Anda di halaman 1dari 12

REFORMASI ADMINISTRASI KARTU TANDA PENDUDUK DI

INDONESIA

Oleh:

Asril Figo Syafatullah

720112920

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP

2023
ABSTRAK
Di era globalisasi perubahan baik dalam lingkup sosial,ekonomi,politik dan

pemerintahan tidak bisa terhindarkan. Karena dala globalisasi, kemajuan tekhnologi

dan informasi semakin mempercepat perubahan tersebut. Hal ini dapat dilihat dari

implementasi e-government sebagai salah satu jawaban yang lahir dalam globalisasi.

Administrasi Kependudukan sebagai suatu sistem, bagi Penduduk diharapkan dapat

memberikan pemenuhan atas hak-hak administratif penduduk dalam pelayanan

publik serta memberikan perlindungan yang berkenaan dengan penerbitan Dokumen

Kependudukan tanpa ada perlakuan yang diskriminatif melalui peran aktif

Pemerintah dan pemerintah daerah. Penerapan KTP-el yang saat ini dilaksanakan

merupakan bagian dari upaya untuk mempercepat serta mendukung akurasi

terbangunnya database kependudukan di kabupaten/ kota, provinsi maupun database

kependudukan secara nasional. Dengan penerapan KTP-el maka setiap Penduduk

tidak dimungkinkan lagi dapat memiliki KTP-el lebih dari satu dan/atau dipalsukan

KTP-elnya, mengingat dalam KTP-el tersebut telah memuat kode keamanan dan

rekaman elektronik data penduduk yang antara lain berupa iris mata maupun sidik jari

Penduduk Permasalahan yang dihadapi Terdapat kesalahan data penduduk.

Berdasarkan laporan yang diterima, terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi

oleh tim supervisi di daerah pada kegiatan di tahun 2011, khususnya pada perekaman

E-KTP, seperti masalah tersendatnya atau putusnya jaringan komunikasi data,

rusaknya peralatan perekaman seperti iris scanner, serta masalah lainnya yang
menyebabkan terhentinya operasional layanan perekaman E-KTP. Sehingga ada

warga yang tidak bisa ikut dalam perekaman E-KTP.


PENDAHULUAN
Masa berlaku KTP: a. untuk Warga Negara Indonesia berlaku selama 5 (lima)

tahun (Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan,

2006) berubah menjadi Warga Negara Indonesia masa berlakunya seumur hidup; dan

b. Orang Asing masa berlakunya disesuaikan dengan masa berlaku Izin Tinggal Tetap

(Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Administrasi Kependudukan,

2013).

Di era globalisasi perubahan baik dalam lingkup sosial,ekonomi,politik dan

pemerintahan tidak bisa terhindarkan. Karena dala globalisasi, kemajuan tekhnologi

dan informasi semakin mempercepat perubahan tersebut. Hal ini dapat dilihat dari

implementasi e-government sebagai salah satu awaban yang lahir dalam globalisasi.

Sehingga hal ini menuntut tiap lapisan yang ada terutama dalam pemrintahan agar

mulai meninggalkan sistem pelayanan-pelayanan yang based paper administration

menjadi lebih efektif dengan menggunakan pelayanan yang berbasis

digital/elektronik. Hal ini kemudian di ikuti oleh instansi pemerintah di tingkat pusat

hingga daerah untuk menerapkan e-govenment dalam pelayanan publiknya, tidak

terkecuali Sumenep sebagai daerah yang memiliki jumlah penduduk dan wilayah

yang tersebar hingga kepulauan. Sehingga tujuan dari artikel ini adalah untuk

mengetahui bentuk implementasi e-govenmnrt di kabupaten sumenep sebagai

jawaban dari perubahan di bidang komunikasi dan informasi di era globalisasi.

Dimana metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode deskriptif
kualitatif, untuk menjelaskan bagaimana implementasi e-govenment di Kabupaten

Sumenep (Syafriyani, 2019).

Administrasi Kependudukan sebagai suatu sistem, bagi Penduduk diharapkan

dapat memberikan pemenuhan atas hak-hak administratif penduduk dalam pelayanan

publik serta memberikan perlindungan yang berkenaan dengan penerbitan Dokumen

Kependudukan tanpa ada perlakuan yang diskriminatif melalui peran aktif

Pemerintah dan pemerintah daerah. Penerapan KTP-el yang saat ini dilaksanakan

merupakan bagian dari upaya untuk mempercepat serta mendukung akurasi

terbangunnya database kependudukan di kabupaten/ kota, provinsi maupun database

kependudukan secara nasional. Dengan penerapan KTP-el maka setiap Penduduk

tidak dimungkinkan lagi dapat memiliki KTP-el lebih dari satu dan/atau dipalsukan

KTP-elnya, mengingat dalam KTP-el tersebut telah memuat kode keamanan dan

rekaman elektronik data penduduk yang antara lain berupa iris mata maupun sidik jari

Penduduk (Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Administrasi

Kependudukan, 2013).
KERANGKA TEORI
Kartu Tanda Penduduk (KTP) adalah Identitas resmi penduduk sebagai bukti diri

yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana (dalam hal ini Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil) yang berlaku di Seluruh Wilayah Negara Kesatuan Indonesia. Pada

konsepnya yang memiliki KTP adalah Orang yang sudah berusia 17 tahun ke atas

atau telah pernah menikah yaitu sebagai bukti identitas diri bagi penduduk yang telah

dewasa. Dalam hal ini anak yang berusia 17 tahun kebawah namun sudah menikah

belum berhak untuk memiliki KTP karena menurut Hukum yang tertulis Penduduk

yang memiliki KTP adalah mereka yang sudah berusia 17 tahun ke atas. Dalam Buku

Pedoman Pelaksanaan Simduk dan Akta Catatan Sipil Kota Medan (Dinas

Kependudukan Kota Medan, 2002 :9) Menerangkan bahwa yang dimaksud dengan

Kartu Tanda Penduduk (KTP) adalah Kartu Sebagai Bukti diri (Legitimasi) bagi

setiap penduduk dalam wilayah Negara Republik Indonesia (Ananta, 2016).

Berdasarkan pernyataan Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi di situs remi E-

KTP, Kartu Tanda Penduduk Elektronik (E-KTP) yang diterapkan di Indonesia

memiliki keunggulan dibandingkan dengan E-KTP yang diterapkan di RRC dan

India. E-KTP di Indonesia lebih komprehensif. Di RRC, Kartu identitas elektronik (e-

IC) nya tidak dilengkapi dengan biometrik atau rekaman sidik jari. Di sana, e-IC
hanya dilengkapi dengan chip yang berisi data perorangan yang terbatas. Sedang di

India, sistem yang digunakan untuk pengelolaan data kependudukan adalah sistem

UID (Unique Identification Data), sedangkan di Indonesia namanya NIK (Nomor

Induk Kependudukan). UID diterbitkan melalui pendaftaran pada 68 titik pelayanan,

sedangkan program E-KTP di Indonesia dilaksanakan di lebih dari 6.214 kecamatan.

Dengan demikian, E-KTP yang diterapkan di Indonesia merupakan gabungan e-ID

RRC dan UID India, karena E-KTP dilengkapi dengan biometrik dan chip. E-KTP

juga mempunyai keunggulan dibandingkan dengan KTP biasa/KTP nasional,

keunggulan-keunggulan tersebut diantaranya:

a. Identitas jati diri tunggal

b. Tidak dapat dipalsukan

c. Tidak dapat digandakan

d. Dapat dipakai sebagai kartu suara dalam Pemilu atau Pilkada (E-voting)

Selain itu, sidik jari yang direkam dari setiap wajib E-KTP adalah seluruh jari

(berjumlah sepuluh), tetapi yang dimasukkan datanya dalam chip hanya dua jari,

yaitu jempol dan telunjuk kanan. Sidik jari dipilih sebagai autentikasi untuk E-KTP

karena memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut:

a. Biaya paling murah, lebih ekonomis daripada biometrik yang lain

b. Bentuk dapat dijaga tidak berubah karena gurat-gurat sidik jari akan kembali ke

bentuk semula walaupun kulit tergores

c. Unik, tidak ada kemungkinan sama walaupun orang kembar


Dalam pelaksanaannya, penggunaan E-KTP terbukti masih memiliki kelemahan.

Misalnya tidak tampilnya tanda tangan sipemilik di permukaan KTP. Tidak tampilnya

tanda tangan di dalam E-KTP tersebut telah menimbulkan kasus tersendiri bagi

sebagian orang. Misalnya ketika melakukan transaksi dengan lembaga perbankan, E-

KTP tidak di akui karena tidak adanya tampilan tanda tangan. Ada beberapa kasus

pemegang E-KTP tidak bisa bertransaksi dengan pihak bank karena tidak adanya

tanda tangan. Tanda tangan yang tercetak dalam chip itu tidak bisa dibaca bank

karena tak punya alat (card reader). Akhirnya pihak pemegang E-KTP terpaksa harus

meminta rekomendasi dari Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil untuk

meyakinkan bank. Mendagri Gamawan Fauzi telah menyampaikan melalui surat

edaran resmi nomor: No. 471.13/1826/SJ bahwa E-KTP tidak diperkenankan

difotokopi untuk menghindari kesalahan fatal terkait pembacaan menggunakan card

reader.

Bebarapa contoh dari penerapan e-governemnt dalam pemerintahan kabupaten

sumenep dapat dilihat seperti (Syafriyani, 2019);

1. Masyarakat dapat mengurus permohonan KTP baru melalui kanal yang

disediakanoleh dinas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil)

Kabupaten Sumenep. Bahkan pada tahun 2018 inovasi baru dilakukan dengan

melakukan penandatangan MoU dengan PT POS Sumenep yang merupakan

program terobosan baru yang diberlakukan sejak hari Senin tanggal 7 Mei 2018.

Dengan pelayanan tersebut, masyarakat tidak lagi bolak-balik ke Disdukcapil


Sumenep. Karena hasil cetakan e-KTP langsung dikirim lewat POS kepada

pemilik e-KTP yang sah.

2. Para wajib pajak dapat melakukan pembayaran pajak secara online melalui outlite

resmi yang ditunjuk oleh instansi terkait.

3. Masyarakat dapat menyampaikan keluhannya kepada pemerintah melalui mailing

list atau e-mail atau berintaksi langsung melalui chatting, dll.

4. Masyarakat secara online dan real-time dapat mengetahui mekanisme pelayanan

pembuatan KTP, KK, dan pelayanan lainnya


PEMBAHASAN
Dalam proses implementasi pelayanan E-KTP yang sampai saat ini berjalan masih

dijumpai beberapa permasalahan. Permasalahan yang dihadapi (Ananta, 2016):

a. Terdapat kesalahan data penduduk. Pada proses perekaman data E-KTP, operator

akan mengkonfirmasi kepada penduduk bersangkutan apakah datanya sudah

benar atau belum dan selanjutnya proses perekaman dilanjutkan. Namun karena

banyaknya jumlah penduduk yang dihadapi dengan kapasitas operator yang

terbatas dan proses perekaman hingga larut malam, kelelahan operator terkadang

menimbulkan kekeliruan data yang di input.

b. Aktivasi E-KTP. E-KTP yang sudah tercetak perlu di aktivasi apakah data yang

tercantum sudah benar atau tidak. Namun beberapa penduduk atau petugas

pemerintah hanya sebatas mendistribusikan E-KTP saja dan aktivasi dilakukan

dikemudian hari, sehingga menyebabkan penduduk yang memiliki jarak yang

cukup jauh dari kantor pemerintahan bersangkutan enggan melakukan aktivasi.

c. Kesalahan foto dengan data yang tercantum. Hal ini dimungkinkan karena

adanya Human Error karena operator keliru memasukkan data penduduk pada

saat proses perekaman data untuk E-KTP,


d. E-KTP tidak terbaca oleh Card Reader versi lama misalnya dengan

menggunakan aplikasi Benroller 2.2. E-KTP baru terbaca dengan menggunakan

aplikasi versi baru yaitu Benroller 3.0 sehingga dikhawatirkan untuk bank-bank

yang masih menggunakan aplikasi lama, E-KTP tidak terbaca oleh Card Reader

Bank.

KESIMPULAN
1. Kesimpulan

Program E-KTP terkesan terburu-buru untuk di implementasikan dengan

bukti adanya pengunduran program sampai pada 31 Desember 2013 karena

jumlah penduduk pada saat rekapitulasi tahun 2009 tidak ditargetkan atau di

asumsikan sesuai dengan jadwal implementasi program. Berdasarkan laporan

yang diterima, terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi oleh tim

supervisi di daerah pada kegiatan di tahun 2011, khususnya pada perekaman

E-KTP, seperti masalah tersendatnya atau putusnya jaringan komunikasi data,

rusaknya peralatan perekaman seperti iris scanner, serta masalah lainnya yang

menyebabkan terhentinya operasional layanan perekaman E-KTP. Sehingga

ada warga yang tidak bisa ikut dalam perekaman E-KTP.

2. Saran

Program KTP-el sangat bagus tapia da baiknya pemerintah lebih

memperhatikan staf kepemerintahan dibagian pelayanan administrasi KTP


untuk mempermudah Masyarakat dan menerapkan “One day service” untuk

menghindari adanya calo dan meningkatkan kepuasan Masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Ananta, N. R. (2016). Sejarah KTP Di Indonesia. In Civitas.Uns.Ac.Id.

https://civitas.uns.ac.id/ariefhuda/2016/09/26/sejarah-ktp-di-indonesia/

Syafriyani, I. (2019). Implementasi E-Government dalam Menjawab Tantangan

Pelayanan di Kabupaten Sumenep. https://www.goodnewsfromindonesia

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan,

(2006).

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Administrasi Kependudukan, 1

(2013).

Anda mungkin juga menyukai