NIM : 043377859
1. Sebutkan dan jelaskan 3 pendekatan hubungan industrial menurut Deery et al.(1998) Deeryet
et al (1998) membagi 3 pendekatan dalam studi hubungan industrial,yaitu keseragaman atau
kesamaan,keberagaman dan radikal.
Manajemen Ilmiah Manajemen ilmiah menekankan kemitraan antara modal dan karyawan
sehingga efisiensi organisasi dapat tercapai.
Pandangan baru dalam hubungan antarkaryawan Pendekatan dalam pandangan baru ini lebih
baik daripada pendekatan sebelumnya dalam analisis keperilakuan. Hal yang terpenting dalam
analisis tersebut adalah memperbaiki hubungan antarkaryawan di tempat kerja. Sumber konflik
ditemukan dalam organisasi dan menemukan perubahan dengan menerapkanteknik manajerial
yang tepat.
c. Pendekatan radikal Hubungan industrial yang memandang totalitas hubungan sosial dalam
produksi,memandang ketidakseimbangan kekuasaan dalam masyarakat merupakan inti hubungan
industrial dan memandang bahwa tempat kerja merupakan tempat terjadinya konflik.
2. Deery et al. (1998) membagi tiga pendekatan dalam studi hubungan industrial, yaitu unitary,
pluralist, dan radical.
b. Hubungan Antarkaryawan (Human Relations) Aliran ini merupakan isu awal dalam psikologi
industri yang berfokus pada individu. Para ahli teori hubungan antarkaryawan kurang tertarik
dengan struktur insentif ekonomi, namun lebih tertarik pada penciptaan kepuasan dalam
hubungan sosial dalam kelompok kerja. Karyawan yang puas akan memiliki kinerja yang tinggi
dan mau bekerjasama. Karyawan memang harus diperlakukan sebagai manusia, sedangkan
manajer harus menyadari keinginan karyawan untuk dipahami perasaan dan emosinya dan
berusaha menciptakan rasa memiliki dan identifikasi personal dalam organisasi. Satu kritik
terhadap pendapat Taylor adalah menolak serikat pekerja (anti union) dengan menggunakan
berbagai teknik, yaitu
5. Pekerjaan individual, yang ditunjukkan dengan adanya fenomena social loafing (yaitu
fenomena penurunan produktivitas bila anggota kelompok ditambah)
Tokoh dalam pandangan baru antara lain McGregor, Likert, dan Herzberg yang memandang
bahwa cara untuk memahami perilaku di tempat kerja adalah menemukan kebutuhan individu
(atau egoistik) karyawan, bukan kebutuhan sosial. Oleh karena itu, pandangan ini menekankan
terciptanya kepuasan karyawan. Karakteristik pekerjaan seperti menarik, menantang, dan
kesempatan memiliki tanggungjawab dan arahan diri (self-direction) merupakan motivator yang
sesungguhnya. Program seperti perluasan pekerjaan (job enlargement) dan pengayaan pekerjaan
telah menggantikan kebutuhan sosial. McGregor menyatakan bahwa bila organisasi akan
meningkatkan kebutuhan karyawan melalui perubahan dalam struktur pengambilan keputusan
organisasional, maka langkah yang tepat untuk dilakukan adalah mencapai kesamaan sasaran
individu dengan sasaran organisasi. Frederich Herzberg berpendapat bahwa karyawan dapat
dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor ekstrinsik atau faktor yang tidak memuaskan (hygiene
factors) dan faktor intrinsik atau faktor yang dapat memuaskan (motivator factors). Pemberian
upah, kondisi kerja yang menyenangkan, peraturan perusahaan antara lain merupakan faktor
ekstrinsik yang apabila tidak dipenuhi dapat menyebabkan ketidakpuasan. Sedangkan
penghargaan, prestasi, tanggung jawab, pengembangan merupakan faktor intrinsik yang apabila
terpenuhi dapat memuaskan karyawan. Pendekatan dalam pandangan baru ini lebih baik daripada
pendekatan sebelumnya dalam analisis keperilakuan. Hal terpenting dalam analisis keperilakuan
ini adalah memperbaiki hubungan antarkaryawan di tempat kerja. Sumber konflik ditemukan
dalam organisasi dan menemukan perubahan dengan menerapkan teknik manajerial yang tepat.
Konflik dapat dihindari dengan menciptakan sistem komunikasi yang efektif, kepemimpinan
yang mendukung, dan hubungan informal yang baik, sehingga pekerjaan memuaskan dan
mendapatkan hasil. Lingkungan kerja yang menyenangkan dan tingkat upah yang tinggi
merupakan faktor ekstrinsik yang dapat menghindari ketidakpuasan. Sementara itu, pengayaan
pekerjaan (job enrichment), pembesaran pekerjaan (job enlargement), dan rotasi pekerjaan (job
rotation) merupakan metode yang penting dalam mengurangi kebosanan dan pengulangan dalam
proses produksi.
Berbeda dengan pendekatan keseragaman yang memiliki satu sumber kekuasaan yang memiliki
legitimasi, pendekatan keragaman memungkinkan terjadinya perbedaan kelompok peminatan
dan berbagai bentuk loyalitas. Kerangka kerja keragaman menyatakan bahwa karyawan dalam
organisasi yang berbeda dapat memiliki minat yang sama. Dengan menciptakan hubungan
horizontal dengan kelompok di luar organisasi dapat mengembangkan loyalitas dan komitmen
terhadap pemimpin daripada pengelolaan organisasinya. Pendekatan keragaman memusatkan
perhatian pada peraturan, regulasi, dan proses yang dapat memberikan kontribusi pada
kepentingan organisasi dan menjamin bahwa perbedaan kepentingan secara efektif akan
mempertahankan keseimbangan sistem. Pendekatan ini menekankan pada stabilitas sosial,
sehingga hubungan industrial dipandang sebagai satu set aturan yang menekankan pada aspek
hubungan antara pengusaha dengan karyawan dan hubungan antara manajemen dan serikat
pekerja, sehingga konflik dalam mengendalikan pasar tenaga kerja dan proses yang terjadi
merupakan manifestasi kepentingan sang bersifat terus-menerus.
3. Pandangan Radikal (Radical Approach) Pandangan ini mengenal konflik fundamental dan
melekat pada konflik kepentingan antara karyawan dan pengusaha di tempat kerja. Tempat kerja
merupakan suatu tempat terjadinya konflik dengan adanya konflik kepentingan yang radikal
yang mendasari adanya hubungan industrial. Tidak seperti dalam pendekatan keragaman,
pendekatan radikal memandang hubungan industrial sebagai totalitas hubungan sosial dalam
produksi. Pendekatan radikal memandang ketidakseimbangan kekuasaan dalam masyarakat dan
di tempat kerja sebagai inti hubungan industrial. Dari pengertian di atas, berikut ini adalah
beberapa bentuk perselisihan di dalam hubungan industrial.
a. Perselisihan Hak. Perselisihan yang timbul akibat tidak dipenuhinya hak akibat adanya
perbedaan pelaksanaan atau penafsiran terhadap ketentuan Perundang-undangan, perjanjian
kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama yang melandasi hak yang
disengketakan.
c. Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja. Perselisihan yang timbul akibat tidak adanya
kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan oleh salah satu pihak
(Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004). Perselisihan mengenai PHK selama ini
paling banyak terjadi karena tindakan PHK yang dilakukan oleh satu pihak dan pihak lain tidak
dapat menerimanya.