Anda di halaman 1dari 6

A.

VISKOSITAS

1. Pengertian Viskositas

Viskositas adalah ketahanan aliran suatu cairan (fluida) pada pengaruh tekanan atau
tegangan. Viskositas cairan dapat dibandingkan satu sama lain dengan adanya koefisien
viskositas (η). Koefisien viskositas adalah gaya tangensial per satuan luas yang
dibutuhkan untuk mempertahankan perbedaan kecepatan alir. Cairan tertentu mempunyai
aliran lebih cepat daripada cairan yang lainnya. Sebagai contoh, air mempunyai laju alir
yang lebih cepat dibandingkan dengan minyak, gliserin, maupun etilen glikol. Fenomena
yang lain adalah jika masing-masing benda tersebut ditempatkan pada gelas yang
berbeda, dan saling diaduk, maka etilen glikol akan berhenti lebih cepat daripada air.

2. Konsep Viskositas
Fluida, baik zat cair maupun zat gas yang jenisnya berbeda memiliki tingkat
kekentalan yang berbeda. Viskositas atau kekentalan sebenarnya merupakan gaya
gesekan antara molekul-molekul yang menyusun suatu fluida. Jadi molekul-molekul yang
membentuk suatu fluida saling gesek-menggesek ketika fluida fluida tersebut mengalir.
Pada zat cair, viskositas disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik
antara molekul sejenis). Sedangkan dalam zat gas, viskositas disebabkan oleh tumbukan
antara molekul (Bird, 1993).
Fluida yang lebih cair biasanya lebih mudah mengalir, contohnya air. Sebaliknya,
fluida yang lebih kental biasanya lebih sulit mengalir, contohnya minyak goreng, oli,
madu, dan lain-lain. Hal ini bisa dibuktikan dengan menuangkan air dan minyak goreng
diatas lantai yang permukaannya miring. Pasti hasilnya air lebih cepat mengalir dari pada
minya goreng atau oli. Tingkat kekentalan suatu fluida  juga bergantung pada suhu.
Semakin tinggi suhu zat cair, semakin kurang kental zat cair tersebut. Misalnya ketika ibu
menggoreng ikan di dapur, minyak goreng yang awalnya kental, berubah menjadi lebih
cair ketika dipanaskan. Sebaliknya, semakin tinggi suhu suatu zat gas, semakin kental zat
gas tersebut.
Perlu diketahui bahwa viskositas atau kekentalan hanya ada pada fluida rill (rill =
nyata). Fluida rill / nyata adalah fluida yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari,
seperti air sirup, oli, asap knalpot, dan lainnya. Fluida rill berbeda dengan fluida ideal.
Fluida ideal sebenarnya tidak ada dalam kehidupan sehari-hari. Fluida ideal hanya model
yang digunakan untuk membantu kita dalam menganalisis aliran fluida (fluida ideal ini
yang kita pakai dalam pokok bahasan fluida dinamis) (Bird, 1993).
Satuan system internasional (SI) untuk koifisien viskositas adalah Ns/m2 = Pa.S
(pascal sekon). Satuan CGS (centimeter gram sekon) untuk SI koifisien viskositas adalah
dyn.s/cm2 = poise (p). Viskositas juga sering dinyatakan dalam sentipoise (cP). 1 cP =
1/1000 p. satuan poise digunakan untuk mengenang seorang Ilmuwan Prancis yaitu Jean
Louis Marie Poiseuille.
            1 poise = 1 dyn. s/cm2 = 10-1 N.s/m2
Fluida adalah gugusan molukel yang jarak pisahnya besar, dan kecil untuk zat cair.
Jarak antar molukelnya itu besar jika dibandingkan dengan garis tengah molukel itu.
Molekul-molekul itu tidak  terikat pada suatu kisi, melainkan saling bergerak bebas
terhadap satu sama lain. Jadi kecepatan fluida atau massanya kecapatan volume tidak
mempunyai makna yang tepat sebab jumlah molekul yang menempati volume tertentu
terus menerus berubah (while, 1988).
Fluida dapat digolongkan kedalam cairan atau gas. Perbedaan-perbedaan utama
antara cair dan gas adalah :
a. Cairan praktis tidak kompersible, sedangkan gas kompersible dan seringkali harus
diperlakukan demikian.
b. Cairan mengisi volume tertentu dan mempunyai permukaan-permukaan bebas,
sedangkan agar dengan massa tertentu mengembang sampai mengisi seluruh bagian
wadah tempatnya (While, 1988).

3. Teori Dasar Viskositas

a. Hukum Stokes

Jika sebuah bola kecil bergerak dalam fluida yang viskositasnya nol, maka garis-
garis arusnya akan membentuk pola simetris. Tekanan disembarang titik pada
permukaan bola yang searah dengan gerak bola sama dengan tekanan disembarang
titik berlawanan arah dengan gerak bola sehingga resultan gaya pada bola itu nol.
Pada fluida kental jika bola kecil dijatuhkan , akan timbul hambatan berupa gaya
gesek ( f ) pada bola. Besar gaya gesek itu mempengaruhi jari-jari bola r, kecepatan
relatif pada fluida v, dan koefisien viskositas fluida η sesuai persamaan:

η Av
f= =k η v
L

Dengan k = A/L yang menyatakan bentuk geometri benda. Untuk bola nilai k = 6
πr . Dengan demikian, persamaan diatas menjadi:

f =6 π η r v

Persamaan ini pertama kali dikemukakan oleh Sir George Stoke tahun 1945 dan
dikenal dengan Hukum Stokes

(gambar : ilustrasi huku stokes)


Perhatikan gambar diatas. Sebuah bola jatuh bebas dalam fluida dalam bejana.
Gaya-gaya yang bekerja padanya adalah gaya berat w, gaya apung Fa, dan gaya gesek
akibat viskositas f.
Ketika bola dijatuhkan, bola bergerak dipercepat, tetapi beberapa saat kemudian
kecepatannya menurun akibat adanya gesekan. Gaya berat yang menarik bola ke
bawah besarnya tetap karena nilai g tetap. Akibatnya pada suatu saat bola mencapai
keadaan setimbang sehingga bola bergerak dengan kecepatan tetap. Kecepatan bola
yang tetap pada keadaan setimbang itu disebut kecepatan terminal.
Pada kecepatan terminal, resultan gaya yang bekerja pada bola sama dengan nol.
Secara sistematis besar kecepatan terminal dapat ditentukan berdasarkan persamaan
berikut:
Σ F γ =0

Fa + f = w

ρ f V m g+6 πη rv=mm g

ρ f V m g+6 πη rv= ρb V m g

6 πη rv=V m ¿)

3 3
Diketahui volume bola, Vm = π r , maka persamaan tersebut dapat dituliskan
4
3 3
6 πη rv=g π r ¿)
4

2
2gr
v= ¿)

Perlu diingat, v diukur dengan m/s atau dalam Stokes, 1 Stoke adalah 1 cm2/s, 1
centistoke (cSt) = 10-6 m2/s. Dimana 1 Stoke = 100 centistokes.
Viskositas cairan yang partikelnya besar dan berbentuk tak teratur lebih tinggi
daripada yang partikelnya kecil dan bentuknya teratur. Semakin tinggi suhu suatu
cairan, semakin kecil viskositasnya. Pernyataan ini dapat dijelaskan dengan teori
kinetik. Tumbukan antara partikel yang berbentuk bola atau dekat dengan bentuk
bola adalah tumbukan elastik atau hampir elastik. Namun, tumbukan antara partikel
yang bentuknya tidak beraturan cenderung tidak elastik. Dalam tumbukan tidak
elastik sebagian energi translasi diubah menjadi energi vibrasi dan akibatnya partikel
menjadi lebih sukar bergerak dan cenderung berkoagulasi. Efek suhu mirip dengan
efek suhu pada gas. Koefisien viskositas juga kadang secara singkat disebut dengan
viskositas dan diungkapkan dalam N s m-2

b. Hukum Poiseuille
Fluida ideal dapat mengalir melalui pipa yang bertingkat tanpa ada gaya, tetapi
untuk fluida kental diperlukan perbedaan tekanan antar ujung pipa untuk menjaga
kesinambungn aliran. Banyaknya cairan yang mengalir persatuan waktu melalui
penampang melintang berbentuk silinder berjari-jari r, yang panjangnya l, selain
ditentukan oleh beda tekanan pada kedua ujung juga ditentukan oleh viskositas dan
luas penampang. Hubungan tersebut dirumuskan oleh Poiseuille yang dikenal
Hukum Poiseuille:

c. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Viskositas

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas antara lain:


1. Suhu
Viskositas berbanding terbalik dengan suhu. Jika suhu naik maka viskositas akan
turun, dan begitu sebaliknya. Hal ini disebabkan karena adanya gerakan partikel-
partikel cairan yang semakin cepat apabila suhu ditingkatkan dan menurun
kekentalannya.
2. Konsentrasi Larutan
Viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Suatu larutan dengan
konsentrasi tinggi akan memiliki viskositas yang tinggi pula, karena konsentrasi
larutan menyatakan banyaknya partikel zat yang terlarut tiap satuan volume.
Semakin banyak partikel yang terlarut, gesekan antar partikrl semakin tinggi dan
viskositasnya semakin tinggi pula.
3. Berat molekul Solute
Viskositas berbanding lurus dengan berat molekul solute. Karena dengan adanya
solute yang berat akan menghambat atau member beban yang berat pada cairan
sehingga manaikkan viskositas.
4. Tekanan
Semakin tinggi tekanan maka semakin besar viskositas suatu cairan.
5. Ikatan Hidrogen
Cairan dengan ikatan hidrogen yang kuat mempunyai viskositas lebih tinggi
karena peningkatan ukuran dan massa molekul. Sebagai contoh, gliserol dan asam
sulfat mempunyai viskositas yang lebih tinggi daripada air karena adanya ikatan
hidrogen yang lebih kuat.

Anda mungkin juga menyukai