Anda di halaman 1dari 9

KLIPING

BANGSA ASYUR

DISUSUN OLEH :

Muhammad Firdaus
Nabila Ayu Lestari
Muhammad Rais Umara
Salsabila Ramdhani

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt atas segala limpahan rahmat dan
karunia–Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan kliping sejarah ini dengan tepat waktu.
Kami berusaha menyusun kliping hingga sedemikian rupa dengan harapan untuk
membantu orang lain dalam memahami materi pelajaran Sejarah terkait pembahasan Bangsa
Asyur.
Di samping itu, kami berharap agar kliping sejarah ini dapat dijadikan bekal pengetahuan
untuk melangkah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi.
Kami menyadari bahwa di dalam pembuatan kliping sejarah ini masih ada kekurangan,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca terutama dari guru pengampu
sejarah agar tugas kliping berikutnya dapat disajikan lebih baik lagi.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Aceh Besar, 13 Januari 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2

Daftar Isi............................................................................................................................................

Asal usul bangsa Asyur...............................................................................................4

Budaya bangsa Asyur..................................................................................................6

Penaklukan Militer.......................................................................................................7

Perluas Wilayah dengan Kejam...................................................................................7

Gambar Peninggalan Bangsa Asyur............................................................................9

3
Asal Usul Bangsa Asyur

Asyur merupakan tanah air orang Asyur yang terletak di Timur Dekat Kuno
(Mesopotamia, Suriah-Palestina, dan Mesir). Sejarah bangsa Asyur dimulai ketika pembangunan
Kota Assur pada sekitar awal abad ke-25 SM. Pada periode tersebut, orang-orang Asyur dan
beberapa penduduk yang berbahasa Semit di Mesopotamia disatukan di bawah Kekaisaran
Akkadia (2335–2154 SM). Menurut tradisi Gereja Asiria Timur, orang-orang Asyur merupakan
keturunan dari cucu Abraham yang dianggap sebagai nenek moyang Asyur kuno. Kendati
demikian, pernyataan tersebut tidak berdasarkan catatan historis. Bangsa Asyur mengalami
puncak peradaban ketika menjadi mempunyai kerajaan merdeka, yakni Kekaisaran Asyur
Tengah hingga era Kekaisaran Neo-Asyur (934-608 SM), yang mampu menguasai hampir
seluruh Mesopotamia. Dalam perkembangannya, wilayah yang didiami oleh bangsa Asyur
dikuasai oleh Romawi. Alhasil, bangsa Asyur kemudian dikristenkan oleh orang-orang Romawi.
Runtuhnya Kekaisaran Romawi
Pada zaman kuno, peradaban Asyur sering berpusat di Kota Asyur yang reruntuhan
kotanya terletak di tempat yang sekarang disebut Irak utara. Wilayah yang dikuasai bangsa ini
sangat luas, membentang dari Irak selatan ke pantai Mediterania pada puncak peradaban pada
abad ketujuh SM.
Sebelum Kota Asyur memperoleh kemerdekaannya sekitar 4.000 tahun yang lalu, bangsa
ini dikuasai oleh orang yang dikenal sebagai bangsa Sumeria. Bangsa memiliki peradaban
campuran dalam masalah politik, militer, dan lingkungan yang menurun ke bangsa Asyur.
Menurut Klaas Veenhof, seorang profesor emeritus Asyur di Universitas Leiden dalam sebuah
makalah yang diterbitkan dalam buku A Companion to Assyria (Wiley Blackwell, 2017),
menyatakan dalam dua abad pertama setelah kemerdekaan Asyur adalah kota yang berfokus
pada perdagangan.
Kota Asyur tidaklah besar. Diperkirakan ukurannya hanya 40 hektare dengan populasi
antara 5.000-8000 orang. Hal ini membuat kekuatan militernya tidak cukup kuat untuk melawan
bangsa asing, menurut Veenhof.
"Para penguasa awalnya tidak menyebut diri mereka sebagai 'raja' dalam prasasti mereka.
Sebaliknya, mereka menyebut diri mereka 'wakil' (sebuah kata untuk mengacu pada arti

4
gubernur) dari Dewa Ashur," tulis Amélie Kuhrt, profesor emeritus sejarah Timur Dekat kuno di
University College London.
Bagian dari prasasti yang ditemukan di tangga kuil Asiria berbunyi, "Erishum, wakil
Dewa Asyur, putra Ilushuma, membangun seluruh area kuil-kuil Dewa Asyur," menurut
terjemahan oleh Albert Kirk Grayson.
Mengapa penguasa awal Asyur menggunakan gelar sederhana (gubernur dari pada raja)
adalah misteri yang masih dicoba untuk dipahami oleh para sarjana.
Berdasarkan surat kerajaan dari Ashur-uballit I, raja Asyur, kepada raja Mesir, sekitar
tahun 1353 SM - 1336 SM menyatakan bahwa raja Asyur, Ashur-uballit I, mengirim utusan
pribadi dan menawarkan hadiah kepada raja Mesir, kemungkinan besar Akhenaten. Ini dilakukan
untuk membuka komunikasi dengan negara adidaya utama di wilayah tersebut.
"Penduduk kota berbicara bahasa Asyur, yang merupakan bahasa yang berbeda,
meskipun terkait erat dengan bahasa Babilonia, yang digunakan di wilayah selatan Asyur," ucap
Karen Radner, ketua Alexander von Humboldt untuk sejarah kuno Timur Dekat dan Timur
Tengah di Ludwig Maximilian University of Munich.
Pada sekitar 1800 SM, seorang penguasa bernama Shamshi-Adad I (kadang-kadang dieja
Samsi-Adad) mengambil alih Asyur. Dia memasukkan kota itu ke dalam sejumlah besar wilayah
yang sudah dikendalikan di tempat yang sekarang disebut Irak dan Suriah.
"Tidak seperti penguasa Asyur sebelumnya, Shamshi-Adad tidak berpura-pura rendah
hati, malah memberi dirinya sendiri gelar yang kadang-kadang diterjemahkan oleh para sarjana
sebagai 'raja alam semesta'," tulis Albert Grayson, profesor emeritus Assyriology di Universitas
Toronto.
Kerajaan Shamshi-Adad tidak bertahan lama. Setelah kematiannya, kerajaan itu runtuh
dan kerajaan Ekallatum, Eshnunna, dan Babel semuanya menguasai Asyur di beberapa titik
selama periode sekitar 1775 SM.
Sampai 1720 SM, menurut Shigeo Yamada, seorang profesor sejarah di Universitas
Tsukuba, dalam makalah yang diterbitkan dalam buku berjudul A Companion to Assyria,
menulis bahwa sekitar tahun 1500 SM, Asyur berada di bawah pengaruh yang kuat, jika bukan
kontrol, dari sebuah kerajaan bernama Mitanni.
Selama abad ke-14 SM, kerajaan Mitanni mulai memudar, dan mereka yang bertanggung
jawab atas Asyur mulai menegaskan kemerdekaan kota. Para sarjana zaman modern sering

5
menyebut periode kemerdekaan Asyur yang baru ditemukan ini sebagai periode Asyur Tengah.
"Pada awal periode ini, Asyur-uballit I (yang memerintah dari sekitar 1363 SM hingga 1328 SM)
berkuasa di Asyur dan mengklaim kemerdekaan dari Mitanni," kata Stefan Jacob, seorang
peneliti di Universitas Heidelberg di Jerman.

Budaya Bangsa Asyur

Bangsa Asyur dianggap sebagai bangsa pertama yang mampu menemukan planet yang
beredar di galaksi. Selain itu, di era Asyur kuno, mereka juga membangun budaya menulis,
setiap terjadi suatu peristiwa penting. Adapun media yang dipakai untuk membuat tulisan saat itu
adalah melalui pelat tanah liat. Sementara dalam komunikasi sehari-hari, bangsa Asyur
menggunaan bahasa Assyria, yang merupakan campuran dari dialek Timur Aram. Di bidang
agama, pada awalnya, orang-orang Asyur menganut kepercayaan terhadap banyak dewa atau
politheisme. Dewa tertinggi dalam sistem kepercayaan orang Asyur adalah dewa Matahari, yang
bernama Dewa Assur.
Dalam perkembangannya hingga era modern, bangsa Asyur banyak yang menganut
agama Kristen. Bangsa Asyur memiliki mata pencarian pokok sebagai petani dan peternak, yang
menghasilkan gandum, minyak zaitun, anggur, dan sayur-sayuran. Kebudayaan Hellenistik:
Perkembangan dan Bentuk Budaya Peninggalan bangsa Asyur Salah satu peninggalan bangsa
Asyur adalah kota mereka yang tersembunyi di tumpukan puing selama ribuan tahun. Selain itu,
ada beberapa peninggalan dari peradaban bangsa Asyur, seperti relief batu, banteng batu besar,
dan berbagai ukiran bergambar dewa-dewi.
Salah satu peninggalan bangsa Asyur yang megah dan terkenal adalah Ziggurat, yang
berupa bangunan kuil dari struktur bata masif yang berada di bekas wilayah Mesopotamia.
Ziggurat memiliki tinggi rata-rata sekitar 50 meter dengan lima tingkat dan kuil utamanya berada
di puncaknya. Ciri khas peninggalan bangsa Asyur adalah sebagai berikut. Relief pada
peninggalannya jarang menampakkan sosok wanita Hampir tidak memiliki budaya keagamaan,
akan tetapi didapati kuil dewa Rumah penduduk jarang membuat jendela.
Mayoritas orang Asyur yang berasal dari Irak, tenggara Turki, barat laut Iran, dan timur
laut Suriah masa kini telah bermigrasi ke Amerika Serikat, Levant, Eropa, Rusia, Australia, dan
Kaukasus. Migrasi orang-orang Asyur dipicu oleh peristiwa-peristiwa seperti Genosida Asiria

6
oleh Kekaisaran Ottoman selama Perang Dunia I, Pembantaian Simele di Irak (1933), Revolusi
Iran (1979), kebijakan-kebijakan Baathisme Nasionalis Arab di Irak dan Suriah, serta kampanye
al-Anfal dari Saddam Hussein. Kemudian, Perang Irak (2003) dan Perang Saudara Suriah (2011)
juga membuat komunitas orang Asyur terpaksa mengungsi. Pasalnya, orang-orang Asyur
tersebut banyak yang mendapatkan penganiayaan etnis dan keagamaan oleh kaum ekstremis.

Penaklukan Militer

Dalam sebuah surat kepada firaun Mesir, Asyur-uballit I (juga disebut Ashur-uballit I) menyebut
dirinya sebagai "saudara" firaun yang mengklaim "status setara dengannya", tulis Jacob. Asyur-
uballit I juga berusaha menggunakan penaklukan militer untuk memperluas wilayah yang
dikuasainya.
Para penerusnya semakin memperluas wilayah Asyur. Adad-nirari I (yang memerintah
dari sekitar 1305 SM sampai 1274 SM) menaklukkan Mitanni, mengambil alih kerajaan yang
telah memerintah Asyur satu abad sebelumnya. Dalam teks-teks kuno, Adad-nirari I mengklaim
bahwa dia "menabur garam di atas" ibu kota Mittani di Taidu dan memberlakukan kewajiban
kerja pada penduduk kota yang selamat.
Dia membangun sebuah istana di atas Taidu dengan mengatakan bahwa dia
membangunnya dari atas ke bawah dan meletakkan sebuah prasasti untuk menandai kendalinya
atas kota itu.

Perluas Wilayah Dengan Kejam

Asyur atau Asiria pernah berkembang pada 6.000 dan berakhir abad ke-10 SM. Periode
ini disebut periode Neo-Asyur. Selama waktu ini, wilayah yang dikuasai Asyur mencapai ukuran
geografis terbesarnya, membentang dari Mesopotamia wilayah antara Sungai Tigris dan Eufrat
hingga Mediterania, sekitar Turki, Suriah, Lebanon, Palestina, hingga Mesir saat ini.
Pada awal periode ini, Asyur telah kehilangan banyak wilayah. "Namun, selangkah
demi selangkah, sejumlah raja Asyur yang tegas dan kejam pada akhir abad 10 dan 9 SM
berhasil merebut kembali tanah yang hilang dan membangun kembali kekuatan Asyur," kata

7
Eckart Frahm, seorang profesor Asyur di Universitas Yale, dalam bukunya A Companion to
Assyria.
Di bawah Ashurnasirpal II (memerintah 883 SM hingga 859 SM), Asyur merebut
kembali sebagian besar wilayah yang pernah mereka kuasai, sekali lagi mencapai pantai
Mediterania. Ashurnasirpal II juga membangun istana baru di Kota Nimrud (juga dikenal sebagai
Kalhu) dan menggunakan kota ini sebagai ibu kota Asyur, tulis Frahm.
Ketika Asyur merangsek jauh ke Barat, masalah sedang terjadi di Timur. Selama abad
ketujuh SM, penguasa Asyur memadamkan serangkaian pemberontakan di Babilonia. Sementara
itu, sebuah kelompok bernama Medes, yang berbasis di tempat yang sekarang disebut Iran, juga
melancarkan serangan terhadap pasukan Asyur.
Di bawah serangan dari dua kelompok, ketika mencoba untuk mempertahankan
kepemilikan mereka di Barat, militer Asyur mendapat tekanan. Orang Babilonia menjadi
sepenuhnya merdeka pada masa pemerintahan raja Babilonia, Nabopolassar (memerintah sekitar
tahun 625 SM sampai 605 SM).
Pada tahun 612 SM, Raja Median Cyaxares (memerintah sekitar 625 SM hingga 585
SM) melancarkan serangan besar ke Niniwe. Usaha ini dihentikan oleh Raja Asyur
Sinsharishkun (memerintah sekitar 622 SM 612 SM).
Sebuah prasasti Babilonia mengatakan pertempuran untuk Niniwe berlangsung selama
beberapa bulan. "Tiga pertempuran terjadi pada waktu itu, setelah itu Median menyerbu kota itu
sendiri. Kota itu jatuh dan dihancurkan oleh tentara Median yang mengubah kota itu menjadi
bukit-bukit reruntuhan dan tumpukan puing," menurut prasasti kuno yang diterjemahkan oleh CJ
Gadd.
Asyur berperang lebih lanjut, tetapi militer mereka secara bertahap terkuras, dan
wilayah mereka dihancurkan atau diambil alih. Tidak jelas apakah Sinsharishkun meninggal di
Niniwe atau beberapa saat kemudian dalam pertempuran di masa depan. Pada 600 SM, kerajaan
Asyur telah hancur total.
Meskipun banyak kota Asyur hancur atau rusak parah, beberapa Asyur selamat dari
kejatuhan. Yang selamat, dan mereka yang turun dari mereka, hidup melalui garis panjang
penguasa. Pada periode setelah masa Yesus Kristus, orang Asyur masuk Kristen, agama yang
banyak dianut oleh orang Asyur hingga saat ini.

8
Gambar Peninggalan Bangsa Asyur

Lamassu, manusia berbadan singa bersayap yang biasa ditempatkan di gerbang, sekitar
883–859 Sebelum Masehi.

Para tentara menyelam dengan dibantu alat pernafasan yang diikat pada tubuhnya.
Bangsa Assyria yang menjadi penguasa Sungai Tigris, tentunya memiliki kemampuan berenang
yang handal, dibuktikan dengan peninggalan arkeologinya.

Anda mungkin juga menyukai