Anda di halaman 1dari 9

RESIMEN SISWA SECAPA TNI ANGKATAN DARAT

BATALYON SISWA-2

PEMBINAAN KETAHANAN WILAYAH SAT NONKOWIL UNTUK


MENANGKAL SETIAP ANCAMAN DAN GANGGUAN

NAMA CAPA : ARIE PURNOMO


NO. CAPA : 638
TON/KOMPI : I / BANDUNG
MATA KULIAH : PENGETAHUAN HUKUM DAN BINTER
MATERI : BINTER SAT NONKOWIL
PERTEMUAN KE : 2 (DUA)
NAMA GUMIL : LETTU ARH TAUFIK CAHYADI
TUGAS TERSTRUKTUR:

Dalam Binter Satnonkowil adalah UPK yang diselenggarakan oleh


Satnonkowil dalam rangka mewujudkan kekuatan pertahanan aspek
darat, khususnya kekuatan pendukung dalam bentuk ketahanan dalam
berbagai aspek kehidupan, kemampuan dan keterampilan serta upaya
bela negara, untuk menangkal setiap ancaman dan gangguan yang
membahayakan kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI

Jelaskan pembinaan ketahanan wilayah yang dilaksanakan oelh


Satnonkowil untuk menangkal setiap ancaman dan gangguan
yang membahayakan kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI dari
tahap perencanaan, persiapan, pelaksanaan sampai pengakhiran
dan tindakan administrasi apa yang Capa ketahui.
PEMBINAAN KETAHANAN WILAYAH SAT NONKOWIL UNTUK
MENANGKAL SETIAP ANCAMAN DAN GANGGUAN

PENDAHULUAN
Sistem pertahanan semesta yang digunakan bangsa Indonesia bertumpu
pada kekuatan TNI sebagai komponen utama serta Sumber Daya Nasional sebagai
komponen cadangan dan komponen pendukung. Selanjutnya untuk mewujudkan
potensi sumber daya nasional agar dapat ditingkatkan menjadi kekuatan pertahanan
perlu dilaksanakan Pembinaan Teritorial yang melibatkan seluruh komponen
bangsa. Sejarah perjuangan Bangsa Indonesia telah membuktikan bahwa didalam
merebut dan mempertahankan kemerdekaan NKRI, Pembinaan Teritorial senantisa
mendasarkan diri kepada kesemestaan perjuangan yang didorong oleh perasaan
senasib dan sepenanggungan, saling pengertian serta bahu membahu antara rakyat
dengan TNI.

Agar pelaksanaan Binter Satnon Kowil dapat mencapai sasaran yang


ditetapkan, dalam pelaksanaannya dilakukan melalui kegiatan Komunikasi Sosial,
Pembinaan Perlawanan wilayah dan Bakti TNI.

PEMBAHASAN
Binter sebagai salah satu fungsi utama TNI AD mengatur dan memberikan
batas-batas ruang lingkup yang terkait dengan apa yang harus dilaksanakan oleh
satuan non kowil dalam melaksanakan binter. Untuk kejelasan berbagai hal terkait
dengan binter, agar pelaksanaannya bisa dipahami secara benar sesuai peraturan
perundang-undangan, maka perlu adanya pedoman tentang binter satuan non kowil
yang berisi tujuan, sasaran, sifat, pengorganisasian, tugas dan tanggung jawab,
metoda dan teknik, alat peralatan, objek pembinaan serta faktor-faktor yang
mempengaruhi. Untuk mewujudkan ruang, alat dan kondisi juang yang tangguh
serta kemanunggalan TNI-Rakyat di wilayah-wilayah sekitar pangkalan, daerah
latihan, daerah penugasan dan daerah operasi serta wilayah-wilayah yang
ditentukan/dikoordinasikan dengan satkowil setempat.
2

Pelaksanaan kegiatan pembinaan penyusunan RTRW Hanrat agar


memperhatikan RT, RW, Provinsi, dan Kabupaten/Kota sehingga terdapat
keserasian, keselarasan, dan keterpaduan untuk kepentingan kesejahteraan dan
pertahanan, juga harus memperhatikan konsep pertahanan yang disesuaikan
dengan kondisi daerah masing-masing. 1) Perencanaan. Kegiatannya meliputi: a)
merencanakan kerangka acuan kerja; b) merencanakan pembuatan Rencana
Pelaksanaan Kegiatan (Renlakgiat); c) merencanakan metodologi pendekatan
pelaksanaan penyusunan RT RW Hanrat di wilayah Kodim; d) merencanakan
pengumpulan data yang dibutuhkan; e) merencanakan pengolahan dan analisis
data; f) merencanakan perumusan konsep RT RW Hanrat; g) merencanakan
penyusunan RT RW Hanrat; dan h) merencanakan koordinasi dengan pimpinan TNI
AL, AU instansi terkait di wilayah.

2) Persiapan. Kegiatannya meliputi: a) mempelajari kerangka acuan kerja; b)


menyiapkan referensi; c) menyiapkan personel; d) menyiapkan materiil; e)
menyiapkan metodologi pendekatan pelaksanaan penyusunan RTRW Hanrat di
wilayah Kodim; f) menyiapkan perlengkapan data yang dibutuhkan; g)
menyiapkan pengolahan dan analisis data; h) menyiapkan konsep RTRW Hanrat; i)
menyiapkan penyusunan RTRW Hanrat; dan j) koordinasi dengan pimpinan TNI AL,
AU dan instansi terkait di wilayah.

3) Pelaksanaan. Kegiatannya meliputi: a) melaksanakan pendataan dengan


mengisi/ memasukkan data pada beberapa formulir dengan masing-masing
pengelompokan dan peruntukannya sebagai berikut: (1) bentuk W-1 (jenis tanah).
Dalam pengisian kolom-kolom tersebut harus mencantumkan nama daerahnya serta
luas daerahnya dengan beberapa klasifikasi sebagai berikut: (a) pantai landai; (b)
pantai terjal; (c) dataran rendah; (d) dataran tinggi; (e) pegunungan; (f) rawa: i. rawa
yang airnya selalu tergenang; dan ii. rawa yang airnya tidak selalu tergenang. (g)
tanah liat. (2) bentuk W-2 (bencana alam). Adapun jenis bencana alam yang
dilaporkan adalah sebagai berikut: (a) gempa bumi: i. gempa tektonik; dan ii.
gempa vulkanik. (b) gunung meletus; (c) angin topan; (d) banjir; (e) tanah longsor; (f)
kebakaran hutan dan lahan; (g) bencana tsunami; (h) kekeringan; dan (i)kebocoran
limbah nuklir. (3) bentuk W-3 (curah hujan). Merupakan data yang diisi berdasarkan
3
kondisi cuaca yang terjadi selama satu semester diantaranya: (a) suhu udara: i.
suhu tertinggi ; dan ii. suhu terendah. (b) kelembapan udara; (c) musim hujan yang
terjadi (bulan/tahun); dan (d) curah hujan.

(4) bentuk W-4 (pulau-pulau di wilayah Kota/ Kabupaten/Kecamatan).


Merupakan data yang memuat tentang data jumlah pulau-pulau yang ada di wilayah
Kota/Kabupaten/Kecamatan): (a) nama pulau; (b) luas pulau; dan (c) jumlah
penduduk. (5) bentuk W-5 (daerah tempur). Merupakan data yang memuat tentang
wilayah yang digunakan sebagai daerah pertempuran: (a) wilayah; (b) daerah yang
disiapkan: i. daerah tempur; ii. rintangan alam dan buatan; iii. obyek strategis; dan
iv. hambatan. (c) daerah yang diperuntukan: i. hutan; dan ii. produk masyarakat. (6)
bentuk W-6 (daerah komunikasi).

Merupakan data yang memuat tentang wilayah yang digunakan sebagai


daerah komunikasi: (a) wilayah; (b) instalasi banmin; (c) jalan pendekat: i. jalan
utama; dan ii. jalan cadangan. (d) sarana instalasi alkom. (7) bentuk W-7 (daerah
belakang). Merupakan data yang memuat tentang wilayah yang digunakan sebagai
daerah belakang: (a) wilayah; (b) instalasi banmin; (c) jalan pendekat: i. jalan
utama; dan ii. jalan cadangan. (d) tempat latihan; dan (e) logistik wilayah: i. SDA; ii.
perikanan; iii. pertanian; dan iv. Industri. (8) bentuk W-8 (daerah pangkal
perlawanan).

Merupakan data yang memuat tentang wilayah yang disiapkan sebagai


daerah pangkal perlawanan; (a) wilayah; (b) daerah yang disiapkan; i. daerah
utama; dan ii. daerah cadangan. (c) jalan pendekat: i. jalan utama; dan ii. jalan
cadangan. (d) logistik: i. perkebunan; ii. pertanian; dan iii.industri. (9) bentuk W-9
(Merupakan jumlah Koramil, Kota/Kabupaten/ Kecamatan, dan luas daerah). data
yang memuat tentang: (a) kesatuan; (b) jumlah Koramil; (c) jumlah
Kota/Kabupaten/Kecamatan); (d) jumlah Desa/Kelurahan; dan (e) luas wilayah. b)
melaksanakan pengolahan dan analisis data.

Secara garis besar ada dua analisa harus dilakukan dalam penyusunan
RTRW Hanrat yaitu: (1) analisa data untuk menggambarkan kondisi tata ruang
wilayah Hanrat: dan (2) analisis potensi dan masalah pengembangan Hanrat
berdasarkan kondisi tata ruang wilayah Hanrat. c) melaksanakan kegiatan
perumusan konsep
4
RTRW Hanrat: (1) pengelolaan RTRW Hanrat; (2) perencanaan wilayah
pertahanan: (a) perencanaan ruang wilayah pertahanan; (b) penyusunan RT/RW
Hanrat; (c) penataan ruang kawasan pertahanan; (d) pemanfaatan ruang wilayah
pertahanan; (e) arah pemanfaatan wilayah pertahanan;

(f) pembangunan dan pengembangan wilayah pertahanan; (g) penyiapan


dan penggunaan daerah latihan militer bersifat sementara atau tidak tetap; (h)
pengendalian pemanfaatan wilayah pertahanan; (i) alih fungsi wilayah pertahanan;
dan (j) penetapan ruang. (3) penentuan daerah pertahanan: (a) dihadapkan kepada
kemungkinan adanya ancaman ke depan dan perkiraan strategis: i. daerah depan; ii.
daerah perbatasan; dan iii. daerah rawan. (b) daerah latihan: i. daerah latihan statis;
dan ii. daerah latihan dinamis. (c) daerah pertahanan darat. yang terdiri dari: i.
daerah pertempuran; ii. daerah komunikasi; iii. daerah belakang; dan iv. daerah
pangkal perlawanan.

(d) syarat-syarat daerah pertahanan: i. syarat daerah pertempuran, daerah


komunikasi, daerah belakang dan daerah pangkal perlawanan di wilayah binaan
ditentukan oleh pejabat satkowil dengan berpedoman kepada RTRW Hanrat dari
komando atas; dan ii. daerah latihan militer merupakan sarana vital dalam
penyelenggaraan pertahanan negara untuk membangun kemampuan dan kekuatan
pertahanan negara melalui latihan yang diselenggarakan secara terus menerus. (e)
pola operasi: i. operasi militer untuk perang (OMP); dan ii. operasi militer selain
perang (OMSP).

(4) kegiatan penyiapan RTRW Hanrat: (a) kegiatan penyiapan RTRW


Hanrat di daerah yang dihadapkan kepada kemungkinan adanya ancaman ke
depan dan perkiraan strategis: i. daerah depan; ii. daerah perbatasan; dan iii.
daerah rawan. (b) kegiatan penyiapan RTRW Hanrat di daerah latihan: i. daerah
latihan statis; dan ii. daerah latihan dinamis. (c) kegiatan penyiapan RTRW Hanrat
di daerah pertahanan darat, yang terdiri dari: i. daerah pertempuran; ii. daerah
komunikasi; iii. daerah belakang; dan iv. daerah pangkal perlawanan. d)
melaksanakan penyusunan buku RT/RW Hanrat dengan cara menuangkan materi
teknis RTRW Hanrat ke dalam format buku RTRW Hanrat oleh masing-masing
wilayah dengan lengkap dan jelas
5
serta di revisi setiap tahunnya (penjelasan dan contoh cara pengisian buku RT/RW
Hanrat). 4) Pengakhiran. Satnonkowil Kegiatannya meliputi: (1) mengevaluasi hasil
pembinaan RTRW Hanrat di wilayah binaan dari Satnonkowil setempat; (2)
membuat laporan hasil pembinaan RTRW binaan dari satkowil setempat (3)
menyusun hasil evaluasi pembinaan RTRW Hanrat untuk dijadikan bahan
pembinaan RTRW Hanrat yang akan datang; dan (4) pengecekan alat peralatan
yang digunakan.

PENUTUP
KESIMPULAN
Dari keseluruhan uraian tersebut di atas, penulis dapat menarik kesimpulan
bahwa memahami pentingnya pembinaan teritorial guna memantapkan ketahanan
wilayah dapat dilaksanakan melalui langkah-langkah positif terhadap
penyelenggaraan pembinaan teritorial dengan menggunakan methode bhakti TNI
dengan pendataan dan KKS , pembinaan ketahanan wilayah dengan persuasif,
pragmatif , komunikatif serta komunikasi sosial dengan diskusi , dialog yang
dilaksanakan secara terpadu meliputi bidang geografi, demografi dan kondisi sosial
guna mewujudkan ketahanan wilayah yang mantap serta penataran , latihan
lapangan pada latihan dalam satuan guna meningkatkan kemampuan Aparat
Teritorial pada tingkat Dan Ramil serta Babinsa .

SARAN

Dari upaya yang dibahas di atas, penulis dapat menyarankan beberapa hal,
Untuk mendukung terselenggaranya pembinaan teritorial serta mengoptimalkan
pembinaan teritorial guna memantapkan ketahanan wilayah di darat maka perlu
disarankan hal-hal sebagai berikut: Pertama. Melaksanakan sosialisasi secara
berkesinambungan kepada seluruh komponen bangsa tentang hal-hal yang meliputi
penyelenggaraan pembinaan teritorial yang berhubungan dengan aspek geografi,
demografi, dan kondisi sosial secara formal maupun non formal. Kedua. Dengan
perkembangan otonomi daerah saat ini perlu adanya konsep penanganan
mekanisme kerja antara TNI dengan pemerintah daerah yang baku meliputi
penerapan pelaksanaan pembinaan teritorial guna meningkatkan ketahanan wilayah
melalui keputusan bersama antara Menteri Pertahanan, Panglima TNI dan Menteri
Dalam Negeri agar TNI memiliki legalitas hukum dalam melaksanakan dan

menyelenggarakan pembinaan teritorial. Ketiga. Dihadapkan pada tingkat kemajuan


perkembangan kondisi saat ini dimana permasalahan yang dihadapi dalam
melaksanakan tugas pembinaan teritorial oleh aparat teritorial semakin komplek
maka setiap prajurit TNI khususnya TNI-AD sebelum melaksanakan tugas di
lingkungan satuan teritorial seyogyanya diberikan pembekalan kemampuan khusus
dalam bidang teritorial melalui pendidikan, pelatihan, penataran maupun
pembekalan oleh masing-masing Komandan Satuan teritorial yang bersangkutan.

Pola Binter yang berorientasi pada penjagaan keamanan (security) dan


kesejahteraan (prosperity) dapat menarik minat masyarakat untuk secara intensif
menjalin komunikasi dan interaksi dengan prajurit TNI AD dalam kerangka
penciptaan ketahanan wilayah yang solid. Dalam perspektif kesejahteraan,
ketahanan wilayah yang baik berarti terciptanya kemakmuran masyarakat, baik
rohaniah dan jasmaniah. Sementara dalam perspektif keamanan, ketahanan wilayah
yang baik berwujud pada terciptanya kemampuan masyarakat dalam melindungi
nilai-nilai lokalnya terhadap ancaman dari luar maupun dari dalam. Ketahanan
wilayah yang baik dapat dimaknai bahwa masyarakat memiliki keuletan dan
ketangguhan untuk mengembangkan kekuatan lokal dengan pendekatan
kesejahteraan dan keamanan.

Demikian tulisan ini dibuat, penulis menyadari bahwa masih terdapat


kekurangan yang perlu dibenahi dan dilengkapi pada penulisan ini. Untuk itu
diharapkan kritik dan masukan bagi penulis untuk penyempurnaan selanjutnya.

REFERENSI:
1. https://tniad.mil.id.
2. Keputusan Danpusterad No. Kep/30/VI/2020 tanggal 10 Juni 2020.

Bandung, 29 Oktober 2022


Penulis,
TTD

Arie Purnomo
Wiradhika Madya No. Capa 638

Anda mungkin juga menyukai