Anda di halaman 1dari 7

NASKAH TUGAS MATA KULIAH

UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2022/20203 Genap

Fakultas : Ekonomi
Program Studi : Manajemen
Kode/Nama MK : EKMA4367/Hubungan Industrial
Tugas : 2
Penulis Soal/Institusi : Fahriansyah, SE, MM
Penelaah Soal//Institusi : Faridah Iriani, SE.,MM

No Soal Skor
1. Sebutkan dan jelaskan siapa saja pemangku kepentingan dalam perjanjian kerja
sama serta analisis apa hubungan dari masing-masing pemangku kepentingan 40
terhadap perjanjian kerjasama 
2. Sebutkan dan jelaskan permasalahan khusus ketenagakerjaan yang ada di
Indonesia, serta analisis hubungan beberapavpermasalahan tersebut terhadap 60
perusahan
Skor Total 100
*) coret yang tidak perlu

Menyetujui, 01/03/2023
Ka. Prodi Penelaah Penulis,

Dr. Ami Pujiwati, S.E.,M.S Faridah Iriani, SE.,MM Fahriansyah,SE,MM


197103192005012001 NIP. 196101171992032001 Nip. 198212042006041002
NAMA: BINTANG FAZZARA
NIM: 041565036
JURUSAN: MANAJEMEN BISNIS

1. Pemangku kepentingan atau  stakeholder adalah semua individu, kelompok masyarakat, atau komunitas
yang memiliki hubungan dan kepentingan terhadap organisasi atau perusahaan. 

Dalam organisasi atau perusahaan, stakeholder  berperan aktif dan pasif dalam upaya mencapai tujuan
organisasi atau perusahaan tersebut.

Dalam kegiatan bisnis atau perusahaan, fungsi stakeholder  adalah sebagai salah pihak yang
mengembangkan bisnis atau perusahaan tersebut. Tipe-tipe pemangku kepentingan pun beragam, seperti
pemegang saham, karyawan/karyawan/staf, distributor, dan konsumen. 

Bahkan, ada anggapan beberapa stakeholder adalah pesaing bagi perusahaan lainnya karena memengaruhi
stabilitas perusahaan lainnya.

Teori stakeholder
Teori stakeholder menjelaskan bahwa perusahaan tidak berdiri sendiri hanya untuk kepentingan
perusahaan , tetapi juga memberi manfaat dan pemenuhan kebutuhan bagi pihak lain.

Kelompok stakeholder  ini menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam memutuskan berbagai hal
menyangkut pengembangan perusahaan.

Misalnya saja, informasi terkait rencana bisnis ke depan, apakah sebaiknya diinformasikan atau tidak.

Jika diinformasikan, ada potensi diketahui pihak kompetitor dan berisiko ditiru. Namun, jika tidak
diinformasikan, konsumen dalam hal ini masyarakat tidak akan melihat perusahaan tersebut memiliki
rencana ke depan.

Dalam hal itu, pihak perusahaan terbuka (Tbk) atau publik yang diwajibkan menginformasikan berbagai
perencanaan bisnis kepada masyarakat sebagai pemegang saham.

Teori-teori stakeholder adalah sebagai berikut.


1. Instrumental
Teori ini menyebutkan bahwa salah satu strategi untuk meningkatkan kinerja perusahaan adalah
memperhatikan kepentingan stakeholder. Semuanya harus menjalin hubungan yang saling
menguntungkan. 

Dengan adanya hubungan yang baik, pendapatan yang diterima akan terus meningkat.

Inilah salah satu yang membuat hubungan manajer, direksi, dan stakeholder  terus diupayakan untuk bisa
terjalin dengan baik sesuai tujuan perusahaan dan demi citra perusahaan.

2. Normatif
Seorang pemimpin perusahaan yang baik tidak hanya memikirkan keuntungan semata. Ada beberapa hal
yang harus mereka pertimbangkan juga, seperti imbalan atau bonus yang pantas diberikan kepada
karyawan atau pihak lain atas jasanya kepada perusahaan.

Begitupun jika terjadi kerugian dalam perusahaan. Merekalah yang bisa memengaruhi perusahaan untuk
mengalihkan kepentingan ke pihak lain.

Dengan kata lain, pengaruh stakeholder adalah cukup besar terhadap sepak terjang sebuah perusahaan.

3. Deskriptif
Teori stakeholder  yang ini akan memberikan gambaran pengelolaan tugas seorang manajer untuk
kepentingan perusahaan dengan tujuan saling menguntungkan.

Apa pun kondisinya, pihak perusahaan dan manajer nyatanya saling membutuhkan. 

Jika ada keberatan pada salah satu pihak, kerja sama tidak akan berjalan mulus dan kelangsungan
perusahaan menjadi taruhannya.

Teori-teori di atas memberikan gambaran tentang tujuan kehadiran stakeholder. Dalam hal ini,
tujuan stakeholder adalah meningkatkan penciptaan nilai dan meminimalkan risiko kerugian.

Namun, meskipun teori tersebut memperluas perspektif pengelolaan perusahaan dan lainnya, tetap ada
kelemahan.

Kelemahannya adalah teori tersebut hanya berfokus pada cara-cara yang dipakai perusahaan untuk
mengatur pihak pemangku kepentingan.

Sayangnya, perusahaan diarahkan untuk mengidentifikasi stakeholder yang dinilai bermanfaat bagi


perusahaan saja.

Klasifikasi stakeholder
Secara umum, stakeholder  atau pemangku kepentingan diklasifikasikan dalam tiga kelompok berdasarkan
kekuatan, posisi, dan pengaruhnya.

Nantinya dari klasifikasi ini kita bisa menggolongkan berbagai jenis pemangku kepentingan.

Lebih jelasnya, klasifikasi stakeholder adalah sebagai berikut.


1. Pemangku kepentingan utama (primer)
Pemangku kepentingan kategori primer adalah semua yang berhubungan langsung dengan pengambilan
keputusan, kebijakan, program, dan proyek perusahaan.

Mereka yang menjadi penentu utama dalam keputusan perusahaan adalah:

 Masyarakat dan tokoh masyarakat yang terdampak langsung atas keputusan, kebijakan, atau
proyek yang dibuat perusahaan. Tokoh masyarakat dianggap sebagai sosok yang mewakili aspirasi
publik untuk disampaikan kepada perwakilan perusahaan.
 Manajer publik adalah lembaga publik yang bertanggung jawab dalam mengambil keputusan dan
mengimplementasikannya.

2. Pemangku kepentingan pendukung (sekunder)


Pemangku kepentingan kategori sekunder adalah semua pihak yang tidak berkaitan secara langsung
dengan hasil keputusan, kebijakan, atau proyek suatu perusahaan.

Namun, mereka berandil dalam menyampaikan keprihatinan atau kepedulian.

Nah, andil mereka ini dinilai sebagai pendapat atau suara yang dapat memengaruhi
keputusan stakeholder  utama atau legalitas pemerintah dalam suatu proyek.

Yang termasuk dalam kategori ini adalah:

 Lembaga pemerintah dalam wilayah tertentu, tetapi tidak memiliki tanggung jawab langsung.
 Lembaga pemerintah yang terkait dengan permasalahan tertentu, tetapi tidak memiliki wewenang
langsung dalam mengambil keputusan.
 Lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang yang berhubungan dengan
dampak, manfaat, atau rencana terkait.
 Perguruan tinggi, yaitu kelompok akademisi yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan
pemerintah.
 Pengusaha atau badan usaha yang terkait dengan keputusan, kebijakan, atau proyek yang akan
dibuat.

3. Pemangku kepentingan kunci


Pemangku kepentingan kunci adalah mereka yang berada di unsur-unsur eksekutif. Contohnya adalah
anggota legislatif dan instansi yang memiliki kewenangan secara legal untuk memutuskan suatu kebijakan,
aturan, atau proyek. 

Yang termasuk dalam kategori ini contohnya adalah pemerintah kabupaten, DPRD, dan dinas yang
membawahi langsung suatu proyek yang sedang digarap.

Dalam dunia bisnis, stakeholder terbagi dua, yaitu internal dan eksternal. Kategori


internal stakeholder adalah pemegang saham, manajemen dan para eksekutif, karyawan serta keluarga
karyawan.

Sementara kategori eksternal stakeholder adalah konsumen, distributor, pemasok, bank,  pemerintah,


kompetitor, komunitas, dan pers.
Apa saja peran-peran stakeholder?
Peran atau fungsi utama pemangku kepentingan atau stakeholder adalah membantu membuat suatu
kebijakan, aturan, atau proyek agar sesuai dan tercapai dengan arah pengembangan organisasi atau
perusahaan.

Dalam perusahaan, peran mereka berbeda-beda, tetapi semua bertujuan mengembangkan bisnis
perusahaan. Dalam perusahaan, peran tiap-tiap stakeholder adalah sebagai berikut.

1. Pemegang saham dan pemilik berperan sebagai penyedia modal dalam perusahaan agar
operasional berjalan. Mereka sebagai stakeholder adalah pengawas yang mengamati kinerja
bawahannya.
2. Pegawai yang menjadi faktor penentu kinerja suatu perusahaan. Itu sebabnya mereka juga menjadi
pemangku kepentingan perusahaan.
3. Supplier atau pemasok turut memengaruhi kinerja perusahaan sehingga mereka juga turut menjadi
pemangku kepentingan.
4. Konsumen berperan juga sebagai pemangku kepentingan karena mereka yang menggunakan
produk kita dan menilainya.
5. Bank adalah individu atau perusahaan yang memberikan bantuan modal untuk operasional
perusahaan.
6. Pesaing atau kompetitor turut berperan dalam keputusan, kebijakan, dan proyek perusahaan. Cek
saja perusahaan mobil Toyota dan Honda yang bersaing ketat di pasar Indonesia.
7. Pemerintah adalah pihak yang juga jadi pemangku kepentingan sebuah perusahaan. Keputusan
yang diambil pemerintah baik pusat maupun daerah turut memengaruhi kebijakan, keputusan, dan
proyek yang akan dilaksanakan suatu perusahaan.

Secara umum, baik langsung maupun tidak langsung, peran stakeholder adalah pengaruh dalam
pergerakan suatu organisasi atau perusahaan. Tanpa pemangku kepentingan ini, organisasi atau perusahaan
tidak akan terarah untuk mencapai tujuannya.

Tanggung jawab sosial stakeholder


Dalam hal menyeimbangkan peran dan hubungan antara stakeholder, perusahaan harus memiliki tanggung
jawab sosial atau yang biasa dikenal dengan istilah Corporate Social Responsibility (CSR).

Adapun beberapa contoh tanggung jawab para pemangku kepentingan atau stakeholder adalah sebagai
berikut.  

1. Tanggung jawab sosial kepada karyawan


Para pemilik perusahaan dapat memiliki tanggung jawab sosial pada karyawan, seperti memberikan
fasilitas yang nyaman dan sesuai bagi karyawan mereka, memberikan gaji sesuai dengan perjanjian kerja
yang tertulis, dan tidak melakukan diskriminasi dalam hal apa pun pada karyawan.

2. Tanggung jawab sosial kepada konsumen


Sekarang ini eranya konsumen adalah mitra sehingga perusahaan harus bisa menjadi rekan baik bagi para
konsumen.

Lewat pendekatan Customers Relation Management (CRM), perusahaan berusaha memberikan manfaat


yang baik dengan menjual produk maupun agar mereka kembali membeli produk perusahaan. 
3. Tanggung jawab sosial kepada masyarakat
Saat ini seluruh perusahaan harus memiliki program CSR sebagai bentuk tanggung jawab sosial kepada
masyarakat. Program CRS ini bisa berupa pemberian bantuan seperti sarana prasarana untuk pendidikan,
kesehatan, infrastruktur, wadah usaha, atau hal lain yang dibutuhkan masyarakat.

Penting buat kamu para pengusaha ataupun calon pengusaha untuk mengetahui tentang
para stakeholder dan bagaimana tanggung jawab sosial kepada para stakeholder  agar terbangun kerja sama
yang kuat antara keduanya demi mencapai visi, misi, dan tujuan perusahaan agar maksimal. 

2.

1. Pendidikan
Sektor pendidikan salah satu yang menjadi sorotan. Penyebabnya adalah tidak meratanya
kualitas standar pengajar, rendahnya kualitas calon tenaga kerja, karakter kebiasaan calon
tenaga kerja yang kurang baik, serta kurangnya lapangan kerja yang sesuai dengan bidang
pendidikan.
Hal tersebut menandakan bahwa pendidikan tinggi tidak menjamin calon tenaga kerja terdidik
mendapatkan pekerjaan baik sesuai bidang maupun di luar bidang studi.

2. Keterampilan
Memiliki sejumlah keterampilan sangat diperlukan bagi tenaga kerja. Dengan mengantongi
keterampilan tertentu dapat menjadi nilai tambah para tenaga kerja dalam persaingan
mendapatkan pekerjaan.
Biasanya, faktor ekonomi turut berperan dalam menghambat para tenaga kerja mendapatkan
keterampilan tertentu lantaran keterbatasan biaya. Namun bukan berarti skill atau
keterampilan sulit didapatkan.
Saat ini sudah banyak program pelatihan, workshop, maupun sertifikasi yang bisa diakses
secara gratis guna meningkatkan daya saing.

3. Alih Daya atau Outsourcing


Sedari dulu tenaga kerja alih daya atau outsourcing selalu menjadi permasalahan berulang
terlebih saat ketok palu UU Cipta Kerja.
Sebelum diberlakukannya UU Cipta Kerja, tenaga kerja alih daya kerap mendapatkan upah di
bawah standar minimum regional dan tidak mendapatkan fasilitas kesehatan yang memadai.

4. PHK
Pesangon karyawan PHK seringkali tidak sesuai nominalnya, lama prosesnya, bahkan tidak
dibayarkan.
PHK karyawan bisa terjadi karena banyak hal di antaranya perusahaan pailit, peleburan,
pemisahan, pengusaha tidak bersedia menerima tenaga kerja di perusahaan.
Selain itu, kondisi pandemi corona juga membuat ekonomi lesu yang mengakibatkan banyak
perusahaan yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) dan membuat pekerja
kehilangan pekerjaan.
5. Persebaran Tenaga Kerja yang Tidak Merata
Pulau Jawa masih menjadi sasaran bagi warga luar pulau untuk mengadu nasib dan mencari
penghasilan atau pun pekerjaan yang lebih baik.
Hal ini tentu berdampak pada tidak meratanya pembangunan dan pengembangan sumber daya
di daerah lain.

Klasifikasi Tenaga Kerja

Menilik UU No 13 Tahun 2013 tentang ketenagakerjaan, terdapat pengklasifikasian tenaga kerja


seperti berikut ini:

a. Tenaga Kerja Terdidik

Tenaga kerja terdidik berarti tenaga kerja yang menempuh pendidikan formal hingga ke jenjang
sarjana dan di atasnya.

Tenaga kerja terdidik mempunyai keahlian pada bidang tertentu yang sesuai dengan bidang
pendidikannya, misalnya arsitek, pengacara, dokter, dosen/guru, akuntan, desainer, dan
sebagainya.

b. Tenaga Kerja Terlatih

Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerja dengan keahlian atau keterampilan pada bidang
tertentu seperti tukang jahit, montir, juru masak, operator alat berat, dan sebagainya.

c. Tenaga Kerja Tidak Terlatih dan Tidak Terdidik

Tenaga kerja tidak terlatih dan tidak terdidik adalah tenaga kerja yang hanya mengandalkan
tenaga atau pekerja kasar.

Di Dalam pelaksanaannya setiap pelaku usaha dan tenaga kerja terikat dalam suatu ikatan atau
perjanjian kerja atau kontrak kerja yang telah disepakati kedua belah pihak.

Kesepakatan tersebut umumnya bersifat tertulis dan lisan yang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan ketenagakerjaan.

Dalam banyak kasus kesepakatan kerja tidak berjalan sebagaimana mestinya dan menimbulkan
masalah ketenagakerjaan.

Anda mungkin juga menyukai