0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
14 tayangan34 halaman
Dokumen tersebut membahas prosedur pemasangan oropharyngeal tube (OPA), penanganan aritmia ventrikel fibrilasi dan takikardi tanpa nadi, serta skema penanganan asistole dan aktivitas listrik jantung tanpa denyut. Prosedur-prosedur tersebut bertujuan untuk menjaga terbukanya saluran pernafasan dan mengembalikan sirkulasi darah normal pada pasien yang mengalami gangguan ritme jantung parah.
Dokumen tersebut membahas prosedur pemasangan oropharyngeal tube (OPA), penanganan aritmia ventrikel fibrilasi dan takikardi tanpa nadi, serta skema penanganan asistole dan aktivitas listrik jantung tanpa denyut. Prosedur-prosedur tersebut bertujuan untuk menjaga terbukanya saluran pernafasan dan mengembalikan sirkulasi darah normal pada pasien yang mengalami gangguan ritme jantung parah.
Dokumen tersebut membahas prosedur pemasangan oropharyngeal tube (OPA), penanganan aritmia ventrikel fibrilasi dan takikardi tanpa nadi, serta skema penanganan asistole dan aktivitas listrik jantung tanpa denyut. Prosedur-prosedur tersebut bertujuan untuk menjaga terbukanya saluran pernafasan dan mengembalikan sirkulasi darah normal pada pasien yang mengalami gangguan ritme jantung parah.
PROSEDUR TETAP …….. ……… 1/2 DITETAPKAN Direktur RS Islam Hj. Siti Muniroh Tasikmalaya TANGGAL PROSEDUR TERBIT TETAPAN ……………….. dr. Hj. Rahma Nurmayanti, Sp.PD., M.Sc NIK. 21.02.05 PENGERTIAN Oropharingeal tube / pipa orofaring adalah peralatan berbentuk kurva, biasanya terbuat dari plastik dan dapat dimasukkan ke dalam mulut pasien TUJUAN Penggunaan yang benar dari alat ini dapat mengurangi kemungkinan jalan nafas penderita mengalami obstruksi atau sumbatan dari benda asing maupun dari lidah yang jatuh. KEBIJAKAN Keputusan Direktur Rumah Sakit Islam Hj Siti Muniroh Tasikmalaya No. ……………….. Tentang Kebijakan Pelayanan Instalasi Int ebijakan Pelayanan Instalasi Intensive Care. PROSEDUR 1. Dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan kemungkinan terjadi lidah jatuh yang menyumbat jalan nafas. 2. Tidak dilakukan pada pasien yang masih terdapat reflek muntah. 3. Tidak dilakukan pada pasien dengan trauma rahang dan mulut yang tidak dimungkinkan dipasangkan OPA. Alat ini tidak efektif bila ukuran OPA yang digunakan tidak sesuai. 4. Ukuran yang sesuai dapat diukur dengan membentangkan pipa dari sudut mulut pasien ke arah ujung daun telinga (bagian lobulus) sisi wajah yang sama. 5. Tempatkan pasien pada posisi terlentang dan gunakan teknik chin lift/head-tilt/ jaw-thrust untuk mengamankan jalan nafas secara manual. 6. Silangkan ibu jari dan jari telunjuk tangan yang sama dan letakkan pada gigi bagian atas dan bawah di sudut mulut pasien. Lebarkan/jauhkan jari Anda untuk membuka rahang pasien (teknik crossed-finger. 7. Masukkan pipa secara terbalik (ujung pipa ke langit-langit) dan jalankan sapanjang dasar mulut pasien, melewati melewati jaringan jaringan lunak manggantung dari belakang (uvula), atau hingga Anda menemukan tahanan melawan palatum mole. Putar OPA 180o dengan hati-hati, sehingga ujungnya mengarah ke faring pasien. 8. Atau dengan depresor lidah (tongue spatel) untuk menekan lidah dan masukkan OPA dengan ujung yang telah mengarah ke bawah faring pasien, gunakan depresor lidah untuk menekan lidah ke bawah depan bawah untuk mencegahnya menyumbat jalan nafas. (pada bayi dan anak)Tempatkan pasien non-trauma dalam posisi head-tilt. Jika ada kemungkinan cedera spinal, pertahankan stabilisasi leher sepanjang manajemen airway.Periksa dan lihat respon penderita setelah pipa terpasang. Pertimbangkan apakah pipa sudah terpasang dengan baik. Jika pipa terlalu panjang atau pendek, lepas dan ganti dengan ukuran yang sesuai. 9. Tempatkan masker yang akan Anda gunakan untuk ventilasi pasien di atas alat bantu jalan nafas. 10. Monitor pasien dari dekat. Jika ada gag reflek (reflek muntah), lepaskan OPA segera. Lepaskan OPA dengan mengikuti lekukan anatomis dan Anda tidak perlu memutar alat saat anatomis dan Anda tidak perlu memutar alat saat melepaskannya. UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Intensif (ICU) 2. IGD 3. Instalasi Rawat Inap RS Islam Hj. Siti Muniroh Tasikmalaya
PENANGANAN VF / VT TANPA NADI
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
PROSEDUR TETAP …….. ……… 1/2 DITETAPKAN Direktur RS Islam Hj. Siti Muniroh Tasikmalaya TANGGAL PROSEDUR TERBIT TETAPAN ……………….. dr. Hj. Rahma Nurmayanti, Sp.PD., M.Sc NIK. 21.02.05 PENGERTIAN 1. VF adalah Ventrikel Fibrilasi dimana ventrikel jantung bergetar saja karena terjadi depolarisasi dan repolarisasi yang amat tidak seragam sehingga jantung tidak berkontraksi dan tidak bisa memompa darah. 2. VT TANPA NADI adalah adanya tiga atau lebih impuls yang berasal dari ventrikel yang berurutan dengan laju lebih dari 100 kali permenit dan tidak tampak kompleks QRS yang normal dan disertai henti nadi. 3. Merupakan awal dari henti jantung dan tidak adanya curah jantung. 4. Harus ditangani dengan segera untuk mengembalikan sirkulasi darah. TUJUAN 1. Mengembalikan sirkulasi darah 2. Mengembalikan denyut jantung menjadi normal dan muncul irama EKG sinus KEBIJAKAN Keputusan Direktur Rumah Sakit Islam Hj Siti Muniroh Tasikmalaya No. ……………….. Tentang Kebijakan Pelayanan Instalasi Int ebijakan Pelayanan Instalasi Intensive Care. PROSEDUR 1. Petugas : a. Dokter b. Perawat 2. Peralatan : a. Bed Side Monitor b. Defibrilator (jika tersedia) c. Papan RJP / RKP d. IV catheter dan infuse set e. Obat-obatan emergency f. Bag-Valve-Mask (BVM / Ambubag) 3. Dilakukan pada pasien dengan VF (Ventikel Fibrilasi) 4. VT (Ventrikel Takikardi) Tanpa Nadi UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Intensif (ICU) 2. IGD SKEMA PENANGANAN VT & VF RS Islam Hj. Siti Muniroh Tasikmalaya
SKEMA PENANGANAN ASISTOLE / PEA
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
PROSEDUR TETAP …….. ……… 1/2 DITETAPKAN Direktur RS Islam Hj. Siti Muniroh Tasikmalaya TANGGAL PROSEDUR TERBIT TETAPAN ……………….. dr. Hj. Rahma Nurmayanti, Sp.PD., M.Sc NIK. 21.02.05 PENGERTIAN Pertolongan pertama pada pasien dengan henti jantung atau tanpa nadi dengan gambaran EKG Asistole (EKG berupa flat atau garis lurus) dan atau PEA (Pulseless Electrical Activity, Aktivitas elektrik Jantung yang tidak menimbulkan denyutan atau nadi) TUJUAN 1. Memberikan kompresi pada jantung agar berdenyut kembali. 2. Mempertahankan sirkulasi darah ke otak dan ke seluruh tubuh. KEBIJAKAN Keputusan Direktur Rumah Sakit Islam Hj Siti Muniroh Tasikmalaya No. ……………….. Tentang Kebijakan Pelayanan Instalasi Int ebijakan Pelayanan Instalasi Intensive Care. PROSEDUR A. Peralatan : 1. Bed Side Monitor 2. Papan RJP / RKP 3. Bag-Valve-Mask (BVM/Ambubag) 4. Sumber oksigen 5. V Catheter dan infuse set 6. Defibrilator (Jika tersedia) 7. Obat-obatan Emergency B. Cara Kerja : 1. Dilakukan pada pasien yang terpasang alat monitoring EKG. 2. Yakinkan pada pasien terjadi asystole dan atau PEA. 3. Dilakukan setelah memberikan 2 kali nafas ke pasien yang tidak sadar dan tidak bernafas, lihat apakah ada tanda-tanda sirkulasi, yakni ada nafas, batuk, dan gerakan-gerakan ada nafas, batuk, dan gerakan-gerakan tubuh, 4. Jika pasien tidak bernafas dan tidak ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan pemeriksaan nadi karotis (hanya dilakukan oleh petugas kesehatan). 5. Penilaian henti jantung tidak boleh lebih dari 10 detik. 6. Jika nadi karotis tidak teraba segera la Jika nadi karotis tidak teraba segera lakukan kompresi dada. 7. Dihentikan apabila penolong kelelahan. 8. Dihentikan apabila pasien tidak merespon terhadap bantuan hidup dasar yang diberikan (DNAR). 9. Dihentikan apabila sudah terdapat tanda-tanda pasti kematian
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Intensif (ICU)
2. IGD 3. Instalasi Rawat Inap
SKEMA PENANGANAN ASISTOLE / PEA
RS Islam Hj. Siti Muniroh Tasikmalaya
PENGGUNAAN BAG – VALVE – MASK (BVM / AMBUBAG)
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
PROSEDUR TETAP …….. ……… 1/2 DITETAPKAN Direktur RS Islam Hj. Siti Muniroh Tasikmalaya TANGGAL PROSEDUR TERBIT TETAPAN ……………….. dr. Hj. Rahma Nurmayanti, Sp.PD., M.Sc NIK. 21.02.05 PENGERTIAN Penggunaan alat bantu pernafasan dengan menggunakan alat Bag-Valve- Mask (BVM / ambubag) atau kantung nafas buatan yang mampu mempompakan oksigen ke paru-paru pasien. TUJUAN 1. Membantu pernafasan pasien yang tidak adekuat. 2. Menjaga suplai oksigen ke paru-paru pasien. 3. Mencegah terjadinya kekurangan oksigen pada otak. KEBIJAKAN PROSEDUR A. Peralatan : 1. Bag-Valve-Mask (BVM / Ambubag) 2. Kanul oksigen 3. Tabung Oksigen atau oksigen sentral (sumber oksigen) B. Cara Kerja : 1. Bantuan nafas diberikan pada pasien yang tidak bernafas 2. Pasien dengan pernafasan tidak memadai, 3. Alat Bag-Valve-Mask (BVM / Ambubag) diletakkan ditempat yang kelihatan dan mudah dijangkau pada saat dibutuhkan 4. Cek respon pasien, jika tidak berespon lanjutkan, 5. Cek airway pasien, jika ada sumbatan, keluarkan sumbatan dan buka jalan nafas. 6. Cek pernafasan pasien dengan Look, Listen, and Feel (Lihat, dengar dan raba/rasakan) : Lihat pergerakan naik turunnya dada, Dengar suara nafas dari mulut pasien, Raba / atau rasakan hembusan nafas dengan pipi. 7. Jika tidak ada nafas, cari bantuan dan beri nafas buatan dengan Bag –Valve-Mask (BVM / ambubag). 8. Sambungkan Bag-Valve-Mask (BVM / ambubag) dengan sumber oksigen dengan kanul. 9. Tempatkan tangan penolong untuk membuka jalan nafas dan meletakkan sungkup menutupi muka dengan teknik E – C yaitu ibu jari dan jari teluncuk penolong membentuk huruf C dan mempertahankan sungkup dimuka pasien. 10. Jari ketiga, Jari ketiga, keempat dan kelima membentuk huruf ”E” dengan meletakkannya di bawah rahang bawah untuk mengangkat dagu dan rahang bawah, tindakan ini untuk mengangkat lidah dari belakang faring dan membuka jalan nafas. 11. Satu tangan penolong yang lainnya untuk memompa bag-nya. 12. Pada awal pemberian pernafasan buatan, berikan 2 kali perlahan ( 2 detik setiap kali tiupan), dan biarkan ekshalasi sempurna diantara nafas/tiupan. 13. Bila hanya perlu nafas buatan saja, diberikan dengan kecepatan 10-12 nafas permenit, tetapi bila disertai kompresi jantung luar maka diberikan 30 kompresi dan 2 nafas/ventilasi untuk 1 atau 2 penolong sampai pasien dilakukan intubasi trakhea. UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Intensif (ICU). 2. Instalasi Rawat Inap (IRNA) 3. IGD 4 4. IBS RS Islam Hj. Siti Muniroh Tasikmalaya
PEMASANGAN ENDOTRAKHEAL TUBE
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
PROSEDUR TETAP …….. ……… 1/2 DITETAPKAN Direktur RS Islam Hj. Siti Muniroh Tasikmalaya TANGGAL PROSEDUR TERBIT TETAPAN ……………….. dr. Hj. Rahma Nurmayanti, Sp.PD., M.Sc NIK. 21.02.05 PENGERTIAN Memasukkan pipa jalan nafas ke dalam trachea TUJUAN 1. Membebaskan jalan nafas. 2. Untuk pemberian pernafasan mekanik. 3. Untuk mempermudah penghisapan sekresi KEBIJAKAN PROSEDUR A. Peralatan : 1. Laringoscoppe dengan bilah yang sesuai 2. Magills untuk membantu memasukkan pipa 3. Maudrin (bila ada kesulitan saat memasukkan tube) 4. ETT sesuai dengan kebutuhan pasien 5. Sarung tangan sterill 6. Obat-obatan untuk persiapan intubasi, antara lain : SA, Valium, midazolam, atrakurium dll. 7. Pressure cuff / Spuit cuff 8. Guedell / Mayo / Orofaring tube 9. Stetoscop 10. Suction catheter untuk menghisap sekresi 11. Emergency trolly yang berisi obat-obatan emergency 12. Air viva, Face mask untuk oxygenasi 13. Plester / pita untuk fiksasi B. Persiapan Pasien : 1. Terutama keadaan pasien, bila sadar diberitahu. 2. Bersihkan jalan nafas, suction 3. Ukur tekanan darah, nadi, pernafasan, saturasi oksigen. 4. Posisikan pasien terlentang. C. Cara Kerja : 1. Kembangkan balon pipa endotracheal untuk memastikan bahwa balon tidak bocor, kemudian kempiskan balon 2. Sambungkan daun laryngoscope pada pemegangnya, periksa dan terangkan lampu. 3. Minta seorang asisten mempertahankan kepala dan leher dengan tangan, tidak boleh di-Hiperekstensikan atau di-Hiperfleksikan selama prosedur. 4. Pegang laryngoscope dengan tangan kiri kita 5. Masukkan laryngoscope pada bagian kanan mulut penderita dan menggeser lidah pada sebelah kiri. 6. Secara visual identifikasi epiglottis dan pita suara. 7. Dengan hati-hati masukkan pipa endotracheal ke dalam trakea tanpa menekan gigi atau jaringan-jaringan di mulut. 8. Kembangkan balon dengan udara secukupnya agar tidak bocor, jangan mengembangkan balon jangan mengembangkan balon secara berlebihan. 9. Periksa penempatan pipa endotracheal dengan cara memberi ventilasi dengan bag-valve-tube. 10. Secara visual perhatikan pengembangan dada dengan ventilasi. 11. Auskultasi dada dan abdomen dengan stetoscop untuk memastikan letak pipa. 12. Amankan pipa dengan plester, apabila pasien dipindahkan, letak pipa harus dinilai ulang. 13. Apabila intubasi endotracheal tidak bisa diselesaikan dalam beberapa detik atau selama waktu yang diperlukan untuk menahan nafas sebelum ekshalasi, hentikan percobaan intubasinya, ventilasi penderita dengan alat bag-valve-mask dan coba lagi. Penempatan pipa harus diperiksa dengan teliti. 14. Foto thorak berguna untuk menilai letak pipa, tetapi tidak dapat menyingkirkan intubasi esopagheal. UNIT TERKAIT 1. IBS 2. Ruang Rawat Intensif (ICU) 3. IGD RS Islam Hj. Siti Muniroh Tasikmalaya
PEMAKAIAN VENTILATOR
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
PROSEDUR TETAP …….. ……… 1/2 DITETAPKAN Direktur RS Islam Hj. Siti Muniroh Tasikmalaya TANGGAL PROSEDUR TERBIT TETAPAN ……………….. dr. Hj. Rahma Nurmayanti, Sp.PD., M.Sc NIK. 21.02.05 PENGERTIAN Alat bantu nafas mekanik yang digunakan pada pasien yang dalam keadaan Prolong Apneu. TUJUAN 1. Untuk memban Untuk membantu pernafasan mekanik pernafasan mekanik pada pasien-pasien Prolong Apneu. 2. Untuk mengurangi Work Of Breathing (WOB) pasien. KEBIJAKAN PROSEDUR A. Peralatan : 1. Laringoscope. 2. Endhotracheal Tube. 3. Mesin ventilator lengkap dengan compresornya. 4. Sirkuit ventilator. 5. Stetoscope. 6. Ambubag / BVM. 7. Trolly Emergency. 8. Handscoond, Spuit 10 cc. 9. Tabung Oksigen dengan regulator. 10. Air aquades steril. B. Cara Kerja : 1. Cuci tangan. 2. Siapkan alat Ventilator. 3. Pasang dan cek seluruh sirkuit sistem. 4. Isi air pada botol kelembaban sampai batas normal. 5. Sambungkan selang oksigen ke regulator tabung oksigen, kemudian alirkan oksigen, sediakan tabung oksigen cadangan di samping ventilator. (stand by). Periksa koneksi sirkuit ventilator terhadap kemungkinan kebocoran, pastikan tidak ada kebocoran. 6. Tekan power pada posisi “ON”. 7. Tekan tombol “Stand by”. 8. Masukkan identitas pasien di menu “Patient Data” 9. Pilih mode ventilasi (VCV, PCV, S Pilih mode ventilasi (VCV, PCV, SIMV, ATAU SPONT (P IMV, ATAU SPONT (PS). 10. Setting Parameter VT (Volume Tidal), P (Pressure Support), f (Frekuensi pernafasan), I:E ratio, PEEP,FiO2 sesuai instruksi dokter anestesi. 11. Setting parameter alarm. 12. Lakukan test menggunakan “lung tester”. 13. Lepas “lung tester” dan sambungkan konektor sirkuit ventilator dengan Endotracheal Tube yang telah terpasang di pasien. 14. Lakukan Ventilator Bundle : a. Elevasi Kepala, Head Up 30-400o mengurangi aspirasi dan perbaikan ventilasi. b. Sedasi. (fentanyl dan Midazolam) c. DVT (Deep Vein Trombosis) Profilaksis (kecuali kontraindikasi). d. Pencegahan Stes Ulcer (Ranitidine). e. Bronkholitik. 15. Monitor keadaan umum pasien, status haemodinamika, dan status pernafasan. 16. Bila memungkinkan cek AGD pasien tiap 12 atau 24 jam sekali. PELEPASAN VENTILATOR : 1. Pada pasien yang mampu bernafas spontan dan sudah tidakmemerlukan bantuan ventilasi mekanik. 2. Pasien yang mengalami Mati Batang Otak. 3. Pasien Status Quo. 4. Pasien yang sudah meninggal dunia. UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Intensif (ICU) RS Islam Hj. Siti Muniroh Tasikmalaya
EXTUBASI
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
PROSEDUR TETAP …….. ……… 1/2 DITETAPKAN Direktur RS Islam Hj. Siti Muniroh Tasikmalaya TANGGAL PROSEDUR TERBIT TETAPAN ……………….. dr. Hj. Rahma Nurmayanti, Sp.PD., M.Sc NIK. 21.02.05 PENGERTIAN Pengangkatan pipa jalan nafas dari trachea. TUJUAN 1. Melepaskan pasien dari ketergantungan terhadap respirator. 2. Supaya pasien dapat bernafas seperti semula. 3. Supaya pasien dapat berbicara dan menelan seperti semula. 4. Supaya pasien dapat batuk dengan efektif dan dapat mengeluarkan sputum sendiri. KEBIJAKAN PROSEDUR A. Peralatan: 1. Laryngoscope 2. Peralatan suction yang lengkap. 3. Spuit cuff. 4. Pinset, Spirometter. 5. Alat-alat untuk memberikan pelembaban dan oksigen. 6. Jaction Reese 7. Misal : O2 + maskO2 + Venti mask B. Indikasi Extubasi : 1. Pada pasien sadar penuh yang mampu bernafas bernafas spontan spontan dan sudah tidakmemerlukan bantuan ventilasi mekanik. 2. Haemodinamika stabil. 3. Hal-hal yang menyebabkan gagal nafas sudah teratasi. 4. Pasien yang mengalami Mati Batang Otak. 5. Pasien yang sudah meninggal dunia. C. Pelaksanaan : 1. Pertama ukur nadi, tekanan darah, suhu dan pernafasan. 2. Ukuran TV (Tidal Volume) pasien. 3. Periksa AGD (Jika peralatan penunjang tersedia) 4. Bila ada instruksi dokter (misal : Dexamethason Inj.) Beritahu pasien untuk pengang pasien untuk pengangkatan pipa pernafasan. 5. Lepaskan fiksasi tube. 6. Waktu pengangkatan tube, suction katheter yang baru harus berada di dalam, sambil tube diangkat (jangan memakai suction katheter bekas untuk membersihkan mulut). 7. Selesai pengangkatan tube diberi O2 dan Ohuo mask untuk pelembaban 8. Satu jam kemudian periksa AGD ulang. D. Post Extubasi : 1. Monitor keadaan umum pasien, nadi, tekanan Monitor keadaan umum pasien, nadi, tekanan darah, suhu dan pernafasan. 2. Perhatikan apakah ada stidor dan kelainan pernafasan yang lain. UNIT TERKAIT 1. IBS 2. Ruang Rawat Intensif (ICU) RS Islam Hj. Siti Muniroh Tasikmalaya
PENGGUNAAN OBAT DAN ALAT LIVE SAVING
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
PROSEDUR TETAP …….. ……… 1/2 DITETAPKAN Direktur RS Islam Hj. Siti Muniroh Tasikmalaya TANGGAL PROSEDUR TERBIT TETAPAN ……………….. dr. Hj. Rahma Nurmayanti, Sp.PD., M.Sc NIK. 21.02.05 PENGERTIAN Obat dan alat live saving adalah obat dan alat yang dibutuhkan untuk pertolongan hidup atau bantu pertolongan hidup atau bantuan hidup dasar. TUJUAN 1. Pasien dapat diselamatkan dari ancaman kegawatan. 2. Obat – obatan dan alat – alat bantuan hidup dasar dapat siap KEBIJAKAN PROSEDUR A. Peralatan : Alat : 1. Oksigen (O2), 2. Bag-Valve-Mask(BVM/Ambubag), Oropharingeal Tube (OPA / Guedel), 3. ET (Endhotrakheal Tube), 4. Laringoskop, 5. Suction, 6. Defibrilator, 7. Monitor jantung, 8. Nebulaizer, 9. EKG Obat: 1. Adrenalin 2. Dexamethason 3. Norephineprin 4. Dopamin 5. Dobutamin 6. Lidokain. 7. Aminophilin 8. Sulfas atropin atropin 9. D 40% 10. Cairan Kristaloid, Koloid 11. Bicarbonat natrius 12. Amiodaron 13. Magnesium Sulfat (MgSO4) B. Cara Kerja : 1. Obat dan alat live saving harus selalu siap dipakai dan berada dalam tempat yang mudah dilihat dan mudah dijangkau semua petugas yang berhadapan dengan pasien dalam kondisi kondisi gawat darurat. 2. Obat dan alat tersedia di ICU dalam tempat yang mudah terlihat dan mudah dijangkau. 3. Alat harus dicek setiap operan jaga 4. Bila ada obat atau alat yang yang rusak dan atau tidak ada segera lapor ke petugas inventarisasi alat dan obat dan dilaporkan ke petugas apotik untuk dipenu petugas apotik untuk dipenuhi. UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Intensif 2. Instalasi Farmasi RS Islam Hj. Siti Muniroh Tasikmalaya
DEFIBRILASI EXTERNAL (DC SHOCK)
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
PROSEDUR TETAP …….. ……… 1/2 DITETAPKAN Direktur RS Islam Hj. Siti Muniroh Tasikmalaya TANGGAL PROSEDUR TERBIT TETAPAN ……………….. dr. Hj. Rahma Nurmayanti, Sp.PD., M.Sc NIK. 21.02.05 PENGERTIAN Defibrilasi (eksternal) adalah suatu tindakan terapi dengan cara memberikan aliran energi listrik yang kuat ke jantung pasien melalui electrode (pedal) yang ditempatkan di permukaan dinding dada pasien. TUJUAN 1. Meminimalkan ancaman kematian karena Fibrilasi Ventrikel (VF) atau Ventrikel Tachikardi (VT) Non Pulse Jantung. 2. Mengembalikan irama jantung dan cardiac output yang hilang karena VF / VT Non Pulse. 3. Mengembalikan oxygenasi dan perfusi jaringan. KEBIJAKAN PROSEDUR A. Persiapan dan Peralatan : Perawat harus faham akan : 1. Anatomi dan fisiologi kardiovaskuler 2. Interpretasi gambaran EKG 3. Prinsip-prinsip BCLS dan ACLS 4. Prinsip-prinsip keamanan terhadap listrik. Peralatan : 1. DC Shock dengan electrode (pedal)nya. 2. Elektrolit jelly. 3. Ambubag dengan face mask. 4. Oksigen. 5. Papan resusitasi. 5. Obat-obatan Emergency. Pasien : 1. Posisi supine di atas papan yang rata dan keras ( Posisi supine di atas papan yang rata dan keras (papan resusitasi). 2. Singkirkan semua besi yang menempel ke pasien. 3. Ambil gigi palsu atau protesa yang lain dari pasien. B. Pelaksanaan : 1. Pada pasien yang mengalami VF atau VT Non Pulse. 2 2. Cuci tangan dan keringkan. 3. Siapkan pasien dan alat-alat yang diperlukan untuk RJP dan DC Shock. 4. Dekatkan Defibrilator ke pasien sehingga kabel pedal tidak tertarik. 5. Pasang EKG monitor, bila belum terpasang, pastikan gambaran EKG pasien adalah VF / VT Non Pulse. 6. Hidupkan Defibrillator (Posisi Assynkronis). 7. Tempatkan pada energi yang diperlukan (pertama kali dengan 100 joule). Berikan joule).Berikan elektrolit elektrolit jelly pada pedal secukupnya secukupnya (seluruh (seluruh permukaan pedal dan agak tebal). 8. Tempatkan pedal, 1 di apex jantung dan 1 di sebelah kanan jantung stemuni di bawah klaviku jantung stemuni di bawah klavikula). 9. Charge dan tunggu sampai energy yang diperlukan tercapai. 10. Berikan sedikit tetesan jelly pada pedal ke dinding dada. 11. Nyatakan bahwa DC Shock telah si Shock telah siap dan aman, baik bagi pasien, perawat, maupun pemberi bantuan nafas kalau ada. 12. Tekan kedua tombol DC Shock secara simultan dan jangan sampai terangkat. 13. Lihat gambaran EKG post DC Shock di monitor, berubah irama atau tetap VF / VT. 14. Bila irama EKG tetap, ulangi lagi dengan energi 200 joule. 15. Bila tetap belum berhasil, ulangi lagi dengan energi 360 joule. 16. Bila masih belum berhasil, lanjutkan dengan RJP. 17. Bila setelah DC Shock (bisa yang ke I, II, III) terjadi perubahan irama EKG, lanjutkan perawatan pasien sesuai dengan irama yang muncul 18. Matikan Defibrilator dan bersihkan pedal, kembalikan ke tempat semula. 19. Cuci tangan. UNIT TERKAIT 1. IGD 2. Instalasi Rawat Intensif (ICU) RS Islam Hj. Siti Muniroh Tasikmalaya
PENGGUNAAN ALAT DEFIBRILATOR
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
PROSEDUR TETAP …….. ……… 1/2 DITETAPKAN Direktur RS Islam Hj. Siti Muniroh Tasikmalaya TANGGAL PROSEDUR TERBIT TETAPAN ……………….. dr. Hj. Rahma Nurmayanti, Sp.PD., M.Sc NIK. 21.02.05 PENGERTIAN Mengembalikan denyut jantung yang bergetar menjadi mendekati ke normal / normal TUJUAN Dalam upaya penyelamatan pasien dengan fibrilasijantung KEBIJAKAN PROSEDUR A. Persiapan Alat : 1. Defibrilator 2. Electrode Jelly 3. Tissue / Washlap 4. EKG dan Troly Emergency siap dengan obat-obatan EKG dan Troly Emergency siap dengan obat-obatan emergency. B. Persiapan Pasien : 1. Pada pasien yang mengalami Fibrilasi Jantung dan atau Asystole jantung. 2. Posisi tidur supinasi, ekstensi 3. Siapkan lokasi penempatannya paddle defibrillator 4. Pasien diberitahu (apabila sadar) 5. Pada pasien Atrial Fibrilasi. 6. Tempat tidur alas keras dan datar C. Pelaksanaan : 1. Sambung kabel defibrilator dengan sumber listrik. 2. Kedua Paddle diberi jelly yang merata dan cukup tebal. 3. Kontrol saklar pada paddle. 4. Hidupkan defibrilator dengan menekan power on/off. 5. Pasang kabel electrode pada EKG untuk ekstremitas dan hidupkan EKG pada satu lead (Lead II). 6. Atur arus yang akan diberikan sesuai dengan dosis dengan satuan joule. 7. Atur tombol Syncronise / Unsyncronised. 8. Tempatkan kedua paddle pada posisi yang tepat (yang satu di dada kanan atas dan yang kedua di dada kiri bawah). 9. Beri aba-aba “SIAP”, semua petugas tidak boleh menempel pada pasien dan tempat tidur, setelah semua aman, tekan tombolnya. 10. Lanjutkan rekaman EKG dan beri informasi hasilnya. UNIT TERKAIT 1. Instalasi Gawat Darurat (IGD) 2. Instalasi Rawat Intensif (ICU) RS Islam Hj. Siti Muniroh Tasikmalaya
PEMASANGAN DAN MONITORING CVP
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
PROSEDUR TETAP …….. ……… 1/2 DITETAPKAN Direktur RS Islam Hj. Siti Muniroh Tasikmalaya TANGGAL PROSEDUR TERBIT TETAPAN ……………….. dr. Hj. Rahma Nurmayanti, Sp.PD., M.Sc NIK. 21.02.05 PENGERTIAN Tekanan Vena Sentral (CVP) yaitu pengukuran tekanan darah di Atrium Kanan atau Vena Kava dengan menggunakan katheter vena. Tekanan Vena Sentral dalam cm H2O dengan menggunakan manometer air atau dalam mm air raksa dengan menggunakan tranduser tekanan. TUJUAN Untuk mengetahui secara tidak langsung pasien dalam keadaan: a. Hypovolemik b. Hypervolemik c. Gagal Jantung d. Tamponade Jantung KEBIJAKAN PROSEDUR A. Daerah Pemasangan : 1. Vena Junggularis 2. Vena Subklavia 3. Vena Femoralis 4. Vena Antekubital / Brakhialis B. Persiapan : Pada pasien dengan kemungkinan kemungkinan Hypovolemik, Hypovolemik, Hypervolemik, Hypervolemik, Gagal Jantung, dan Tamponade Jantung. C. Untuk Pemasangan : 1. Vena Katheter ukuran sesuai daerah pemasangan. 2. Cairan NaCl 0,9 %. 3. Infus / Transfusi. 4. Heparin. 5. Xylocain 2%. 6. Spuit 2,5 cc & 20 cc. 7. Cairan Antiseptic. 8. Kapas Alkohol. 9. Kassa steril. 10. Gunting. 11. Standar Cairan. 12. CVP Monometer. 13. Masker, sarung tangan steril. 14. Bila memakai memakai system tranduser, siapkan : monitor, tranduser, monometer line pressure bag. 15. Bila vena seksi, baju steril, benang, jarum. D. Untuk Pencabutan : 1. Gunting. 2. Pinset Anatomi 3. Pinset Chirrugi 4. Kassa Steril 5. Kassa Alkohol 6. Plester, Sarung Tangan Steril E. Teknik Pemasangan CVP : 1. Prosedur dilaksanakan dengan teknik apseptik, setelah dokter memakai sarung tangan, bersihkan lokasi penusukan dengan cairan antiseptik, bila dengan vena seksi, tambah masker, baju steril. 2. Lakukan local anestesi, pasang duk lubang steril. 3. Dokter melakukan pungsi vena. 4. Jarum introduser dicabut dan dihubungkan dengan infus set. 5. Perhatikan tanda perdarahan selama pemasangan. 6. Fiksasi, tutup kassa steril dan salep tutup dengan plester (Hypafix). 7. Foto thorak untuk mengetahui posisi catheter F. Teknik Pemantauan / Monitoring CVP : 1. Posisi pasien terlentang, tentukan titik nol dengan membuat garis setinggi atrium kanan yaitu : Garis mid axilaris daerah inter costa ke-5 atau kurang lebih 5 cm di bawah sternum, kemudian samakan garis atrium kanan dengan titik nol pada manometer dengan water ring. 2. Isi manometer dengan cairan NaCl 0,9 % sambil membuka three way stop cock ke pasien dibuka. 3. Nilai CVP diambil diambil dalam keadaan cairan dalam manometer stabil, sambil memperhatikan fluktuasi cairan manometer. 4. Undulasi fluktuasi cairan dalam manometer dipengaruhi irama pernafasan. 5. Perubahan nilai CVP harus diinterpretasikan sesuai dengan gambaran klinis pasien. 6. Kalibrasi setiap 4 jam atau setiap ada perubahan pada posisi pasien. UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Intensif (ICU) 2. IBS 3. IGD RS Islam Hj. Siti Muniroh Tasikmalaya
PENGGUNAAN ALAT OKSIGEN
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
PROSEDUR TETAP …….. ……… 1/1 DITETAPKAN Direktur RS Islam Hj. Siti Muniroh Tasikmalaya TANGGAL PROSEDUR TERBIT TETAPAN ……………….. dr. Hj. Rahma Nurmayanti, Sp.PD., M.Sc NIK. 21.02.05 PENGERTIAN Memberikan oksigen tambahan. TUJUAN Dalam upaya pemberian bantuan oksigen pada pasien KEBIJAKAN PROSEDUR A. Peralatan : 1. Tabung O2 2. Regulator 3. Humidifier 4. Flow meter 5. Kanul 6. Kunci Inggris B. Pelaksanaan : 1. Kontrol alat-alat (Tabung O2, regulator, humidifier, flow meter, kanul) sudah lengkap dan terpasang dengan baik. 2. Buka tabung O2 dengan memutar kunci tabung O2. 3. Dicek apakah O2 sudah keluar lewat kanul. 4. Pasang selang kanul ke hidung. 5. Atur pengeluaran O2 sesuai dengan kebutuhan. 6. Jika tersedia, cek saturasi oksigen (SpO2) pasien. 7. Awasi keadaan umum pasien, pernafasan. 8. Bila sudah selesai, O2 ditutup dan kunci manometer ditutup. 9. O2 disimpan ditempat yang aman, mudah dijangkau dan dilihat. UNIT TERKAIT 1. IGD 2. Instalasi Rawat Intensif (ICU) 3. IBS 4. Ruang Rawat Inap RS Islam Hj. Siti Muniroh Tasikmalaya
POMPA HISAP SUCTION PUMP
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
PROSEDUR TETAP …….. ……… 1/1 DITETAPKAN Direktur RS Islam Hj. Siti Muniroh Tasikmalaya TANGGAL PROSEDUR TERBIT TETAPAN ……………….. dr. Hj. Rahma Nurmayanti, Sp.PD., M.Sc NIK. 21.02.05 PENGERTIAN Menghisap kotoran yang mengganggu jalan nafas. TUJUAN Membebaskan jalan nafas dari kotoran yang mengganggu kelancaran aliran udara di jalan nafas. KEBIJAKAN PROSEDUR A. Peralatan : 1. Mesin suction 2. Kanul suction / mucus ekstraktor 3. Sarung tangan 4. Cairan disinfektan 5. Penampung cairan B. Pelaksanaan : 1. Sebelum melakukan bronchial washing / suction harus diobservasi dulu 2. Hubungan dengan jaringan listrik. 3. Tekan tombol ON dan mesin menyala. 4. Hubungkan pipa / selang pada tabung penampung cairan. 5. Atur pemilihan vacum posisi (+) dan (-). 6. Perhatikan skala presure pada meter. 7. Hubungkan Root Swith dengan suction jika diinginkan. 8. Hubungkan selang penghisap pada tabung penampung cairan yang telah diberi zat disinfektan dengan penderita. 9. Hisap kotoran di jalan nafas pasien. 10. Setiap kali pemakaian tabung, selang dibersihkan. UNIT TERKAIT 1. IGD 2. Instalasi Rawat Intensif (ICU) 3. Ruang Rawat Inap RS Islam Hj. Siti Muniroh Tasikmalaya
TERAPI OKSIGEN
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
PROSEDUR TETAP …….. ……… 1/2 DITETAPKAN Direktur RS Islam Hj. Siti Muniroh Tasikmalaya TANGGAL PROSEDUR TERBIT TETAPAN ……………….. dr. Hj. Rahma Nurmayanti, Sp.PD., M.Sc NIK. 21.02.05 PENGERTIAN Terapi O2 merupakan salah satu terapi pernafasan dalam mempertahankan oksigenasi. TUJUAN 1. Mengatasi keadaan hipoksemia. 2. Menurunkan kerja nafas / paru-paru. 3. Menurunkan beban jantung (miokard). KEBIJAKAN PROSEDUR 1. Cuci Tangan 2. Memberi tahu pasien 3. Hubungkan humidifier dengan flow meter. 4. Isi tabung humidifier dengan water for irigation batas yang tertera. 5. Hubungkan flow meter dengan tabung Oksigen dan cek fungsi flow meter dan humidifier. 6. Cek fungsi flow meter dan humidifier dengan memutar pengatur konsentrasi O2 dan amati ada tidaknya gelembung udara dalam tabung flow meter. 7. Hubungkan katheter nasal / kanul nasal sungkup muka sederhana / sungkup muka dengan kantong non rebriting sungkup muka venturi dengan humidifier dan flow meter. 8. Alirkan oksigen sesuai dengan kebutuhan.
9. Cek aliran kateter nasal/kanul nasal dengan menggunakan
punggung tangan untuk mengetahui ada tidaknya aliran oksigen. 10. Pasang alat katheter nasal / kanul nasal sungkup muka sederhana / sungkup muka dengan kantong non rebriting / sungkup muka venturi pada pasien Tanyakan pada klien apakah oksigen telah mengalir sesuai yang diinginkan. 11. Cuci tangan 12. Rapikan peralatan kembali 13. Dokumentasikan pada status klien. Hal yang harus diperhatikan : 1. Tanyakan kenyamanan terhadap terapi O2 2. Bandingkan hasil PaO2, SaO2, SpO2 klien sebelum dan sesudah pemberian O2. 3. Kaji dan bandingkan status pernapasan sebelum dan sesudah pemberian O2 4. Cek kulit dan membran mukosa klien 5. Cek kepatenan alat 6. Observasi adanya keluhan terutama mual muntah UNIT TERKAIT 1. Instalasi Intensive Care 2. IBS RS Islam Hj. Siti Muniroh Tasikmalaya
PEMERIKSAAN GLASGOW’S COMA SCALE (GCS)
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
PROSEDUR TETAP …….. ……… 1/2 DITETAPKAN Direktur RS Islam Hj. Siti Muniroh Tasikmalaya
PROSEDUR TANGGAL TERBIT
TETAPAN ………………..
dr. Hj. Rahma Nurmayanti, Sp.PD., M.Sc
NIK. 21.02.05 PENGERTIAN Memeriksa tingkat kesadaran klien dengan menggunakan Skala Coma Glasgow TUJUAN Mendapatkan data obyektif tentang kesadaran pasien. KEBIJAKAN GLASGOW’S COMA SCALE (GCS)
PROSEDUR 1. Mengatur pasien pada posisi supinasi.
2. Menempatkan diri di sebelah kanan pasien bila memungkinkan. 3. Memeriksa refleks membuka mata pasien, nilai dengan benar. 4. Memeriksa refleks verbal pasien, nilai dengan benar. 5. Memeriksa motorik pasien, nilai dengan benar. 6. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan UNIT TERKAIT 1. Instalasi Gawat Darurat 2. Instalasi Intensive Care 3. Instalasi Rawat Jalan 4. Instalasi Rawat Inap RS Islam Hj. Siti Muniroh Tasikmalaya
KOREKSI TRANSFUSI DARAH
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
PROSEDUR TETAP …….. ……… 1/2 DITETAPKAN Direktur RS Islam Hj. Siti Muniroh Tasikmalaya
PROSEDUR TANGGAL TERBIT
TETAPAN ………………..
dr. Hj. Rahma Nurmayanti, Sp.PD., M.Sc
NIK. 21.02.05 PENGERTIAN Menghitung kebutuhan transfusi darah pasien. TUJUAN Untuk mempertahankan kadar Haemoglobin darah dalam batas normal sehingga dapat berfungsi dengan baik yaitu untuk mengikat dan membawa oksigen dan kompartemen yang lain dalam tubuh yang berfungsi mempertahankan fungsi tubuh. KEBIJAKAN PROSEDUR A. Koreksi Transfusi 1. Rumus Koreksi :
2. Cek golongan darah pasien
3. Buat permintaan transfusi ke Bank Darah / PMI 4. Sediakan donor cadangan jika membutuhkan. B. Cara Kerja : 1. Persiapan : a. Alat 1) Standar infuse, 1 botol NaCl 0,9% 2) Darah yang dibutuhkan sesuai dengan nama dan golongan darah pasien 3) 1 set transfusi darah 4) Kapas alkohol 5) Dexamethazone injeksi 6) Lasix injeksi 7) Spuit 3 cc 2 buah b. Pasien 1) Memberitahu dan menjelaskan kepada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan 2) Memasang sketsel / sekat tempat tidur 2. Langkah-langkah :\ a. Mencuci tangan b. Mengatur posisi tidur sesuai kebutuhan c. Mengobservasi tensi, suhu, nadi, pernafasan d. Memasang NaCl 0,9% e. Memberikan injeksi pre transfusi : injeksi dexamethazone 1 amp, injeksi lasix 1 amp. f. Mengontrol kembali darah yang sudah disiapkan mengenai : warna darah, identitas pasien, jenis dan golongan darah, nomor kantong darah, tanggal kadaluarsa, kros metcing dan jumlah darah g. Memindahkan slang transfusi ke darah (setelah NaCl masuk 15 menit) h. Mengatur tetesan darah i. Perawat mencuci tangan. j. Mencatat dalam formulir observasi khusus : jam pemasangan, jumlah dan jenis darah, berapa kantong, nomor kantong, nama perawat yang memasang k. Merapikan pasien dari lingkungan l. Membersihkan alat dan mengembalikan pada tempatnya m. Mengobservasi reaksi transfusi dan komplikasi UNIT TERKAIT 1. Instalasi Intensife Care 2. IGD 3. IRNA 4. Bank Darah / PMI RS Islam Hj. Siti Muniroh Tasikmalaya
PENGGUNAAN INFUSE PUMP
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
PROSEDUR TETAP …….. ……… 1/1 DITETAPKAN Direktur RS Islam Hj. Siti Muniroh Tasikmalaya TANGGAL PROSEDUR TERBIT TETAPAN ……………….. dr. Hj. Rahma Nurmayanti, Sp.PD., M.Sc NIK. 21.02.05 PENGERTIAN Memberikan cairan intravena dengan menggunakan infuse pump TUJUAN 1. Memberikan cairan intravena dengan lebih akurat 2. Merekam jumlah cairan yang telah diberikan 3. Memungkinkan pemberian cairan dalam volume yang kecil selama periode waktu tertentu KEBIJAKAN PROSEDUR A. Peralatan : 1. Infuse pump 2. Cairan infuse sesuai kebutuhan pasien 3. Infuse set 4. Standard infuse B. Pelaksanaan : 1. Cek infuse pump 2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien 3. Sambungkan cairan dengan infuse set, pastikan tidak ada udara dalam selang infus 4. Sambungkan selang infuse dengan kateter intravena 5. Buka pintu infuse pump kemudian buka clamp mekaniknya 6. Pasangkan infuse set dengan posisi lurus 7. Tutup pintu dengan mengunci engkel dan secara otomatis clamp mekaniknya akan mengunci infuse set 8. Setelah itu roler yang ada pada infuse set Setelah itu roler yang ada pada infuse set dapat di dapat dibuka maksimal 9. Tekan tombol power 10. Setting delivery sesuai kecepatan yang diinginkan kemudian tekan sellect 11. Muncul delivery limit”. Atur parameter sesuai kebutuhan atau biarkan dalam posisi unlimited (tak terbatas) 12. Tekan tombol ”Start” UNIT TERKAIT 1. Instalasi Gawat Darurat 2. Instalasi Rawat Intensif (ICU) 3. Instalasi Rawat Inap RS Islam Hj. Siti Muniroh Tasikmalaya
PENANGANAN MASALAH ETIK KEPERAWATAN
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
PROSEDUR TETAP …….. ……… 1/1 DITETAPKAN Direktur RS Islam Hj. Siti Muniroh Tasikmalaya TANGGAL PROSEDUR TERBIT TETAPAN ……………….. dr. Hj. Rahma Nurmayanti, Sp.PD., M.Sc NIK. 21.02.05 PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN PROSEDUR UNIT TERKAIT RS Islam Hj. Siti Muniroh Tasikmalaya
PENANGANAN MASALAH ETIK KEPERAWATAN
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
PROSEDUR TETAP …….. ……… 1/1 DITETAPKAN Direktur RS Islam Hj. Siti Muniroh Tasikmalaya TANGGAL PROSEDUR TERBIT TETAPAN ……………….. dr. Hj. Rahma Nurmayanti, Sp.PD., M.Sc NIK. 21.02.05 PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN PROSEDUR UNIT TERKAIT RS Islam Hj. Siti Muniroh Tasikmalaya
PENANGANAN MASALAH ETIK KEPERAWATAN
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
PROSEDUR TETAP …….. ……… 1/1 DITETAPKAN Direktur RS Islam Hj. Siti Muniroh Tasikmalaya TANGGAL PROSEDUR TERBIT TETAPAN ……………….. dr. Hj. Rahma Nurmayanti, Sp.PD., M.Sc NIK. 21.02.05 PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN PROSEDUR UNIT TERKAIT RS Islam Hj. Siti Muniroh Tasikmalaya
PENANGANAN MASALAH ETIK KEPERAWATAN
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
PROSEDUR TETAP …….. ……… 1/1 DITETAPKAN Direktur RS Islam Hj. Siti Muniroh Tasikmalaya TANGGAL PROSEDUR TERBIT TETAPAN ……………….. dr. Hj. Rahma Nurmayanti, Sp.PD., M.Sc NIK. 21.02.05 PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN PROSEDUR UNIT TERKAIT