Anda di halaman 1dari 18

Majalah Ilmiah FISIP UNTAG Semarang, Volume 19 No.

2 Oktober 2022

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN GO DIGITAL DALAM


PELAYANAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN
DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL
KOTA SEMARANG

Safira Fildza*), Munawar Noor**)

*) Mahasiswa Program Magister Administrasi Publik Fisip Untag Semarang


**) Dosen Program Magister Administrasi Publik Fisip Untag Semarang

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis implementasi kebijakan go digital dalam
pelayanan administrasi kependudukan di Dispendukcapil Kota Semarang dan faktor
pendorong serta kendala-kendalanya. Penelitian ini menunggunakan pendekatan
kualitatif dengan mengumpulkan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi.
Informan penelitian ini terdiri dari Kepala Bidang Administrasi Kependudukan, petugas
loket pelayanan dan pemohon layanan administrasi kependudukan di Dispendukcapil
Kota Semarang. Analisis data secara deskriptif kualitatif mulai dari reduksi data,
penyajian data, dan verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) implementasi
kebijakan go digital dalam pelayanan administrasi kependudukan di Dispendukcapil Kota
Semarang didukung adanya komunikasi yang baik, sumberdaya, adanya diposisi dan
struktur birokrasi. (2) Faktor pendorong meliputi adanya kewenangan untuk
menyelenggarakan pelayanan administrasi kependudukan; adanya perencanaan
program dan kegiatan yang mendukung pelaksanaan Sistem Administrasi
Kependudukan; adanya koordinasi yang baik dengan organisasi perangkat daerah
melalui Perjanjian Kerjasama. Faktor kendala yaitu belum optimalnya pelayanan publik
berbasis teknologi informasi dan inovasi pelayanan administrasi kependudukan; belum
optimalnya pengelolaan SIAK, capaian kepemilikan dokumen belum sesuai target;
kurangnya keterpaduan, sinkronisasi data kependudukan antar instansi; dan belum
adanya Peraturan Walikota sebagai pedoman pelaksanaan teknis implementasi
kebijakan go digital. Selain itu, kendala dari masyarakat yaitu kurangnya pengetahuan
dan kesadaran masyarakat untuk penggunaan teknologi dalam layanan administrasi
kependudukan, dan kendala trouble jaringan.

Kata Kunci: Implementasi, Kebijakan Go Digital, Pelayanan, & Administrasi


Kependudukan.

ABSTRACT
The purpose this study is to analyze the implementation of the go digital policy in
population administration services at the Dispendukcapil Semarang City and the driving
factors and constraints. This study uses a qualitative approach by collecting data through
interviews, observation and documentation. The informants of this study consisted of the
Head of Population Administration, service counter officers and applicants for population
administration services at the Dispendukcapil Semarang City. Data analysis was
descriptive qualitative. The results showed that (1) the implementation go digital policy in
population administration services at the Dispendukcapil Semarang City was supported
by good communication, resources, positions and bureaucratic structures. (2) The driving
factors include the authority to provide population administration services; the existence
of planning programs and activities that support the implementation of the Population
Administration System; there is good coordination with regional apparatus organizations
through the implementation of the Cooperation Agreement. Constraint factors originating
from the agency are not yet optimal public services based on information technology and
population administration service innovations; SIAK management is not yet optimal,

1
Majalah Ilmiah FISIP UNTAG Semarang, Volume 19 No. 2 Oktober 2022
document ownership has not reached the target; lack of cohesiveness, synchronization of
population data between agencies; and the absence of a Mayor Regulation as a guideline
for the technical implementation of the go digital policy implementation. In addition, the
obstacles from the community are the lack of knowledge and awareness of the
community for the use of technology in population administration services, and network
trouble constraints.

Keywords: Implementation, Go Digital Policy, Services, & Population


Administration.

LATAR BELAKANG PEMIKIRAN bagi amsayrakat yang akan mengurus


Birokrasi pelayan publik dituntut administrasi kependudukan.
untuk meningkatkan pelayanan publik Dispendukcapil Kota Semarang juga
secara efektif, efisien dan memuaskan memfasilitasi masyarakat dengan
bagi semuanya. Peningkatan pelayanan pelayanan mobil keliling sehingga layanan
publik kepada masyarakat ini cenderung administasi kependudukan dapat
beriringan dengan perkembangan dari dilakukan selain di kantor seperti pada
kebutuhan masayrakat yang semakin layanan pendaftaran akta pencatatan sipil,
meningkat> Hal ini disebabkan perekaman data KTP elektronik maupun
masyarakat sudah jenuh dengan layanan penerbitan KTP elektronik.
yang bertele-tele, terlalu lama, berbelit- Dispendukcapil Kota Semarang
belit setiap pengurusan administasi juga bekerjasama dengan kecamatan-
dengan rantai birokrasi yang panjang kecamatan di wilayah Kota Semarang
(Thariq, 2013). Salah satu jenis pelayanan dalam memberikan layanan administrasi
publik yang dituntut untuk ditingkatkan kependudukan. Ini bertujuan agar
oleh masyarakat adalah layanan masyarakat dalam mengurus administasi
administrasi kependudukan. Setiap warga dekat, mudah dan tidak membuang waktu
tentunya mendambakan pelayanan dari yang lama untuk ke kantor pusat.
pemerintah yang baik, efisien dan Kerjasama yang dijalin yaitu terkait
memuaskan, namun pada kenyataanya dengan pendaftaran penduduk dan
tidak selalu sesuai harapan. Selain itu, pemanfaatan data penduduk.
banyak isu yang terus berkembang bahwa Dispendukcapil Kota Semarang
pelayanan di instansi pemerintahan bekerjasama dengan pihak perbankkan
cenderung kurang menyenangkan bagi melalui MoU dalam hal akses
pemohon layanan yaitu masayrakat pemanfaatan data penduduk. Selain itu
bahkan dapat dikatakan cenderung adapula kerjasama yang bersifat incidental
mengecewakan (Liun, 2014). Pelayanan seperti dengan pihak Polisi, Pihak
administrasi kependudukan menjadi Imigrasi, Akpol maupun Akabri ketika
kewenangan dari Dinas Kependudukan acara penerimaan taruna.
dan Catatan Sipil (Dispendukcapil). Kota Pengurusan administrasi
Semarang dibentuk berdasarkan kependudukan bagi seluruh warga Kota
Peraturan Derah Kota Semarang Nomor Semarang sesuai Instruksi Kementerian
12 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Dalam Negeri untuk menunda perekaman
Tata Kerja Dinas Daerah Kota Semarang. E-KTP saat pandemi virus corona.
Pelayanan administrasi kependudukan Instruksi ini sejalan dengan surat edaran
layanan kartu tanda penduduk elektronik Direktorat Jenderal Kependudukan dan
(KTP-El, kartu keluarga (KK) dan akta Catatan Sipil (Ditjen Dukcapil) Kemendagri
kelahiran. nomor 443.1/2978/Dukcapil tanggal 16
Pelayanan administrasi Maret 2020 lalu. Namun sejak 8 Juni 2020
kependudukan yang diberikan oleh Selama pandemi covid 19, perekaman
Dispendukcapil Kota Semarang sudah data kependudukan / foto KTP Elektronik
mencerminkan upaya peningkatan mutu di Kota Semarang di buka kembali untuk
layanan kepada pemohon atau mengoptimalkan pelayanan masyarakat.
masayrakat. Upaya tersebut terlihat dari Sejak 8 Juni 2020, Dispendukcapil Kota
adanya website milik Dispendukcapil yang Semarang menetapkan prosedur
selalu menyajikan informasi update pengurusan/pembuatan KTP elektronik
sehingga mampu memberikan kemudahan secara online dengan melakukan

2
pendaftaran di baru dalam sistem pemerintahan
http:www.dispendukcapil.semarangkota.go khususnya untuk mengurus administrasi
.id. kependudukan dengan mengaplikasikan
Pentingnya penertiban administrasi teknologi Tanda Tangan Elektronik (TTE).
kependudukan di Dispendukcapil Kota Go Digital dalam layanan administrasi
Semarang yaitu guna mempermudah kependudukan ini ditujukan untuk leyanan
dalam hal menelusuri data warga serta Kartu Keluarga (KK) dan Akta Kelahiran
menyediakan informasi penduduk secara sejak tahun 2019 yang lalu dengan tujuan
akurat guna kepentingan masyarakat agar untuk mempercepat, membuat efektif
sendiri maupun pemerintah. Akan tetapi dan lebih efisien. Hal ini dikarenakan,
pada kenyataanya, pelayanan administrasi Kepala Dispendukcapil Kota Semarang
kependudukan hingga saat ini masih hanya menandatangani dari 3.000 hingga
dinilai kurang tertib. Hal ini sebagaimana 4.000 berkas tiap hari padahal, Kepala
telah dibuktikan oleh Sutriadi (2018) dalam Dinas ini juga memiliki tugas dan
penelitiannya yang menemukan bahwa tanggungjawab lain selain membubuhkan
pelayanan Kartu Tanda Penduduk tandatangan tersebut. Oleh karena itu,
Elektronik (E-KTP) pada Dinas sistem tanda tangan elektronik dengan
Kependudukan, Catatan Sipil, Tenaga berbentuk barcode menjadi solusi yang
Kerja dan Transmigrasi Kabupaten dinilai paling efektif agar pelayanan
Soppeng dilihat dari keefisienan adinistrasi kependudukan tidak tertunda
pelayanan E-KTP kurang efektif dan dan bahkan Kota Semarang menjadi role
sarana dan prasarana kurang efektif. model di tingkat nasional
Begitu juga penelitian Wahyono (2019) (https://halosemarang.id).
menemukan bahwa pelayanan adminitrasi Implementasi kebijakan go digital di
kependudukan belum baik dikarenakan Dispendukcapil Kota Semarang ini
akses internet serta jaringannya belum merupakan wujud pelayanan prima dalam
maksimal, banyak menghabiskan administrasi kependudukan seperti
anggaran karena tidak semua dijalankan kewajiban pemerintah daerah untuk
secara online. mewujudkan pelayanan prima tertuang
Peningkatan kualitas pelayanan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun
kepada seluruh masyarakat terus 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
diupayakan oleh Wali Kota Semarang Dalam Bab 21 Undang-Undang Nomor 23
semenjak tahun 2019 bagi setiap Tahun 2014, disebutkan bahwa
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di pemerintah daerah dapat melaksanakan
Kota Semarang. Hal ini sejalan dengan usaha-usaha inovasi untuk meningkatkan
era 4.0 atau yang disebut dengan era kinerja daerahnya. Yang alam hal ini,
digitalisasi sehingga seluruh layanan inovasi yang dilakukan yaitu dengan
kepada masyarakat juga harus berjalan membuat kebijakan go digital.
dengan penyesuaian secara digitalisasi Masalah kebijakan go digital dalam
sehingga diperlukan revolusi sistem layanan administrasi kependudukan tetap
layanan yang sudah ada sebelumnya. terjadi dan perlu diwaspadai seperti
Layanan administrasi kependudukan ketersediaan dan keberlanjutan tenaga
menjadi salah satu jenis layanan kepada teknik yang mendukung layanan
masyarakat yang harus segera mengikuti digitalisasi karena ada beberapa pegawai
digitalisasi karena selama ini banyak seperti tenaga IT, manajemen front office
mendapatkan keluhan dari masyarakat maupun back office, tim kreatif, tim
secara langsung maupun melalui berbagai monitoring adalah bukan berstatus
media atas ketidakpuasan masyarakat pegawai negeri sipil dengan kontrak kerja
terhadap layanan administrasi terbatas sehingga sulit dipertahankan
kependudukan. keberadaannya dalam birokrasi. Pegawai
Dispendukcapil Kota Semarang yang berstatus pegawai negeri sipil juga
kemudian menerapkan kebijakan masih rentan dimutasi ke bagian atau
digitalisasi layanan melalui program dinas lain sehingga menjadi kendala untuk
“Dispendukcapil Kota Semarang Go keberlanjutan kebijakan go digital ini
Digital”. Ini merupakan suatu kebijakan (Afriyanni, 2021).

3
Implementasi kebijakan go digital kendala sehingga belum berjalan optimal
ini keberhasilannya sangat ditentukan karena masayrakat belum terbiasa dengan
oleh faktor komunikasi, sumberdaya, sistem online. Melinda (2020) juga
disposisi, struktur birokrasi (Bimasakti, menemukan berbeda dalam penelitiannya
2018). Pada pelaksanaannya digitalisasi yaitu banyak kendala yang menjadikan
layanan administrasi kependudukan belum implementasi kebijakan digital terhabat
optimal dikarenakan faktor komunikasi, seperti jaringan, server breakdown atau
sumberdaya dan disposisi yang kurang masalah dalam aplikasi itu sendiri.
mendukung implementasinya. Pada faktor Hasil studi pendahuluan yang
komunikasi dinilai menjadi penghambat peneliti lakukan melalui wawancara
karena tidak terlaksana dengan baik mulai kepada Bapak Sofyan selaku Kepala
dari transmisi informasi, kurang jelasnya Bidang Pendaftaran Penduduk
infomasi dan kurangnya konsistensi Dispendukcapil Kota Semarang diperoleh
informasi ke Dispendukcapil. Pada aspek informasi bahwa kebijakan go digital
sumberdaya masih rendahnya kualitas sudah diterapkan sejak tahun 2019
sumberdaya manusia, keterbatasan sebagai inovasi yang menjadikan Kota
anggaran, sarana prasarana kurang Semarang sebagai kota percontohan
memadai dan ketidakjelasan kewenangan karena menjadi kota pertama yang
terkait dengan kebijakan go digital. Pada menerapkan pengurusan administrasi
aspek disposisi, meskipun sudah ada kependudukan dengan tanda tangan
kemauan dan keinginan dari pelaksana digital. Pelaksanaan kebijakan go digital di
kebijakan namun karena kebijakan baru awali dengan meluncurkan aplikasi
maka tingkat pengetahuan dan tekhnologi Tanda Tangan Elektronik (TTA)
pemahaman untuk melaksanakannya untuk kepengurusan Kartu Keluarga dan
masih kurang. Berbeda pada aspek Akte Kelahiran. Kartu Keluarga dan Akta
struktur birokrasi yang mampu mendukung kelahiran tersebut memiliki kekuatan
pelaksanaan kebijakan go digital karena hukum yang sama dan bentuknya sama
Dispendukcapil memiliki bidang khusus persis, pembedanya hanya 2 yaitu online
untuk menganangani masalah teknologi, pakai barcode sedangkan yang dari kantor
birokrasi yang ramping, jelas dan tidak Dispendukcapil memakai cap. Adapun
berbelit-belit. pendaftaran secara online bisa dilakukan
Tujuan implementasi kebijakan go lewat website dina Dispendukcapil dan
digital ini belum sepenuhnya tercapai nantinya akan terintegrasi dengan sistem
khsususnya dalam layanan administrasi Ditjen Dukcapil Kemendagri. Namun
kependudukan. Hal ini sebagaimana adakalanya karena pengetahuan
temuan-temuan penelitian terdahulu yang masyarakat yang kurang, tidak bisa
menunjukkan adanya research gap. Hasil menguasai teknologi, tidak paham tata
penelitian Rosita (2020) menemukan caranya maka sistem akan menolak
bahwa implementasi kebijakan digital pada permohonan jika data yang dimasukkan
pencatatan akta kelahiran secara online tidak sinkron sehingga itu menjadi kendala
sudah berjalan lebih efektif dan efisien bagi masyarakat dan menilai lebih baik
serta sudah ada kemandirian dari menggunakan sistem manual seperti
masyarakat untuk mengurus sendiri. dahulu (Hasil wawancara, 7 Desember
Begitu juga dengan penelitian Kamal 2021 di Dispendukcapil Kota Semarang).
(2021) yang menemukan bahwa kebijakan Fenomena implementasi kebijakan
digitalisasi di Dispendukcapil Kabupaten go digital di Dispendukcapil Kota
Pasuruan sudah memberikan kepuasan Semarang yang tidak terlepas dari kendala
kepada pemohon/masyarakat karena seperti kurang pahamnya masyarakat
adanya kemudahan, kecepatan, efisiensi tentang bagaimana tata cara pembuatan
dan efektivitas sehingga masyarakat dapat akta kelahiran secara online karena
memanfaatkanya untuk berbagai jenis kurangnya sosialisasi dari pemerintah di
keperluan. Berbeda dengan temuan desa maupun kelurahan, dan data dari
Aryani (2021) bahwa implementasi pemohon yang kurang sinkron sehingga
kebijakan digitalisasi di Dispendukcapil ditolak oleh sistem. Hal hal tersebut pada
Kota Surabaya masih menemui banyak akhirnya membuat masyarakat lebih

4
senang membuat akta kelahiran secara swasta untuk memberikan layanan
manual seperti dahulu. Harapan yang kepada masyarakat.
ingin dicapai oleh pemerintah dengan Wilson menyebutkan bahwa
membuat kebijakan go digital adalah untuk administrasi publik sebagai hal-hal
mempermudah, mempercepat, efisien dan yang berkaitan dengan urusan
efektif dalam pelayanan administrasi kepemerintahan dengan alasan bahwa
kependudukan. Hal inilah yang menjadi pemerintah memiliki tujuan untuk
fenomena gap karena tidak ada melaksanakan pekerjaan publik dengan
kesesuaian antara fakta dilapangan efektif dan efisien sebagaimana yang
dengan harapan yang ingin dicapai melalui diharapkan oleg masayrakat atau publik
implementasi kebijakan go digital di (Syafri, 2012). Dimock & Dimock (1992)
Dispendukcapil Kota Semarang. membuat pembagian dalam empat
komponen terkait dengan administrasi
MASALAH PENELITIAN publik. Pertama, hal-hal yang telah
Masalah dalam penelitian ini dilaksanakan oleh pemerintah, seperti
adalah Bagaimanakah implementasi apa kebijakan dan tindakan para
kebijakan Go Digital dalam pelayanan politisi, kewenangan, lingkungan kerja,
administrasi kependudukan di proses menentukan tujuan, kebijakan
Dispendukcapil Kota Semarang dan apa administratif yang siatnya kedalam dan
faktor pendorong dan kendala dalam perencanaan-perencanaan yang telah
implementasi kebijakan Go Digital pada disusun. Kedua, cara dari pemerintah
layanan administrasi kependudukan di dalam mengatur
Dispendukcapil Kota Semarang instansi/badan/organisasi, sumberdaya
manusia yang ada, pembiayaan usaha
TUJUAN PENELITIAN dari segi formalnya. Ketiga, cara yang
Untuk mendeskripsikan dan digunakan oleh setiap administrator
menganalisis implementasi kebijakan Go dalam mewujudkan kerjasama untuk
Digital dalam pelayanan administrasi mencapai tujuan, didalamnya termasuk
kependudukan di Dispendukcapil Kota proses koordinasi, pelimpahan
Semarang. dan untuk mendeskripsikan kewenangan, pengawasan dan
dan menganalisis faktor pendorong dan hubungan dengan masyarakat.
kendala-kendala dalam implementasi Keempat, tanggungjawab dari
kebijakan Go Digital pada layanan pemerintah dalam bentuk pengawasan
administrasi kependudukan di ke badan eksekutif dan badan
Dispendukcapil Kota Semarang. perwakilan rakyat serta badan yudikatif.
2. Teori Kebijakan Publik
KAJIAN TEORI Kebijakan publik ditetapkan
1. Pengertian Administrasi Publik setelah melalui proses panjang dengan
Chandler dan Plano menyebutkan melibatkan banyak komponen secara
tentang pengertian administrasi publik komplek dan dilakukan dalam tahapan-
yaitu suatu proses untuk mengatur tahapan tertentu. W illiam Dunn
sumberdaya maupun personal untuk (Winarno, 2007) menyebutkan bahwa
diorganisir dan dikoordinasikan guna tahapan kebijakan publik meliputi:
merumuskan, mengimplementasikan 1) Penyusunan Agenda
dan melakukan pengelolaan terhadap Tahap ini merupakan tahap pertama
kebutusan yang berkaitan dengan dalam penyusunan kebijakan publik
kebijakan publik (Pasolong, 2011). dengan menempatkan prioritas
Administrasi publik merupakan usaha masalah sebagai agenda publik
yang mencerminkan adanya kerjasama yang perlu segera diatasi. Beberapa
dalam suatu organisasi yang barstatus masalah pada dasarnya akan saling
badan negara atau instansi pemerintah bersaing untuk diprioritaskan dalam
baik pada cabang eksekutif, cabang agenda kebijakan dan perumus
yudikatif maupun cabang legislative kebijakan sehingga tidak semua
sehingga menjadi bagian pada proses masalah dapat menjadi fokus
politik dalam kaitannya dengan sector bahasan. Dalam hal ini, penyusunan

5
agenda adalah lengkah awal dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
suatu kebijakan yang akan Tentang Pelayanan Publik
ditetapkan didasarkan atas prioritas menyebutkan bahwa pelayanan publik
masalah yang ada. adalah suatu kegiatan guna memenuhi
2) Formulasi kebijakan kebutuhan masyarakat sebagaimana
Masalah yang menjadi prioritas diatur dalam perundnag-undangan baik
tersebut kemudian masuk dalam berupa layanan barang, layanan jasa
agenda kebijakan guna dilakukan atau layanan administasi lainnya yang
pembahasan bersama oleh para diselenggarakan oleh instansi
pembuat kebijakan. Pada proses pelayanan masyarakat. Keputusan
pembahasan ini, akan ditawarkan Menteri Pendayagunaan Aparatur
beberapa alternatif upaya Negara Nomor 63 Tahun 2003
pemecahan masalah yang akan mendefinisikan pelayanan publik
dituangkan dalam suatu kebijakan. adalah “suatu kegiatan guna memenuhi
Diharapkan dengan adanya kebutuhan masyarakat yang
pembahasan bersama akan diselenggarakan oleh instansi
ditemukan solusi atau upaya terbaik pelayanan masyarakat sebagaimana
dalam mengatasi masalah yang diatur dalam perundnag-undangan”.
udah masuk dalam agenda Dalam hal ini yang menjadi hakikat
kebijakan tersebut. pada pelayanan publik adalah upaya
3) Adopsi kebijakan memberikan pelayanan secara optimal
Tahapan ini merupakan proses kepada masyarakat sebagai wujud
pemilihan satu alternatif upaya pengabdian aparat pemerintah.
pemecagahan masalah dari Nurcholis (2005) menyebutkan bahwa
banyaknya alternatif yang sudah pelayanan publik adalah layanan yang
dibahas sebelumnya. diberikan oleh pemerintah amaupun
4) Implementasi kebijakan instansi pemerintah kepada masyarakat
Tahapan ini merupakan langkah guna pemenuhan kebutuhan dasar dan
nyata pemerintah maupun badan- menciptakan kesejahteraan bagi
badan instansi pelaksana guna masyarakat. Kemudian Sinambela
mengimplementasikan kebijakan. (2006: 5) menyebutkan bahwa
Implementasi dilakukan oleh setiap pelayanan publik adalah upaya dari
instansi dari tingkat paling bawah aparat pemerintah atau instansi
hingga paling atas, akan tetapi tidak pemerintah untuk memenuhi segala hal
semua kebijakan didukung atau yang dibutuhkan oleh masyarakat
diterima oleh pelaksana. Hal ini karena tanggungjawab negara adalag
menjadi tantangan dan penghambat memberikan kesejahteraan rakyat.
dalam mewujudkan keberhasilan 4. Teori Implementasi Kebijakan
implementasi suatu kebijakan. Wahab (2004:65) menyebutkan
5) Evaluasi kebijakan bahwa implementasi kebijakan publik
Tahapan ini merupakan tahap berkaitan erat dengan jaringan
terakhir yaitu untuk dilakukan kekuatan politik, kekuatan ekonomi dan
penilaian terhadap implementasi kekuatan sosial baik secara langsung
kebijakan sehingga dapat diketahui maupun tidak langsung yang
dampak atau hasil dari implementasi mempengaruhi setiap pihak yang
tersebut. Hasil evaluasi ini akan terlibat dan berdampak positif maupun
dijadikan sebagai bahan negatif. Kemudian Lester dan Stewart
pertimbangan dalam penyusunan (Winarno, 2007), menyebutkan bahwa
kebijakan dikemudian hari sehingga implementasi kebijakan diartikan
diharapkan kebijakan baru akan sebagai suatu alat dalam administrasi
memberikan hasil atau dampak hukum yang mengatur bagi instansi,
yang lebih baik. prosedur mapun teknik secara
3. Teori Pelayanan Publik bersama-sama guna mendapatkan
Peraturan Pemerintah No 96 dampak yang telah ditetapkan
Tahun 2012 tentang Pelaksanaan sebelumnya.

6
Implementasi kebijakan diartikan atas kertas HVS 80 gram tersebut
oleh Nugroho (2003:158) yaitu suatu dijamin, dan asli atau tidaknya
proses untuk menerapkan kebijakan dokumen tersebut dapat dipindai
baik langsung maupun tidak. menggunakan QR (quick response)
Implementasi kebijakan secara scanner pada aplikasi di smartphone.
langsung dapat dalam bentuk kegiatan Kode QR pada dokumen di kertas HVS
atau program tertentu sedangkan ini sebagai ganti tanda tangan dan cap
kebijakan tidak langsung yang basah yang dulu dicetak dengan
dilakukan dengan membuat formulasi security printing. Oleh karena itu,
suatu kebijakan yang sifatnya adalah kebijakan goo digital sekarang ini
turunan dari suatu kebijakan itu sendiri. sangat mudah untuk mengetahui
Berdasarkan pengertian di atas, keaslian dokumen kependudukan
maka dapat disimpulkan bahwa dengan tanda tangan elektroni, cukup
implementasi kebijakan adalah suatu dipindai dengan QR code scanner.
tindakan yang dilaksanakan oleh Kebijakan go digital ini mengganti
pemerintah melalui badan atau instansi security printing menjadi kertas putih
guna mewujudkan ketercapaian tujuan biasa, negara pun bisa menghemat
dari dibuatnya kebijakan publik Rp450 miliar di tahun 2020. Dan yang
sehingga diharapaka dapat tak kalah penting, karena pencetakan
memberikan dampak maupun akibat dokumen kependudukan bisa dilakukan
yang baik kepada masyarakat umum. penduduk secara mandiri di rumah
Implementasi kebijakan dapat melalui layanan online atau melalui
berhasil maupun gagal karena banyak administrasi, maka otomatis bakal
faktor yang mempengaruhi. George menghilangkan praktik pungli dan
Edward III menyebutkan bahwa percaloan.
terdapat empat faktor yang
berpengaruh terhadap implementasi
kebijakan aitu Faktor komunikasi, METODE PENELITIAN
sumberdaya, didposisi dan struktur 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
birokrasi. Sugiyono (2015) bahwa
5. Konsep Kebijakan Goo Digital pendekatan tersebut merupakan
Kebijakan goo digital merupakan metode yang berdasarkan pada
kebijakan yang menerapkan Proses filsafat postpositivisme. Penelitian ini
digitalisasi pelayanan administrasi bertujuan untuk mengetahui sesuatu
kependudukan (Adminduk) melalui pada objek alamiah yang merupakan
tanda tangan elektronik (TTE). antithesis dari eksperimen. Di sini,
Kebijakan ini diambil oleh pemerintah peneliti berfungsi sebagai instrumen
dengan pertimbangan bahwa saat ini kunci. Pada penelitian kualitatif
masyarakat yang berada dalam era menggunakan teknik pengumpulan
digitalisasi dimana seluruh urusan data secara trianggulasi (gabungan),
pribadi maupun pekerjaan dapat analisis data bersifat induktif/
dikelola melalui smartphone. kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif
Keberadaan teknologi yang lebih menekankan makna dari pada
berkembang pesat ini pada akhirnya generalisasi. Penelitian kualitatif
memberikan kemudahan bagi setiap dipilih dengan pertimbangan bahwa
instansi untuk memberikan layanan permasalahan yang dibahas dalam
kepada masyarakat penelitian ini adalah mendeskripsikan,
(https://dukcapil.kemendagri.go.id) menguraikan tentang masalah
Data dokumen kependudukan penelitian yang meliputi implementasi
(kecuali KTP-el dan KIA) dapat dicetak kebijakan go digital dan faktor
mandiri dengan kertas putih HVS pendorong serta faktor pendukung
melalui digitalisasi dan TTE yang implementasi kebijakan go digtal di
diterapkan Dispendukcapil secara Dispendukcapil Kota Semarang.
massif sejak periode awal 2019. 2. Teknik Pengumpulan Data
Keabsahan dokumen yang dicetak di

7
Mengumpulkan data 2014 tentang Pemerintahan Daerah
merupakan kegiatan penting dalam telah membawa konsekuensi yang
penelitian guna memperoleh data luas bagi lembaga pemerintahan di
yang dibutuhkan secara akurat dan tingkat daerah. Dalam rangka
lengkap. Penulis yang mengambil mewujudkan tujuan otonomi daerah
data tanpa menggunakan Teknik yaitu mempercepat tercapainya
tertentu akan berdampak pada hasil kesejahteraan rakyat melalui
data yang diperoleh tidak memenuhi peningkatan pelayanan publik di
standar yang ditentukan sebelumnya daerah, maka lembaga pemerintah di
(Sugiyono, 2015:308). Penulis pada tingkat daerah dituntut mampu
penelitian ini menggunakan tiga teknik memberikan pelayanan publik yang
pengumpulan data dengan mudah, cepat dan murah
wawancara mendalam, observasi, sebagaimana yang selalu di idam-
Dokumentasi idamkan oleh masyarakat selama ini.
Informan yang diambil oleh Dispendukcapil Kota Semarang
peneliti adalah orang-orang yang sebagai salah satu instansi
berkaitan langsung dengan pemerintah yang memiliki
permasalahan penelitian. Informan kewenangan dalam bidang
tersebut meliputi: administrasi kependudukan juga
a. Kepala Bidang Administrasi diharuskan memberikan pelayanan
Kependudukan Dispendukcapil publik yang memuaskan bagi
Kota Semarang masyarakat sehingga dapat
b. Petugas loket pelayanan mewujudkan tata kelola pemerintahan
administrasi kependudukan di yang baik. Dispendukcapil Kota
Dispendukcapil Kota Semarang. Semarang dalam pelayanan
c. Pemohon layanan administrasi adminitrasi kependudukan telah
kependudukan di Kota Semarang. mengikuti kebijakan pemerintah untuk
Analisis data merupakan menerapkan digitalisasi dalam
proses pencarian dan penyusunan layanannya.
data secara sistematis yang diperoleh Implementasi kebijakan go
dari lapangan melalui wawancara, digital dalam penelitian ini dapat
observasi maupun dokumentasi. dilihat dari empat aspek yaitu
Dalam hal ini, penulis communication (komunikasi),
mengorganisasikan data-data yang resources (sumber daya), dispotisions
telah diperoleh dalam kategori or attitude (sikap) dan bureaucratic
tertentu, dijabarkan dalam unit structure (struktur birokrasi). Proses
analisis, membuat pola, memilah data komunikasi kebijakan go digital
yang penting dan data yang tidak dikatakan berhasil apabila memnuhi
diperlukan sehingga dapat ditarik tiga hal yaitu penyaluran (transmisi)
kesimpulan yang akurat dan yang baik akan mengahasilkan
terpercaya (Sugiyono, 2015). implementasi yang baik pula, adanya
kejelasan yang diterima oleh
Hasil Penelitian pelaksana kebijakan sehingga tidak
1. Implementasi Kebijakan Go Digital membingungkan dalam
Dalam Pelayanan Administrasi pelaksanaannya, dan adanya
Kependudukan di Dispendukcapil konsistensi yang diberikan
Kota Semarang pelaksanaan kebijakan.
Pentingnya pelayanan
administrasi kependudukan
khususnya secara digital sangat a. Aspek Komunikasi
diharapkan oleh masyarakat. Hal ini Terkait dengan aspek
sesuai dengan paradigma baru komunikasi pada implementasi
penyelenggaraan pemerintah daerah kebijakan go digital dalam layanan
yang ditandai dengan diterapkannya administrasi kependudukan seperti
Undang-Undang Nomor 23 Tahun dalam wawancara di bawah ini:

8
“Arahnya pelayanan online jadi dan ke masyarakat selaku pihak
semua arsip-arsip itu di yang menerima langsung
transformasi dari manual ke digital. kebijakan tersebut.
Jadi orang bisa mengajukan Faktor yang berpengaruh
permohonan dari rumah, jadi nanti terhadap komunikasi kebijakan go
akan berubah menjadi arsip digital. digital dalam layanan administrasi
Hasilnya bisa di kirimkan lewat kependudukan adalah transmisi
email pemohon jadi bisa dicetak atau penyaluran
sendiri dokumen-dokumen yang informasi(Transmisi), kejelasan
sudah menggunakan tanda tangan informasi dari atas ke bawah, dan
elektronik (TTE) seperti KK, akte konsistensi infomasi kebijakan go
kematian, akte perceraian akte digital layanan administrasi
kelahiran. Dicetak di kertas putih kependudukan.
A4 80 yang gram. Yang di cetak di b. Aspek Sumber Daya (Resources)
kartu hanya KTP atau KIA. Dari aspek sumber daya.
Kedepannya masyarakat bisa
sudah mendukung seperti SDM itu
memilih dikirim melalui COD atau
kita ada sekitar 69 pegawai disini,
ambil sendiri di kantor layanan,
dengan pendidikan minimal SMA
arahannya kedepan seperti itu.
tapi kebanyak S1. Jadi menurut
Nantinya secara bertahan
saya untuk SDM sudah
diberlakukan seluruh dokumen
mendukung baik dari kuantitas
secara digital termasuk KTP jadi
maupun kualitas. Untuk anggaran
digital, biar hemat biaya, tidak ada
sendiri sudah dianggarkan oleh
kasus ktp hilang.
pemerintah daerah jadi misal tidak
Sudah konsisten karena ada
mencukupi ya tidak masalah
peraturan perundang-undnagan
karena inikan kebijakan bertahap
yang mengatur dan SOP yang
nggak bisa setahun langsung
dijadikan sebagai pedoman
sukses. Setiap tahun kan
pelaksanaan layanan digital
dianggarkan jadi bisa sambal jalan
(Wawancara dengan Pegawai
antara kebutuhan anggaran dan
Dispendukcapil Kota Semarang, 2
pelaksanaannya” (Wawancara
Juni 2022). Lewat online dan web
dengan Pegawai Dispendukcapil
ada sosialisasinya ke masyarakat
Kota Semarang, 2 Juni 2022).
(Wawancara dengan Petugas
Sumberdaya yang ada sdm,
Loket 2 Dispendukcapi Kota
anggaran maupun fasilitasnya.
Semarang, 2 Juni 2022).
Kalau nggak mendukung ya nggak
Berdasarkan hasil
bisa jalan, nyatanya layanan online
wawancara penelitian ini dapat
disini berjalan lancar aja, memang
diketahui bahwa implementasi go
kadang serverdown, jaringan
digital pada pelayanan
kadang terhambat tapi itu hanya
administrasi kependudukan sudah
hambatan sementara dan bukan
dikomunikasikan dengan baik oleh
menjadi penghambat implementasi
Walikota Semarang ke
kebijakan” (Wawancara dengan
Dispendukcapil Kota Semarang
Pegawai Dispendukcapil Kota
dan keseluruh warga Kota
Semarang, 1 Juni 2022).
Semarang dengan jelas melalui
Berdasarkan wawancara di atas,
daring atau online. Oleh karena itu
dapat diketahui bahwa
dapat dikatakan bahwa aspek
keberhasilan implementasi
komunikasi dalam implementasi
kebijakan go digital dalam layanan
kebijakan go digital telah
administrasi kependudukan
memenuhi proses penyaluran
didukung oleh faktor sumber daya
informasi yang baik, kejelasan
mulai dari kualitas dan kuantitas
informasi dan konsistensi informasi
sumbedaya manusia (pegawai) di
dari Pemerintah Kota Semarang
Dispendukcapil, anggaran tahunan
ke Dispendukcapil Kota Semarang
dan fasilitas yang untuk

9
memproses layanan online dokumen penduduk, pertukaran
khususnta layanan administrasi data penduduk, dalam rangka
kependudukan di Kota Semarang. menunjang pelayanan publik, serta
c. Aspek Sikap (Dispotisions Or penyajian informasi kependudukan
Attitude) guna perumusan kebijakan di
Hasil reduksi wawancara bidang pemerintahan dan
terkait dengan implementasi pembangunan.
kebijakan go digital dalam layanan d. Aspek Struktur Birokrasi
administrasi kependudukan (Bureaucratic Structure)
ditinjau dari aspek sikap. Hasil reduksi wawancara
tentunya kita semua disini terkait dengan implementasi
mendukung biar ada peningkatan, kebijakan go digital dalam
yang dulu pelayanan bisa selesai layanan administrasi
sebulan sehingga dengan kependudukan ditinjau dari
kebijakan go digital bisa cepet aspek struktur birokrasi.layanan
selesai sesuai dengan SOP online atau go digital itu sudah
karena informasi sekarang kan sesuai dengan SOP nya, kita
lebih mudah kea rah digitalisasi. punya peraturan perundang-
Bahkan dispendukcapil memiliki undangan yang mendukung jadi
slogan dispendukcapil go digital setiap pelaksana mudah dalam
atau dispendukcapil BISA yang mengimplementasikannya. Itu
artinya Bersih, Inovasi, Sabar, sudah tertuang dalam Perda No
Adaptif” (Wawancara dengan 4 Tahun 2016 tenyang
Pegawai Dispendukcapil Kota penyelenggaraan administrasi
Semarang, 2 Juni 2022). kependudukan.Secara birokrasi
Pernyataan di atas, sendiri, Dispendukcapil mengikuti
menunjukkan bahwa sebagai Perwal tentang Struktur
pegawai di Dispendukcapil Kota organisasi, tugas dan fungsi”
Semarang telah memahami dan (Wawancara dengan Pegawai
memiliki komitmen untuk Dispendukcapil Kota Semarang,
mendukung implementasi 1 Juni 2022). Pernyataan di atas,
kebijakan go digital. Komitmen ini menunjukkan bahwa
dibuktikan dengan melihat alasan Dispendukcapil dalam
implementor untuk dapat mengimplementasikan kebijakan
melaksanakan implementasi, go digital dalam layanan
tujuan/perubahan yang ingin administrasi kependudukan
dicapai, dan perubahan yang telah didukung oleh faktor struktur
dicapai para implementor untuk birokrasi baik dari adanya
implementasi kebijakan go digital standar operasional prosedur
adalah layanan administasi layanan go digital maupun dari
kependudukan yang lebih cepat, struktur organisasi khususnya
mudah dan sesuai dengan SOP. pada bidang PIAK. SOP layanan
online administrasi
Semua pernyataan di atas,
kependudukan berpedoman
menunjukkan bahwa Bidang
pada Peraturan Daerah Kota
Pengelolaan Informasi
Semarang Nomor 4 Tahun 2016
Administrasi Kependudukan
tentang Penyelenggaraan
(PIAK) menjadi bidang yang paling
Administrasi Kependudukan dan
berperan dalam implementasi
struktur organisasi dibuat
kebijakan go digital. Bidang ini
berdasarkan Peraturan Walikota
merupakan bidang yang memiliki
Nomor 73 Tahun 2016 tentang
tugas untuk pengumpulan,
Kedudukan, Susunan
perekaman, pengolahan dan
Organisasi, Tugas dan Fungsi
pemutakhiran data hasil
Serta Tata Kerja Dinas
pendaftaran penduduk dan
pencatatan sipil untuk penerbitan

10
10
Kependudukan dan Pencatatan Implementasi kebijakan go
Sipil Kota Semarang. digital pada layanan administrasi
kependudukan di Dispendukcapil
2. Faktor Pendorong dan Kendala- Kota Semarang terdapat kendala
Kendala Dalam Implementasi yang dapat menghambat yaitu
Kebijakan Go Digital Pada Layanan kurangnya pemahanan dan
Administrasi Kependudukan di kesadaran masyarakat untuk
Dispendukcapil Kota Semarang penggunaan teknologi dalam
a. Faktor Pendorong Implementasi layanan administrasi
Kebjakan Go Digital kependudukan.
Pembangunan bidang Hasil reduksi wawancara terkait
kependudukan dalam 5 (lima) dengan kendala-kendala
tahun terakhir mengalami implementasi kebijakan go digital
peningkatan terkait dengan dalam layanan administrasi
peningkatan kualitas, kependudukan. Antara lain
pengendalian pertumbuhan dan masyarakat itu masih banyak yang
kuantitas, pengarahan mobilitas belum paham teknologi jadi agak
dan persebaran penduduk sulit juga gitu. Tapi tetap saja kita
yang serasi dengan daya dukung berikan edukasi, sosialisasi untuk
alam dan daya tampung layanan online seperti apa
lingkungan, serta pengembangan langkahnya. Harapannya kedepan
informasi dan administrasi masyarakat sudah familiar dengan
kependudukan dan terlaksananya layanan digital jadi bisa mandiri”
kebijakan kependudukan yang (Wawancara dengan Pegawai
serasi antara kebijakan Dispendukcapil Kota Semarang, 2
kependudukan nasional dengan Juni 2022).
kebijakan kependudukan Kota Hasil penelitian ini
Semarang. menemukan bahwa pada praktik
Dispendukcapil Kota dilapangan implementasi kebijakan
Semarang memiliki faktor-faktor go digital belum sepenuhnya
yang pndorong implementasi berjalan lancar. Hal ini
kebijakan go digital secara internal dikarenakan kurangnya
berupa adanya kewenangan pengetahuan, pemhaman dan
Dispendukcapil untuk kesadaran masyarakat dalam
menyelenggarakan pelayanan mengurus layanan administrasi
administrasi kependudukan sesuai kependudukan online secara
peraturan yang berlaku; mandiri; dan tidak semua
merencanaan program dan masyarakat familiar dengan
kegiatan yang mendukung teknologi informasi maupun
pelaksanaan Sistem Administrasi memanfaatkannya sehingga ada
Kependudukan; penyusunan kecenderungan untuk meminta
program dan kegiatan yang dapat bantuan pihak lain dalam
meningkatkan partisipasi kepengurusannya.
masyarakat dalam kepemilikan Hasil studi dokumen
dokumen administrasi Renstra Dispendukcapi Kota
kependudukan; mengelola Semarang tahun 2021, dapat
database kependudukan; dan diketahui bahwa faktor kendala
menyusun peraturan perundang- dalam implementasi kebijakan go
undangan yang mengatur digital di ataranya yaitu: Belum
penyelenggaraan administrasi optimalnya pembangunan
kependudukan. pelayanan administrasi
b. Kendala-Kendala Dalam kependudukan yang bersih dan
Implementasi Kebijakan Go berintegritas, Belum optimalnya
Digital penyelenggaraan pelayanan
administrasi kependudukan

11
11
berbasis teknologi informasi.elum maupun dari Dispendukcapil ke
optimalnya inovasi pelayanan masyarakat langsung. Ini sesuai
administrasi kependudukan untuk dengan teori dari Subarsono (2013:
memberikan kepuasan padba 91) bahwa komunikasi harus
masyarakat. belum optimalnya dilakukan dengan benar sebagai
pengelolaan Sistim Informasi upaya pertama dalam penyebaran
Administrasi Kependudukan informasi yang tepatd ari atas
(SIAK) yang transparan dan dapat hingga lini bawah maupun
memenuhi kebutuhan pelayanan sebaliknya informasi dari lini bawah
publik yang mudah, cepat, akurat menuju ke atas.
dan bebas pungutan. Komunikasi merupakan salah
satu elemen penting yang
PEMBAHASAN mempengaruhi implementasi
1. Implementasi Kebijakan Go Digital kebijakan publik “go digital” dalam
Dalam Pelayanan Administrasi layanan administrasi kependudukan
Kependudukan di Dispendukcapil di Dispendukcapil Kota Semarang.
Kota Semarang. Kebijakan go digital tersebut harus
Implementasi kebijakan go digital disampaikan kepada pihak-pihak
di Dispendukcapil Kota Semarang ini yang terkait, sehingga informasi
merupakan wujud pelayanan prima yang disampaikan harus akurat.
dalam administrasi kependudukan Apabila penyampaian tujun dan
seperti kewajiban pemerintah daerah sasaran suatu kebijakan tidak jelas,
untuk mewujudkan pelayanan prima tidak memberikan pemahaman atau
tertuang dalam Undang-Undang Nomor bahkan tujuan dan sasaran
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan kebijakan tidak diketahui sama
Daerah. Dalam Bab 21 Undang- sekali oleh kelompok sasaran, maka
Undang Nomor 23 Tahun 2014, kemungkinan akan terjadi suatu
disebutkan bahwa pemerintah daerah penolakan atau resistensi dari
dapat melaksanakan usaha-usaha kelompok sasaran yang
inovasi untuk meningkatkan kinerja bersangkutan.
daerahnya. Dalam hal ini, inovasi yang Berdasarkan temuan penelitian,
dilakukan yaitu dengan membuat penulis dapat menganalisis bahwa
kebijakan go digital. keberhasilan implementasi
Dispendukcapil Kota Semarang kebijakan go digital dalam layanan
dalam mengimplementasikan kebijakan administrasi kependudukan
go digital pada pelayanan administrasi didukung oleh faktor komunikasi
kependudukan sudah sesuai dengan mulai dari adanya transmisi atau
teori implementasi kebijakan versi penyaluran informasi, kejelasan dan
George Edward III yang meliputi konsistensi informasi oleh
Communication (komunikasi), Dispendukcapil sebagai lembaga
Resources (sumber daya), Dispotisions pelaksana teknis layanan
or attitude (sikap) dan Bureaucratic administrasi kependudukan di Kota
structure (struktur birokrasi) (Subarsono Semarang. Penyampaian informasi
(2013: 91). Untuk lebih jelasnya, yang dilakukan oleh Dispendukcapil
peneliti dapat menjabarkan masing- baik dari media sosial dan media
masing aspek seperti di bawah ini. langsung dapat dengan mudah
a. Aspek Komunikasi ditangkap atau dicerna secara jelas
Aspek komunikasi menjadi oleh masyarakat. Masyarakat dapat
langkah pertama yang dilakukan dengan mudah untuk mengetahui
untuk mengimplementasikan ketentuan kebijakan go digital ini di
kebijakan publik “go digital” dalam situs website dispendukcapil melalui
layanan administrasi kependudukan internet secara umum terkait dengan
di Dispendukcapil Kota Semarang, layanan online yang
baik komunikasi dari Walikota diselenggarakan Dispendukcapil,
Semarang ke Dispendukcapil

12
12
ketentuan layanan, syarata dan menganangani masalah teknologi,
mekanisme layanan online. birokrasi yang ramping, jelas dan
Impelemntasi kebijakan go tidak berbelit-belit.
digital sudah transparan karena b. Aspek Sumber Daya (Resource)
Dispendukcapil Kota Semarang Sumber daya menjadi salah
memiliki website yang berfungsi satu faktor penting dalam
untuk menyampaikan informasi implementasi kebijakan go digital
kepada masyarakat baik tentang dalam layanan administasi
kebijakan proses pendaftaran online kependudukan di Dispendukcapil
pembuatan KTP el dan KK, Kota Semarang. Sumber daya ini
prosedurnya, maupun persyaratan. meliputi sumber daya manusia,
Dalam website tersebut, pemohon sumber daya anggaran, dan sumber
juga dapat melakukan pengecekan daya fasilitas. Sumber daya
proses layanan sudah sampai mana menusia berkenaan dengan
sehingga pemohon tidak perlu kecakapan pelaksana kebijakan
datang ke Dispendukcapil hanya publik untuk mengimplementasikan
untuk menanyakan proses kebijakan secara efektif. George
pembuatan KTP el dan KK nya. Edward (dalam Tangkilisan,
Temuan penelitian ini sejalan 2003:55-88) menyatakan bahwa
dengan hasil penelitian Bimasakti sumber daya dikatakan baik dilihat
(2018) yang menemukan bahwa dari sumber daya manusia,
implementasi kebijakan go digital ini anggaran dan fasilitas.
keberhasilannya turut ditentukan Penelitian ini menemukan
oleh faktor komunikasi, sumberdaya, bahwa aspek sumber daya
disposisi, struktur birokrasi implementasi kebijakan go digital
(Bimasakti, 2018). Pada dalam layanan administasi
pelaksanaannya digitalisasi layanan kependudukan di Dispendukcapil
administrasi kependudukan belum Kota Semarang yang mendukung
optimal dikarenakan faktor mulai dari kualitas dan kuantitas
komunikasi, sumberdaya dan sumbedaya manusia (pegawai) di
disposisi yang kurang mendukung Dispendukcapil, anggaran tahunan
implementasinya. Pada faktor dan fasilitas yang untuk memproses
komunikasi dinilai menjadi layanan online khususnta layanan
penghambat karena tidak terlaksana administrasi kependudukan di Kota
dengan baik mulai dari transmisi Semarang. Temuan ini sejalan
informasi, kurang jelasnya infomasi dengan teori Subarsono (2013: 91)
dan kurangnya konsistensi informasi yang menyatakan bahwa
ke Dispendukcapil. Pada aspek sumberdaya pada organisasi ini
sumberdaya masih rendahnya memiliki peran penting untuk
kualitas sumberdaya manusia, mendukung keberhasilan
keterbatasan anggaran, sarana impelementasi kebijakan dapat
prasarana kurang memadai dan berupa sumberdaya manusia,
ketidakjelasan kewenangan terkait sumberdaya keuangan, sarana
dengan kebijakan go digital. Pada prasarana pendudukung dan lain
aspek disposisi, meskipun sudah sebagainya yang jumlahnya relatif
ada kemauan dan keinginan dari banyak namun menentukan tingkat
pelaksana kebijakan namun karena keberhasilan implementasi
kebijakan baru maka tingkat kebijakan.
pengetahuan dan pemahaman Faktor sumberdaya manusia
untuk melaksanakannya masih yaitu kuantitas berupa ketersediaan
kurang. Berbeda pada aspek jumlah sumber daya manusia
struktur birokrasi yang mampu sebagai lembaga pelaksana teknis
mendukung pelaksanaan kebijakan layanan administrasi kependudukan
go digital karena Dispendukcapil di Kota Semarang sudah memadai
memiliki bidang khusus untuk karena sudah terdapat 69 pegawai

13
13
dimana diantaranya memiliki jabatan dukungan anggaran dari Pemerintah
dengan golongan UV sebanyak 4 Kota Semarang tiap tahunnya.
orang, Golongan III 57 orang, dan Adanya dukungan anggaran
golongan II 8 orang. Dilihat dari dalam implementasi kebijakan go
kualitas pegawai mayoritas memiliki digital di Dispendukcapil Kota
tingkat pendidikan tinggi yaitu 38 Semarang ini sejalan dengan
orang dengan lulusan Sarjana, 5 pendapat Mazmanian dan Sabatier
orang lulusan Magister dan 3 orang seperti dikutip oleh (Subarsono,
lulusan Diploma serta telah memiliki 2005:97) mengatakan bahwa
pengalaman bekerja Maupun sumber daya keuangan merupakan
mengikuti kegiatan Diklat, workshop faktor krusial yang mendukung
maupun seminat dalam rangka dalam kebijakan. Sumber daya
mendukung keberhasilan finansial menjadi sangat penting
implementasi kebijakan go digital. dalam menentukan berhasil atau
Pengetahuan pegawai di tidaknya sebuah program atau
Dispendukcapil Kota Semarang kebijakan, bahkan terkadang
sudah optimal yang dilihat dari program memerlukan budget yang
kemampuan para pegawai dalam banyak untuk menghasilkan
melakukan pekerjaannya program atau kebijakan yang
berdasarkan tugas pokok dan fungsi berkualitas pula.
(Tupoksi) masing-masing pegawai. c. Aspek Sikap (Dispotisions Or
Pengetahuan pegawai di Attitude)
Dispendukcapil Kota Semarang juga Berdasarkan hasil penelitian
didukung dengan adanya dapat diketahui bahwa implementasi
pengalaman, dan tingkat pendidikan kebijakan go digital dalam layanan
untuk pelaksanaan tugas masing- administrasi kependudukan di
masing pegawai termasuk petugas Dispendukcapil Kota Semarang
pelayanan KTP el dan KK. didukung dengan disposisi
Pegawai Dispendukcapil Kota implementator yaitu sikap dari
Semarang telah melaksanakan pegawai Dispendukcapil, sikap dari
pelayanan digitalisasi administrasi OPD terkait dan masyarakat selaku
kependudukan sesuai prosedur penerima kebijakan. Disposisi
yang telah ditetapkan. Pegawai implementator dalam hal ini meliputi
tersebut telah mengetahui dengan kemauan, keinginan dan
baik langkah-langkah prosedur kecenderungan para pelaku
digitalisasi administrasi kebijakan untuk melaksanakan
kependudukan sehingga dapat kebijakan go digital dalam layanan
memberikan keterangan kepada administrasi kependudukan secara
masyarakat pemohon dengan jelas sungguh-sungguh sehingga apa
dan dapat dipahami. yang menjadi tujuan kebijakan dapat
Faktor sumberdaya anggaran tercapai. Temuan penelitian ini
telah didukung oleh Pemerintah sudah sesuai dengan teori
Kota Semarang dengan alokasi Subarsono (2013: 91) bahwa
khusus besaran anggaran tiap pelaksana kebijakan memiliki sikap
tahunnya. Hal ini dikarenakan positif berarti ada dukungan besar
pemerintah Kota Semarang memiliki atas keberhasilan implementasi
harapan yang besar untuk kebijakan sedangkan pelaksana
keberhasilan kebijakan go digital yang tidak mendukung cenderung
pada seluruh OPD termasuk di akan menghambat keberhasilan
Dispendukcapil Kota Semarang. Hal implementasi.
ini menunjukkan bahwa kebijakan Proses disposisi ini
go digital dalam layanan memerlukan pengetahuan,
administrasi kependudukan di pemahaman dan pendalaman
Dispendukcapil Kota Semarang terhadap kebijakan yang kemudian
berjalan dengan baik karena adanya akan timbul sikap menerima

14
14
terhadap kebijakan. Sikap Penyelenggaraan Administrasi
penerimaan dari pegawai Kependudukan untuk dijadikan
Dispendukcapil, sikap dari OPD acuan dan pedoman pelaksanaan
terkait dan masyarakat sangat layanan bagi Dispendukcapil.
mempengaruhi keberhasilan Pada aspek struktur birokrasi,
implementasi go digital dalam Dispendukcapil Kota Semarang
layanan administrasi kependudukan telah memiliki struktur birokrasi
di Dispendukcapil Kota Semarang. sehingga memudahkan dalam
d. Struktur Birokrasi (Bureaucratic pembagian tugas sesuai dengan
Structure) Peraturan Walikota Nomor 73 Tahun
Struktur Birokrasi termasuk 2016 tentang Kedudukan, Susunan
salah satu faktor yang penting Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta
dalam Tata Kerja Dinas Kependudukan
implementasi kebijakan go digital dan Pencatatan Sipil Kota
dalam layanan administrasi Semarang.
kependudukan di Dispendukcapil 2. Faktor Pendorong dan Kendala-
Kota Semarang. Ada dua Kendala dalam Implementasi
karakteristik utama dari struktur Kebijakan Go Digital Dalam
birokrasi menurut Edward, yaitu Pelayanan Administrasi
prosedur–prosedur kerja ukuran Kependudukan di Dispendukcapil
ukuran dasar atau sering disebut Kota Semarang.
sebagai Standard Operating Penelitian ini menemukan bahwa
Procedures (SOP) dan fragmentasi faktor pendorong dalam implementasi
(Winarno, 2014:206). SOP yang kebijakan Go Digital pada layanan
baik adalah yang mencantumkan administrasi kependudukan di
kerangka kerja yang jelas, Dispendukcapil Kota Semarang yaitu
sistematis, tidak berbelit dan mudah adanya koordinasi yang baik dengan
dipahami oleh siapapun karena OPD terkait melalui pelaksanaan
akan menjadi acuan dalam bekerja Perjanjian Kerjasama (PKS). Hasil
implementor. Harapannya, dengan penelitian ini sejalan dengan teori
adanya SOP, sumber daya implementasi kebijakan Subarsono
pengampu kebijakan mampu dapat (2013:) yang menyatakan bahwa
menjalankan tugasnya sesuai struktur birokrasi sebagai pendorong
dengan standar yang telah implementasi kebijakan adalah
ditetapkan dalam SOP sehingga hubungan yang terbentuk dalam
dapat menimbulkan efektivitas dan implementasi kebijakan pada antar
efisiensi kinerja, sedangkan struktur instansi atau lembaga yang saling
organisasi pelaksana pun sejauh mendukung dan berkoordinasi.Temuan
mungkin menghindari hal yang penelitian ini juga sejalan dengan hasil
berbelit, panjang dan kompleks. penelitian Lestari & Suharto (2021)
Berdasarkan hasil penelitian bahwa bagi jajaran kependudukan dan
dapat diketahui bahwa struktur pencatatan sipil, memanfaatkan
birokrasi yang terdapat pada teknologi informasi sebagai salah satu
implementasi kebijakan go digital media komunikasi dan koordinasi
dalam layanan administrasi bukanlah hal baru.
kependudukan di Dispendukcapil Kendala dalam implementasi
Kota Semarang dapat dilihat dari kebijakan Go Digital pada layanan
aspek SOP dan aspek struktur administrasi kependudukan di
birokrasi. Pada aspek SOP, Dispendukcapil Kota Semarang yaitu
Dispendukcapil Kota Semarang kurangnya pengetahuan, pemahanan
telah memiliki SOP seluruh jenis dan kesadaran masyarakat untuk
layanan administrasi kependudukan penggunaan teknologi dalam layanan
secara online maupun offline yaitu administrasi kependudukan. Ini sejalan
Peraturan Daerah Kota Semarang dengan temuan Aryani (2021) bahwa
Nomor 4 Tahun 2016 tentang implementasi kebijakan digitalisasi di

15
15
Dispendukcapil Kota Surabaya masih 1. Dispendukcapil Kota Semarang
menemui banyak kendala sehingga Hendaknya Dispendukcapil
belum berjalan optimal karena memperbanyak frekuensi sosialisasi
masayrakat belum terbiasa dengan dan edukasi kepada masyarakat umum
sistem online. melalui kerjasama-kerjasama dengan
pihak kelurahan dalam rangka
KESIMPULAN peningkatan pengetahuan, pemahaman
1. Implementasi kebijakan Go Digital dan kesadaran masyarakat terkait
dalam pelayanan administrasi dengan penggunaan teknologi dalam
kependudukan di Dispendukcapil Kota layanan administrasi kependudukan
Semarang dapat dilihat dari empat secara digital.
aspek : komunikasi yang mendukung 2. Masyarakat selaku penerima kebijakan
keberhasilan implementasi kebijakan go digital hendaknya berperan aktif
go digital dalam layanan administrasi dalam memberikan saran, kritik dan
kependudukan transmisi atau pengaduan terkait dengan layanan
penyaluran informasi, kejelasan dan administrasi kependudukan secara
konsistensi informasi. Aspek sumber online. Dengan hal tersebut, maka
daya yang mendukung mulai dari Dispendukcapil Kota Semarang dapat
kualitas dan kuantitas sumbedaya terus meningkatkan kualitas layanan
manusia (pegawai) dan anggaran online sebagai kebijakan go digital
tahunan dan fasilitas yang untuk sesuai kebutuhan dan perkembangan
memproses layanan online. Aspek teknologi informasi saat ini.
disposisi yaiu sikap dari pegawai
Dispendukcapil, sikap dari OPD terkait
dan masyarakat selaku penerima DAFTAR PUSTAKA
kebijakan yang mendukung
impelmentasi. Aspek struktur birokrasi 1. Agustino, Leo. 2008. Dasar-Dasar
telah memiliki SOP seluruh jenis Kebijakan Publik. Bandung:
layanan administrasi kependudukan Alfabeta
secara online maupun offline
berdasarkan Peraturan Daerah Kota 2. Afrianni, Afriyanni. 2021.
Semarang Nomor 4 Tahun 2016 Reformasi Pelayanan Publik: Best
tentang Penyelenggaraan Administrasi Practice Pelayanan Administrasi
Kependudukan untuk dijadikan acuan Kependudukan Kabupaten
dan pedoman pelaksanaan layanan Padang Pariaman. Jurnal
bagi. Pembangunan Nagari. Vol 6 (1):
2. Faktor pendorong meliputi adanya 76-92.
kewenangan Dispendukcapil untuk 3. Ajulor, Omoniyi Victor. 2013.
menyelenggarakan pelayanan Policy Implementation And Rural
administrasi kependudukan sesuai Poverty Reduction In Nigeria (An
peraturan yang berlaku; Faktor kendala Analysis Of The National Poverty
yang berasal dari intansi Eradication Programme (Napep) In
Dispendukcapil Kota Semarang yaitu Ado-Odo Ota Local Government
belum optimalnya pelayanan publik Area, Ogun State). Annual
berbasis teknologi informasi dan International Interdisciplinary
inovasi pelayanan administrasi Conference, Aiic 2013, 24-26 April,
kependudukan; belum optimalnya Azores, Portugal.
pengelolaan SIAK, capaian kepemilikan
dokumen belum sesuai target; 4. Arisandy, Yudha. 2018. Evaluasi
kurangnya keterpaduan, sinkronisasi Kebijakan Sistem Informasi
data kependudukan antar instansi / Administrasi Kependudukan
sektor. Dalam Mewujudkan Tertib
Administrasi Kependudukan Di
SARAN (REKOMENDASI) Kota Probolinggo. Majalah Ilmiah
“Dian Ilmu”, Vol 17 (2): 16-33

16
16
5. Cahyaningrum, Anisa. 2019. Otonomi Daerah. Jakarta:
Inovasi Pelayanan melalui Aplikasi Grasindo
“Dukcapil Dalam Genggaman”
oleh Dinas Kependudukan dan 16. Pasolong, Harbani. 2011. Teori
Pencatatan Sipil Kota Surakarta. Administrasi Publik. Bandung:
Jurnal Administrasi Publik. Vol 7 Alfabeta,
(2): 103-115
6. Dey Ian. 2003. Qualitative Data 17. Setiawan, B. 1999. Evaluasi
Analysis. New York: RNY. Proyek: Pengertian Evaluasi
Proyek,Aspek-aspeknya dan
7. Dimock and Dimock. 1992. Metode Memperoleh Gagasan.
Administrasi Negara, Terjemahan. Bappenas. Jakarta
Jakarta: Rineka Cipta
18. Stufflebeam, Daniel L. 2002. “The
8. Firman, Bimasakti. 2018. CIPP Model For Evaluation.
Tatakelola Pemerintahan Berbasis Boston: Kluwer Academic
Electronic Government Di Publisher.
Kabupaten Semarang (Studi
19. Subarsono, AG. 2013. Analisis
Kasus Dinas Kependudukan dan
Kebijakan Publik Konsep, Teori,
Pencatatan Sipil Kabupaten
Dan Aplikasi, Pustaka Pelajar,
Semarang). Jurnal Penelitian. Vol
Yogyakarta
1 (1): 1-18
9. Handoyo, Eko. 2014. Kebijakan 20. Sugiyono. 2015. MetodePenelitian
Publik. Semarang: Widya Karya Kuantitatif Kualitatif & RND.
Bandung: Alfabeta.
10. Liun. 2014. Evaluasi Kebijakan
Pelayanan Bidang Kependudukan 21. Suharno. 2010. Dasar-Dasar
Di Dinas Kependudukan Dan Kebijakan Publik. Yogyakarta:
Catatan Sipil Kabupaten Malinau. UNY Press
Jurnal Administrative Reform,
22. Sutriadi, Edi. 2018. Keefektifan
Vol.2 No.4: 445-457
Pelayanan Kartu Tanda Penduduk
11. Melinda, Mona. 2020. Inovasi Elektronik Pada Dinas
Pelayanan Administrasi Kependudukan, Catatan Sipil,
Kependudukan Online (Paduko) Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Oleh Dinas Kependudukan Dan Kabupaten Soppeng. Jurnal Ilmiah
Pencatatan Sipil Kota Padang Ilmu Administrasi Publik: Jurnal
Panjang. Nakhoda: Jurnal Ilmu Pemikiran dan Penelitian
Pemerintahan. Vol. 19 (2): 128- Administrasi Publik. Volume 8
144 Nomor 1: 27-36.
12. Miles, M. B., Huberman, A. M., & 23. Syafiie, Inu Kencana dkk. 1999.
Saldana. J. 2014. Qualitative data Ilmu Administrasi Publik. Jakarta:
analysis. A methods sourcebook: PT. Rineka Cipta
McCandless
24. Taufiqurohman. 2015. Pandeglang
13. Moleong, Lexy J. 2010. Dalam Implementasi Kebijakan
Metodologi Penelitian Kualitatif. Peningkatan Ipm. Jakarta:
Bandung: Penerbit PT Remaja Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu
Rosdakarya. Politik Universitas Prof. Dr.
Moestopo Beragama
14. Nugroho, Riant. 2003.Kebijakan
Publik Formulasi, Implementasi, 25. Thariq, Alfian Nur At. 2013.
Dan Evaluasi, Jakarta. Elex Media Kualitas Pelayanan Publik di Dinas
Komputindo Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Malinau (Studi
15. Nurcholis, Hanif. 2005. Teori dan
Implementasi Pelayanan
Praktik Pemerintahan dalam

17
17
Administrasi Kependudukan).
eJournal Pemerintahan Integratif,
2013, 1 (3) : 331-345
26. Wahab, Solichin Abdul. 2004
Analisis Kebijaksanaan Dari
Formulasi Ke Implementasi
Kebijaksanaan Negara. Jakarta:
Bumi Aksara.
27. Wahyono, Suko. 2019.
Implementasi Pelayanan
Administrasi Kependudukan Kota
Malang. Jurnal Politik dan Sosial
Kemasyarakatan. Vol 11 No 1:1-
20.
28. Winarno, Budi. 2007. Teori Dan
Proses Kebijakan Publik.
Yogyakarta: Media Pressindo.
29. Winarno. 2004. Evaluasi dalam
Pendidikan Jasmani dan
Olahraga. Jakarta: Centre For
Human Capacity Development
30. Yagusta. 2016. Evaluasi Program
Gala Desa Tahun 2017 Di
Kementerian Pemuda Dan
Olahraga. Jurnal Penelitian.
Pendidikan Olahraga, Universitas
Negeri Jakarta. 204-216
31. Presiden Republik Indonesia
Nomor 40 Tahun 2019 Tentang
Administrasi Kependudukan
32. Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 96 Tahun 2012
Tentang Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2009
Tentang Pelayanan Publik.
33. Peraturan Derah Kota Semarang
Nomor 12 Tahun 2008 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Daerah Kota Semarang
34. https://halosemarang.id
35. https://dukcapil.kemendagri.go.id/b
erita/baca/544/cetak-dokumen-
kependudukan-di-rumah-dari-file-
pdf-masyarakat-makin-
dimudahkan-dan-aman
36. https://indonesia.go.id/kategori/kep
endudukan/1934/cetak-dokumen-
kependudukan-dari-rumah,

18
18

Anda mungkin juga menyukai