kemampuan defensive belum
offensif. Malaysia mempunyai kemampuan informasi teknologi nomor dua di ASEAN
setelah Singapura. Dalam hal Pernika, Singapura adalah paling unggul, hal ini juga patut
dipertimbangkan dalam penggelaran operasi Pernika TNI. Walaupun kemungkinan perang
kecil, tetapi TNI harus menyiapkan diri. Sesuai diktum Von Clausewitz, kalau ingin
damai bersiaplah perang (Civis Pacem Para Bellum), maka TNI-pun harus menyiapkan
diri untuk itu. Prioritas pembangunan Pernika dapat diarahkan untuk mendukung operasi
di daerah ancaman tersebut, yang bertumpu Pernika di kapal perang (KRI) dan pesawat
tempur, serta pasukan sebagai Pernika mobile dan Pernika yang tergelar di kewilayahan
agar dekat dengan daerah operasi dan interest operasi. Untuk itu area operasi adalah
pantai Utara Sumatera yang menghadap sepanjang Selat Malaka mengimbangi kekuatan
Malaysia sekaligus digunakan untuk membantu mengontrol Selat Malaka dengan interest
operasi wilayah Malaysia Barat, termasuk di pulau Batam, untuk mengawasi Selat
Singapura dan mengkover Singapura. Dan untuk daerah Timur area operasi di Ambalat
dan sepanjang Kalimantan Utara serta interest operation daerah Pulau Kalimantan bagian
Utara (Wilayah Malaysia). Kedua interest area tersebut untuk dukungan Pernika/
penyadapan (ESM), area operasi untuk serangan elektronik dan perlindungan elektronik.
13
BAB III
PEMBAHASAN
10. Konsep Operasi Pernika TNI. Blueprint Pernika TNI dirancang untuk kepentingan
operasi dalam rangka mendukung tugas pokok TNI. Konsep Operasi Pernika TNI
didesain untuk mampu melaksanakan operasi Pernika secara ideal di seluruh wilayah
NKRI, meliputi trouble spot area, daerah potensi konflik dan daerah perbatasan dengan
menggelar operasi Pernika secara terpusat, mobile dan kewilayahan dalam rangka
mendukung tugas pokok TNI guna menegakkan kedaulatan, menjaga keutuhan wilayah
dan melindungi segenap bangsa Indonesia. Operasi Pernika TNI yang harus dimiliki
yaitu Serangan Elektronik (Electronic Attack/EA), Perlindungan Elektronik (Electronic
Protection/EP) dan Dukungan Pernika (Electronic Warfare Support/ES). Penjelasan
operasi Pernika sebagai berikut:
secara cepat dari Komandan Taktis. Sigint lebih bersifat strategis atau di atas
level taktis dan di bawah kendali Operasional Badan Keamanan Nasional dan
secara langsung mendukung strategi keamanan nasional. Sumber-sumber
yang dikumpulkan tingkat taktis Pernika pada dasarnya secara simultan
mendukung pengumpulan data intelijen pada tingkat nasional. Selanjutnya dari
konsep operasi tersebut dijabarkan dalam kemampuan dan pola operasi
Pernika, kebutuhan operasi (Opsreq) dan spesifikasi teknis Pernika (Spectec).
b. Pola Operasi Pernika TNI. Pola operasi mengikuti tiga bagian terminologi
Pernika yaitu serangan elektronik, perlindungan elektronik, dan dukungan Pernika,
dalam pelaksanaannya selalu menggunakan Pola Operasi Pernika dengan urutan
sebagai berikut :
tugas TNI dalam rangka penegakan kedaulatan dan menjaga tetap tegak dan utuhnya
NKRI dengan tuntutan kemampuan sebagai berikut:
kan sistem elektronik dapat melakukan fungsinya dengan baik sesuai dengan
spesifikasi teknisnya tanpa menyebabkan atau mengalami interferensi.
13. Kebutuhan Teknis (Technical Requirement) Pernika TNI. Derivasi dari kebutuhan
operasional tersebut adalah adanya kebutuhan teknis peralatan Pernika TNI yang dapat
digolongkan sesuai dengan kebutuhan operasional Pernika TNI yaitu:
1) Jammer.
2) Chaff.
3) Decoy.
4) Flare.
1) Scramble.
2) Encryption/Crypto.
3) Agility.
4) Hopping.
5) Selective Jammer.
BAB IV
15. Tahap Persiapan. Kegiatan yang dilaksanakan pada masa persiapan antara lain:
a) Elektronika.
b) Fisika instrumentasi.
c) Pemprosesan sinyal.
d) Informatika dan komputer.
e) Strategi operasi.
b. Penyiapan Peranti Lunak. Beberapa peranti lunak yang dibuat antara lain:
BAB V
PENUTUP
17. Kesimpulan. Dari uraian dalam Blueprint Pernika TNI dapat disimpulkan hal-hal
sebagai berikut:
b. Indonesia melalui pembangunan Postur TNI mau tidak mau dituntut untuk
mengembangkan peralatan Pernika agar tidak ketinggalan dengan negara sekitar,
dengan kemampuan yang memiliki effek deterrence dan sebagai ballance power.
Mencermati hal ini maka pembangunan kemampuan penguasaan Iptek Electronic
Warfare bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah sangat penting
dan bersifat strategis dengan mengaplikasikannya sesuai dengan perkembangan
teknologi yang ada. Hal ini dapat ditempuh melalui peningkatkan kemampuan
penguasaan Iptek Electronic Warfare, pengembangan Pernika TNI yang meliputi
modernisasi peralatan, pemantapan SDM, pembangunan sarana dan prasarana
guna mendukung tugas-tugas TNI.
Djoko Santoso
Jenderal TNI