Anda di halaman 1dari 14

PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO

PUSKESMAS SEDATI

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO


DINAS KESEHATAN DAERAH
UPT. PUSKESMAS SEDATI
Jl. Senopati 3-7, Betro, Sedati SIDOARJO
Tlp. (031) 8917452
Email : pelayananpkmsedati@gmail.com
BAB I
MANAJEMEN RISIKO LINGKUNGAN

A. DEFINISI
Manajemen risiko lingkungan di Puskesmas adalah penerapan manajemen risiko untuk
meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh aktifitas atau kegiatan di Puskesmas pada
kesehatan pasien, petugas maupun pada lingkungan.

B. RUANG LINGKUP PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO LINGKUNGAN


Lingkup pelaksanaan manajemen risiko lingkungan di Puskesmas meliputi :
a. Penilaian persyaratan bangunan, sarana prasarana dan kondisi lingkungan Puskesmas
b. Identifikasi risiko kondisi lingkungan yang berdampak pada pasien, petugas dan
lingkungan sekitar Puskesmas
c. Tatalaksana penerapan manajemen risiko lingkungan
d. Pemantauan penerapan manajemen risiko lingkungan
Penerapan manajemen risiko lingkungan di Puskesmas Sedati meliputi:
a. Sarana dan prasarana bangunan Puskesmas
b. Sarana prasarana fasilitas Puskesmas termasuk rasio jumlah karyawan dan toilet, dsb
c. Tata ruang dan penetapan zona risiko
d. Pemantauan kualitas lingkungan termasuk suplai air bersih, keadaan udara,
penghawaan, kebisingan, pencahayaan, kelembaban
e. Pemantauan fasilitas sanitasi Puskesmas
1) Toilet dan Kamar Mandi,
2) Pembuangan sampah,
3) Penyediaan air minum dan air bersih,
4) Hygiene dan sanitasi makanan
5) Pengolahan limbah,
6) Pengolahan limbah medis
7) Pengelolaan linen
8) Pengendalian serangga dan binatang pengganggu
9) Dekontaminasi dan sterilisasi
10) Promosi hygiene dan sanitasi

C. PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO LINGKUNGAN DI PUSKESMAS


Manajemen risiko lingkungan di Puskesmas Sedati diterapkan pada seluruh kegiatan
yang menimbulkan dampak risiko terhadap lingkungan yaitu:
1. Kegiatan pelayanan klinis di Puskesmas
2. Kegiatan pelayanan kesehatan di Pustu, Ponkesdes dan Posyandu
3. Kegiatan pasien/pengunjung Puskesmas
4. Kegiatan karyawan/ staf Puskesmas
Kegiatan penerapan manajemen risiko lingkungan
a. Penilaian persyaratan bangunan, sarana dan prasarana Puskesmas
- Bangunan Puskesmas terdiri dari bangunan dengan konstruksi kuat, atap tidak bocor,
lantai tidak licin, permukaan dinding kuat dan rata serta menggunakan bahan
bangunan yang tidak membahayakan
- Lingkungan Puskesmas tidak panas, ventilasi cukup, pencahayaan cukup, seluruh
ruangan tidak lembab dan tidak berdebu.
- Terdapat fasilitas pemadam kebakaran dan petunjuk jalur evakuasi dan pintu darurat
jika terjadi kecelakaan
- Terdapat hand rail untuk mencegah resiko pasien jatuh di beberapa tempat yang
beresiko.
- Rasio kecukupan toilet karyawan mengikuti indeks perbandingan jumlah karyawan
dengan toilet yaitu 1:20 artinya setiap penambahan 20 karyawan harus ditambah I
toilet dan 1 kamar mandi.
- Tata ruang
o Zona ruang dengan
 Risiko rendah : meliputi ruang administrasi TU, Ruang Kepala Puskesmas,
Ruang pertemuan, ruang penyimpanan rekam medis bersatu dengan loket
(unit pendaftaran), ruang penyimpanan obat, ruang Akreditasi dan Musholla
 Risiko sedang: meliputi poli rawat jalan (selain poli P2)
 Risiko tinggi: meliputi Poli P2, Laboratorium, UGD, dan tempat
penampungan limbah/sampah medis
o Penataan ruangan memperhatikan zona risiko penularan
b. Identifikasi risiko kondisi lingkungan
Setiap unit kerja melakukan identifikasi risiko kondisi lingkungan antara lain:
1. Sarana
o Kerusakan bangunan atau sarana prasarana
o Fasilitas sanitasi seperti wastafel buntu, air tidak lancar, sampah medis tidak
tersedia, toilet rusak, dll
2. Kondisi pencahayaan, penghawaan, kelembaban, kebisingan peralatan, dsb
3. Kebersihan ruangan dan fasilitas
4. Limbah, misalnya sarana pembuangan limbah yang penuh, paparan limbah pada
lingkungan dll.
c. Tatalaksana penerapan manajemen risiko lingkungan
1. Toilet dan Kamar Mandi,
o Tersedia dalam keadaan bersih
o Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
o Terpisah antara toilet laki laki dan perempuan
o Tidak terdapat perindukan nyamuk
o Terdapat hand rail
2. Pembuangan sampah,
o Tersedia fasilitas tempat sampah organik dan non organik di setiap ruangan
o Tempat sampah tertutup
o Sampah/ limbah non medis padat ditampung dalam kantong warna hitam.
Sampah medis ditampung dalam kantong warna kuning.
o Sampah setiap hari dibuang di tempat penampungan sampah sementara
3. Penyediaan air minum dan air bersih,
o Tersedia air bersih
o Tersedia air minum untuk karyawan sesuai kebutuhan
4. Hygiene dan sanitasi makanan
o Kebersihan peralatan makan di Puskesmas
5. Pengolahan limbah
o Limbah cair ditampung dalam IPAL Puskesmas
6. Pengolahan limbah medis
o Limbah medis tajam ditampung dalam safety box
o Limbah medis padat ditampung dalam tempat sampah medis dengan kantong
warna kuning
o Limbah medis padat selanjutnya ditampung pada penampungan sementara
untuk dikirim ke tepat pemusnahan
7. Pengelolaan linen
o Dilakukan pemisahan linen yang infeksius dan non infeksius
o Linen / kain yang terkontaminasi dilakukan proses desinfeksi
o Linen / kain secara berkala dikumpulkan dan dikirim ke tempat pencucian
8. Pengendalian serangga dan binatang pengganggu
o Dilakukan pengamatan terhadap serangga nyamuk, kecoa,tikus, dan kucing.
o Kebersihan ruangan dijaga untuk mencegah binatang pengganggu
o Dilakukan pemberantasan jika terdapat binatang pengganggu
9. Dekontaminasi dan sterilisasi
o Seluruh peralatan yang terkontaminasi dilakukan proses dekontaminasi dan
sterilisasi
o Proses dekontaminasi dilaksanakan segera setelah proses pelayanan, sterilisasi
dilakukan di ruang sterilisasi
10. Promosi hygiene dan sanitasi
o Tersedia promosi untuk menjaga kebersihan ruangan, membuang sampah,
kebersihan kamar mandi dan cara mencuci tangan, etika batuk.
d. Pemantauan penerapan manajemen risiko lingkungan
Pemantauan penerapan manajemen risiko lingkungan dilaksanakan oleh petugas sanitasi

D. DOKUMENTASI
Seluruh kegiatan manajemen risiko lingkungan didokumentasikan dan dilaporkan kepada
Kepala Puskesmas.
BAB II.
MANAJEMEN RISIKO LAYANAN KLINIS

A. DEFINISI
Manajemen risiko merupakan proses identifikasi, evaluasi, mengendalikan dan
meminimalkan risiko dalam suatu organisasi secara menyeluruh. Manajemen risiko
layanan klinis adalah suatu pendekatan untuk mengenal keadaan yang menempatkan
pasien pada suatu risiko dan tindakan untuk mencegah terjadinya risiko tersebut.
Manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas dilaksanakan untuk meminimalkan risiko
akibat adanya layanan klinis oleh tenaga kesehatan di Puskesmas yang dapat berdampak
pada pasien maupun petugas.
Tujuan utama penerapan manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas adalah untuk
keselamatan pasien dan petugas.Penyusunan panduan manajemen risiko layanan klinis
bertujuan untuk memberikan panduan bagi petugas kesehatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan yang paling aman untuk pelanggan Puskesmas.

B. RUANG LINGKUP PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO LAYANAN KLINIS


Manajemen risiko layanan klinis mencakup adanya prosedur untuk mencegah kejadian
yang membahayakan (preventing harm) dan prosedur untuk meminimalkan risiko
(patient safety).
Lingkup penerapan manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas Sedati meliputi:
1. Risiko yang berhubungan dengan pasien/pengunjung Puskesmas
2. Risiko yang berhubungan dengan petugas kesehatan
3. Risiko yang berhubungan dengan staf Puskesmas lainnya
4. Risiko yang berhubungan dengan peralatan kesehatan dan properti Puskesmas lainnya
Penerapan manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas Sedati dilaksanakan di unit
pelayanan yang menyelenggarakan layanan klinis yaitu:
1. Loket Pendaftaran dan Rekam Medis
2. Poli Umum
3. Poli Lansia
4. Poli KIA/KB/MTBS
5. Poli Gigi
6. Poli Gizi
7. UGD
8. VK
9. Laboratorium
10. Unit layanan Obat
Ruang lingkup penerapan manajemen risiko pelayanan klinis juga dilaksanakan di
jaringan pelayanan Puskesmas Sedati yang melaksanakan layanan klinis seperti
pemeriksaan, pengobatan dan tindakan termasuk imunisasi. Jaringan pelayanan
Puskesmas yang dimaksud meliputi: Puskesmas Pembantu (Pustu), Polindes/Ponkesdes,
dan Posyandu.
.
C. PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO LAYANAN KLINIS
Proses penerapan manajemen risiko layanan klinis meliputi kegiatan:
1. Menetapkan area prioritas untuk manajemen resiko

Potensial
Jenis Pelayanan Hi Cost Hi Risk Hi Volume Akumulatif
Masalah
UGD 9 10 10 10 39
Laboratorium 10 9 6 9 34
Obat 8 8 8 8 32
KIA/KB/MTBS 6 5 5 7 23
Gigi 7 7 4 5 23
Ranap 5 6 3 6 20
BP 4 4 7 4 19
Loket 2 3 9 5 19
Gizi 3 2 2 3 10

Dari tabel di atas dapat ditentukan prioritas layanan yang akan diperbaiki adalah
pelayanan di UGD, Laboratorium, dan Obat.
2. Identifikasi risiko
Masing-masing unit pelayanan yang telah ditentukan sesuai prioritas menyusun
daftar risiko yang berpotensi membahayakan pasien dan petugas yang bisa
didapatkan dari:
- Hasil temuan pada audit internal
- Keluhan pasien/pelanggan Puskesmas
- Adanya insiden atau kejadian berbahaya yang pernah terjadi di unit pelayanan
tersebut
Contoh daftar risiko pada layanan klinis di Puskesmas:
Unit Layanan Failure Mode
UGD - Kesalahan triase
- Tempat tidur pasien tanpa pengaman
- Jalur beresiko tanpa pengaman
- Ketidakpatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri
- Ketidaktepatan dekontaminasi alat setelah tindakan
Unit Layanan Failure Mode
- Ketidaktepatan prosedur aseptik – antiseptik
- Ketidakpatuhan penerapan komunikasi efektif pada saat
konsultasi dan rujukan pasien.
Laboratorium - Kesalahan pengambilan sampel
- Kesalahan pemberian label sampel
- Kesalahan penulisan hasil pemeriksaan
- Ketidakpatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri
- Ketidaktepatan dekontaminasi alat setelah tindakan
- Ketidaktepatan prosedur aseptik – antiseptic
- Kesalahan penyimpanan reagen
Kamar Obat - Kesalahan identitas pasien pada resep
- Penulisan tidak jelas
- Kesalahan nama obat
- Kesalahan dosis obat
- Kesalahan identitas saat pemberian obat
- Kesalahan edukasi cara minum/pemakaian obat

Daftar risiko yang telah teridentifikasi, dicatat dalam formulir identifikasi


manajemen risiko Puskesmas dan dilaporkan kepada Tim Mutu Puskesmas.
3. Analisis risiko (Risk Assessment)
Daftar risiko yang telah diidentifikasi kemudian dilakukan analisis oleh Tim
Mutu. Analisis risiko dilakukan dengan cara menilai tingkat kegawatan dari risiko
(severity assessment) dan dengan metode FMEA (Failure Mode and Effect Analysis)
seperti dalam Formulir berikut:

 Ruang Obat
FAILURE MODE OCCURENCE SEVERIT DETECTION HASIL
Y PERKALIA
N
Kesalahan Identitas 5 6 2 60

Penulisan tidak jelas 7 6 2 84

Kesalahan nama obat 7 6 7 294

Kesalahan dosis obat 4 6 7 168

Kesalahan identitas saat 10 6 6 360


pemberian obat
Kesalahan edukasi cara 7 5 5 175
minum/pemakaian obat

 Laboratorium
FAILURE MODE OCCURENCE SEVERIT DETECTION HASIL
Y PERKALIA
N
Kesalahan pengambilan 6 7 5 210
sampel
Kesalahan pemberian label 6 7 5 210
sampel
Kesalahan penulisan hasil 5 7 5 175
pemeriksaan
Ketidakpatuhan 9 6 5 270
penggunaan Alat
Pelindung Diri
Ketidaktepatan 5 5 5 125
dekontaminasi alat setelah
tindakan
Ketidaktepatan prosedur 9 5 5 225
aseptik – antiseptic
Kesalahan penyimpanan 4 6 2 48
reagen

 UGD
FAILURE MODE OCCURENCE SEVERIT DETECTION HASIL
Y PERKALIA
N
- Kesalahan triase 9 10 5 450

- Tempat tidur pasien 10 7 1 70


tanpa pengaman
- Jalur beresiko tanpa 10 7 1 70
pengaman
- Ketidakpatuhan 7 6 5 210
penggunaan Alat
Pelindung Diri
- Ketidaktepatan 10 7 5 350
dekontaminasi alat
setelah tindakan
- Ketidaktepatan 10 7 5 350
prosedur aseptik –
antiseptik
Ketidakpatuhan penerapan 7 7 5 245
komunikasi efektif pada
saat konsultasi dan rujukan
pasien.

4. Menentukan jenis resiko yang perlu diintervensi sesuai FMEA


 Ruang Obat
RESIKO Nilai Akumulatif Persentase Akumulatif
Kesalahan identitas saat 360 360 360/ 1141 = 31.5 %
pemberian obat
Kesalahan nama obat 294 654 654/ 1141 = 57.3 %
Kesalahan edukasi cara 175 829 829/ 1141 = 72.6 %
minum/pemakaian obat
Kesalahan dosis obat 168 997 997/ 1141 = 87.3 %
Penulisan tidak jelas 84 1081 1081/ 1141 = 94.7 %
Kesalahan Identitas 60 1141 1141/ 1141 = 100 %

 Laboratorium
RESIKO Nilai Akumulatif Persentase Akumulatif
Ketidakpatuhan 270 270 270/ 1263 = 21.3 %
penggunaan Alat
Pelindung Diri
Ketidaktepatan prosedur 225 495 495/ 1263 = 39.2 %
aseptik – antiseptic
Kesalahan pengambilan 210 705 705/ 1263 = 55.8 %
sampel
Kesalahan pemberian 210 915 915/ 1263 = 72.5 %
label sampel
Kesalahan penulisan hasil 175 1090 1090/ 1263 = 86.3 %
pemeriksaan
Ketidaktepatan 125 1215 1215/ 1263 = 96.2 %
dekontaminasi alat setelah
tindakan
Kesalahan penyimpanan 48 1263 1263/ 1263 = 100 %
reagen
 UGD
RESIKO Nilai Akumulatif Persentase Akumulatif
Kesalahan triase 450 450 450/1745 = 25.8 %
Ketidaktepatan 350 800 800/1745 = 45.8 %
dekontaminasi alat setelah
tindakan
Ketidaktepatan prosedur 350 1150 1150/1745 = 65.9 %
aseptik – antiseptik
Ketidakpatuhan penerapan 245 1395 1395/1745 = 80 %
komunikasi efektif pada saat
konsultasi dan rujukan
pasien.
Ketidakpatuhan penggunaan 210 1605 1605/1745 = 92 %
Alat Pelindung Diri
Tempat tidur pasien tanpa 70 1675 1675/1745 = 96 %
pengaman
Jalur beresiko tanpa 70 1745 1745/1745 = 100 %
pengaman

5. Intervensi atau perbaikan


Intervensi dilakukan pada resiko dengan persentase akumulatif di bawah 80 % sesuai
tabel di atas. Tim Mutu merekomendasikan rencana intervensi perbaikan dan monitoring
terhadap jenis resiko. Setiap tindakan perbaikan dikonsultasikan kepada Kepala Puskesmas
dan dikomunikasikan kepada petugas Puskesmas lainnya.

D. DOKUMENTASI
Seluruh kegiatan manajemen risiko layanan klinis didokumentasikan dan dilaporkan
kepada Kepala Puskesmas.
BAB III.
MANAJEMEN RISIKO PELAKSANAAN PROGRAM

A. DEFINISI
Manajemen risiko pada pelaksanaan program Puskesmas merupakan upaya untuk
mengidentifikasi, menganalisa dan meminimalkan dampak atau risiko atas pelaksanaan
program Puskesmas.

B. RUANG LINGKUP
Manajemen risiko pelaksanaan program Puskesmas meliputi risiko :
- Risiko pelaksanaan program terhadap masyarakat sasaran
- Risiko pelaksanaan program terhadap lingkungan
- Risiko pelaksanaan program terhadap petugas pelaksana program
Tempat pelaksanaan program dan sasaran program termasuk pada pelaksanaan
kegiatan Posyandu balita dan Posyandu lansia

C. PENERAPAN
Penerapan manajemen risiko pelaksanaan program meliputi kegiatan
6. Identifikasi risiko
Risiko yang dapat timbul karena pelaksanaan program antara lain:

Program Risiko
Posyandu Balita - Kesalahan penentuan kebutuhan imunisasi
- Kesalahan cara pemberian imunisasi
- Kesalahan jenis imunisasi
- Kesalahan dosis vaksin
- Insiden kegagalan pemberian imunisasi
- Insiden efek samping imunisasi
- Ceceran limbah medis
- Insiden petugas tertusuk jarum
- Insiden balita terluka pada proses penimbangan
menggunakan dacin
- Kesalahan cara penimbangan
- Kesalahan pencatatan hasil pengukuran dan pemeriksaan

Posyandu Lansia - Kesalahan identifikasi


- Kesalahan pemeriksaan dan diagnosis
Program Risiko
- Insiden perlukaan karena penggunaan alat periksa
- Kesalahan hasil pemeriksaan laboratorium
- Insiden perlukaan karena pemeriksaan laboratorium
- Insiden tertusuk jarum
- Insiden kontak dengan cairan tubuh penderita
- Tidak menggunakan APD
- Kesalahan pemberian obat
- Kesalahan dosis obat

7. Analisis risiko

8. Evaluasi risiko
Risiko yang teridentifikasi dianalisi menggunakan formulir FMEA dan analisis
penyebab dengan menggunakan metode RCA (Root Caused Analysis).Tingkat
risiko yang memiliki nilai yang tinggi merupakan prioritas untuk dilakukan
pemecahan masalah. Identifikasi risiko dilaporkan kepada Tim Mutu Puskesmas

9. Tindakan perbaikan
Jika diperlukan tindakan perbaikan maka Tim Mutu merekomendasikan rencana
tindakan perbaikan dan monitoring terhadap tindakan perbaikan. Setiap tindakan
perbaikan dikonsultasikan kepada Kepala Puskesmas dan dikomunikasikan
kepada petugas Puskesmas lainnya

D. DOKUMENTASI
Seluruh kegiatan manajemen risiko layanan klinis didokumentasikan dan dilaporkan
kepada Kepala Puskesmas.
REFERENSI

Menteri Kesehatan Republik Indonesia 2004, Peraturan Menteri Kesehatan Republi


kIndonesia No. 1204 Tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

Anda mungkin juga menyukai