Anda di halaman 1dari 11

Implementasi Pelaksanaan E KTP di Daerah Kabupaten Madiun

TUGAS SEMINAR ADMINISTRASI NEGARA

Oleh
ALDIANSYAH DWI PUTRA HUSADA
NIM 21040674060

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM
JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK
PRODI S1 ADMINISTRASI NEGARA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
E-KTP adalah Kartu Tanda Penduduk yang dibuat secara elektronik, dalam artian
baik dari segi fisik maupun penggunaannya berfungsi secara komputerisasi. E-KTP adalah
dokumenkependudukan yang memuat sistem keamanan/pengendalian baik dari sisi
administrasi ataupun penduduk hanya diperbolehkan memiliki 1 (satu) KTP yang tercantum
pada Nomor Induk Kependudukan (NIK). NIK merupakan nomor identitas penduduk yang
bersifat unik atau khas, tunggal, dan melekat pada seseorang yang terdaftar sebagai penduduk
Indonesia dan berlaku seumur hidup. Nomor NIK yang ada di E-KTP nantinya akan
dijadikan dasar dalam penerbitan paspor, Surat Izin Mengemudi (SIM), Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP), Polis Asuransi, Sertifikat atas Hak Tanah dan penerbitan dokumen identitas
lainnya (sumber: Pasal 13 UU No.23 Tahun 2006 tentang Adminduk).
Sistem pendukung tindakan pemerintah berbasis e Government dalam lingkup e-
government, penggunaan Tata Kelola berbasis TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi
diharapkan dapat menjadi metode pendukung transformasional untuk mempercepat
pertukaran informasi, layanan, tempat dan penyelenggaraan kegiatan. Transaksi Pemerintah
dengan Pemerintah ke Warga Negara) Warga, Bisnis Pemerintah untuk Warga (G2C) Bisnis
(G2B) dan tentu saja dengan Pemerintah itu sendiri Pemerintah ke Pemerintah (G2G) untuk
memberikan akses ke perlindungan, responsivitas, efisiensi dan transparansi.Seperti dalam
dunia pemerintahan (e-government) yang termasuk proyekproyek seperti salah satu sektor
pemerintahan (E-KTP) yang berbasis peralatan elektronik. Dengan adanya EKTP ini, warga
tentunya dapat berkontribusi untuk meningkatkan keamanan negara melalui penutupan
kesempatan penggunaan KTP atau KTP palsu. Selama ini, pelaku kejahatan termasuk teroris
TKI ilegal dan Trafficker seringkali menggunakan kode ganda, kartu atau KTP palsu untuk
menyamarkan identitasnya sehingga tidak dapat diidentifikasi oleh pihak berwajib. Namun
pada kenyataannya, fungsi eKTP masih terbatas pada informasi identitas demografis,
meskipun terdapat berbagai informasi yang tersedia untuk digunakan dalam pengelolaan
demografi.
Kebijakan pemerintah tentang E-KTP inidilatarbelakangi oleh sistem pembuatan
konvensional yang sebelumnya dilakukan di Indonesia yang memungkinkan seseeorang
dapat memilikilebih dari 1 (satu) Kartu Tanda Penduduk.Halini disebabkan belum adanya
basis sistem pelayanan terpadu yang dapat menghimpun datapenduduk dari seluruh
Indonesia. Kenyataan tersebut memberi peluang pada penduduk memiliki KTP ganda yang
dalam penggunaannya dapat disalahgunakan dan tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Misalnya: untuk menghindari pajak, sengaja menyembunyikan identitas aslinya guna
melakukan kegiatan teroris dan lain-lain.Untuk mengatasi duplikasi tersebut sekaligusuntuk
menciptakan kartu identitas tunggal maka di buatlah program E-KTP berbasis NIK
yangberarti satu orang hanya memiliki satu NIK satu E-KTP karena E-KTP memuat
informasi yangsaat detail tentang si pemilik E-KTP tersebut yang terpusat dalam suatu data
kependudukanNasional. Menurut Undang-undang Nomor 24 tahun 2013 tentang administrasi
kependudukanE-KTP mencantumkan gambar lambang GarudaPancasila dan peta wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia, memuat elemen data penduduk, yaitu NIK, nama,
tempat tinggal lahir, laki-laki atau perempuan, agama, status perkawinan, golongan darah,
alamat, pekerjaan, kewarnegaraan, pas foto, masa berlaku, tempat dan tanggal dikeluarkan E-
KTP dan tanda tangan pemilik E-KTP sehingga tidak ada lagi kemungkinan terjadinya E-
KTP ganda.
Pelayanan publik adalah semua kegiatan yang dilakukan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan dasar masyarakat sesuai dengan hak dasar setiap warga negara atau penduduk
terhadap barang, jasa, dan pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyedia jasa yang
berkaitan dengan kepentingan umum.(Widiastuti, n.d.)
E-government pada hakekatnya adalah proses penggunaan teknologi informasi sebagai
alat untuk membuat sistem pemerintahan menjadi lebih efisien. Oleh karena itu, definisi e-
government di atas memiliki dua poin utama; yang pertama adalah penggunaan teknologi
informasi (termasuk internet) sebagai alat, dan yang kedua adalah tujuan penggunaannya agar
pemerintah dapat bekerja lebih efektif. Namun, e-government tidak berarti mengubah cara
pemerintah berinteraksi dengan masyarakat. Dalam konsep e-government, masyarakat masih
dapat menghubungi pekerjaan, mendapatkan layanan pemerintah melalui telepon, atau
mengirim surat. Oleh karena itu, e-government sesuai fungsinya adalah memanfaatkan
teknologi informasi untuk meningkatkan hubungan antara pemerintah dengan pihak lain.
Terakhir, e-government merupakan upaya untuk mengembangkan pemerintahan berbasis
(penggunaan) teknologi elektronik, dengan tujuan meningkatkan kualitas pelayanan publik
secara efektif dan efisien. (Sosiawan, 2008)
Tidak disangkal lagi bahwa teknologi informasi dan komunikasi dapat digunakan untuk
menunjang dalam sistem operasional dan manajerial dari berbagai kegiatan institusi yang
ditermasuk kegiatan pemerintahan dalam hal penyelenggaraan pelayanan publik
kepadamasyarakat.Perkembangan pesat dari teknologi informasi telah mengubah sistem kerja
dari sistem manual menjadi sistem digital. Perubahan ini juga mengubah pandangan
melakukan kegiatan yang berbeda, salah satunya adalah kegiatan agensi pemerintahan. Untuk
suatu instansi pemerintah membutuhkan suatu informasi sistem untuk mendukung
kebutuhannya di dalam untuk menciptakan efisiensi dan efektifitas kerja untuk meningkatkan
pelayanannya kepada masyarakat. Sistem mendukung administrasi dari pemerintah pada
prinsip-prinsip e-government (Dwi Septiyarini, n.d.)
Fitur dan keuntungan menggunakan e-KTP antara lain: (1) Ini merupakan langkah
strategis menuju tertib pengelolan identitas penduduk untuk setiap penduduk dan database
lengkap dan akurat , (2) Mencegah pemalsuan, (3) mencegah dari penggunaan kembali KTP,
(4) akan menjamin keamanan nasional, (5) meningkatkan pelayanan publik, (6) bukti
penduduk Indonesia, (7) digunakan sebagai kartu pemilih dalam pemilu, pilkada , dll., (8)
bukti identitas diri memecahkan kasus kriminal yang sulit seperti terorisme, Perampokan
ATM bank, memegang KTP ganda dan lain-lain , (9) menjadikan perkembangan teknologi
identifikasi menjadi semakin diperlukan, dan (10) pemanfaatan yang lebih berkelanjutan
sampai dalam 10 tahun.
Manajemen kependudukan dan Pencatatan sipil merupakan rangkaian kegiatan
pendaftaran penduduk, status sipil, manajemen informasi pemanfaatan kependudukan dan
publikasi hasil-hasil pelayanan publik dan pembangunan penataan dan pengendalian
dokumen dan data kependudukan dari sektor lain.(Hasibuan et al., 2020)
Dengan adanya standarisasi kebijakan, diharapkan pemerintah daerah dapat lebih
memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam urusan pengelolaan kependudukan.
Kebijakan ini diterapkan dengan harapan tidak ada lagi kejadian seperti penipuan identitas
untuk melakukan kejahatan di masa mendatang. Hal ini dapat merugikan negara, seperti
penggelapan pajak, pembuatan paspor yang tidak bisa dibuat di setiap kota, mempromosikan
perlindungan korupsi, dan penyembunyian identitas. Tindakan yang diambil oleh pemerintah,
dalam hal ini , adalah menciptakan identitas berdasarkan perkembangan teknologi dan
informasi sistem, yang disebut e-KTP atau KTP Elektronik, untuk menggantikan arus KTP
(Kartu Tanda Penduduk). Berbagai negara di Eropa, Timur Tengah dan Asia menggunakan
hingga. (Rahmawati, 2017).
Kabupaten Madiun terletak di provinsi jawa timur , Indonesia. Ibukota kabupaten
madiun adalah Kecamatan Mejayan sesuai dengan peraturan Pemerintah No. 52 Tahun 2010.
Dalam proses pelayana e-KTP di masing masing kecamatan masih kurang begitu
professional. Buktinya masih terdapat kesalahan dalam mengimput foto maupun data diri. Di
Kecamatan Balerejo petugas yang melayani dinilai masih kurang karena yang melayani
masih berjumlah 2 orang saja sehingga kalua ada bebrapa orang yang membuat e-KTP akan
membuat perekaman menjadi lama. Hal ini harus menjadi fokus Kabupaten Madiun dalam
berbenah dan bisa meakukan perekaman e-KTP dengan maksimal dan efisien.
Antrean yang Panjang menajadi masalah juga pada Kabupaten Madiun dimana
masyarakat membutuhkan waktu hingga 6 bulan lamanya. Tetapi pada belakangan ini
Kabupaten Madiun akan menerima sebanyak 10 rb blangko dari pemerinyah pusat dengan
adanya hal ini diharapkan semua e-KTP yang masih dalam antrian bisa terselesaikan dengan
segera dan bisa langsung disalurkan ke masyarakat.
Pada tahun 2017 lalu pemerintah Kabupaten Madiun luncurkan program mobil e-KTP
dalam rangka peningkatan pelayan kepada masyarakat. Program mobil e-KTP akan beroprasi
pada hari sabtu dan minggu yang bertempat di kelurahan, kantor kecamatan dan tempat
keramaian seperti di Car Free Day. Mobil tersebut dilengkapi dengan alat perekam meliputi
sidik jari, iris mata, tanda tangan, dan foto.
Penggunaan e-KTP di Kbupaten Madiun diduga juga kurang efektif karena pada saat
melakukan proses pengurusan KK, SIM dan berkas penting yang lainnya masih
menggunakan foto copy yang seharusnya tidak perlu dilakukan. Sebab e-KTP merupakan
teknologi yang bisa terhubung langsung dengan berbgai system di pemerintahan. Apabila
teknologi tersebut tidak dapat dimanfaatkan dengan maksimal akan sama saja dengan fungsi
KTP yang dulu. Dalam hal tersebut pemerintah Kabupaten Madiun bisa memanfaatkan
teknologi e-KTP dengan makasimal.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah ada hambatan dalam proses pembuatan e-KTP di Kabupaten Madiun ?
2. Apakah masyarakat puas dengan pelayanan yang diberikan oleh pemerintah
Kabupaten Madiun?
3. Apakah kebijakan e-KTP sudah berjalan dengan semestinya?
1.3 Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui apa saja hambatan dalam proses pembuatan e-KTP
2. Mengetahui respon masyarakat terhadap pelayanan e-KTP
3. Untuk mengetahui sejauh mana perkembangan kebijakan e-KTP
1.4 Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis
Untuk mengembangkan ilmu administrasi public yaitu mengenai implementasi
kebijakan e-KTP yang bertujuan agar terciptanya pelayanan yang memuaskan bagi
masyarakat.

2. Secara Praktis
a. Bagi instansi pemerintah, Penelitian ini berguna sebagai bahan masukan untuk
meningkatkan kinerja pemerintah dalam proses pelayanan e-KTP.
b. Bagi Kabupaten Madiun, untuk menambah informasi dan untuk meningkatkan
pengetahuan terkait implementasi kebijakan e-KTP
c. Bagi peneliti, untuk mengembangkan kemampuan dan penguasaan ilmu pengetahuan
yang pernah diperoleh selama perkuliahan
d. Bgi pembaca, penelitian ini dapat memberikan informasi secara tertulis maupun
sebagai referensi.
BAB II

KAJIAN TORI

1.1 Pendekatan Dalam Implementasi Kebijakan Publik

Perkembangan studi implementasi dimulai dari tahun 1970 sampai sekarang, dimana
mengalami beberapa perubahan, Goggin mengkategorikan 3 tahap perkembangan studi
implementasi yaitu Generasi I (1970-1975) dimana studi implementasi pada generasi ini lebih
menekankan metode studi kasus. Permasalahan yang dikaji dan solusi yang ditawarkan dalam
cakupan yang sangat terbatas. Generasi II (1975-1980), generasi ini berusaha membangun
teori dan model kemudian mengujinya. Berdasarkan cara ilmuwan pada generasi ini
memahami permasalan implementasi, maka dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu
pendekatan top-down dan bottom up. Generasi III (1980), para ahli yang berusaha lebih
scientific dalam melakukan studi implementasi dengan menggunakan metode kuantitatif yang
mensyaratkan kecukupan jumlah kasus, kualitas indikator untuk pengukuran dan
keseimbangan jumlah variabel dengan kasus yang diteliti. Terdapat

beberapa pendekatan dalam studi implementasi kebijakan yaitu:

1. Pendekatan Top-Down

Pendekatan ini menggunakan cara berpikir implementasi dilakukan dari pihak atas
lalu turun kebawah. Dimana pihak atas nantinya akan melakukan pemetaan ke bagian bawah.
Pendekatan ini berfokus pada keberhasilan atau kegagalan dan efektif tidaknya suatu
implementasi kebijakan yang juga sering disebut sebagai pendekatan policy centered.
Pendekatan Top-Down mendapat beberapa kritik dari masyarakat, yaitu pendekatan ini
menganggap bawa aktor utama dari implementasi kebijakan adalah pembuat kebijakan itu
sendiri, maka dari itu mengakibatkan kurang memperhatikan faktor-faktor lainnya seberti
pihak swasta dan kelompok sasaran. Selain itu kelompok sasaran cenderung dapat
menyelewengkan arah dari kebijakan untuk kepentingan mereka, sehingga tidak sesuai
dengan yang dimaksud oleh birkorat atau pembuat kebijakan tersebut.

2. Pendekatan Bottom-Up
Pendekatan Bottom-up di dipelopori oleh Elmore(1978), Lipsky(1971), Berman
(1978), Herjn dan Porter (1978). Pendekatan ini berlawanan dengan pendekatan TopDowm,
pendekatan ini lebih berfokus pada pihak kelompok sasaran, dimana pendekatan ini
menganggap bahwa implementasi akan berhasil jika kelompok sasaran.

1.2 Metode Implementasi Kebijakan

Untuk mendapatkan semua, peneliti menggunakan George C. Edward III dengan


menganalisis keempatnya faktor atau perbedaan politik yaitu struktur birokrasi, sumber daya,
komunikasi, disposisi. Proses komunikasi hanya valid jika pengguna memahaminya. Hal ini
berkaitan dengan proses pengiriman pesan, akurasi dari pesan, dan konsistensi pesan yang
dikirim. Sumber daya yang mencakup empat faktor: staf yang memadai (kualitas dan
kuantitas), informasi yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan wewenang yang cukup
untuk melaksanakan pekerjaan atau tanggung jawab Dan kesesuaian lokasi untuk digunakan.

1.3 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu kebanyakan memebahas tentang inovasi yang


dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Madiun. Berdasarkan fenomena dan perbedaan
penelitian maka peneiti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Implementasi
Pelaksanaan E KTP di Daerah Kabupaten Madiun”. Dimana penelitian ini memperjelas
atau lebih luas dalam hal pembahasannya.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang diapakai oleh peneliti yaitu adalah pendekatan deskritif
kualitatif, yaitu penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk
kalimat. Dalam pendekatan ini, kami berusaha untuk menggali serta mendapatkan informasi
selengkap mungkin mengenai imolementasi kebijakan e-KTP di Kabupaten Madiun dengan
cara menggunakan studi literatur pada penelitian terdahulu. Teknik kualitatif diapakai sebagai
pendekatan dalam penelitian ini. Karena Teknik ini sangat sesuai unutk menganlisis proses
implementasi kebijakan tersebut.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Kabupaten Madiun yang terletak di sebelah barat Provinsi
Jawa Timur, Indonesia

3.3 Fokus Penelitian

Penelitian ini berfokus untuk membahas bagaimana proses implementasi e-KTP di


Kabupaten Madiun apakah sudah menunjukan perkembangan yang positif atau menemukan
hambatan hambatan sehingga terkendala dalam proses pembuatan. Selain itu penelitian ini
juga berfokus memebahas proses trobosan yang diambil pemerintah Kabupaten Madiun
untuk membuat pelayanan yang lebih efisien dan fleksibel dalam segi tempat maupun
waktunya.

3.3 Sumber Data

Sumber data yang dikumpulkan berupa kutipan – kutipan laporan dan bukan angka –
angka yang akan memberikan gambaran penyajian laporan tersebut.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data berasal dari berita berita maupun koran yang berasal dari daerah
Kabupaten Madiun.
3.5 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah warga sekitar, masyarakat yang sedang mengurus
pembuatan e-KTP baru, dan pegawai instansi yang bekerja melakukan pelayanan dalam
proses pembuatan e-KTP.

Dwi Septiyarini, R. N. P. (n.d.). Implementasi Program dan Pemanfaatan E-KTP Yang


Terintegrasi Di Kabupaten Sambas.
Hasibuan, E. H., Badaruddin, B., & Karyono, K. (2020). Implementasi Kebijakan E-KTP
Dalam Pelayanan Administrasi Kependudukan Kota Padangsidimpuan. Perspektif, 9(2),
465–482. https://doi.org/10.31289/perspektif.v9i2.3951
Rahmawati, Y. Y. (2017). Implementasi E-Ktp Di Kecamatan Palaran Kota Samarinda.
Jurnal Universitas Mulawarman, 1(2), 561–574.
http://perpustakaan.unmul.ac.id/ejournal/index.php/um/article/view/69
Sosiawan, E. A. (2008). Tantangan Dan Hambatan Dalam Implementasi E-Government Di
Indonesia. Seminar Nasional Informatika. http://edwi.dosen.upnyk.ac.id
Widiastuti, I. (n.d.). Kebijakan Pelayanan E-KTP Di Kota Bandung.

Anda mungkin juga menyukai