Anda di halaman 1dari 47

Peran Ketahanan Pangan dalam

Mendukung Kebangkitan
Ekonomi Regional
Oleh
Masyhuri
GB Ekonomi Pertanian dan Agribisnis UGM

Disampaikan dalam Webinar “Sinergi dan Inovasi Ketahanan Pangan dalam


Rangka Mendukung Kebangkitan Ekonomi Sumatra dan Lounching Sumatranomic
ke 4 di Medan 13 Maret 2023.
Materi
• Gambaran umum
• Pentingnya mengembangkan ketahanan pangan (nasional & regional)
• Permasalahan dan tantangan untuk mencapai ketahanan pangan.
• Isu Strategi untuk mendorong ketahanan pangan regional (Wilayah
Sumatra).
• Sinergi lintas instansi yang optimal untuk mewujudkan ketahanan
pangan ( Wilayah Sumatra).
Gambaran Umum
Food availability, 2020
The five largest islands in Indonesia and their population

Source: BPS, 2019


Number of Farm Households by Farm Size, 2018
Figure: Percentage of national population (Source: FAOSTAT)
Table . Smallholder Farmer Data Portrait in Indonesia

Source: Modified from FAO (2018).


Peta Indeks Ketahanan Pangan Kabupaten dan Kota 2021

Sumber: Indeks Ketahanan Pangan 2021


Perubahan Skor Kabupaten/Kota antara IKP 2020 dan IKP
2021

Sumber: Indeks Ketahanan Pangan 2021


Distribusi Perubahan Skor Kabupaten dan Kota

Sumber: Indeks Ketahanan Pangan 2021


Peta Indeks Ketahanan Pangan Provinsi 2021

Sumber: Indeks Ketahanan Pangan 2021


Peringkat dan Indeks Ketahanan Pangan (IKP) Provinsi 2021

Sumber: Indeks Ketahanan Pangan 2021


Perubahan Skor Provinsi antara IKP 2020 dan IKP 2021

Sumber: Indeks Ketahanan Pangan 2021


Distribusi Perubahan Skor Provinsi

Sumber: Indeks Ketahanan Pangan 2021


Pentingnya mengembangkan ketahanan pangan nasional &
regional
• Ketahanaan pangan dapat mempengaruhi ketahanan nasional.
Pertumbuhan ekonomi tinggi bila ketahanan nasional kuat
• Ketahanan pangan berjenjang mulai dari perorangan, kab., prop.,
regional(pulau)
• Utk meningkatkan ketahanan pangan diperlukan aktifitas ekonomi yg
komprehensif shg pertumbuhan ekonomi tinggi
• Dampak menguatnya ketahanan pangan meningkatkan multiplier efek
yg tinggi
Ketahanan Pangan
• Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara
sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya
Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam,
bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan
agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat,
aktif, dan produktif secara berkelanjutan.
• 4 hal yang harus dipenuhi guna mencapainya, yaitu kecukupan
ketersediaan pangan, stabilitas ketersediaan pangan tanpa fluktuasi
dari musim ke musim atau dari tahun ke tahun, aksesibilitas/
keterjangkauan terhadap pangan serta kualitas/keamanan pangan
(FAO, 1996)
Ketahanan pangan (2)
• Inti ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan, tanpa melihat
dari mana sumber ketersediaan pangan itu dan bagaimana cara
mendapatkannya.
• Makna ketahanan pangan disetujui pada pertemuan puncak Makanan
Dunia 1996, di mana dirumuskan: ketahanan pangan pada level
pribadi, rumah tangga, nasional, regional dan global tercapai, jika
semua orang sepanjang tahun memiliki makanan bergizi dan sehat,
dapat dapat memenuhi kebutuhan serta mempunyai pilihan makan
untuk hidup sehat dan aktif (FAO 1996).
Ketahanan pangan (3)
• Global food security index (GFSI) merupakan ukuran ketahanan pangan di masing-masing
negara yang terdiri dari 4 indikator yaitu keterjangkauan pangan, ketersediaan pangan,
kualitas dan keamanan pangan, serta sumber daya alam & kelenturan. Dari 4 indikator
tsb masih dirinci kedalam 59 subindikator kuantitatif dan kualitatif dinamis. Berdasar skor
tersebut, posisi Indonesia berada pada peringkat ke 68 dari 113 negara. Sejak tahun
2018, rangking kita melorot dari 65 (2018), 62 (2019), 65 (2020) dan 68 (2021).
• Dalam Renstra Kementan, pemerintah mentargetkan Global Food Security Index (GFSI)
tahun 2020 dengan skor 62,6 dan 69,8 pada tahun 2024, kenyataanya skor GFSI kita 59,
masih di bawah 60. Indicator keterjangkauan dan ketersediaan pangan, Indonesia berada
di atas rata-rata dunia tetapi indicator Kualitas & Keamanan dan sumberdaya alam &
kelenturan berada di bawah rata-rata dunia. Bahkan indikator sumberdaya alam &
kelenturan pangan berada di dasar, nomor 113 dari 113 negara.
• Antar Negara ASEAN, peringkat Indonesia lebih rendah daripada Singapura, Malaysia,
Thailand, Vietnam dan Pilipina. Negara-negara tersebut berada di kategori baik dalam
GFSI. Indonesia bersama Myanmar, Cambodia and Laos termasuk kategori sedang. GFSI
menunjukkan bahwa kita masih lemah dalam ketahanan pangan, karena itu harus ada
upaya yang sungguh-sungguh untuk meningkatkannya. Tahun 2022 rangking GFSI
membaik sedikit menjadi rangking 63 dengan score 60,2, masih dibawah target renstra
Kementan (Economist Impact, 2021 & 2022)
Indonesian’s GFSI of each indicators

Indonesia Average score (all countries)

1)
AFFORDABILITY
100
75
50
4) NATURAL 25
RESOURCES & 0 2) AVAILABILITY
RESILIENCE

3) QUALITY AND
SAFETY
Positions of indicator’s ranking
2021 Global Food Security Index Ranking
Scores are normalized 0-100, where 100=most favorable food security environment
'=' denotes tie in rank
Δ = change in score, 2021 compared with 2020
▲ = Rank improved ▼ = Rank deteriorated ↔ = No change in rank
Sorted by food security environment in 2021, best to worst
Click any country to highlight across all tables. Double-click to show country overview page.

OVERALL FOOD SECURITY ENVIRONMENT 1) AFFORDABILITY 2) AVAILABILITY 3) QUALITY AND SAFETY 4) NATURAL RESOURCES & RESILIENCE

Rank / 113 Score Δ Rank / 113 Score Δ Rank / 113 Score Δ Rank / 113 Score Δ Rank / 113 Score
8 ▼4 Japan 79.3 -1.0 6 ▼5 New Zealand 90.9 -2.2 1 ↔ Singapore 82.9 +0.7 =18 ▲5 Australia 87.8 0 5 ↔ New Zealand 70.8
15 ▼2 Singapore 77.4 -0.9 11 ▼9 Japan 90.0 -2.9 2 ▲9 China 78.4 +5.0 30 ▲5 Japan 83.4 0 16 ▼1 Japan 61.9
16 ▲1 New Zealand 76.8 -0.9 23 ▼7 Singapore 87.9 -1.8 5 ↔ Japan 75.7 -0.4 33 ▲5 New Zealand 82.0 0 =30 ▼1 Uzbekistan 55.4
=32 ▼7 Australia 71.6 -2.3 28 ↔ Malaysia 85.6 +0.3 17 ▲4 South Korea 69.7 +0.9 =38 ▼6 Kazakhstan 81.0 -3.1 =33 ▼1 Myanmar 54.7
=32 ▼3 South Korea 71.6 -1.8 29 ▼13 Australia 84.9 -4.8 29 ▼3 India 65.7 -0.1 43 ▼6 Singapore 79.1 -3.2 40 ▼2 India 52.8
34 ▲5 China 71.3 +0.4 35 ▲4 Kazakhstan 83.0 +0.6 =32 ▲11 Nepal 64.5 +2.7 44 ↔ South Korea 78.5 0 43 ▼16 South Korea 52.2
39 ▲9 Malaysia 70.1 +5.1 39 ▲9 Azerbaijan 82.3 +2.7 35 ▼1 Australia 64.1 -0.3 46 ↔ Malaysia 76.3 0 45 ▼6 Kazakhstan 51.9
41 ▼6 Kazakhstan 69.2 -2.7 =40 ▲6 Thailand 81.8 +1.2 36 ▲47 Malaysia 64.0 +15.5 56 ▼5 China 71.4 -1.1 50 ↔ Thailand 50.8
51 ▼1 Thailand 64.5 +0.9 43 ▼11 South Korea 80.3 -4.2 37 ▼9 Indonesia 63.7 -2.0 60 ▲2 Uzbekistan 65.1 0 64 ▼18 China 47.2
56 ↔ Azerbaijan 62.6 +1.1 49 ▲2 China 77.4 -0.8 38 ▼2 New Zealand 63.2 -0.7 =61 ▲3 Vietnam 64.3 +0.1 65 ↔ Singapore 46.7
61 ▼8 Vietnam 61.1 -1.6 54 ▼4 Indonesia 74.9 -4.1 39 ▲9 Pakistan 63.0 +3.4 66 ↔ Myanmar 63.0 +0.2 66 ▲1 Malaysia 46.6
64 ▼4 Philippines 60.0 -1.0 57 ▲2 Philippines 74.3 +0.1 48 ▲1 Vietnam 60.4 +1.0 68 ▲7 Philippines 61.5 +2.3 69 ▲2 Sri Lanka 46.3
69 ▼12 Indonesia 59.2 -2.2 64 ▼7 Vietnam 68.9 -6.0 54 ▼25 Kazakhstan 58.5 -6.8 73 ▼1 Thailand 59.5 0 =70 ▲1 Tajikistan 45.9
71 ▼3 India 57.2 -1.4 65 ▲7 Cambodia 68.8 +8.8 55 ▼2 Bangladesh 58.1 +0.1 =74 ▼7 Azerbaijan 59.1 -3.1 78 ▼2 Vietnam 44.9
72 ▲6 Myanmar 56.7 +2.7 73 ▼16 Sri Lanka 62.9 -12.0 =56 ▲4 Azerbaijan 58.0 +2.2 =74 ▲3 India 59.1 +0.1 =81 ▼23 Australia 44.7
75 ▼1 Pakistan 54.7 -1.0 75 ▲8 Myanmar 58.9 +6.2 =59 ▼4 Thailand 57.3 +0.8 =80 ▼5 Pakistan 55.7 -3.5 86 ▲2 Nepal 44.0
77 ▼5 Sri Lanka 54.1 -3.0 77 ▲5 Tajikistan 53.1 -0.6 67 ▼17 Philippines 53.9 -5.0 =80 ▲2 Tajikistan 55.7 +0.2 =88 ▲4 Philippines 43.6
78 ▼1 Uzbekistan 53.8 -0.3 79 ▼5 Pakistan 52.6 -4.9 73 ▲1 Myanmar 52.2 +1.9 83 ▲1 Nepal 53.7 +0.9 95 ▼1 Pakistan 42.2
79 ▼3 Nepal 53.7 -1.1 80 ↔ India 50.2 -4.2 76 ▼20 Uzbekistan 51.3 -4.8 =86 ↔ Sri Lanka 52.1 +0.1 97 ▼1 Laos 42.0
81 ▲2 Cambodia 53.0 +1.7 81 ▲10 Uzbekistan 49.3 +4.4 77 ▼8 Tajikistan 51.1 -2.2 =91 ▲2 Laos 49.2 +0.2 102 ▼1 Cambodia 40.7
83 ▼1 Tajikistan 51.6 -0.9 82 ▼1 Bangladesh 48.8 -5.2 79 ▲5 Sri Lanka 50.6 +2.4 95 ▼4 Indonesia 48.5 -1.0 108 ↔ Azerbaijan 38.2
84 ▲1 Bangladesh 49.1 -1.4 83 ▼4 Nepal 48.3 -6.7 83 ▼12 Cambodia 48.7 -3.7 99 ▲2 Bangladesh 45.5 +1.1 111 ▼1 Bangladesh 36.8
91 ▼7 Laos 46.4 -4.6 84 ▼9 Laos 47.7 -8.9 93 ▼21 Laos 46.1 -5.7 100 ▲2 Cambodia 44.3 +0.2 113 ↔ Indonesia 33.0
1. Weaknes of affordability 74
• Inequality-adjusted income index 55.1
• Market access and agricultural financial services 58.8
• Access to finance and financial products for farmers 50
• Access to diversified financial products 50
2. Availability weakness 63
• Food supply adequacy 54
• Agricultural research and development 37.1
• Public expenditure on agricultural research and development 23
• Access to agricultural technology, education and resources 51.2
• Agricultural infrastructure 44.8
• Road infrastructure 25
• Air, port and rail infrastructure 51
• Irrigation infrastructure 21.6
• Political and social barriers to access Political and social barriers to access 54.3
• Corruption 25
• Gender inequality 50
• Food security strategy 0
3. Weakness of Quality and savety 48.5
• Dietary diversity 16.4
• Nutritient standards 50
• National dietary guideline 0
• National nutrition plan and strategy 0
• Micronutrient avalability 54,3
• Dietary avalability of vitamine A 50
• Dietary avalaibility of iron 47.9
• Protein quality 45.1
4. Weakness Natural Resource & resiliance 33
• Exposure 45.5
• Temperature rise 21.4
• Drought 25
• Sea level rise 25.1
• Water 0
• Agricultural water risk quantity 0
• Agricultural water risk quality 0
• Land 46.9
• Grass land -0
Natural R&R (2)
• Forest change 3.9
• Ocean, rivers and lake 19.8
• Eutrofication 0
• Marine biodiversity 39.7
• Poitical commitment to adaptation 3.9
• Early warning measure/climate smart agriculture 0
• Commitment to managing exposure 15.4
• National agriculture adaptation policy 0
• Disaster risk management 2
permasalahan
• Dualisme ekonomi, skala ekonomi pertanian rakyat kecil
• Infrastruktur blm optimal
• SDM blm tinggi
• Hilirisasi belum berkembang
• kemampuan bersaing dlm perdagangan dunia
Tantangan
• Enhance Food availability: Food production increase: land incease,
productivity. New transmigration : HGU, good infratructure (road,
BPP, Credit, cooperative, market, etc)
• Enhance food Affordability & utilization: Zero poor, safety net,
• Enhance natural resource and resilience: food diversification, national
& regional food stock, climate antisipation, risk mitigation
Isu strategi
• Perlindungan dan pemberdayaan petani
• Usaha tani terpadu
• Substitusi impor
• Pengelolaan lahan
• Promosi ekspor
• Modernisasi pertanian
• Kelembagaan
• Strategi komprehensif
• Koordinasi lintas instansi
Perlindungan dan pemberdayaan petani
• Subsidy: BPJS, BLT, seed, bank interest, premium insurance
• Labor intensive program for infrastructure improvement
• Credit with low interest rate & credit insurance
• Enlarge agric insurance (UU no 19/2013)
• Price guarantie and stabilization
• Food storage
• Health protection
• extention
Usaha tani terpadu
• Minimum input, zero waste
• Ternak-tanaman-ikan-hutan-biodigester
• Small farm, midle (yayasan bumi langit) dan big (PT Great Giant
Pineaple)
Substitusi Impor
• Sugar, soybean, rice, corn, wheat substitusion
• Productivity and maintain land
Diversifikasi pangan lokal
• Diversifikasi pangan pokok dari beras ke gandum sudah berhasil tetapi
tidak tepat, belum untuk pangan lokal. Itu penyumbang swasembada
beras tahun yg lalu tp impor gandum tetap tinggi.
• Perlu pengembangan pangan lokal, mulai dari budidaya, teknologi
bahan pangan lokal yg mudah disimpan (misal tepung) sampai
teknologi berbagai menu yg disenangi konsumen.
Pengelolaan lahan
• Develope agribusiness integration
• Increase farm size and maintain large size : HGU
• Provide good infrastructure
• New transmigration
Guremisasi petani
• Proses kepemilikan lahan yg main kecil menyebabkan kesejahteraan
petani makin rendah
• Guremisasi harus dicegah: transformasi struktural, konsolidasi lahan,
sistem warisan, pendidikan keluarga petani, industrialisasi utk
meningkatkan lapangan kerja, KB, implementasi UU no 1 1961 &
UUPA 1960, dll
Promosi Expor dan nilai tambah
• New market : afganistan, cambodia, laos
• Must be final product not raw material
• Regional union market
Modernisasi
• IR 1.0→IR 4.0
• Urban farming
• Smart farming
• Rooftop farming,
• drone
• Online marketing & digitalisasi
Peluang digital pertanian di Era New Normal (ENN)
• TIK sektor yang kebal dari dampak pandemi covid-19, TIK tumbuh
9,81% th 2020.
• TIK cocok utk generasi Milenial
• Perusahaan TIK telah dan sedang menyiapkan teknologi terdepan spt
5G, Cloud dan artificial intelligence.
• Mendukung smart farming
• Tantangan: pendidikan petani rendah (SD kl 5). Harus ada penyuluhan
yg tepat, wajar 9th diefektifkan, sekolah persamaan, dll
Kelembagaan
• Cooperatives: onion bantul case, coopetstive is not seperate but
united with the technical agency
• Partnership must be controlled
• UU yg belum sepenuhnya dilaksanakan
UU yang belum sepenuhnya dijalankan
• UUPA 1960 dan UU no 1, 1961: batasan luas minimum lahan
• UU Pangan no 18/2012 tentang pembentukan Badan Pangan
Nasional, yg baru saja terbentuk.
• UU no 19/2013 tentang perlindungan dan pemberdayaan petani.
Bank Pertanian, Asuransi Pertanian
• UU tentang P2LPB
Strategi komprehensif
• Bisnis model Kemitraan antar daerah
• sistem logistik,
• Pangan tidak hanya beras, tapi juga pangan lokal lainnya
• Integrasi kebijakan pangan
• Kerjasama antara yg kecil, medium dan besar
• infrastruktur pendukung, dan
• insentif fiskal daerah untuk mendorong ketahanan pangan Wilayah
Sumatra
Sinergi lintas instansi
• Pangan diurusi oleh banyak instansi (berbagai kementerian di pusat,
berbagai Dinas di Pemda tkt I dan II), pertanian, tdk hanya diurusi
sektor pertanian saja tp multisektor)
• Alat & mesin, pupuk, pestisita, insektisida diurusi perindustrian,
asosiasi, koperasi diurusi kementrian/dinas koprasi,
• Pembiayaan diurusi oleh OJK, kementrian keuangan
• Perdagangan ditangani oleh kemendag
• Hilirisasi ditangani oleh perindustrian
• Infrastruktur oleh PUPR
• Transportasi oleh kementerian perhubungan
Sistem agribisnis Input Pertanian: alsin, saprotan, bibit,
pangan pakan
P
P
E
E
Ped. M Pertanian:
N Bank, asuransi,
pengumpul, A Tanaman pangan & horti, penelitian,
U
ped.besar
S
Perkebunan, perikanan, pendidikan,
pengecer, N penyuluhan,
supermarket,
Peternakan,
A konsultan,
agen, kehutanan J
transportasi,
distributor, R
A gudang
komisioner A
N
n Pengolahan
g

manufacturing

7/24/2004 43
Dampak
• Dalam sistem agribisnis pangan berkembang aktifitas ekonomi
• Perkembangan sistem agribisnis pangan berdampak pd aktifitas
ekonomi lainnya
• Efek multiplier yg tinggi
• Pertumbuhan ekonomi tinggi
• Kebangkitan ekonomi regional (a.l.Sumatra)
Penutup
• GFSI Indonesia menurun dan pada level sedang. Negara tetangga di
ASEAN, pada naik meningkat pada level baik. Kita selevel dengan
Myanmar, Cambodia dan laos dan tertinggal dengan Singapore,
Malaysia, Thailand, Vietnam dan Philippines. Karena itu GFSI perlu
ditingkatkan.
• Sumatra punya peluang untuk meningkat lebih cepat
CV Prof Dr Ir Masyhuri
• GB Ekonomi Pertanian & Agribisnis UGM sejak 2002
• Ketua Komisi I bidang pengembangan akademik dan keilmuan DGB (Dewan Guru Besar) UGM 2017-2024
• Ketua DKU (Dewan Kehormatan Universitas) UGM 2022-2025
• Kepala Lab. Agribisnis 2017- 2023
• Ketua Dewan Redaksi Agroekonomi, 2012- skr
• Ketua II API (Asosiasi Profesor Indonesia) 2022-2025
• Penasehat PERHEPI (Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia, 2017-skr

Penerima penghargaan:
• Adhikarya Pangan Nusantara 2014
• Dosen Berprestasi 2007
• Honorary mayor staff, Mobile, Alabama, USA 1996
• Dosen teladan nasional 1990
Pengalaman: Kepala KP4 (PIAT) UGM, Wadir PPS (SPS) UGM, Kepala Pusat studi perdagangan dunia UGM,
Ketua Senat FP UGM, Ketua PERHEPI, Komisaris PT Pagilaran dll

Anda mungkin juga menyukai