Anda di halaman 1dari 31

TENTARA NASIONAL INDONESIA

MARKAS BESAR

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Indonesia sebagai Negara Kepulauan (Archipelagic State) terbesar di dunia


yang terdiri atas 17.499 pulau, baik pulau besar maupun kecil dan berbatasan
langsung dengan sepuluh negara, dengan luas laut 2/3 dari luas seluruh wilayah.
Kondisi wilayah geografis yang cukup luas hampir sama dengan luas daratan Eropa
atau Amerika Serikat dan berada di posisi strategis serta mempunyai potensi sumber
daya alam yang sangat banyak.

b. Pada abad-21 ini telah terjadi perkembangan yang dinamis bukan hanya
strategi perang, teknologi dan persenjataan, tetapi tidak tertutup kemungkinan
bentuk perangpun akan bergeser dan berubah dari bentuk perang yang selama ini
pernah dikenal menjadi perang modern yang dapat disebut sebagai perang era
”Cyber Space“ di mana ruang angkasa dimanfaatkan untuk menghilangkan kendala
jarak dan waktu. Pandangan tentang penggunaan kekuatan militer banyak
dipengaruhi oleh adanya bom nuklir, rudal jarak jauh ICBM (Inter Continental Balistic
Missile), teknologi angkasa luar dan teknologi elektronika yang berkembang
sedemikian pesatnya. Hal ini terlihat dengan banyaknya produksi senjata-senjata
strategis, rudal jarak jauh, penginderaan jarak jauh dari luar angkasa dan peralatan
perang elektronika (electronica warfare). Persaingan antara dua kekuatan besar
menjadikan dirinya berpikir bahwa “Military Superiority“ atau keunggulan militer saja
tidak cukup. Oleh karena itu harus diciptakan kondisi yang dapat disebut “Military
Supremacy“ dengan mewujudkan keunggulan kualitas dan kuantitas teknologi
persenjataan perang dengan menitikberatkan pada seluruh kekuatan darat, laut,
dan udara. Ilmu perang masa depan pada hakikatnya merupakan dinamisasi
perkembangan strategi perang dan teknologi persenjataannya.

c. Mencermati perkembangan kawasan dan perkembangan teknologi terutama


teknologi elektronika yang sangat pesat, kiranya TNI perlu kerja keras, butuh
teknologi informasi dan Pernika yang memadai agar mampu melaksanakan tugas-
2

tugas yang diembannya dengan baik. Adanya pelanggaran melintasi batas wilayah
negara berupa personel, kapal perang, pesawat udara, pesawat udara tanpa awak
dan gangguan yang berupa jamming, deception dan intercept terhadap Alutsista TNI.
Saat ini TNI belum mempunyai kemampuan melaksanakan peperangan elektronika
dengan baik, doktrin Pernika yang masih dalam naskah sementara, manajemen
pengelolaan yang tidak maksimal, kemampuan personel yang masih minim dan
keterbatasan Alutsista Pernika TNI/Angkatan berdampak pada berkurangnya
kemampuan TNI dalam melaksanakan Pernika. Keadaan tersebut sangat
memengaruhi konsep operasi, pola operasi dan penanganan Pernika di lingkungan
TNI, di mana tantangan ke depan adalah perang modern yang lebih mengedepankan
penguasaan hasil-hasil perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

d. Mengingat geografi Indonesia yang terdiri atas ribuan pulau besar dan kecil,
maka operation area (area operasi) Pernika adalah seluruh wilayah kedaulatan NKRI
dan interest operation (kepentingan operasi) adalah negara-negara sekitar
Indonesia, idealnya 10 negara yang berbatasan dengan Indonesia. Untuk dapat
mempunyai kemampuan Pernika seperti itu tentunya dibutuhkan anggaran yang
tidak sedikit. Sesuai dengan RPJPM Dephan dan TNI 2004 – 2024 postur yang
ingin dicapai adalah MEF (Minimum Essensial Force). Dengan kemampuan
mengatasi ancaman militer di dua trouble spot area melalui OMP. Kemampuan
Pernika TNI mengikuti arah ancaman di dua trouble spot tersebut dengan
kemampuan mobile Pernika baik terpusat maupun melekat di Alutsista TNI dan
kemampuan Pernika yang tergelar (kewilayahan) untuk mengatasi kemungkinan
trouble spot sesuai dengan ancaman militer faktual.

2. Maksud dan Tujuan. Blueprint Pernika TNI disusun dengan maksud untuk
memberikan gambaran secara menyeluruh tentang upaya-upaya untuk membangun
kekuatan Pernika TNI yang disusun secara terencana, bertahap dan komprehensif serta
dilaksanakan secara berkesinambungan dengan tujuan untuk dijadikan sebagai pedoman
dalam pembangunan Pernika TNI.

3. Dasar-dasar:

a. Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.


b. Undang-Undang RI Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia.
3

c. Peraturan Menteri Pertahanan RI Nomor 21 Tahun 2008 tentang


Penyelenggaraan Telekomunikasi Khusus di Lingkungan Departemen Pertahanan
dan Tentara Nasional Indonesia.

d. Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/2/I/2007 Tanggal 12 Januari 2007 tentang


Doktrin TNI, Tri Dharma Eka Karma.

4. Sistematika:

a. Bab I Pendahuluan.
b. Bab II Latar Belakang dan Faktor-faktor yang Memengaruhi.
c. Bab III Pembahasan.
d. Bab IV Penahapan Pelaksanaan Blueprint Pernika TNI.
e. Bab V Penutup.
4

BAB II

LATAR BELAKANG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI

5. Latar Belakang

a. Perang elektronika telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Gambaran


perang elektronika terlihat pada Perang Teluk pada tahun 1991, dimana Amerika
Serikat telah menggunakan kekuatan militernya untuk melakukan Pernika secara
cepat dan tepat. Sebelum melaksanakan serangan udara, semua sistem elektronika
tentara Irak berhasil di jamming oleh Amerika, sehingga keandalan peluru kendali
Scud buatan Rusia yang digunakan oleh Irak dapat dihilangkan yang berakibat
peluru kendali Patriot buatan Amerika dapat mencegat peluru kendali Scud tersebut.
Demikian pula dengan peluru kendali Tomahawk yang dibawa oleh USS Missouri
dan USS Wisconsin. Rudal ini dilengkapi dengan alat sensor canggih sehingga dapat
mendeteksi sasaran dengan cermat. Selain itu Amerika juga mengoperasikan lebih
dari 30 buah satelit. Tidak kurang dari 7 satelit beroperasi di atas Irak untuk
kepentingan pengintaian udara (Satelit Key Hole/KH) yang dapat mendetek obyek di
bumi sebesar bola kaki dari ketinggian 800 Km. Satelit signal inteligence Amerika
dapat memonitor pembicaraan radio Tentara Irak, dengan lebar antene hampir
setengah lapangan sepak bola. Satelit mata-mata yang diorbitkan di atas Samudera
Indonesia, dapat mengawasi kilatan rudal dalam waktu sepersepuluh detik yang
kemudian dikirim secara cepat dan serentak ke stasiun bumi Angkatan Udara
Australia yang berada di Woomera dan US Space Commands Missile Warning
Center (SCMWC) yang berada di pegunungan Cheyenne Colorado. Di SCMWC
signal tersebut diolah dan dipilih serta dipisahkan untuk menentukan rudal dan
sasaran yang dituju, dan mengirim kembali ke satelit di kawasan Teluk.

b. Dari gambaran Perang Teluk tersebut di atas, Amerika telah melakukan perang
elektronika terhadap Irak. Irak telah dibuat tak berdaya menghadapi serangan
Amerika sehingga menderita kekalahan yang cukup besar baik dari korban jiwa
maupun materiil. Indonesia sebagai negara yang berdaulat dan cinta damai dapat
mengambil pelajaran berharga dari Perang Teluk. Apabila dihadapkan dengan
konstelasi geografi Indonesia sebagai negara kepulauan yang diapit oleh dua benua
dan dua samudra yang harus dijaga oleh TNI serta perkembangan dinamis
lingkungan strategis, dapat dikatakan bahwa TNI belum dapat melaksanakan perang
5

elektronika dengan baik. Hal tersebut secara tidak langsung dapat diketahui dari
peralatan Pernika yang dimiliki TNI baik dari segi jumlah maupun kondisi teknisnya.
Secara umum peralatan Pernika TNI telah mengalami penurunan kondisi teknis yang
diakibatkan usia peralatan dan hanya sebagian kecil saja yang masih dapat
digunakan secara optimal. Peralatan Pernika TNI antara lain:

1) Mabes TNI:

a) Monobs dan DF.


b) Jammer Komunikasi.
c) Intercept Komunikasi.

2) TNI AD:

a) Monobs dan DF.


b) Jammer Komunikasi.
c) Radar Hanud.

3) TNI AL:

a) ESM.
b) Radar.
c) Sonar.
d) Jammer Komunikasi.
e) Scramble.
f) Monobs dan DF.
g) IFF.
h) Chaff dan Flare.

4) TNI AU:

a) Surveillance Device.
b) Monobs dan DF.
c) Radar.
d) Radar Warning Receiver (RWR).
e) IFF.
f) Chaff dan Flare.
g) Audio Encryption.
6

Untuk menghadapi tantangan tugas ke depan yang semakin berat dan


kompleks, dibutuhkan peralatan-peralatan Pernika yang memadai untuk mengawasi
dan melindungi NKRI. Oleh karena itu, TNI perlu menyesuaikan diri untuk
mengembangkan dan memiliki teknologi Pernika yang memadai. Adapun
pengembangan teknologi Pernika yang diinginkan berupa electronic warfare support,
electronic attack dan electronic protection. Pencapaian pengembangan tersebut
dirancang sesuai dengan rancangan MEF dengan mempertimbangkan per-
kembangan dinamis lingkungan strategi atau faktor-faktor lain yang memengaruhi.

6. Faktor-Faktor yang Memengaruhi:

a. Faktor Eksternal. Era globalisasi informasi yang berdampak pada globalisasi


politik, ekonomi, sosial dan budaya telah mewarnai perkembangan hubungan antar-
bangsa-bangsa di dunia, selain memberikan berbagai dampak positif, tetapi perlu
diwaspadai munculnya dampak-dampak yang bersifat negatif. Hubungan antar-
bangsa yang semula didasari oleh kepentingan pertahanan dan keamanan, kini telah
bergeser pada kepentingan politik yang bertumpu pada kepentingan ekonomi.
Konsep geopolitik berkembang menjadi geoekonomi dimana setiap strategi politik
selalu berawal dari dorongan kepentingan ekonomi dan berakhir pada pencapaian
tujuan ekonomi, maka konflik-konflik yang terjadi baik secara global maupun regional
akan selalu berkaitan dengan kepentingan ekonomi. Dengan demikian negara-
negara berkembang akan cenderung untuk dijadikan obyek, pangsa pasar dan
daerah uji coba produk teknologi negara-negara maju yang pada hakikatnya akan
merugikan dan menyulitkan masyarakat negara berkembang.

1) Kecenderungan lingkungan strategik ditandai oleh pesatnya per-


kembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mulai akhir abad
ke-20, khususnya teknologi komunikasi, informasi dan transportasi telah mem-
percepat proses globalisasi dalam semua aspek kehidupan manusia.
Globalisasi yang semakin menggejala telah mengakibatkan kepentingan-
kepentingan politik, ekonomi dan sosial budaya antar bangsa menjadi semakin
transparan.

2) Munculnya Amerika Serikat sebagai satu-satunya negara adidaya atau


"super power". Dimana Angkatan Laut Amerika Serikat dalam buku putihnya
"... From The Sea" yang diterbitkan pada tanggal 29 September 1992
7

memunculkan gagasan Littoral Warfare yang merupakan pergeseran arena


operasi Angkatan Laut dari samudera ke pantai atau dari perairan dalam ke
perairan dangkal. Selanjutnya gagasan ini telah menjadi doktrin bagi
pembangunan kekuatan Angkatan Laut Amerika Serikat, di mana seluruh
komponen kekuatan Angkatan Laut Amerika Serikat harus memiliki
kemampuan Littoral Warfare. Perkembangan doktrin ini telah mengilhami
beberapa negara yang memiliki kemampuan power projection (pengerahan
kekuatan dari laut ke darat), sehingga dapat dikatakan bahwa telah terjadi
kecenderungan (trend) pergeseran arena peperangan laut dari laut bebas ke
daerah perairan pantai.

3) Konvensi Hukum Laut UNCLOS 1982 sebagai hukum positif telah berlaku
secara internasional, tetapi negara super power (Amerika Serikat) tidak
meratifikasinya. UNCLOS 1982 hanya dimanfaatkan oleh Amerika Serikat
sebagai alat untuk menjaga kepentingan nasional dan mempertahankan
hegemoninya di forum internasional. Untuk negara yang sedang berkembang
masih disibukkan oleh konflik bersenjata maupun tidak bersenjata dalam
lingkup internal maupun eksternal. Hal ini menunjukkan bahwa kepentingan
nasional negara maju dapat menjangkau masuk ke dalam wilayah negara lain,
sedangkan kepentingan nasional negara berkembang masih terbatas dalam
wilayah kedaulatannya sendiri. Dengan bertambahnya teritorial laut s.d.
kawasan ZEE dan Contigous Zone menimbulkan konflik baru klaim teritorial
laut di kawasan global regional, Indonesia mempunyai permasalahan klaim
teritorial laut dengan negara-negara yang berbatasan dengannya. Dengan
demikian, dalam perspektif perang, maka kemungkinan terjadinya perang lebih
banyak akan terjadi di dalam wilayah kedaulatan negara-negara berkembang.

4) Perkembangan Teknologi Informasi.

a) Teknologi Informasi (TI) adalah teknologi yang mempunyai


kemampuan untuk menangkap (capture), menyimpan (store), mengolah
(process), mengambil kembali (retrieve), menampilkan (represent) dan
menyebarkan (transmit) informasi. Perkembangan TI merupakan
kombinasi antara kemajuan bidang ilmu komputer dan komunikasi yang
berdampak luas bagi kehidupan masyarakat saat ini. Dampaknya dapat
8

mengubah cara berorganisasi, perdagangan antarperusahaan,


pemerintahan dan cara dalam berperang.

b) Pemanfaatan teknologi informasi di berbagai kehidupan, khususnya


di bidang militer perlu diantisipasi karena di satu sisi dapat membawa
dampak untuk kebaikan tapi di sisi lain berdampak untuk pengrusakan.
Munculnya perang informasi dengan memanfaatkan teknologi informasi,
karena sifat penggunaan sistem secara bersama (sharing), sehingga
memungkinkan pihak-pihak yang tidak berkompeten pada suatu sistem
dapat melakukan akses ke pihak lain. Teknologi informasi merupakan
perpaduan dari teknologi telekomunikasi dan komputer. Dengan
perkembangan kedua teknologi tersebut memungkinkan orang dapat
berinteraksi dari satu tempat ke tempat lain dengan tidak melihat batasan
wilayah ataupun negara. Permasalahan muncul ketika pemanfaatan
teknologi tersebut digunakan untuk kepentingan yang tidak sebagaimana
mestinya (diselewengkan) seperti pencurian data, perusakan data bahkan
penghilangan data milik orang lain.

c) Seluruh sistem yang digunakan untuk kepentingan militer seperti


komando dan kendali, intelijen, pengintaian dan pengamatan, bentuk
platform persenjataan telah memanfaatkan kedua teknologi tersebut.
Tentunya untuk menjaga faktor keamanan pada sistem tersebut perlu ada
upaya untuk melindunginya, konsep perlindungan sistem perlu ditempuh
mengingat sistem tersebut selain membentuk suatu jaringan juga
memanfaatkan gelombang elektromagnetik yang rawan terhadap
gangguan penyadapan dan perusakan data pada saat terjadi proses
interaksi. Mengingat lompatan kemajuan teknologi informasi demikian
pesatnya, maka perkembangan kedua teknologi tersebut perlu disimak
secara seksama sebagai bahan antisipasi dalam menghadapi perang
informasi pada saat ini. Teknologi informasi memainkan peran utama
dalam pembangunan senjata non-lethal (non-lethal weapon).

5) Perkembangan K4IPP saat ini. K4IPP merupakan singkatan dari


Komando, Kendali, Komunikasi, Komputer, Intelijen, Pengamatan dan
Pengintaian, dimana Kodal merupakan tempat pimpinan mengambil keputusan
dalam suatu misi secara langsung dengan didukung oleh teknologi informasi,
9

komunikasi dan komputer sebagai bagian dari K4IPP. Sedangkan informasi


intelijen yang langsung didapat dari daerah pertempuran atau situasi sebelum
adanya penyerangan dikirim ke garis belakang untuk dianalisa dan dievaluasi,
hasilnya dijadikan bahan oleh pimpinan dalam menentukan kebijakan yang
tepat dalam keberhasilan suatu misi. Sistem K4IPP memberikan informasi
situasional kepada pimpinan tentang lokasi dan status kekuatan musuh dan
kekuatan sendiri, adapun kemampuan K4IPP terdiri atas:

a) Situational Awareness, situasi dimana seluruh informasi unsur-unsur


kekuatan sendiri serta kekuatan musuh berada.

b) Information Superiority merupakan aset strategis setiap organisasi


yang berkaitan dengan ancaman potensial dari keamanan negara, tanpa
informasi yang tepat dapat menyebabkan kegagalan khususnya dalam
bidang pertahanan, sedangkan dalam doktrin militer informasi merupakan
bagian integral dari komando dan kendali yang merupakan kunci setiap
operasi.

b. Faktor Internal.

1) Sebagai negara kepulauan, sumber kekayaan alam demikian berlimpah


dan belum dimanfaatkan oleh bangsa ini karena penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi tinggi masih belum mampu untuk mengolahnya, maka sumber
kekayaan alam justru lebih banyak dieksploitasi oleh negara lain, sehingga
secara ekonomis keuntungan lebih banyak diperoleh negara lain.

2) Kebijakan pembangunan kekuatan pertahanan negara selama ini belum


mendapatkan prioritas dan arah yang jelas. Hal ini disebabkan kemampuan
ekonomi negara yang belum mencukupi untuk mengembangkan peralatan
pertahanan sesuai yang diinginkan, sehingga dari segi alat utama dan sistem
senjata termasuk Pernika yang dimiliki TNI, kondisinya sangat memprihatinkan
dan kurang layak.

3) Faktor utama pengawak sebuah organisasi adalah Sumber Daya Manusia


yang didukung dengan peralatan yang memadai dan adanya sikap mental dan
budaya yang umumnya cenderung bersifat tradisional. Sumber Daya Manusia
10

Pernika TNI sampai dengan saat ini masih terbatas, untuk memenuhi peng-
awakan peralatan yang berbasis pada teknologi informasi dimana kegiatan
tersebut menggunakan sistem informatika dan komputer. Budaya dalam
memanfaatkan teknologi informasi di lingkungan personel TNI berkembang
lambat.

7. Peluang dan Kendala.

a. Peluang.

1) Dengan dikembangkannya Blueprint Pernika TNI baik di tingkat Mabes


TNI maupun Kotama dan Satuan Kerja TNI, maka akan meningkatkan
kemampuan Pernika yang sudah ada dan sangat bermanfaat bagi organisasi
TNI untuk mendukung operasional antar-Kotamaops TNI.

2) Sarana Pernika dapat diintegrasikan dengan peralatan elektronik yang


belakangan ini berkembang dengan pesat dan mempunyai kesamaan dalam
hal informasi seperti teknologi informasi yang sudah ada di TNI AD, TNI AL, TNI
AU dan Mabes TNI, sehingga dapat menjadikan peluang yang sangat besar
bagi kemajuan Pernika TNI.

3) Kebijakan pimpinan TNI untuk mewujudkan postur TNI yang profesional,


efektif, efisien dan modern disegani di Asia Tenggara merupakan peluang
penerapan teknologi informasi karena Alutsista yang ada di masa mendatang
adalah Alutsista yang sarat dengan teknologi termasuk Pernika.

4) Adanya keinginan pemerintah mengembangkan industri pertahanan


dalam negeri untuk mendukung ketersediaan Alutsista termasuk peralatan
Pernika merupakan peluang untuk memajukan usaha kemandirian bangsa
dalam mengurangi ketergantungan terhadap negara lain.

b. Kendala.

1) Terbatasnya alokasi anggaran yang tersedia menjadikan kendala


tersendiri dalam pembangunan dan pengembangan sistem teknologi informasi
dan Pernika di lingkungan TNI, sehingga kemampuan Pernika yang dihasilkan
kurang dapat memberikan output yang optimal terhadap pelaksanaan operasi
TNI.
11

2) Terbatasnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia akan berakibat


pada lambatnya perkembangan Pernika di lingkungan TNI, sehingga kemajuan
teknologi yang berkembang saat ini kurang dapat diikuti dengan baik.

3) Sikap mental dan budaya yang umumnya cenderung bersifat tradisional,


mengakibatkan sistem informasi modern, Pernika kurang mendapatkan respon
yang positif sehingga Pernika dan sistem informasinya yang tersedia kurang
diminati.

8. Analisis Kemungkinan Daerah Operasi Pernika. Terkait potensi ancaman dari


luar, selama ini secara internal dari data intelijen dan produk strategis yang ada, diprediksi
tidak akan ada kemungkinan perang terbuka antara Indonesia dengan negara lain minimal
dalam sepuluh tahun ke depan. Hal ini didasarkan kepada analisa intelijen terhadap
konstelasi politik kawasan (Asia Tenggara), di mana pada saat ini solusi berbagai masalah
antara Indonesia dengan negara tetangga dapat ditempuh secara persuasif melalui jalur
diplomasi, dan tidak terlihat adanya kebuntuan diplomasi yang membahayakan serta
berpotensi perang. Akan tetapi, dinamika perpolitikan kawasan akan terus berkembang
dan berubah dengan cepatnya dan bukan tidak mungkin, kelemahan suatu sistem
pertahanan bila dibiarkan seperti itu adanya serta tiadanya kemampuan penggetar
strategis (strategic deterrent force) justru dapat menjadi pendorong bagi negara lain untuk
melakukan agresi kepada Indonesia. Disadari semua pihak bahwa untuk mempunyai
pertahanan yang kokoh dibutuhkan kekuatan Angkatan Udara sebagai kekuatan yang
siap setiap saat, Angkatan Laut yang kuat sebagai kekuatan pertama di lini depan dan
Angkatan darat yang memadahi sebagai benteng pertahanan terakhir di darat.
Kemampuan tersebut memerlukan dukungan kemampuan Pernika yang memadai.
Perubahan lingkungan strategis menunjukkan adanya potensi ancaman yang bersifat
konvensional. Situasi empiris menjelaskan bahwa pola interaksi negara-negara di
kawasan ini khususnya Asia Tenggara yang turut diwarnai beberapa tensi politik yang
cukup tinggi. Tensi politik yang bermunculan disebabkan adanya kepentingan
kedaulatan, seperti konflik klaim teritorial dan kepentingan politik yang mengarah pada
terjadinya potensi perselisihan kepentingan atas wilayah laut. Besarnya potensi konflik
tersebut memicu sikap negara-negara di kawasan ini, baik secara langsung maupun tidak
langsung, untuk menggunakan pendekatan militeristik dan mulai mengembangkan
(modernisasi) kemampuan persenjataan termasuk peralatan Pernika dan meningkatkan
jumlah pasukan untuk menopang kapabilitas militernya dalam melakukan operasi militer.
12

Perubahan tersebut pada akhirnya akan menentukan tipologi ancaman, bentuk konflik,
dan eskalasi konflik yang memengaruhi stabilitas politik. Dari data empirik yang ada dan
berdasarkan kajian kemungkinan ancaman militer atau konflik skala kecil yang
sewaktu-waktu dapat meningkat dengan cepat adalah dengan negara Malaysia utamanya
di perairan Ambalat. Kemungkinan lain adalah serangan dari laut (power projection)
untuk menduduki Indonesia dan serangan udara sebagai first strike, sedangkan serangan
dari darat yang berbatasan dengan Indonesia untuk Papua dan Timor Leste kemungkinan
kecil, karena kemampuannya kecil. Serangan dari Malaysia yang telah menggelar
kekuatan Brigade TDM di sepanjang perbatasan Kalimantan dan sepanjang pantai Malaka
semuanya mengarah ke Indonesia dengan dukungan Pernika yang memadai, diperkirakan
serangannya juga kecil, karena Malaysia masih dalam batas kemampuan defensive belum
offensif. Malaysia mempunyai kemampuan informasi teknologi nomor dua di ASEAN
setelah Singapura. Dalam hal Pernika, Singapura adalah paling unggul, hal ini juga patut
dipertimbangkan dalam penggelaran operasi Pernika TNI. Walaupun kemungkinan perang
kecil, tetapi TNI harus menyiapkan diri. Sesuai diktum Von Clausewitz, kalau ingin
damai bersiaplah perang (Civis Pacem Para Bellum), maka TNI-pun harus menyiapkan
diri untuk itu. Prioritas pembangunan Pernika dapat diarahkan untuk mendukung operasi
di daerah ancaman tersebut, yang bertumpu Pernika di kapal perang (KRI) dan pesawat
tempur, serta pasukan sebagai Pernika mobile dan Pernika yang tergelar di kewilayahan
agar dekat dengan daerah operasi dan interest operasi. Untuk itu area operasi adalah
pantai Utara Sumatera yang menghadap sepanjang Selat Malaka mengimbangi kekuatan
Malaysia sekaligus digunakan untuk membantu mengontrol Selat Malaka dengan interest
operasi wilayah Malaysia Barat, termasuk di pulau Batam, untuk mengawasi Selat
Singapura dan mengkover Singapura. Dan untuk daerah Timur area operasi di Ambalat
dan sepanjang Kalimantan Utara serta interest operation daerah Pulau Kalimantan bagian
Utara (Wilayah Malaysia). Kedua interest area tersebut untuk dukungan Pernika/
penyadapan (ESM), area operasi untuk serangan elektronik dan perlindungan elektronik.
13

BAB III
PEMBAHASAN

9. Pengertian Pernika. Pernika adalah kegiatan militer dalam penggunaan spektrum


elektromagnetik untuk menentukan, mengeksploitasi, mencegah atau mengurangi
penggunaan spektrum elektromagnetik lawan dan menggunakannya untuk kepentingan
sendiri. Pernika juga diartikan sebagai aksi militer yang menyertakan penggunaan
gelombang elektromagnetik dan pengarahan energi gelombang elektromagnetik untuk
mengendalikan spektrum gelombang elektromagnetik sendiri dan atau untuk menyerang
musuh serta mencegah musuh menggunakan gelombang elektromagnetik tersebut bagi
kepentingannya. .

Gambar 1. Spektrum Gelombang Elektromagnetik

Dari pengertian tersebut diketahui terminologi Pernika yang lama menggunakan


istilah ESM (Electronic Support Measures) bersifat pasif, ECM (Electronic Counter
Measures) bersifat aktif. EPM (Electronic Protective Measures) bersifat aktif dan pasif.
Terminologi Pernika yang baru terdiri atas tiga bagian yaitu Serangan Elektronik
(Electronic Attack/EA) bersifat aktif, Perlindungan Elektronik (Electronic Protection/EP)
bersifat aktif pasif, dan Dukungan Pernika (Electronic Warfare Support/ES) bersifat pasif.
14

10. Konsep Operasi Pernika TNI. Blueprint Pernika TNI dirancang untuk kepentingan
operasi dalam rangka mendukung tugas pokok TNI. Konsep Operasi Pernika TNI
didesain untuk mampu melaksanakan operasi Pernika secara ideal di seluruh wilayah
NKRI, meliputi trouble spot area, daerah potensi konflik dan daerah perbatasan dengan
menggelar operasi Pernika secara terpusat, mobile dan kewilayahan dalam rangka
mendukung tugas pokok TNI guna menegakkan kedaulatan, menjaga keutuhan wilayah
dan melindungi segenap bangsa Indonesia. Operasi Pernika TNI yang harus dimiliki
yaitu Serangan Elektronik (Electronic Attack/EA), Perlindungan Elektronik (Electronic
Protection/EP) dan Dukungan Pernika (Electronic Warfare Support/ES). Penjelasan
operasi Pernika sebagai berikut:

a. Serangan Elektronik (Electronic Attack/EA).

1) Serangan Elektronik adalah satu bagian Pernika yang menyertakan


penggunaan energi elektromagnetik, pengarahan energi elektromaknetik atau
senjata antiradiasi untuk menyerang personel, fasilitas atau peralatan musuh
dengan tujuan untuk menurunkan, netralisasi atau menghancurkan kemampuan
daya tempur musuh secara terus-menerus dengan mempertimbangkan jenis
senjata yang digunakan musuh.

Gambar 1. Pembagian Pernika


15

2) Serangan Elektronik meliputi:

a) Suatu tindakan yang dilakukan untuk mencegah atau mengurangi


efektifitas penggunaan spektrum elektromagnetik oleh musuh, seperti
gangguan (jamming) elektromagnetik dan tipuan (deception) elektro-
magnetik.

b) Pengerahan persenjataan yang menggunakan energi elektro-


magnetik atau energi elektromagnetik yang diarahkan sebagai mekanisme
destruktif utama (senjata-senjata laser, senjata-senjata frekuensi radio,
senjata-senjata partikel beam).

c) Kegiatan-kegiatan serangan dan pertahanan termasuk tindakan


balasan (counter measures).

3) Bentuk umum serangan elektronik meliputi spot, barrage dan sweep


jamming elektromagnetik. Tindakan serangan elektronik juga meliputi berbagai
teknik penyesatan elektromagnetik seperti target palsu atau menduplikasikan
target.

4) Energi yang diarahkan (Directed Energy) adalah salah satu bidang


teknologi yang berkaitan dengan pengonsentrasian energi elektromagnetik atau
partikel atom menjadi satu berkas (beam) yang mempunyai energi sangat
besar. Prinsip utama dari sebuah senjata energi yang diarahkan (Directed
Energy Weapons) adalah penggunaan energi elektromagnetik yang diarahkan
ke obyek secara langsung untuk merusak atau menghancurkan peralatan
musuh, fasilitas dan personel. Selain munculnya efek perusakan (desktruktif),
sistem senjata energi yang diarahkan, menghasilkan efek pengingkaran area
(area denial) dan kekacauan sistem kendali.

5) Contoh dari serangan elektronik adalah sebagai berikut :

a) Jamming (gangguan) terhadap Radar musuh atau sistem komando


dan kendali elektronik musuh.

b) Penggunaan misil antiradiasi untuk menekan pertahanan udara


musuh (persenjataan antiradiasi menggunakan emisi energi radiasi
16

gelombang elektromagnetik dari target sebagai mekanisme mereka untuk


memandu target).

c) Penggunaan teknik penyesatan elektronik (electronic deceptions)


untuk mengacaukan intelijen musuh, pengawasan dan sistem pengintaian.

d) Menggunakan senjata energi yang diarahkan untuk melumpuhkan/


menghancurkan peralatan atau kemampuan musuh.

6) Serangan elektronik dengan cara bertahan (Defensive Electronic Attack)


pada dasarnya adalah penggunaan spektrum elektromagnetik untuk melindungi
personel, fasilitas, kemampuan, dan peralatan. Defensive Electronic Attack
meliputi perlindungan sendiri (selft protections) dan bentuk perlindungan lain
seperti penggunaan expendables (flares dan active decoys), jammers, towed
decoys, directed energy infrared countermeasure systems dan counter radio
controlled improvised explosive device systems.

b. Perlindungan Elektronik (Electronic Protection/EP).

1) Perlindungan elektronik adalah salah satu bagian dari Pernika yang


dilakukan untuk melindungi personel, fasilitas dan peralatan dari efek
penggunaan spektrum elektromagnetik baik oleh pasukan sendiri maupun
lawan yang dapat menurunkan, menetralisasi atau mengahancurkan
kemampuan daya tempur musuh.

2) Sebagai contoh, perlindungan elektronik meliputi tindakan yang dilakukan


untuk memastikan penggunaan spektrum elektromagnetik oleh pasukan sendiri,
seperti ketepatan penggunaan frekuensi radio, atau penggunaan frekuensi
Radar. Perlu diperhatikan bahwa pengertian kegiatan perlindungan elektronik
tidak akan rancu dengan kegiatan perlindungan sendiri (self protection).
Keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu serangan elektronik dengan cara
bertahan (defensive electronic attack) dan perlindungan elektronik sama-sama
bertujuan melindungi personel, fasilitas, kemampuan dan peralatan. Namun
demikian, perlindungan elektronik pada dasarnya adalah perlindungan terhadap
efek dari serangan elektronik (baik oleh elektronik pasukan sendiri maupun
musuh). Sementara serangan elektronik dengan cara bertahan ditujukan
17

terutama untuk melindungi diri (menangkal) dari serangan mematikan musuh


seperti misile, rudal musuh yang menggunakan elektromagnetik sebagai
pemandunya. Penangkalan dapat dilakukan dengan cara mengganggu
(deception) spektrum elektromagnetik yang digunakan untuk memandu atau
memicu (trigger) persenjataan musuh.

3) Perlindungan elektronik dilaksanakan selama operasi berlangsung, tetapi


tidak terbatas hanya pada aplikasi pelatihan dan prosedur-prosedur untuk
menangkal serangan elektronik musuh. Komandan satuan darat serta pasukan
harus juga memahami adanya ancaman lain berupa kerentanan terhadap alat-
alat elektronika yang digunakan pasukan sendiri sampai kepada serangan
elektronik musuh, sehingga perlu memikirkan dan mengambil tindakan agar
dapat melindungi pasukan dan dapat pula digunakan untuk melawan
kemampuan eksploitasi dan serangan musuh. Ukuran perlindungan elektronik
adalah meminimumkan kemampuan musuh untuk melakukan dukungan
peperangan elektronik dan operasi serangan elektronik dengan sukses dan
mudah. Untuk melindungi pasukan sendiri dengan mudah dan dapat
digunakan melawan kemampuan musuh, maka perlu dibentuk unit-unit tugas
sebagai berikut:

a) Kekuatan satuan komlek untuk menghadapi ancaman peperangan


elektronika.
b) Pastikan kemampuan sistem elektronik yang digunakan adalah
aman selama latihan, workshop dan latihan kemampuan awal (pre
deployment training).
c) Koordinasi dan meniadakan konflik spektrum elektromagnetik yang
digunakan.
d) Laksanakan latihan rutin di satuan dan latihan khusus sesuai
prosedur perlindungan elektronik aktif maupun pasif.
e) Lakukan sesuatu untuk meminimumkan sifat rentan peralatan
elektronika terhadap jamming musuh (seperti mengurangi daya pancar,
pancaran transmisi yang sporadik dan penggunaan antena terarah/
Direction Antenna).
18

4) Perlindungan elektronik juga meliputi manajemen spektrum gelombang


elektromagnetik. Seorang manajer spektrum memiliki peran penting dalam
koordinasi dan mengalokasikan kekuatan sumber-sumber daya spektrum
gelombang elektromagnetik agar tidak terjadi konflik. Dalam hal ini, para
manajer spektrum gelombang elektromagnetik berperan langsung dalam
pelaksanaan Pernika.

c. Dukungan Peperangan Elektronika (Electronic Warfare Support/ES).

1) Dukungan Pernika adalah satu bagian dari Pernika yang melakukan


tindakan di bawah kendali langsung dari Komandan Operasi untuk mencari,
melakukan penyadapan, identifikasi dan menentukan atau melokalisasi sumber
energi elektromagnetik baik disengaja maupun yang tidak disengaja guna
kegiatan mengenali ancaman, mengarahkan pancaran elektromagnetik,
perencanaan dan operasi di masa mendatang.

2) Sistem dukungan Pernika adalah suatu sumber informasi yang digunakan


untuk pengambilan keputusan secara cepat dan tepat dalam rangka
pelaksanaan serangan elektronik, perlindungan elektronik, menangkal,
mengarahkan dan pengerahan kekuatan secara taktis. Sistem dukungan
Pernika pada dasarnya berupa pengumpulan data dan pengolahan informasi
atau intelijen yang berkaitan dengan :

a) Fakta-fakta dan sumber informasi atau intelijen.


b) Perilaku atau operasi serangan elektronik yang berlangsung.
c) Dukungan perlindungan terhadap pasukan sendiri.
d) Sistem senjata.
e) Dukungan elektronik dan upaya perlindungan.
f) Menciptakan atau memperbarui basis data Pernika.
g) Tugas dukungan informasi.

3) Dukungan Intelijen Sinyal Elektronik (Signal Inteligence/SIGINT) pada


dasarnya sama dengan Pernika yaitu menggunakan sumber-sumber yang
sama. Perbedaan keduanya adalah terletak pada penggunaan informasi
deteksi, derajat, analisis membelanjakan, detil informasi yang disediakan dan
waktu yang diperlukan. Jika pada Pernika merupakan kegiatan atau reaksi
19

secara cepat dari Komandan Taktis. Sigint lebih bersifat strategis atau di atas
level taktis dan di bawah kendali Operasional Badan Keamanan Nasional dan
secara langsung mendukung strategi keamanan nasional. Sumber-sumber
yang dikumpulkan tingkat taktis Pernika pada dasarnya secara simultan
mendukung pengumpulan data intelijen pada tingkat nasional. Selanjutnya dari
konsep operasi tersebut dijabarkan dalam kemampuan dan pola operasi
Pernika, kebutuhan operasi (Opsreq) dan spesifikasi teknis Pernika (Spectec).

11. Kemampuan dan Pola Operasi Pernika TNI.

a. Kemampuan Pernika TNI adalah kemampuan TNI menerapkan Pernika dari


aspek udara, darat, laut dan penggunaan ruang/spasi yang dilakukan baik dengan
cara diawaki, tidak berawak dengan kendali atau sistem tanpa kendali. Kemampuan
Pernika suatu satuan/unit Pernika mengerahkan kemampuan Pernika guna
mencapai tujuan yang diinginkan baik yang bersifat mematikan (lethal) atau tidak
mematikan (non-lethal) sesuai tujuan yang ditargetkan oleh satuan atas. Satuan
Pernika memiliki kebebasan untuk memelihara dan mengatur manajemen spektrum
elektromagnetik dan mengontrol penggunaan spektrum elektromagnetik oleh musuh.
Dalam konteks aplikasi Pernika, satuan Pernika menggunakan beberapa istilah
untuk memberikan fasilitas kendali dan perlindungan spektrum elektromagnetik.
Istilah yang digunakan dalam aplikasi Pernika meliputi: kendali, pendeteksian,
pengingkaran, penyesatan, gangguan, degradasi, perlindungan dan pembinasaan.

b. Pola Operasi Pernika TNI. Pola operasi mengikuti tiga bagian terminologi
Pernika yaitu serangan elektronik, perlindungan elektronik, dan dukungan Pernika,
dalam pelaksanaannya selalu menggunakan Pola Operasi Pernika dengan urutan
sebagai berikut :

1) Kendali. Dalam konteks Pernika, kendali spektrum elektromagnetik


adalah pencapaian sasaran Pernika yang diperoleh karena adanya sistem
koordinasi yang efektif saat menghadapi dan menangkal sistem Pernika musuh.
Serangan elektronik membatasi musuh dalam menggunakan spektrum
elektromagnetik. Perlindungan elektronik menjamin dan mengamankan
penggunaan spektrum elektromagnetik. Kedua tindakan di atas merupakan
operasi Pernika yang dapat pula digunakan sebagai kekuatan tempur dan
dukungan Pernika memungkinkan adanya analisa yang kuat dan akurat dari
20

seorang Komandan terhadap kondisi dan situasi lingkungan/tempur. Ketiga


hal tersebut di atas apabila diintegrasikan dengan efektif, maka akan dapat
digunakan sebagai kekuatan tempur tersendiri. Adalah tugas dan tanggung
jawab seorang komandan untuk melakukan integrasi secara maksimum guna
mendapatkan efektifitas tempur termasuk dengan sistem operasi lain dan
perangkat jaringan lain seperti: sistem komunikasi, intelijen, sistem komputer,
pengawasan dan pengintaian serta jaring informasi yang dikenal dengan istilah
C4ISR (Command, Control, Communications, Computers, Intelligence,
Surveillance and Reconaissance).

2) Pendeteksian. Dalam konteks Pernika, pendeteksian adalah


pemantauan yang dilakukan secara aktif maupun pasif pada lingkungan
operasional yang meliputi pemantauan terhadap frekuensi radio, elektro optic,
laser, inframerah dan ancaman sinar ultraviolet gelombang elektromagnetik.
Pendeteksian merupakan tahapan pertama dalam Pernika yang mengupayakan
kegiatan eksploitasi, pengarahan target dan perencanaan pertahanan.
Kemampuan untuk mendeteksi dan mengarakterisasi adanya interferensi
merupakan kekuatan yang harus dipelihara oleh setiap satuan Pernika.

3) Pengingkaran. Dalam konteks Pernika, pengingkaran adalah


kemampuan pengkontrolan terhadap informasi yang diterima oleh musuh
melalui spektrum elektromagnetik dan pencegahan munculnya informasi yang
akurat tentang kekuatan tempur pasukan sendiri. Penurunan seringkali
diakibatkan adanya penggunaan jamming.

4) Penyesatan. Dalam konteks Pernika, penyesatan adalah tindakan


mengacaukan atau menyesatkan musuh dengan menggunakan beberapa
kombinasi manusia, mekanik dan cara-cara elektronik. Melalui penggunaan
spektrum elektromagnetik, penyesatan Pernika memanipulasi keputusan
musuh, sehingga menyulitkan musuh dalam mengambil keputusan.

5) Gangguan (Desruption) dan Degradation. Dalam konteks Pernika,


gangguan dan teknik pengurangan kemampuan Pernika/degradasi, meng-
ganggu musuh dalam penggunaan spektrum elektromagnetik guna membatasi
kemampuan tempur musuh. Hal ini dapat dicapai dengan cara melakukan
jamming elektronik, penyesatan elektronik, dan penggangguan elektronik.
21

Tindakan ini dapat meningkatkan serangan terhadap kekuatan musuh secara


bertingkat/multiple dan dapat digunakan sebagai kekuatan tempur pasukan
sendiri. Gangguan dapat meningkatkan ketidakpastian musuh, dalam
mengambil keputusan dan sekaligus mengurangi penggunaan kekuatan oleh
musuh.

6) Perlindungan. Dalam konteks Pernika, perlindungan adalah penggunaan


sifat-sifat fisik; taktik operasi, teknik dan prosedur-prosedur serta perencanaan
dan proses pengerahan kekuatan dalam penggunaan spektrum elektro-
magnetik. Perlindungan meliputi adanya kepastian terhadap aktivitas-aktivitas
serangan Pernika, aktivitas penghancuran dan penurunan elektronik yang
dilakukan musuh, penggunaan sensor, intelijen atau sistem komunikasi.
Perlindungan dapat dicapai dengan cara melakukan pembekuan komponen
Pernika (component hardening), kendali emisi/pancaran dan manajemen
frekuensi serta deconfliction. Manajemen frekuensi dan deconfliction meliputi
kemampuan untuk mendeteksi, mengkarakterisasi, geolocate dan mengurangi
interferensi elektromagnetik yang memengaruhi operasi.

7) Penghancuran. Dalam konteks Pernika, adalah penghilangan/eleminasi,


penghapusan sistem targeting musuh. Sensor dan perintah serta kendali
adalah target yang menguntungkan untuk dihancurkan, karena penghancuran
komando dan kendali musuh sangat mempengaruhi terhadap persepsi musuh
dan kemampuan untuk mengkoordinir tindakan musuh. Berbagai persenjataan
dan teknik mulai dari perlengkapan perang konvensional dan persenjataan
perang modern yang berbasis energi semuanya digunakan untuk menyerang
jaringan sistem komando dan kendali musuh dan sekaligus menghancurkan-
nya.

12. Kebutuhan Operasi (Operational Requirement) Pernika TNI. Kebutuhan operasi


Pernika didesain untuk melaksanakan operasi Serangan Elektronik (Electronic Attack/
EA), Perlindungan Elektronik (Electronic Protection/EP), dan Dukungan Pernika
(Electronic Warfare Support/ ES). Keinginan TNI untuk mempunyai tiga kemampuan
operasi Pernika yang canggih berbasis teknologi tinggi didesain agar dapat mengawasi
dan menjaga gelombang elektromagnetik di seluruh wilayah kedaulatan NKRI dengan
mempunyai sistem deteksi, identifikasi dan pengumpul serta pengolah data dalam suatu
sistem Pernika TNI. Sistem Pernika TNI merupakan sarana prasarana pendukung tugas-
22

tugas TNI dalam rangka penegakan kedaulatan dan menjaga tetap tegak dan utuhnya
NKRI dengan tuntutan kemampuan sebagai berikut:

a. Peralatan Electronic Attack mampu melaksanakan :

1) Tindakan balasan electro optical infrared terdiri atas peralatan atau


teknik yang memanfaatkan teknologi electro optical infrared yang ditujukan
untuk merusak atau melumpuhkan efektivitas kegiatan musuh, terutama sekali
berkenaan dengan persenjataan dan sistem sensor yang dikendalikan dengan
tingkat keakuratan tinggi/presisi tinggi. Electro optical infrared adalah bagian
dari spektrum elektromagnetik antara frekuensi inframerah dengan frekuensi
ultraviolet di atasnya. Beberapa tindakan balasan yang digunakan pada
balasan electro optical infrared yaitu senjata laser dan broadband jammers,
yang berenergi tinggi dan dapat menghancurkan atau merusak obyek.

2) Tindakan balasan frekuensi radio. Segala usaha, pekerjaan dan


tindakan yang dikerahkan secara menyeluruh baik peralatan dan teknik yang
memanfaatkan frekuensi gelombang radio/elektromagnetik yang ditujukan
untuk untuk merusak/melumpuhkan kemampuan efektif musuh dan kegiatan-
kegiatan terutama sekali yang berkaitan dengan senjata-senjata yang meng-
gunakan sensor guide elektromagnetik, alat komunikasi.

3) Penyesatan Elektromagnetik adalah segala upaya, pekerjaan dan


kegiatan yang dikerahkan secara menyeluruh terhadap penggunaan radiasi,
reradiation, perubahan, penindasan, penyerapan, pengingkaran, peningkatan,
atau refleksi energi elektromagnetik yang ditujukan untuk melakukan
penyesatan informasi pada musuh atau persenjataan musuh yang mengguna-
kan gelombang elektromagnetik, dengan tujuan untuk menurunkan atau
menetralkan kemampuan pertempuran musuh.

4) Penggangguan Elektromagnetik (Intrusion Electromagnetck) adalah


penyisipan energi elektromagnetik ke dalam transmisi musuh dengan sengaja
yang dilakukan dengan berbagai cara, dengan tujuan menipu operator atau
menyebabkan kebingungan.
23

5) Gangguan Elektromagnetik (Jamming Electromagnetic). Dilakukan


dengan cara memberikan radiasi dengan sengaja, atau reradiasi, atau refleksi
energi elektromagnetik kepada elektronika musuh dengan maksud untuk
mencegah atau mengurangi efektifitas musuh menggunakan spektrum
elektromagnetik, dengan tujuan untuk menurunkan atau menetralkan
kemampuan daya tempur musuh.

6) Pulsa Elektromagnetik (Pulse Electromagnetic) adalah pancaran


elektromagnetik dari satu pulsa elektronik yang kuat, sebagian besar dihasilkan
oleh satu ledakan nuklir yang dapat digabungkan dengan alat elektronik atau
sistem elektronik yang menghasilkan arus dan tegangan yang sangat besar
yang dapat merusak fasilitas musuh.

7) Penyelidikan Elektronik (Probing Electronic) adalah radiasi yang


dilakukan dengan sengaja/dirancang untuk dikenakan pada peralatan elektronik
musuh atau sistem utama elektronik musuh dengan maksud untuk mengetahui
fungsi dan kemampuan operasional dari alat elektronik musuh.

b. Peralatan Electronic Protection mampu melaksanakan :

1) Pembekuan Elektromagnetik (Hardening Electromagnetic) terdiri atas


tindakan yang dilakukan untuk melindungi personel, fasilitas, dan/atau per-
alatan dengan cara menyaring, menipis, mengandaskan, mengikat, dan
melindungi serta melawan efek-efek energi elektromagnetik yang tidak
diinginkan.

2) Interferensi Elektromagnetik (Interference Electromagnetic) adalah


gangguan elektromagnetik dalam bentuk apapun yang dapat menyusup,
menghalangi, menurunkan dan membatasi kinerja efektif elektronika dan
peralatan elektronik sendiri. Baik yang dilakukan dengan sengaja atau tanpa
disengaja, berupa pancaran emisi palsu, respon dari pancaran emisi lain,
termasuk produk intermodulation dan sejenisnya.

3) Penutup Elektronik (Masking Electronic) adalah radiasi energi


elektromagnetik dalam satu frekuensi terkontrol yang digunakan untuk
melindungi emisi/pancaran komunikasi sendiri dan melawan sistem elektronik
24

musuh dan tidak secara signifikan menurunkan kemampuan operasi pasukan


sendiri.

4) Peperangan Elektronik Reprogramming (Electronic Warfare


Reprogramming) adalah perubahan atau modifikasi program yang dilakukan
dengan sengaja pada Pernika terhadap sistem atau taktik dan prosedur-
prosedur, sebagai reaksi atas adanya perubahan penggunaan jenis peralatan,
taktik, atau pengaruh elektromagnetik yang ditimbulkan oleh lingkungan
sekitarnya. Perubahan terhadap program ini dengan sengaja dilakukan
sebagai tindakan terhadap adanya perubahan parameter yang dilakukan oleh
musuh atau sebagai tindakan penyempurnaan sebagai akibat adanya interfensi
gelombang elektromagnetik atau fenomena alam yang dengan tidak sengaja
mengganggu jalannya operasi Pernika. Tujuan reprogramming pada Pernika
adalah untuk memelihara atau meningkatkan efektivitas operasi Pernika.
Reprograming pada Pernika meliputi juga adanya perubahan pada sistem. Hal
ini dilakukan untuk menangkal saat terjadi serangan terhadap pasukan sendiri
oleh sistem persenjataan musuh dan penangkalan terhadap kegiatan
intelijen/musuh.

5) Kendali Emisi Pancaran (Emisi Control) adalah proses seleksi,


pengendalian dan kontrol terhadap penggunaan gelombang elektromagnetik,
atau emiter dalam rangka optimalisasi kemampuan Komando dan Kendali serta
meminimumkan transmisi gelombang elektromagnetik guna keamanan operasi.
Kendali emisi meliputi :

a) Kegiatan pendeteksian oleh sensor musuh.


b) Interferensi timbal balik yang ada pada sistem.
c) Kemampuan interferensi musuh dalam rangka melakukan satu
rencana penyesatan militer.

6) Manajemen Spektrum Elektromagnetik (Spectrum Electromagnetic


Management) meliputi kegiatan perencanaan, koordinasi, pengintegrasian dan
pengelolaan penggunaan spektrum gelombang elektromagnetik melalui
kegiatan operasional, rekayasa teknik (engineering) dan prosedur-prosedur
administratif. Objek dari manajemen spektrum adalah bagaimana mengatur
spektrum gelombang elektromagnetik secara maksimal sehingga memungkin-
25

kan sistem elektronik dapat melakukan fungsinya dengan baik sesuai dengan
spesifikasi teknisnya tanpa menyebabkan atau mengalami interferensi.

7) Mode Cadangan Peperangan (Reserve Warfare Modes) merupakan


hal-hal yang berkaitan dengan karakteristik dan prosedur operasi, sensor,
komunikasi, bantuan navigasi, pendeteksian jenis ancaman, sistem
persenjataan dan sistem tindakan balasan. Di mana dalam hal ini, sangat
berperan dalam menjaga efektivitas kemampuan tempur. Jika seorang
komandan tidak mengenal atau salah memahami penggunaan mode cadangan
peperangan tersebut, maka akan dapat dimanfaatkan atau dinetralkan oleh
musuh, sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik. Mode cadangan
peperangan adalah penyelenggaraan dukungan cadangan Pernika yang dapat
dimanfaatkan sebagai persediaan dan digunakan selama masa perang atau
kondisi darurat.

8) Kompatibilitas Elektromagnetik (Electromagnetic Compatibility)


adalah kemampuan dari sistem, peralatan dan alat yang memanfaatkan
spektrum gelombang elektromagnetik untuk mampu dioperasikan pada
lingkungan operasional yang sudah ditentukan tanpa mengalami penurunan
kualitas sistem maupun alat yang disebabkan oleh adanya pengaruh
gelombang elektromagnetik di sekitarnya baik secara sengaja maupun tidak
disengaja. Kompatibilitas elektromagnetik meliputi: kemampuan aplikasi
manajemen spektrum elektromagnetik, sistem, peralatan dan perencanaan
peralatan yang bebas dari adanya interferensi serta prosedur operasi yang
dapat memaksimalkan efektivitas operasional penggunaan alat dan peralatan.

c. Peralatan Electronic Warfare Support mampu melaksanakan :

1) Pengintaian Elektronik (Reconnaisance Electronic) adalah kegiatan


pendeteksian, melokalisasi, mengidentifikasi dan mengevaluasi pancaran
gelombang elektromagnetik asing/musuh.

2) Intelijen Elektronik (Intelligence Electronic) adalah kegiatan intelijen


secara teknis dan geolocation untuk mencari pancaran elektromagnetik asing/
musuh yang bersifat nonkomunikasi yang berasal dari bahan-bahan peledak
(detonator) selain nuklir atau sumber radioaktif.
26

3) Keamanan Elektronik (Electronic Security) adalah kegiatan melindungi


elektronika sendiri untuk menangkal sumber informasi yang tidak jelas baik
nilai maupun sumber informasi yang diperoleh dengan cara melakukan
pancaran gelombang elektromagnetik nonkomunikasi secara aktif dan dari
pancaran tersebut diperoleh informasi, sebagai contoh : Radar.

13. Kebutuhan Teknis (Technical Requirement) Pernika TNI. Derivasi dari kebutuhan
operasional tersebut adalah adanya kebutuhan teknis peralatan Pernika TNI yang dapat
digolongkan sesuai dengan kebutuhan operasional Pernika TNI yaitu:

a. Peralatan Electronic Attack antara lain:

1) Jammer.
2) Chaff.
3) Decoy.
4) Flare.

b. Peralatan Electronic Protect antara lain:

1) Scramble.
2) Encryption/Crypto.
3) Agility.
4) Hopping.
5) Selective Jammer.

c. Peralatan Electronic Warfare Support antara lain:

1) Radar Warning Receiver.


2) Early Warning Radar.
3) Surveillance Radar.
4) Tracking Radar.
5) ESM.
6) IFF.
7) Sonar.
8) Monobs dan DF.
9) Sensor Elektronik (Spectrum Analyzer, Image).
27

14. Penggelaran Peralatan Pernika TNI. Penggelaran kekuatan Pernika TNI


dilaksanakan secara terpusat, kewilayahan, melekat pada alut sista KRI dan pesawat
udara serta Radar dimaksudkan untuk mengamankan seluruh wilayah NKRI dari segala
bentuk ancaman terutama di daerah perbatasan, daerah rawan konflik dan pulau-pulau
terluar termasuk jalur ALKI serta membantu menanggulangi bencana yang mungkin terjadi
di seluruh wilayah NKRI.

a. Penggelaran Terpusat. Penggelaran kekuatan Pernika TNI terpusat (Pernika


mobile) dimaksudkan untuk membentuk kekuatan Pernika TNI yang terdiri dari aspek
udara, laut dan darat yang mampu digerakkan oleh Mabes TNI dalam suatu operasi
gabungan TNI. Peralatan ini dapat dimobilisasikan ke pasukan, KRI dan pesawat
udara setiap saat dalam rangka operasi gabungan.

b. Penggelaran Kewilayahan. Penggelaran kekuatan Pernika TNI kewilayahan


dimaksudkan untuk mengamankan wilayah tertentu yang langsung dilaksanakan
oleh komando wilayah di bawah kendali Mabes TNI.

c. Penggelaran melekat dengan Alutsista TNI (mobile). Peralatan tersebut


merupakan bagian dari kemampuan Alutsista TNI dalam rangka mendukung tugas
pokok TNI yang dapat dimobilisasikan di seluruh wilayah NKRI.
28

BAB IV

PENAHAPAN PELAKSANAAN BLUEPRINT PERNIKA TNI

15. Tahap Persiapan. Kegiatan yang dilaksanakan pada masa persiapan antara lain:

a. Penyiapan Sumber Daya Manusia. Untuk mendapatkan personel-personel


Pernika TNI yang dapat melaksanakan Pernika dengan baik ada beberapa kegiatan
yang harus dilaksanakan, antara lain:

1) Pembenahan kurikulum di Lembaga Pendidikan Angkatan yaitu dengan


memasukkan pengetahuan tentang ilmu Pernika kedalam mata kuliah dasar
dan mata kuliah keahlian.

2) Meningkatkan kualitas tenaga pendidik yang menangani mata pelajaran


yang berkaitan dengan ilmu Pernika.

3) Mengikutsertakan pendidikan tingkat lanjut untuk personel yang


menangani Pernika terutama untuk Perwira TNI atau PNS sederajat baik di
dalam negeri maupun di luar negeri meliputi pendidikan:

a) Pasca Sarjana Elektronika.


b) Pasca Sarjana Fisika.
c) Pasca Sarjana Pemprosesan Sinyal.
d) Pasca Sarjana Pemprograman Komputer.
e) Pasca Sarjana Pernika.

4) Mengikutsertakan personel pelaksana Pernika terutama perwira dalam


seminar-seminar perkembangan teknologi Pernika yang sering diadakan di
dalam dan luar negeri.

5) Mengikutsertakan personel pengawak peralatan Pernika dalam setiap


kegiatan pelatihan peralatan Pernika yang baru dibeli.

6) Mengadakan seminar Pernika di dalam negeri yang melibatkan banyak


pihak baik kalangan TNI, pemerintah maupun para akademisi dan lembaga-
lembaga penelitian.
29

7) Mengadakan kursus-kursus Pernika tingkat lanjut bagi personel terutama


Bintara, Tamtama dan PNS setingkat.

8) Mengadakan latihan-latihan Pernika secara berkala dan rutin bagi seluruh


personel Pernika, baik tingkat gabungan maupun tingkat angkatan.

9) Mengadakan rekruitmen dan kaderisasi personel baik Perwira, Bintara,


Tamtama maupun PNS terutama yang mempunyai keahlian di bidang:

a) Elektronika.
b) Fisika instrumentasi.
c) Pemprosesan sinyal.
d) Informatika dan komputer.
e) Strategi operasi.

b. Penyiapan Peranti Lunak. Beberapa peranti lunak yang dibuat antara lain:

1) Petunjuk Operasi Pernika TNI. Petunjuk Operasi (Jukops) Pernika


dibuat sebagai penjabaran petunjuk pelaksanaan sehingga dapat dijadikan
sebagai pedoman bagi pelaksana di lapangan.

2) Petunjuk Pelaksanaan Pernika TNI. Petunjuk Pelaksanaan (Juklak)


Pernika dibuat sebagai pedoman bagi pelaksanaan maupun pejabat yang
terkait dalam pengelolaan Pernika TNI.

3) Petunjuk Teknis Pernika TNI. Petunjuk Teknis (Juknis) Pernika, dibuat


sebagai pedoman operator peralatan dalam menjalankan tugasnya.

c. Organisasi. Untuk meningkatkan peran Pernika TNI dalam rangka


menghadapi ancaman dan tantangan tugas dimasa depan, perlu diadakan validasi
organisasi Pernika TNI yang rencananya akan dibahas lebih lanjut.

16. Tahap Pelaksanaan Pengadaan Peralatan Pernika TNI. Proses pelaksanaan


pengadaan peralatan Pernika harus disusun secara cermat dan konseptual terutama
spesifikasi teknis peralatan yang dibutuhkan. Untuk itu proses pengadaan peralatan
dibuat penahapan sesuai dengan MEF (dua puluh tahun), tabel terlampir.
30

BAB V
PENUTUP

17. Kesimpulan. Dari uraian dalam Blueprint Pernika TNI dapat disimpulkan hal-hal
sebagai berikut:

a Pola interaksi negara-negara di kawasan Asia Tenggara turut diwarnai


beberapa tensi politik yang cukup tinggi disebabkan adanya kepentingan kedaulatan,
seperti konflik klaim teritorial dan kepentingan politik telah memicu sikap negara-
negara di kawasan ini, baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk
menggunakan pendekatan militeristik dan mulai mengembangkan (modernisasi)
kemampuan militer termasuk pembangunan Pernika dan meningkatkan jumlah
pasukan untuk menopang kapabilitas militernya dalam melakukan operasi militer.

b. Indonesia melalui pembangunan Postur TNI mau tidak mau dituntut untuk
mengembangkan peralatan Pernika agar tidak ketinggalan dengan negara sekitar,
dengan kemampuan yang memiliki effek deterrence dan sebagai ballance power.
Mencermati hal ini maka pembangunan kemampuan penguasaan Iptek Electronic
Warfare bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah sangat penting
dan bersifat strategis dengan mengaplikasikannya sesuai dengan perkembangan
teknologi yang ada. Hal ini dapat ditempuh melalui peningkatkan kemampuan
penguasaan Iptek Electronic Warfare, pengembangan Pernika TNI yang meliputi
modernisasi peralatan, pemantapan SDM, pembangunan sarana dan prasarana
guna mendukung tugas-tugas TNI.

c. Blueprint Pernika TNI dirancang sesuai dengan konsep operasi Pernika di


seluruh wilayah NKRI, mobile dengan melekat pada Alutsista TNI, KRI dan pesawat
udara, kewilayahan dengan gelar sesuai prioritas ancaman di sepanjang Pantai
Utara Sumatera, perbatasan Kalimantan dan Pantai Utara Timur untuk mengawasi
Ambalat, dan Pernika terpusat di Mabes TNI secara mobile dapat digerakkan
sewaktu-waktu. Dengan kemampuan Serangan Elektronik (Electronic Attack/EA),
Perlindungan Elektronik (Electronic Protection/EP), dan Dukungan Pernika
(Electronic Warfare Support/ES). Oleh karena itu dibutuhkan organisasi TNI yang
dapat menjalankan tugas dan fungsi Pernika tersebut secara operasional. Mengingat
ancaman Pernika terbesar dari Utara adalah Malaysia, maka organisasi Pernika
tersebut tentunya harus dapat mengimbangi organisasi negara dimaksud yang
mempunyai komandan pusat Pernika.
31

d. Pembentukan organisasi satuan Pernika setingkat Balakpus merupakan


kebutuhan yang harus dipertimbangkan secara komprehensif melalui suatu kajian
yang mendalam, mengingat pengadaan Alpal Pernika, pemantapan SDM dan
pembangunan sarana dan prasarana pendukung memerlukan dana yang cukup
besar, sehingga diperlukan suatu penahapan yang berkesinambungan dengan skala
prioritas.

Jakarta, Juli 2010


Panglima TNI

Djoko Santoso
Jenderal TNI

Anda mungkin juga menyukai