Anda di halaman 1dari 36

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode Penelitian Kombinasi

(Mixed Methods). Menurut Johnson dan Cristensen dalam Sugiyono (2013:404),

memberikan definisi tentang metode penelitian kombinasi (Mixed Methods)

sebagai berikut: “Research that involve the mixing of quantitative and qualitative

approach. (Penelitian yang menggabungkan pendekatan Kuantitatif dan

Kualitatif)”

Penelitian Mix-method adalah metode yang memadukan pendekatan

Kualitatif dan Kuantitatif dalam hal metodologi (seperti dalam tahap

pengumpulan data), dan kajian model campuran memadukan dua pendekatan

dalam semua tahapan proses penelitian (Abbas, 2010). Sugiyono (2011)

menyatakan bahwa metode penelitian kombinasi (Mixed Methods) adalah suatu

metode penelitian yang mengkombinasikan atau menggabungkan antara

Kuantitatif dengan metode Kualitatif untuk digunakan secara bersama-sama

dalam suatu kegiatan penelitian, sehingga diperoleh data yang lebih komprehensif,

valid, reliable dan obyektif.

Sedangkan menurut Creswell (2010) Mix- Methods merupakan

pendekatan penelitian yang mengkombinasikan atau mengasosiasikan bentuk

Strategi penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. dalam Mixed Methods, yaitu:


1. Strategi Metode Campuran Sekuensial/ bertahap (Sequential Mixed

Methods) merupakan strategi bagi peneliti untuk menggabungkan data yang

ditemukan dari satu metode dengan metode lainnya. Strategi ini dapat dilakukan

dengan interview terlebih dahulu untuk mendapatkan data Kualitatif , lalu diikuti

dengan data Kuantitatif dalam hal ini menggunakan survey. Strategi ini diabgi

menjadi tiga bagian, yaitu:

A. Strategi Eksplanatoris Sekuensial.

Dalam strategi ini tahap pertama adalah mengumpulkan dan menganalisis data

kuantatif kemudian diikuti oleh pengumpulan dan menganlisis data Kualitatif

yang dibangun berdasarkan hasil awal kunatitatif. Bobot atau prioritas ini

diberikan pada data Kuantitatif.

B. Strategi Eksploratoris Sekuensial.

Strategi ini kebalikan dari strategi eksplanatoris sekuensial, pada tahap pertama

peneliti mengumpulkan dan menganalisis data Kualitatif kemudian

mengumpulkan dan menganalisis data Kuantitatif pada tahap kedua yang

didasarkan pada hasil tahap pertama. Bobot utama pada strategi ini adalah pada

Kualitatif .

C. Strategi Transformative Sekuensial.

Pada strategi ini peneliti menggunakan perspektif teori untuk membentuk

prosedur-prosedur tertentu dalam penelitian.Dalam model ini, peneliti boleh

memilih untuk menggunakan salah satu dari dua metode dalam tahap pertama,
dan bobotnya dapat diberikan pada salah satu dari keduanya atau dibagikan

secara merata pada masing-masing tahap penelitian.

2. Strategi Metode Campuran Konkuren/Sewaktu Waktu (Concurrent Mixed

Methods) merupakan penelitian yang menggabungkan antara data Kuantitatif dan

data Kualitatif dalam satu waktu. Terdapat tiga strategi pada metode campuran

konkuren, yaitu:

A. Strategi Triangulasi Konkuren.

Dalam strategi ini, peneliti mengumpulkan data Kualitatif dan data

Kuantitatif dalam waktu yang bersamaan pada tahap penelitian, kemudian

membandingkan antara data Kualitatif dengan data Kuantitatif untuk

mengetahui perbedaan dan kombinasi.

B. Strategi Embedded Konkuren.

Strategi ini hampir sama dengan model triangulasi konkuren, karena sama-

sam mengumpulkan data Kualitatif danKuantitatif dalam waktu yang

bersamaan. Membedakannya adalah model ini memiliki metode primer

yang memandu proyek dan data sekunder yang memiliki peran pendukung

dalam setiap prosedur penelitian. Metode sekunder yang kurang begitu

dominan/ berperan (baik itu Kualitatif atauKuantitatif) ditancapkan

(embedded) ke dalam metode yang lebih dominan (Kualitatif atau

kuantitaif).

C. Strategi Transformative Konkuren.


Seperti model transformative sequential yaitu dapat diterapkan dengan

mengumpulkan data Kualitatif dan data Kuantitatif secara bersamaan sera

didasarkan pada perspektif teoritis tertentu.

3. Prosedur Metode Campuran Transformative (Transformative Mixed

Methods) merupakan prosedur penelitian dimana peneliti menggunakan kacamata

teoritis sebagai prosedur overaching yang di dalamnya terdiri dari data Kualitatif

dan data Kuantitatif.

Dalam penelitian ini menggunakan Strategi Metode Campuran

Konkuren, (concurrent Mixed Methods) terutama Strategi Triangulasi

Konkuren dimana peneliti mengumpulkan data Kuantitatif dan data Kualitatif

dilakukan dalam waktu yang bersamaan (Creswell 2014). Kemudian peneliti

menganalisis data Kuantitatif, dilanjutkan menganalisis data Kualitatif untuk

menjawab rumusan masalah dan selanjutnya peneliti menetukan Intrepretasi

strategi implikasi terhadap unit analisis yang diteliti sesuai Tujuan Penelitian yang

ada di Tabel 31 dibawah ini :

Tabel 3.1 Unit Analisis

Tujuan Jenis Penelitian Metode Penelitian Unit Analisis


Penelitian
T1 Triangulasi Mix Method Kuliner Seblak
Konkuren
T2 Triangulasi Mix Method Kuliner Seblak
Konkuren
T3 Triangulasi Mix Method Kuliner Seblak
Konkuren
T4 Triangulasi Mix Method Kuliner Seblak
Konkuren
T5 Triangulasi Mix Method Kuliner Seblak
Konkuren
T6 Triangulasi Mix Method Kuliner Seblak
Konkuren
T7 Triangulasi Mix Method Kuliner Seblak
Konkuren
Keterangan Tabel 3.1 :

T-1 : Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antara Knowledge Sharing
terhadap Dynamic Capability di “ Kuliner Seblak Kabupaten Blitar”
T-2 : Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antara Knowledge Sharing
terhadap Competitive Advantage di “ Kuliner SeblakKopi Kec. Doko”
T-3 : Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antara Supply Chain
terhadap Dynamic Capability di “ Kuliner Seblak Kabupaten Blitar”
T-4 : Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antara Supply Chain
terhadap Competitive Advantage di “ Kuliner Seblak Kabupaten Blitar”
T-5 : Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antara Kualitas Produk
terhadap Dynamic Capability di “ Kuliner Seblak Kabupaten Blitar”
T-6 : Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antara Kualitas Produk
terhadap Competitive Advantage di “ Kuliner Seblak Kabupaten Blitar”
T-7 :Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antara Dynamic Capability
terhadap Competitive Advantage di “ Kuliner Seblak Kabupaten Blitar”

1.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan Pada Pengusaha Kuliner Seblak yang beralamatkan

di Wilayaha Kab. Blitar Jawa Timur.

1.3 Sumber Data

Penelitian ini menggunakan sumber data primer yaitu mengacu pada

informasi yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti.Data primer dalam

penelitian yaitu pihak pertama yaitu individu sebagai konsumen sebagai Sampel

Penelitian.
1.4 Variabel dan Definisi Operasional

Variabel dalam penelitian ini terdapat empat jenis variabel yaitu variabel

exogenous, variabel endogenous, variabel mediasi, dan moderasi.

1. Variabel Exogenous (X). Knowledge Sharing (X1), Supply Chain (X2),

Kualitas Produk (X3).

Sarwono (2007), menyatakan bahwa Variabel Exogenous merupakan

semua variabel yang tidak ada penyebab-penyebab eskplisitnya atau dalam

diagram tidak ada anak-anak panah yang menuju ke arahnya.Dalam

penelitian ini yang merupakan Variabel Exogenous adalah Knowledge

Sharing(X1), Supply Chain(X2),Kualitas Produk (X3).

2. Variabel Endogenous (Y). Competitif Advantage (Y1)

Sarwono (2007), menyatakan bahwa Variabel endogenous merupakan

variabel yang mempunyai anak panah yang menuju ke arah variabel

tersebut.Dalam penelitian ini yang merupakan Variabel Endogenous

adalah Sustainable Competitive Advantage (Y1).

3. Variabel Mediator. Dynamic Capability

Variabel mediator merupakan variabel perantara pada variabel bebas dan

terikat.Dalam penelitian ini yang merupakan variabel Mediasi adalah

Dynamic Capability(Z1).
3.5 Definisi Operasional Variabel (Knowledge Sharing, Supply Chain,

Kualitas Produk, Dynamic Capability, Competitif Advantage)

Merupakan suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau

konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun

memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau

variabel tersebut. Adapun operasional variabel penelitian ini yaitu:

1. Knowledge Sharing. Knowledge sharing is a process of transferring skills

and abilities within the employees by sharing them (Lin, 2007).

Indikator Knowledge Sharing dalam jurnal(Waheed, Et al, 2013) terdiri

dari :

1) Information Technology

2) Organizazional Culture

3) Team Work

4) Trust

5) Motivation to Disseminate

2. Supply Chain. Supply Chain Management adalah seperangkat pendekatan

untuk mengefisienkan integrasi supplier, manufaktur, gudang dan

penyimpanan, sehingga barang diproduksi dan didistribusikan dalam

jumlah yang tepat, lokasi yang tepat, waktu yang tepat, untuk meminimasi

biaya dan memberikan kepuasan layanan terhadap konsumen (simchi-

levi,2003).

Indikator Supply Chain dalam jurnal(Apriliana Ilmiyati,dkk, 2016) terdiri

dari :

1) Hubungan Kemitraan Stratejik


2) Hubungan Pelanggan

3) Level of Information sharing

4) Level of Information Quality

5) Postponement

3. Kualitas Produk. Kotler dan Armstrong (2005) menyatakan bahwa kualitas

produk berhubungan erat dengan kemampuan produk untuk menjalankan

fungsinya, termasuk keseluruhan produk, keandalan, ketepatan,

kemudahan pengoperasian dan perbaikan, dan atribut bernilai lainnya.

Kualitas produk dapat diukur menggunakan hasil (performance), tampilan

(Features), kehandalan (Reliability) dan kesesuaian (conformance).

4. Dynamic Capability. Teece (2014) Definisi Dynamic Capability “an

entrepreneurial approach that emphasizes the importance of signature

(unique and marked) business processes, both inside the firm and in

linking the firm to external partners”.Konsep Kapabilitas dinamis

memiliki tiga elemen dasar, yaitu sensing, seizing dan transforming Teece

dkk. (1997).

5. Competitif Advantage. Keunggulan bersaing menurut Porter (2007) adalah

kemampuan suatu perusahaan untuk meraih keuntungan ekonomis di atas

laba yang mampu diraih oleh pesaing di pasar dalam industri yang sama.

Perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif senantiasa memiliki

kemampuan dalam memahami perubahan struktur pasar dan mampu

memilih strategi pemasaran yang efektif.

Penelitian ini menyusun hubungan antara variabel atau konstruk yang ada

dengan menurunkan dari variabel, indikator dan item-item, karena konstruk yang
dibangun mendekati empiris dan sudah dilakukan oleh beberapa peneliti

sebelumnya secara empiris.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka ringkasan operasional variabel-

variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat disajikan pada :

Tabel 3.2 Ringkasan Operasional Variabel

Variabel dan
Indikator Teori Sumber Empiris
Sumber
Knowledge Organizational Culture
Sharing (X1) Information Technology Waheed, Et al (2013)
Motivational Factors Lin (2007)
Lilik Farida. (2016)
Team Work
Organizational Performance
Supply Chain Customer Relationship Meirani Harsasi. Dkk
(X2) Pengembangan Produk (2012)
Simchi-Levi Apriliana Ilmiyati.
Distribusi
(2003) Dkk (2016)
Perencanaan dan Pengendalian Abednico Lopang
Strategic supplier partnership Montshiwa (2018)
Kualitas Produk Daya Tahan Produk
(X3) Moch. Fikri Ar (2016)
Kinerja Kotler dan
Manfaat Armstrong
Serviceability (2005)
Aesthetic Ruth Natali (2015)
Dynamic Learning and training
Capability (Z1) Performance assessment
Strategic planning Teece (2014) Kristina, et al (2016)
Organizational processes
Leadership
Competitive Promosi Roy Wahyuningsih
Advantage (Y) Ketepatan Permintaan (2018)
Persepsi Harga Porter (2007)
Kecepatan Pelayanan Moch Fikri Ar (2016)
Kualitas Produk

3.6 Skala Pengukuran

Tahapan yang sangat penting dalam proses penelitian ilmiah adalah

menyusun alat ukur penelitian sebagai pedoman untuk mengukur variabel-

variabel penelitian. Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
semantik diferensial.Semantik diferensial merupakan skala untuk mengukur sikap,

dengan bentuk bukan pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu

garis kontinum dimana jawaban yang sangat positif terletak dibagian kanan garis

dan sebaliknya bagian kiri merupakan jawaban yang sangat negatif.

Pemilihan skala ini berdasarkan pertimbangan bahwa skala semantik

diferensial biasanya digunakan untuk mengukur sikap atau karakteristik tertentu

seseorang.Selain itu, skala semantik diferensial biasanya menggunakan skala

interval. Skala interval merupakan skala pengukuran yang mempunyai selisih

sama antara pengukuran satu dengan pengukuran yang lain, tetapi tidak memiliki

nilai nol mutlak yang sesuai dengan pengukuran variabel dalam penelitian ini

yaitu bisnis keluarga, modal sosial, Kualitas Hubungan hingga Budaya

Demografi.

Selanjutnya, Djaali (2008) mengemukakan bahwa skala perbedaan semantik

berusaha mengukur arti obyek atau konsep bagi seorang Responden.Responden

diminta untuk menilai suatu obyek atau konsep pada suatu skala yang mempunyai

dua ajektif yang bertentangan.skala pengukuran ini terdiri dari beberapa dimensi,

yaitu: Dimensi aktifitas (aktif-pasif), (cepat-lambat), Dimensi potensi (besar-

kecil), (kuat-lemah) (menguntungkan-merugikan), dan Dimensi Penilaian

misalnya (baik-buruk), (lancar-terhambat), (keras-lembut). menurut Osgood

ketiga unsur skala perbedaan semantik dapat mengukur tiga dimensi sikap, yaitu:

1. Evaluasi Responden tentang obyek atau konsep yang sedang diukur,

2. Persepsi Responden tentang potensi obyek atau konsep tersebut, dan

3. Persepsi Responden tentang aktivitas obyek.


3.7 Populasi Dan Sampel

3.7.1 Populasi

Menurut Arikunto (2008) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.Pada kenyataannya populasi itu adalah sekumpulan kasus yang

perlu memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian.

3.7.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Sampel digunakan bila peneliti tidak memungkinkan meneliti

keseluruhan populasi dan karena adanya keterbatasan dana, tenaga dan waktu

(Sugiyono, 2013: 91),

Penelitian ini menggunakan non probability sampling dengan teknik

purposive.Teknik purposive sampling adalah teknik penentuan jumlah sampel

dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012). Penarikan sample pada

penelitian ini dilakukan pada Petani Kopidari enamkecamatan diatas dengan

didasarkan atas beberapa kriteria tertentu, sebagai berikut :

1). WNI Sehat Jasmani dan Rohani

2). Kuliner Seblak

3). Respondenadalah Kuliner Seblak Kabupaten Blitar

4). Responden memiliki usia 20-60 Tahun

5). Memiliki Gender laki-laki dan wanita


Tujuan dari pembagian kriteria tersebut adalah untuk memfokuskan

penelitian agar tepat sasaran, karena semakin berkembanganya Kuliner Seblak di

Kabupaten Blitar. Penelitian kedalam lingkungan sosial saat ini.Sehingga untuk

menilai setiap individu tidak hanya dilakukan dengan fokus secara fisik saja atau

menurut pendapat peneliti pribadi.

3.8 Alat Pengumpulan Data

Metode kombinasi model Concurrent Triangulation merupakan metode

penelitian yang menggabungkan antara metode penelitian kualitatif dan kuantitatif

secara seimbang. Fokus penggabungan lebih pada teknik pengumpulan data dan

analisis data.Alat Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah Kuisioner

Tertutup dengan menggunakan 5 jawabaan dengan Skala Likert dan wawancara

mendalam merupakan proses menggali informasi secara mendalam, terbuka, dan

bebas dengan masalah dan fokus penelitian dan diarahkan pada pusat penelitian.

Dalam hal ini metode wawancara mendalam yang dilakukan dengan adanya daftar

pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya(Moleong, 2005 : 186).

3.9 Tahapan Dalam Penelitian

Cresswel ( 2010)Menegaskan bahwaPencampuran pada strategi ini terjadi

ketika peneliti sampai pada tahap interpretasi dan pembahasan. Pencampuran

dilakukan dengan meleburkan dua data penelitian menjadi satu (seperti

mentransfornasi satu jenis data menjadi jenis data lain, sehingga keduanya dapat

mudah diperbandingkan) atau dengan mengintegrasikan atau mengkomparasikan

hasi-hasil dari dua data tersebut secara berdampingan dalam pembahasan.


Strategi ini bermanfaat, selain karena sudah populer di kalangan peneliti,

strategi ini dapat menghasilkan penemuan yang substantif dan benar-benar

tervalidasi.Dalam penelitian ini beberapa tahapan yang akan dilakukan adalah.

1. Tahap Pertama peneliti mengumpulkan data Kuantitatif dan data Kualitatif

dilakukan dalam waktu yang bersamaan.

2. Tahap Kedua peneliti menganalisis data Kuantitatif terlebih dahulu,

dilanjutkan menganalisis data Kualitatif untuk menjawab rumusan

masalah yang ada dalam penelitian ini.

3. Tahap Ketiga adalah analisa Pembahasan dan merumuskan Strategi

Konkuren sebagai implikasi dalam bentuk strategi Bisnis.

4. Tahap Keempat adalah setelah data terkumpul dan telah dianalisis

menggunakan dua metode tersebut, selanjutnya dapat dibuat kesimpulan

apakah kedua data (kuantitatif dan kualitatif) saling memperkuat,

memperlemah, atau bertentangan (Sugiyono, 2013: 499).

3.10 Teknik Analisis Data

Teknik Analisis Data adalah suatu metode atau cara untuk mengolah sebuah

data menjadi informasi sehingga karakteristik data tersebut menjadi mudah untuk

dipahami dan juga bermanfaat untuk menemukan solusi permasalahan, yang

tertutama adalah masalah yang tentang sebuah penelitian.

Di dalam penelitian ini, menggunakan Analisis Statistik Deskriptif, Uji

Multivariat Dan Analisis Partial Least Square (PLS).


3.10.1 Analisis Statistik Deskriptif

Analisa Statistik Deskriptif dimaksudkan untuk mengintepretasikan

distribusi frekuensi jawaban Responden dengan tujuan untuk mendeskripsikan

variabel bebas dan terikat berdasarkan data lapangan yang diperoleh dari

Responden dalam penelitian ini. dimana dari 100 Responden yang diteliti untuk

setiap item dari masing masing variabel memiliki Standar Deviasi mendekati 1

adalah sempurna dan akan dibandingkan jumlah Rata Rata (Mean) antara yang

memberikan jawaban Positif dengan penilaian mendekati 3 = cukup Baik,

Mendekati 4= Baik dan mendekati 5 = Baik. Dengan yang memberikan jawaban

negatif yakni Responden yang memberikan jawaban 2 = kurang Baik dan 1 =

sangat kurang Baik.

1. Analisa Multivariat.Dalam penelitian untuk menguji Analisa Multivariat

peneliti menggunakan uji Kolinieritas karena Kolinieritas merupakan

keadaan di mana terdapat korelasi yang sangat tinggi antar variabel bebas

dalam persamaan regresi.

Menurut Gujarati (1991:172) dikatakan bahwa “Mulikolinieritas memiliki

arti adanya korelasi linier yang tinggi (mendekati sempurna) di antara dua

atau lebih variabel bebas” berarti, jika antara variabel bebas yang

digunakan sama sekali tidak berkorelasi satu dengan yang lain atau

berkorelasi tetapi tidak lebih dari r Pengaduan Pelanggan (mempunyai

signifikasi p>0,05), maka bisa dikatakan tidak terjadi multikolinieritas. Uji

Multi Kolinieritas dilakukan dengan mengunakan Variance Inlanting

Factor (VIF) bila VIF < 5% maka tidak terjadi multikolinieritas

(Santoso ;1999).
2. Analisa Smart PLS Outer Model.Outer Model merupakan model

pengukuran untuk menilai validitas, parameter model pengukuran

(validitas konvergen, validitas diskriminan, composite reliability dan

Cronbach’s alpha) sebagai parameter ketepatan model prediksi (Abdillah

& Hartono, 2015:193).

A. Uji Convergent Validity. Convergent Validity mengukur besarnya

korelasi antar konstruk dengan variable laten. Dalam evaluasi convergent

validitydari pemeriksaan individual item reliability, dapat dilihat dari nilai

standardized loading factor. Standardized loading factor menggambarkan

besarnya korelasi antara setiap item pengukuran (indikator) dengan

konstruknya. Nilai loading factor> 0.7 dikatakan ideal, artinya indicator

tersebut dikatakan valid mengukur konstruknya.Dalam pengalaman empiris

penelitian, nilai loading factor> 0.5 masih dapat diterima. Dengan demikian,

nilai loading factor< 0.5 harus dikeluarkan dari model (di-drop). Nilai

kuadrat dari nilai loading factor disebut communalities. Nilai ini

menunjukkan persentasi konstruk mampu menerangkan variasi yang ada

dalam indikator.

B. Uji Validitas Diskriminan. Discriminant Validity dari model

pengukuran dengan refleksif indikator dinilai berdasarkan cross

loading pengukuran dengan konstruk. Dikatakan memenuhi validitas

diskriminan jika korelasi konstruk dengan item pengukuran lebih besar

daripada ukuran konstruk lainnya.

C. Uji AVE (Average Variance Extracted). Selain itu cara lain untuk

melihat model yang mempunyai Discriminant Validity yang cukup jika

akar Average Variance Extracted (AVE) untuk setiap konstruk lebih


besar daripada korelasi antar konstruk dengan konstruk lainnya dalam

model(Chin, Gopal, & Salinsbury 1997 dalam Abdillah & Hartono,

2015:196).Nilai AVE digunakan untuk mengukur banyaknya varians

yang dapat ditangkap oleh konstruknya dibandingkan dengan variansi

yang ditimbulkan oleh kesalahn pengukuran. Dengan Formula AVE

sebagai berikut :

Rumus AVE

Dimana    adalah componentloading keindikatordan  

Nilai AVE yang diharapkan melebihi dari angka > 0.5. Untuk

mengevaluasi validitas diskriminan dapat dilihat dengan metode

Average Variance Extracted (AVE) untuk setiap konstruk atau

variabel laten. Model memiliki validitas diskriminan yang lebih baik

apabila akar kuadrat AVE untuk masing-masing konstruk lebih besar

dari korelasi antara dua konstruk di dalam model.

Oleh karena itu untuk menilai Discriminant Validity adalah

membandingkan nilai square root of Average Variance Extracted

(AVE) setiap konstruk dengan korelasi antara variabel lainnya dalam

model. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.3 :

Tabel 3.3 Rule of Thumbs Uji Validitas Dalam PLS

Validity Parameter Rule of Thumbs


Loading factor >0,5
Convergent
Average variance > 0,5
Akar AVE >
Akar AVE dan korelasivariabel laten
Korelasi variabel
Discriminant laten
Cross Loading
Cross loading Indikator Variabel >
Cross LoadingIndikator Lainnya
Sumber :Abdillah & Hartono (2015)

D. Uji Crobach Alpha. Dalam suatu penelitian reliabilitas pada

SmartPLS, ada dua perlakuan yang berbeda untuk dua jenis indikator

yaitu cara untuk indikator formatif dan cara untuk indikator reflektif.

Uji reliabilitas di dalam penelitian ini menggunakan indikator reflektif

dan berikut cara pengukurannya : - Uji reliabilitas untuk mengukur

indikator reflektif dalam PLS dapat menggunakan dua metode, yaitu

Cronbach’s Alpha dan composite reliability.

Cronbach’alpha mengukur batas bawah nilai reliabilitas suatu

konstruk sedangkan composite reliability mengukur nilai

sesungguhnya reliabilitas suatu konstruk. Suatu konstruk dikatakan

reliabel jika nilai Cronbach’s Alpha harus lebih dari 0,6 dan nilai

composite reliability harus lebih dari 0,7. (Abdillah & Hartono,

2015:196). Rule of thumbs untuk uji reliabilitas dengan indikator

reflektif dapat dilihat dalam tabel 3.4.

Tabel 3.4 Rule of Thumbs Uji Reliabilitas dalam PLS

Parameter Rule of Thumbs
Cronbach’s alpha >0,6

Composite reliability >0,7
Sumber : Abdillah & Hartono (2015)

3. Analisa Model Struktural (Inner Model). Inner Model atau Pengukuran

Bagian Dalam disebut juga sebagai model struktural. Model struktural


adalah model yang menghubungkan antar variabel laten Model struktural

(inner model) merupakan evaluasi Goodness of Fit Index atau untuk

menguji hipotesis dari suatu penelitian. Model struktural dalam SmartPLS

pertama-tama di evaluasi dengan menggunakan R2 untuk konstruk

dependen, nilai koefisien path atau t-value tiap path untuk uji signifikan

antar konstruk dalam model struktural.

Perancangan model struktural hubungan antarvariabel laten didasarkan

pada rumusan masalah atau hipotesis penelitian, terdiri dari teori, hasil

penelitian empiris, analogi, normatif dan rasional. Model ini dapat

dievaluasi dengan melihat R- square, dinyatakan signifikan apabila nilai t-

value lebih besar dari t-tabel untuk tingkat kesalahannya 5% adalah

sebesar 1.96 (Ghozali 2008).

Berikut ini adalah diagram path SEM yang sebelum dilakukan pengolahan

oleh aplikasi olah data PLS.

Gambar 3.1 SEM PLS


Setelah mengevaluasi model pengukuran konstruk/variabel, tahap

selanjutnya adalah mengevaluasi model struktural atau inner model.

Langkah pertama adalah mengevaluasi model struktural adalah melihat

signifikansi hubungan antar konstruk/variabel. Hal ini dapat dilihat dari koefisien

jalur (path coeficient) yang menggambarkan kekuatan kekuatan hubungan antar

konstruk. Tanda atau arah dalam jalur (path coefficient) harus sesuai dengan teori

yang dihipotesiskan, signifikansinya dapat dilihat pada t test atau p value (critical

ratio) yang diperoleh dari proses bootstrapping (resampling method). Adapun Uji

dalam model struktural atau inner model. Sebagai berikut :

A. Uji Regresi Berganda R2

Langkah kedua adalah mengevaluasi nilai R2. Interpretasi nilai R2 sama

dengan interpretasi R2 regresi linear, yaitu besarnya variability variabel

endogen yang mampu dijelaskan oleh variabel eksogen. Menurut Chin (1998)
dalam Yamin dan Kurniawan (2011:21) kriteria R 2 terdiri dari tiga

klasifikasi, yaitu : nilai R 2 0.67, 0.33 dan 0.19 sebagai substansial, sedang

(moderate) dan lemah (weak). Perubahan nilai R2 dapat digunakan untuk

melihat apakah pengaruh variabel laten eksogen terhadap variabel laten

endogen memiliki pengaruh yang substantif.

Tabel 3.5 Batasan Nilai R2

Batasan Nilai R2 Keterangan


0,67 Subtansial

0,33 Moderat
0,19 Lemah
Sumber : Yamin dan Kurniawan (2011)

Berdasarkan model persamaan struktural tersebut, persamaan regresi

dengan nilai konstanta atau unstadardized adalah sebagai berikut:

X2 = β0 + β1X1


X3 = β0 + β1X1 + β2X2
Y  = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3
Z  = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4Y1 + e

Keterangan:

Z             = Actual system use


β             = konstanta
X1           = Perceived ease of use
X2           = Perceived usefulness
X3           = Attitude toward using
Y             = Behavior intention to use
e             = error

Output software PLS versi 3.0  menggambarkan konstruk

unidimensional dengan bentuk elips dengan beberapa anak panah dari

konstruk ke indikator (Gambar 3.1.). Model tersebut

menghipotesiskan bahwa perubahan pada konstruk laten akan


mempengaruhi perubahan pada indikator. Indikator harus memiliki

internal konsistensi oleh karena semua ukuran indikator diasumsikan

semuanya valid mengukur suatu konstruk, sehingga jika terdapat dua

ukuran indikator yang sama reliabilitasnya dapat saling dipertukarkan

(Ghozali, 2008).

B. Uji Effect Size ( )

Effect size dilakukan untuk mengetahui perubahan nilai   pada

konstruk endogen. Perubahan nilai   menunjukan pengaruh konstruk

eksogen terhadap konstruk endogen apakah memiliki pengaruh yang

subtantif.

Formula effect size ( ),

Rumus Effect size

Dimana :
 = Nilai   yang diperoleh ketika konstruk eksogen
dimasukkan ke model
 = Nilai  yang diperoleh ketika konstruk eksogen
dikeluarkan dari model.

Menurut Cohen (1988) dalam Yamin dan Kurniawan (2011:21) Effect

Size f2 yang disarankan adalah 0.02, 0.15 dan 0.35 dengan variabel

laten eksogen memiliki pengaruh kecil, moderat dan besar pada level

struktural.

C. Uji Goodness of Fit (Gof)

Untuk memvalidasi model struktural secara keseluruhan digunakan

Goodness of Fit (GoF). GoF indeks merupakan ukuran tunggal untuk


memvalidasi performa gabungan antara model pengukuran dan model

struktural. Nilai GoF ini diperoleh dari average communalities index

dikalikan dengan nilai R2 model. Formula GoF index :

GoF = √ Com x R 2

Dimana Com bergaris di atas adalah average communialities dan R2

bergaris di atas adalah nilai rata-rata model R2. Nilai GoF terbentang

antara 0 sd 1 dengan interpretasi nilai-nilai : 0.1 (Gof kecil), 0,25 (GoF

moderate), dan 0.36 (GoF besar).

D. Relevansi Prediksi ( )

Nilai  berguna untuk validasi kemampuan prediksi model. Model ini

hanya cocok dilakukan pada konstruk endogen yang mempunyai

indikator reflektif. Nilai relevansi prediksi jika < 0 menunjukkan

konstruk laten eksogen baik sebagai variabel penjelas yang mempu

memprediksi konstruk eksogennya. Uji ini dikenal dengan uji Stone

Geisser.

Formula uji  

Uji Stone Geisser

Dimana, D adalah Omission Distance, E = sum of squares of

prediction errors, O adalah sum of squares of observation. Nilai   

diatas nol membuktikan bahwa model mempunyai prediksi relevansi.


Dalam penelitian model struktural, untuk mengukur seberapa baik nilai

observasi dihasilkan oleh model dan juga estimasi parameternya dapat

menggunakan Q2 predictive relevance atau koefisien determinasi total

pada analisis jalur (mirip R2 pada regresi) (Noor, 2014:149).

Nilai Q2> 0 membuktikan bahwa model memiliki predictive relevance,

sebaliknya jika nilai Q2< 0 membuktikan bahwa model kurang

memiliki predictive relevance. Dalam kaitannya dengan f2, dampak

relatif model struktural terhadap pengukuran variable dependen laten

dapat dinilai dengan formulasi :

q2 = Q2 included – Q2 excluded
1 - Q2 excluded

E. Uji T

Selanjutnya hasil penelitian akan di uji dengan uji T-test dengan

menggunakan metode boostrapping. Ada dua jenis pengujian hipotesis

dengan T-test di dalam penelitian ini, yaitu hipotesis secara parsial dan

hipotesis secara simultan. Berikut cara pengujian hipotesisnya : -

Pengujian hipotesis secara parsial Nilai koefisien path atau inner

model menunjukkan tingkat signifikansi dalam pengujian hipotesis.

Adapun skor atau nilai T- statistic, harus lebih dari 1,96 untuk

hipotesis dua ekor (two-tailed) dan di atas 1,64 untuk hipotesis satu

ekor (one-tailed) untuk pengujian hipotesis pada alpha 5 persen dan

power 80 persen. Nilai T-statistic ini di dapatkan dari proses

bootstrapping (Abdillah & Hartono, 2015:197).


Berikut Rule of Thumbs dari pengujian hipotesis secara parsial pada

tabel 3.6.

Tabel 3.6 Rule of Thumbs Uji Parsial PLS

Jenis Hipotesis Rules of Thumbs Hasil Uji Hipotesis


Dua ekor (two-tailed) α = 0.05 Ho diterima
Ttable = 1,96 Ho ditolak
Tstatistic > Ttable
Tstatistic < Ttable

Satu        ekor        (one-tailed) α = 0.05 Ho diterima


Ttable = 1,64 Ho ditolak
Tstatistic > Ttable
Tstatistic < Ttable

Sumber : Abdillah dan Hartono (2015)

Pengujian hipotesis secara simultan Pengujian hipotesis secara

simultan dalam SmartPLS dapat dilihat pada hasil indirect effect, di

mana tidak pada efek koefisien karena pada efek moderasi tidak hanya

dilakukan pengujian efek langsung (direct effect) variabel independen

ke variabel dependen, tetapi juga hubungan interaksi antara variabel

independen dan variabel moderasi terhadap variabel dependen

(indirect effect). Karena itu indirect effect digunakan untuk melihat

efek dari adanya variabel intervening yang menghubungkan variabel

independen dengan variabel dependen di mana hasil literasi

bootstrapping harus memperoleh nilai T-statistic variabel moderasi

lebih sama dengan dari 1,96 agar dapat dikatakan termediasi penuh

(Abdillah & Hartono, 2015:231).

F. Analisa Hipotesa

Berdasarkan hasil bootstrapping maka dapat diringkas dalam tabel di

bawah ini. Adapun untuk menguji hipotesis dapat dilakukan dengan

melihat nilai t-statistik dan nilai probabilitas. Untuk pengujian


hipotesis menggunakan nilai statistik maka untuk alpha 5% nilai t-

statistik yang digunakan adalah 1,96. Sehingga kriteria

penerimaan/penolakan Hipotesa adalah H1 diterima dan H0 di tolak

ketika t-statistik > 1,96. Untuk menolak/ menerima Hipotesis

menggunakan probabilitas maka H1 diterima jika nilai p-value < 0,05.

Berdasarkan hasil bootstrapping maka dapat diringkas dalam tabel di

bawah ini. Adapun untuk menguji hipotesis dapat dilakukan dengan

melihat nilai t-statistik dan nilai probabilitas. Untuk pengujian

hipotesis menggunakan nilai statistik maka untuk alpha 5% nilai t-

statistik yang digunakan adalah 1,96. Sehingga kriteria

penerimaan/penolakan Hipotesa adalah H1 diterima dan H0 di tolak

ketika t-statistik > 1,96. Untuk menolak/ menerima Hipotesis

menggunakan probabilitas maka H1 diterima jika nilai p-value < 0,05.

3.10.2 Teknik Analisis Data Kualitatif

Langkah Selanjutnya Peneliti menggunakan Analisis data Kualitatif

merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan refleksi terus-menerus

terhadap data, mengajukan pertanyaan-pertanyaan analitis, dan menulis catatan

singkat sepanjang penelitian. Analisis data Kualitatif bisa saja melibatkan proses

pengumpulan data, interpretasi, dan pelaporan hasil secara serentak dan bersama-

sama.

Ketika wawancara berlangsung, misalnya, peneliti sambil mengajukan

pertanyaan lalu melakukan analisis terhadap data-data yang baru saja diperoleh

dari hasil wawancara ini, menulis catatan-catatan kecil yang dapat dimasukkan
sebagai narasi dalam laporan akhir, dan memikirkan implikasi strategi yang

ditemukan.

Menurut Creswell (2010; hlm. 239) ada beberapa langkah-langkah sebagai

dassar analisis dalam penelitian tersebut seperti gambardibawah ini:

Gambar 3.2 Analisis Kualitatif Spiral

1. Mengolah dan Mempersiapkan Data Untuk Dianalisis. Langkah ini

melibatkan transkripsi wawancara, men-scanning materi, mengeruk data

lapangan, atau memilah-milah dan menyusun data tersebut ke dalam jenis-

jenis yang berbeda tergantung pada sumber informasi.

2. Membaca Keseluruhan Data. Langkah pertama adalah membangun

general sense atas Informasi yang diperoleh dan me-refleksikan maknanya

secara keseluruhan. Gagasan umum apa yang terkandung dalam perkataan

partisipan? Bagaimana nada gagasan-gagasan tersebut? Bagaimana kesan

dari kedalaman, kredibilitas, dan penuturan informasi itu? Pada tahap ini,

para peneliti Kualitatif terkadang menulis catatan-catatan khusus atau

gagasan-gagasan umum tentang data yang diperoleh.


3. Menganalisis Lebih Detail dengan Meng-coding Data. Coding merupakan

proses mengolah materi/informasi menjadi segmen-segmen tulisan

sebelum memaknainya (Rossman & Rallis, 1998:171). Langkah ini

melibatkan beberapa tahap: mengambil data tulisan atau gambar yang

telah dikumpulkan selama proses pengumpulan, mensegmentasi kalimat-

kalimat (atau paragraf-paragraf) atau gambar-gambar tersebut ke dalam

kategorikategori, kemudian melabeli kategori-kategori ini dengan istilah-

istilah khusus, yang sering kali didasarkan pada istilah/bahasa yang benar-

benar berasal dari partisipan (disebut istilah in vivo).

4. Terapkan proses coding untuk mendeskripsikan setting, orangorang,

kategori-kategori, dan tema-tema yang akan dianalisis.Deskripsi ini

melibatkan usaha penyampaian informasi secara detail mengenai

orangorang, lokasi-lokasi, atau peristiwa-peristiwa dalam setting tertentu.

Peneliti dapat membuat kode-kode untuk mendeskripsikan semua

informasi ini, lalu menganalisisnya. Setelah itu, terapkanlah proses coding

untuk membuat sejumlah kecil tema atau kategori, bisa lima hingga tujuh

kategori. Tematema inilah yang biasanya menjadi hasil utama dalam

penelitian Kualitatif dan sering kali digunakan untuk membuat judul

dalam bagian hasil penelitian. Meski demikian, tema-tema ini sebaiknya

diperkuat dengan berbagai kutipan, seraya menampilkan perspektif-

perspektif yang terbuka untuk dikaji ulang. Setelah mengidentifikasi

terria-tema selama proses coding, peneliti Kualitatif dapat memanfaatkan

lebih jauh tema-tema ini untuk membuat analisis yang lebih kompleks

yakni peneliti mengaitkan tema-tema dalam satu rangkaian cerita (seperti


dalam penelitian naratif) atau mengembangkan tema-tema tersebut

menjadi satu model teoretis (seperti dalam grounded theory). Tema-tema

ini juga bisa dianalisis untuk kasus tertentu, lintas kasus yang berbeda-

beda (seperti dalam studi kasus), atau dibentuk menjadi deskripsi umum

(seperti dalam fenomenologi).

5. Tunjukkan bagaimana deskripsi dan tema-tema ini akan disajikan kembali

dalam narasi/laporan Kualitatif.Pendekatan yang paling populer adalah

dengan menerapkan pendekatan naratif dalam menyampaikan hasil

analisis. Pendekatan ini bisa meliputi pembahasan tentang kronologi

peristiwa, tema-tema tertentu (lengkap dengan subtema-subtema,

ilustrasiilustrasi khusus, perspektif-perspektif, dan kutipan-kutipan), atau

tentang keterhubungan antar tema. Para peneliti Kualitatif juga dapat

menggunakan visual-visual, gambar-gambar, atau tabel-tabel untuk

membantu menyaji-kan pembahasan ini. Mereka dapat menyajikan suatu

proses (sebagaimana dalam grounded theory), menggambarkan secara

spesifik lokasi penelitian (sebagaimana dalam etnografi), atau memberikan

informasi deskriptif tentang partisipan dalam sebuah tabel (sebagaimana

dalam studi kasus dan etnografi).

6. Langkah terakhir dalam analisis data adalah menginterpretasi atau

memaknai data.Mengajukan pertanyaan seperti "Pelajaran apa yang bisa

diambil dari semua ini?" akan membantu peneliti mengungkap esensi dari

suatu gagasan (Lincoln & Guba, dalam Creswell, 2015, hlm. 245).

Pelajaran ini dapat berupa interpretasi pribadi si peneliti, dengan berpijak

pada kenyataan bahwa peneliti membawa kebudayaan, sejarah, dan


pengalaman pribadinya ke dalam penelitian. Interpretasi juga bisa berupa

makna yang berasal dari perbandingan antara hasil penelitian dengan

informasi yang berasal dari literatur atau teori. Dalam hal ini, peneliti

menegaskan apakah hasil penelitiannya membenarkan atau justru

menyangkal informasi sebelumnya. Interpretasi/pemaknaan ini juga bisa

berupa pertanyaan-pertanyaan baru yang perlu dijawab selanjutnya:

pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari data dan analisis, dan bukan dari

hasil ramalan peneliti. Langkah-langkah tersebut akan diterapkan dalam

penelitian ini. Dalam penelitian ini data yang didapat ditulis dalam

transkrip wawancara, lalu koding, dipilih tema-tema sebagai hasil temuan,

dan selanjutya dilakukan interprestasi data.

Dalam penelitian Kualitatif, validitas ini tidak memiliki konotasi yang sama

dengan validitas dalam penelitian Kuantitatif, tidak pula sejajar dengan reliabilitas

(yang berarti pengujian stabilitas dan konsistensi respons) ataupun dengan

generalisabilitas (yang berarti validitas eksternal atas hasil penelitian yang dapat

diterapkan pada setting, orang, atau sampel yang baru) dalam penelitian

Kuantitatif). Sebaliknya, validitas Kualitatif merupakan upaya pemeriksaan

terhadap akurasi hasil penelitian dengan menerapkan prosedur- prosedur tertentu,

sementara reliabilitas Kualitatif mengindikasikan bahwa pendekatan yang

digunakan peneliti konsisten jika diterapkan oleh penelitipeneliti lain (dan) untuk

proyek-proyek yang berbeda (Gibbs, dalam Creswell, 2010, hlm. 246).

Peneliti Kualitatif akan mengetahui bahwa pendekatan mereka konsisten

dan reliable adalah dengan selalu mendokumentasikan seluruh prosedur prosedur

penelitian mereka dan mendokumentasikan sebanyak mungkin langkah langkah


dalam prosedur tersebut. Gibbs (dalam Creswell, 2010, hlm. 246) memerinci

sejumlah prosedur reliabilitas sebagai berikut:

1. Ceklah hasil transkripsi untuk memastikan tidak adanya kesalahan yang

dibuat selama proses transkripsi.

2. Pastikan tidak ada definisi dan makna yang mengambang mengenai

kodekode selama proses coding. Hal ini dapat dilakukan dengan terus

membandingkan data dengan kode-kode atau dengan menulis catatan

tentang kode-kode dan definisi-definisinya.

3. Untuk penelitian yang berbentuk tim, diskusikanlah kode-kode bersama

partner satu tim dalam pertemuan-pertemuan rutin atau sharing analisis.

4. Lakukan cross-check dan bandingkan kode-kode yang dibuat oleh

peneliti lain dengan kode-kode yang telah Anda buat sendiri. Sementara

itu, validitas merupakan kekuatan lain dalam penelitian Kualitatif selain

reliabilitas. Validitas ini didasarkan pada kepastian apakah hasil

penelitian sudah akurat dari sudut pandang peneliti, partisipan, atau

pembaca secara umum.

Berikut ini adalah delapan strategi validitas yang disusun mulai dari yang

paling sering dan mudah digunakan hingga yang jarang dan sulit diterapkan

(Creswell, 2010, hlm. 247):

1. Mentriangulasi sumber-sumber data yang berbeda dengan memeriksa

buktibukti yang berasal dari sumber-sumber tersebut dan

menggunakannya untuk membangun justifikasi tema-tema secara


koheren. Tema-tema yang dibangun berdasarkan sejumlah sumber data

atau perspektif dari partisipan akan menambah validitas penelitian.

2. Menerapkan member checking untuk mengetahui akurasi hasil

penelitian. Member checking ini dapat dilakukan dengan membawa

kembali laporan akhir atau deskripsi-deskripsi atau tema-tema spesifik

ke hadapan partisipan untuk mengecek apakah mereka merasa bahwa

laporan/deskripsi/tema tersebut sudah akurat. Hal ini tidak berarti bahwa

peneliti membawa kembali transkrip- transkrip mentah kepada

partisipan untuk mengecek akurasinya.

3. Membuat deskripsi yang kaya dan padat (rich and thick description)

tentang hasil penelitian. Deskripsi ini setidaknya harus berhasil

menggambarkan setting penelitian dan membahas salah satu elemen dari

pengalamanpengalaman partisipan. Ketika para peneliti Kualitatif

menyajikan deskripsi yang detail mengenai setting misalnya, atau

menyajikan banyak perspektif mengenai tema, hasilnya bisa jadi lebih

realistis dan kaya. Prosedur ini tentu saja akan menambah validitas hasil

penelitian.

4. Mengklarifikasi bias yang mungkin dibawa peneliti ke dalam penelitian.

Dengan melakukan refleksi diri terhadap kemungkinan munculnya bias

dalam penelitian, peneliti akan mampu membuat narasi yang terbuka

dan jujur yang akan dirasakan oleh pembaca. Refleksivitas dianggap

sebagai salah satu karakteristik kunci dalam penelitian Kualitatif.

Penelitian Kualitatif yang baik berisi pendapat-pendapat peneliti tentang


bagaimana interpretasi mereka terhadap hasil penelitian turut dibentuk

dan dipengaruhi oleh latar belakang mereka.

5. Menyajikan informasi "yang berbeda" atau "negatif" {negative or

discrepant information) yang dapat memberikan perlawanan pada tema-

tema tertentu. Karena kehidupan nyata tercipta dari beragam perspektif

yang tidak selalu menyatu, membahas informasi yang berbeda sangat

mungkin menambah kredibilitas hasil penelitian. Peneliti dapat

melakukan ini dengan membahas bukti mengenai suatu tema. Semakin

banyak kasus yang disodorkan peneliti,akan melahirkan sejenis problem

tersendiri atas tema tersebut. Akan tetapi, peneliti juga dapat menyajikan

informasi yang berbeda dengan perspektifperspektif dari tema itu.

Dengan menyajikan bukti yang kontradiktif, hasil penelitian bisa lebih

realistis dan valid.

6. Memanfaatkan waktu yang relatif lama (prolonged time) dilapangan

atau lokasi penelitian. Dalam hal ini, peneliti diharapkan dapat

memahami lebih dalam fenomena yang diteliti dan dapat menyampaikan

secara detail mengenai lokasi dan orang-orang yang turut membangun

kredibilitas hasil naratif peneiitian. Semakin banyak pengalaman yang

dilalui peneliti bersama partisipan dalam setting yang sebenarnya,

semakin akurat atau valid hasil penelitiannya.

7. Melakukan tanya-jawab dengan sesama rekan peneliti (peer debriefing)

untuk meningkatkan keakuratan hasil penelitian. Proses ini

mengharuskan peneliti mencari seorang rekan (a peer debriefer) yang

dapat mereview untuk berdiskusi mengenai penelitian Kualitatif


sehingga hasil penelitiannya dapat dirasakan oleh orang lain, selain oleh

peneliti sendiri.

8. Mengajak seorang auditor (external auditor) untuk mereview

keseluruhan proyek penelitian. Berbeda dengan peer debriefer,

auditorini tidak akrab dengan peneliti atau proyek yang diajukan. Akan

tetapi, kehadiran auditor tersebut dapat memberikan penilaian objektif.

Hal-hal yang akan di-periksa oleh investigator independen seperti ini

biasanya me-nyangkut banyak aspek dalam penelitian (seperti, keakuratan

transkrip, hubungan antara rumusan masalah dan data, tingkat analisis data mulai

dari data mentah hingga interpretasi). Tentu saja, strategi ini dapat menambah

validitas penelitian Kualitatif.Dalam Penelitian ini Peneliti hanya menggunakan

salah satu strategi yaitu strategi triangulasi.Penggunaan strategi triangulasi karena

strategi ini mudah terjangkau untuk digunakan peneliti dan lebih mudah

dipratekkan untuk memvalidasi data ini.

3.8.3. Analisa Kombinasi Triangulasi (Triangulation Conkuren)

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kombinasi (mixed

methodology) untuk menghasilkan fakta yang lebih komprehensif dalam meneliti

masalah penelitian, karena peneliti memiliki kebebasan untuk menggunakan

semua alat pengumpul data sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan. kombinasi

yang digunakan dalam penelitian ini adalah Triangulasi Konkuren (Concurrent

Triangulation), dengan mengumpulkan data Kuantitatif dan Kualitatif dalam satu

waktu, kemudian hasilnya diinterpretasi bersama-sama (Creswell 2014).


Langkah Langkah dalam menganalisa dalam Analisa Kombinasi

Trianggulasi sebagai Berikut

1. Tahap Pertama Peneliti Mendiskripsikan Hubungan Indikator dengan

Variabel Laten yaitu mengkombinasikan Hasil Analisa Kuantitatif yaitu

Convergent Validity dan Diskriminan Validity dengan Hasil Kualitatif Termin

Interview tahap 1

2. Tahap Kedua Untuk Menganalisa nilai Validitas Hubungan Indikator dengan

Variabel Laten yaitu mengkombinasikan Hasil Analisa Kuantitatif yaitu Hasil

AVE, Composit Realibiltiy dan Alpha Cronbrach dengan Hasil Kualitatif Termin

Interview Tahap 2

3. Tahap Ketiga Peneliti Mendiskripsikan Hubungan Analisa Hubungan Antar

variabel Laten Yaitu mengkombinasikan Hasil Uji R2, Uji F dan Uji Q dengan

Hasil Kualitatif Termin Interview Tahap 3

4. Tahap Keempat Peneliti Menganalisa Hubungan Antar variabel yaitu

Mengkombinasikan Hasil Analisa Hipotesa dan Pengaruh antar variabel dengan

Hasil Kualitatif Termin Inverivew tahap 4

5. Tahap Kelima Peneliti Membuat Intpretasi dan Rancangan Strategi Bisnis

sebagai implikasi Hasil Temuan dalam Penelitian Tersebut

3.8.4. Strategi AVAC

ImplikasiHasil temuan penelitian akan diforumulasikan pada skilus AVAC

1) Aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan, ketika melakukannya, di mana ia


melakukannya, dan bagaimana melakukannya, menentukan sejauh mana

perusahaan menciptakan dan menyesuaikan nilai dan tingkat keunggulan

kompetitif yang dapat dimiliki.

2) Value Component, yaitu tentang apakah kegiatan, secara kolektif,

berkontribusi cukup untuk penciptaan nilai bagi pelanggan untuk lebih

memilih manfaat yang dirasakan dalam nilai lebih baik daripada yang dari

pesaing.

3) Appropriability yaitu tentang apakah kegiatan yang dilakukan sedemikian

rupa sehingga perusahaan menghasilkan uang

4) Change yaitu komponen yang ada di balik pertanyaan: apakah atau akankah

perusahaan mengambil keuntungan dari perubahan dalam penciptaan nilai dan

apropriasi?

Menjawab empat pertanyaan ini merupakan analisis AVAC. Analisis

AVAC dapat digunakan untuk memperkirakan potensi keuntungan dari suatu

strategi atau sejauh mana strategi cenderung memberi perusahaan keunggulan

kompetitif. Semakin banyak jawaban untuk pertanyaan ini adalah Ya daripada

Tidak, semakin banyak strategi yang cenderung memberi perusahaan keunggulan

kompetitif yang digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.3 Siklus AVAC


Change

Activities Value

Appropriability

Anda mungkin juga menyukai