Anda di halaman 1dari 27

BAB I

TEOREMA BERNOULLI
(BERNOULLI’S THEOREM DEMONSTRATION)

I.1 Pendahuluan
Salah satu dari Asas Bernoulli yang tekenal adalah tekanan fluida di
tempat yang berkecepatan tinggi lebih kecil daripada ditempat yang
kecepatannya lebih rendah. Jadi semakin besar kecepatan fluida dalam suatu
pipa maka tekanannya makin kecil dan sebaliknya makin kecil kecepatan
fluida dalam suatu pipa maka semakin besar tekanannya. Hukum ini
diterapkan pada zat cair yang mengalir dengan kecepatan berbeda dalam
suatu pipa. Prinsip ini pada dasarnya merupakan diferensiasi dari persamaan
Bernoulli yang menyatakan bahwa energi pada suatu titik didalam suatu
aliran jumlahnya sama besar dengan jumlah energi di titik yang lain ada
jalur aliran yang sama. Sehingga pada suatu aliran fluida, peningkatan pada
kecepatan fluida akan menimbulkan penurunan tekanan pada aliran tersebut,
dan sebaliknya, apabila terjadi penurunan pada kecepatan fluida maka akan
menimbulkan peningkatan tekanan pada aliran fluida itu sendiri.
Persamaan Bernoulli banyak digunakan dalam menganalisis berbagai
situasi aliran, namun persamaan Bernouli juga memiliki keterbatasan atau
syarat yang harus dipenuhi dalam pengaplikasiannya. Persamaan Bernoulli
dapat digunakan selama gerakan fluida tersebut inviscid dan tak
mampat.Persamaan Bernoulli dapat diterapkan hanya sepanjang garis arus
berlaku (Munson, 2005).
I.2 Tujuan Percobaan
Maksud dan tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk menyelidiki validitas Persamaan Bernoulli ketika diaplikasikan ke
aliran air yang steady pada pipa yang bergradasi dimensinya.
b. Menentukan besarnya koefisien debit (Cd).
c. Mengamati pembagian tekanan sepanjang pipa konvergen-divergen.

I.3 Dasar Teori


Bernoulli merumuskan persamaan dasar dalam hidrodinamika yang
telah diaplikasikan terhadap banyak hal pada kehidupan sehar-hari sehingga
dapat dimanfaatkan untuk menjelaskan gejala-gejala yang berhubungan
dengan aliran air. Persamaan dasar tersebut disebut sebagai persamaan
Bernoulli atau Teorema Bernoulli, yaitu suatu persamaan yang menjelaskan
berbagai gejala yang berkaitan erat antara kecepatan fluida, tekanan, dan
juga tinggi permukaan zat cair. Persamaan yang telah dihasilkan oleh
Bernoulli disebut dengan Hukum Bernoulli, yakni suatu hukum yang
digunakan untuk menjelaskan gejala yang berhubungan dengan gerakan zat
alir melalui suatu penampang pipa.
Persamaan yang dinyatakan dalam Hukum Bernoulli melibatkan
hubungan antara berbagai besaran fisis dalam fluida, yaitu kecepatan aliran
yang memiliki satu garis pada arus, tinggi permukaan air yang mengalir, dan
tekanan yang ditimbulkan. Bentuk hubungan yang dapat dijelaskan melalui
besaran tersebut adalah besar usaha tenaga pada fluida. Dalam bentuk yang
sudah disederhanakan, secara umum terdapat dua persamaan Bernoulli.
Persamaan yang pertama berlaku untuk aliran yang tak termampatkan
(incompressible flow), dan yang kedua yaitu aliran yang termampatkan
(compressible flow). Aliran yang tak termampatkan adalah aliran fluida
yang memiliki ciri tidak berubahnya kerapatan massa (densitas) dari fluida
di sepanjang aliran tersebut. Contohnya yaitu air, berbagai jenis minyak, dan
juga emulsi, serta masih banyak fluida-fluida yang tak termampatkan
lainnya.
I.3.1 Aliran Tak Termampatkan
Aliran tak-termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan
dengan tidak berubahnya besaran kerapatan massa (densitas) dari
fluida di sepanjang aliran tersebut. Contoh fluida tak- termampatkan
adalah berbagai jenis air,berbagai jenis minyak,emulsi, dll
(Prijono,1998).
Bentuk persamaan Bernoulli untuk aliran tak-termampatkan
adalah sebagai berikut :
1
𝜌 + 𝜌𝑔ℎ + 2 𝑝𝑣 2 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛…………………………… (pers I.1)

dimana :
v = kecepatan fluida (m/det) p = tekanan fluida (Pa)
g = percepatan gravitasi bumi (m/s2) ρ = densitas fluida (kg/m3)
h = ketinggian relatif terhadap suatu referensi (m)
Persamaan di atas berlaku untuk aliran tak-termampatkan
dengan asumsi-asumsi sebagai berikut :
1. Aliran bersifat tunak (steady state).
2. Tidak terdapat gesekan.

I.3.2 Aliran Termampatkan


Aliran termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan
dengan berubahnya besaran kerapatan massa (densitas) dari fluida di
sepanjang aliran tersebut. Contoh fluida termampatkan adalah :
udara, gas alam, dll. Persamaan Bernoulli untuk aliran termampatkan
adalah sebagai berikut (Prijono, 1985) :
𝑣2
+ 𝜃 + 𝑤 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 ………………………………..... (pers I.2)
2

Hukum Bernoulli menyatakan bahwa jumlah dari tekanan (p)


energi kinetik per satuan volum ½ PV2 dan energi potensial per
satuan volume (𝜌𝑔ℎ) memiliki nilai yang sama pada setiap titik
sepanjang suatu garis arus (Prijono, 1985).
I.3.3 Venturimeter
Venturimeter merupakan alat untuk mengukur kecepatan
cairan dalam pipa. Ada dua jenis venturimeter, yaitu venturimeter
tanpa manometer dan venturimeter dengan menggunakan manometer
yang berisi cairan lain. Prinsip keduanya hampir sama. Tabung
venturi merupakan tabung atau pipa yang mempunyai penyempitan
disalah satu bagiannya. Karena kedudukan tabungan mendatar maka
ℎ1 = ℎ2 , sehingga persamaan Bernoulli cukup ditulis :

Gambar I.1 Pipa Venturi


1 1
𝑃1 − 𝑃2 = 𝑃𝑣22 − 2 𝑃𝑣12 ……………………………...... (pers I.3)
2

Menurut persaamaan hidrostatik :


𝑃1 = 𝑃0 + 𝑔ℎ1
𝑃2 = 𝑃0 + 𝑔ℎ2
𝑃0 = tekanan atmosfer
dimana :
P = tekanan Hidrostatik (Pa)
h = ketinggian fluida (m)
g = gravitasi bumi (m/s2)
v = kecepatan alir aliran fluida (m/s)
I.3.4 Tabung Pitot
Tabung Pitot adalah alat ukur yang kita gunakan untuk
mengukur kelajuan gas atau udara.Perhatikan gambar I.2., lubang
pada titik 1 sejajar dengan aliran udara. Posisi kedua lubang ini
dibuat cukup jauh dari ujung tabung pitot, sehingga laju dan tekanan
udara di luar lubang sama seperti laju dan tekanan udara yang
mengalir bebas. Dalam hal ini, v1 = laju aliran udara yang mengalir
bebas (ini yang akan kita ukur), dan tekanan pada kaki kiri
manometer (pipa bagian kiri) = tekanan udara yang mengalir bebas
(P1).

Gambar I.2 Tabung Pitot dan Manometer


Lubang yang menuju ke kaki kanan manometer, tegak lurus
dengan aliran udara.Karenanya, laju aliran udara yang lewat di
lubang ini (bagian tengah) berkurang dan udara berhenti ketika tiba
di titik 2. Dalam hal ini, v2 = 0. Tekanan pada kaki kanan manometer
sama dengan tekanan udara di titik 2 (P2). Ketinggian titik 1 dan titik
2 hampir sama (perbedaannya tidak terlalu besar) sehingga bisa
diabaikan. Tabung pitot juga dirancang menggunakan prinsip efek
venturi.Mirip seperti venturimeter, bedanya tabung pitot ini dipakai
untuk mengukur laju gas alias udara.Karenanya, kita tetap
menggunakan persamaan efek venturi. Berikut persamaannya :
1
𝑝2 − 𝑝1 = 2 𝑝𝑣12 ..………….………………............... (pers I.4)
dimana :
p = tekanan fluida
ρ = massa jenis fluida
Perubahan tekanan (P2 – P1) = tekanan hidrostatis zat cair
dalam manometer (warna hitam dalam manometer adalah zat cair, air
raksa misalnya). Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :
𝑝2 − 𝑝1 = 𝜌′ 𝑔ℎ … … ..……………………………..... (pers I.5)
dimana :
p = tekanan fluida
ρ' = massa jenis fluida
g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)
h = ketinggian relatif terhadap suatu referensi (m)
Perhatikan persamaan 5 dan 6, ruas kirinya sama, maka dapat
kita uraikan menjadi :
2 𝜌′𝑔ℎ
𝑣=√ ……………………………………………... (pers I.6)
𝜌

Ini persamaan yang kita cari. Persamaan ini digunakan untuk


menghitung laju aliran gas alias udara menggunakan tabung pitot.

I.3.5 Prinsip Beda Tekanan


Perbedaan tekanan sering dijumpai dalam kehidupan sehari-
hari. Contohnya, ketika daun pintu rumah yang menutup sendiri
ketika angin bertiup kencang di luar rumah, diakibatkan karena udara
yang ada di luar rumah bergerak lebih cepat daripada udara yang ada
di dalam rumah. Akibatnya, tekanan udara di luar rumah lebih kecil
dari tekanan udara dalam rumah.Karena ada perbedaan tekanan,
dimana tekanan udara di dalam rumah lebih besar, maka pintu
didorong keluar. Dengan kata lain, daun pintu bergerak dari tempat
yang tekanan udaranya besar menuju tempat yang tekanan udaranya
kecil. Persamaan beda tekanan adalah sebagai berikut (Sunardi,2011)
P V1 2 P V2 2
Z1 + g1 + = Z2 + g2 + ………………................. (pers I.7)
2g 2g
Datum pada as pipa
Z1 = Z2
γ1 . ΔH ΔH. γ2 V2 2 − V1 2
− =
g g 2g
(γ1 −γ2 ) V2 2 −V1 2
{ΔH }= ……………………………........... (pers I.8)
γ1 2g

Jika A1=A2, maka kontinuitas akan menjadi :


V1A1 = V2A2
A2
V1 = . V2
A1

(γ1 − γ2 ) V2 2 − V1 2
{ΔH }=
γ1 2g
A 2
(γ1 −γ2 ) V2 2 −V1 2 ( 2 )
A1
{ΔH }=
γ1 2g

ΔH(γ1 −γ2 ) A 2
2g { } = V2 2 (1 − A2 2)……………………........ (pers I.9)
γ1 1

Kecepatan Teoritis :
ΔH(γ1 −γ2 )
A1 - A22g { } = V2 2 . 1
γ1

(γ1 −γ2 )
V = √2g. ΔH ( )
γ1

(γ1 −γ2 )
Qtheoritis = A2 √2g. ΔH ( )
γ1

Qnyata = Cd. Qtheoritis


(γ1 −γ2 )
= Cd .A2 √2g. ΔH | |………..…….......... (pers I.10)
γ1
I.4 Peralatan dan Prosedur Kerja
I.4.1 Peralatan yang digunakan

3 4

Gambar I.3 Rangkaian Alat Bernoulli


Keterangan:
1. Peralatan Bernoulli
2. Hydraulic bench
3. Stopwatch
4. Gelas ukur
I.4.2 Prosedur Kerja
a. Letakkan peralatan persamaan Bernouli pada hidraulik bench
kemudian atur nivo agar dasarnya horizintal, hal ini penting untuk
pengukuran tinggi yang akurat pada manometer.
b. Hubungkan inlet ke suplai aliran bench; tutup katup bench dan
katup kontrol aliran dan nyalakan pompa. Perlahan-lahan buka
katup bench untuk mengisi alat percobaan (test rig) dengan air.
c. Untuk mengisi air dari keran tekanan dan manometer, tutup kedua
katup bench dan katup kontrol aliran, dan buka sekrup pengisi
udara dan pindahkan tutupnya dari katup pengatur udara. Buka
katup bench dan biarkan aliran mengalir melalui manometer
untuk menghilangkan seluruh udara yang ada, kencangkan sekrup
pengisi udara dan buka katup bench dan katup kontrol aliran.
Kemudian, buka sedikit katup pengisi udara untuk membiarkan
udara memasuki bagian atas manometer. Kencangkan kembali
sekrup ketika tinggi manometer mencapai tinggi yang diinginkan.
Jika dibutuhkan, tinggi manometer bisa disesuaikan menggunakan
sekrup pengisi udara dan pompa tangan yang disediakan. Ketika
menggunakan pompa tangan, sekrup pengisi harus terbuka. Untuk
menahan tekanan pompa tangan dalam sistem, sekrup harus
ditutup setelah pemompaan.
d. Pembacaan harus dilakukan pada tiga macam debit. Ambil set
pertama pembacaan pada debit maksimum (h1-h5 besar),
kemudian kurangi debit volume untuk memberikan perbedaan
tinggi yang berada diantara kedua test di atas. Catat semua
datanya.
e. Ukur volume dengan waktu yang telah ditentukan dengan
menggunakan tangki volumetrik, untuk menentukan besarnya
debit. Lamanya pengumpulan air sekurang-kurangnya satu menit
untuk mengurangu kesalahan pengukuran waktu.
I.5 Nomenklatur
Tabel I.1 Nomenklatur untuk Teorema Bernoulli
Judul kolom Satuan Lambang Tipe Deskripsi
Diambil dari data skala
pembacaan pada hidraulik
bench. Volume yang
Volume
M3 V Diukur terkumpul dlam liter.
terkumpul
Konversikan ke m3 untuk
perhitungan (dibagi dengan
1000)
Waktu untuk mengumpulkan
Waktu
S T Diukur volume air pada hidraulik
pengumpulan
bench
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
Debit m3/s Qv Dihitung
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢
Lambang
hx Diberikan Label identifikasi label
manometer
Letak keran manometer yang
diberikan sebagai jarak dari
Jarak ke pipa M Diberikan
data pada keran h1. Lihat di
bagian dimensi
Luasan pipa pada setiap
Luasan pipa m2 A Diberikan
keran
Nilai terukur dari
manometer. Pembacaan
Tinggi statis M H Diukur manometer diambil dalam
mm air. Konversikan ke m
air untuk perhitungan
Kecepatan aliran dalam pipa
Kecepatan m2/s V Dihitung
= Qv/A
𝑣²
Tinggi dinamis M Dihitung 2𝑔
lihat teori
𝑣²
Tinggi total M H0 Dihitung ℎ+ 𝑙𝑖ℎ𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
2𝑔
Posisi alat pengukur tinggi
Jarak ke pipa M Diukur ttekanan total dari data pada
keran h1
Nilai terukur diambil dari h8.
Pembacaan alat Adalah tinggi yang tercatat
M Diukur
H8 dari alat pengukur tinggi
tekanan total.
I.6 Data Hasil Pengamatan
Tabel I.2 Data Percobaan Bernoulli

Titik (m)
No. Volume (m3) Waktu (detik)

A B C D E F

1. 0,000240 5 0,091 0,084 0,080 0,078 0,077 0,075

2. 0,000400 5 0,103 0,089 0,075 0,063 0,043 0,060

3. 0,000480 5 0,109 0,090 0,072 0,053 0,028 0,053

4. 0,000530 5 0,115 0,093 0,069 0,044 0,013 0,045

5. 0,000580 5 0,120 0,094 0,066 0,038 0,003 0,040

Tabel I.3 Data Teknis

Posisi Lambang Diamater Jarak dari titik awal


tabung Manometer (m) (m)

A h1 0,0250 0,0000

B h2 0,0139 0,0603

C h3 0,0118 0,0687

D h4 0,0107 0,0732

E h5 0,0100 0,0811

F h6 0,0250 0,1415
I.7 Analisa Perhitungan
Pada analisa kali ini kami menggunakan data darihasilpercobaan 1 di
titik A.
I.7.1 Luas Penampang (A)
Dik: d = 25 mm = 0,025 m
π = 3,14

Dit: Luas Penampang (A)

1 1
Jawab: 𝐴 = 𝜋𝑑 2 = . 3,14. 0,0252
4 4

= 0,0004906 𝑚2

I.7.2 Debit Aliran (Q)


Dik: V = 240 ml = 0,000240 m3
t =5s
Dit: Debit Aliran (Q)
𝑉
Jawab: 𝑄 = 𝑡
0,000240
= 5

= 0,000048 m3/s
I.7.3 Kecepatan Aliran (v)
Dik: Q = 0,000048 m3/s
A = 0,0004906 m2
Dit: Kecepatan Aliran (v)
𝑄
Jawab: v = 𝐴
0,0000480
= 0,0004906

= 0,09783938 m/s

I.7.4 Tinggi Kecepatan


Dik: v = 0,09783938m/s
g = 9,81 m/s2
Dit: Tinggi Kecepatan
𝑣2
Jawab: Tinggi Kecepatan = 2g

0,09789382
= 2.9,81

= 0,000487897 m

I.7.5 Energi (E)


Dik: y = 0,187 m

Tinggi Kecepatan = 0,001715 m

Dit: Energi (E)


Jawab: E = y + Tinggi Kecepatan
= 0,091 + 0,000487897
= 0,091487897 m
I.7.6 Debit Teoritis (QTeoritis)
Dik: AA = 0,0004906 m2
AE = 0,0000785 m2
g = 9,81 m/s
∆h = skala paras air HA – skala paras air HE
= 0,091 – 0,077
= 0,014 m

Dit: Debit teoritis (Qt)

2.g.(∆ h)
Jawab: Qt = AE √ A
1−( E )2
AA

2.9,81.0,014
= 0,0000785√ 0,0000785 2
1−( )
0,0004906

= 0,0000416575 m3/s
I.7.7 Kecepatan Teori
m3
Dik: Qt = 0,0000416575 detik

AA = 0,0004906 m2

AE = 0,0000785 m2
Dit: Kecepatan di A (vA) dan kecepatan di E (vE)
𝑄
Jawab: vA = 𝐴 𝑡
𝐴

0,0000416575
= 0,0004906

= 0,084911421 m/s
𝑄𝑡
vE =
𝐴𝐴
0,0000416575
= 0,0000785

= 0.0530669341 m/s
I.7.8 Kecepatan Rata-rata (vRata-rata)
Dik: vA = 0,084911421 m/s
vE = 0,0530669341 m/s

Dit: Kecepatan rata rata (vRata-rata)


𝑉𝐴 +𝑉𝐸
Jawab: vRata-rata = 2
0,084911421 +0.0530669341
= 2

= 0,307790381 m/s

I.7.9 Koefisien Debit (Cd)


Dik: QNyata = 0,0000750 m3/s
QTeoritis = 0,000041657543 m3/s

Dit: Koefisien Debit (Cd)


QNyata
Jawab: Cd =Q
Teoritis

0,000075000
= 0,000041657543

= 1,15225
Tabel I.4 Analisa Perhitungan Percobaan 1
Luas Jarak pipa Tinggi
Diameter d Skala paras Debit aliran Kecepatan
No penampang A sumbat Kecepatan Energi E (m)
(m) air y (m) Q (m3/s) aliran v (m/s)
(m2) (m) (m)
A 0,025 0,0004906 0,091 0,000048 0 0,09783938 0,000487897 0,091487897
B 0,0139 0,0001517 0,084 0,000048 0,0603 0,316413975 0,005102844 0,089102844
C 0,0118 0,0001093 0,08 0,000048 0,0687 0,43915828 0,009829765 0,089829765
D 0,0107 0,0000899 0,078 0,000048 0,0732 0,533926585 0,014529949 0,092529949
E 0,01 0,0000785 0,077 0,000048 0,0811 0,611464968 0,019056545 0,096056545
F 0,025 0,0004906 0,075 0,000048 0,1415 0,09783938 0,000487897 0,075487897

Kecepatan
Debit Teoritis Koefisien
Titik ΔH rata-rata
Qt (m3/s) vRata-rata Debit Cd
(m/s)
A–E 0,014 0,000041657543 0,307790381 1,152252299
B–E 0,007 0,00003398006 0,328431028 1,412593307
C–E 0,003 0,00002735617 0,299385735 1,754631444
D–E 0,001 0,00002254934 0,269039878 2,128665015
Rata-rata 1,612035516
Tabel I.5Paras Airdan Energi Grafik I.1 Hubungan Jarak Pipa Sumbat dengan Skala Paras Air dan Energi Percobaan 1
0.1
Jarak Paras Air Energi

0,0000 0,091 0,09149 0.095

0,084 0,0891
0,0603
0.09
0,08 0,08983
0,0687
0,078 0,09253 0.085 Paras Air
0,0732
Energi
0,0811 0,077 0,09606
0.08
0,075 0,07549
0,1415
0.075

0.07
0 0.0603 0.0687 0.0732 0.0811 0.1415 Jarak

`
Tabel I.6 Analisa Perhitungan Percobaan 2
Luas
Diameter d Skala paras Debit aliran jarak pipa Kecepatan Tinggi
No penampang A Energi E (m)
(m) air y (m) Q (m3/s) sumbat (m) aliran v (m/s) Kecepatan (m)
(m2)
A 0,025 0,0004906 0,103 0,00008 0 0,163065634 0,00135527 0,10435527
B 0,0139 0,0001517 0,089 0,00008 0,0603 0,527356625 0,014174567 0,103174567
C 0,0118 0,0001093 0,075 0,00008 0,0687 0,731930467 0,027304904 0,102304904
D 0,0107 0,0000899 0,063 0,00008 0,0732 0,889877642 0,040360969 0,103360969
E 0,01 0,0000785 0,043 0,00008 0,0811 1,01910828 0,052934846 0,095934846
F 0,025 0,0004906 0,06 0,00008 0,1415 0,163065634 0,00135527 0,06135527

Kecepatan
Debit Teoritis Koefisien
Titik ΔH rata-rata
Qt (m3/s) vRata-rata Debit Cd
(m/s)
A–E 0,06 0,000086239308 0,637186625 0,927651232
B–E 0,046 0,00008710719 0,841926298 0,918408719
C–E 0,032 0,00008934488 0,977789715 0,895406609
D–E 0,02 0,00010084373 1,203182913 0,793306612
Rata-rata 0,883693293
Tabel I.7Paras Airdan Energi Grafik I.2 Hubungan Jarak Pipa Sumbat dengan Skala Paras Air dan Energi Percobaan 2
0.11
Jarak Paras Air Energi
0,10436 0.1
0.0000 0,103

0.0603 0,089 0,10317


0.09

0.0687 0,075 0,1023


0.08
0,10336 Paras Air
0.0732 0,063
0.07 Energi
0,09593
0.0811 0,043
0.06
0.1415 0,06 0,06136

0.05

0.04 Jarak
0.0000 0.0603 0.0687 0.0732 0.0811 0.1415
Tabel I.8 Analisa Perhitungan Percobaan 3
Luas
Diameter d Skala paras Debit aliran jarak pipa Kecepatan Tinggi
No penampang A Energi E (m)
(m) air y (m) Q (m3/s) sumbat (m) aliran v (m/s) Kecepatan (m)
(m2)
A 0,025 0,0004906 0,109 0,000096 0 0,195678761 0,001951589 0,110951589
B 0,0139 0,0001517 0,09 0,000096 0,0603 0,63282795 0,020411377 0,110411377
C 0,0118 0,0001093 0,072 0,000096 0,0687 0,87831656 0,039319061 0,111319061
D 0,0107 0,0000899 0,053 0,000096 0,0732 1,06785317 0,058119796 0,111119796
E 0,01 0,0000785 0,028 0,000096 0,0811 1,222929936 0,076226179 0,104226179
F 0,025 0,0004906 0,053 0,000096 0,1415 0,195678761 0,001951589 0,054951589

Kecepatan
Debit Teoritis Koefisien
Titik ΔH rata-rata
Qt (m3/s) vRata-rata Debit Cd
(m/s)
A–E 0,081 0,000100201021 0,740343956 0,958074072
B–E 0,062 0,00010112788 0,977442017 0,94929308
C–E 0,044 0,00010476616 1,146560073 0,916326386
D–E 0,025 0,00011274672 1,345199392 0,851466006
Rata-rata 0,918789886
Tabel I.9Paras Airdan Energi Grafik I.3 Hubungan Jarak Pipa Sumbat dengan Skala Paras Air dan Energi Percobaan 3
0.12
Jarak Paras Air Energi
0.11

0,0000 0,109 0,110952 0.1

0,09 0,110411 0.09


0,0603
0.08
0,0687 0,072 0,111319
0.07 Paras Air
0,0732 0,053 0,11112 Energi
0.06
0,028 0,104226 0.05
0,0811

0,1415 0,053 0,054952 0.04

0.03

0.02 Jarak
0 0.0603 0.0687 0.0732 0.0811 0.1415
Tabel I.10 Analisa Perhitungan Percobaan 4

Luas
Diameter d Skala paras Debit aliran jarak pipa Kecepatan Tinggi
No penampang A Energi E (m)
(m) air y (m) Q (m3/s) sumbat (m) aliran v (m/s) Kecepatan (m)
(m2)
A 0,025 0,0004906 0,115 0,000106 0 0,216061965 0,002379346 0,117379346
B 0,0139 0,0001517 0,093 0,000106 0,0603 0,698747528 0,024885225 0,117885225
C 0,0118 0,0001093 0,069 0,000106 0,0687 0,969807868 0,047937171 0,116937171
D 0,0107 0,0000899 0,044 0,000106 0,0732 1,179087875 0,070858727 0,114858727
E 0,01 0,0000785 0,013 0,000106 0,0811 1,350318471 0,09293374 0,10593374
F 0,025 0,0004906 0,045 0,000106 0,1415 0,216061965 0,002379346 0,047379346

Kecepatan
Debit Teoritis Koefisien
Titik ΔH rata-rata
Qt (m3/s) Debit Cd
vRata-rata
(m/s)
A–E 0,102 0,000112442300 0,830789715 0,942705722
B–E 0,08 0,00011487356 1,110299521 0,922753707
C–E 0,056 0,00011819217 1,293494211 0,896844501
D–E 0,031 0,00012554943 1,497950647 0,844288946
Rata-rata 0,901648219
Tabel I.11Paras Airdan Energi Grafik I.4 Hubungan Jarak Pipa Sumbat dengan Skala Paras Air dan Energi Percobaan 4
0.14
Jarak Paras Air Energi
0.12
0,115 0,117379
0,0000
0,093 0,117885 0.1
0,0603
0,069 0,116937 0.08
0,0687
Paras Air
0,044 0,114859
0,0732 0.06 Energi
0,013 0,105934
0,0811
0.04
0,045 0,047379
0,1415
0.02

0 Jarak
0 0.0603 0.0687 0.0732 0.0811 0.1415
Tabel I.12 Analisa Perhitungan Percobaan 5
Luas
Diameter d Skala paras Debit aliran jarak pipa Kecepatan Tinggi
No penampang A Energi E (m)
(m) air y (m) Q (m3/s) sumbat (m) aliran v (m/s) Kecepatan (m)
(m2)
A 0,025 0,0004906 0,12 0,000116 0 0,236445169 0,002849456 0,122849456
B 0,0139 0,0001517 0,094 0,000116 0,0603 0,764667106 0,029802028 0,123802028
C 0,0118 0,0001093 0,066 0,000116 0,0687 1,061299177 0,05740856 0,12340856
D 0,0107 0,0000899 0,038 0,000116 0,0732 1,290322581 0,084858938 0,122858938
E 0,01 0,0000785 0,003 0,000116 0,0811 1,477707006 0,111295515 0,114295515
F 0,025 0,0004906 0,04 0,000116 0,1415 0,236445169 0,002849456 0,042849456

Kecepatan
Debit Teoritis Koefisien
Titik ΔH rata-rata
Qt (m3/s) vRata-rata Debit Cd
(m/s)
A–E 0,117 0,000120426639 0,889782698 0,963242025
B–E 0,091 0,00012251684 1,18417491 0,946808657
C–E 0,063 0,00012536173 1,371957792 0,925322265
D–E 0,035 0,00013340372 1,591661385 0,869540976
Rata-rata 0,926228481
Tabel I.13Paras Airdan Energi Grafik I.5 Hubungan Jarak Pipa Sumbat dengan Skala Paras Air dan Energi Percobaan 5
0.14
Jarak Paras Air Energi
0.12
0,12 0,122849
0,0000
0,094 0,123802 0.1
0,0603

0,0687 0,066 0,123409 0.08


Paras Air
0,0732 0,038 0,122859 0.06 Energi

0,003 0,114296
0,0811 0.04

0,1415 0,04 0,042849


0.02

Jarak
0
0 0.0603 0.0687 0.0732 0.0811 0.1415
I.7 Kesimpulan dan Saran
I.7.1 Kesimpulan
Dari hasil perhitungan dan analisa dapat disimpulkan bahwa :
1. Semakin tinggi kecepatan fluida maka energi yang ditimbulkan
akan semakin rendah, sebagai contoh ditunjukan pada tabel
percobaan 1 kecepatan diantara pipa A sampai pipa E antara
0,0978393 m/s – 0,611464 m/s, maka energi antara pipa A sampai
pipa E adalah 0,0914878 m –0,096056545 m.
2. Persamaan Bernoulli menjelaskan bahwa garis energi adalah
jumlah dari tinggi kecepatan dan energi, pada saat nilai tinggi
kecepatan sangat kecil maka garis hampir berhimpit dengan garis
skala paras air, dan bila kecepatan mencapai nol maka garis
energi akan berhimpit dengan garis skala paras air.
3. Koefisien debit (Cd) didapat dari perbandingan antara debit
percobaan dengan debit teoritis, dimana koefisien debitnya
adalah:
a. Percobaan 1 = 1,612035516
b. Percobaan 2 = 0,883693293
c. Percobaan 3 = 0,918789886
d. Percobaan 4 = 0,901648219
e. Percobaan 5 = 0,926228481
4. Dalam Persamaan Bernoulli terdapat 2 aliran secara umum :
a. Aliran Kovergen, yaitu aliran yang memusat. Aliran yang
terjadi pada percobaan dengan pipa berdiameter besar yang
mengalir menuju pipa berdiameter lebih kecil dikarenakan luas
penampang yang menyempit.
b. Aliran Divergen, yaitu aliran yang berpencar (menyebar).
Aliran yang terjadi pada percobaan dengan pipa berdiameter
kecil yang mengalir menuju pipa berdiameter lebih besar
dikarenakan luas penampang yang bertambah besar.
5. Pada debit aliran yang seragam, kecepatan aliran akan membesar
pada saat melewati penampang yang lebih kecil. Dari analisa
perhitungan dapat diketahui bahwa semakin kecil luas penampang
maka debit aliran semakin besar.
6. Semakin besar didapat nilai skala para air, maka akan didapat
nilai jarak pipa sumbat yang semakin kecil
I.7.2 Saran
1. Dalam pembacaan skala paras air hendaknya dilakukan secara
teliti agar kesalahan dalam perhitungan dapat diminimalkan. Pada
saat memutar keran air, usahakan untuk selalu memutar kearah
yang sama, dan jangan melakukan putaran keran kearah yang
berlawanan, karena akan mempengaruhi pembacaan skala paras
air dari awal, sehingga data yang didapatkan tidak dapat
digunakan.
2. Proses penghitungan dan analisa data diharapkan lebih teliti di
dalam penggunaan satuan karena akan berakibat fatal pada
perhitungan-perhitungan lainnya. Konversikan terlebih dahulu
satuan yang ada ke dalam Satuan Internasional sebagai dasarnya,
atau bisa mengkonversikan satuan yang ada ke dalam satuan yang
diinginkan dengan tetap memperhatikan konsistensi
penggunaannya agar perhitungan yang didapatkan dapat akurat
3. Mahasiswa hendaknya menyiapkan diri terlebih dahulu didalam
penguasaan materi, sehingga di dalam pelaksanaannya,
mahasiswa dapat lebih cekatan dan kreatif didalam melaksanakan
praktikum tersebut. Pelajari modul dan perhatikan langkah-
langkah serta teori-teori yang berhubungan dengan praktikum.
4. Mahasiswa diharapkan memperhatikan setiap detail kegiatan
praktikum karena sangat berpengaruh pada pemahaman materi
praktikum. Dokumentasikan juga kegiatan-kegiatan praktikum
agar dapat memberikan wawasan dan juga dapat digunakan dalam
lampiran kegiatan praktikum.
5. Dalam melakukan praktikum diharapkan berhati-hati dalam
penggunaan alat dan bahan, karena apabila terjadi kesalahan pada
saat percobaan dapat mengakibatkan kerusakan alat.
6. Mahasiswa diharapkan untuk dapat melaksanakan praktikum
dengan kondisi fit. Agar tidak terjadi permasalahan saat pengujian
ataupun saat pembacaan data.
7. Mahasiswa diharapkan agar tidak melakukkan gerakan-gerakan
yang tidak perlu, karena posisi alat yang berdekatan dan sangat
rawan untuk jatuh.

Anda mungkin juga menyukai