Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Karangka Teori
Dalam kerangka teori akan dibahas pengertian-pengertian dari beberapa
para ahli. Disini akan dibahas pengertian pengertian belajar, faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar, pembelajaran, hasil belajar, faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar siswa, analisis, matematika, pembelajaran
matematika, tujuan pembelajaran matematika di SD, langkah-langkah
pembelajaran matematika di sekolah dasar, pecahan, pecahan campuran, kesulitan
belajar, kesulitan belajar matematika, karakteristik kesulitan belajar, dan faktor-
faktor kesulitan belajar. Kemudian dilanjutkan dengan kerangka berfikir,
pertanyaan peneliti, dan definisi operasional. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
sebagai berikut.

1. Pengertian Belajar
Pendidikan memiliki peran yang sangat penting karena tanpa melalui
pendidikan, proses transpormasi dan aktualisasi pengetahuan akan sulit untuk
diwujudkan. Belajar adalah suatu aktivitas yang terdapat sebuah proses dari tidak
tahu menjadi tahu, tidak mengerti jadi mengerti, tidak bisa menjadi bisa untuk
mencapai hasil optimal. Belajar merupakan akibat dari adanya intraksi antara
stimulus dan respons. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat
menunjukkan perubahan perilakunya
Ihsana El Khuluqo (2017:1-2) “Belajar adalah suatu usaha sadar yang
dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah lakunya baik melalui latihan
dan pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor untuk
memperoleh tujuan tertentu”. Dirman dan Cicih Juarsih (2014:6) “Belajar adalah
perubahan, perubahan dimaksud menyangkut perubahan pengetahuan, sikap,
perilaku, kebisaan, kecakapan, keterampilan, dan kepribadian yang terjadi sebagai
akibat interaksi dengan lingkungan seperti guru, bahan ajar, dan lain-lain”.
Slameto (2015:2) “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

6
7

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam intraksi dengan lingkungannya”.


Kemudian Sobirin (2018:168) menyatakan “Belajar adalah suatu proses
perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil dari pengalaman individu
dalam berintraksi dengan lingkungannya. Ahmad Susanto (2016:4) menyatakan
“Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam
keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan
baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang
relatif tetap baik dalam berfikir, merasa, maupun dalam bertindak”.
Ali Hamzah dan Muhlisrarini (2014:18) menyatakan bahwa:
Belajar adalah proses yang dilakukan manusia untuk mendapatkan aneka
ragam kompetensi/kemampuan, skill/keterampilan dan attitude/sikap
secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua
melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat dengan keterlibatan
dalam pendidikan formal (sekolah), informal (kursus). Dan non formal
(majelis-majelis ilmu) bukan atas dasar insting, kematangan, kelelahan.

Dari pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar


merupakan perubahan yang dilakukan secara sadar melalui latihan dan
pengalaman yang dilakukannya sehingga memperoleh suatu pemahaman dan
pengetahuan.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar


Belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, menurut Slameto
(2015:54-72) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi
dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor yang
ada di luar individu.
1. Faktor Intern
a. Faktor Jasmaniah.
b. Faktor Psikologis. Ada tujuh faktor yang tergolong kedalam faktor
psikologis yang mempengaruhi belajar, yaitu:
a) Inteligensi
b) Perhatian
c) Minat
d) Bakat
e) Motif
8

f) Kematangan
g) Kesiapan
h) Faktor Kelelahan
2. Faktor-Faktor Ekstern.
a. Faktor Keluarga
a) Cara Orang Tua Mendidik
b) Relasi Antaranggota Keluarga
c) Suasana Rumah
d) Keadaan Ekonomi Keluarga
e) Pengertian Orang Tua
f) Latar Belakang Kebudayaan
b. Faktor Sekolah.
a) Metode Mengajar
b) Kurikulum
c) Relasi Guru dengan Siswa
d) Relasi Siswa dengan Siswa
e) Disiplin Sekolah
f) Alat Pelajaran
g) Waktu Sekolah
h) Standar Pelajaran di Atas Ukuran
i) Keadaan Gedung
j) Metode Mengajar
k) Tugas Rumah
c. Faktor Masyarakat
a) Kegiatan siswa dalam masyarakat
b) Mass Media.
c) Teman Bergaul
d) Bentuk Kehidupan Masyarakat

3. Pengertian Pembelajaran
Di dalam pendidikan terdapat proses pembelajaran merupakan aktivitas
yang paling utama karena keberhasilan mencapai tujuan tergantung pada
9

bagaimana proses prmbrlajaran dapat berlangsung secara efektif. Dalam


memahami hakikat materi pembelajaran yang diajarkannya sebagai suatu
pelajaran yang dapat mengembangkan kemempuan berfikir siswa dan memahami
berbagai metode pembelajaran yang merangsang kemampuan siswa untuk belajar
dengan perencanaan yang matang.
Ihsana El Khuluqo (2017:52) menyatakan “Pembelajaran adalah segala
upaya yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada diri peserta
didik”. Di dalam pembelajaran ada kegiatan memilih, menetapkan dan
mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang di inginkan.
Erwin Widiasworo (2017:15) menyatakan “Pembelajaran adalah suatu sistem atau
proses membelajarkan subjek didik atau pembelajar yang direncanakan atau
didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik atau
pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran efektif dan efisien”.
Kemudian Trianto Ibnu Badar al-Tabany (2014:19) menyatakan “Pembelajaran
merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, di mana antara
keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu
target yang telah ditetapkan sebelumnya”.
Dari pengertian pembelajaran menurut para ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran itu merupakan suatu tindakan yang direncanakan dan
dilakukan guru agar terjadi proses belajar pada siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang efektif.

4. Pengertian Hasil Belajar


Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui
seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Secara
sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang
diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Ahmad Susanto (2016:5)
menyatakan “Hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri
siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil
dari kegiatan belajar”. Nana Sudjana (2016:22) menyatakan bahwa “Hasil belajar
adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya”. Kemudian Purwanto (2017:81) menyatakan bahwa
10

“Hasil belajar merupakan ukuran kuantitatif yang mewakili kemampuan yang


dimiliki siswa”.
Dari pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri siswa yang menyangkut aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor setelah melakukan kegiatan belajar.

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa


Untuk meraih prestasi belajar yang baik banyak sekali faktor yang perlu
diperhatikan. Menurut Ahmad Susanto (2016:12-13) “Hasil belajar yang dicapai
oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang
mempengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal”.
1. Faktor internal, Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam
diri peserta didik yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor ini
meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap,
kebiasaan belajar, serta kondisi fisik kesehatan
2. Faktor eksternal
Faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi hasil
belajar yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keadaan keluarga
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keluarga yang morat-marit keadaan
ekonominya, pertengkaran suami istri, perhatian orang tua yang kurang
terhadap anaknya, serta kebiasaan sehari-hari yang kurang baik dari orang tua
dalam kehidupan sehari-hari berpengaruh dalam hasil belajar peserta didik.

6. Pengertian Analisis
Dalam kegiatan manusia kegiatan analisis tentunya akan slalu ada, baik
dalam kegiatan pembelajaran, penelitian dan pekerjaan lainnya. Menurut Nana
Sudjana (2016:27) “Analisis adalah usaha memililah suatu integritas menjadi
unsure-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya atau susunannya.
Henry Guntur Tarigan (2013:77) menyatakan bahwa “Analisis merupakan suatu
proses pembagi-pembagi bahan bagi maksud-maksud penyingkapan”. Komaudin
(2016:65) menyatakan “Analisis adalah kemampuan peserta didik untuk
menganalisis atau menguraikan situasi tertentu ke dalam komponen-komponen
atau unsur-unsur pembentuknya. Kemudian Dimyati dan Mudjiono (2015:203)
11

menyatakan bahwa “Analisis merupakan kemampuan menjabarkan isi pelajaran


ke bagian-bagian yang menjadi urusan pokok”.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa analisis adalah usaha
memilah dan menjabarkan suatu proses menjadi unsur atau bagian dalam
penelitian sehingga urusan pokok jelas susunannya.

7. Pengertian Matematika
Di dalam kehidupan sehari-hari kata matematika sudah tidak asing lagi
didengar. Apalagi dalam dunia pendidikan, matematika merupakan salah satu
mata pelajaran yang ada di TK, SD, SMP, SMA bahkan sampai ketingkat
perguruan tinggi. Matematika sebagai wahana pendidikan tidak hanya dapat
digunakan untuk mencapai satu tujuan, misalnya mencerdaskan siswa, tetapi dapat
pula membentuk kepribadian siswa serta mengembangkan keterampilan tertentu.
Heris dan Utari (2014:4) menyatakan bahwa “Matematika adalah ilmu tentang
pola memuat kegiatan membuat sesuatu menjadi masuk akal dan memerluakan
kemampuan mengkomunikasikan idenya kepada orang lain”. Samidi dan Istarani
(2016:10) menyatakan bahwa “Matematika adalah pengetahuan atau ilmu
mengenai logika dan problem-problem numerik, matematika menolong manusia
menafsirkan secara eksak berbagai ide dan kesimpulan-kesimpulan”. Kemudian
Yurniwati (2019:8) menyatakan “Matematika tidak hanya mengembangkan
keterampilan komputasi (operasi hitung) tetapi juga soft skill, seperti menemukan
konsep, mengolah informasi, mengomunikasikan ide dalam bentuk simbol, bagan,
gambar, atau kalimat secara lisan dan tulisan”. Rostina Sundayana (2014:2)
menyatakan bahwa “Matematika merupakan salah satu komponen serangkaian
mata pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan dan
merupakan salah satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu pengetah
uan dan teknologi”.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah
pelajaran yang mempunyai peran penting dalam pendidikan, membuat sesuatu
menjadi masuk akal, mengembangkan keterampilan yang mendukung
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
12

8. Pembelajaran Matematika
Pada umumnya guru mengajarkan matematika dengan menerangkan
konsep dan operasi matematika, memberi contoh mengerjakan soal, serta meminta
siswa untuk mengerjakan soal yang sejenis dengan soal yang sudah diterangkan
oleh guru. Guru menekankan pembelajaran matematika bukan pada pemahaman
siswa terhadap konsep dan operasinya, melainkan pada pelatihan simbol-simbol
matematika dengan penekanan pada pemberian informasi dan latihan. Guru
bergantung pada metode ceramah, siswa yag pasif, sedikit tanya jawab, dan siswa
mencatat dari papan tulis.
Ahmad Susanto (2016:186-187) menyatakan “Pembelajaran matematika
adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk
mengembangkan kreativitas berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan
mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang
baik terhadap materi matematika”. Ali Hamzah dan Muhlisrarini (2016:259)
menyatakan “Pembelajaran matematika merupakan proses membangun
pemahaman peserta didik tentang fakta, konsep, prinsip, dan skill sesuai dengan,
guru dosen menyampaikan materi, peserta didik dengan potensinya masing-
masing mengkontruksikan pengertiannya tentang fakta, konsep, prinsip, dan skill
serta problem solving”.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika
itu adalah suatu usaha yang dilakukan guru agar siswa dapat membangun
pemahaman anak sehingga dapat meningkatkan kemampuan dan penguasaan pada
materi matematika.

9. Tujuan Pembelajaran Matematika di SD


Secara umum, tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah
agar siswa mampu dan terampil menggunakan matematika. Selain itu juga dengan
pembelajaran matematika dapat memberikan tekanan penalaran dalam penerapan
matematika dikehidupan sehari-hari. Menurut Depdiknas dalam Samidi dan
Istarani (2016:11) tujuan pengajaran matematika di SD sebagai berikut:
1. Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung
(menggunakan bilangan sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari).
13

2. Menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan, melalui


kegiatan matematika.
3. Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai hasil lebih
lanjut di sekolah Menengah Pertama (SMP).
4. Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin.

10. Langkah-Langkah Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar


Tujuan akhir pembelajaran matematika di SD yaitu agar siswa terampil
dalam menggunakan berbagai konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Akan tetapi, untuk menuju tahap keterampilan tersebut harus melalui langkah-
langkah benar yang sesuai dengan kemampuan dan lingkungan siswa. Menurut
Heruman (2014:3) langkah-langkah pembelajaran matematika di sekolah dasar,
yaitu:
1. Penanaman Konsep Dasar (Penanaman Konsep), yaitu pembelajaran
suatu konsep baru matematika, ketika siswa belum pernah
mempelajari konsep tersebut. Pembelajaran penanamankonsep dasar
merupakan jembatan yang harus dapat menghubungkan kemampuan
kognitif siswa yang konkret dengan konsep baru matematika yang
abstrak. Dalam kegiatan pembelajaran konsep dasar ini, media atau
alat peraga diharapkan dapat digunakan untuk membantu kemampuan
pola piker siswa.
2. Pemahaman Konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman
konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep
matematika. Pemahaman onsep terdiri atas dua pengertian. Pertama,
merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dalam
satu pertemuan. Sedangkan kedua, pembelajaran pemahaman konsep
dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tetapi masih merupakan
lanjutan dari penanaman konsep. Pada pertemuan tersebut, penanaman
konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, di
semester atau di kelas sebelumnya.
3. Pembinaan Keterampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman
konsep dan pemahaman konsep. Pembelajaran pembinaan
keterampilan bertujuan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan
berbagai konsep matematika. Seperti halnya pada pemahaman konsep,
pembinaan keterampilan juga terdiri atas dua pengertian. Pertama,
merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dan
pemahaman konsep dalam suatu pertemuan. Sedangkan kedua,
pemebelajaran pembinaan keterampilan dilakukan pada pertemuan
yang berbeda, tapi masih merupakan lanjutan dari penanaman dan
pemahaman konsep. Pada pertemuan tersebut, penanaman dan
pemahaman konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan
sebelumnya, di semester atau kelas sebelumnya.
14

11. Pengertian Pecahan


Dalam pembelajaran matematika kelas V materi pecahan sudah tidak asing
lagi didengar. Menurut Yurniarti (2019:146) “Pecahan adalah sebagian
dibandingkan dengan keseluruhan”. Jurnal Hahan Auliana (2017) “Pecahan
merupakan suatu lambang bilangan yang menggambarkan sebagian jumlah dari
seluruh bilangan”. Kemudian Yoppy Wahyu Purnomo (2015:10) “Pecahan
(sederhana) adalah bilangan yang dapat dinyatakan dengan pasangan bilangan
a
cacah karena b  0; a disebut dengan pembilang dan b disebut dengan
b

a
penyebut”. Dalam notasi himpunan, himpunan bilangan pecahan adalala F={ |a
b

dan b adalah bilangan cacah, b  0. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan


bahwa pecahan adalah merupakan sebagian dibandingkan dengan keseluruhan.

12. Pecahan Campuran

Dalam pembelajaran pecahan terdapat materi pecahan campuran. Menurut


Jurnal Sunariah (2017) menyatakan bahwa “Pecahan campuran adalah pecahan
tak sebenarnya yang ditulis dengan menggabungkan bilangan cacah dan sebuah
1
pecahan, misalnya 3 dinyatakan 3 sebagai bilangan bulat dan ½ adalah bilangan
2

pecahan”. Menurut Yoppy Purnomo (2015:33) menyatakan bahwa “bilangan


campuran adalah pecahan tak sebenarnya yang ditulis dengan menggabungkan
1 2
bilangan cacah dan sebuah pecahan”. Sebagai contoh, 1 ,1 Dari pendapat
12 3

pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pecahan campuran adalah
pecahan yang tak sebenarnya yang menggabungkan bilangan cacah

Operasi Pada Pecahan

Penjumlahan Pecahan Dengan Penyebut Tak SamaMenurut Yoppy Wahyu


Purnomo (2015:35) “penjumlahan pecahan dengan penyebut yang berbeda adalah
a c
“semisal dan adalah sembarang pecahan, maka
b d
15

a c ad  bc
 
b d bd

Bentuk penjumlahan campuran dengan penyebut tak sama:


2 4
1 1  .......
3 6

Langkah pertama yang harus dilakukan, yaitu:


1. Ubah pecahan campuran kedalam bentuk pecahan biasa
2. Samakan penyebut dengan menggunakan KPK kedua bilangan tersebut
3. Jumlahkan pecahan baru seperti pada penjumlahan berpenyebut sama
Contoh:
1 4
1 1  ......
3 6

Penyelesaian:
1 4 4 10
1 1  
3 6 3 6

KPK dari 3 adalah: 3, 6


KPK dari 6 adalah 6
Jadi, KPK dari 3 dan 6 adalah 6.
4 10 4x2 10 x 1
Samakan penyebutnya   
3 6 3x2 6 x1

8 10 18
   =3
6 6 6

1 4
Jadi 1 1  3
3 6

1. Pengurangan dengan penyebut yang tak sama


a
Pengurangan pecahan dengan penyebut yang berbeda adalah “semisal dan
b

c
adalah sembarang pecahan, maka
d

a c ad  bc
 
b d bd

Bentuk pengurangan pecahan campuran dengan penyebut tak sama:


3 1
3  2  ......
3 4
16

Langkah pertama yang harus dilakukan, yaitu:


1. Ubah pecahan campuran kedalam bentuk pecahan biasa
2. Samakan penyebut dengan menggunakan KPK kedua bilangan tersebut
3. Kurangkan pecahan baru seperti pada pengurangan berpenyebut sama
Contoh:
3 1
3  2  ......
3 4

Penyelesaian:
3 1 12 9
3  2  . 
3 4 3 4

KPK dari 3 adalah: 3, 6, 9, 12


KPK dari 4 adalah: 4, 8, 12
Jadi KPK 3 dan 4 adalah 12
12 9 12 x 4 9 x3
Samakan penyebutnya   
3 4 3x4 4 x3

48 27 21
  
12 12 12

3 1 21 9
Jadi 3  2  ini dapat disederhanakan menjadi 1
3 4 12 12

13. Pengertian Kesulitan Belajar


Dalam proses belajar banyak terdapat faktor-faktor yang membuat
kesulitan belajar, sehingga proses belajar tidak dapat berjalan dengan baik.
Menurut Marlina (2019:46) “Kesulitan belajar merupakan suatu kondisi terjadinya
penyimpangan antara kemampuan yang sebenarnya dimiliki dengan prestasi yang
ditunjukan yang termanifestasi pada tiga bidang akademik dasar seperti membaca,
menulis, dan berhitung”. Saiful Bahri Djamarah (2018:235) menyatakan
“Kesulitan belajar adalah suatu kondisi anak didik tidak dapat belajar secara
wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan, ataupun gangguan belajar”.
Mulyono Abdulrahman (2018:2) berpendapat bahwa “ Kesulitan belajar adalah
suatu gangguan dalam suatu atau lebih dari proses psikologi dasar mencakup
pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran dan tulisan.
17

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar adalah


ketidakmampuan anak dalam proses pembelajaran yang disebabkan adanya
hambatan dalam belajar.

14. Pengertian Kesulitan Belajar Matematika


Bagi siswa bahkan mahasiswa matematika merupakan bidang studi yang
sulit untuk dipahami. Mulyono Abdurrahman (2018:225) menyatakan “Kesulitan
belajar matematika disebut juga disleksia, dan kesulitan belajar matematika yang
berat disebut aleksia”. Ada beberapa kekeliruan umum yang dilakukan oleh anak
berkesulitan belajar matematika, yaitu dalam memahami simbol, nilai tempat,
perhitungan, penggunaan proses yang keliru, dan tulisan yang tidak dapat dibaca.
Dalyono (2017:228) manyatakan “Kesulitan belajar adalah keadaan di mana anak
didik/siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya”. Makmun Khairani
(2017:2011) menyatakan “Kesulitan belajar adalah suatu kondisi proses belajar
yang dita ndai hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar.
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar
matematika itu adalah keadaan anak yang tidak dapat belajar ditandai dengan
hambatan-hambatan untuk mencapai hasil belajar.

15. Karakteristik Kesulitan Belajar


Karakteristik kesulitan belajar ada beberapa macam yang mempengaruhi
belajar siswa. Wong dalam Marliana (2019:54) menyatakan bahwa karakteristik
kesulitan belajar itu didasarkan beberapa aspek berikut:
1. Membaca, ditandai dengan karakteristik berikut:
a. Lambat membaca
b. Kurang memahami bacaan
c. Sulit mengidentifikasi ide-ide penting dari bacaan
d. Kurang mengusai fonik
e. Bingung dengan yang kata hampir sama
f. Sulit memahami kosakata baru
g. Menolak untuk membaca, dan
h. Bingung dengan petunjuk tertulis
18

2. Bahasa tulis
a. Kurang memahami struktur kalimat (kalimat tidak lengkap, tidak
memperhatikan tata bahasa, bingung dengan kalimat jamak)
b. Kesalahan dalam artikulasi
c. Tidak mampu mencatat dengan benar dari buku ke papan tulis atau
sebaliknya
d. Lemah dalam bahasa tulis, tapi baik dalam bahasa lisan
e. Lamban dalam menulis
f. Tulisan kurang rapi
3. Keterampilan bahasa lisan, ditandai dengan karakteristik berikut:
a. Tidak mampu berkonsentrasi dan memahamibahasa lisan
b. Sulit mengekspresikan ide secara lisan
c. Kata atau bagian kalimat yang diucapkan terbalik
d. Lemah dalam bahasa lisan namun baik dalam bahasa tulis
e. Sulit berbicara sesuai dengan tata bahasa
f. Sulit menyampaikan sebuah cerita sesuai urutan cerita, dan
g. Kebingungan dengan perintah lisan
4. Keterampilan matematika, ditandi dengan karakteristik berikut:
a. Angka-angka terbalik
b. Kebingungan dengan lambing operasi matematika (+. -, x, :, <, >, =)
c. Tidak mencatat dengan benar dari satu baris buku ke baris berikutnya
(misalnya pada buku catatan matematika berkotak)
d. Tidak bisa menghitung dengan benar
e. Sulit melakukan proses kalkulasi secara urut
f. Tidak bisa memahami konsep abstrak
g. Menyenangi penalaran verbal, barmasalah dengan penalaran abstrak
h. Sulit memahami soal cerita
i. Minim penalaran
j. Menunjukkan kecemasan berlebihan ketika dihadapi dengan soal
matematika
5. Keterampilan belajar dan organisasional
a. Sulit mengelola waktu
19

b. Menunda pekerjaan
c. Sulit mengulang kembali apa yang telah diajarkan
d. Sulit mengikuti perintah lisan dan tulisan
e. Tidak bisa memanfaatkan sumber belajar (seperti perpustakaan)
f. Kurang mampu untuk mengingat informasi auditoris
6. Gangguan lain, ditandai dengan karakteristik berikut:
a. Partisipasi di kelas bagus, tapi hasil ujian buruk
b. Pada saat-saat tertentu sangat baik dalam melakukan sesuatu, tapi
pada saat lain sangat buruk
c. Cerdik pada hari ini, tetapi sangat buruk dan lamban pada hari ini
d. Sangat baik dalam melakukan
e. Sering salah paham dengan lelucon
7. Keterampilan sosial
Anak berkesulitan belajar juga bermasalah dengan keterampilan social
karena gangguan perceptual yang dialami atau stress emosional yang
disebabkan oleh kesulitan belajar mereka sendiri serta frustrasi dengan
lingkungan belajar.

16. Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar


Kesulitan belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor penyebab. Menurut
Westwood dalam Marlina 2019:47) menyatakan faktor penyebab kesulitan belajar
sebagai berikut:
a. Pengajaran yang tidak sesuai
b. Kurikulum yang tidak relevan
c. Lingkungan kelas yang kurang kondusif
d. Kondisi sosial ekonomi yang kurang menguntungkan
e. Hubungan yang kurang harmonis antara guru dan anak
f. Kurangnya kehadiran anak di sekolah
g. Masalah kesehatan
h. Proses belajar yang menggunakan bahasa kedua
i. Kurangnya percaya diri
j. Masalah emosional dan perilaku
20

k. Kecerdasan di bawah rata-rata


l. Gangguan sensoris, dan
m. Kesulitan memperoses informasi spesifik
Menurut Muhammedi dkk (2017:44-46) faktor penyebab kesulitan
belajar anak didik dibagi menjadi empat bagian yaitu:
1. Faktor anak didik. Yang mejadi penyebab kesulitan belajar anak didik:
a. Inteligensi (IQ) yang kurang baik.
b. Bakat.
c. Faktor emosional yang kurang stabil.
d. Aktivitas belajar yang kurang.
e. Penyesuaian social yang sulit.
f. Latar belakang pengalaman yang pahit.
g. Cita-cita yang tidak relevan.
h. Latar belakang pendidikan.
i. Lama mengajar.
j. Keadaan fisik.
k. Kesehatan yang kurang baik.
l. Seks atau pernikahan yang tak terkendali.
m. Pengetahuan dan keterampilan dasar yang kurang memadai.
n. Tidak ada motivasi.
2. Faktor sekolah. Faktor-faktor dari lingkungan sekolah yang dapat
menimbulkan kesulitan belajar bagi anak adalah sebagai berikut:
a. Guru dengan anak kurang harmonis.
b. Guru menuntut standar pelajaran di atas kemampuan anak.
c. Cara guru mengajar kurang baik.
d. Alat media yang kurang baik.
e. Perpustakaan sekolah yang kurang memadai.
f. Suasana sekolah kurang menyenangkan.
g. Waktu sekolah dan disiplin yang kurang.
3. Faktor keluarga. Faktor yang menjdai penyebab kesulitan belajar anak didik
sebagai berikut:
a. Kurangnya kelengkapan alat-alat belajar bagi anak di rumah.
21

b. Kurangnya biaya pendidikan yang disediakan orang tua.


c. Tidak adanya tempat belajar yang khusus.
d. Ekonomi keluarga
e. Kesehatan keluarga yang kurang baik.
f. Perhatian orang tua.
g. Kebiasaan dalam keluarga.
h. Anak terlalu banyak membantu orang tua.
4. Faktor masyarakat sekitar. Masyarakat adalah komunitas masyarakat
kehidupan social yang tersebar. Pergaulan yang terkadang kurang bersahabat
sering memicu konflik sosial. Sehingga anak didik tidak betah belajar karena
sulit membangkitkan daya konsentrasi.

B. Kerangka Berfikir
Matematika merupakan pelajaran yang sukar dipahami. Hal ini salah
satunya disebabkan kurangnya siswa memahami mata pelajaran matematika.
Dampaknya motivasi untuk belajar matematika menurun yang berpengaruh juga
terhadap prestasi belajar siswa. Matematika merupakan salah satu pembelajaran
yang kurang diminati siswa. Mereka menganggap bahwa matematika itu
merupakan pelajaran yang sulit. Tanpa mereka sadari bahwa matematika
merupakan pembelajaran yang mempunyai peran penting dalam pendidikan,
membuat suatu menjadi masuk akal, mengembangkan keterampilan yang
mendukung perkembangan ilmu pengetahuan teknologi.
Oleh karena itu, peran guru sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
belajar siswa. Guru harus dapat membuat pembelajaran menjadi menyenangkan
bukan membosankan sehingga siswa tidak merasa bosan dan proses belajar
mengajar dapat berjalan dengan lancar. Apalagi dalam proses belajar matematika
materi pecahan campuran operasi penjumlahan dan pengurangan penyebut yang
berbeda disini guru harus terampil dalam mengajar agar siswa tertarik dan mau
ikut serta dalam belajar. Oleh karena itu, penulis ingin meneliti kesulitan siswa
belajar matematika materi pecahan campuran guna untuk mengetahui kesulitan
apa yang menjadi penyebab siswa sulit belajar matematika materi pecahan
22

campuran agar dengan hasil penelitian ini dapat membantu para guru untuk
mengatasi kesulitan belajar matematika materi pecahan campuran.

C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimanakah gambaran kemampuan menghitung pecahan campuran operasi
penjumlahan dan pengurangan penyebut berbeda siswa kelas V SDN 060937
Medan Johor Tahun Ajaran 2019/2020?
2. Apa kesulitan belajar matematika pada materi pecahan campuran operasi
penjumlahan dan pengurangan siswa kelas V SDN 060937 Medan Johor
Tahun Ajaran 2019/2020?
3. Apakah faktor yang menyebabkan kesulitan belajar matematika materi
pecahan campuran operasi penjumlahan dan pengurangan siswa kelas V SDN
060937 Medan Johor Tahun Ajaran 2019/2020?

B. Definisi Operasional
1. Belajar merupakan perubahan yang dilakukan secara sadar melalui latihan dan
pengalaman yang dilakukannya sehingga memperoleh suatu pemahaman dan
pengetahuan matematika materi pecahan campuran.
2. Pembelajaran merupakan suatu tindakan yang sengaja dilakukan agar
kesulitan belajar matematika materi pecahan dapat berjalan dengan lancar.
3. Hasil belajar adalah nilai yang diperoleh siswa melalui tes setelah mengikuti
proses pembelajaran pada mata pelajaran matematika materi pecahan
campuran.
4. Analisis merupakan usaha memilah dan menjabarkan kesulitan belajar
matematika materi pecahan campuran.
5. Kesulitan belajar adalah ketidakmampuan siswa dalam proses belajar
matematika materi pecahan campuran.
6. Pecahan adalah sebagian dibandingkan dengan keseluruhan dalam belajar
matematika materi pecahan campuran.

Anda mungkin juga menyukai