Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN ANTARA USIA IBU DENGAN INVOLUSI UTERI PADA

IBU POSTPARTUM

Siti Erniyati Berkah Pamuji , Tri Jaka Kartana


Prodi DIII Kebidanan STIKES Bhamada Slawi
erniyatis@yahoo.co.id no HP 081326877987
..

Proses involusi uterus adalah kembalinya uterus kedalam keadaan sebelum


hamil setelah melahirkan. Proses ini di mulai segera setelah plasenta keluar akibat
kontraksi otot-otot polos uterus. Salah satu komponen involusi adalah penurunan
fundus uteri. Kecepatan involusi uteri dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
usia ibu, jumlah anak yang dilahirkan (paritas), menyusui eksklusif dan mobilisasi
dini. Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Tegal pada tahun 2014 sebesar
190,97/ 100.000 kelahiran hidup (51 kematian ibu maternal dari 26.705 kelahiran
hidup), kematian ibu pada saat persalinan sejumlah 26 (50,9%) dari 51 kematian
ibu maternal, disusul kemudian pada waktu hamil sebesar 13 (25,49%) dari 51
kematian ibu maternal dan pada waktu nifas sebesar 12 (23,52%) dari 51
kematian ibu maternal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan
Antara Usia Ibu dengan Involusi Uteri pada Ibu Postpartum di BPS Wilayah
Puskesmas Slawi Kabupaten Tegal. Jenis penelitian analitik observasional dengan
desain cross sectional. Jumlah sampel 27. Analisis data bivariat dengan chi
square, didapatkan hasil bahwa usia ibu postpartum < 20 tahun seluruhnya
mengalami proses involusi uteri yang cepat, ibu postpartum yang dalam usia
reproduksi sehat (20-35 tahun) involusinya sebagian besar berjalan dengan cepat,
sedangkan ibu postpartum usia >35 tahun involusinya sebagian besar berjalan
dengan lambat. Hasil perhitungan statistik menggunakan uji chi square diperoleh
kesimpulan bahwa tidak ada hubungan antara usia ibu dengan involusi uteri pada
ibu postpartum di Bidan Praktek Swasta Puskesmas Slawi ( p value 0,381 > α =
0,05).

Kata kunci : Usia, Involusi Uteri, Postpartum

61
CORRELATION BETWEEN MATERNAL AGE WITH THE UTERINE
INVOLUTION ON POSTPARTUM

Siti Erniyati Berkah Pamuji, Tri Jaka Kartana


Midwifery Bhamada Slawi Health Sciences High School
erniyatis@yahoo.co.id no HP 081326877987

The process of uterine involution is the return of the uterus into the state before
pregnancy after giving birth. This process starts as soon as the placenta comes out as a
result of contraction of smooth muscles of the uterus. One component of involution is a
decrease uterine fundus. Uterine involution speed is influenced by several factors such as
maternal age, number of children born (parity), exclusive breastfeeding and early
mobilization. Maternal Mortality Rate (MMR ) in Tegal regency in 2014 amounted to
190.97 / 100,000 live births ( 51 maternal deaths of 26 705 live births) , maternal deaths
during childbirth total of 26 ( 50.9 % ) of the 51 maternal deaths , followed during
pregnancy by 13 ( 25.49 % ) of the 51 maternal deaths during childbirth and for 12 (
23.52 % ) of the 51 maternal deaths. The objective of this study was to correlation
between maternal age with the uterine involution on postpartum in BPS Slawi Tegal
Regional Health Center. Type of observational analytic research with cross sectional
design. The number of samples 27. bivariate data analysis with chi square, showed that
postpartum maternal age <20 years of fully experiencing rapid uterine involution
process, postpartum mothers are in a healthy reproductive age (20-35 years), the process
of uterine involution mostly running quickly, while the mother postpartum age> 35 years,
the process of uterine involution mostly been slowly. The results of statistical calculations
using chi square test we concluded that there was no correlation between maternal age
with uterine involution on postpartum in midwives private practice of Slawi (p value
0.381 > α = 0.05).

Keywords : maternal age, uterine involution, postpartum

62
PENDAHULUAN suatu pengaruh yang baik pada proses
penyembuhan dan proses pemulihan
Proses involusi uterus adalah sebelum hamil. Apabila proses involusi
kembalinya uterus kedalam keadaan uterus tidak berjalan dengan baik maka
sebelum hamil setelah melahirkan. Proses akan timbul suatu keadaan yang disebut
ini di mulai segera setelah plasenta keluar subinvolusi uteri yang akan menyebabkan
akibat kontraksi otot-otot polos uterus. terjadinya perdarahan yang mungkin
Pada tahap ketiga persalinan, uterus berada terjadi dalam masa 40 hari (Prawiroharjo,
di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah 2005).
umbilikus dengan bagian fundus bersandar Salah satu dari tujuan pembangunan
pada promontorium sakralis (Vivian dan kesehatan di Indonesia adalah tercapainya
Sunarsih, 2011). Masa nifas hari pertama Millenium Development Goals (MDG’s)
adalah masa kritis yang rentan sekali pada tahun 2015, tujuan tertuang dalam
terjadi perdarahan, karena kontraksi uterus tujuan ke-4 dan ke-5, yaitu terjadinya
yang lemah akibat berkurangnya kadar penurunan AKB menjadi 23/1.000 KH,
oksitosin yang di sekresi oleh kelenjar meningkatkan kesehatan ibu dan
hipofise posterior, maka asuhan masa nifas mengurangi sampai tiga perempat jumlah
pada masa ini sangat diperlukan (Abdul AKI saat hamil dan melahirkan menjadi
Bari, 2020). 102/100.000 KH (Kemenkes, 2010).
Salah satu komponen involusi adalah Kematian ibu dan anak baru lahir
penurunan fundus uteri. Kecepatan mencerminkan kualitas pelayanan
involusi uteri dipengaruhi oleh beberapa kesehatan di bidang obstetri yang belum
faktor antara lain usia ibu, jumlah anak baik. Angka Kematian Ibu (AKI) atau
yang dilahirkan (paritas), menyusui Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan
eksklusif dan mobilisasi dini. Usia 20-30 tolak ukur yang sensitif untuk melihat
tahun merupakan usia yang sangat ideal keberhasilan pelayanan kesehatan,
untuk terjadinya proses involusi yang baik. khususnya Ibu dan Anak (Firman, 2010).
Hal ini dapat disebabkan karena faktor Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu
elastisitas dari otot uterus mengingat ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan
yang telah berusia 35 tahun lebih dan 50% kematian masa nifas terjadi
elastistisitas ototnya berkurang. Usia yang dalam 24 jam pertama yang sebagian besar
kurang dari 20 tahun elastisitasnya belum disebabkan karena perdarahan postpartum
maksimal dikarenakan organ reproduksi (Vivian dan Sunarsih, 2011).
yang belum matang, sedangkan usia di atas AKI di Kabupaten Tegal pada tahun
35 tahun sering terjadi komplikasi saat 2014 sebesar 190,97/ 100.000 kelahiran
sebelum dan setelah kelahiran di hidup (51 kematian ibu maternal dari
karenakan elastisitas otot rahimnya sudah 26.705 kelahiran hidup) cenderung
menurun, menyebabkan kontraksi uterus meningkat jka dibandingkan dengan AKI
tidak maksimal (Indarwati, dkk 2013). tahun 2013 yaitu sebesar 57,66/ 100 hidup
Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita kelahiran hidup (27 kematian ibu maternal
yang keadaan organ reproduksinya dari 27.645 kelahiran hidup) sedangkan
berfungsi dengan baik antara umur 20-45 AKI pada tahun 2012 sebesar 51,56
tahun. Usia ibu yang relatif muda dimana /100.000 kelahiran hidup (14 kematian ibu
individu mencapai kondisi vitalitas yang maternal dari 27.154 kelahiran hidup).
prima sehingga kontraksi otot dan Dari data tersebut dapat disimpulkan
kembalinya alat-alat kandungan juga bahwa dalam 3 tahun terahir AKI dan di
semakin cepat karena proses regenerasi kabupaten Tegal mengalami peningkatan.
dari sel-sel alat kandungan yang sangat Data kematian ibu di Kabupaten Tegal
bagus pada usia-usia tersebut. Tinggi tersebut pada waktu bersalin sebesar 26
fundus uteri dengan usia pada postpartum (50,98%) dari 51 kematian ibu maternal,
63
disusul kemudian pada waktu hamil dan proses involusi uterusnya sedikit lebih
sebesar 13 (25,49%) dari 51 kematian ibu lambat dibandingkan ibu-ibu postpartum
maternal dan pada waktu nifas sebesar 12 yang usianya masih usia subur.
(23,52%) dari 51 kematian ibu maternal Berdasarkan latar belakang tersebut
(Dinkes kab. Tegal, 2014). diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
Patofisiologi atau perjalanan dari penelitian tentang “Hubungan antara Usia
subinvolusi adalah kekurangan darah pada Ibu dengan Involusi Uteri pada Ibu
uterus. Uterus mengalami kekurangan Postpartum di BPS Wilayah Puskesmas
darah sehingga jaringan otot-otot uterus Slawi Kabupaten Tegal tahun 2015”.
mengalami atrofi kembali ke ukuran
semula. Sub involusi uterus menyebabkan METODE PENELITIAN
kontraksi uterus menurun sehingga
pembuluh darah yang lebar tidak menutup Jenis penelitian ini adalah penelitian
sempurna, sehingga perdarahan terjadi analitik observasional menggunakan
terus- menerus, menyebabkan desain cross sectional. Data yang diambil
permasalahan lainya baik itu infeksi dalam penelitian ini adalah data primer dan
maupun inflamasi pada bagian rahim sekunder menggunakan lembar observasi.
terkhususnya endometrium. Sehingga Sampel pada penelitian ini adalah total
proses involusi yang mestinya terjadi populasi yaitu semua ibu nifas di BPS
setelah nifas terganggu karena akibat dari Wilayah Puskesmas Slawi bulan Maret –
permasalahan-permasalahan tersebut April 2015 sebanyak 27 orang. Dilakukan
(Varney.S, Helen. 2007). observasi selama 3 minggu posrpartum
Saat persalinan dinding panggul selalu (KF 1, KF 2, KF3), untuk diobservasi
teregang dan mungkin terjadi kerusakan proses involusi uterus meliputi TFU (cm),
pada jalan lahir, serta setelah persalinan lochea (jumlah ganti pembalut/ hari, warna
otot-otot dasar panggul menjadi longgar lochea). Analisis data bivariat
karena diregang begitu lama pada saat menggunakan Uji Chi Square dengan
hamil maupun bersalin (Sarwono, 2009). bantuan program SPSS for windows versi
Selama masa nifas, alat-alat interna 16.0.
maupun eksterna berangsur-angsur
kembali seperti keadaan sebelum hamil. HASIL PENELITIAN DAN
Perubahan keseluruhan alat genetalia ini PEMBAHASAN
disebut Involusi. Perubahan fisik meliputi
ligament-ligament bersifat lembut dan Karakteristik responden menurut
kendor, otot-otot teregang, uterus pekerjaan ibu post partum didapatkan
membesar, postur tubuh berubah sebagai responden memiliki pekerjaan sebagai ibu
kompensasi terhadap perubahan berat rumah tangga sejumlah 10 (37%), swasta
badan pada masa hamil, serta terjadi 13 (48%) dan pegawai negeri 4 (15%).
bendungan pada tungkai bawah. Pada masa Karakteristik responden menurut usia
ini terjadi juga perubahan penting pada didapatkan hasil responden berusia < 20
uterus (Saleha, 2009). tahun sejumlah 6 (22,2%), usia 20-35
Hasil rekap data dari Puskesmas tahun sejumlah 13 (48,2%) dan > 35 tahun
Slawi pada bulan Oktober sampai dengan sejumlah 8 (29,6%). Sedangkan
bulan November 2014 diketahui jumlah karakteristik responden menurut paritas
ibu nifas sebanyak 1,302 ibu nifas. Dari yaitu paritas 1 sejumlah 9 (33,3%), paritas
hasil studi pendahuluan dengan melakukan 2-3 sejumlah 16 (59,3%) paritas > 4
observasi kepada 10 responden sejumlah 2 (7,4%). Hal ini berdasarkan
menunjukan bahwa dari 3 diantaranya usia tabel sebagai berikut :
ibu postpartum bukan usia subur yaitu usia
ibu tersebut sudah melebihi usia 35 tahun
64
Tabel 1. Karekteristik Responden menurut Sedangkan 10 (37,1%) responden
pekerjaan, usia dan paritas mengalami proses involusi lambat (TFU
pertengahan pusat dan sympisis serta
No Variabel F % lochea sanguinolenta hingga serosa)
1 Pekerjaan
a. Ibu rumah tangga 10 37% Tabel 3. Tabulasi silang antara usia dengan
b. Swasta 13 48% involusi uteri
c. PNS 4 15% Involusi Uteri p
Usia %
2 Usia Cepat Lambat value
a. < 20 tahun 6 22,2 < 20 6 0 6 0,381a
b. 20-35 tahun 13 % tahun (100%) (100%)
c. > 35 tahun 8 48,2 20-35 9 4 13
% tahun (69,2%) (30,8%) (100%)
29,6 >35 2 (25%) 6 (75%) 8
% tahun (100%)
3 Paritas Jumlah 17 10 27
a. 1 9 33,3 (63%) (37%) (100%)
a
b. 2-3 16 % Chi Square
c. > 4 2 59,3
% Perhitungan uji statistik dengan
7,4% menggunakan rumus Chi Square
didapatkan hasil p value 0,381 (α = 0,05),
Berdasarkan hasil penelitian tentang dengan demikina Ho diterima, artinya
karakteristik responden menurut pekerjaan, tidak ada hubungan antara usia dengan
bahwa sebagian besar responden memiliki involusi uteri pada ibu postpartum.
pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
swasta. Sedangkan karakteristik menurut ibu postpartum yang berusia < 20tahun
usia, sebagian besar responden dalam masa mengalami proses involusi cepat (TFU
reproduksi sehat (20-35 tahun). tidak teraba dan pengeluaran lochea alba)
Karakteristik paritas responden sebagian sejumlah 6 orang dan usia 20-35 tahun 9
besar adalah nulipara (2-3 kali orang serta usia > 35 tahun sejumlah 2
melahirkan). orang. Sedangkan involusi uteri
Hasil observasi dan pengumpulan data berlangsung lambat pada ibu postpartum
pada variable dependen involusi uteri yang berusia 20-35 tahun sejumlah 4 orang
didapatkan hasil : dan usia >35 tahun sejumlah 6 orang.
Usia ibu yang relatif muda dimana
Tabel 2. Involusi uteri ibu postpartum di individu mencapai kondisi vitalitas yang
BPS wilayah Puskesmas Slawi prima sehingga kontraksi otot dan
N Variabel F % kembalinya alat-alat kandungan juga
o semakin cepat karena proses regenerasi
1 Involusi uteri dari sel-sel alat kandungan yang sangat
a. Cepat 17 62,9% bagus pada usia-usia tersebut. Namun pada
b. Lambat 10 37,1% usia yang kurang dari 20 tahun
elastisitasnya belum maksimal dikarenakan
Berdasarkan hasil observasi proses organ reproduksi yang belum matang
involusi uteri pada hari ke 14 postpartum sehingga pengawasan postpartum pada ibu
didapatkan hasil 17 (62,9%) responden yang berusia kurang dari 20 tahun harus
mengalami proses involusi cepat (TFU lebih maksimal (Reeder dkk, 2011).
tidak teraba dan pengeluaran lochea alba).
65
Usia 20-35 tahun merupakan usia 1. Karakteristik responden berdasarkan
reproduksi sehat dimana tingkat kesuburan pekerjaan didapatkan hasil sebagai
seorang wanita sedang dalam masa berikut : ibu rumah tangga sejumlah
puncakyang sangat ideal untuk terjadinya 10 orang (37%), swasta 13 orang
proses involusi yang baik. Hasil penelitian (48%) dan PNS 4 orang (15%).
Apriyanti menyatakan bahwa usia ibu 20- Berdasarkan umur responden,
35 tahun merupakan kelompok reproduksi responden usia < 20tahun sejumlah 6
yang paling ideal dari aspek kesehatan, orang (22,2%), usia antara 20-35
bila ditinjau dari tugas dan perkembangan tahun yaitu13 orang (48,2%) dan usia
manusia maka usia tersebut adalah masa >35 tahun sejumlah 8 orang (29,6%).
dewasa awal yang merupakan masa usia Paritas responden dimana primipara
produktif. Pada usia lebih dari 35 tahun sejumlah 9 orang (33,3%), responden
elastistisitas otot uterus berkurang., sering dengan paritas 2-3 sejumlah 16 orang
terjadi komplikasi saat sebelum dan setelah (59,3%) dan paritas >4 sejumlah 2
kelahiran di karenakan elastisitas otot orang (7,4%).
rahimnya sudah menurun, menyebabkan 2. Sebagian besar involusi uteri ibu
kontraksi uterus tidak maksimal. Hasil postpartum berjalan cepat 62,9% dan
penelitian dari Liana.D menyatakan ibu postpartum yang involusinya
bahwa usia sangat erat kaitannya dengan berjalan lambat sejumlah 37,1%.
penurunan tinggi fundus uteri, semakin 3. Hasil analisis bivariat dengan Chi
tua umur seseorang maka semakin Square didapatkan hasil p value
berkurang fungsi reproduksinya yang rata- 0,381, tidak ada hubungan antara usia
rata dijumpai pada usia lebih dari 35 tahun ibu dengan involusi uteri pada ibu
dan telah melahirkan lebih dari satu kali. postpartum.
Pada ibu yang usianya lebih tua proses
involusi banyak dipengaruhi oleh proses Perlu dilakukan penelitian selanjutnya
penuaan, dimana proses penuaan terjadi yang difokuskan kepada penelitian faktor-
peningkatan jumlah lemak. Penurunan faktor yang mempengaruhi proses involusi
elastisitas otot dan penurunan penyerapan uteri pada ibu postpartum yaitu faktor
lemak, protein, serta karbohidrat. Bila menyusui secara eksklusif.
proses ini dihubungkan dengan penurunan
protein pada proses penuaan, maka hal ini UCAPAN TERIMA KASIH
akan menghambat involusi uterus Dalam kesempatan ini penulis
(Cuningham dkk, 2006). Namun demikian, mengucapkan terima kasih atas bantuan
dari hasil penelitian, usia tidak berbagai pihak yang telah membantu
berhubungan dengan proses involusi uteri. selesainya laporan ini sebagai syarat dalam
Proses pengecilan involusi uteri bisa Tri Dharma Perguruan Tinggi di STIkes
dipengaruhi oleh beberapa faktor Bhakti Mandala Husada Slawi.
diantaranya adalah paritas, mobilisasi, 1. Tri Agustina H, SST., M.Kes selaku
pemberian asi eksklusif dan senam nifas Ketua STIKES Bhakti Mandala
(Vivian dan Sunarsih, 2011). Penelitian Husada Slawi yang telah memberikan
Indrawati, 2013 menyatakan bahwa masukan dan arahan dalam
menyusui dini berhubungan dengan proses menyempurnakan laporan ini.
involusi uteri. 2. Siswati, S.SiT., M.Kes selaku Ketua
Prodi DIII Kebidanan STIKES Bhakti
Mandala Husada Slawi.
SIMPULAN DAN SARAN 3. Kepala Puskesmas Slawi dan Bidan
Berdasarkan hasil analisis data pada Praktek Mandiri Wilayah Kerja
penelitian ini, maka dapat disimpulkan Puskesmas Slawi.
sebagai berikut:
66
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Bari, S. 2002. Buku Panduan Kemenkes RI. 2010. Penyebab
Praktis Pelayanan dan Kesehatan tingginya AKI di
Maternal dan Neonatal. Jakarta; Indonesia.http://www.bkkbn.go.id.
YBPSP. Martini, 2012. Hubungan Inisiasi Menyusu
Apriyanti, N. 2010. Pengaruh Pendidikan Dini dengan Tinggi Fundus Uteri
Kesehatan Sebaya Peer Ibu Postpartum hari ke tujuh.
Education) Terhadap Pengetahuan TESIS
Dan Sikap Ibu Primigravida Notoatmodjo, 2005, Metedologi Penelitian
Tentang Menyusui Di Wilayah Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Kerja Kerja Puskesmas Prawirohardjo, Sarwono 2005, Ilmu
Mergangsan. Skripsi Strata Satu. Kebidanan. Jakarta: PT Bina
Universitas Muhammadiyah Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Yogyakarta. Yogyakarta. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal
Cuningham dkk, 2006, Obstetri Williams. tahun 2014
Jakarta: EGC Reeder dkk, 2011, Keperawatan
Indarwati, Tiyas, dkk. 2013. Hubungan Maternitas. Jakarta: EGC
antara menyusui sejak dini dengan Saleha, Siti. 2009, Asuhan Kebidanan pada
penurunan tinggi fundus uteri pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba
ibu postpartum di RSUD Tugurejo Medika
Semarang. Skripsi Program Studi Varney.S, Helen. 2007. Asuhan
S1 Ilmu Keperawatan STIKES Kebidanan. Edisi Keempat.
Telogorejo Semarang Jakarta: EGC
Vivian dan Sunarsih, 2011, Asuhan
Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta:
Salemba Medika

67

Anda mungkin juga menyukai