0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
44 tayangan3 halaman
[Ringkuman]
KB 1 membahas konsep dan definisi ilmu pengetahuan dalam Islam dan sumber-sumber pengetahuan menurut pandangan Islam yaitu pengetahuan empiris, rasional, intuitif, dan otoritatif. Al-Ghazali membagi akal manusia menjadi akal praktis dan teoritis. Pengetahuan intuitif diperoleh secara langsung dari Allah atau melalui perantara seperti malaikat, Lauh Mahfuz, atau Nur Muhammad.
[Ringkuman]
KB 1 membahas konsep dan definisi ilmu pengetahuan dalam Islam dan sumber-sumber pengetahuan menurut pandangan Islam yaitu pengetahuan empiris, rasional, intuitif, dan otoritatif. Al-Ghazali membagi akal manusia menjadi akal praktis dan teoritis. Pengetahuan intuitif diperoleh secara langsung dari Allah atau melalui perantara seperti malaikat, Lauh Mahfuz, atau Nur Muhammad.
[Ringkuman]
KB 1 membahas konsep dan definisi ilmu pengetahuan dalam Islam dan sumber-sumber pengetahuan menurut pandangan Islam yaitu pengetahuan empiris, rasional, intuitif, dan otoritatif. Al-Ghazali membagi akal manusia menjadi akal praktis dan teoritis. Pengetahuan intuitif diperoleh secara langsung dari Allah atau melalui perantara seperti malaikat, Lauh Mahfuz, atau Nur Muhammad.
1. Ilmu pengetahuan diambil dari bahasa Arab ‘alima, ya’lamu, ‘ilman yang berarti mengerti atau memahami benar-benar. Sedangkan dalam bahasa Inggris science yang kata kerjanya scire artinya mempelajari dan mengetahui, yang kemudian diartikan dalam istilah yaitu ilmu adalah rangkaian aktivitas rasional yang dilaksanakan dengan prosedur ilmiah dan metodologi tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Al-Ghazali mengemukakan bahwa Kata ‘ilm (ilmu pengetahuan) adalah bentuk kata yang ambiguis (musytarak: mempunyai banyak arti) yang meliputi penglihatan dan perasaan. ilmu pengetahuan adalah mengetahui (alma'rifah). Maka ilmu pengetahuan adalah ilustrasi akal (tashwîr) yang valid tentang hakekat sesuatu, yang terlepas dari unsur aksiden dengan segala demensi, kualitas, kuantitas, substansi dan zatnya. Jadi ilmu pengetahuan dalam Islam mencakup alam kasat mata dan Konsep (Beberapa istilah 1 metafisika. dan definisi) di KB 2. Jujun S Suriasumantri berpendapat bahwa pengetahuan pada hakekatnya merupakan segenap apa yang diketahui tentang objek tertentu, termasuk di dalamnya ilmu. Jadi, ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia di samping berbagai pengetahuan lainnya, seperti seni dan agama. Ilmu dan pengetahuan adalah dua hal yang memiliki keterkaitan satu sama lain. Di mana ilmu membentuk intelegensia, yang melahirkannya skill atau keterampilan yang bisa memenuhi tuntutan kebutuhan sehari-hari. Sedangkan pengetahuan membentuk daya moralitas keilmuan yang kemudian melahirkan tingkah laku kehidupan manusia. 3. Al-Gazali mengatakan bahwa pengetahuhan manusia itu adalah representasi dari perbuatatn Allah yang begitu luas.sehingga jika dibandingkan seluruh jenis pengetahuan manusia adalah setitik air dari samudera pengetahuan Allah. 4. Sebagai agama yang rasional Islam tentu mengakui adanya keempat sumber pengetahuan yang diakui oleh epistemologi modern. Maka dalam Islam pengetahuan empiris, rasional, intuitif dan otoritatif diabsahkan sebagai sumber pengetahuan. Sumber-sumber pengetahuan tersebut itu dipandang sebagai sesuatu yang berkaitan. Tidak seperti empirisme yang menafikan pengetahuan rasional, atau rasionalisme yang menafikan pengetahuan empiris. a. Pengetahuan empiris yaitu pengetahuan yang didapatkan melalui pengalaman indrawi dan akal mengolah bahan-bahan yang diperoleh dari pengalaman dengan cara induksi. John Lock dan David Hume sependapat bahwa manusia lahir tanpa membawa pengetahuan. Jadi pengetahuan muncul setelah ada pengalaman dan pengamatan. Kemudian menurut Al-Farabi, Ibnu Sina dan Al-Ghazali bahwa pengetahuan empiris ini merupakan hasil dari aktivitas jiwa sensitif yang dibagi 2 yaitu daya tangkap dari luar (persepsi) dan dalam otak. b. Pengetahuan Rasionalisme, pengetahuan hanya dapat ditemukan dalam dan dengan bantuan akal (rasio). AlGhazali membagi jiwa rasional itu kedalam dua bagian besar yaitu: akal praktis (al-'amilah) dan akal teoritis(al- 'âlimah). Kedua akal tersebut bukanlah dua hal yang benar-benar terpisah, akan tetapi lebih merupakan dua sisi dari substansi yang sama. Jika akal praktis berfungsi untuk menyempurnakan penampilan lahir manusia maka akal teoritis lebih berfungsi untuk menyempurnakan substansinya yang bersifat immaterial dan ghaib. Akal mempunyai 4 tingkatan evolutif, yaitu : Al-'Aql al-Hayulaniy (Akal Material) akal terendah. Al-'Aql bi al-Malakah (Akal Habitual) pengetahuan rasional pertama modal (informasi), Al-'Aql bi al-Fi'il (Akal Aktual)hasil pemikiran. c. Pengetahuan Intuitif (ladunni). Di dalam wacana Islam intuisi merupakan bentuk pencapaian ilmu hudluriy yang didapatkan seseorang dengan cara pasif baik itu secara langsung dari Allah atau melalui perantara. Perantara di sini dapat berupa malaikat (Akal Aktif), bisa juga melalui Lauh Mahfuzh (Jiwa Universal) ataupun alQalam atau Nur Muhammad (Akal Universal). sehingga kualitas pengetahuan intuitif itu lebih utama jika dibanding dengan pengetahuan rasional. 5. Al-Kindi mengemukakan bahwa pengetahuan ada dua macam yaitu, pertama pengetahuan Ilahi yaitu ilmu yang tercantum dalam Qur’an sebagai pengetahuan yang diperoleh nabi dari Tuhan yang didasarkan pada keyakinan. Kedua, pengetahuan manusiawi, disebut juga filsafat yang mendasarkan pada pemikiran akal. Para filosof muslim membedakan ilmu, kepada ilmu yang berguna dan yang tak berguna. Kategori ilmu yang berguna mereka memasukkan ilmu-ilmu duniawi, seperti kedokteran, fisika, kimia, geografi, logika, etika, bersama disiplindisiplin yang khusus mengenai ilmu keagamaan. Ilmu sihir, alkemi dan numerologi (ilmu nujum dengan menggunakan bilangan) dimasukkan ke dalam golongan cabang-cabang ilmu yang tidak berguna.