Anda di halaman 1dari 12

Asas Bernoulli

Hukum Bernoulli

Bagaimanakah definisi hukum Bernoulli ?

Fluida mengalir pada pipa dari ujung 1 ke


ujung 2
Kecepatan pada ujung 1 = v1 , ujung 2 = v2
Ujung 1 berada pada ketinggian h1 , ujung 2 =
h2
Tekanan pada ujung 1 = P1 , ujung 2 = P2.

Hukum Bernoulli untuk fluida yang mengalir


pada suatu tempat maka jumlah usaha, energi
kinetik, energi potensial fluida persatuan volume fluida tersebut mempunyai nilai yang tetap
pada setiap titik. Jadi jumlah dari tekanan, energi kinetik persatuan volume, dan energi
potensial persatuan volume mempunyai nilai yang sama pada setiap titik sepanjang
suatu garis arus.
Bagaimanakah persamaan dari hukum Bernoulli ?

Persamaan Bernoulli  adalah   maka

persamaan Bernoulli :

P1 : tekanan pada ujung 1, satuannya Pa


P2 : tekanan pada ujung 2, satuannya Pa
v1 : kecepatan fluida pada ujung 1, satuannya m/s
v2 : kecepatan fluida pada ujung 2, satuannya m/s
h1 : tinggi ujung 1, satuannya m
h2 : tinggi ujung 2, satuannya m

Prinsip Bernoulli

Prinsip Bernoulli adalah sebuah istilah di dalam mekanika fluida yang menyatakan bahwa
pada suatu aliran fluida, peningkatan pada kecepatan fluida akan menimbulkan penurunan
tekanan pada aliran tersebut. Prinsip ini sebenarnya merupakan penyederhanaan dari
Persamaan Bernoulli yang menyatakan bahwa jumlah energi pada suatu titik di dalam suatu
aliran tertutup sama besarnya dengan jumlah energi di titik lain pada jalur aliran yang sama.
Prinsip ini diambil dari nama ilmuwan Belanda/Swiss yang bernama Daniel Bernoulli.

Hukum Bernoulli

Dalam bentuknya yang sudah disederhanakan, secara umum terdapat dua bentuk persamaan
Bernoulli; yang pertama berlaku untuk aliran tak-termampatkan (incompressible flow), dan
yang lain adalah untuk fluida termampatkan (compressible flow).

Aliran Tak-termampatkan

Aliran tak-termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan tidak berubahnya
besaran kerapatan massa (densitas) dari fluida di sepanjang aliran tersebut. Contoh fluida tak-
termampatkan adalah: air, berbagai jenis minyak, emulsi, dll. Bentuk Persamaan Bernoulli
untuk aliran tak-termampatkan adalah sebagai berikut:

di mana:

v = kecepatan fluida
g = percepatan gravitasi bumi
h = ketinggian relatif terhadap suatu referensi
p = tekanan fluida
ρ = densitas fluida

Persamaan di atas berlaku untuk aliran tak-termampatkan dengan asumsi-asumsi sebagai


berikut:

 Aliran bersifat tunak (steady state)


 Tidak terdapat gesekan (inviscid)

Dalam bentuk lain, Persamaan Bernoulli dapat dituliskan sebagai berikut:

Aliran Termampatkan

Aliran termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan berubahnya besaran
kerapatan massa (densitas) dari fluida di sepanjang aliran tersebut. Contoh fluida
termampatkan adalah: udara, gas alam, dll. Persamaan Bernoulli untuk aliran termampatkan
adalah sebagai berikut:

di mana:
= energi potensial gravitasi per satuan massa; jika gravitasi konstan maka
= entalpi fluida per satuan massa

Catatan: , di mana adalah energi termodinamika per satuan massa, juga


disebut sebagai energi internal spesifik.

Dalam bentuknya yang sudah disederhanakan, secara umum terdapat dua bentuk persamaan
Bernoulli; yang pertama berlaku untuk aliran tak-termampatkan (incompressible flow), dan
yang lain adalah untuk fluida termampatkan (compressible flow).

Aliran Tak-termampatkan

Aliran tak-termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan tidak berubahnya
besaran kerapatan massa (densitas) dari fluida di sepanjang aliran tersebut. Contoh fluida tak-
termampatkan adalah: air, berbagai jenis minyak, emulsi, dll. Bentuk Persamaan Bernoulli
untuk aliran tak-termampatkan adalah sebagai berikut:

di mana:

v = kecepatan fluida
g = percepatan gravitasi bumi
h = ketinggian relatif terhadapa suatu referensi
p = tekanan fluida
ρ = densitas fluida

Persamaan di atas berlaku untuk aliran tak-termampatkan dengan asumsi-asumsi sebagai


berikut:

 Aliran bersifat tunak (steady state)


 Tidak terdapat gesekan

Dalam bentuk lain, Persamaan Bernoulli dapat dituliskan sebagai berikut:

Contoh Penerapan Hukum Bernoulli

Sebelumnya, kita sudah belajar mengenai Prinsip dan Persamaan Bernoulli. Kali ini kita akan
melihat penerapan prinsip dan persamaan Bernoulli dalam kehidupan sehari-hari.

Teorema Torriceli
Salah satu penggunaan persamaan Bernoulli adalah menghitung kecepatan zat cair yang
keluar dari dasar sebuah wadah (lihat gambar di bawah)
Kita terapkan persamaan Bernoulli pada titik 1 (permukaan wadah) dan titik 2 (permukaan
lubang). Karena diameter kran/lubang pada dasar wadah jauh lebih kecil dari diameter
wadah, maka kecepatan zat cair di permukaan wadah dianggap nol (v1 = 0). Permukaan
wadah dan permukaan lubang/kran terbuka sehingga tekanannya sama dengan tekanan
atmosfir (P1 = P2). Dengan demikian, persamaan Bernoulli untuk kasus ini adalah :

Jika kita ingin menghitung kecepatan aliran zat cair pada lubang di dasar wadah, maka
persamaan ini kita oprek lagi menjadi :

Berdasarkan persamaan ini, tampak bahwa laju aliran air pada lubang yang berjarak h dari
permukaan wadah sama dengan laju aliran air yang jatuh bebas sejauh h (bandingkan Gerak
jatuh Bebas)
Ini dikenal dengan Teorema Torricceli. Teorema ini ditemukan oleh Eyang Torricelli, murid
eyang butut Gallileo, satu abad sebelum om Bernoulli menemukan persamaannya.

Efek Venturi
Selain teorema Torricelli, persamaan Bernoulli juga bisa diterapkan pada kasus khusus lain
yakni ketika fluida mengalir dalam bagian pipa yang ketinggiannya hampir sama (perbedaan
ketinggian kecil). Untuk memahami penjelasan ini, amati gambar di bawah.

Pada gambar di atas tampak bahwa ketinggian pipa, baik bagian pipa yang penampangnya
besar maupun bagian pipa yang penampangnya kecil, hampir sama sehingga diangap
ketinggian alias h sama. Jika diterapkan pada kasus ini, maka persamaan Bernoulli berubah
menjadi :
Ketika fluida melewati bagian pipa yang penampangnya kecil (A2), maka laju fluida
bertambah (ingat persamaan kontinuitas). Menurut prinsip Bernoulli, jika kelajuan fluida
bertambah, maka tekanan fluida tersebut menjadi kecil. Jadi tekanan fluida di bagian pipa
yang sempit lebih kecil tetapi laju aliran fluida lebih besar.
Ini dikenal dengan julukan efek Venturi dan menujukkan secara kuantitatif bahwa jika laju
aliran fluida tinggi, maka tekanan fluida menjadi kecil. Demikian pula sebaliknya, jika laju
aliran fluida rendah maka tekanan fluida menjadi besar.

Venturi meter
Penerapan menarik dari efek venturi adalah Venturi Meter. Alat ini dipakai untuk mengukur
laju aliran fluida, misalnya menghitung laju aliran air atau minyak yang mengalir melalui
pipa. Terdapat 2 jenis venturi meter, yakni venturi meter tanpa manometer dan venturi meter
yang menggunakan manometer yang berisi cairan lain, seperti air raksa. Prinsip kerjanya
sama saja…. Pada kesempatan ini gurumuda hanya menjelaskan venturi meter tanpa
manometer.

Venturi meter tanpa manometer


Gambar di bawah menunjukkan sebuah venturi meter yang digunakan untuk mengukur laju
aliran zat cair dalam pipa.

Kok airnya bisa naik ke pipa kecil sich… Tuh kenapa ya ? masih ingat si kapilaritas-kah ?
kalau lupa, belajar kapilaritas lagi… biar paham.
Amati gambar di atas. Ketika zat cair melewati bagian pipa yang penampangnya kecil (A2),
laju cairan meningkat. Menurut prinsipnya om Bernoulli, jika laju cairan meningkat, maka
tekanan cairan menjadi kecil. Jadi tekanan zat cair pada penampang besar lebih besar dari
tekanan zat cair pada penampang kecil (P1 > P2). Sebaliknya v2 > v1
Sekarang kita oprek persamaan yang digunakan untuk menentukan laju aliran zat cair pada
pipa di atas. Kita gunakan persamaan efek venturi yang telah diturunkan sebelumnya. Neh
persamaannya…
Ingat ya, kita hendak mencari laju aliran zat cair di penampang besar (v1). Kita gantikan v2

pada persamaan 1 dengan v2 pada persamaan 2.


Dalam pokok bahasan Tekanan Pada Fluida, gurumuda sudah menjelaskan bahwa untuk
menghitung tekanan fluida pada suatu kedalaman tertentu, kita bisa menggunakan

persamaan :
Jika perbedaan massa jenis fluida sangat kecil, maka kita bisa menggunakan persamaan ini
untuk menentukan perbedaan tekanan pada ketinggian yang berbeda (kalau bingung, baca
kembali pembahasan mengenai Tekanan Dalam Fluida — Fluida Statis). Dengan demikian,

persamaan a bisa kita oprek menjadi :


Karena zat cair-nya sama maka massa jenisnya juga pasti sama. Kita lenyapkan rho dari
persamaan…
Ini dia si persamaan yang bikin sebel…. dah nemu. Persamaan ini kita gunakan untuk
menentukan laju zat cair yang mengalir dalam pipa.
Dalam bidang kedokteran, telah dirancang juga venturi meter yang digunakan untuk
mengukur laju aliran darah dalam arteri.
Tugas kreatif : coba buat alat seperti venturi meter di atas, terserah bahannya apa, asal tahan
air. Gunakan alat itu untuk menentukan laju aliran air, mau air sungai kek, air comberan juga
terserah masukan alat itu ke dalam air, usahakan posisinya sejajar dengan aliran air. Setelah
itu, catat ketinggian air pada dua kolom pipa. Selanjutnya, tentukan h. Luas permukaan bisa
langsung dihitung pakai persamaan luas lingkaran. Gunakan rumus di atas untuk menghitung
laju aliran air. Selamat mencoba…

Tabung Pitot
Kirain tabung petot kalau venturi meter digunakan untuk mengukur laju aliran zat cair, maka
tabung pitot digunakan untuk mengukur laju aliran gas / udara. Perhatikan gambar di
bawah…
Lubang pada titik 1 sejajar dengan aliran udara. Posisi kedua lubang ini dibuat cukup jauh
dari ujung tabung pitot, sehingga laju dan tekanan udara di luar lubang sama seperti laju dan
tekanan udara yang mengalir bebas. Dalam hal ini, v1 = laju aliran udara yang mengalir
bebas (ini yang akan kita ukur), dan tekanan pada kaki kiri manometer (pipa bagian kiri) =

tekanan udara yang mengalir bebas (P1).


Lubang yang menuju ke kaki kanan manometer, tegak lurus dengan aliran udara. Karenanya,
laju aliran udara yang lewat di lubang ini (bagian tengah) berkurang dan udara berhenti ketika
tiba di titik 2. Dalam hal ini, v2 = 0. Tekanan pada kaki kanan manometer sama dengan
tekanan udara di titik 2 (P2).
Ketinggian titik 1 dan titik 2 hampir sama (perbedaannya tidak terlalu besar) sehingga bisa
diabaikan. Ingat ya, tabung pitot juga dirancang menggunakan prinsip efek venturi. Mirip
seperti si venturi meter, bedanya si tabung petot ini dipakai untuk mengukur laju gas alias
udara. Karenanya, kita tetap menggunakan persamaan efek venturi. Sekarang kita oprek

persamaannya :
Perbedaan tekanan (P2 – P1) = tekanan hidrostatis zat cair dalam manometer (warna hitam
dalam manometer adalah zat cair, air raksa misalnya). Secara matematis bisa ditulis sebagai

berikut :
Perhatikan persamaan 1 dan persamaan 2. Ruas kiri-nya sama (P2 – P1). Karenanya

persamaan 1 dan 2 bisa dioprek menjadi seperti ini :

Ini persamaan yang kita cari. Persamaan ini digunakan untuk menghitung laju aliran gas alias
udara menggunakan si tabung petot

1. Aliran laminar (untuk fluida Newtonian) :

● fully developed laminar flow : tebal dari BL = radius pipa à nilai Nu tak tergantung
dari Re

● Nilai Nu dapat berbasis dari DT antara sumbu pipa dengan interface dari radius
permukaan Rs ; namun dari segi praktis lebih nyaman bila berdasarkan DT antara “bulk temp.
fluida” (dan disebut juga sebagai mixing cup temperature) =Tf, dengan temp. interface
● H1 = “uniform heat flux” searah aliran, dengan temp. dinding yang seragam pada setiap
penampang aliran

H2 = “uniform wall heat flux”, pada sekeliling tepi maupun searah aliran

T = “uniform wall temperatur” pada batas

● Nilai Nu(H1), Nu(H2) dan Nu(T) aliran laminar “fully developed” fluida Newtonian melalui
berbagai penampang saluran, seperti tabel 4.1. Kreith & Black

catatan : untuk [Re.Pr.(D/L)] > 10, formula empiris :

NuD = 1.86 (ReD.Pr)0.33 (D/L)0.33 (mb/ms)0.14

2. Aliran turbulen (aliran internal) melalui pipa:

● pada entrance : ada transisi dari laminar ke turbulen

● untuk pipa yang cukup panjang (pengaruh transisi dari laminar ke turbulen diabaikan)
dan nilai Pr = 0.5 s.d. 100

NuD = 0.023 (ReD0.8.Pr0.33) [3.23]

● Bila diperhitungkan sifat fluida yang berubah dengan temperatur,

NuD = 0.027 ReD0.8.Pr0.33(mb/ms)0.14 [3.24]

● sifat fluida @ `Tf = ½ (Ts + Tb,av) [3.25]

Ts = temperatur permukaan (surface)

Tb,av = temperatur bulk rata-rata = ½(Tb,in + Tb,out)

mb = viskositas pada Tb,av

ms = viskositas pada Ts

● Untuk pipa yang tidak cukup panjang, (10 < (L/DH < 400), ada pengaruh entrance,
sehingga perlu dikoreksi, dan diperoleh rumus empirik :

NuD = 0.036 ReD0.8.Pr0.33 (DH/L)0.055 [3.26]


FLUIDA

Fluida adalah zat-zat yang mampu mengalir dan yang menyesuaikan diri dengan bentuk
wadah tempatnya. Bila berada dalam keseimbangan, fluida tidak dapat menahan gaya
tangensial atau gaya geser. Semua fluida memiliki suatu derajat kompresibilitas dan
memberikan tahanan kecil terhadap perubahan bentuk.
Karena adanya kekentalan zat cair, maka terjadi perbedaan kecepatan partikel pada medan
aliran. Partikel zat cair yang berdampingan dengan dinding batas akan diam (kecepatan nol)
sedang yang terletak pada suatu jarak tertentu dari dinding akan bergerak. Perubahan
kecepatan tersebut merupakan fungsi jarak dari dinding batas.
Aliran viskos adalah aliran zat cair yang mempunyai kekentalan (viskositas). Kekentalan
adalah sifat zat cair untuk melawan tegangan geser pada waktu bergerak/mengalir.
Kekentalan disebabkan karena kohesi antara partikel zat cair. Zat cair ideal tidak mempunyai
kekentalan. Aliran viskos dapat dibedakan menjadi dua macam. Apabila pengaruh kekentalan
(viskositas) adalah cukup dominan sehingga partikel-partikel zat cair bergerak secara teratur
menurut lintasan lurus maka aliran disebut laminer. Aliran laminer terjadi apabila kekentalan
besar dan kecepatan aliran kecil. Dengan berkurangnya pengaruh kekentalan atau
bertambahnya kecepatan maka aliran akan berubah dari laminer manjadi turbulen. Pada aliran
turbulen partikel-partikel zat cair bergerak secara tidak teratur (Triatmodjo, B., 1993).
Bila fluida diberi tegangan geser, maka ia akan mengalami perubahan bentuk, dengan kata
lain ia mengalami regangan geser. Selain itu bagian yang terkena tegangan geser, langsung
akan bergerak inilah yang disebut sebagai aliran. Jadi jelaslah bahwa zat padat tidak
tergolong fluida, karena bila dikenai tegangan geser zat padat tidak akan mengalir (Sardjito,
2000).
Osborne Reynolds berpendapat bahwa tipe aliran tergantung dari kecepatan, kerapatan dan
kekentalan dari cairan dan ukuran dari tempat mengalirnya dan tergantung pula dari angka
Reynolds (Kodoatie, J. R., 2001).
Kekentalan zat cair menyebabkan terbentuknya gaya-gaya geser antara dua elemen zat cair.
Keberadaan kekentalan ini menyebabkan terjadinya kehilangan tenaga selama pengaliran
atau diperlukannya energi untuk menjamin adanya pengaliran. Viskositas gas meningkat
dengan suhu, tetapi viskositas cairan berkurang dengan naiknya suhu. Perbedaan dalam
kecenderungan terhadap suhu tersebut dapat di terangkan dengan menyimak penyebab-
penyebab viskositas. Tahanan suatu fluida terhadap tegangan geser tergantung pada
kohesinya dan pada laju perpindahan momentum molekulnya. Cairan dengan molekul-
molekul yang jauh lebih rapat dari pada gas, mempunyai gaya-gaya kohesi yang jauh lebih
besar dari pada gas. Kohesi nampaknya merupakan penyebab utama viskositas dalam cairan
dan karena kohesi berkurang dengan naiknya suhu, maka demikian pula viskositas.
Sebaliknya gas mempunyai gaya-gaya kohesi yang sangat kecil. Sebagian besar dari
tahanannya terhadap tegangan geser merupakan akibat perpindahan momentum molekuler.
Tegangan molekular menimbulkan tegangan geser semu dalam gas, yang lebih penting dari
pada gaya-gaya kohesi, dan karena kegiatan molekular meningkat dengan suhu, maka
viskositas gas juga meningkat dengan suhu. Untuk tekanan-tekanan yang biasa viskositas
tidak tergantung pada tekanan dan tergantung pada suhu saja. Untuk tekanan yang sangat
besar, gas-gas dan kebanyakan cairan menunjukkan variasi viskositas yang tidak menentu
terhadap tekanan.
Fluida dapat digolongkan ke dalam cairan atau gas. Perbedaan-perbedaan utama antara cairan
dan gas adalah (a) cairan praktis tak kompresibel, sedangkan gas kompresibel dan sering kali
harus diperlakukan demikian dan (b) cairan mengisi volume tertentu dan mempunyai
permukaan-permukaan bebas sedangkan gas dengan massa tertentu mengembang sampai
mengisi seluruh bagian wadah tempatnya.
(Triatmodjo, B., 1993).

1. Gas : tidak mempunyai permukaan bebas, dan massanya selalu berkembang mengisi
seluruh volume ruangan, serta dapat dimampatkan.
2. Cairan : mempunyai permukaan bebas, dan massanya akan mengisi ruangan sesuai
dengan volumenya, serta tidak termamfatkan.
TUGAS

HUKUM BERNOULLI DAN FLUIDA

Diajukan untuk memenuhi prasyarat penyelesaian Tugas Mata Kuliah Mesin Fluida

Fakultas Teknik Program Studi S1 Teknik Mesin

Unirversitas 17 Agustus 1945 Cirebon

Oleh :

BAYU KURNIAWAN DWI PUTRA

C 21201081001

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIRVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 CIREBON

2011

Anda mungkin juga menyukai