Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

PENGANTAR ILMU ADMINISTRASI

OLEH:

1. NUR DIANTI (2011/315334/DSA/5456/D)


2. UCI TRI RAHMAWATI (2011/320492/DSA/5532/D)

DIPLOMA KEARSIPAN SEKOLAH VOKASI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2011
 Lembaga Negara : Kementerian Dalam Negeri
 Program : E-KTP (KTP Elektronik)

Program Kartu Tanda Penduduk elektronik (e-KTP) merupakan program


ambisius karena pelaksanaannya tidak didahului rencana matang. Secara objektif, jika
ditanya apa itu e-KTP, apa fungsinya, mengapa harus dimiliki, bagaimana proses
pembuatannya, dan apa bedanya dengan KTP yang berlaku sekarang, mayoritas
penduduk Indonesia, termasuk yang tinggal di kota-kota besar dan yang berpendidikan
tinggi, tidak mengetahuinya secara umum apalagi secara komprehensif.

Fenomena ini terjadi karena minimalnya sosialisasi tentang e-KTP. Sosialisasi


dilakukan dengan sangat terbatas yakni melalui surat kabar dan internet di tengah fakta
bahwa penduduk yang mengakses dan memahami informasi internet dan media massa
lainnya tidak sampai 5 persen dari penduduk Indonesia.

PROGRAM PELAKSANAAN

Sejak awal Kemendagri telah menggandeng sejumlah pihak untuk ikut


mengawal di antaranya adalah KPK, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP), LKPP, dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Menteri Dalam Negeri (Mendagri) sendiri sebelumnya telah memberikan


pemaparan tentang pengadaan e-KTP ini kepada KPK, Sementara itu, program KTP
elektronik ini secara nasional dilaksanakan dalam dua tahap yakni pada 2011 dan 2012.

Tahap pertama dilaksanakan di 197 kabupaten/kota dengan target 67 juta


penduduk telah memiliki KTP elektronik. Sedangkan untuk tahap kedua, ditargetkan
105 juta penduduk telah memiliki KTP elektronik.
E-KTP ini program vital karena menyangkut kepentingan sehari-hari rakyat,
menghindari kejahatan akibat perpindahan warga yang tak terkontrol, dan mengetahui
apakah data pajak dan data jaminan sosial dapat diperbarui setiap saat.

MASALAH YANG TIMBUL

Sebenarnya program e-KTP ini sudah dirancang begitu baik tapi


implementasinya tidak dilakukan dengan baik. Pelaksanaan program ini di lapangan
maupun di masyarakat terdapat banyak kekurangan atau ketidaksempurnaan, banyak
masalah yang melanda program e-KTP ini, mulai dari masalah antrian, masalah
jaringan, distribusi peralatan, dan minimalnya sosialisasi tentang e-KTP.

Masyarakat memprotes rendahnya kualitas e-KTP. Di sejumlah daerah lainnya,


proses pembuatan ditangguhkan karena ketidaklengkapan perangkat yang digunakan
dalam proses pembuatan e-KTP.

Pada proses pembuatan e-KTP, di berbagai daerah juga terjadi kericuhan karena
adanya perlakuan diskriminatif menyusul adanya beberapa penduduk yang gilirannya
didahulukan setelah membayar sejumlah uang.

REKOMENDASI

Menyadari sentralnya pembuatan e-KTP di tengah fakta bahwa program ini


merupakan pengalaman pertama Indonesia dengan tingkat kerumitan dan biaya yang
sangat tinggi serta penerapan teknologi tercanggih, pemerintah harus melakukan
perencanaan dan pelaksanaan yang terukur, realistis, dan tidak ambisius dengan
mengevaluasi berbagai kekurangan dan masalah yang kini sedang terjadi.
Sosialisasi e-KTP kepada semua unsur masyarakat harus diintensifkan dengan
mengundang perwakilan warga di setiap kelurahan ke kantor-kantor camat. Dengan cara
ini, mereka akan bercerita kepada anggota keluarga dan tetangga sehingga informasi
meluas dengan cepat. Pembagian selebaran di tempat-tempat keramaian juga perlu
dilakukan.

Ketersediaan secara utuh dan lengkap perangkat teknik pembuatan e-KTP


berkualitas harus terverifikasi. Sumber daya manusia yang terlibat dalam proses
pembuatannya harus terlebih dahulu menerima pelatihan dari pakar dan praktisi
kependudukan dan teknologi informasi serta mempunyai integritas tinggi. Para camat,
bupati/walikota, dan gubernur harus berani melaporkan ketidakberesan di lapangan
bahkan melakukan penolakan jika dibutuhkan.

Pemerintah harus bersikap objektif dengan menerima segala kelemahannya jika


terbukti ada, karena keberhasilan suatu program ditentukan oleh publik, dan pemerintah
juga harus bertindak langsung secara konkret untuk meneliti masalah tender, sosialisasi,
ketersediaan perangkat teknologi dan sumber daya manusia pelaksana program.

Ada lima rekomendasi yang disampaikan oleh KPK untuk program e-KTP, dan
itu telah dilaksanakan. Lima rekomendasi tersebut adalah penyempurnaan desain besar,
menyempurnakan aplikasi Sistem Informasi dan Administrasi Kependudukan (SIAK)
dan mendorong penggunaan SIAK di seluruh wilayah Indonesia dengan melakukan
percepatan migrasi non-SIAK ke SIAK.

Kemudian, rekomendasi ketiga adalah memastikan jaringan pendukung


komunikasi data "online/semi-online" (dalam jaringan) antara kabupaten/kota dengan
pusat data, agar proses konsolidasi dapat dilakukan secara efisien.

Rekomendasi keempat adalah melakukan pembersihan data kependudukan dan


penggunaan biometrik sebagai media verifikasi untuk menghasilkan Nomor Induk
Kependudukan (NIK) tunggal.
Rekomendasi selanjutnya adalah pengadaan KTP elektronik harus dilakukan
secara elektronik, dan hendaknya dikawal ketat oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).

Terlepas dari masalah-masalah yang timbul dalam pelaksanaan program e-KTP,


kami tetap mengharapkan program e-KTP tetap berlajut. Karena secara teoretis, urgensi,
fungsi, landasan hukum, dan jadwal pembuatan e-KTP sudah benar.

Urgensi e-KTP, misalnya, adalah untuk menertibkan administrasi kependudukan


melalui Nomor Induk Kepegawaian (NIK) tunggal setiap warga negara yang diharapkan
akan mencegah KTP ganda dan pemalsuan identitas sehingga menutup kesempatan bagi
praktek kejahatan seperti transaksi perbankan, aksi teorisme, penghindaran pajak,
korupsi, dan pembuatan paspor palsu.

Fungsi e-KTP yakni, selain sebagai kartu pengenal, dapat dijadikan sebagai
informasi bagi pembuatan SIM, paspor, NPWP, sertifikat kepemilikan, pengganti kartu
peserta pemilu atau pilkada, dan kepentingan-kepentingan formal lainnya.

Landasan hukum pembuatan e-KTP (UU No.23/2006 tentang administrasi


kependudukan dan UU No. 35/2010 tentang cara dan teknik pembuatan e-KTP) juga
dianggap sudah tepat.

Jadwal pelaksanaan pembuatan e-KTP selama sekitar dua tahun, sepintas masuk
akal mengingat banyaknya titik pelayanan yakni 6.214 kecamatan.

Program e-KTP ini sekali lagi dapat terlaksana dengan baik apabila pemerintah
melakukan perencanaan dan pelaksanaan yang terukur, realistis, dan tidak ambisius
dengan mengevaluasi berbagai kekurangan dan masalah yang sedang terjadi.

Anda mungkin juga menyukai