Anda di halaman 1dari 194

ml

.ht
rsi
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

ve
NOMOR HK.01.07/MENKES/165/2023

as-
TENTANG

sm
STANDAR AKREDITASI PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT

ske
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

pu
si-
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

ita
red
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 5 ayat (3)
k
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2022 tentang
r-a

Akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat, Klinik, Laboratorium


da

Kesehatan, Unit Transfusi Darah, Tempat Praktik Mandiri


tan

Dokter, dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi, perlu


p/s

menetapkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Standar


Akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat;
/
om
t.c

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
spo

2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik


log

Indonesia Nomor 5063);


2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
a.b

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik


an

Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran


uly

Negara Republik Indonesia Nomor 5584) sebagaimana


telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
m

Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua


na

atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang


/ai

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik


/
ps:

Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran


htt

Negara Republik Indonesia Nomor 5679);


-2-

3. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2021 tentang

ml
Kementerian Kesehatan (Lembaran Negara Republik

.ht
Indonesia Tahun 2021 Nomor 83);
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019

rsi
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat (Berita Negara

ve
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 1335);

as-
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 14 Tahun 2021

sm
tentang Standar Kegiatan Usaha dan Produk Pada
Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Resiko

ske
Sektor Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia

pu
Tahun 2021 Nomor 316) sebagaimana telah diubah

si-
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 8 Tahun

ita
2022 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 14 Tahun 2021 tentang Standar
red
Kegiatan Usaha dan Produk Pada Penyelenggaraan
k
Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Sektor Kesehatan
r-a

(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor


da

317);
tan

6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2022


p/s

tentang Organissi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan


(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor
/
om

156);
t.c

7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2022


tentang Akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat, Klinik,
spo

Laboratorium Kesehatan, Unit Transfusi Darah, Tempat


log

Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat Praktik Mandiri


Dokter Gigi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
a.b

2022 Nomor 1207);


an
uly

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG STANDAR
m

AKREDITASI PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT.


na
/ai

KESATU : Menetapkan Standar Akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat


/
ps:

yang selanjutnya disebut Standar Akreditasi Puskesmas


htt

sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan


bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini.
-3-

KEDUA : Standar Akreditasi Puskesmas sebagimana dimaksud dalam

ml
Diktum KESATU menjadi acuan bagi Kementerian Kesehatan,

.ht
pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah
kabupaten/kota, pusat kesehatan masyarakat, lembaga

rsi
penyelenggara akreditasi, dan pemangku kepentingan terkait

ve
dalam menyelenggarakan akreditasi Puskesmas sesuai

as-
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

sm
KETIGA : Standar Akreditasi Puskesmas sebagaimana dimaksud dalam
Diktum KESATU terdiri atas kelompok:

ske
a. Kepemimpinan dan Manajemen Puskesmas;

pu
b. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat yang

si-
Berorientasi pada Upaya Promotif dan Preventif;

ita
c. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perseorangan,
Laboratorium, dan Kefarmasian;
red
d. Program Prioritas Nasional; dan
k
e. Peningkatan Mutu Puskesmas.
r-a

KEEMPAT : Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat dan


da

Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perseorangan


tan

sebagaimana dimaksud dalam Diktum KETIGA huruf b dan


p/s

huruf c dilaksanakan secara terintegrasi.


KELIMA : Pemerintah Pusat, pemerintah daerah provinsi, dan
/
om

pemerintah daerah kabupaten/kota melakukan pembinaan


t.c

dan pengawasan terhadap pelaksanaan Standar Akreditasi


Puskesmas berdasarkan kewenangan masing-masing sesuai
spo

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.


log

KEENAM : Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.


a.b
an

Ditetapkan di Jakarta
uly

pada tanggal 15 Maret 2023


m

MENTERI KESEHATAN
na

REPUBLIK INDONESIA,
//ai
ps:

ttd.
htt

BUDI G. SADIKIN
-4-

LAMPIRAN

ml
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN

.ht
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR HK.01.07/MENKES/165/2023

rsi
TENTANG

ve
STANDAR AKREDITASI PUSAT

as-
KESEHATAN MASYARAKAT

sm
BAB I

ske
STANDAR AKREDITASI PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT

pu
A. Latar Belakang

si-
Dalam rangka mewujudkan Universal Health Coverage (UHC), upaya

ita
peningkatan mutu pelayanan kesehatan dilakukan melalui pemberdayaan
red
masyarakat, kebijakan dan pelaksanaan yang melibatkan lintas sektor,
k
dan pelayanan kesehatan terpadu yang memprioritaskan kesehatan
r-a

masyarakat. Mutu menjadi ciri fundamental dari UHC, tujuh dimensi


da

mutu yaitu: effective, safe, people-centered, timely, efficient, equitable,


tan

dan/atau integrated.
Penguatan Pelayanan Kesehatan Primer (Pimary Health Care (PHC))
p/s

merupakan salah satu pilar utama dalam agenda transformasi sistem


/
om

kesehatan nasional yang saat ini sedang disusun oleh Tim Transformasi
Kesehatan, Kementerian Kesehatan. Salah satu elemen penguatan PHC
t.c

adalah terbangunnya kerangka kerja peningkatan mutu pelayanan


spo

(quality framework) melalui suatu sistem akreditasi fasilitas kesehatan


primer yang kuat dan dengan manajemen yang baik sesuai dengan
log

standar internasional.
a.b

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebagai bagian integral


an

dari fasilitas pelayanan kesehatan primer harus dapat menjawab


uly

tantangan utama pelayanan kesehatan dasar yaitu menyediakan dan


memelihara keberlangsungan mutu pelayanan. Salah satu upaya untuk
m

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan adalah melalui akreditasi.


na

Tujuan akreditasi puskesmas adalah untuk pembinaan dan peningkatan


/ai

mutu pelayanan dan keselamatan bagi pasien dan masyarakat secara


/
ps:

berkesinambungan dan bukan sekedar penilaian untuk mendapatkan


sertifikat akreditasi.
htt
-5-

Sistem akreditasi pelayanan kesehatan primer telah dibangun sejak

ml
tahun 2015, dengan diundangkannya Peraturan Menteri Kesehatan

.ht
Nomor 46 Tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama,
Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi

rsi
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan

ve
Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas

as-
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015 Tentang Akreditasi

sm
Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat
Praktik Mandiri Dokter Gigi. Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan

ske
dimaksud, dinyatakan bahwa akreditasi puskesmas dilakukan setiap 3

pu
(tiga) tahun. Selain itu di dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71

si-
Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan

ita
Nasional sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 7 Tahun 2021 tentang Perubahan
red
Keempat atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013
k
tentang Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional, diatur
r-a

bahwa selain harus memenuhi persyaratan untuk dapat bekerjasama


da

dengan BPJS Kesehatan, fasilitas kesehatan tingkat termasuk puskesmas


tan

juga harus telah terakreditasi.


p/s

Berdasarkan data Komisi Akreditasi FKTP sampai dengan 31


Desember 2020, capaian akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
/
om

(FKTP) sebanyak 56.3% (9.332 dari 16.568 FKTP). Dari data tersebut
t.c

jumlah Puskesmas terakreditasi sebanyak 89,7% (9.153 dari 10.203


Puskesmas), yang tersebar di 34 provinsi. Data sebaran status kelulusan
spo

akreditasi puskesmas, jumlah terbesar adalah terakreditasi madya 55,3%


log

(5.068 Puskesmas), sementara untuk tingkat kelulusan akreditasi


tertinggi yaitu terakreditasi paripurna jumlahnya masih sangat sedikit
a.b

yaitu 3% (239 Puskesmas), selebihnya berada di kelulusan tingkat dasar


an

sebanyak 24% (2.177 Puskesmas), dan utama sebanyak 18% (1.669


uly

Puskesmas). Tingkat kelulusan akreditasi paripurna merupakan


representasi dari FKTP yang mampu memberikan pelayanan kesehatan
m

bermutu, sehingga jika melihat dari capaian tersebut, masih diperlukan


na

upaya besar dan komprehensif serta dukungan dari berbagai pihak


/ai

termasuk stakeholder terkait agar seluruh FKTP dapat mencapai tingkat


/
ps:

kelulusan tertinggi yaitu terakreditasi Paripurna.


htt

Situasi Pandemi COVID-19 yang melanda seluruh dunia termasuk


Indonesia, mengakibatkan kendala dalam pelaksanaan survei akreditasi
-6-

Puskesmas. Namun demikian memperhatikan Surat Edaran Menteri

ml
Kesehatan Nomor HK.02.01/MENKES/652/2022 tentang

.ht
Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Bidang Pelayanan Kesehatan dan
Akreditasi Fasilitas Pelayanan Kesehatan pada prinsipnya terdapat

rsi
relaksasi dalam pelaksanaan akreditasi antara lain kegiatan persiapan

ve
dan survei akreditasi yang dapat dilakukan secara daring dan/atau luring,

as-
serta pengakuan terhadap sertifikat akreditasi yang sebelumnya telah

sm
habis masa berlakunya dan pengakuan terhadap pernyataan komitmen
untuk menjaga dan melakukan upaya peningkatan mutu.

ske
Seiring dengan upaya perbaikan sistem kesehatan, saat ini sudah

pu
ditetapkan transformasi sistem pelayanan kesehatan melalui enam pilar

si-
transformasi kesehatan yaitu transformasi layanan primer, transformasi

ita
layanan rujukan, transformasi sistem ketahanan kesehatan, transformasi
sistem pembiayaan kesehatan, transformasi sumber daya manusia
red
kesehatan, dan transformasi teknologi kesehatan. Berbagai upaya
k
dilakukan untuk mendukung pelaksanaan transformasi sistem pelayanan
r-a

kesehatan di antaranya melalui pelaksanaan peningkatan mutu


da

pelayanan kesehatan di puskesmas yaitu penyesuaian baik dalam sistem


tan

penyelenggaraan akreditasi maupun penyempurnaan dalam standar


p/s

akreditasi puskesmas melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34


Tahun 2022 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, Klinik, Laboratorium
/
om

Kesehatan dan Unit Transfusi Darah, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan
t.c

Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi. Penyempurnaan standar akreditasi


puskesmas juga telah dilakukan dalam rangka menyederhanakan
spo

pelaksanaan akreditasi yang disesuaikan dengan era Adaptasi Kebiasaan


log

Baru (AKB).
Diharapkan melalui penyempurnaan Standar Akreditasi Puskesmas
a.b

dengan memperhatikan kebijakan di tingkat nasional dan perkembangan


an

mutu pelayanan pada tingkat global, maka implementasi standar


uly

akreditasi dalam survei akreditasi puskesmas akan meningkatkan


pemahaman dan memudahkan puskesmas mencapai tingkat kelulusan
m

tertinggi (paripurna), dan juga meningkatkan kredibilitas (credibility),


na

penerimaan (acceptability), kompetensi, hingga pengakuan secara global


/ai

(global recognition).
/
ps:
htt
-7-

B. Gambaran Umum Standar

ml
Standar ini dirancang berdasarkan penilaian dalam akreditasi

.ht
puskesmas yang menekankan pada fungsi-fungsi penting yang umum
dalam organisasi puskemas. Dikelompokkan berdasarkan

rsi
penyelenggaraan pelayanan di puskesmas yang mengacu pada Peraturan

ve
Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan

as-
Masyarakat dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 14 Tahun 2021

sm
tentang Standar Kegiatan Usaha dan Produk Pada Penyelenggaraan
Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Sektor Kesehatan, kebijakan terkait

ske
dengan program prioritas nasional dan peningkatan mutu di puskesmas.

pu
Fungsi-fungsi tersebut berlaku untuk semua puskesmas, baik yang

si-
berada di perkotaan, pedesaan, terpencil, dan sangat terpencil.

ita
Standar ini diterapkan kepada seluruh puskesmas termasuk unit-
unit pelayanan yang ada didalamnya. Proses survei mengumpulkan
red
informasi terkait kepatuhan terhadap standar di seluruh unit pelayanan
k
di puskesmas, dan keputusan akreditasi didasarkan pada tingkat
r-a

kepatuhan puskesmas secara keseluruhan.


da
tan

C. Tujuan
p/s

1. Mendorong pusat kesehatan masyarakat untuk menerapkan standar


akreditasi dalam rangka meningkatkan dan menjaga kesinambungan
/
om

mutu pelayanan dan keselamatan pasien di pusat kesehatan


t.c

masyarakat.
2. Memberikan acuan bagi pusat kesehatan masyarakat dan pemangku
spo

kepentingan terkait dalam penyelenggaraan akreditasi pusat


log

kesehatan masyarakat.
a.b

D. Ruang Lingkup
an

1. Standar akreditasi Puskesmas diberlakukan bagi semua Puskesmas


uly

baik rawat jalan maupun rawat inap.


2. Standar akreditasi Puskesmas meliputi bab, standar, kriteria, pokok
m

pikiran dan elemen penilaian di setiap kriteria.


na
/ai

E. Struktur Standar Akreditasi


/
ps:

1. Bab
htt

Bab merupakan pengelompokkan fungsi-fungsi penting yang umum


dalam organisasi puskemas berdasarkan penyelenggaraan pelayanan
-8-

di puskesmas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

ml
undangan.

.ht
2. Standar
Standar di dalam standar akreditasi puskesmas mendefinisikan

rsi
harapan, struktur, atau fungsi- fungsi kinerja yang harus ada agar

ve
dapat diakreditasi oleh Kementerian Kesehatan. Selama proses survei

as-
di tempat (on site survey), dilakukan penilaian terhadap standar ini.

sm
3. Kriteria
Kriteria dari suatu standar menjabarkan makna sepenuhnya dari

ske
standar. Kriteria akan mendeskripsikan tujuan dari sebuah standar,

pu
memberikan penjelasan isi standar secara umum, serta upaya

si-
pemenuhan standar.

ita
4. Pokok Pikiran
Pokok pikiran dari suatu standar akan membantu menjelaskan
red
makna sepenuhnya dari standar tersebut. Pokok pikiran akan
k
mendeskripsikan tujuan dan rasionalisasi dari standar, memberikan
r-a

penjelasan bagaimana standar tersebut selaras dengan program


da

secara keseluruhan, menentukan parameter untuk ketentuan-


tan

ketentuannya, atau memberikan “gambaran tentang ketentuan dan


p/s

tujuan-tujuannya”.
5. Elemen Penilaian
/
om

Elemen Penilaian (EP) adalah standar yang mengindikasikan apa


t.c

yang akan dinilai dan diberi nilai (score) selama proses survei di
tempat. Elemen penilaian untuk masing-masing standar
spo

mengidentifikasi persyaratan yang dibutuhkan untuk memenuhi


log

kepatuhan terhadap standar. Elemen penilaian dimaksudkan untuk


memperjelas standar dan membantu organisasi memahami
a.b

persyaratan, mengedukasi kepemimpinan, pimpinan puskesmas,


an

praktisi pelayanan kesehatan, dan staf mengenai standar, serta


uly

memberikan arahan untuk persiapan akreditasi. Pada setiap elemen


penilaian dilengkapi dengan informasi tentang cara pemenuhan
m

dan/atau penilaian elemen penilaian tersebut. Informasi tersebut


na

menggunakan singkatan kode RDOWS, yang memiliki kepanjangan


/ai

dan arti sebagai berikut.


/
ps:

a) Kode R adalah regulasi, yang berarti pemenuhan dan/atau


htt

penilaian EP tersebut melalui penyediaan dokumen regulasi,


-9-

yaitu surat keputusan, pedoman/panduan, kerangka acuan,

ml
dan/atau standar operasional prosedur.

.ht
b) Kode D adalah dokumen, yang berarti pemenuhan dan/atau
penilaian EP tersebut melalui penyediaan dokumen bukti,

rsi
seperti undangan pertemuan, notula pertemuan, daftar hadir,

ve
sertifikat, dan sebagainya.

as-
c) Kode O adalah observasi, yang berarti penilaian EP tersebut

sm
melalui proses observasi atau pengamatan.
d) Kode W adalah wawancara, yang berarti penilaian EP tersebut

ske
melalui proses wawancara.

pu
e) Kode S adalah simulasi, yang berarti penilaian EP tersebut

si-
melalui proses simulasi atau peragaan.

ita
F. Kelompok Standar Akreditasi Puskesmas red
Standar Akreditasi Puskesmas dikelompokkan menurut fungsi-fungsi
k
penting yang umum dalam organisasi puskesmas. Standar
r-a

dikelompokkan menurut fungsi yang terkait dengan penyediaan


da

pelayanan bagi pasien (good care governance) dan upaya menciptakan


tan

organisasi puskesmas yang aman, efektif (good corporate governance), dan


p/s

dikelola dengan baik terdiri atas 5 (lima) Bab meliputi:


Bab I. Kepemimpinan dan Manajemen Puskesmas
/
om

Standar 1.1 : Perencanaan dan kemudahan akses bagi


t.c

pengguna layanan.
Standar 1.2 : Tata kelola organisasi.
spo

Standar 1.3 : Manajemen sumber daya manusia.


log

Standar 1.4 : Manajemen fasilitas dan keselamatan.


Standar 1.5 : Manajemen keuangan.
a.b

Standar 1.6 : Pengawasan, pengendalian, dan penilaian


an

kinerja.
uly

Standar 1.7 : Pembinaan Puskesmas oleh dinas kesehatan


daerah kabupaten/kota.
m

Bab II. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) yang


na

Berorientasi pada Upaya Promotif dan Preventif


/ai

Standar 2.1 : Perencanaan terpadu pelayanan UKM.


/
ps:

Standar 2.2 : Kemudahan akses sasaran dan masyarakat


htt

terhadap pelayanan UKM.


Standar 2.3 : Penggerakan dan pelaksanaan pelayanan UKM.
- 10 -

Standar 2.4 : Pembinaan berjenjang pelayanan UKM.

ml
Standar 2.5 : Penguatan pelayanan UKM dengan PIS-PK.

.ht
Standar 2.6 : Penyelenggaraan UKM esensial.
Standar 2.7 : Penyelenggaraan UKM pengembangan.

rsi
Standar 2.8 : Pengawasan, pengendalian, dan penilaian

ve
kinerja pelayanan UKM.

as-
Bab III. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP),

sm
Laboratorium, dan Kefarmasian
Standar 3.1 : Penyelenggaraan pelayanan klinis.

ske
Standar 3.2 : Pengkajian, rencana asuhan, dan pemberian

pu
asuhan.

si-
Standar 3.3 : Pelayanan gawat darurat.

ita
Standar 3.4 : Pelayanan anestesi lokal dan tindakan.
Standar 3.5 : Pelayanan gizi. red
Standar 3.6 : Pemulangan dan tindak lanjut pasien.
k
Standar 3.7 : Pelayanan Rujukan.
r-a

Standar 3.8 : Penyelenggaraan rekam medis.


da

Standar 3.9 : Penyelenggaraan pelayanan laboratorium.


tan

Standar 3.10 : Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian.


p/s

Bab IV. Program Prioritas Nasional


Standar 4.1 : Pencegahan dan penurunan stunting.
/
om

Standar 4.2 : Penurunan jumlah kematian ibu dan jumlah


t.c

kematian bayi.
Standar 4.3 : Peningkatan cakupan dan mutu imunisasi.
spo

Standar 4.4 : Program penanggulangan tuberkulosis.


log

Standar 4.5 : Pengendalian penyakit tidak menular dan


faktor risikonya.
a.b

Bab V. Peningkatan Mutu Puskesmas (PMP)


an

Standar 5.1 : Peningkatan mutu berkesinambungan.


uly

Standar 5.2 : Program manajemen risiko.


Standar 5.3 : Sasaran keselamatan pasien.
m

Standar 5.4 : Pelaporan insiden keselamatan pasien dan


na

pengembangan budaya keselamatan.


/ai

Standar 5.5 : Program pencegahan dan pengendalian infeksi.


/
ps:
htt
- 11 -

BAB II

ml
STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS

.ht
Standar Akreditasi Puskesmas ini dikelompokkan menjadi 5 (lima) Bab,

rsi
yang diuraikan sebagai berikut.

ve
A. BAB I KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN PUSKESMAS (KMP)

as-
1. Standar 1.1 Perencanaan dan kemudahan akses bagi pengguna

sm
layanan.

ske
Perencanaan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dilakukan

pu
secara terpadu yang berbasis wilayah kerja Puskesmas bersama
dengan lintas program dan lintas sektor sesuai dengan ketentuan

si-
peraturan perundang-undangan serta dalam pelaksanaan kegiatan

ita
harus memperhatikan kemudahan akses pengguna layanan.
red
Perencanaan Puskesmas dan jenis-jenis pelayanan yang disediakan
k
mempertimbangkan visi, misi, tujuan, tata nilai, hasil analisis
r-a

kebutuhan dan harapan masyarakat, hasil analisis peluang


da

pengembangan pelayanan, hasil analisis risiko pelayanan, dan hasil


tan

analisis data kinerja serta umpan balik dari dinas kesehatan daerah
kabupaten/kota. Puskesmas mudah diakses oleh pengguna layanan
p/s

untuk mendapat pelayanan sesuai kebutuhan, mendapat informasi


/
om

tentang pelayanan, dan untuk menyampaikan umpan balik serta


mendapatkan dukungan dari lintas program dan lintas sektor.
t.c

a. Kriteria 1.1.1
spo

Puskesmas wajib menyediakan jenis-jenis pelayanan yang


ditetapkan berdasarkan visi, misi, tujuan, tata nilai, hasil
log

analisis kebutuhan dan harapan masyarakat, hasil analisis


a.b

peluang pengembangan pelayanan, hasil analisis risiko


an

pelayanan, hasil analisis data kinerja, dan ketentuan peraturan


perundang-undangan yang dituangkan dalam perencanaan.
uly

1) Pokok Pikiran:
m

a) Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis daerah


na

bidang kesehatan yang bersifat fungsional dan unit


/ai

layanan yang bekerja profesional harus memiliki visi,


/
ps:

misi, tujuan dan tata nilai sesuai ketentuan yang


berlaku yang sejalan dengan visi, misi presiden dan
htt

pemerintah daerah.
- 12 -

b) Puskesmas wajib menyediakan pelayanan sesuai

ml
dengan visi, misi, tujuan, tata nilai, hasil analisis

.ht
kebutuhan dan harapan masyarakat, hasil analisis
peluang pengembangan pelayanan, hasil analisis risiko

rsi
pelayanan, hasil analisis data kinerja, dan ketentuan

ve
peraturan perundang-undangan.

as-
c) Untuk mendapatkan hasil analisis kebutuhan dan

sm
harapan masyarakat perlu dilakukan analisis situasi
data kinerja Puskesmas dan data status kesehatan

ske
masyarakat di wilayah kerja termasuk hasil

pu
pelaksanaan PIS-PK yang disusun secara terpadu yang

si-
berbasis wilayah kerja Puskesmas.

ita
d) Jenis data kinerja Puskesmas dan data status
kesehatan masyarakat di wilayah kerja serta tahapan
red
analisis merujuk pada ketentuan peraturan
k
perundang-undangan yang mengatur tentang
r-a

manajemen Puskesmas dan sistem informasi


da

Puskesmas.
tan

e) Kebutuhan dan harapan masyarakat perihal


p/s

pelayanan kesehatan tidak sama antara daerah satu


dengan daerah lain. Prioritas masalah kesehatan dapat
/
om

berbeda antardaerah. Oleh karena itu, perlu dilakukan


t.c

identifikasi dan analisis peluang pengembangan


pelayanan Puskesmas serta perbaikan mutu dan
spo

kinerja.
log

f) Dalam penyelenggaraan pelayanan, baik UKM, UKP,


laboratorium, dan kefarmasian, risiko yang pernah
a.b

terjadi maupun berpotensi terjadi perlu diidentifikasi,


an

dianalisis, dan dikelola agar pelayanan yang


uly

disediakan aman bagi masyarakat, petugas, dan


lingkungan.
m

g) Hasil analisis risiko pelayanan harus dipertimbangkan


na

dalam proses perencanaan, sehingga upaya


/ai

pencegahan dan mitigasi risiko sudah direncanakan


/
ps:

sejak awal serta disediakan sumber daya yang


htt

memadai untuk pencegahan dan mitigasi risiko


tersebut.
- 13 -

h) Hasil identifikasi dan analisis untuk menetapkan jenis

ml
pelayanan dan penyusunan perencanaan Puskesmas

.ht
terdiri atas: a) hasil identifikasi dan analisis
kebutuhan dan harapan masyarakat, b) hasil

rsi
identifikasi dan analisis peluang pengembangan

ve
pelayanan, dan c) hasil identifikasi dan analisis risiko

as-
pelayanan, baik KMP, UKM, maupun UKP,

sm
laboratorium, dan kefarmasian, termasuk risiko terkait
bangunan, prasarana, dan peralatan Puskesmas.

ske
i) Agar Puskesmas dapat mengelola upaya kesehatan

pu
dengan baik dan berkesinambungan dalam mencapai

si-
tujuannya, Puskesmas harus menyusun rencana

ita
kegiatan untuk periode 5 (lima) tahunan yang
selanjutnya akan dirinci
red lagi ke dalam rencana
tahunan Puskesmas yang berupa rencana usulan
k
kegiatan (RUK) dan rencana pelaksanaan kegiatan
r-a

(RPK) sesuai siklus perencanaan anggaran daerah.


da

j) Perencanaan Puskesmas dilakukan secara terpadu,


tan

baik KMP, upaya kesehatan masyarakat (UKM), upaya


p/s

kesehatan perseorangan (UKP), laboratorium, dan


kefarmasian, serta disusun bersama dengan sektor
/
om

terkait dan masyarakat.


t.c

k) Rencana usulan kegiatan (RUK) disusun secara


terintegrasi oleh tim manajemen Puskesmas yang akan
spo

dibahas dalam musrenbang desa dan musrenbang


log

kecamatan untuk kemudian diusulkan ke dinas


kesehatan daerah kabupaten/kota.
a.b

l) Penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan (RPK)


an

tahunan dilakukan berdasarkan: (1) alokasi anggaran


uly

sesuai dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) yang


disetujui oleh dinas kesehatan daerah kabupaten/kota;
m

(2) RUK yang diusulkan, dan (3) situasi pada saat


na

penyusunan RPK tahunan.


/ai

m) RPK tahunan dirinci menjadi RPK bulanan bersama


/
ps:

target pencapaiannya dan direncanakan kegiatan


htt

pengawasan dan pengendaliannya.


- 14 -

n) Penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan bulanan

ml
dilakukan berdasarkan hasil perbaikan proses

.ht
pelaksanaan kegiatan dan hasil-hasil pencapaian
terhadap indikator kinerja yang ditetapkan.

rsi
o) Rencana, baik rencana lima tahunan dan RPK

ve
dimungkinkan untuk diubah/disesuaikan dengan

as-
kebutuhan saat itu apabila dalam hasil analisis

sm
pengawasan dan pengendalian kegiatan dijumpai
kondisi tertentu, termasuk perubahan kebijakan

ske
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

pu
p) Revisi terhadap rencana harus dilakukan dengan

si-
alasan yang tepat sebagai upaya pencapaian yang

ita
optimal dari kinerja Puskesmas.
q) Untuk Puskesmas Badan Layanan Umum Daerah
red
(BLUD), penyusunan rencana lima tahunan dan
k
rencana tahunan harus sesuai dengan ketentuan
r-a

peraturan perundang-undangan terkait BLUD.


da

2) Elemen Penilaian:
tan

a) Ditetapkan visi, misi, tujuan, dan tata nilai Puskesmas


p/s

yang menjadi acuan dalam penyelenggaraan


Puskesmas mulai dari perencanaan, pelaksanaan
/
om

kegiatan hingga evaluasi kinerja Puskesmas (R).


t.c

b) Ditetapkan jenis-jenis pelayanan yang disediakan


berdasarkan hasil identifikasi dan analisis sesuai
spo

dengan ketentuan yang berlaku. (R, D, W).


log

c) Rencana lima tahunan Puskesmas disusun dengan


melibatkan lintas program dan lintas sektor
a.b

berdasarkan pada rencana strategis dinas kesehatan


an

daerah kabupaten/kota (R, D, W).


uly

d) Rencana usulan kegiatan (RUK) disusun dengan


melibatkan lintas program dan lintas sektor
m

berdasarkan rencana lima tahunan Puskesmas, hasil


na

analisis kebutuhan dan harapan masyarakat, dan


/ai

hasil analisis data kinerja (R, D, W).


/
ps:

e) Rencana pelaksanaan kegiatan (RPK) tahunan


htt

Puskesmas disusun bersama lintas program sesuai


- 15 -

dengan alokasi anggaran yang ditetapkan oleh dinas

ml
kesehatan daerah kabupaten/kota (R, D, W).

.ht
f) Rencana pelaksanaan kegiatan bulanan disusun
sesuai dengan rencana pelaksanaan kegiatan tahunan

rsi
serta hasil pemantauan dan capaian kinerja bulanan

ve
(R, D, W).

as-
g) Apabila ada perubahan kebijakan pemerintah

sm
dan/atau pemerintah daerah, dilakukan revisi
perencanaan sesuai kebijakan yang ditetapkan (R, D,

ske
W).

pu
b. Kriteria 1.1.2

si-
Masyarakat sebagai penerima manfaat layanan lintas program

ita
dan lintas sektor mendapatkan kemudahan akses informasi
tentang hak dan kewajiban pasien, jenis-jenis pelayanan, dan
red
kegiatan-kegiatan Puskesmas serta akses terhadap pelayanan
k
dan akses penyampaian umpan balik.
r-a

1) Pokok Pikiran:
da

a) Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama


tan

(FKTP) wajib menyediakan pelayanan kesehatan sesuai


p/s

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan


dengan memperhatikan kebutuhan dan harapan
/
om

masyarakat.
t.c

b) Puskesmas harus mudah diakses oleh masyarakat,


baik informasi, pelaksana maupun pelayanan, ketika
spo

masyarakat membutuhkan pelayanan preventif,


log

promotif, kuratif, dan/atau rehabilitatif sesuai dengan


kemampuan Puskesmas.
a.b

c) Puskesmas harus melakukan identifikasi dan


an

menyampaikan informasi tentang hak dan kewajiban


uly

pasien sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


undangan, jenis-jenis pelayanan yang dilengkapi
m

dengan jadwal pelaksanaannya kepada


na

pasien/pengguna layanan. Pasien juga diberikan


/ai

informasi tentang kewajiban mereka untuk


/
ps:

memberikan informasi yang akurat kepada petugas


htt

dan menghormati hak-hak petugas. Yang dimaksud


dengan pasien adalah setiap orang yang melakukan
- 16 -

konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh

ml
pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara

.ht
langsung maupun tidak langsung di fasilitas
pelayanan kesehatan.

rsi
d) Dalam memberikan asuhan, petugas harus

ve
menghormati hak-hak pasien yang telah ditetapkan.

as-
Oleh karena itu, seluruh petugas diberikan sosialisasi

sm
tentang regulasi dan perannya dalam implementasi
pemenuhan hak dan kewajiban pasien untuk

ske
berpartisipasi dalam proses asuhannya.

pu
e) Pelayanan yang disediakan oleh Puskesmas dan

si-
jaringannya perlu diketahui oleh masyarakat sebagai

ita
pengguna layanan, lintas program dan sektor terkait
untuk meningkatkan kerja sama dan saling memberi
red
dukungan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan
k
dan upaya lain yang terkait dengan kesehatan dan
r-a

untuk mengupayakan pembangunan berwawasan


da

kesehatan. Yang dimaksud dengan pengguna layanan


tan

adalah individu yang menerima manfaat layanan, baik


p/s

layanan kesehatan perseorangan maupun layanan


kesehatan masyarakat.
/
om

f) Untuk memudahkan penyampaian informasi kepada


t.c

masyarakat dalam upaya memudahkan akses


terhadap pelayanan, dapat digunakan berbagai strategi
spo

komunikasi, antara lain dengan menggunakan bahasa


log

yang sederhana dan mudah dimengerti, memanfaatkan


teknologi informasi yang dikenal oleh masyarakat, dan
a.b

memperhatikan tata nilai budaya yang ada.


an

Penyampaian informasi dapat dilakukan melalui


uly

berbagai media yang dikenal oleh masyarakat, seperti


papan pengumuman, penanda arah, media cetak,
m

telepon, short message service (sms), media elektronik,


na

media sosial, atau internet.


/ai

g) Mekanisme untuk menerima umpan balik terkait


/
ps:

kemudahan akses dan usulan perbaikan terhadap


htt

pelayanan dari pengguna layanan diperlukan untuk


- 17 -

perbaikan sistem pelayanan dan penyelenggaraan

ml
upaya Puskesmas.

.ht
h) Tersedia mekanisme untuk menyelesaikan
aduan/keluhan pengguna layanan yang

rsi
terdokumentasi dengan aturan yang telah ditetapkan

ve
dan dapat diakses oleh publik.

as-
i) Kepuasan pengguna layanan adalah hasil pendapat

sm
dan penilaian pengguna layanan terhadap kinerja
pelayanan yang diberikan oleh Puskesmas, sedangkan

ske
kepuasan pasien adalah hasil pendapat dan penilaian

pu
pasien terhadap kinerja pelayanan yang diberikan oleh

si-
Puskesmas. Kepuasan pengguna layanan/pasien dapat

ita
dicapai apabila pelayanan yang diberikan sesuai atau
melampaui harapan pengguna layanan/pasien. Untuk
red
itu, perlu dilakukan penilaian kepuasan pengguna
k
layanan/pasien secara berkala serta ditindaklanjuti.
r-a

2) Elemen Penilaian:
da

a) Ditetapkan kebijakan tentang hak dan kewajiban


tan

pasien (R).
p/s

b) Dilakukan sosialisasi tentang hak dan kewajiban


pasien serta jenis-jenis pelayanan yang disediakan oleh
/
om

Puskesmas kepada pengguna layanan dan kepada


t.c

petugas dengan menggunakan strategi komunikasi


yang ditetapkan Puskesmas (R, D, O, W).
spo

c) Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut kepatuhan


log

petugas dalam implementasi pemenuhan hak dan


kewajiban pasien, dan hasil sosialisasi jenis-jenis
a.b

pelayanan yang disediakan oleh Puskesmas kepada


an

pengguna layanan (D, O, W).


uly

d) Dilakukan upaya untuk memperoleh umpan balik


pengguna layanan dan pengukuran kepuasan pasien
m

serta penanganan aduan/keluhan dari pengguna


na

layanan maupun tindak lanjutnya yang


/ai

didokumentasikan sesuai dengan aturan yang telah


/
ps:

ditetapkan dan dapat diakses oleh publik (R, D, O, W).


htt
- 18 -

2. Standar 1.2 Tata kelola organisasi.

ml
Tata kelola organisasi Puskesmas dilaksanakan sesuai dengan

.ht
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Tata kelola organisasi Puskesmas meliputi struktur organisasi,

rsi
pengendalian dokumen, pengelolaan jaringan pelayanan dan jejaring,

ve
serta manajemen data dan informasi.

as-
a. Kriteria 1.2.1

sm
Struktur organisasi ditetapkan dengan kejelasan tugas,
wewenang, tanggung jawab, tata hubungan kerja, dan

ske
persyaratan jabatan.

pu
1) Pokok Pikiran:

si-
a) Agar dapat menjalankan tugas pokok dan fungsi

ita
organisasi, perlu disusun struktur organisasi
Puskesmas yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan
red
peraturan perundang-undangan.
k
b) Untuk tiap jabatan yang ada dalam struktur organisasi
r-a

yang telah ditetapkan perlu ada kejelasan tugas,


da

wewenang, tanggung jawab, dan persyaratan jabatan.


tan

c) Perlu dilakukan pengaturan terhadap tata hubungan


p/s

kerja di dalam struktur organisasi yang ditetapkan.


d) Pengisian jabatan dalam struktur organisasi tersebut
/
om

dilaksanakan berdasarkan persyaratan jabatan oleh


t.c

kepala Puskesmas dengan menetapkan penanggung


jawab masing-masing upaya.
spo

e) Efektivitas struktur dan pengisian jabatan perlu dikaji


log

ulang secara periodik oleh Puskesmas untuk


menyempurnakan struktur yang ada dan efektivitas
a.b

organisasi agar sesuai dengan perkembangan dan


an

kebutuhan.
uly

f) Puskesmas dalam menjalankan tugas pokok dan


fungsinya harus mengikuti kode etik perilaku (code of
m

conduct) yang berlaku untuk seluruh pegawai yang


na

bekerja di Puskesmas dan ditetapkan oleh kepala


/ai

Puskesmas. Kode etik perilaku yang ditetapkan


/
ps:

mencerminkan visi, misi, tujuan, dan tata nilai


htt

Puskesmas serta budaya keselamatan. Kode etik


perilaku harus disosialisasikan kepada seluruh
- 19 -

pegawai Puskesmas. Evaluasi terhadap pelaksanaan

ml
kode etik perilaku dilakukan sekurang-kurangnya

.ht
setahun sekali. Evaluasi dapat dilakukan dengan
metode penilaian kinerja, termasuk penilaian perilaku

rsi
pegawai yang didasarkan baik perilaku yang sesuai

ve
dengan tata nilai maupun perilaku yang sesuai dengan

as-
kode etik. Hasil evaluasi tersebut ditindaklanjuti

sm
dengan langkah-langkah agar pelaksanaan kode etik
perilaku pegawai semakin optimal.

ske
g) Sebagai wujud akuntabilitas dalam penyelenggaraan

pu
pelayanan di Puskesmas, perlu ditetapkan kebijakan

si-
dan prosedur pendelegasian wewenang dari kepala

ita
Puskesmas kepada penanggung jawab upaya, dari
penanggung jawab upaya
red kepada koordinator
pelayanan, dan dari koordinator pelayanan kepada
k
pelaksana kegiatan kepada pelaksana kegiatan apabila
r-a

meninggalkan tugas atau terdapat kekosongan


da

pengisian jabatan yang ditetapkan oleh kepala


tan

Puskesmas sesuai dengan peraturan perundang-


p/s

undangan. Pendelegasian wewenang yang dimaksud


adalah pendelegasian manajerial.
/
om

2) Elemen Penilaian:
t.c

a) Kepala Puskesmas menetapkan penanggung jawab dan


koordinator pelayanan Puskesmas sesuai struktur
spo

organisasi yang ditetapkan (R).


log

b) Ditetapkan kode etik perilaku yang berlaku untuk


seluruh pegawai yang bekerja di Puskesmas serta
a.b

dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaannya dan


an

dilakukan tindak lanjutnya (R, D, W).


uly

c) Terdapat kebijakan dan prosedur yang jelas dalam


pendelegasian wewenang manajerial dari kepala
m

Puskesmas kepada penanggung jawab upaya, dari


na

penanggung jawab upaya kepada koordinator


/ai

pelayanan, dan dari koordinator pelayanan kepada


/
ps:

pelaksana kegiatan (R, D).


htt
- 20 -

b. Kriteria 1.2.2

ml
Kebijakan, pedoman/panduan, prosedur, dan kerangka acuan

.ht
terkait pelaksanaan kegiatan, disusun, didokumentasikan, dan
dikendalikan serta didasarkan pada ketentuan peraturan

rsi
perundang-undangan, termasuk pengendalian dokumen bukti

ve
pelaksanaan kegiatan.

as-
1) Pokok Pikiran:

sm
a) Dalam menyusun kebijakan, pedoman/panduan,
prosedur, dan kerangka acuan didasarkan pada

ske
ketentuan peraturan perundang-undangan yang

pu
berlaku dan/atau berbasis bukti ilmiah terkini.

si-
b) Berbasis bukti ilmiah terkini dapat dibuktikan dengan

ita
mengacu pada referensi yang ter-update.
c) Untuk menyusun, mendokumentasikan,
red dan
mengendalikan seluruh dokumen yang ada di
k
Puskesmas perlu disusun pedoman tata naskah
r-a

Puskesmas.
da

d) Pedoman tata naskah Puskesmas berfungsi sebagai


tan

acuan dalam penyusunan dokumen, meliputi:


p/s

(1) dokumen regulasi (kebijakan, pedoman/panduan,


prosedur, dan kerangka acuan);
/
om

(2) dokumen eksternal; dan


t.c

(3) dokumen bukti rekaman pelaksanaan kegiatan.


e) Pedoman tata naskah Puskesmas mengatur, antara
spo

lain:
log

(1) penyusunan, tinjauan, dan pengesahan dokumen


regulasi internal oleh kepala Puskesmas;
a.b

(2) proses tinjauan dokumen regulasi internal


an

dilakukan secara berkala dan selanjutnya


uly

dilakukan pengesahan oleh kepala Puskesmas;


(3) pengendalian dokumen dilakukan untuk
m

memastikan dokumen regulasi internal


na

termuktahir yang tersedia di unit-unit pelayanan;


/ai

(4) perubahan dokumen harus diidentifikasi, salah


/
ps:

satunya melalui riwayat perubahan dalam


htt

dokumen regulasi internal;


- 21 -

(5) pemeliharaan dokumen meliputi penataan dan

ml
penyimpanan sesuai dengan pengkodean dalam

.ht
ketentuan peraturan perundang-undangan untuk
memastikan identitas dan keterbacaan dokumen;

rsi
(6) pengelolaan dokumen eksternal meliputi

ve
pencatatan, penataan, dan penyimpanan sesuai

as-
dengan pengkodean dalam ketentuan peraturan

sm
perundang-undangan;
(7) pengaturan masa penyimpanan (retensi) dokumen

ske
yang kedaluwarsa sesuai dengan ketentuan

pu
peraturan perundang-undangan, dengan tetap

si-
menjamin agar dokumen tersebut tidak

ita
disalahgunakan; dan
(8) penyediaan alur penyusunan dan pendistribusian
red
dokumen sesuai dengan ketentuan peraturan
k
perundang-undangan.
r-a

f) Penyusunan pedoman tata naskah Puskesmas dapat


da

merujuk pada kebijakan masing-masing daerah


tan

dan/atau sesuai dengan ketentuan peraturan


p/s

perundang-undangan terkait tata naskah dinas.


g) Seluruh pegawai harus menggunakan kebijakan,
/
om

pedoman/ panduan, kerangka acuan, dan prosedur


t.c

yang telah ditetapkan untuk pelaksanaan kegiatan


baik KMP, UKM, UKP, laboratorium, dan kefarmasian.
spo

h) Penyusunan kebijakan, pedoman/panduan, kerangka


log

acuan, dan prosedur masing-masing pelayanan


mengacu pada ketentuan peraturan perundang-
a.b

undangan dan/atau pedoman yang dikeluarkan oleh


an

organisasi profesi terkait.


uly

i) Masing-masing pelayanan kesehatan perseorangan


harus menyusun prosedur pelayanan kesehatan
m

perseorangan yang mengacu pada Pedoman Pelayanan


na

Kedokteran dan Panduan Praktik Klinis.


/ai

2) Elemen Penilaian:
/
ps:

a) Ditetapkan pedoman tata naskah Puskesmas (R).


htt

b) Ditetapkan kebijakan, pedoman/panduan, prosedur,


dan kerangka acuan untuk KMP, penyelenggaraan
- 22 -

UKM serta penyelenggaraan UKP, laboratorium, dan

ml
kefarmasian yang didasarkan pada ketentuan

.ht
peraturan perundang-undangan dan/atau berbasis
bukti ilmiah terkini (R, W).

rsi
c) Dilakukan pengendalian, penataan, dan distribusi

ve
dokumen sesuai dengan prosedur yang telah

as-
ditetapkan (R, D, O, W).

sm
c. Kriteria 1.2.3
Jaringan pelayanan dan jejaring di wilayah kerja Puskesmas

ske
dikelola dan dioptimalkan untuk meningkatkan akses dan mutu

pu
pelayanan kepada masyarakat.

si-
1) Pokok Pikiran:

ita
a) Puskesmas perlu mengidentifikasi jaringan pelayanan
dan jejaring yang ada di wilayah kerja Puskesmas
red
untuk optimalisasi koordinasi dan/atau rujukan di
k
bidang upaya kesehatan.
r-a

b) Yang dimaksud jaringan pelayanan dan jejaring


da

Puskesmas adalah sebagaimana yang diatur dalam


tan

peraturan yang mengatur tentang Puskesmas.


p/s

c) Kepala Puskesmas dan penanggung jawab


upaya/kegiatan Puskesmas mempunyai kewajiban
/
om

untuk melakukan pembinaan terhadap jaringan


t.c

pelayanan dan jejaring yang ada di wilayah kerja


Puskesmas agar jaringan pelayanan dan jejaring
spo

tersebut dapat memberikan kontribusi terhadap


log

penyelenggaraan UKM, UKP, laboratorium, dan


kefarmasian yang mudah diakses oleh masyarakat.
a.b

d) Program pembinaan meliputi aspek KMP, UKM, UKP,


an

laboratorium, dan kefarmasian, termasuk pembinaan


uly

ketenagaan, sarana prasarana, dan pembiayaan dalam


upaya pemberian pelayanan yang bermutu.
m

e) Indikator kinerja pembinaan jaringan dan jejaring


na

Puskesmas ditetapkan oleh kepala Puskesmas.


/ai

Indikator tersebut digunakan untuk menilai sejauh


/
ps:

mana cakupan dan keberhasilan pelaksanaan program


htt

pembinaan tersebut.
- 23 -

2) Elemen Penilaian:

ml
a) Ditetapkan indikator kinerja pembinaan jaringan

.ht
pelayanan dan jejaring Puskesmas (R).
b) Dilakukan identifikasi jaringan pelayanan dan jejaring

rsi
di wilayah kerja Puskesmas untuk optimalisasi

ve
koordinasi dan/atau rujukan di bidang upaya

as-
kesehatan (D).

sm
c) Disusun dan dilaksanakan program pembinaan
terhadap jaringan pelayanan dan jejaring Puskesmas

ske
dalam rangka mencapai indikator kinerja pembinaan

pu
dengan jadwal dan penanggung jawab yang jelas (R, D,

si-
W).

ita
d) Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap
pencapaian indikator kinerja
red pembinaan jaringan
pelayanan dan jejaring Puskesmas (D).
k
d. Kriteria 1.2.4
r-a

Puskesmas menjamin ketersediaan data dan informasi melalui


da

penyelenggaraan sistem informasi Puskesmas.


tan

1) Pokok Pikiran:
p/s

a) Dalam upaya meningkatkan status kesehatan di


wilayah kerjanya, Puskesmas menyediakan data dan
/
om

informasi sebagai bahan pengambilan keputusan


t.c

sesuai dengan kebutuhan masyarakat, maupun


pengambilan keputusan pada tingkat kebijakan di
spo

dinas kesehatan daerah kabupaten/kota termasuk


log

penyampaian informasi kepada masyarakat dan pihak


terkait.
a.b

b) Ketersediaan data dan informasi akan memudahkan


an

tim mutu, para penanggung jawab upaya, koordinator


uly

pelayanan, dan masing-masing pelaksana kegiatan,


baik UKM maupun UKP, laboratorium, dan
m

kefarmasian, dalam merencanakan, melaksanakan,


na

memantau, dan mengevaluasi keberhasilan upaya


/ai

kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan


/
ps:

pengguna layanan.
htt

c) Penyelenggaraan sistem informasi Puskesmas sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
- 24 -

d) Data dan informasi tersebut meliputi minimal data

ml
dasar dan data program serta data dan informasi lain

.ht
yang ditetapkan oleh dinas kesehatan daerah
kabupaten/kota, dinas kesehatan daerah provinsi, dan

rsi
Kementerian Kesehatan.

ve
e) Data dasar terdiri atas identitas Puskesmas, wilayah

as-
kerja Puskesmas, sumber daya Puskesmas, dan

sm
sasaran program Puskesmas. Kemudian, data program
meliputi data UKM esensial, UKM pengembangan, UKP,

ske
dan program lainnya, yakni manajemen Puskesmas,

pu
pelayanan kefarmasian, pelayanan keperawatan

si-
kesehatan masyarakat, pelayanan laboratorium, dan

ita
kunjungan keluarga pada kegiatan PIS-PK.
f) Pengumpulan, penyimpanan, analisis dan pelaporan
red
data yang masuk ke dalam sistem informasi dilakukan
k
sesuai dengan periodisasi yang telah ditentukan.
r-a

g) Distribusi informasi, baik secara internal maupun


da

eksternal dilakukan sesuai dengan ketentuan,


tan

termasuk akses data dan informasi harus


p/s

mempertimbangkan aspek kerahasiaan informasi dan


kepentingan bagi pengguna data sesuai dengan
/
om

ketentuan peraturan perundang-undangan.


t.c

h) Sistem informasi Puskesmas dapat diselenggarakan


secara elektronik dan/atau secara nonelektronik, serta
spo

perlu dilakukan pengawasan/pemantauan dan


log

evaluasi secara periodik.


2) Elemen Penilaian:
a.b

a) Dilaksanakan pengumpulan, penyimpanan, analisis


an

data, dan pelaporan serta distribusi informasi sesuai


uly

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan


terkait sistem informasi Puskesmas (R, D, W).
m

b) Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap


na

penyelenggaraan sistem informasi Puskesmas secara


/ai

periodik (D, W).


/
ps:

c) Terdapat informasi pencapaian kinerja Puskesmas


htt

melalui sistem informasi Puskesmas (D, O).


- 25 -

e. Kriteria 1.2.5

ml
Penyelenggaraan pelayanan UKM dan UKP dilaksanakan dengan

.ht
pertimbangan etik dalam pengambilan keputusan pelayanan.
1) Pokok Pikiran:

rsi
a) Puskesmas menghadapi banyak tantangan dalam

ve
memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan

as-
berkualitas. Kemajuan dalam bidang teknologi

sm
kedokteran, sumber daya yang terbatas, dan harapan
pasien yang terus meningkat sejalan dengan makin

ske
meningkatnya pendidikan masyarakat serta dilema

pu
etik dan kontroversi yang sering terjadi telah menjadi

si-
hal yang dapat dihadapi oleh Puskesmas.

ita
b) Demikian pula, bila keputusan mengenai pelayanan
menimbulkan pertanyaan, konflik, atau dilema bagi
red
Puskesmas dan pasien, keluarga atau pembuat
k
keputusan, dan lainnya. Dilema ini dapat timbul dari
r-a

masalah akses, etik, pengobatan atau pemulangan


da

pasien, dan sebagainya.


tan

c) Pimpinan Puskesmas menetapkan cara-cara


p/s

pengelolaan dan mencari solusi terhadap dilema


tersebut. Puskesmas mengidentifikasi siapa yang perlu
/
om

dilibatkan dalam proses serta bagaimana pasien dan


t.c

keluarganya berpartisipasi dalam penyelesaian dilema


etik.
spo

d) Etik ialah suatu norma atau nilai (value) mengenai


log

sikap batin dan perilaku manusia. Oleh sebab itu,


masih bersifat abstrak, belum tertulis. Jika sudah
a.b

tertulis, disebut kode etik.


an

e) Dilema etik merupakan situasi yang dihadapi oleh


uly

seseorang yang mengharuskan dibuatnya keputusan


mengenai perilaku yang patut. Contoh, seseorang tidak
m

bersedia diimunisasi karena alasan keyakinan,


na

seseorang tidak bersedia bersalin di fasilitas pelayanan


/ai

kesehatan (fasyankes) karena alasan keyakinan,


/
ps:

pertimbangan menagih atau tidak menagih biaya


htt

perawatan kepada pasien-pasien yang tidak mampu,


tagihan biaya perawatan dianggap lebih besar oleh
- 26 -

pasien, tidak melakukan pemeriksaan kehamilan/nifas

ml
karena alasan kepercayaan/budaya setempat.

.ht
f) Jika diperlukan, kepala Puskesmas dapat membentuk
dan menetapkan tim etik dengan keanggotaan terdiri

rsi
atas perwakilan pelayanan UKM, pelayanan UKP,

ve
mutu dan administrasi manajemen.

as-
g) Dukungan kepala dan/atau pegawai Puskesmas dalam

sm
penyelesaian dilema etik yang terjadi dapat berupa
advokasi kepada tokoh masyarakat/tokoh agama,

ske
pembinaan, berkoordinasi dengan dinas kesehatan

pu
daerah kabupaten/kota dan pihak terkait lainnya serta

si-
bentuk dukungan lainnya.

ita
2) Elemen Penilaian:
a) Puskesmas mempunyai red prosedur pelaporan dan
penyelesaian bila terjadi dilema etik dalam pelayanan
k
UKP dan pelayanan UKM (R).
r-a

b) Dilaksanakan pelaporan apabila terjadi dilema etik


da

dalam pelayanan UKP dan pelayanan UKM (D, W).


tan

c) Terdapat bukti bahwa pimpinan dan/atau pegawai


p/s

Puskesmas mendukung penyelesaian dilema etik


dalam pelayanan UKP dan pelayanan UKM dan telah
/
om

dilaksanakan sesuai regulasi (D, W).


t.c

3. Standar 1.3 Manajemen sumber daya manusia.


spo

Manajemen sumber daya manusia Puskesmas dilakukan sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
log

Ketenagaan Puskesmas harus dikelola sesuai dengan ketentuan


a.b

peraturan perundang-undangan.
a. Kriteria 1.3.1
an

Tersedia sumber daya manusia (SDM) dengan jenis, jumlah, dan


uly

kompetensi sesuai kebutuhan pelayanan dan ketentuan


m

peraturan perundang-undangan.
na

1) Pokok Pikiran:
/ai

a) Untuk memenuhi kebutuhan SDM di Puskesmas


/

berdasarkan jumlah, jenis, dan kompetensi, perlu


ps:

dilakukan analisis jabatan dan analisis beban kerja


htt

berdasarkan peraturan tentang perencanaan


- 27 -

kebutuhan pegawai dan dapat mempertimbangkan

ml
rekomendasi dari organisasi profesi sebagai dasar

.ht
pengajuan kebutuhan tenaga Puskesmas ke dinas
kesehatan daerah kabupaten/kota dan/atau

rsi
pengadaan sendiri bagi Puskesmas BLUD.

ve
b) Penyusunan analisis jabatan dan analisis beban kerja

as-
mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan.

sm
c) Analisis jabatan yang dimaksud di Puskesmas
merujuk pada jabatan sesuai dengan struktur

ske
organisasi Puskesmas, jabatan fungsional, dan jabatan

pu
pelaksana di Puskesmas.

si-
d) Pemenuhan SDM tersebut dimaksudkan untuk

ita
memberikan pelayanan sesuai kebutuhan dan harapan
pengguna layanan dan masyarakat.
red
e) Puskesmas berupaya agar pegawainya memiliki
k
pendidikan, keterampilan, kompetensi, pengalaman,
r-a

orientasi dan pelatihan yang relevan dan terkini.


da

f) Puskesmas memfasilitasi penyelenggaraan pendidikan


tan

dan pelatihan agar pegawai dapat mengikuti


p/s

pendidikan dan pelatihan yang diperlukan.


g) Puskesmas menetapkan mekanisme yang menjamin
/
om

pegawai memiliki pendidikan, keterampilan,


t.c

kompetensi, pengalaman, orientasi dan pelatihan yang


relevan dan terkini.
spo

h) Agar mutu pelayanan kesehatan yang berorientasi


log

pada keselamatan pasien dan masyarakat di


Puskesmas lebih terjamin dan terlindungi, perlu
a.b

dipastikan bahwa setiap pelayanan kesehatan


an

dilakukan oleh dokter, dokter gigi, dan tenaga


uly

kesehatan lain yang kompeten melalui proses


kredensial. Pengusulan kredensial dan/atau
m

rekredensial tenaga kesehatan serta tindak lanjutnya,


na

termasuk penetapan penugasan klinis mengacu pada


/ai

ketentuan peraturan perundang-undangan yang


/
ps:

berlaku.
htt
- 28 -

2) Elemen Penilaian:

ml
a) Dilakukan analisis jabatan dan analisis beban kerja

.ht
sesuai kebutuhan pelayanan dan ketentuan peraturan
perundang-undangan (D, W).

rsi
b) Disusun peta jabatan, uraian jabatan dan kebutuhan

ve
tenaga berdasar hasil analisis jabatan dan hasil

as-
analisis beban kerja (D, W).

sm
c) Dilakukan upaya untuk pemenuhan kebutuhan tenaga
baik dari jenis, jumlah maupun kompetensi sesuai

ske
dengan peta jabatan dan hasil analisis beban kerja (D,

pu
W).

si-
d) Terdapat bukti Puskesmas mengusulkan kredensial

ita
dan/atau rekredensial tenaga kesehatan kepada tim
kredensial dinas kesehatan daerah kabupaten/kota
red
dan dilakukan tindak lanjut terhadap hasil kredensial
k
dan/atau rekredensial sesuai ketentuan yang berlaku
r-a

(D, W).
da

b. Kriteria 1.3.2
tan

Setiap pegawai Puskesmas mempunyai uraian tugas yang


p/s

menjadi dasar dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan maupun


penilaian kinerja pegawai.
/
om

1) Pokok Pikiran:
t.c

a) Kepala Puskesmas menetapkan uraian tugas setiap


pegawai sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan
spo

pelayanan. Setiap pegawai wajib memahami uraian


log

tugas masing-masing agar dapat menjalankan


pekerjaan sesuai dengan tugas, tanggung jawab, dan
a.b

wewenang yang diembannya.


an

b) Uraian tugas pegawai berisi tugas pokok dan tugas


uly

tambahan serta wewenang dan tanggung jawab yang


ditetapkan oleh kepala Puskesmas. Uraian tugas
m

kepala Puskesmas dan kepala tata usaha ditetapkan


na

oleh kepala dinas kesehatan daerah kabupatan/kota


/ai

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


/
ps:

undangan.
htt

c) Kepala Puskesmas dalam menetapkan tugas pokok


memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- 29 -

(1) Jenis-jenis pelayanan yang disediakan di

ml
Puskesmas;

.ht
(2) Jenis-jenis kegiatan yang menjadi tanggung
jawabnya di Puskesmas; dan

rsi
(3) Surat keputusan pengangkatan sebagai jabatan

ve
fungsional sesuai tingkatannya yang dikeluarkan

as-
oleh pejabat yang berwenang.

sm
d) Bagi pegawai non-ASN, tugas pokok adalah tugas yang
sesuai dengan surat keputusan pengangkatan sebagai

ske
tenaga kesehatan di Puskesmas berdasarkan standar

pu
kompetensi lulusan.

si-
e) Tugas tambahan adalah tugas yang diberikan kepada

ita
pegawai untuk mendukung kelancaran pelaksanaan
program dan kegiatan. red
f) Penilaian kinerja pegawai dilakukan untuk melihat
k
capaian sasaran kerja baik ASN maupun non-ASN,
r-a

mengurangi variasi pelayanan, dan meningkatkan


da

kepuasan pengguna layanan.


tan

g) Indikator penilaian kinerja setiap pegawai Puskesmas


p/s

disusun dan ditetapkan berdasarkan hal-hal sebagai


berikut.
/
om

(1) uraian tugas yang menjadi tanggung jawabnya,


t.c

baik uraian tugas pokok maupun tugas tambahan;


(2) tata nilai yang disepakati;
spo

(3) kode etik perilaku; dan


log

(4) kompetensi pegawai.


h) Perlu ditetapkan kebijakan, prosedur dan indikator
a.b

penilaian kinerja yang berdasarkan uraian tugas, tata


an

nilai yang disepakati, dan kode etik perilaku serta


uly

mengacu pada ketentuan peraturan perundang-


undangan.
m

i) Indikator penilaian kinerja untuk uraian tugas pokok


na

bagi pegawai ASN dan non-ASN dapat menggunakan


/ai

Sasaran Kinerja Pegawai (SKP).


/
ps:

j) Dalam upaya peningkatan kompetensi dari tenaga


htt

kesehatan yang memberikan asuhan klinis, perlu


- 30 -

direncanakan, dan diberi kesempatan bagi tenaga

ml
klinis melalui pendidikan dan/atau pelatihan.

.ht
k) Hasil penilaian kinerja ditindaklanjuti untuk perbaikan
kinerja masing-masing pegawai.

rsi
l) Kinerja pegawai dapat dipengaruhi oleh kesejahteraan

ve
(well being) dan tingkat kepuasannya, misalnya

as-
kepuasan terhadap kepemimpinan organisasi, beban

sm
kerja, tim kerja, lingkungan kerja, kompensasi dan
lain-lain. Oleh karena itu, perlu dilakukan penilaian

ske
tingkat kepuasan pegawai minimal setahun sekali.

pu
Hasil analisis terhadap tingkat kepuasan pegawai

si-
digunakan untuk melakukan upaya perbaikan.

ita
2) Elemen Penilaian:
a) Ada penetapan uraian tugas yang berisi tugas pokok
red
dan tugas tambahan untuk setiap pegawai (R).
k
b) Ditetapkan indikator penilaian kinerja pegawai (R).
r-a

c) Dilakukan penilaian kinerja pegawai minimal setahun


da

sekali dan tindak lanjutnya untuk upaya perbaikan


tan

sesuai dengan mekanisme yang telah ditetapkan (R, D,


p/s

W).
d) Ditetapkan indikator dan mekanisme survei kepuasan
/
om

pegawai terhadap penyelenggaraan KMP, UKM, UKP,


t.c

laboratorium, dan kefarmasian serta kinerja pelayanan


Puskesmas (R).
spo

e) Dilakukan pengumpulan data, analisis dan upaya


log

perbaikan dalam rangka meningkatkan kepuasan


pegawai sesuai kerangka acuan (R, D, W).
a.b

c. Kriteria 1.3.3
an

Setiap pegawai mendapatkan kesempatan untuk


uly

mengembangkan ilmu dan keterampilan yang diperlukan.


1) Pokok Pikiran:
m

a) Dalam upaya peningkatan kompetensi semua pegawai


na

yang ada, Puskesmas perlu merencanakan dan


/ai

memberi kesempatan bagi seluruh pegawai yang ada di


/
ps:

Puskesmas untuk meningkatkan kompetensi melalui


htt

pendidikan dan/ atau pelatihan. Selain itu,


peningkatan kompetensi pegawai dapat dilakukan
- 31 -

dengan cara mengikuti workshop/lokakarya, seminar,

ml
simposium, dan on the job training (OJT), baik secara

.ht
daring maupun luring.
b) Puskesmas melakukan analisis kesenjangan

rsi
kompetensi untuk memetakan kebutuhan peningkatan

ve
kompetensi pegawai.

as-
c) Hasil analisis kesenjangan kompetensi dijadikan

sm
sebagai dasar dalam mengajukan peningkatan
kompetensi para pegawai sesuai dengan ketentuan

ske
yang berlaku.

pu
d) Puskesmas memfasilitasi pemenuhan kompetensi

si-
pegawai karena adanya kesenjangan sesuai dengan

ita
mekanisme yang telah ditetapkan sebagai bentuk
dukungan dari manajemen
red bagi semua tenaga
Puskesmas.
k
e) Puskesmas melakukan pendokumentasian hasil
r-a

peningkatan kompetensi sesuai dengan prosedur yang


da

telah ditetapkan.
tan

2) Elemen Penilaian:
p/s

a) Tersedia informasi mengenai peluang untuk


meningkatkan kompetensi bagi semua tenaga yang ada
/
om

di Puskesmas (D).
t.c

b) Ada dukungan dari manajemen bagi semua tenaga


yang ada di Puskesmas untuk memanfaatkan peluang
spo

tersebut (R, W).


log

c) Jika ada tenaga yang mengikuti peningkatan


kompetensi, dilakukan evaluasi penerapan terhadap
a.b

hasil peningkatan kompetensi tersebut di tempat kerja


an

(R, D, W).
uly

d. Kriteria 1.3.4
Setiap pegawai mempunyai dokumen kepegawaian yang lengkap
m

dan mutakhir.
na

1) Pokok Pikiran:
/ai

a) Puskesmas wajib menyediakan dokumen kepegawaian,


/
ps:

baik dalam bentuk cetak maupun dalam bentuk


htt

digital, untuk tiap pegawai yang bekerja di Puskesmas


sebagai bukti bahwa pegawai yang bekerja memenuhi
- 32 -

persyaratan yang ditetapkan dan dilakukan upaya

ml
pengembangan untuk memenuhi persyaratan tersebut.

.ht
Dokumen kepegawaian tersebut dikelola sesuai dengan
mekanisme yang ditetapkan yang dapat menjamin

rsi
kelengkapan dan kemutakhirannya.

ve
b) Tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas harus

as-
mempunyai surat tanda registrasi (STR), dan atau

sm
surat izin praktik (SIP) sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.

ske
c) Dokumen kepegawaian tiap pegawai berisi antara lain:

pu
(1) bukti pendidikan (ijazah),

si-
(2) bukti surat tanda registrasi (STR) yang masih

ita
berlaku,
(3) bukti surat izin praktik (SIP) yang masih berlaku,
red
(4) uraian tugas pegawai dan/atau rincian wewenang
k
klinis tenaga kesehatan,
r-a

(5) bukti sertifikat pelatihan,


da

(6) bukti pengalaman kerja jika dipersyaratkan,


tan

(7) hasil penilaian kinerja pegawai,


p/s

(8) bukti kebutuhan pengembangan/pelatihan,


(9) bukti evaluasi penerapan hasil pelatihan, dan
/
om

(10) bukti pelaksanaan orientasi.


t.c

2) Elemen Penilaian:
a) Ditetapkan dan tersedia isi dokumen kepegawaian
spo

yang lengkap dan mutakhir untuk tiap pegawai yang


log

bekerja di Pukesmas, serta terpelihara sesuai dengan


prosedur yang telah ditetapkan (R, D, O, W).
a.b

b) Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut secara periodik


an

terhadap kelengkapan dan pemutakhiran dokumen


uly

kepegawaian (D, W).


e. Kriteria 1.3.5
m

Pegawai baru dan pegawai alih tugas wajib mengikuti orientasi


na

agar memahami dan mampu melaksanakan tugas pokok dan


/ai

tanggung jawab yang diberikan kepadanya.


/
ps:

1) Pokok Pikiran:
htt

a) Setiap pegawai baru dan pegawai alih tugas baik yang


diposisikan sebagai pimpinan Puskesmas, penanggung
- 33 -

jawab upaya Puskesmas, koordinator pelayanan,

ml
maupun pelaksana kegiatan harus mengikuti orientasi.

.ht
b) Khusus Puskesmas yang menerima mahasiswa dengan
tujuan magang maka pelaksanaan orientasi

rsi
dilaksanakan sesuai dengan kebijakan Puskesmas dan

ve
kurikulum dari institusi pendidikan.

as-
c) Orientasi dilakukan agar pegawai baru dan pegawai

sm
alih tugas memahami tugas, peran, dan tanggung
jawab yang akan diemban.

ske
d) Puskesmas menyusun kerangka acuan pelaksanaan

pu
orientasi sebagai dasar dalam melakukan kegiatan

si-
orientasi umum dan orientasi khusus.

ita
e) Kegiatan orientasi umum dilaksanakan untuk
mengenal secara garis besar visi, misi, tata nilai, kode
red
etik perilaku, tugas pokok dan fungsi serta struktur
k
organisasi Puskesmas, program mutu dan
r-a

keselamatan pasien, serta program pencegahan dan


da

pengendalian infeksi. Kegiatan orientasi umum yang


tan

ditujukan terutama kepada pegawai baru ini juga


p/s

dapat ditambah dengan penjelasan topik lainnya yang


dipandang perlu oleh Puskesmas.
/
om

f) Kegiatan orientasi khusus difokuskan pada orientasi di


t.c

tempat tugas yang menjadi tanggung jawab dari


pegawai yang bersangkutan dan tanggung jawab
spo

spesifik sesuai dengan penugasan pegawai tersebut.


log

g) Pada kegiatan orientasi khusus ini, pegawai baru dan


pegawai alih tugas juga diberikan penjelasan terkait
a.b

apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, bagaimana


an

melakukan tugas dengan aman sesuai dengan


uly

Panduan Praktik Klinis, panduan asuhan lainnya, dan


pedoman program lainnya.
m

2) Elemen Penilaian:
na

a) Orientasi pegawai dilaksanakan sesuai kerangka


/ai

acuan yang disusun (R, D, W).


/
ps:

b) Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap


htt

pelaksanaan orientasi pegawai (D, W).


- 34 -

f. Kriteria 1.3.6

ml
Puskesmas menyelenggarakan pelayanan Keselamatan dan

.ht
Kesehatan Kerja (K3).
1) Pokok Pikiran:

rsi
a) Pegawai yang bekerja di Puskesmas mempunyai risiko

ve
terpapar infeksi yang dapat menimbulkan penyakit

as-
akibat kerja, terjadinya kecelakaan kerja terkait

sm
dengan pekerjaan yang dilakukan dalam pelayanan
baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena

ske
itu pegawai mempunyai hak untuk mendapatkan

pu
pelayanan kesehatan dan perlindungan terhadap

si-
kesehatannya.

ita
b) Program pemeriksaan kesehatan secara berkala perlu
dilakukan sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh
red
kepala Puskesmas. Demikian juga dengan pemberian
k
imunisasi bagi pegawai yang sesuai dengan hasil
r-a

identifikasi risiko penyakit infeksi dan program


da

perlindungan pegawai dari penularan penyakit infeksi


tan

perlu dilakukan dan dilaporkan jika terjadi paparan.


p/s

Tindak lanjut pelayanan kesehatan dan konseling


perlu disusun dan diterapkan.
/
om

c) Program K3 juga meliputi promosi kesehatan dan


(well being)
t.c

kesejahteraan pegawai (misalnya:


manajemen stres, pola hidup sehat, monitoring beban
spo

kerja, keseimbangan kehidupan, dan kepuasan kerja)


log

serta pencegahan penyakit akibat kerja.


d) Pegawai juga berhak untuk mendapat pelindungan
a.b

atas tindak kekerasan yang dilakukan oleh pengguna


an

layanan, keluarga pengguna layanan, maupun oleh


uly

sesama pegawai. Program pelindungan pegawai


terhadap kekerasan fisik, termasuk proses pelaporan,
m

tindak lanjut pelayanan kesehatan, dan konseling,


na

perlu disusun dan diterapkan.


/ai

e) Untuk menerapkan program kesehatan dan


/
ps:

keselamatan kerja pegawai, semua staf harus


htt

memahami cara mereka melaporkan, cara mereka


dirawat, dan cara mereka menerima konseling dan
- 35 -

tindak lanjut akibat cedera, seperti tertusuk jarum

ml
(suntik), terpapar penyakit menular, memahami

.ht
identifikasi risiko dan kondisi yang berbahaya di
tempat kerja serta masalah-masalah penerapan

rsi
kesehatan dan keselamatan lainnya. Program tersebut

ve
juga menyediakan pemeriksaan kesehatan pada awal

as-
bekerja, imunisasi dan pemeriksaan preventif secara

sm
berkala, pengobatan untuk kondisi-kondisi umum
yang berhubungan dengan pekerjaan, seperti cedera

ske
punggung, atau cedera yang lebih mendesak.

pu
f) Puskesmas melakukan evaluasi dan tindak lanjut

si-
terhadap hasil pelaporan pelaksanaan program K3 bagi

ita
pegawai. Pelaksanaan tindak lanjut K3 dapat
terintegrasi dengan kegiatan
red pelayanan kesehatan
lainnya yang saling berkaitan.
k
g) Dalam menyelenggarakan program K3, kepala
r-a

Puskesmas menunjuk petugas yang bertanggung


da

jawab terhadap program K3 yang dalam tata


tan

hubungan kerjanya berada di bawah penanggung


p/s

jawab mutu. Jika Puskesmas tidak memiliki SDM yang


memadai, petugas yang bertanggung jawab terhadap
/
om

program K3 dapat dirangkap oleh petugas yang


t.c

bertanggung jawab terhadap program lain, seperti


manajemen fasilitas dan keselamatan (MFK),
spo

pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI),


log

keselamatan pasien (KP), dan lainnya.


2) Elemen Penilaian:
a.b

a) Ditetapkan petugas yang bertanggung jawab terhadap


an

program K3 dan program K3 Puskesmas serta


uly

dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program K3


(R, D, W).
m

b) Dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala


na

terhadap pegawai untuk menjaga kesehatan pegawai


/ai

sesuai dengan program yang telah ditetapkan oleh


/
ps:

kepala Puskesmas (R, D, W).


htt

c) Ada program dan pelaksanaan imunisasi bagi pegawai


sesuai dengan tingkat risiko dalam pelayanan (R, D, W).
- 36 -

d) Apabila ada pegawai yang terpapar penyakit infeksi,

ml
kekerasan, atau cedera akibat kerja, dilakukan

.ht
konseling dan tindak lanjutnya (D, W).

rsi
4. Standar 1.4 Manajemen fasilitas dan keselamatan.

ve
Manajemen sarana (bangunan), prasarana, peralatan, keselamatan
dan keamanan lingkungan Puskesmas dilaksanakan sesuai

as-
ketentuan peraturan perundang-undangan.

sm
Sarana (bangunan), prasarana, peralatan, keselamatan dan

ske
keamanan lingkungan dikelola dalam Manajemen Fasilitas dan
Keselamatan (MFK) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

pu
undangan dan dikaji dengan memperhatikan manajemen risiko.

si-
a. Kriteria 1.4.1

ita
Disusun dan diterapkan program Manajemen Fasilitas dan
red
Keselamatan (MFK) yang meliputi manajemen keselamatan dan
keamanan fasilitas, manajemen bahan berbahaya beracun (B3)
k
r-a

dan limbah B3, manajemen kedaruratan dan bencana,


manajemen pengamanan kebakaran, manajemen alat
da

kesehatan, manajemen sistem utilitas, dan pendidikan MFK.


tan

1) Pokok Pikiran:
p/s

a) Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama


/

yang memberikan pelayanan kepada masyarakat


om

mempunyai kewajiban untuk mematuhi ketentuan


t.c

peraturan perundang-undangan yang terkait dengan


spo

bangunan, prasarana, peralatan dan menyediakan


lingkungan yang aman bagi pengguna layanan,
log

pengunjung, petugas, dan masyarakat termasuk


a.b

pasien dengan keterbatasan fisik diberikan akses


untuk memperoleh pelayanan.
an

b) Pemenuhan kemudahan dan keamanan akses bagi


uly

orang dengan keterbatasan fisik, misalnya penyediaan


m

ramp, kursi roda, hand rail, dan lain-lain harus


na

dilakukan.
/ai

c) Puskesmas perlu menyusun dan menerapkan program


/

manajemen fasilitas dan keselamatan (MFK) untuk


ps:

menyediakan lingkungan yang aman bagi pengguna


htt

layanan, pengunjung, petugas dan masyarakat.


- 37 -

d) Program MFK perlu disusun setiap tahun dan

ml
diterapkan. Program MFK meliputi hal-hal sebagai

.ht
berikut:
(1) Manajemen keselamatan dan keamanan fasilitas.

rsi
Keselamatan fasilitas adalah suatu keadaan

ve
tertentu pada bangunan, halaman, prasarana,

as-
peralatan yang tidak menimbulkan bahaya atau

sm
risiko bagi pengguna layanan, pengunjung,
petugas dan masyarakat. Keamanan fasilitas

ske
adalah perlindungan terhadap kehilangan,

pu
pengrusakan dan kerusakan, atau penggunaan

si-
akses oleh mereka yang tidak berwenang.

ita
(2) Manajemen bahan berbahaya beracun (B3) dan
limbah B3. red
Bahan berbahaya harus dikendalikan dan limbah
k
bahan berbahaya harus dibuang secara aman.
r-a

Manajemen B3 dan limbah B3 meliputi:


da

(a) Penetapan jenis dan area/lokasi


tan

penyimpanan B3 harus sesuai ketentuan


p/s

peraturan perundang-undangan;
(b) Pengelolaan, penyimpanan, dan penggunaan
/
om

B3 harus sesuai ketentuan peraturan


t.c

perundang-undangan;
(c) Sistem pelabelan B3 harus sesuai ketentuan
spo

peraturan perundang-undangan;
log

(d) Sistem pendokumentasian dan perizinan B3


harus sesuai ketentuan peraturan
a.b

perundang-undangan;
an

(e) Penanganan tumpahan dan paparan B3


uly

harus sesuai ketentuan peraturan


perundang-undangan;
m

(f) Sistem pelaporan dan investigasi jika terjadi


na

tumpahan dan/atau paparan harus sesuai


/ai

ketentuan peraturan perundang-undangan;


/
ps:

(g) Pembuangan limbah B3 yang memadai harus


htt

sesuai peraturan perundang-undangan; dan


- 38 -

(h) Penggunaan alat pelindung diri (APD) harus

ml
sesuai ketentuan peraturan perundang-

.ht
undangan.
(3) Manajemen kedaruratan dan bencana.

rsi
Manajemen kedaruratan dan bencana adalah

ve
tanggap terhadap wabah, bencana dan keadaan

as-
kegawatdaruratan akibat bencana. Manajemen

sm
kedaruratan dan bencana direncanakan dan
efektif.

ske
Manajemen kedaruratan dan bencana perlu

pu
disusun dalam upaya menanggapi kejadian

si-
bencana, baik internal maupun eksternal yang

ita
meliputi:
(a) identifikasi jenis, kemungkinan, dan akibat
red
dari bencana yang mungkin terjadi
k
menggunakan Hazard Vulnerability
r-a

Assessment (HVA),
da

(b) menentukan peran Puskesmas dalam


tan

kejadian bencana
p/s

(c) strategi komunikasi jika terjadi bencana,


(d) manajemen sumber daya,
/
om

(e) penyediaan pelayanan dan alternatifnya,


t.c

(f) identifikasi peran dan tanggung jawab tiap


pegawai serta manajemen konflik yang
spo

mungkin terjadi pada saat bencana, dan


log

(g) peran Puskesmas dalam tim terkoordinasi


dengan sumber daya masyarakat yang
a.b

tersedia.
an

Puskesmas juga perlu merencanakan dan


uly

menerapkan suatu kesiapan menghadapi bencana


yang disimulasikan setiap tahun yang meliputi
m

huruf b) sampai dengan f) dari manajemen


na

kedaruratan dan bencana.


/ai

(4) Manajemen pengamanan kebakaran.


/
ps:

Manajemen pengamanan kebakaran berarti


htt

Puskesmas wajib melindungi properti dan


penghuni dari kebakaran dan asap.
- 39 -

Manajemen pengamanan kebakaran secara umum

ml
meliputi pencegahan terjadinya kebakaran dengan

.ht
melakukan identifikasi area berisiko bahaya
kebakaran dan ledakan, penyimpanan dan

rsi
pengelolaan bahan-bahan yang mudah terbakar,

ve
penyediaan proteksi kebakaran aktif dan pasif.

as-
Secara khusus, manajemen pengamanan

sm
kebakaran akan berisi:
(a) frekuensi inspeksi, pengujian, dan

ske
pemeliharaan sistem proteksi dan

pu
penanggulangan kebakaran secara periodik

si-
sesuai peraturan yang berlaku,

ita
(b) jalur evakuasi yang aman dari api, asap dan
bebas hambatan, red
(c) proses pengujian sistem proteksi dan
k
penanggulangan kebakaran dilakukan
r-a

selama kurun waktu 12 bulan, dan


da

(d) edukasi kepada staf terkait sistem proteksi


tan

dan cara evakuasi pengguna layanan yang


p/s

efektif pada situasi kebakaran.


(5) Manajemen alat kesehatan.
/
om

Manajemen alat kesehatan ini berguna untuk


t.c

mengurangi risiko ketidaktersediaan dan


kegagalan fungsi alat kesehatan. Alat kesehatan
spo

harus dipilih, dipelihara, dan digunakan sesuai


log

dengan ketentuan.
(6) Manajemen sistem utilitas.
a.b

Manajemen sistem utilitas meliputi sistem listrik,


an

sistem air, sistem gas medik, dan sistem


uly

pendukung lainnya, seperti generator (genset),


serta perpipaan air. Sistem utilitas dipelihara
m

untuk meminimalkan risiko kegagalan


na

pengoperasian dan harus dipastikan tersedia


/ai

selama 7 hari 24 jam.


/
ps:

(7) Pendidikan MFK.


htt

e) Untuk menyediakan lingkungan yang aman bagi


pengguna layanan, pengunjung, petugas dan
- 40 -

masyarakat dilakukan identifikasi dan pembuatan peta

ml
terhadap area berisiko.

.ht
f) Pengkajian dan penanganan risiko secara proaktif
terkait keamanan dan keselamatan fasilitas, B3 dan

rsi
limbah B3, kedaruratan dan bencana, kebakaran, alat

ve
kesehatan, sistem utilitas, dan pendidikan MFK

as-
dituangkan dalam daftar risiko (risk register) yang

sm
terintegrasi dengan daftar risiko (risk register) dalam
program manajemen risiko.

ske
g) Rencana tersebut dikaji, diperbaharui dan

pu
didokumentasikan dengan merefleksikan keadaan-

si-
keadaan terkini dalam lingkungan Puskesmas.

ita
h) Untuk menjalankan program MFK maka diperlukan
tim dan/atau penanggung jawab yang ditunjuk oleh
red
kepala Puskesmas.
k
i) Program MFK perlu dievaluasi minimal per triwulan
r-a

untuk memastikan bahwa Puskesmas telah


da

melakukan upaya penyediaan lingkungan yang aman


tan

bagi pengguna layanan, pengunjung, petugas, dan


p/s

masyarakat sesuai dengan rencana.


2) Elemen Penilaian:
/
om

a) Terdapat petugas yang bertanggung jawab dalam MFK


t.c

serta tersedia program MFK yang ditetapkan setiap


tahun berdasarkan identifikasi risiko (R).
spo

b) Puskesmas menyediakan akses yang mudah dan aman


log

bagi pengguna layanan dengan keterbatasan fisik (O,


W).
a.b

c) Dilakukan identifikasi terhadap area-area berisiko (D,


an

W).
uly

d) Disusun daftar risiko (risk register) yang mencakup


seluruh lingkup program MFK (D).
m

e) Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut per triwulan


na

terhadap pelaksanaan program MFK (D).


//ai
ps:
htt
- 41 -

b. Kriteria 1.4.2

ml
Puskesmas merencanakan dan melaksanakan manajemen

.ht
keselamatan dan keamanan fasilitas.
1) Pokok Pikiran:

rsi
a) Manajemen keselamatan dan keamanan fasilitas

ve
dirancang untuk mencegah terjadinya cedera pada

as-
pengguna layanan, pengunjung, petugas dan

sm
masyarakat, seperti tertusuk jarum, tertimpa
bangunan atau gedung roboh, dan tersengat listrik.

ske
b) Manajemen keselamatan dan keamanan fasilitas

pu
dengan menyediakan lingkungan fisik yang aman bagi

si-
pasien, petugas, dan pengunjung, perlu direncanakan

ita
untuk mencegah terjadinya kejadian kekerasan fisik
maupun cedera akibat lingkungan fisik yang tidak
red
aman seperti penculikan bayi, pencurian, dan
k
kekerasan pada petugas.
r-a

c) Agar dapat berjalan dengan baik, maka manajemen


da

keselamatan dan keamanan fasilitas tersebut juga


tan

didukung dengan penyediaan anggaran, penyediaan


p/s

fasilitas untuk mendukung keamanan fasilitas seperti


penyediaan closed circuit television (CCTV), alarm, alat
/
om

pemadam api ringan (APAR), jalur evakuasi, titik


t.c

kumpul, rambu-rambu mengenai keselamatan dan


tanda-tanda pintu darurat.
spo

d) Area yang berisiko keamanan dan kekerasan fisik


log

perlu diindentifikasi dan dibuatkan peta untuk


pemantauan dan meminimalkan terjadinya insiden
a.b

dan kekerasan fisik pada pengguna layanan,


an

pengunjung, petugas, dan masyarakat.


uly

e) Pemberian tanda pengenal untuk pengunjung, petugas


serta pekerja alih daya merupakan upaya untuk
m

menyediakan lingkungan yang aman.


na

f) Kode darurat yang diperlukan ditetapkan dan


/ai

diterapkan, minimal:
/
ps:

(1) kode merah atau alarm untuk pemberitahuan


htt

darurat kebakaran,
- 42 -

(2) kode biru untuk pemberitahuan telah terjadi

ml
kegawatdaruratan medik.

.ht
g) Dilakukan inspeksi fasilitas untuk menjamin
keamanan dan keselamatan.

rsi
h) Apabila terdapat renovasi maka dipastikan tidak

ve
mengganggu pelayanan dan mencegah penyebaran

as-
infeksi.

sm
2) Elemen Penilaian:
a) Dilakukan identifikasi terhadap pengunjung, petugas

ske
dan pekerja alih daya (outsourcing) (R, O, W).

pu
b) Dilakukan inspeksi fasilitas secara berkala yang

si-
meliputi bangunan, prasarana dan peralatan (R, D, O,

ita
W).
c) Dilakukan simulasi terhadap kode darurat secara
red
berkala (D, O, W, S).
k
d) Dilakukan pemantauan terhadap pekerjaan konstruksi
r-a

terkait keamanan dan pencegahan penyebaran infeksi


da

(D, O, W).
tan

c. Kriteria 1.4.3
p/s

Inventarisasi, pengelolaan, penyimpanan, dan penggunaan


bahan berbahaya beracun (B3), pengendalian dan pembuangan
/
om

limbah B3 dilakukan berdasarkan perencanaan dan ketentuan


t.c

peraturan perundang-undangan.
1) Pokok Pikiran:
spo

a) Bahan berbahaya beracun (B3) dan limbah B3 perlu


log

diidentifikasi dan dikendalikan secara aman.


b) World Health Organization (WHO) telah
a.b

mengidentifikasi bahan berbahaya dan beracun serta


an

limbahnya dengan kategori sebagai berikut: infeksius,


uly

patologis dan anatomi, farmasi, bahan kimia, logam


berat, kontainer bertekanan, benda tajam,
m

genotoksik/sitotoksik, dan radioaktif.


na

c) Puskesmas perlu menginventarisasi B3 yang meliputi


/ai

lokasi, jenis, dan jumlah B3 serta limbahnya yang


/
ps:

disimpan. Daftar inventaris ini selalu dimutakhirkan


htt

sesuai dengan perubahan yang terjadi di tempat


penyimpanan.
- 43 -

d) Pengelolaan limbah B3 sesuai standar, mencakup

ml
pemilahan, pewadahan dan penyimpanan/tempat

.ht
penampungan sementara, transportasi serta
pengolahan akhir.

rsi
e) Dalam pengelolaan limbah B3, Puskesmas dapat

ve
bekerja sama dengan pihak ketiga sesuai dengan

as-
ketentuan peraturan perundang-undangan.

sm
f) Tersedia instalasi pengolahan air limbah (IPAL) sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

ske
2) Elemen Penilaian:

pu
a) Dilakukan inventarisasi B3 dan limbah B3 (D).

si-
b) Dilaksanakan manajemen B3 dan limbah B3 (R, D,

ita
W).
c) Tersedia IPAL sesuai dengan ketentuan peraturan
red
perundang-undangan (D, O, W).
k
d) Apabila terdapat tumpahan dan/atau
r-a

paparan/pajanan B3 dan/atau limbah B3, dilakukan


da

penanganan awal, pelaporan, analisis, dan tindak


tan

lanjutnya (D, O, W).


p/s

d. Kriteria 1.4.4
Puskesmas menyusun, memelihara, melaksanakan, dan
/
om

mengevaluasi manajemen kedaruratan dan bencana.


t.c

1) Pokok Pikiran:
a) Potensi terjadinya bencana di daerah berbeda, yaitu
spo

antara daerah yang satu dan yang lain.


log

b) Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama


(FKTP) ikut berperan aktif dalam upaya mitigasi dan
a.b

penanggulangan bila terjadi bencana, baik internal


an

maupun eksternal.
uly

c) Strategi untuk menghadapi bencana perlu disusun


sesuai dengan potensi bencana yang mungkin terjadi
m

berdasarkan hasil penilaian kerentanan bahaya (HVA).


na

d) kesiapan menghadapi bencana disusun dan


/ai

disimulasikan setiap tahun secara internal atau


/
ps:

melibatkan komunitas secara luas, terutama ditujukan


htt

untuk menilai kesiapan system pada huruf (b) sampai


- 44 -

dengan huruf (f) yang telah diuraikan dalam pokok

ml
pikiran d) bagian 3) kriteria 1.4.1.

.ht
e) Setiap pegawai wajib mengikuti pelatihan/lokakarya
dan simulasi pelaksanaan manajemen kedaruratan

rsi
dan bencana yang diselenggarakan minimal setahun

ve
sekali agar siap jika sewaktu-waktu terjadi bencana.

as-
f) Debriefing adalah sebuah reviu yang dilakukan setelah

sm
simulasi bersama peserta simulasi dan observer yang
bertujuan untuk menindaklanjuti hasil dari simulasi.

ske
g) Hasil dari kegiatan debriefing didokumentasikan.

pu
2) Elemen Penilaian:

si-
a) Dilakukan identifikasi risiko terjadinya bencana

ita
internal dan eksternal sesuai dengan letak geografis
Puskesmas dan akibatnya terhadap pelayanan (D).
red
b) Dilaksanakan manajemen kedaruratan dan bencana
k
(D, W).
r-a

c) Dilakukan simulasi dan evaluasi tahunan terhadap


da

manajemen kedaruratan dan bencana yang telah


tan

disusun, dan dilanjutkan dengan debriefing setiap


p/s

selesai simulasi. (D, W).


d) Dilakukan perbaikan terhadap manajemen
/
om

kedaruratan dan bencana sesuai hasil simulasi dan


t.c

evaluasi tahunan. (D).


e. Kriteria 1.4.5
spo

Puskesmas menyusun, memelihara, melaksanakan, dan


log

melakukan evaluasi manajemen pengamanan kebakaran


termasuk sarana evakuasi.
a.b

1) Pokok Pikiran:
an

a) Setiap fasilitas kesehatan termasuk Puskesmas


uly

mempunyai risiko terhadap terjadinya kebakaran.


Manajemen pengamanan kebakaran perlu disusun
m

sebagai wujud kesiagaan Puskesmas terhadap


na

terjadinya kebakaran. Jika terjadi kebakaran,


/ai

pengguna layanan, petugas, dan pengunjung harus


/
ps:

dievakuasi dan dijaga keselamatannya.


htt

b) Yang dimaksud dengan sistem proteksi adalah


penyediaan proteksi kebakaran baik secara aktif
- 45 -

maupun pasif. Proteksi kebakaran secara aktif,

ml
contohnya APAR, sprinkler, detektor panas, dan

.ht
detektor asap, sedangkan proteksi kebakaran secara
pasif, contohnya: jalur evakuasi, pintu darurat, tangga

rsi
darurat, dan tempat titik kumpul aman.

ve
c) Merokok di fasilitas pelayanan kesehatan dapat

as-
menjadi sumber terjadinya kebakaran. Puskesmas

sm
harus menetapkan larangan merokok di lingkungan
Puskesmas, baik bagi petugas, pengguna layanan,

ske
maupun pengunjung. Larangan merokok wajib

pu
dipatuhi oleh petugas, pengguna layanan, dan

si-
pengunjung. Pelaksanaan larangan ini harus dipantau.

ita
2) Elemen Penilaian:
a) Dilakukan manajemen pengamanan kebakaran (D, O,
red
W).
k
b) Dilakukan inspeksi, pengujian dan pemeliharaan
r-a

terhadap alat deteksi dini, alarm, jalur evakuasi, serta


da

keberfungsian alat pemadam api (D, O).


tan

c) Dilakukan simulasi dan evaluasi tahunan terhadap


p/s

manajemen pengamanan kebakaran (D, W, S).


d) Ditetapkan kebijakan larangan merokok bagi petugas,
/
om

pengguna layanan, dan pengunjung di area Puskesmas


t.c

(R, O, W).
f. Kriteria 1.4.6
spo

Puskesmas menyusun dan melaksanakan pengelolaan program


log

untuk memastikan semua peralatan kesehatan berfungsi dan


mencegah terjadinya ketidaktersediaan dan kegagalan fungsi
a.b

alat Kesehatan.
an

1) Pokok Pikiran:
uly

a) Manajemen alat kesehatan ditujukan untuk:


(1) memastikan bahwa semua alat kesehatan tersedia
m

dan dilakukan kegiatan pemeliharaan dan


na

kalibrasi secara berkala agar semua alat


/ai

kesehatan berfungsi dengan baik;


/
ps:

(2) memastikan bahwa individu yang melakukan


htt

pengelolaan alat kesehatan memiliki kualifikasi


yang sesuai dan kompeten; dan
- 46 -

(3) memastikan operator yang mengoperasikan alat

ml
kesehatan tertentu telah terlatih sesuai dengan

.ht
kompetensi yang dibutuhkan.
b) Penggunaan Aplikasi Sarana, Prasarana, dan Alat

rsi
Kesehatan (ASPAK) oleh Puskesmas dilakukan untuk

ve
memastikan pemenuhan terhadap standar sarana,

as-
prasarana, dan alat kesehatan.

sm
c) Data sarana, prasarana, dan alat kesehatan di
Puskesmas harus diinput dalam ASPAK dan divalidasi

ske
oleh dinas kesehatan daerah kabupaten/kota untuk

pu
menjamin kebenarannya.

si-
d) Agar tidak terjadi keterlambatan atau gangguan dalam

ita
pelayanan, alat kesehatan harus tersedia, berfungsi
dengan baik, dan siap digunakan
red saat diperlukan.
Manajemen alat kesehatan yang dimaksud meliputi
k
kegiatan pemeriksaan dan kalibrasi secara berkala,
r-a

sesuai dengan panduan produk tiap alat kesehatan.


da

e) Pemeriksaan alat kesehatan yang dilakukan petugas


tan

meliputi: kondisi alat, ada tidaknya kerusakan,


p/s

kebersihan, status kalibrasi, dan fungsi alat.


f) Pelaksanaan kalibrasi dilakukan oleh pihak yang
/
om

kompeten sesuai dengan ketentuan peraturan


t.c

perundang-undangan.
2) Elemen Penilaian:
spo

a) Dilakukan inventarisasi alat kesehatan sesuai dengan


log

ASPAK (D).
b) Dilakukan pemenuhan kompetensi bagi staf dalam
a.b

mengoperasikan alat kesehatan tertentu (D, W).


an

c) Dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi terhadap alat


uly

kesehatan secara periodik (R, D, O, W).


g. Kriteria 1.4.7
m

Puskesmas menyusun dan melaksanakan pengelolaan untuk


na

memastikan semua sistem utilitas berfungsi dan mencegah


/ai

terjadinya ketidaktersediaan dan kegagalan fungsi sistem


/
ps:

utilitas.
htt
- 47 -

1) Pokok Pikiran:

ml
a) Sistem utilitas meliputi air, listrik, gas medik, dan

.ht
sistem penunjang lainnya seperti genset, panel listrik,
perpipaan air, dan lainnya.

rsi
b) Dalam memberikan pelayanan kesehatan pada

ve
pengguna layanan, dibutuhkan ketersediaan listrik,

as-
air, dan gas medik, serta sistem penunjang lainnya,

sm
seperti genset, panel listrik, perpipaan air, ventilasi,
sistem jaringan dan teknologi informasi, sistem deteksi

ske
dini kebakaran yang sesuai dengan kebutuhan

pu
Puskesmas. Manajemen sistem utilitas perlu disusun

si-
untuk menjamin ketersediaan dan keamanan dalam

ita
menunjang kegiatan pelayanan Puskesmas.
c) Sumber air adalah sumber air bersih dan air minum.
red
d) Sumber air dan listrik cadangan perlu disediakan
k
untuk pengganti jika terjadi kegagalan air dan/atau
r-a

listrik.
da

e) Penggunaan gas medik dan vakum medik di fasiltas


tan

pelayanan kesehatan dilakukan melalui:


p/s

(1) sistem gas medik,


(2) tabung gas medik, dan
/
om

(3) oksigen konsentrator portable.


t.c

f) Puskesmas harus menyediakan sumber air, listrik dan


gas medik beserta cadangannya selama 7 hari 24 jam.
spo

g) Sistem air, listrik, gas medik, dan sistem penunjang


log

lainnya, seperti genset, perpipaan air, panel listrik,


perlu diperiksa dan dipelihara untuk menjaga
a.b

ketersediaannya dalam mendukung kegiatan


an

pelayanan.
uly

h) Air bersih perlu dilakukan pemeriksaan seperti, uji


kualitas air secara periodik sesuai dengan ketentuan
m

peraturan perundang-undangan.
na

2) Elemen Penilaian:
/ai

a) Dilakukan inventarisasi sistem utilitas sesuai dengan


/
ps:

ASPAK (D).
htt

b) Dilaksanakan manajemen sistem utilitas dan sistem


penunjang lainnya (R, D).
- 48 -

c) Sumber air, listrik, dan gas medik beserta

ml
cadangannya tersedia selama 7 hari 24 jam untuk

.ht
pelayanan di Puskesmas (O).
h. Kriteria 1.4.8

rsi
Puskesmas menyusun dan melaksanakan pendidikan

ve
manajemen fasilitas dan keselamatan (MFK) bagi petugas.

as-
1) Pokok Pikiran:

sm
a) Dalam rangka meningkatkan pemahaman,
kemampuan, dan keterampilan dalam pelaksanaan

ske
manajemen fasilitas dan keselamatan (MFK) perlu

pu
dilakukan pendidikan petugas agar dapat menjalankan

si-
peran mereka dalam menyediakan lingkungan yang

ita
aman bagi pasien, petugas, dan masyarakat.
b) Pendidikan petugas dapat berupa edukasi, pelatihan,
red
dan in house training/workshop/lokakarya.
k
c) Pendidikan petugas sebagaimana dimaksud tertuang
r-a

dalam rencana pendidikan manajamen fasilitas dan


da

keselamatan.
tan

2) Elemen Penilaian:
p/s

a) Ada rencana pendidikan manajemen fasilitas dan


keselamatan bagi petugas (R).
/
om

b) Dilakukan pemenuhan pendidikan manajemen


t.c

fasilitas dan keselamatan bagi petugas sesuai rencana


(D, W).
spo

c) Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut perbaikan


log

pelaksanaan pemenuhan pendidikan manajemen


fasilitas dan keselamatan bagi petugas (D, W).
a.b

5. Standar 1.5 Manajemen keuangan.


an

Puskesmas melaksanakan manajemen keuangan.


uly

Kriteria 1.5.1
Kepala Puskesmas dan penanggung jawab keuangan melaksanakan
m

manajemen keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan


na

perundang-undangan.
/ai

a. Pokok Pikiran:
/
ps:

1) Anggaran yang tersedia di Puskesmas harus dikelola secara


htt

transparan, akuntabel, efektif, dan efisien sesuai dengan


prinsip-prinsip manajemen keuangan.
- 49 -

2) Agar pengelolaan anggaran dapat dilakukan secara

ml
transparan, akuntabel, efektif, dan efisien, maka perlu

.ht
ditetapkan kebijakan dan prosedur manajemen keuangan
yang mengacu pada ketentuan peraturan perundang-

rsi
undangan.

ve
3) Puskesmas yang menerapkan pola pengelolaan keuangan

as-
BLUD harus mengikuti ketentuan peraturan perundang-

sm
undangan dalam manajemen keuangan BLUD.
b. Elemen Penilaian:

ske
1) Ditetapkan kebijakan dan prosedur manajemen keuangan

pu
dalam pelaksanaan pelayanan Puskesmas serta petugas

si-
pengelola keuangan Puskesmas dengan kejelasan tugas,

ita
tanggung jawab, dan wewenang (R).
2) Dilaksanakan pengelolaan red keuangan sesuai dengan
kebijakan dan prosedur manajemen keuangan yang telah
k
ditetapkan (D, O, W).
r-a

6. Standar 1.6 Pengawasan, pengendalian, dan penilaian kinerja


da

a. Kriteria 1.6.1
tan

Dilakukan pengawasan, pengendalian, dan penilaian kinerja


p/s

dengan menggunakan indikator kinerja yang ditetapkan sesuai


/

dengan jenis pelayanan yang disediakan dan kebijakan


om

pemerintah.
t.c

1) Pokok Pikiran:
spo

a) Pengawasan, pengendalian, dan penilaian terhadap


kinerja Puskesmas dilakukan dengan menggunakan
log

indikator kinerja yang jelas untuk memudahkan dalam


a.b

melakukan perbaikan kinerja penyelenggaraan


pelayanan dan perencanaan pada periode berikutnya.
an

b) Pengawasan, pengendalian, dan penilaian terhadap


uly

kinerja Puskesmas dapat berupa pemantauan dan


m

evaluasi, supervisi, lokakarya mini, audit internal, dan


na

pertemuan tinjauan manajemen.


/ai

c) Indikator kinerja adalah indikator untuk menilai


/

cakupan kegiatan dan manajemen Puskesmas.


ps:

d) Indikator kinerja untuk tiap jenis pelayanan dan


htt

kegiatan perlu disusun, dipantau, dan dianalisis


- 50 -

secara periodik sebagai bahan untuk perbaikan kinerja

ml
penyelenggaraan pelayanan dan perencanaan pada

.ht
periode berikutnya.
e) Indikator-indikator kinerja tersebut meliputi:

rsi
(1) indikator kinerja manajemen Puskesmas,

ve
(2) indikator kinerja cakupan pelayanan UKM yang

as-
mengacu pada indikator nasional seperti program

sm
prioritas nasional, indikator yang ditetapkan oleh
dinas kesehatan daerah provinsi dan indikator

ske
yang ditetapkan oleh dinas kesehatan daerah

pu
kabupaten/kota, dan

si-
(3) indikator kinerja cakupan pelayanan UKP,

ita
laboratorium, dan kefarmasian.
f) Dalam menyusun indikator-indikator tersebut harus
red
mengacu pada standar pelayanan minimal
k
kabupaten/kota, kebijakan/pedoman dari
r-a

Kementerian Kesehatan, kebijakan/pedoman dari


da

dinas kesehatan daerah provinsi dan


tan

kebijakan/pedoman dari dinas kesehatan daerah


p/s

kabupaten/kota.
g) Dilakukan pengukuran dan analisis terhadap capaian
/
om

indikator kinerja dengan membandingkan terhadap


t.c

target yang ditetapkan, capaian dari waktu ke waktu,


dan dengan melakukan kaji banding capaian kinerja
spo

Puskesmas yang lain. Kaji banding tidak harus


log

dilakukan dengan visitasi, tetapi juga dapat dilakukan


dengan metode lain, seperti memanfaatkan teknologi
a.b

dan media informasi.


an

h) Hasil pengawasan, pengendalian, dan penilaian


uly

terhadap kinerja Puskesmas diumpanbalikkan kepada


lintas program dan lintas sektor untuk mendapatkan
m

masukan dalam perbaikan kinerja penyelenggaraan


na

pelayanan dan perencanaan tahunan dan perencanaan


/ai

lima tahunan.
/
ps:
htt
- 51 -

2) Elemen Penilaian:

ml
a) Ditetapkan indikator kinerja Puskesmas sesuai dengan

.ht
jenis-jenis pelayanan yang disediakan dan kebijakan
pemerintah pusat dan daerah (R).

rsi
b) Dilakukan pengawasan, pengendalian, dan penilaian

ve
terhadap kinerja Puskesmas secara periodik sesuai

as-
dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan, dan

sm
hasilnya diumpanbalikkan kepada lintas program dan
lintas sektor (R, D, W).

ske
c) Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap hasil

pu
pengawasan, pengendalian, dan penilaian kinerja

si-
terhadap target yang ditetapkan dan hasil kaji banding

ita
dengan Puskesmas lain (D, W).
d) Dilakukan analisis terhadap
red hasil pengawasan,
pengendalian, dan penilaian kinerja untuk digunakan
k
dalam perencanaan kegiatan masing-masing upaya
r-a

Puskesmas, dan untuk perencanaan Puskesmas (D, W).


da

e) Hasil pengawasan dan pengendalian dalam bentuk


tan

perbaikan kinerja disediakan dan digunakan sebagai


p/s

dasar untuk memperbaiki kinerja pelaksanaan


kegiatan Puskesmas dan revisi rencana pelaksanaan
/
om

kegiatan bulanan (D, W).


t.c

f) Hasil pengawasan, pengendalian, dan penilaian kinerja


dibuat dalam bentuk laporan penilaian kinerja
spo

Puskesmas (PKP), serta upaya perbaikan kinerja


log

dilaporkan kepada dinas kesehatan daerah


kabupaten/kota (D).
a.b

b. Kriteria 1.6.2
an

Lokakarya mini lintas program dan lokakarya mini lintas sektor


uly

dilakukan sesuai dengan kebijakan dan prosedur.


1) Pokok Pikiran:
m

a) Proses maupun hasil pelaksanaan upaya Puskesmas


na

perlu dikomunikasikan oleh kepala Puskesmas dan


/ai

penanggung jawab upaya kepada lintas program dan


/
ps:

lintas sektor terkait agar ada kesamaan persepsi untuk


htt

efektivitas pelaksanaan upaya Puskesmas.


- 52 -

b) Komunikasi dan koordinasi Puskesmas melalui

ml
lokakarya mini bulanan lintas program dan lokakarya

.ht
mini triwulanan lintas sektor dilaksanakan sesuai
dengan jadwal yang telah ditetapkan.

rsi
c) Lokakarya mini bulanan digunakan untuk (1)

ve
menyusun secara lebih terinci kegiatan-kegiatan yang

as-
akan dilaksanakan selama 1 (satu) bulan mendatang,

sm
khususnya dalam waktu, tempat, sasaran, pelaksana
kegiatan, dukungan (lintas program dan lintas sektor)

ske
yang diperlukan, serta metode dan teknologi yang

pu
digunakan, (2) menggalang kerja sama dan

si-
keterpaduan serta meningkatkan motivasi petugas.

ita
d) Lokakarya mini triwulanan digunakan untuk (1)
menetapkan secara konkret dukungan lintas sektor
red
yang akan dilakukan selama 3 (tiga) bulan mendatang,
k
melalui sinkronisasi/harmonisasi RPK antarsektor
r-a

(antarinstansi) dan kesatupaduan tujuan, (2)


da

menggalang kerja sama, komitmen, dan koordinasi


tan

lintas sektor dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan


p/s

pembangunan di tingkat kecamatan, dan (3)


meningkatkan motivasi dan rasa kebersamaan dalam
/
om

melaksanakan pembangunan masyarakat kecamatan.


t.c

2) Elemen Penilaian:
a) Dilakukan lokakarya mini bulanan dan triwulanan
spo

secara konsisten dan periodik untuk


log

mengomunikasikan, mengoordinasikan, dan


mengintegrasikan upaya-upaya Puskesmas (D, W).
a.b

b) Dilakukan pembahasan permasalahan dan hambatan


an

dalam pelaksanaan kegiatan, serta rekomendasi tindak


uly

lanjut dalam lokakarya mini bulanan dan triwulanan


(D, W).
m

c) Dilakukan tindak lanjut terhadap rekomendasi


na

lokakarya mini bulanan dan triwulanan dalam bentuk


/ai

perbaikan pelaksanaan kegiatan (D, W).


/
ps:
htt
- 53 -

c. Kriteria 1.6.3

ml
Kepala Puskesmas dan penanggung jawab melakukan

.ht
pengawasan, pengendalian kinerja, dan kegiatan perbaikan
kinerja melalui audit internal dan pertemuan tinjauan

rsi
manajemen yang terencana sesuai dengan masalah kesehatan

ve
prioritas, masalah kinerja, risiko, maupun rencana

as-
pengembangan pelayanan.

sm
1) Pokok Pikiran:
a) Kinerja Puskesmas yang dilakukan perlu dipantau

ske
tingkat ketercapaian target yang ditetapkan.

pu
b) Audit internal merupakan salah satu mekanisme

si-
pengawasan dan pengendalian yang dilakukan secara

ita
sistematis oleh tim audit internal yang dibentuk oleh
kepala Puskesmas. red
c) Hasil temuan audit internal disampaikan kepada
k
kepala Puskesmas, penanggung jawab mutu dan tim
r-a

mutu Puskesmas, penanggung jawab upaya


da

Puskesmas, koordinator pelayanan dan pelaksana


tan

kegiatan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan.


p/s

d) Jika ada permasalahan yang ditemukan dalam audit


internal tetapi tidak dapat diselesaikan sendiri oleh
/
om

pimpinan dan pegawai Puskesmas, permasalahan


t.c

tersebut dapat dirujuk ke dinas kesehatan daerah


kabupaten/kota untuk ditindaklanjuti.
spo

e) Kepala Puskesmas dan penanggung jawab mutu


log

secara periodik melakukan pertemuan tinjauan


manajemen untuk membahas umpan balik pelanggan,
a.b

keluhan pelanggan, hasil audit internal, hasil penilaian


an

kinerja, perubahan proses penyelenggaraan upaya


uly

Puskesmas dan kegiatan pelayanan Puskesmas,


perubahan kebijakan mutu jika diperlukan, dan
m

membahas hasil pertemuan tinjauan manajemen


na

sebelumnya, serta rekomendasi untuk perbaikan.


/ai

f) Pertemuan tinjauan manajemen dipimpin oleh


/
ps:

penanggung jawab mutu.


htt
- 54 -

2) Elemen Penilaian:

ml
a) Kepala Puskesmas membentuk tim audit internal

.ht
dengan uraian tugas, wewenang, dan tanggung jawab
yang jelas (R).

rsi
b) Disusun rencana program audit internal tahunan yang

ve
dilengkapi kerangka acuan dan dilakukan kegiatan

as-
audit internal sesuai dengan rencana yang telah

sm
disusun (R, D, W).
c) Ada laporan dan umpan balik hasil audit internal

ske
kepada kepala Puskesmas, tim mutu, pihak yang

pu
diaudit dan unit terkait (D, W).

si-
d) Tindak lanjut dilakukan terhadap temuan dan

ita
rekomendasi dari hasil audit internal, baik oleh kepala
Puskesmas, penanggung jawab maupun pelaksana (D,
red
W).
k
e) Kepala Puskesmas bersama dengan tim mutu
r-a

merencanakan pertemuan tinjauan manajemen dan


da

pertemuan tinjauan manajemen tersebut dilakukan


tan

dengan agenda sebagaimana tercantum dalam pokok


p/s

pikiran (D, W).


f) Rekomendasi hasil pertemuan tinjauan manajemen
/
om

ditindaklanjuti dan dievaluasi (D, W).


t.c

7. Standar 1.7 Pembinaan Puskesmas oleh dinas kesehatan daerah


spo

kabupaten/kota.
Puskesmas harus mendapatkan pembinaan dan pengawasan dari
log

dinas kesehatan daerah kabupaten/kota mulai dari tahap


a.b

perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan.
an

Dinas kesehatan daerah kabupaten/kota berperan dalam upaya


uly

perbaikan kinerja termasuk peningkatan mutu pelayanan kesehatan


m

Puskesmas.
na

a. Kriteria 1.7.1
/ai

Puskesmas harus mendapatkan pembinaan dan pengawasan


/

terpadu dari dinas kesehatan daerah kabupaten/kota dalam


ps:

rangka perbaikan kinerja, termasuk peningkatan mutu


htt

pelayanan di Puskesmas.
- 55 -

1) Pokok Pikiran:

ml
a) Dinas kesehatan daerah kabupaten/kota sebagai Tim

.ht
Pembina Cluster Binaan (TPCB) yang dibentuk dengan
mengacu pada ketentuan yang telah ditetapkan

rsi
melakukan pembinaan kepada Puskesmas sebagai

ve
unit pelaksana teknis.

as-
b) Pencapaian tujuan pembangunan kesehatan daerah

sm
merupakan bagian dari tugas, fungsi, dan tanggung
jawab dinas kesehatan daerah kabupaten/kota.

ske
c) Dalam rangka menjalankan tugas, fungsi, dan

pu
tanggung jawab, dinas kesehatan daerah

si-
kabupaten/kota melakukan bimbingan teknis,

ita
supervisi, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan serta
peningkatan mutu pelayanan
red kesehatan dengan
metode seperti Point of Care Quality Improvement
k
(POCQI), PDSA, dan metode peningkatan mutu lainnya.
r-a

d) Pembinaan yang dilakukan oleh dinas kesehatan


da

daerah kabupaten/kota sebagai TPCB dalam hal


tan

penyelenggaraan Puskesmas mulai dari perencanaan,


p/s

pelaksanaan kegiatan hingga evaluasi kinerja


Puskesmas.
/
om

e) Pembinaan oleh TPCB meliputi pembinaan dalam


t.c

rangka pencapaian target PIS PK, target Standar


Pelayanan Minimal (SPM), Program Prioritas Nasional
spo

(PPN), dan pemenuhan standar pelayanan.


log

f) Dalam melaksanakan tugasnya, TPCB mengacu pada


pedoman, termasuk pendampingan penyusunan
a.b

perencanaan perbaikan strategis (PPS), pemantauan


an

pengukuran dan pelaporan INM serta pemantauan


uly

pelaporan IKP.
2) Elemen Penilaian:
m

a) Terdapat penetapan organisasi Puskesmas sesuai


na

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (R).


/ai

b) Dinas kesehatan daerah kabupaten/kota menetapkan


/
ps:

kebijakan dan jadwal pembinaan terpadu Puskesmas


htt

secara periodik (R, D, W).


- 56 -

c) Ada bukti bahwa dinas kesehatan daerah kabupaten/

ml
kota melaksanakan pembinaan secara terpadu melalui

.ht
TPCB sesuai ketentuan, kepada Puskesmas secara
periodik, termasuk jika terdapat pembinaan teknis

rsi
sesuai dengan pedoman (D, W).

ve
d) Ada bukti bahwa TPCB menyampaikan hasil

as-
pembinaan, termasuk jika ada hasil pembinaan teknis

sm
oleh masing-masing bagian di dinas kesehatan, kepada
kepala dinas kesehatan daerah kabupaten/kota dan

ske
memberikan umpan balik kepada Puskesmas (D, W).

pu
e) Ada bukti bahwa TPCB melakukan pendampingan

si-
penyusunan rencana usulan kegiatan dan rencana

ita
pelaksanaan kegiatan Puskesmas, yang mengacu pada
rencana lima tahunan Puskesmas (R, D, W).
red
f) Ada bukti bahwa TPCB menindaklanjuti hasil
k
pelaksanaan lokakarya mini dan pertemuan tinjauan
r-a

manajemen Puskesmas yang menjadi kewenangannya


da

dalam rangka membantu menyelesaikan masalah


tan

kesehatan yang tidak bisa diselesaikan di tingkat


p/s

Puskesmas (D, W).


g) Ada bukti TPCB melakukan verifikasi dan memberikan
/
om

umpan balik hasil pemantauan dan evaluasi


t.c

penyelenggaraan pelayanan di Puskesmas secara


berkala (D, W).
spo

h) Puskesmas menerima dan menindaklanjuti umpan


log

balik hasil pembinaan dan evaluasi kinerja oleh TPCB


(D, W).
a.b
an

B. BAB II PENYELENGGARAAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT (UKM)


uly

YANG BERORIENTASI PADA UPAYA PROMOTIF DAN PREVENTIF


m

1. Standar 2.1 Perencanaan terpadu pelayanan UKM.


na

Perencanaan pelayanan UKM Puskesmas disusun secara terpadu


/ai

berbasis wilayah kerja Puskesmas dengan melibatkan lintas program


/

dan lintas sektor sesuai dengan analisis kebutuhan masyarakat, data


ps:

hasil penilaian kinerja (capaian indikator kinerja) Puskesmas


htt

termasuk memperhatikan hasil pelaksanaan Program Indonesia


- 57 -

Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS PK) dan capaian target

ml
Standar Pelayanan Minimal (SPM) daerah Kabupaten/Kota.

.ht
a. Kriteria 2.1.1
Perencanaan pelayanan UKM Puskesmas disusun secara

rsi
terpadu berbasis wilayah kerja Puskesmas dengan melibatkan

ve
lintas program dan lintas sektor sesuai dengan analisis

as-
kebutuhan dan harapan masyarakat, data hasil penilaian

sm
kinerja (capaian indikator kinerja) Puskesmas termasuk
memperhatikan hasil pelaksanaan Program Indonesia Sehat

ske
dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) dan capaian target

pu
standar pelayanan minimal (SPM) daerah kabupaten/kota.

si-
1) Pokok Pikiran:

ita
a) Identifikasi kebutuhan dan harapan masyarakat
terhadap kegiatan UKM dapat dilakukan dengan survei
red
mawas diri dan musyawarah masyarakat desa
k
maupun melalui pertemuan-pertemuan konsultatif
r-a

lainnya dengan masyarakat, seperti jajak pendapat,


da

temu muka, survei mawas diri, survei kepuasan


tan

masyarakat, dan pertemuan dengan media lainnya.


p/s

b) Pelaksanaan identifikasi kebutuhan dan harapan


masyarakat mengacu pada kebijakan dan prosedur
/
om

yang berlaku.
t.c

c) Hasil identifikasi kebutuhan dan harapan masyarakat


yang telah dianalisis dan dibahas bersama lintas
spo

program dan lintas sektor (musyawarah masyarakat


log

desa/kelurahan, lokakarya mini (bulanan dan


triwulan), selanjutnya, dijadikan sebagai dasar dalam
a.b

penyusunan rencana usulan kegiatan UKM.


an

d) Data capaian kinerja (capaian indikator kinerja)


uly

pelayanan UKM dianalisis dengan memperhatikan


hasil pelaksanaan PIS PK dan capaian target SPM yang
m

berbasis wilayah kerja Puskesmas. Hasil analisis


na

tersebut dibahas secara terpadu bersama lintas


/ai

program dan lintas sektor sebagai dasar dalam


/
ps:

penyusunan rencana usulan kegiatan (RUK) UKM.


htt

e) Kegiatan-kegiatan dalam setiap pelayanan UKM di


Puskesmas disusun oleh pelaksana, koordinator
- 58 -

pelayanan UKM, dan Penanggungjawab UKM, yang

ml
mengacu pada hasil analisis data kinerja dengan

.ht
memperhatikan data PIS PK, analisis capaian SPM
daerah kabupaten/kota, pedoman atau acuan yang

rsi
sudah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan, Dinas

ve
Kesehatan Provinsi, maupun dinas kesehatan daerah

as-
kabupaten/kota, dengan mengutamakan program

sm
prioritas nasional (antara lain penurunan stunting,
peningkatan cakupan imunisasi, penanggulangan TB,

ske
pengendalian penyakit tidak menular, penurunan

pu
jumlah kematian ibu, dan jumlah kematian bayi serta

si-
memperhatikan hasil analisis kebutuhan dan harapan

ita
masyarakat
f) Dalam standar ini, kata “pelayanan” digunakan untuk
red
menggantikan kata “program”. Contoh: Program
k
Promosi kesehatan menjadi Pelayanan Promosi
r-a

kesehatan.
da

2) Elemen Penilaian:
tan

a) Dilakukan identifikasi kebutuhan dan harapan


p/s

masyarakat, kelompok masyarakat, keluarga dan


individu yang merupakan sasaran pelayanan UKM
/
om

sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang telah


t.c

ditetapkan (R, D, W).


b) Hasil identifikasi kebutuhan dan harapan masyarakat
spo

dianalisis bersama dengan lintas program dan lintas


log

sektor sebagai bahan untuk pembahasan dalam


menyusun rencana kegiatan UKM (D, W).
a.b

c) Data capaian kinerja pelayanan UKM Puskesmas


an

dianalisis bersama lintas program dan lintas sektor


uly

dengan memperhatikan hasil pelaksanaan PIS PK


sebagai bahan untuk pembahasan dalam menyusun
m

rencana kegiatan yang berbasis wilayah kerja (R, D, W).


na

d) Tersedia rencana usulan kegiatan (RUK) UKM yang


/ai

disusun secara terpadu dan berbasis wilayah kerja


/
ps:

Puskesmas berdasarkan hasil analisis kebutuhan dan


htt

harapan masyarakat, hasil pembahasan analisis data


capaian kinerja pelayanan UKM dengan
- 59 -

memperhatikan hasil pelaksanaan kegiatan PIS PK (D,

ml
W).

.ht
b. Kriteria 2.1.2
Perencanaan pelayanan UKM Puskesmas memuat kegiatan

rsi
pemberdayaan masyarakat untuk mengatasi permasalahan

ve
kesehatan dan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat

as-
yang proses kegiatan pemberdayaan masyarakat tersebut

sm
dilakukan oleh masyarakat sendiri dengan difasilitasi oleh
Puskesmas.

ske
1) Pokok Pikiran:

pu
a) Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan di

si-
wilayah kerja, setiap pelaksana kegiatan, koordinator

ita
pelayanan, dan penanggung jawab UKM Puskesmas
wajib memfasilitasi kegiatan
red yang berwawasan
kesehatan melalui pemberdayaan masyarakat.
k
b) Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan yang
r-a

selanjutnya disebut Pemberdayaan Masyarakat adalah


da

proses untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran


tan

dan kemampuan individu, keluarga serta masyarakat


p/s

untuk berperan aktif dalam upaya kesehatan yang


dilaksanakan dengan cara fasilitasi proses pemecahan
/
om

masalah melalui pendekatan edukatif dan partisipatif


t.c

serta memperhatikan kebutuhan potensi dan sosial


budaya setempat.
spo

c) Strategi Pemberdayaan Masyarakat meliputi:


log

(1) peningkatan pengetahuan dan kemampuan


masyarakat dalam mengenali dan mengatasi
a.b

permasalahan kesehatan yang dihadapi;


an

(2) peningkatan kesadaran masyarakat melalui


uly

penggerakan masyarakat;
(3) pengembangan dan pengorganisasian masyarakat;
m

(4) penguatan dan peningkatan advokasi kepada


na

pemangku kepentingan;
/ai

(5) peningkatan kemitraan dan partisipasi lintas


/
ps:

sektor, lembaga kemasyarakatan, organisasi


htt

kemasyarakatan,dan swasta; dan


- 60 -

(6) peningkatan pemanfaatan potensi dan sumber

ml
daya berbasis kearifan lokal.

.ht
d) Penyelenggaraan Pemberdayaan Masyarakat dilakukan
dengan tahapan:

rsi
(1) pengenalan kondisi desa/kelurahan;

ve
(2) survei mawas diri;

as-
(3) musyawarah di desa/kelurahan;

sm
(4) perencanaan partisipatif;
(5) pelaksanaan kegiatan;

ske
(6) pembinaan kelestarian; dan

pu
(7) pengintegrasian program, kegiatan, dan/atau

si-
kelembagaan Pemberdayaan Masyarakat yang

ita
sudah ada sesuai dengan kebutuhan dan
kesepakatan masyarakat.
red
e) Perencanaan Pemberdayaan Masyarakat terintegrasi
k
dengan profil kesehatan keluarga (prokesga) sesuai
r-a

definisi Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan


da

Keluarga (PIS-PK).
tan

f) Pengembangan/pengorganisasian masyarakat
p/s

(community organization) dalam pemberdayaan


dilakukan dengan mengupayakan peran dan fungsi
/
om

organisasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan.


t.c

Membangun kesadaran masyarakat merupakan awal


dari kegiatan pengorganisasian masyarakat yang
spo

dilakukan dengan membahas bersama tentang


log

kebutuhan dan harapan mereka, berdasarkan prioritas


masalah kesehatan sesuai dengan sumber daya yang
a.b

dimiliki.
an

g) Bentuk pelaksanaan kegiatan Pemberdayaan


uly

Masyarakat dapat dilakukan melalui kegiatan upaya


kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) seperti
m

posyandu, posbindu PTM, posyandu Lansia,


na

komunitas peduli kesehatan remaja, komunitas peduli


/ai

HIV/AIDS, peduli TB, komunitas peduli kesehatan ibu


/
ps:

dan anak, dan seterusnya dan/atau melalui kegiatan


htt

di tatanan-tatanan seperti sekolah, pesantren, pasar,


tempat ibadah, dan lain-lain.
- 61 -

h) Kegiatan fasilitasi berupa:

ml
(1) melaksanakan advokasi dan sosialisasi kepada

.ht
masyarakat, pemangku kepentingan, dan mitra
terkait untuk mendukung pelaksanaan

rsi
Pemberdayaan Masyarakat;

ve
(2) melakukan pendampingan dan pembinaan teknis

as-
dalam tahapan penyelenggaraan Pemberdayaan

sm
Masyarakat;
(3) melakukan koordinasi dengan lintas sektor dan

ske
pemangku kepentingan di wilayah kerja

pu
Puskesmas dalam pelaksanaan Pemberdayaan

si-
Masyarakat;

ita
(4) membangun kemitraan dengan organisasi
kemasyarakatan dan swasta di wilayah kerja
red
Puskesmas dalam pelaksanaan Pemberdayaan
k
Masyarakat
r-a

(5) mengembangkan media komunikasi, informasi,


da

dan edukasi kesehatan terkait Pemberdayaan


tan

Masyarakat dengan memanfaatkan potensi dan


p/s

sumber daya berbasis kearifan lokal;


(6) melakukan peningkatan kapasitas tenaga
/
om

pendamping Pemberdayaan Masyarakat dan


t.c

kader;
(7) melakukan dan memfasilitasi edukasi kesehatan
spo

kepada masyarakat;
log

(8) menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi


dalam kegiatan Pemberdayaan Masyarakat;
a.b

(9) melakukan pencatatan dan pelaporan


an

pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat di tingkat


uly

kecamatan dan kabupaten/kota secara berkala;


dan
m

(10) melakukan pemantauan dan evaluasi


na

pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat di


/ai

wilayah kerja Puskesmas secara berkala


/
ps:

i) Kegiatan fasilitasi yang dimaksud dimulai dari


htt

perencanaan, pelaksanaan, perbaikan dan evaluasi


terhadap kegiatan Pemberdayaan Masyarakat tersebut.
- 62 -

j) Pemberdayaan Masyarakat dalam bidang kesehatan

ml
tergambar dalam rencana usulan kegiatan (RUK) dan

.ht
rencana pelaksanaan kegiatan (RPK) setiap koordinator
pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM puskesmas.

rsi
2) Elemen Penilaian:

ve
a) Terdapat kegiatan fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat

as-
yang dituangkan dalam RUK dan RPK Puskesmas

sm
termasuk kegiatan Pemberdayaan Masyarakat
bersumber dari swadaya masyarakat dan sudah

ske
disepakati bersama masyarakat sesuai dengan

pu
kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan (R, D,

si-
W).

ita
b) Terdapat bukti keterlibatan masyarakat dalam
kegiatan Pemberdayaan red Masyarakat mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, perbaikan, dan evaluasi
k
untuk mengatasi masalah kesehatan di wilayahnya (D,
r-a

W).
da

c) Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap


tan

kegiatan Pemberdayaan Masyarakat (D, W).


p/s

c. Kriteria 2.1.3
Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) Pelayanan UKM
/
om

terintegrasi lintas program dan mengacu pada Rencana Usulan


t.c

Kegiatan (RUK) Puskesmas.


1) Pokok Pikiran:
spo

a) Perencanaan pelayanan UKM Puskesmas disusun


log

secara terintegrasi lintas program agar efektif dan


efisien serta melalui tahapan perencanaan Puskesmas.
a.b

b) Penyusunan RPK harus mengacu pada RUK yang telah


an

ditetapkan, dengan cara membandingkan alokasi


uly

anggaran yang disetujui. Jika sebagian kegiatan yang


direncanakan dalam RUK tidak dapat dilaksanakan
m

karena keterbatasan sumber daya, maka


na

dimungkinkan sebagian kegiatan yang tercantum


/ai

dalam RUK tidak dituangkan dalam RPK


/
ps:

c) RPK pelayanan UKM menggambarkan kegiatan yang


htt

akan dilaksanakan oleh Puskesmas dalam kurun


- 63 -

waktu satu tahun dan dijabarkan dalam rencana

ml
pelaksanaan kegiatan bulan (RPK Bulanan).

.ht
d) RPK pelayanan UKM dimungkinkan untuk
diubah/disesuaikan dengan kebutuhan berdasarkan

rsi
hasil dari pengawasan dan pengendalian terhadap

ve
capaian kinerja, termasuk apabila dijumpai kondisi

as-
tertentu (bencana alam, KLB, perubahan kebijakan,

sm
dan lain-lain).
e) RPK pelayanan UKM dirinci dalam RPK untuk masing-

ske
masing pelayanan UKM dan disusun Kerangka Acuan

pu
Kegiatan (KAK).

si-
2) Elemen Penilaian:

ita
a) Tersedia rencana pelaksanaan kegiatan (RPK) tahunan
UKM yang terintegrasi dalam rencana pelaksanaan
red
kegiatan (RPK) tahunan Puskesmas sesuai dengan
k
ketentuan yang berlaku (R).
r-a

b) Tersedia RPK bulanan (RPKB) untuk masing-masing


da

pelayanan UKM yang disusun setiap bulan (R).


tan

c) Tersedia kerangka acuan kegiatan (KAK) untuk tiap


p/s

kegiatan dari masing-masing pelayanan UKM sesuai


dengan RPK yang disusun (R).
/
om

d) Jika terjadi perubahan rencana pelaksanaan


t.c

pelayanan UKM berdasarkan hasil pemantauan,


kebijakan atau kondisi tertentu, dilakukan
spo

penyesuaian RPK (D, W).


log

2. Standar 2.2 Kemudahan akses sasaran dan masyarakat terhadap


a.b

pelayanan UKM.
Penanggung jawab UKM, koordinator pelayanan dan pelaksana
an

kegiatan UKM memastikan kemudahan akses sasaran dan


uly

masyarakat terhadap pelaksanaan pelayanan UKM.


m

Pelayanan UKM Puskesmas mudah diakses oleh sasaran dan


na

masyarakat, untuk mendapatkan informasi kegiatan serta


/ai

penyampaian umpan balik dan keluhan.


/
ps:
htt
- 64 -

a. Kriteria 2.2.1

ml
Penjadwalan pelaksanaan pelayanan UKM Puskesmas

.ht
disepakati bersama dengan memperhatikan masukan sasaran,
masyarakat, kelompok masyarakat, lintas program dan lintas

rsi
sektor yang dilaksanakan sesuai dengan rencana.

ve
1) Pokok Pikiran:

as-
a) Keberhasilan pelaksanaan kegiatan UKM, Puskesmas

sm
tergantung pada peran aktif masyarakat, kelompok
masyarakat, keluarga, dan individu yang menjadi

ske
sasaran.

pu
b) Jadwal pelaksanaan kegiatan disusun berdasarkan

si-
masukan dari sasaran, masyarakat, kelompok

ita
masyarakat, lintas program dan lintas sektor terkait
dan disepakati bersama. Jadwal tersebut memuat
red
waktu, tempat dan sasaran kegiatan.
k
c) Agar sasaran, masyarakat, lintas program dan lintas
r-a

sektor berperan aktif dalam kegiatan, maka jadwal


da

pelaksanaan kegiatan UKM harus disampaikan kepada


tan

sasaran, masyarakat, kelompok masyarakat, lintas


p/s

program dan lintas sektor terkait dengan


memanfaatkan media komunikasi yang sudah
/
om

ditetapkan.
t.c

d) Agar sasaran berperan aktif dalam kegiatan UKM,


maka pelaksanaan kegiatan UKM perlu
spo

mempertimbangkan kondisi sosial, tata nilai budaya


log

masyarakat sebagai dasar untuk menetapkan metode


dan teknologi yang digunakan dalam pelaksanaan
a.b

kegiatan UKM.
an

e) Metode adalah cara yang digunakan dalam


uly

pelaksanaan kegiatan. Contoh: ceramah, diskusi,


pembinaan, kunjungan rumah, dan sebagainya.
m

Teknologi adalah media/audio visual aid yang


na

digunakan dalam pelaksanaan kegiatan. Contoh:


/ai

lembar balik, model, LCD, film dan sebagainya.


/
ps:

f) Bilamana dilakukan perubahan jadwal, informasi


htt

tentang waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan UKM


harus disepakati dan diinformasikan dengan jelas dan
- 65 -

tempat kegiatan mudah diakses oleh sasaran kegiatan

ml
UKM, masyarakat dan kelompok masyarakat.

.ht
2) Elemen Penilaian:
a) Tersedia jadwal serta informasi pelaksanaan kegiatan

rsi
UKM yang disusun berdasarkan hasil kesepakatan

ve
dengan sasaran, masyarakat, kelompok masyarakat,

as-
lintas program dan lintas sektor terkait (D, W).

sm
b) Jadwal pelaksanaan kegiatan UKM diinformasikan
kepada sasaran, masyarakat, kelompok masyarakat,

ske
lintas program, dan lintas sektor melalui media

pu
komunikasi yang sudah ditetapkan (D, W).

si-
c) Tersedia bukti penyampaian informasi perubahan

ita
jadwal bilamana terjadi perubahan jadwal pelaksanaan
kegiatan (D, W). red
b. Kriteria 2.2.2
k
Penanggung jawab UKM, koordinator pelayanan dan pelaksana
r-a

kegiatan UKM memastikan akses sasaran dan masyarakat


da

untuk menyampaikan umpan balik dan keluhan.


tan

1) Pokok Pikiran:
p/s

a) Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat


dan sasaran kegiatan diperlukan umpan balik dan
/
om

masukan dari masyarakat dan sasaran kegiatan. Hal


t.c

ini berguna untuk penyesuaian dan perbaikan-


perbaikan dalam pelaksanaan kegiatan UKM
spo

Puskesmas.
log

b) Umpan balik adalah tanggapan yang diperoleh dari


hasil pelayanan yang diberikan baik dalam bentuk
a.b

masukan untuk perbaikan maupun bentuk keluhan


an

dari pelayanan yang diperoleh.


uly

c) Umpan balik dapat diperoleh baik secara langsung


maupun tidak langsung dari masyarakat, kelompok
m

masyarakat, dan sasaran kegiatan UKM.


na

d) Masyarakat, kelompok masyarakat, dan sasaran


/ai

program dapat menyampaikan keluhan baik secara


/
ps:

langsung maupun tidak langsung kepada penanggung


htt

jawab UKM, koordinator pelayanan dan pelaksana


kegiatan UKM.
- 66 -

e) Umpan balik yang diperoleh dilakukan identifikasi

ml
yang selanjutnya dianalisis dan dievaluasi untuk

.ht
mengetahui peluang pengembangan dan perbaikan
terhadap pelayanan UKM.

rsi
f) Umpan balik dan keluhan ditindak lanjuti dengan

ve
pembahasan atau pertemuan konsultatif dengan tokoh

as-
masyarakat, kelompok masyarakat, masyarakat atau

sm
individu yang merupakan sasaran melalui forum-
forum yang ada di masyarakat.

ske
g) Kepala Puskesmas, penanggung jawab UKM,

pu
koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM

si-
membahas umpan balik dan keluhan sebagai bahan

ita
untuk melakukan perbaikan dalam perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan UKM. red
2) Elemen Penilaian:
k
a) Dilakukan identifikasi terhadap umpan balik yang
r-a

diperoleh dari masyarakat, kelompok masyarakat dan


da

sasaran. (D,W)
tan

b) Hasil identifikasi umpan balik dianalisis dan disusun


p/s

rencana tindaklanjut untuk pengembangan dan


perbaikan pelayanan. (D,W)
/
om

c) Umpan balik dan keluhan dari masyarakat, kelompok


t.c

masyarakat, dan sasaran ditindaklanjuti dan


dievaluasi (D, W).
spo

3. Standar 2.3. Penggerakan dan pelaksanaan pelayanan UKM.


log

Penggerakan dan pelaksanaan pelayanan UKM dilakukan dan


a.b

dikoordinasikan dengan melibatkan lintas program dan lintas sektor


terkait.
an

Penggerakan dan Pelaksanaan Pelayanan UKM dilakukan sesuai


uly

dengan kebijakan, pedoman/ panduan, prosedur, dan kerangka


m

acuan yang disusun dan dikoordinasikan melalui forum lokakarya


na

mini bulanan dan triwulanan.


/ai

a. Kriteria 2.3.1
/

Dilakukan komunikasi dan koordinasi dalam penyelenggaraan


ps:

pelayanan UKM Puskesmas.


htt
- 67 -

1) Pokok Pikiran:

ml
a) Keberhasilan pelaksanaan pelayanan UKM hanya

.ht
dapat dicapai jika dilakukan komunikasi dan
koordinasi baik lintas program maupun lintas sektor

rsi
terkait mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan,

ve
perbaikan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan UKM.

as-
b) Mekanisme komunikasi dan koordinasi dapat

sm
dilakukan antara lain melalui pertemuan-pertemuan,
lokakarya mini, dan penggunaan media/tekhnologi

ske
informasi.

pu
c) Kebijakan, dan prosedur komunikasi dan koordinasi

si-
dalam penyelenggaraan pelayanan UKM perlu

ita
ditetapkan dan dijadikan acuan dalam pelaksanaan
kegiatan UKM. red
d) Evaluasi dan tindak lanjut terhadap pelaksanaan
k
komunikasi dan koordinasi dilaksanakan sesuai
r-a

dengan ketentuan yang ditetapkan


da

2) Elemen Penilaian:
tan

a) Ditetapkan mekanisme komunikasi dan koordinasi


p/s

untuk mendukung keberhasilan pelayanan UKM


kepada lintas program dan lintas sektor terkait (R).
/
om

b) Dilakukan komunikasi dan koordinasi kegiatan


t.c

pelayanan UKM kepada lintas program dan lintas


sektor terkait sesuai kebijakan, dan prosedur yang
spo

ditetapkan. (D, W)
log

4. Standar 2.4 Pembinaan berjenjang pelayanan UKM.


a.b

Pelayanan UKM dilaksanakan dengan metode pembinaan secara


berjenjang agar efisien dan efektif dalam mencapai tujuan yang
an

ditetapkan.
uly

Pelayanan UKM dilaksanakan dengan metode pembinaan secara


m

berjenjang untuk mengidentifikasi masalah dan hambatan,


na

menganalisis masalah, merencanakan tindak lanjut sampai dengan


/ai

evaluasi.
/

a. Kriteria 2.4.1
ps:

Penanggung jawab UKM, koordinator pelayanan dan pelaksana


htt

kegiatan UKM Puskesmas bertanggung jawab terhadap


- 68 -

pencapaian tujuan, pencapaian kinerja, pelaksanaan kegiatan

ml
UKM, dan penggunaan sumber daya.

.ht
1) Pokok Pikiran:
a) Penanggung jawab UKM dan koordinator pelayanan

rsi
kegiatan UKM Puskesmas mempunyai kewajiban

ve
untuk memberikan arahan dan dukungan bagi

as-
pelaksana kegiatan dalam melaksanakan tugas dan

sm
tanggung jawab. Arahan dapat dilakukan baik dalam
bentuk pembinaan, pendampingan, pertemuan-

ske
pertemuan, maupun konsultasi dalam pelaksanaan

pu
kegiatan UKM secara berjenjang sesuai dengan

si-
ketentuan yang berlaku.

ita
b) Pembinaan penanggung jawab UKM Puskesmas
kepada koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan
red
UKM meliputi pemahaman pelaksanaan kegiatan,
k
termasuk pembinaan terhadap masalah dan hambatan
r-a

yang ditemui dalam pelaksanaan kegiatan UKM mulai


da

dari identifikasi, analisis sampai dengan upaya


tan

penyelesaian masalah dalam pelaksanaan kegiatan


p/s

UKM.
c) Penanggung jawab UKM, koordinator dan pelaksana
/
om

kegiatan UKM melakukan tindak lanjut dan evaluasi


t.c

terhadap hasil analisis masalah dan hambatan dalam


pelaksanaan pelayanan UKM.
spo

2) Elemen Penilaian:
log

a) Penanggung jawab UKM melakukan pembinaan


kepada koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan
a.b

UKM secara periodik sesuai dengan jadwal yang


an

disepakati (D, W).


uly

b) Penanggung jawab UKM, koordinator pelayanan dan


pelaksana kegiatan UKM Puskesmas mengidentifikasi,
m

menganalisis permasalahan dan hambatan dalam


na

pelaksanaan kegiatan UKM, dan menyusun rencana


/ai

tindaklanjut (D, W).


/
ps:

c) Penanggung jawab UKM, koordinator pelayanan dan


htt

pelaksana kegiatan UKM melaksanakan tindak lanjut


- 69 -

untuk mengatasi masalah dan hambatan dalam

ml
pelaksanaan kegiatan UKM (D, W).

.ht
d) Penanggung jawab UKM, koordinator pelayanan dan
pelaksana kegiatan UKM melakukan evaluasi

rsi
berdasarkan hasil pelaksanaan pada elemen penilaian

ve
huruf c dan melakukan tindaklanjut atas hasil

as-
evaluasi (D,W).

sm
5. Standar 2.5 Penguatan pelayanan UKM dengan PIS PK.

ske
Pelaksanaan pelayanan UKM diperkuat dengan PIS PK dalam upaya
mewujudkan keluarga sehat dan masyarakat sehat melalui

pu
pengorganisasian masyarakat dengan terbentuknya upaya-upaya

si-
kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) dan tatanan-tatanan

ita
sehat yang merupakan bentuk implementasi Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat (Germas).
red
a. Kriteria 2.5.1
k
r-a

Penanggung jawab UKM, koordinator pelayanan, dan pelaksana


kegiatan UKM bersama dengan tim pembina keluarga
da

melaksanakan pemetaan dan intervensi kesehatan berdasarkan


tan

permasalahan keluarga sesuai dengan jadwal yang sudah


p/s

disepakati.
/

1) Pokok Pikiran:
om

a) Kegiatan kunjungan keluarga yang dilaksanakan oleh


t.c

tim pembina keluarga digunakan untuk


spo

menyampaikan komunikasi informasi dan edukasi


kepada keluarga sebagai intervensi awal dan
log

didokumentasikan.
a.b

b) Dokumentasi hasil kunjungan keluarga dilakukan


dengan di entry pada aplikasi keluarga sehat dan atau
an

pada profil keluarga sehat (Prokesga).


uly

c) Dokumentasi hasil kunjungan keluarga dilakukan


m

dengan cara mengentri aplikasi keluarga sehat


na

dan/atau profil kesehatan keluarga (prokesga).


/ai

d) Dokumentasi hasil kunjungan dapat berupa hasil


/

intervensi awal dan hasil intervensi lanjut.


ps:
htt
- 70 -

e) Dokumentasi hasil kunjungan awal dan hasil

ml
intervensi (pemutakhiran/update) dilakukan oleh tim

.ht
pengelola data PIS-PK Puskesmas.
f) Tim pembina keluarga menyampaikan informasi dan

rsi
laporan hasil kunjungan keluarga serta berkoordinasi

ve
dengan penanggung jawab UKM dan koordinator

as-
pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM agar dapat

sm
dilakukan analisis dan intervensi lanjut.
g) Tim Pembina keluarga adalah tenaga kesehatan

ske
Puskesmas yang dibentuk oleh kepala Puskesmas

pu
melalui surat keputusan kepala Puskesmas.

si-
h) Kegiatan UKM melalui PIS-PK sebagai bentuk

ita
intervensi dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang
disepakati dengan masyarakat yang menjadi sasaran.
red
2) Elemen Penilaian:
k
a) Dibentuk Tim Pembina Keluarga, dan tim pengelola
r-a

data PIS-PK dengan uraian tugas yang jelas (R).


da

b) Tim pembina keluarga melakukan kunjungan keluarga


tan

dan intervensi awal yang telah direncanakan melalui


p/s

proses persiapan dan mendokumentasikan kegiatan


tersebut (D, W).
/
om

c) Tim pembina keluarga melakukan penghitungan


t.c

indeks keluarga sehat (IKS) pada tingkat keluarga, RT,


RW, desa/kelurahan, dan Puskesmas secara manual
spo

atau secara elektronik (dengan Aplikasi Keluarga Sehat)


log

(D).
d) Tim pembina keluarga menyampaikan informasi
a.b

masalah kesehatan kepada kepala Puskesmas,


an

penanggung jawab UKM, koordinator pelayanan, dan


uly

pelaksana kegiatan UKM untuk bersama-sama


melakukan analisis hasil kunjungan keluarga dan
m

mengomunikasikan dengan penanggung jawab mutu


na

(D, W)
/ai

e) Tim pembina keluarga bersama penanggung jawab


/
ps:

UKM, koordinator pelayanan, dan pelaksana kegiatan


htt

UKM menyusun intervensi lanjut kepada keluarga


- 71 -

sesuai permasalahan kesehatan pada tingkat keluarga

ml
(D, W).

.ht
f) Penanggung jawab UKM mengkoordinasikan
pelaksanaan intervensi lanjut bersama dengan pihak

rsi
terkait (D, W).

ve
b. Kriteria 2.5.2

as-
Intervensi lanjut ditujukan pada wilayah kerja Puskesmas

sm
berdasarkan permasalahan yang sudah dipetakan dan
dilaksanakan terintegrasi dengan pelayanan UKM Puskesmas.

ske
1) Pokok Pikiran:

pu
a) Untuk melaksanakan intervensi lanjut tingkat wilayah

si-
diperlukan penyusunan rencana berdasarkan

ita
pemetaan wilayah kerja Puskesmas, baik yang spesifik
terhadap RT, RW, desa/kelurahan
red ataupun yang
secara wilayah kerja Puskesmas.
k
b) Penyusunan rencana intervensi lanjut terintegrasi
r-a

dengan lintas program dan dapat melibatkan lintas


da

sektor terkait dengan didasarkan pada analisis IKS


tan

awal.
p/s

c) Intervensi sesuai dengan hasil analisis dan pemetaan,


antara lain dilakukan melalui kegiatan UKM (termasuk
/
om

yang bersifat inovatif), pengorganisasian masyarakat


t.c

dalam bentuk UKBM, dan tatanan-tananan, seperti


sekolah, pesantren, pasar tempat ibadah, dan lain-
spo

lain.
log

d) Perlu dilakukan perbaikan dan evaluasi pelaksanaan


intervensi lanjut oleh penanggung jawab UKM,
a.b

koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM


an

agar permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan


uly

PIS PK dapat segera ditindaklanjuti.


e) Tindak lanjut dilaksanakan sebagai bagian yang
m

terintegrasi dalam kegiatan pelayanan UKM


na

Puskesmas.
/ai

f) Perbaikan dan evaluasi PIS PK di tingkat Puskesmas


/
ps:

dilaksanakan mulai dari tahap persiapan pelaksanaan,


htt

pelaksanaan kunjungan keluarga dan intervensi awal,


pelaksanaan analisis indeks keluarga sehat (IKS) awal,
- 72 -

pelaksanaan intervensi lanjut dan analisis perubahan

ml
IKS.

.ht
g) Rencana intervensi lanjut terintegrasi dengan rencana
pelaksanaan kegiatan masing-masing pelayanan UKM

rsi
Puskesmas.

ve
h) Dalam perbaikan dan evaluasi, dilaksanakan proses

as-
verifikasi yang bertujuan untuk menjamin kebenaran

sm
serta keakuratan pelaksanaan PIS PK sesuai dengan
hasil pelatihan serta informasi kondisi kesehatan

ske
setiap keluarga yang ada pada prokesga atau pada

pu
aplikasi yang dapat dipertanggungjawabkan.

si-
2) Elemen Penilaian:

ita
a) Tim pembina keluarga bersama dengan penanggung
jawab UKM melakukan red analisis IKS awal dan
pemetaan masalah di tiap tingkatan wilayah, sebagai
k
dasar dalam menyusun rencana intervensi lanjut
r-a

secara terintegrasi lintas program dan dapat


da

melibatkan lintas sektor terkait (D, W)


tan

b) Rencana intervensi lanjut dikomunikasikan dan


p/s

dikoordinasikan dalam lokakarya mini bulanan dan


lokakarya triwulanan Puskesmas.(D, W).
/
om

c) Dilaksanakan intervensi lanjutan sesuai dengan


t.c

rencana yang disusun (D, W).


d) Penanggung jawab UKM Puskesmas berkoordinasi
spo

dengan penanggung jawab UKP, laboratorium, dan


log

kefarmasian, penanggung jawab jaringan pelayanan


dan jejaring Puskesmas dalam melakukan perbaikan
a.b

pelaksanaan intervensi lanjutan yang dilakukan (D, W).


an

e) Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut perbaikan pada


uly

setiap tahapan PIS PK antara lain melalui supervisi,


laporan, lokakarya mini dan pertemuan-pertemuan
m

penilaian kinerja (D, W).


na

f) Koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM


/ai

melaksanakan intervensi lanjut dan melaporkan hasil


/
ps:

yang telah dilaksanakan kepada tim pembina keluarga


htt

dan selanjutnya dilakukan pemuktahiran/update


dokumentasi (D, W).
- 73 -

c. Kriteria 2.5.3

ml
Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) sebagai

.ht
bagian dari intervensi lanjut dalam bentuk peran serta
masyarakat terhadap masalah-masalah kesehatan.

rsi
1) Pokok pikiran

ve
a) Gerakan masyarakat hidup sehat (Germas) adalah

as-
suatu tindakan sistematis dan terencana yang

sm
dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh
komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan, dan

ske
kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan

pu
kualitas hidup.

si-
b) Kegiatan Germas merupakan bagian terintegrasi dari

ita
intervensi lanjut terhadap masalah-masalah kesehatan
yang diidentifikasi dalam mewujudkan perilaku hidup
red
bersih dan sehat yang dapat dilihat dari perubahan
k
IKS tingkat keluarga dan wilayah yang semakin
r-a

membaik.
da

c) Germas bertujuan agar masyarakat terjaga


tan

kesehatannya, tetap produktif, hidup dalam


p/s

lingkungan yang bersih ditandai dengan kegiatan-


kegiatan sebagai berikut: peningkatan edukasi hidup
/
om

sehat, peningkatan kualitas lingkungan, peningkatan


t.c

pencegahan dan deteksi dini penyakit, penyediaan


pangan sehat dan percepatan perbaikan gizi,
spo

peningkatan perilaku hidup sehat dan peningkatan


log

aktivitas fisik.
d) Sasaran Germas adalah sasaran untuk masing-masing
a.b

kegiatan Germas, yaitu seluruh lapisan masyarakat,


an

termasuk individu, keluarga dan masyarakat untuk


uly

mempraktikkan pola hidup sehat sehari-hari.


e) Puskesmas berperan dalam mensukseskan Germas
m

antara lain melalui kegiatan pemberdayaan individu


na

dan keluarga yang diukur melalui Indeks individu dan


/ai

keluarga sehat, pemberdayaan masyarakat yang


/
ps:

diukur dengan terbentuknya UKBM dan pembangunan


htt

wilayah berwawasan kesehatan yang diukur dengan


Indeks Masyarakat Sehat dan Indeks Tatanan Sehat.
- 74 -

f) Kegiatan-kegiatan tersebut direncanakan dengan

ml
kejelasan jenis kegiatan, indikator untuk tiap kegiatan,

.ht
dan terintegrasi dalam kegiatan UKM Puskesmas.
g) Pelaksanaan kegiatan GERMAS melalui pemberdayaan

rsi
masyarakat, keluarga dan individu diharapkan

ve
berdampak pada semakin membaiknya IKS tingkat

as-
keluarga dan wilayah dan terbentuknya UKBM.

sm
2) Elemen Penilaian:
a) Ditetapkan sasaran Germas dalam pelaksanaan

ske
kegiatan UKM Puskesmas oleh kepala Puskesmas (R).

pu
b) Dilaksanakan penyusunan perencanaan pembinaan

si-
Germas secara terintegrasi dalam kegiatan UKM

ita
Puskesmas (D, W).
c) Dilakukan upaya pelaksanaan pembinaan Germas
red
yang melibatkan lintas program dan lintas sektor
k
terkait untuk mewujudkan perubahan perilaku
r-a

sasaran Germas (D, W).


da

d) Dilakukan pemberdayaan masyarakat, keluarga dan


tan

individu dalam mewujudkan gerakan masyarakat


p/s

hidup sehat (D, W).


e) Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap
/
om

pelaksanaan pembinaan gerakan masyarakat hidup


t.c

sehat (D,W).
spo

6. Standar 2.6 Penyelenggaraan UKM esensial.


Upaya Kesehatan Masyarakat esensial dilaksanakan dengan
log

mengutamakan upaya promotif dan preventif di wilayah kerja


a.b

Puskesmas.
a. Kriteria 2.6.1
an

Cakupan dan Pelaksanaan UKM Esensial Promosi Kesehatan.


uly

1) Pokok Pikiran:
m

a) Cakupan UKM Esensial Promosi Kesehatan diukur


na

dengan 3 (tiga) indikator kinerja utama pelayanan,


/ai

yaitu:
/

(1) presentasi posyandu aktif sesuai dengan target


ps:

yang telah ditetapkan menurut ketentuan


htt

perundang-undangan;
- 75 -

(2) terbentuknya tatanan sehat sesuai dengan

ml
pedoman; dan

.ht
(3) melakukan proses pemberdayaan masyarakat.
b) Penetapan indikator kinerja utama pelayanan promosi

rsi
kesehatan terintegrasi dengan penetapan indikator

ve
kinerja Puskesmas.

as-
c) Definisi operasional posyandu aktif sesuai dengan

sm
ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

ske
d) Terbentuknya tatanan sehat sesuai dengan pedoman

pu
adalah upaya yang dilakukan petugas Puskesmas

si-
dalam membentuk tatanan/tempat yang

ita
mengupayakan kesehatan dengan melakukan proses
untuk memberdayakan masyarakat melalui kegiatan
red
menginformasikan, mempengaruhi dan membantu
k
masyarakat agar berperan aktif untuk mendukung
r-a

perubahan perilaku dan lingkungan sehat serta


da

menjaga dan meningkatkan kesehatan masyarakat.


tan

Contoh : rumah tangga sehat, sekolah sehat, dan lain-


p/s

lain.
e) Melakukan proses pemberdayaan masyarakat adalah
/
om

memfasilitasi proses pemberdayaan masyarakat


t.c

dengan tahapan:
(1) pengenalan kondisi desa/kelurahan;
spo

(2) survei mawas diri;


log

(3) musyawarah di desa/kelurahan;


(4) perencanaan partisipatif;
a.b

(5) pelaksanaan kegiatan; dan


an

(6) pembinaan kelestarian


uly

f) Untuk mencapai kinerja UKM Esensial Promosi


Kesehatan dilakukan upaya-upaya promotif dan
m

preventif sebagai berikut:


na

(1) Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kepada


/ai

pemangku kepentingan dan masyarakat;


/
ps:

(2) Pendampingan dan pembinaan teknis dalam


htt

tahapan pemberdayaan masyarakat;


- 76 -

(3) Melakukan koordinasi dengan lintas sektor dan

ml
pemangku kepentingan di wilayah kerja

.ht
Puskesmas;
(4) Membangun kemitraan dengan ormas dan pihak

rsi
swasta di wilayah kerja Puskesmas dan

ve
mengembangkan media KIE;

as-
(5) Melakukan peningkatan kapasitas;

sm
(6) Memfasilitasi edukasi kesehatan kepada
masyarakat;

ske
(7) Penggerakan masyarakat; dan

pu
(8) Upaya-upaya promotif dan preventif sesuai

si-
dengan indikator tambahan yang ditetapkan oleh

ita
Puskesmas yang mengacu pada
pedoman/panduan red dan atau ketentuan yang
berlaku.
k
g) Dilakukan pemantauan dan analisis serta tindak
r-a

lanjut terhadap capaian indikator kinerja dan upaya


da

pencapaian kinerja pelayanan UKM Esensial Promosi


tan

Kesehatan yang telah dilakukan.


p/s

h) Pencatatan dan pelaporan UKM Esensial Promosi


Kesehatan, baik secara manual maupun elektronik,
/
om

dilakukan secara lengkap, akurat, tepat waktu dan


t.c

sesuai prosedur. Pelaporan kepada kepala puskesmas


dan Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota
spo

dan/atau pihak lainnya mengacu kepada ketentuan


log

peraturan perundang-undangan yang berlaku.


Pelaporan kepada kepala puskesmas dapat dilakukan
a.b

secara tertulis atau penyampaian secara langsung


an

melalui pertemuan-pertemuan seperti lokakarya mini


uly

bulanan, pertemuan tinjauan manajemen, dan forum


lainnya.
m

2) Elemen Penilaian:
na

a) Tercapainya indikator kinerja pelayanan UKM Esensial


/ai

Promosi Kesehatan sesuai dengan yang diminta dalam


/
ps:

pokok pikiran disertai dengan analisisnya (R, D).


htt

b) Dilaksanakan upaya-upaya promotif dan preventif


untuk mencapai kinerja pelayanan UKM Esensial
- 77 -

Promosi Kesehatan sebagaimana pokok pikiran, dan

ml
tertuang di dalam RPK, sesuai dengan kebijakan,

.ht
prosedur dan kerangka acuan kegiatan yang telah
ditetapkan (R, D, W)

rsi
c) Dilakukan pemantauan secara periodik dan

ve
berkesinambungan terhadap capaian indikator dan

as-
upaya yang telah dilakukan (D, W)

sm
d) Disusun rencana tindak lanjut dan dilakukan
tindaklanjut berdasarkan hasil pemantauan yang

ske
terintegrasi ke dalam dokumen perencanaan (D, W)

pu
e) Dilaksanakan pencatatan dan dilakukan pelaporan

si-
kepada kepala puskesmas dan dinas kesehatan daerah

ita
kabupaten/kota sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan (R, D, W). red
k
b. Kriteria 2.6.2
r-a

Cakupan dan pelaksanaan UKM Esensial Penyehatan


da

Lingkungan.
tan

1) Pokok Pikiran:
p/s

a) Cakupan UKM Esensial Penyehatan Lingkungan


diukur dengan 3 (tiga) indikator kinerja utama
/
om

pelayanan, sebagai berikut.


t.c

(1) jumlah desa Sanitasi Total Berbasis Masyarakat


(STBM);
spo

(2) persentase fasilitas umum (TFU) yang dalam


log

pengawasan; dan;
(3) persentase tempat pengolahan pangan (TPP) yang
a.b

dalam pengawasan.
an

b) Penetapan indikator kinerja utama pelayanan


uly

penyehatan lingkungan terintegrasi dengan penetapan


indikator kinerja Puskesmas.
m

c) Untuk mencapai kinerja UKM Esensial Penyehatan


na

Lingkungan dilakukan upaya-upaya promotif dan


/ai

preventif sebagai berikut.


/
ps:

(1) Melakukan pemicuan, pendampingan verifikasi


htt

desa STBM serta update data, dan lain-lain;


- 78 -

(2) Melakukan inspeksi kesehatan lingkungan TFU

ml
dan TPP, pembinaan, update data dan lain-lain;

.ht
dan
(3) Melakukan upaya-upaya promotif dan preventif

rsi
sesuai dengan indikator tambahan yang

ve
ditetapkan oleh Puskesmas yang mengacu pada

as-
pedoman/panduan dan atau ketentuan yang

sm
berlaku.
d) Dilakukan pemantauan dan analisis serta tindak

ske
lanjut terhadap capaian indikator kinerja dan upaya

pu
pencapaian kinerja pelayanan UKM Esensial

si-
Penyehatan Lingkungan yang telah dilakukan.

ita
e) Pencatatan dan pelaporan UKM Esensial Penyehatan
Lingkungan, baik secara manual maupun elektronik,
red
dilakukan secara lengkap, akurat, tepat waktu dan
k
sesuai prosedur. Pelaporan kepada kepala puskesmas
r-a

dan Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota


da

dan/atau pihak lainnya mengacu kepada ketentuan


tan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.


p/s

Pelaporan kepada kepala puskesmas dapat dilakukan


secara tertulis atau penyampaian secara langsung
/
om

melalui pertemuan-pertemuan seperti lokakarya mini


t.c

bulanan, pertemuan tinjauan manajemen, dan forum


lainnya.
spo

2) Elemen Penilaian:
log

a) Tercapainya indikator kinerja pelayanan UKM Esensial


Penyehatan Lingkungan sesuai dengan pokok pikiran
a.b

disertai dengan analisisnya (R, D, W).


an

b) Dilaksanakan upaya-upaya promotif dan preventif


uly

untuk mencapai kinerja pelayanan UKM Esensial


Penyehatan Lingkungan sebagaimana pokok pikiran,
m

dan tertuang di dalam RPK, sesuai dengan kebijakan,


na

prosedur dan kerangka acuan kegiatan yang telah


/ai

ditetapkan (R, D, W)
/
ps:

c) Dilakukan pemantauan secara periodik dan


htt

berkesinambungan terhadap capaian indikator dan


upaya yang telah dilakukan (D, W).
- 79 -

d) Disusun rencana tindak lanjut dan dilakukan

ml
tindaklanjut berdasarkan hasil pemantauan yang

.ht
terintegrasi ke dalam dokumen perencanaan (D, W).
e) Dilaksanakan pencatatan, dan dilakukan pelaporan

rsi
kepada kepala puskesmas dan dinas kesehatan daerah

ve
kabupaten/kota sesuai dengan prosedur yang telah

as-
ditetapkan (R, D, W).

sm
c. Kriteria 2.6.3
Cakupan dan pelaksanaan UKM Esensial Kesehatan Keluarga.

ske
1) Pokok Pikiran:

pu
a) Cakupan UKM Esensial Kesehatan Keluarga diukur

si-
dengan 6 (enam) indikator kinerja utama pelayanan,

ita
sebagai berikut.
(1) persentase ibu hamil mendapatkan pelayanan
red
antenatal terpadu;
k
(2) persentase balita mendapatkan pelayanan sesuai
r-a

dengan standar minimal,


da

(3) persentase anak usia sekolah dan remaja masuk


tan

dalam penjaringan kesehatan;


p/s

(4) persentase calon pengantin mendapatkan skrining


kesehatan;
/
om

(5) persentase pasangan usia subur (PUS) yang


t.c

mendapatkan pelayanan kontrasepsi; dan


(6) presentasi lanjut usia mendapatkan pelayanan
spo

kesehatan.
log

b) Penetapan indikator kinerja utama pelayanan


kesehatan keluarga terintegrasi dengan penetapan
a.b

indikator kinerja Puskesmas.


an

c) Pelayanan antenatal terpadu adalah pelayanan


uly

antenatal komprehensif dan berkualitas yang


diberikan kepada semua ibu hamil serta terpadu
m

dengan program lain yang memerlukan intervensi


na

selama kehamilannya.
/ai

d) Sasaran pelayanan antenatal adalah seluruh ibu hamil


/
ps:

yang ada di wilayah kerja Puskesmas.


htt

e) Pelayanan Kesehatan balita yang mendapatkan


pelayanan sesuai dengan standar minimal meliputi:
- 80 -

(1) penimbangan berat badan,

ml
(2) pengukuran panjang badan/tinggi badan,

.ht
(3) pemantauan perkembangan,
(4) imunisasi,

rsi
(5) pemberian vitamin A, dan

ve
(6) pelayanan balita sakit.

as-
f) Sasaran pelayanan balita sehat adalah seluruh balita

sm
yang ada di wilayah kerja Puskesmas
g) Pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan remaja

ske
adalah Pelayanan kesehatan bagi anak usia sekolah

pu
dan remaja yang dilakukan melalui penjaringan

si-
kesehatan dengan pendekatan layanan ramah remaja

ita
atau dikenal dengan Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja (PKPR). red
Puskesmas dapat dikategorikan mampu memberikan
k
pelayanan PKPR jika :
r-a

(1) Memiliki tenaga yang telah terlatih/ terorientasi


da

PKPR. Tenaga yang dimaksud adalah:


tan

(a) tenaga kesehatan yang terdiri atas:


p/s

1. dokter/ dokter gigi,


2. bidan,
/
om

3. perawat,
t.c

4. gizi,
5. tenaga kesehatan masyarakat.
spo

(b) tenaga non kesehatan terlatih atau


log

mempunyai kualifikasi tertentu:


1. guru,
a.b

2. kader kesehatan/ dokter kecil/ peer


an

conselor.
uly

(2) tersedia layanan konseling bagi remaja


(3) minimal membina satu Posyandu remaja
m

h) Penjaringan kesehatan meliputi:


na

(1) skrining kesehatan dilakukan pada peserta didik


/ai

kelas 1, 7 dan 10 , yaitu:


/
ps:

(a) penilaian status gizi


htt

(b) penilaian tanda-tanda vital


(c) penilaian kesehatan gigi dan mulut.
- 81 -

(d) penilaian ketajaman indera

ml
(e) penilaian status anemia pada remaja putri

.ht
kelas 7 dan 10
(2) tindak lanjut hasil skrining kesehatan.

rsi
(a) memberikan umpan balik hasil skrining

ve
kesehatan

as-
(b) melakukan rujukan jika diperlukan

sm
(c) memberikan penyuluhan kesehatan
i) Skrining kesehatan calon pengantin adalah

ske
pemeriksaan kesehatan reproduksi yang meliputi:

pu
(1) Anamnesa,

si-
(2) pemeriksaan fisik,

ita
(3) pemeriksaan status gizi,
(4) pemeriksaan darah (hb, golongan darah),
red
(5) skrining imunisasi TT,
k
(6) KIE kesprocatin.
r-a

Sasarannya adalah seluruh calon pengantin yang ada


da

di wilayah kerja Puskesmas.


tan

j) Pelayanan kontrasepsi adalah pelayanan kontrasepsi


p/s

dengan metoda modern meliputi pelayanan konseling,


pemasangan, penanganan efek samping dan rujukan.
/
om

k) Pelayanan kesehatan lanjut usia meliputi: skrining


t.c

kesehatan (pemeriksaan tekanan darah, pengkajian


paripurna pengguna layanan geriatri, pemeriksaan lab
spo

sederhana: gula darah, kolesterol, asam urat),


log

anamnesa perilaku berisiko, pemeriksaan fisik, IMT,


pengobatan, rujukan, dan pemberian Buku Kesehatan
a.b

Lansia.
an

Sasarannya adalah seluruh orang yang lanjut usia


uly

yang ada di wilayah kerja Puskesmas


l) Untuk mencapai kinerja UKM Esensial Kesehatan
m

Keluarga dilakukan upaya-upaya promotif dan


na

preventif sebagai berikut.


/ai

(1) Untuk pelaksanaan kelas ibu hamil dan kelas ibu


/
ps:

balita, minimal 50% desa sudah mempunyai kelas


htt

ibu hamil dan kelas ibu balita;


(2) Puskesmas sudah melakukan orientasi P4K;
- 82 -

(3) Puskesmas melaksanakan penyeliaan fasilitatif

ml
minimal 2 kali dalam setahun;

.ht
(4) Peningkatan peran masyarakat dalam
pemanfaatan buku KIA melalui pelaksanaan kelas

rsi
ibu balita, sosialisasi/orientasi kader kesehatan,

ve
guru PAUD/KB/TK/RA dan kelompok BKB;

as-
(5) Puskesmas PKPR menjangkau sasaran remaja di

sm
luar gedung melalui UKS baik di sekolah umum
maupun SLB, pesantren, posyandu remaja,

ske
pramuka, pelayanan ke panti/LKSA dan rutan

pu
anak/LPKA;

si-
(6) Puskesmas melakukan kerja sama dengan Kantor

ita
Urusan Agama (KUA), lembaga agama lain dan
lintas sektor (LS),
red terkait lainnya dalam
mendorong calon pengantin (catin) untuk
k
mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi;.
r-a

(7) Puskesmas melakukan kerjasama dengan PLKB


da

dalam penyediaan alokon dan peningkatan minat


tan

masyarakat dalam pelayanan kontrasepsi.


p/s

(8) Puskesmas melakukan pelayanan kesehatan


reproduksi yang berkualitas bagi catin dengan
/
om

penyediaan SDM dan sarana prasarana untuk


melakukan KIE dan skrining kesehatan;
t.c

(9) Pemanfaatan kohort usia reproduksi dalam


spo

memantau pelayanan bagi catin, PUS dan


log

pelayanan KB;
(10) Pelayanan lansia di Puskesmas yang santun
a.b

lansia mengkuti prinsip-prinsip:


an

(a) memberikan pelayanan yang baik dan


uly

berkualitas,
(b) memberikan prioritas pelayanan kepada
m

lansia dan penyediaan sarana yang aman


na

dan mudah diakses,


/ai

(c) memberikan dukungan/bimbingan pada


/
ps:

lansia dan keluarga secara


htt

berkesinambungan dalam memelihara dan


meningkatkan kesehatannya,
- 83 -

(d) melakukan pelayanan secara proaktif melalui

ml
kegiatan pelayanan di luar gedung,

.ht
(e) melakukan koordinasi dengan lintas program
dengan pendekatan siklus hidup,

rsi
(f) dan melakukan kerjasama dengan lintas

ve
sektor, organisasi kemasyarakatan maupun

as-
dunia usaha dalam rangka meningkatkan

sm
kualitas hidup lansia;
m) Adanya dokumentasi hasil upaya-upaya pelaksanaan 6

ske
(enam) indikator utama (pelayanan antenatal terpadu,

pu
pelayanan kesehatan balita pelayanan kesehatan

si-
peduli remaja, pelayanan kesehatan balita, pelayanan

ita
kesehatan peduli remaja, pelayanan kesehatan
reproduksi calon pengantin,
red pelayanan kesehatan
lanjut usia) beserta laporan kegiatan.
k
n) Adanya hasil evaluasi dari permasalahan kesehatan
r-a

pelaksanaan UKM Esensial Kesehatan Keluarga yang


da

dituangkan atau ditindaklanjuti melalui RUK


tan

Puskesmas.
p/s

o) Dilakukan pemantauan dan analisis serta tindaklanjut


terhadap capaian indikator kinerja dan upaya
/
om

pencapaian kinerja pelayanan UKM Esensial


t.c

Kesehatan Keluarga yang telah dilakukan.


p) Pencatatan dan pelaporan UKM Esensial Kesehatan
spo

Keluarga, baik secara manual maupun elektronik,


log

dilakukan secara lengkap, akurat, tepat waktu dan


sesuai prosedur. Pelaporan kepada kepala puskesmas
a.b

dan dinas kesehatan daerah kabupaten/kota/provinsi


an

dan/atau pihak lainnya mengacu kepada ketentuan


uly

peraturan perundang-undangan yang berlaku.


Pelaporan kepada kepala puskesmas dapat dilakukan
m

secara tertulis atau penyampaian secara langsung


na

melalui pertemuan-pertemuan seperti lokakarya mini


/ai

bulanan, pertemuan tinjauan manajemen, dan forum


/
ps:

lainnya.
htt
- 84 -

2) Elemen Penilaian:

ml
a) Tercapainya indikator kinerja pelayanan UKM Esensial

.ht
Kesehatan Keluarga sesuai dengan pokok pikiran
disertai dengan analisisnya (R, D)

rsi
b) Dilaksanakan upaya-upaya promotif dan preventif

ve
untuk mencapai kinerja pelayanan UKM Esensial

as-
Kesehatan Keluarga sebagaimana pokok pikiran, dan

sm
tertuang di dalam RPK, sesuai dengan kebijakan,
prosedur dan kerangka acuan kegiatan yang telah

ske
ditetapkan (R, D, W)

pu
c) Dilakukan pemantauan secara periodik dan

si-
berkesinambungan terhadap capaian indikator dan

ita
upaya yang telah dilakukan (D, W).
d) Disusun rencana tindak
red lanjut dan dilakukan
tindaklanjut berdasarkan hasil pemantauan yang
k
terintegrasi ke dalam dokumen perencanaan (D, W).
r-a

e) Dilaksanakan pencatatan, dan dilakukan pelaporan


da

kepada kepala puskesmas dan dinas kesehatan daerah


tan

kabupaten/kota sesuai dengan prosedur yang telah


p/s

ditetapkan (R, D, W).


d. Kriteria 2.6.4
/
om

Cakupan dan pelaksanaan UKM Esensial Gizi.


t.c

1) Pokok Pikiran:
a) Cakupan UKM Esensial Gizi diukur dengan 3 (tiga)
spo

indikator kinerja utama pelayanan, sebagai berikut.


log

(1) persentase bayi usia kurang dari enam bulan


mendapat ASI eksklusif;
a.b

(2) persentase anak usia 6-23 bulan yang mendapat


an

makanan pendamping ASI (MP-ASI); dan


uly

(3) persentase balita gizi kurang yang mendapat


tambahan asupan gizi.
m

b) Penetapan indikator kinerja utama pelayanan gizi


na

terintegrasi dengan penetapan indikator kinerja


/ai

Puskesmas
/
ps:

c) Bayi usia kurang dari enam bulan mendapat ASI


htt

eksklusif adalah bayi usia 0 bulan sampai dengan 5


bulan 29 hari yang diberi ASI saja tanpa makanan
- 85 -

atau cairan lain kecuali obat, vitamin, dan mineral

ml
berdasarkan recall 24 jam.

.ht
d) Anak usia 6-23 bulan yang mendapat MP-ASI adalah
anak usia 6-23 bulan yang mendapat makanan

rsi
pendamping ASI sesuai dengan usianya berdasarkan

ve
recall 24 jam.

as-
e) Balita gizi kurang yang mendapat tambahan asupan

sm
gizi adalah balita usia 6--59 bulan dengan kategori
status gizi berdasarkan indeks berat badan menurut

ske
panjang badan (BB/PB) atau berat badan menurut

pu
tinggi badan (BB/TB) memiliki Z-score -3SD sampai

si-
kurang dari -2SD yang mendapat tambahan asupan

ita
gizi selain makanan utama dalam bentuk makanan
tambahan, baik pabrikan maupun makanan berbasis
red
pangan lokal.
k
f) Untuk mencapai kinerja pelayanan UKM Esensial Gizi
r-a

dilakukan dengan penguatan peran tenaga gizi atau


da

tenaga pelaksana gizi dalam hal sebagai berikut.


tan

(1) Melakukan penyusunan dan pelaksanaan


p/s

manajemen pelayanan gizi di Puskesmas (P-1, P-2,


P-3) yang bekerja sama dengan penanggung jawab
/
om

program kesehatan lainnya;


t.c

(2) Melakukan Asuhan Gizi dengan ketentuan


sebagai berikut.
spo

(a) Asuhan gizi merupakan serangkaian kegiatan


log

yang terorganisasi/terstruktur untuk


mengidentifikasi kebutuhan gizi dan
a.b

penyediaan asuhan tersebut dalam rangka


an

mencapai pelayanan gizi paripurna yang


uly

bermutu melalui langkah-langkah pengkajian


gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi, dan
m

pemantauan dan evaluasi;


na

(b) Tersedianya tim asuhan gizi yang kompeten


/ai

dalam pencegahan dan tata laksana gizi


/
ps:

buruk pada balita.


htt
- 86 -

(3) Melakukan surveilans Gizi

ml
Surveilans gizi merupakan upaya memantau

.ht
secara terus menerus keadaan gizi masyarakat
secara cepat, akurat, teratur, dan berkelanjutan

rsi
untuk menetapkan kebijakan gizi maupun

ve
tindakan segera yang tepat, baik waktu, sasaran,

as-
maupun jenis tindakannya. Surveilans gizi

sm
dilakukan melalui:
(a) pengumpulan data melalui SIGIZI Terpadu

ske
(sistem informasi gizi terpadu);

pu
(b) pengolahan dan analisis data terkait

si-
indikator dan determinan masalah gizi dalam

ita
SIGIZI Terpadu;
(c) diseminasi pemanfaatan
red data SIGIZI
Terpadu;
k
(d) tindakan atau intervensi gizi spesifik
r-a

berdasarkan hasil analisis dan sumber daya


da

yang tersedia:
tan

1. Suplementasi tablet tambah darah (TDD)


p/s

pada ibu hamil dan remaja putri;


2. Pemberian makanan tambahan (PMT)
/
om

pada ibu hamil KEK;


t.c

3. Pemberian makanan tambahan (PMT)


untuk balita gizi kurang;
spo

4. Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA);


log

5. Pemantauan pertumbuhan balita;


6. Suplementasi kapsul vitamin A pada
a.b

balita dan ibu nifas;


an

7. Suplementasi taburia untuk Balita 6 - 59


uly

bulan dengan prioritas 6 - 23 bulan (saat


ini baru dilakukan di beberapa
m

kabupaten/kota terpilih);
na

8. Pencegahan dan tata laksana gizi buruk.


/ai

g) Dilakukan pemantauan dan analisis serta tindak


/
ps:

lanjut terhadap capaian indikator kinerja dan upaya


htt

pencapaian kinerja pelayanan UKM Esensial Gizi yang


telah dilakukan.
- 87 -

h) Pencatatan dan pelaporan UKM Esensial Gizi, baik

ml
secara manual maupun elektronik, dilakukan secara

.ht
lengkap, akurat dan tepat waktu. Pelaporan kepada
kepala puskesmas dan Dinas Kesehatan Daerah

rsi
Kabupaten/Kota dan/atau pihak lainnya mengacu

ve
kepada ketentuan peraturan perundang-undangan

as-
yang berlaku. Pelaporan kepada kepala puskesmas

sm
dapat dilakukan secara tertulis atau penyampaian
secara langsung melalui pertemuan-pertemuan seperti

ske
lokakarya mini bulanan, pertemuan tinjauan

pu
manajemen, dan forum lainnya.

si-
2) Elemen Penilaian:

ita
a) Tercapainya indikator kinerja pelayanan UKM esensial
gizi sebagaimana yang diminta dalam pokok pikiran
red
disertai dengan analisisnya (R, D).
k
b) Dilaksanakan upaya-upaya promotif dan preventif
r-a

untuk mencapai kinerja pelayanan UKM Esensial Gizi


da

sebagaimana pokok pikiran dan tertuang di dalam RPK,


tan

sesuai dengan kebijakan, prosedur dan kerangka


p/s

acuan kegiatan yang telah ditetapkan (R, D, W).


c) Dilakukan pemantauan secara periodik dan
/
om

berkesinambungan terhadap capaian indikator dan


t.c

upaya yang telah dilakukan (D, W).


d) Disusun rencana tindak lanjut dan dilakukan
spo

tindaklanjut berdasarkan hasil pemantauan yang


log

terintegrasi ke dalam dokumen perencanaan (D, W).


e) Dilaksanakan pencatatan dan pelaporan kepada
a.b

kepala puskesmas dan dinas kesehatan daerah


an

kabupaten/kota sesuai dengan prosedur yang telah


uly

ditetapkan (R, D, W).


e. Kriteria 2.6.5
m

Cakupan dan Pelaksanaan UKM Esensial Pencegahan dan


na

Pengendalian Penyakit.
/ai

1) Pokok Pikiran:
/
ps:

a) Cakupan UKM Esensial Pencegahan dan Pengendalian


htt

Penyakit diukur dengan 3 (tiga) indikator kinerja


- 88 -

utama pelayanan berdasarkan prioritas masalah di

ml
Puskesmas yang ditetapkan oleh Kepala Puskesmas.

.ht
b) Penetapan indikator kinerja utama pelayanan UKM
Esensial Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

rsi
terintegrasi dengan penetapan indikator kinerja

ve
Puskesmas.

as-
c) Untuk mencapai kinerja UKM Esensial Pencegahan

sm
dan Pengendalian Penyakit dilakukan upaya-upaya
promotif dan preventif sesuai dengan kebijakan,

ske
pedoman dan panduan yang berlaku.

pu
d) Dilakukan pemantauan dan analisis serta tindak

si-
lanjut terhadap capaian indikator kinerja dan upaya

ita
pencapaian kinerja pelayanan UKM Esensial
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit yang telah
red
dilakukan.
k
e) Pencatatan dan pelaporan UKM Esensial Pencegahan
r-a

dan Pengendalian Penyakit, baik secara manual


da

maupun elektronik, dilakukan secara lengkap, akurat


tan

dan tepat waktu. Pelaporan kepada kepala puskesmas


p/s

dan Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota


dan/atau pihak lainnya mengacu kepada ketentuan
/
om

peraturan perundang-undangan yang berlaku.


t.c

Pelaporan kepada kepala puskesmas dapat dilakukan


secara tertulis atau penyampaian secara langsung
spo

melalui pertemuan-pertemuan seperti lokakarya mini


log

bulanan, pertemuan tinjauan manajemen, dan forum


lainnya.
a.b

2) Elemen Penilaian:
an

a) Tercapainya indikator kinerja pelayanan UKM esensial


uly

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit sesuai dengan


pokok pikiran disertai dengan analisisnya (R, D).
m

b) Dilaksanakan upaya-upaya promotif dan preventif


na

untuk mencapai kinerja pelayanan UKM Esensial


/ai

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit sebagaimana


/
ps:

pokok pikiran, dan tertuang di dalam RPK, sesuai


htt

dengan kebijakan, prosedur dan kerangka acuan


kegiatan yang telah ditetapkan (R, D, W).
- 89 -

c) Dilakukan pemantauan secara periodik dan

ml
berkesinambungan terhadap capaian indikator dan

.ht
upaya yang telah dilakukan (D, W).
d) Disusun rencana tindak lanjut dan dilakukan

rsi
tindaklanjut berdasarkan hasil pemantauan yang

ve
terintegrasi ke dalam dokumen perencanaan (D, W).

as-
e) Dilaksanakan pencatatan, dan dilakukan pelaporan

sm
kepada kepala puskesmas dan dinas kesehatan daerah
kabupaten/kota sesuai dengan prosedur yang telah

ske
ditetapkan (R, D, O, W).

pu
7. Standar 2.7 Penyelenggaraan UKM pengembangan.

si-
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) pengembangan dilaksanakan

ita
dengan mengutamakan upaya promotif dan preventif di wilayah kerja
Puskesmas.
red
Puskesmas melaksanakan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
k
r-a

Pengembangan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di


wilayah kerjanya.
da

a. Kriteria 2.7.1
tan

Cakupan dan pelaksanaan UKM Pengembangan dilakukan


p/s

untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah


/

kerjanya
om

1) Pokok Pikiran:
t.c

a) Puskesmas melaksanakan upaya kesehatan


spo

masyarakat pengembangan berdasarkan


permasalahan yang ada di wilayah kerja.
log

b) Cakupan UKM Pengembangan diukur dengan satu


a.b

indikator kinerja utama untuk masing-masing


pelayanan UKM Pengembangan yang ditetapkan oleh
an

Puskesmas.
uly

c) Penetapan indikator kinerja utama pelayanan UKM


m

Pengembangan terintegrasi dengan penetapan


na

indikator kinerja Puskesmas.


//ai
ps:
htt
- 90 -

d) Untuk mencapai kinerja UKM Pengembangan

ml
dilakukan upaya-upaya promotif dan preventif sesuai

.ht
dengan pedoman yang berlaku.
e) Dilakukan pemantauan dan analisis serta tindak

rsi
lanjut terhadap capaian indikator kinerja dan upaya

ve
pencapaian kinerja pelayanan UKM Pengembangan

as-
yang telah dilakukan.

sm
f) Pencatatan dan pelaporan UKM Pengembangan, baik
secara manual maupun elektronik, dilakukan secara

ske
lengkap, akurat dan tepat waktu. Pelaporan kepada

pu
kepala puskesmas dan Dinas Kesehatan Daerah

si-
Kabupaten/Kota dan/atau pihak lainnya mengacu

ita
kepada ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Pelaporan kepada kepala puskesmas
red
dapat dilakukan secara tertulis atau penyampaian
k
secara langsung melalui pertemuan-pertemuan seperti
r-a

lokakarya mini bulanan, pertemuan tinjauan


da

manajemen, dan forum lainnya.


tan

2) Elemen Penilaian:
p/s

a) Ditetapkan jenis - jenis pelayanan UKM Pengembangan


sesuai dengan hasil analisis permasalahan di wilayah
/
om

kerja Puskesmas (R, D).


t.c

b) Tercapainya indikator kinerja pelayanan UKM


Pengembangan disertai dengan analisisnya (R,D).
spo

c) Dilaksanakan upaya-upaya promotif dan preventif


log

untuk mencapai kinerja pelayanan UKM


Pengembangan yang telah ditetapkan dan tertuang di
a.b

dalam RPK, sesuai dengan kebijakan, prosedur dan


an

kerangka acuan kegiatan yang telah ditetapkan (R, D,


uly

W).
d) Dilakukan pemantauan secara periodik dan
m

berkesinambungan terhadap capaian indikator dan


na

upaya yang telah dilakukan (D, O, W).


/ai

e) Disusun rencana tindak lanjut berdasarkan hasil


/
ps:

pemantauan yang terintegrasi ke dalam dokumen


htt

perencanaan (D, W)
- 91 -

f) Dilaksanakan pencatatan, dan dilakukan pelaporan

ml
kepada kepala puskesmas dan dinas kesehatan daerah

.ht
kabupaten/kota sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan (R, D, W)

rsi
ve
8. Standar 2.8 Pengawasan, pengendalian, dan penilaian kinerja
pelayanan UKM.

as-
Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian Kinerja pelayanan UKM

sm
Puskesmas dilakukan dengan menggunakan indikator kinerja

ske
pelayanan UKM.
Pengawasan, pengendalian dan penilaian kinerja dilakukan untuk

pu
menilai efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pelayanan,

si-
kesesuaian dengan rencana, dan pemenuhan terhadap kebutuhan

ita
dan harapan masyarakat. Pengawasan, pengendalian, penilaian
red
kinerja pelayanan UKM dilaksanakan dalam bentuk pemantauan dan
supervisi pelaksanaan kegiatan pelayanan UKM dengan
k
r-a

menggunakan indikator kinerja pelayanan UKM.


a. Kriteria 2.8.1
da

Kepala Puskesmas dan penanggung jawab UKM Puskesmas


tan

melakukan supervisi untuk pengawasan pelaksanaan pelayanan


p/s

UKM Puskesmas yang dapat dilakukan secara terjadwal atau


/

sewaktu-waktu.
om

1) Pokok Pikiran:
t.c

a) Pengawasan yang dilakukan mencakup aspek


spo

administratif, sumber daya, pencapaian kinerja


program, dan teknis pelayanan. Pengawasan perlu
log

dilakukan apabila ditemukan adanya ketidaksesuaian,


a.b

baik terhadap rencana, standar, peraturan perundang-


undangan maupun berbagai kewajiban sesuai dengan
an

ketentuan yang berlaku.


uly

b) Perbaikan terhadap pelaksanaan pelayanan UKM


m

Puskesmas perlu dilakukan melalui pelaksanaan


na

supervisi yang disusun secara periodik dengan jadwal


/ai

yang jelas.
/

c) Rencana dan jadwal kegiatan supervisi perlu


ps:

diinformasikan kepada koordinator pelayanan dan


htt
- 92 -

pelaksana kegiatan UKM Puskesmas, sehingga

ml
pelaksana dapat mempersiapkan diri.

.ht
d) Kepala Puskesmas dan penanggung jawab UKM
Puskesmas melaksanakan kegiatan supervisi.

rsi
e) Koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM

ve
Puskesmas merencanakan tindak lanjut perbaikan

as-
dalam pengelolaan dan pelaksanaan kegiatan UKM

sm
Puskesmas.
f) Kepala Puskesmas dan penanggung jawab (PJ) UKM

ske
memberitahukan kepada koordinator pelayanan

pu
terhadap rencana pelaksanaan kegiatan pengawasan

si-
dan pengendalian.

ita
g) Supervisi adalah pengawasan terhadap proses,
kegiatan dan pelaksana
red kegiatan yang sedang
melaksanakan kegiatan.
k
h) Tahapan pelaksanaan supervisi adalah sebagai berikut:
r-a

(1) Penyusunan jadwal kegiatan supervisi


da

diinformasikan kepada koordinator dan pelaksana


tan

kegiatan UKM Puskesmas agar dapat menyiapkan


p/s

bahan yang diperlukan.


(2) Bahan persiapan adalah analisis secara mandiri
/
om

terhadap tugas yang akan disupervisi meliputi


t.c

jadwal, KAK, dan SOP kegiatan.


(3) Supervisi dilakukan oleh kepala Puskesmas
spo

bersama penanggung jawab UKM yang


log

dilaksanakan secara langsung di tempat kegiatan.


(4) Jika ditemukan ketidaksesuaian atau hambatan
a.b

dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan UKM,


an

maka dilakukan pembahasan dan tindak lanjut


uly

perbaikan.
2) Elemen Penilaian:
m

a) Penanggung jawab UKM menyusun kerangka acuan


na

dan jadwal supervisi pelaksanaan pelayanan UKM


/ai

Puskesmas (R,D).
/
ps:

b) Kerangka acuan dan jadwal supervisi pelaksanaan


htt

pelayanan UKM Puskesmas diinformasikan kepada


- 93 -

koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM

ml
(D, W).

.ht
c) Koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM
Puskesmas melaksanakan analisis mandiri terhadap

rsi
proses pelaksanaan kegiatan UKM Puskesmas sebelum

ve
supervisi dilakukan (D, W).

as-
d) Kepala Puskesmas dan penanggung jawab UKM

sm
Puskesmas melakukan supervisi sesuai dengan
kerangka acuan kegiatan supervisi dan jadwal yang

ske
disusun (D, W).

pu
e) Kepala Puskesmas dan penanggung jawab UKM

si-
Puskesmas menyampaikan hasil supervisi kepada

ita
koordinator pelayanan dan pelaksanan kegiatan (D, W).
f) Koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM
red
menindaklanjuti hasil supervisi dengan tindakan
k
perbaikan sesuai dengan permasalahan yang
r-a

ditemukan (D, W).


da

b. Kriteria 2.8.2
tan

Penanggung jawab UKM wajib melakukan pemantauan dalam


p/s

upaya pelaksanaan kegiatan UKM sesuai dengan jadwal yang


sudah disusun agar dapat mengambil langkah tindak lanjut
/
om

untuk perbaikan.
t.c

1) Pokok Pikiran:
a) Permasalahan atau ketidaksesuaian yang dihadapi
spo

dalam pelaksanaan kegiatan UKM terkait dengan


log

waktu, tempat, akses sasaran, pelaksana dan metode


serta teknologi yang digunakan dalam pelaksanaan
a.b

kegiatan dapat menyebabkan terjadinya perubahan


an

jadwal pelaksanaan kegiatan UKM.


uly

b) Pemantauan terhadap pelaksanaan kegiatan UKM


sesuai jadwal yang disusun pada bulan sebelumnya
m

digunakan untuk menuntaskan penyelenggaraan


na

pelayanan UKM Puskesmas sesuai dengan rencana


/ai

pelaksanaan kegiatan yang disusun.


/
ps:

c) Pelaksanaan pembahasan kesesuaian dilaksanakan


htt

dalam lokakarya mini bulanan untuk menghasilkan


jadwal pelaksanaan kegiatan pada bulan berikutnya,
- 94 -

dan dalam lokakarya mini triwulanan untuk

ml
memantau peran lintas sektor terkait dalam

.ht
pelaksanaan pelayanan UKM.
d) Rencana pelaksanaan kegiatan yang sedang

rsi
dilaksanakan dapat direvisi bila perlu sesuai dengan

ve
perubahan kebijakan pemerintah dan/atau perubahan

as-
kebutuhan masyarakat atau sasaran, serta usulan-

sm
usulan perbaikan yang rasional.
e) Perbaikan terhadap jadwal pelaksanaan kegiatan

ske
dilakukan setiap bulan dan menjadi bagian dari

pu
pembahasan dalam lokakarya mini bulanan

si-
Puskesmas.

ita
f) Pergeseran jadwal bisa terjadi antarbulan atau dengan
melaksanakan perbaikan terhadap komponen jadwal
red
seperti tempat, waktu, sasaran kegiatan, pelaksana,
k
serta metode dan teknologi.
r-a

g) Perubahan rencana pelaksanaan kegiatan


da

dimungkinkan apabila terjadi perubahan kebijakan


tan

pemerintah dan/atau perubahan kebutuhan


p/s

masyarakat dan sasaran, maupun hasil perbaikan


dan pencapaian kinerja. Perubahan rencana kegiatan
/
om

memperhatikan usulan-usulan dari pelaksana, lintas


t.c

program, dan lintas sektor terkait.


h) Perubahan terhadap rencana tahunan harus
spo

dilakukan dengan alasan yang tepat sebagai upaya


log

pencapaian yang optimal dari kinerja.


2) Elemen Penilaian:
a.b

a) Dilakukan pemantauan kesesuaian pelaksanaan


an

kegiatan terhadap kerangka acuan dan jadwal kegiatan


uly

pelayanan UKM (D, W).


b) Dilakukan pembahasan terhadap hasil pemantauan
m

dan hasil capaian kegiatan pelayanan UKM oleh


na

kepala Puskesmas, penanggung jawab UKM


/ai

Puskesmas, koordinator pelayanan, dan pelaksana


/
ps:

kegiatan UKM dalam lokakarya mini bulanan dan


htt

lokakarya mini triwulanan (D, W).


- 95 -

c) Penanggung jawab UKM Puskesmas, koordinator

ml
pelayanan, dan pelaksana melakukan tindak lanjut

.ht
perbaikan berdasarkan hasil pemantauan (D, W).
d) Kepala Puskesmas dan penanggung jawab UKM

rsi
bersama lintas program dan lintas sektor terkait

ve
melakukan penyesuaian rencana kegiatan berdasarkan

as-
hasil perbaikan dan dengan tetap mempertimbangkan

sm
kebutuhan dan harapan masyarakat atau sasaran (D,
W)

ske
e) Penanggung jawab UKM Puskesmas menginformasikan

pu
penyesuaian rencana kegiatan kepada koordinator

si-
pelayanan, pelaksanan kegiatan, sasaran kegiatan,

ita
lintas program dan lintas sektor terkait (D,W).
c. Kriteria 2.8.3 red
Kepala Puskesmas dan penanggung jawab UKM melakukan
k
upaya perbaikan terhadap hasil penilaian capaian kinerja
r-a

pelayanan UKM.
da

1) Pokok Pikiran:
tan

a) Adanya ketetapan tentang indikator dan target kinerja


p/s

pelayanan UKM Puskesmas yang disusun berdasarkan


standar pelayanan minimal, kebijakan/pedoman dari
/
om

Kementerian Kesehatan, kebijakan/pedoman dari


t.c

dinas kesehatan daerah provinsi, dan


kebijakan/pedoman dari dinas kesehatan daerah
spo

kabupaten/kota.
log

b) Kegiatan pengumpulan hasil data capaian kinerja


pelayanan UKM yang tercantum dalam laporan
a.b

pelayanan UKM disampaikan kepada


an

penanggungjawab UKM setiap bulan dengan tetap


uly

memperhatikan periodisasi pembuatan dan


pengumpulan laporan.
m

c) Penanggung jawab UKM dan koordinator pelayanan


na

dan pelaksana kegiatan UKM melakukan analisis


/ai

terhadap capaian kinerja berdasarkan indikator


/
ps:

kinerja pelayanan UKM yang telah dikumpulkan untuk


htt

melihat pencapaian kinerja sesuai dengan target yang


telah ditetapkan.
- 96 -

2) Elemen Penilaian:

ml
a) Ditetapkan indikator kinerja pelayanan UKM. (R)

.ht
b) Koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM
melakukan pengumpulan data capaian indikator

rsi
kinerja pelayanan UKM sesuai dengan periodisasi

ve
pengumpulan yang telah ditetapkan. (R, D,W)

as-
c) Penanggung jawab UKM dan Koordinator pelayanan

sm
serta pelaksana kegiatan melakukan pembahasan
terhadap capaian kinerja bersama dengan lintas

ske
program. (D,W)

pu
d) Disusun rencana tindak lanjut dan dilakukan

si-
tindaklanjut berdasarkan hasil pembahasan capaian

ita
kinerja pelayanan UKM. (D,W)
e) Dilakukan pelaporan data capaian kinerja kepada
red
dinas kesehatan daerah kabupaten/kota. (D)
k
f) Ada bukti umpan balik (feedback) dari dinas kesehatan
r-a

daerah kabupaten/kota terhadap laporan upaya


da

perbaikan capaian kinerja pelayanan UKM Puskesmas


tan

secara periodik. (D)


p/s

g) Dilakukan tindak lanjut terhadap umpan balik dari


dinas kesehatan daerah kabupaten/kota. (D)
/
om

d. Kriteria 2.8.4
t.c

Penilaian kinerja terhadap penyelenggaraan pelayanan UKM


dilaksanakan secara periodik untuk menunjukan akuntabilitas
spo

dalam pengelolaan pelayanan UKM.


log

1) Pokok Pikiran:
a) Kepala Puskesmas, penanggung jawab UKM,
a.b

koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM


an

bertanggung jawab dalam membudayakan perbaikan


uly

kinerja secara berkesinambungan, konsisten dengan


visi, misi dan tujuan Puskesmas.
m

b) Kepala Puskesmas bersama penanggung Jawab UKM,


na

koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM


/ai

menetapkan kebijakan dan prosedur penilaian kinerja


/
ps:

pelayanan UKM
htt
- 97 -

c) Kepala Puskesmas bersama penanggung jawab UKM

ml
perlu melakukan penilaian terhadap kinerja pelayanan

.ht
UKM secara periodik.
d) Penilaian kinerja dimaksudkan untuk menunjukkan

rsi
akuntabilitas dalam pengelolaan dan pelaksanaan

ve
UKM Puskesmas dan melakukan perbaikan jika hasil

as-
penilaian kinerja tidak mencapai target yang

sm
diharapkan.
e) Penilaian tersebut dilakukan dalam rapat kepala

ske
Puskesmas bersama dengan penanggung jawab UKM

pu
Puskesmas, koordinator pelayanan dan pelaksana

si-
kegiatan UKM.

ita
2) Elemen Penilaian:
a) Kepala Puskesmas, penanggung
red Jawab UKM ,
koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM
k
melakukan pembahasan penilaian kinerja paling
r-a

sedikit dua kali dalam setahun (R, D, W).


da

b) Disusun rencana tindak lanjut terhadap hasil


tan

pembahasan penilaian kinerja pelayanan UKM (D, W).


p/s

c) Hasil penilaian kinerja dilaporkan kepada dinas


kesehatan daerah kabupaten/kota (D).
/
om

d) Ada bukti umpan balik (feedback) dari dinas kesehatan


t.c

daerah kabupaten/kota terhadap laporan hasil


penilaian kinerja pelayanan UKM (D).
spo

e) Hasil umpan balik (feedback) dari dinas kesehatan


log

daerah kabupaten/kota ditindaklanjuti. (D).


a.b

C. BAB III PENYELENGGARAAN UPAYA KESEHATAN PERSEORANGAN


an

(UKP), LABORATORIUM, DAN KEFARMASIAN


uly

1. Standar 3.1 Penyelenggaraan pelayanan klinis


m

Penyelenggaraan pelayanan klinis mulai dari proses penerimaan


na

pasien sampai dengan pemulangan dilaksanakan dengan


/ai

memperhatikan kebutuhan pasien dan mutu pelayanan.


/

Proses penerimaan sampai dengan pemulangan pasien, dilaksanakan


ps:

dengan memenuhi kebutuhan pasien dan mutu pelayanan yang


htt

didukung oleh sarana, prasarana dan lingkungan.


- 98 -

a. Kriteria 3.1.1

ml
Penyelenggaraan pelayanan klinis mulai dari penerimaan pasien

.ht
dilaksanakan dengan efektif dan efisien sesuai dengan
kebutuhan pasien, serta mempertimbangkan hak dan kewajiban

rsi
pasien.

ve
1) Pokok Pikiran:

as-
a) Puskesmas wajib meminta persetujuan umum (general

sm
consent) dari pengguna layanan atau keluarganya
terdekat, persetujuan terhadap tindakan yang berisiko

ske
rendah, prosedur diagnostik, pengobatan medis

pu
lainnya, batas yang telah ditetapkan, dan persetujuan

si-
lainnya, termasuk peraturan tata tertib dan penjelasan

ita
tentang hak dan kewajiban pengguna layanan.
b) Keluarga terdekat adalah suami atau istri, ayah atau
red
ibu kandung, anak-anak kandung, saudara-saudara
k
kandung atau pengampunya.
r-a

c) Persetujuan umum diminta pada saat pengguna


da

layanan datang pertama kali, baik untuk rawat jalan


tan

maupun setiap rawat inap, dan dilaksanakan


p/s

observasi atau stabilitasi.


d) Penerimaan pasien rawat inap didahului dengan
/
om

pengisian formulir tambahan persetujuan umum yang


t.c

berisi penyimpanan barang pribadi, penentuan pilihan


makanan dan minuman, aktivitas, minat, privasi, serta
spo

pengunjung.
log

e) Pasien dan masyarakat mendapat informasi tentang


sarana pelayanan, antara lain, tarif, jenis pelayanan,
a.b

proses dan alur pendaftaran, proses dan alur


an

pelayanan, rujukan, dan ketersediaan tempat tidur


uly

untuk Puskesmas perawatan/rawat inap. Informasi


tersebut tersedia di tempat pendaftaran ataupun
m

disampaikan menggunakan cara komunikasi massa


na

lainnya dengan jelas, mudah diakses, serta mudah


/ai

dipahami oleh pasien dan masyarakat.


/
ps:

f) Kepala Puskesmas dan penanggung jawab pelayanan


htt

klinis harus memahami tanggung jawab mereka dan


- 99 -

bekerja sama secara efektif dan efisien untuk

ml
melindungi pasien dan mengedepankan hak pasien.

.ht
g) Keselamatan pasien sudah harus diperhatikan sejak
pertama pasien mendaftarkan diri ke puskesmas dan

rsi
berkontak dengan Puskesmas, terutama dalam hal

ve
identifikasi pasien, minimal dengan dua identitas yang

as-
relatif tidak berubah, yaitu nama lengkap, tanggal

sm
lahir, atau nomor rekam medis, serta tidak boleh
menggunakan nomor kamar pasien atau lokasi pasien

ske
dirawat.

pu
h) Informasi tentang rujukan harus tersedia di

si-
dokumen pendaftaran, termasuk ketersediaan

ita
perjanjian kerja sama (PKS) dengan fasiltas kesehatan
rujukan tingkat lanjut (FKTRL) yang memuat jenis
red
pelayanan yang disediakan.
k
i) Penjelasan tentang tindakan kedokteran minimal
r-a

mencakup
da

(1) tujuan dan prospek keberhasilan;


tan

(2) tatacara tindak medis yang akan dilakukan;


p/s

(3) risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi;


(4) alternative tindakan medis lain yang tersedia dan
/
om

risiko-risikonya;
t.c

(5) prognosis penyakit bila tindakan dilakukan; dan


(6) diagnosis.
spo

j) Pasien dan keluarga terdekat memperoleh penjelasan


log

dari petugas yang berwenang tentang tes/tindakan,


prosedur, dan pengobatan mana yang memerlukan
a.b

persetujuan dan bagaimana pasien dan keluarga dapat


an

memberikan persetujuan (misalnya, diberikan secara


uly

lisan, dengan menandatangani formulir persetujuan,


atau dengan cara lain). Pasien dan keluarga
m

memahami isi penjelasan dan siapa yang berhak


na

untuk memberikan persetujuan selain pasien.


/ai

k) Pasien atau keluarga terdekat yang membuat


/
ps:

keputusan atas nama pasien, dapat memutuskan


htt

untuk tidak melanjutkan pelayanan atau pengobatan


yang direncanakan atau meneruskan pelayanan atau
- 100 -

pengobatan setelah kegiatan dimulai, termasuk

ml
menolak untuk dirujuk ke fasilitas kesehatan yang

.ht
lebih memadai.
l) Pemberi pelayanan wajib memberitahukan pasien dan

rsi
keluarga terdekat tentang hak mereka untuk membuat

ve
keputusan, potensi hasil dari keputusan tersebut dan

as-
tanggung jawab mereka berkenaan dengan keputusan

sm
tersebut.
m) Jika pasien atau keluarga terdekat menolak, maka

ske
pasien atau keluarga diberitahu tentang alternatif

pu
pelayanan dan pengobatan, yaitu alternatif tindakan

si-
pelayanan atau pengobatan, misalnya pasien diare

ita
menolak diinfus maka pasien diedukasi agar minum
air dan oralit sesuai kondisi tubuh pasien.
red
n) Puskesmas melayani berbagai populasi masyarakat,
k
termasuk diantaranya pasien dengan kendala dan/
r-a

atau berkebutuhan khusus, antara lain: balita, ibu


da

hamil, disabilitas, lanjut usia, kendala bahasa, budaya,


tan

atau kendala lain yang dapat berakibat terjadinya


p/s

hambatan atau tidak optimalnya proses asesmen


maupun pemberian asuhan klinis. Untuk itu perlu
/
om

dilakukan identifikasi pasien dengan risiko, kendala


t.c

dan kebutuhan khusus serta diupayakan


kebutuhannya.
spo

o) Untuk mencegah terjadinya transmisi infeksi


log

diterapkan protokol kesehatan yang meliputi:


penggunaan alat pelindung diri, jaga jarak antara
a.b

orang yang satu dan yang lain, dan pengaturan agar


an

tidak terjadi kerumuan orang, mulai dari pendaftaran


uly

dan di semua area pelayanan.


b. Elemen Penilaian:
m

a) Tersedia kebijakan dan prosedur yang mengatur identifikasi


na

dan pemenuhan kebutuhan pasien dengan risiko, kendala,


/ai

dan kebutuhan khusus (R).


/
ps:

b) Pendaftaran dilakukan sesuai dengan kebijakan, pedoman,


htt

protokol kesehatan, dan prosedur yang ditetapkan dengan


- 101 -

menginformasikan hak dan kewajiban serta memperhatikan

ml
keselamatan pasien (R, O, W, S).

.ht
c) Puskesmas menyediakan informasi yang jelas, mudah
dipahami, dan mudah diakses tentang tarif, jenis

rsi
pelayanan, proses dan alur pendaftaran, proses dan alur

ve
pelayanan, rujukan, dan ketersediaan tempat tidur untuk

as-
Puskesmas rawat inap (O, W).

sm
d) Persetujuan umum diminta saat pertama kali pasien masuk
rawat jalan dan setiap kali masuk rawat inap (D, W).

ske
1. Standar 3.2 Pengkajian, rencana asuhan, dan pemberian asuhan.

pu
Pengkajian, rencana asuhan, dan pemberian asuhan dilaksanakan

si-
secara paripurna.

ita
Kajian pasien dilakukan secara paripurna untuk mendukung
rencana dan pelaksanaan
red
pelayanan oleh petugas kesehatan
profesional dan/atau tim kesehatan antarprofesi yang digunakan
k
r-a

untuk menyusun keputusan layanan klinis. Pelaksanaan asuhan


dan pendidikan pasien/keluarga dilaksanakan sesuai dengan
da

rencana yang disusun, dipandu oleh kebijakan dan prosedur, dan


tan

sesuai dengan peraturan yang berlaku.


p/s

a. Kriteria 3.2.1
/

Penapisan (skrining) dan proses kajian awal dilakukan secara


om

paripurna, mencakup berbagai kebutuhan dan harapan


t.c

pasien/keluarga, serta dengan mencegah penularan infeksi.


spo

Asuhan pasien dilaksanakan berdasarkan rencana asuhan


medis, keperawatan, dan asuhan klinis yang lain dengan
log

memperhatikan kebutuhan pasien dan berpedoman pada


a.b

panduan praktik klinis.


1) Pokok Pikiran:
an

a) Skrining dilakukan sejak awal dari penerimaan pasien


uly

untuk memilah pasien sesuai dengan kemungkinan


m

penularan infeksi kebutuhan pasien dan kondisi


na

kegawatan yang dipandu dengan prosedur skrining


/ai

yang dibakukan.
/

b) Proses kajian pasien merupakan proses yang


ps:

berkesinambungan dan dinamis, baik untuk pasien


htt

rawat jalan maupun pasien rawat inap. Proses kajian


- 102 -

pasien menentukan efektivitas asuhan yang akan

ml
dilakukan.

.ht
c) Kajian pasien meliputi:
(1) mengumpulkan data dan informasi tentang

rsi
kondisi fisik, psikologis, status sosial, dan riwayat

ve
penyakit. Untuk mendapatkan data dan informasi

as-
tersebut, dilakukan anamnesis (data subjektif = S)

sm
serta pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang (data objektif = O);

ske
(2) analisis data dan informasi yang diperoleh yang

pu
menghasilkan masalah, kondisi, dan diagnosis

si-
untuk mengidentifikasi kebutuhan pasien

ita
(asesmen atau analisis = A); dan
(3) membuat rencana asuhan (perencanaan asuhan =
red
P), yaitu menyusun solusi untuk mengatasi
k
masalah atau memenuhi kebutuhan pasien.
r-a

d) Pada saat pasien pertama kali diterima, dilakukan


da

kajian awal, kemudian dilakukan kajian ulang secara


tan

berkesinambungan baik pada pasien rawat jalan


p/s

maupun pasien rawat inap sesuai dengan


perkembangan kondisi kesehatannya.
/
om

e) Kajian awal dilakukan oleh tenaga medis,


t.c

keperawatan/kebidanan, dan tenaga dari disiplin yang


lain meliputi status fisis/neurologis/mental,
spo

psikososiospiritual, ekonomi, riwayat kesehatan,


log

riwayat alergi, asesmen nyeri, asesmen risiko jatuh,


asesmen fungsional (gangguan fungsi tubuh), asesmen
a.b

risiko gizi, kebutuhan edukasi, dan rencana


an

pemulangan.
uly

f) Pada saat kajian awal perlu diperhatikan juga apakah


pasien mengalami kesakitan atau nyeri. Nyeri adalah
m

bentuk pengalaman sensorik dan emosional yang tidak


na

menyenangkan yang berhubungan dengan adanya


/ai

kerusakan jaringan atau cenderung akan terjadi


/
ps:

kerusakan jaringan atau suatu keadaan yang


htt

menunjukkan kerusakan jaringan.


- 103 -

g) Kajian pasien dan penetapan diagnosis hanya boleh

ml
dilakukan oleh tenaga profesional yang kompeten.

.ht
Tenaga profesional yang kompeten adalah tenaga yang
dalam melaksanakan tugas profesinya dipandu oleh

rsi
standar dan kode etik profesi serta mempunyai

ve
kompetensi sesuai dengan pendidikan dan pelatihan

as-
yang dimiliki yang dapat dibuktikan dengan adanya

sm
sertifikat kompetensi.
h) Proses kajian tersebut dapat dilakukan secara

ske
individual atau jika diperlukan dilakukan oleh tim

pu
kesehatan antarprofesi yang terdiri atas dokter, dokter

si-
gigi, perawat, bidan, dan tenaga kesehatan pemberi

ita
asuhan yang lain sesuai dengan kebutuhan pasien.
Jika dalam pemberian
red asuhan diperlukan tim
kesehatan, harus dilakukan koordinasi dalam
k
penyusunan rencana asuhan terpadu.
r-a

i) Pasien mempunyai hak untuk mengambil keputusan


da

terhadap asuhan yang akan diperoleh.


tan

j) Salah satu cara melibatkan pasien dalam pengambilan


p/s

keputusan tentang pelayanan yang diterimanya adalah


dengan cara memberikan informasi yang mengacu
/
om

pada peraturan perundang-undangan (informed


t.c

consent). Dalam hal pasien adalah anak di bawah


umur atau individu yang tidak memiliki kapasitas
spo

untuk membuat keputusan yang tepat, pihak yang


log

memberi persetujuan mengacu pada peraturan


perundang-undangan. Pemberian informasi yang
a.b

mengacu pada peraturan perundang-undangan itu


an

dapat diperoleh pada berbagai titik waktu dalam


uly

pelayanan, misalnya ketika pasien masuk rawat inap


dan sebelum suatu tindakan atau pengobatan tertentu
m

yang berisiko. Informasi dan penjelasan tersebut


na

diberikan oleh dokter yang bertanggung jawab yang


/ai

akan melakukan tindakan atau dokter lain apabila


/
ps:

dokter yang bersangkutan berhalangan, tetapi tetap


htt

dengan sepengetahuan dokter yang bertanggung jawab


tersebut.
- 104 -

k) Pasien atau keluarga terdekat pasien diberi peluang

ml
untuk bekerja sama dalam menyusun rencana asuhan

.ht
klinis yang akan dilakukan.
l) Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil kajian

rsi
yang dinyatakan dalam bentuk diagnosis dan asuhan

ve
yang akan diberikan, dengan memperhatikan

as-
kebutuhan biologis, psikologis, sosial, spiritual, serta

sm
memperhatikan nilai budaya yang dimiliki oleh pasien,
juga mencakup komunikasi, informasi, dan edukasi

ske
pada pasien dan keluarganya.

pu
m) Perubahan rencana asuhan ditentukan berdasarkan

si-
hasil kajian lanjut sesuai dengan perubahan

ita
kebutuhan pasien.
n) Tenaga medis dapatred memberikan pelimpahan
wewenang secara tertulis untuk melakukan tindakan
k
kedokteran atau kedokteran gigi tertentu kepada
r-a

perawat, bidan, atau tenaga kesehatan pemberi


da

asuhan yang lain. Pelimpahan wewenang tersebut


tan

hanya dapat dilakukan dalam keadaan tenaga medis


p/s

tidak berada di tempat dan/atau karena keterbatasan


ketersediaan tenaga medis.
/
om

o) Pelimpahan wewenang untuk melakukan tindakan


t.c

medis tersebut dilakukan dengan ketentuan sebagai


berikut.
spo

(1) Tindakan yang dilimpahkan termasuk dalam


log

kemampuan dan keterampilan yang telah dimiliki


oleh penerima pelimpahan.
a.b

(2) Pelaksanaan tindakan yang dilimpahkan tetap di


an

bawah pengawasan pemberi pelimpahan.


uly

(3) Pemberi pelimpahan tetap bertanggung jawab atas


tindakan yang dilimpahkan sepanjang
m

pelaksanaan tindakan sesuai dengan pelimpahan


na

yang diberikan.
/ai

(4) Tindakan yang dilimpahkan tidak termasuk


/
ps:

mengambil keputusan klinis sebagai dasar


htt

pelaksanaan tindakan.
- 105 -

(5) Tindakan yang dilimpahkan tidak bersifat terus-

ml
menerus.

.ht
p) Asuhan pasien diberikan oleh tenaga sesuai dengan
kompetensi lulusan dengan kejelasan perincian

rsi
wewenang menurut peraturan perundang-undangan-

ve
undangan.

as-
q) Pada kondisi tertentu (misalnya pada kasus penyakit

sm
tuberkulosis (TBC) dengan malanutrisi, perlu
penanganan secara terpadu dari dokter, nutrisionis,

ske
dan penanggung jawab program TBC, pasien

pu
memerlukan asuhan terpadu yang meliputi asuhan

si-
medis, asuhan keperawatan, asuhan gizi, dan asuhan

ita
kesehatan yang lain sesuai dengan kebutuhan pasien.
r) Untuk meningkatkan luaran klinis yang optimal perlu
red
ada kerja sama antara petugas kesehatan dan
k
pasien/keluarga pasien. Pasien/keluarga pasien perlu
r-a

mendapatkan penyuluhan kesehatan dan edukasi


da

yang terkait dengan penyakit dan kebutuhan klinis


tan

pasien menggunakan pendekatan komunikasi


p/s

interpersonal antara pasien dan petugas kesehatan


serta menggunakan bahasa yang mudah dipahami
/
om

agar mereka dapat berperan aktif dalam proses asuhan


t.c

dan memahami konsekuensi asuhan yang diberikan.


2) Elemen Penilaian:
spo

a) Dilakukan skrining dan pengkajian awal secara


log

paripurna oleh tenaga yang kompeten untuk


mengidentifikasi kebutuhan pelayanan sesuai dengan
a.b

panduan praktik klinis, termasuk penangan nyeri dan


an

dicatat dalam rekam medis (R, D, O, W).


uly

b) Dalam keadaan tertentu jika tidak tersedia tenaga


medis, dapat dilakukan pelimpahan wewenang tertulis
m

kepada perawat dan/atau bidan yang telah mengikuti


na

pelatihan, untuk melakukan kajian awal medis dan


/ai

pemberian asuhan medis sesuai dengan kewenangan


/
ps:

delegatif yang diberikan (R, D).


htt

c) Rencana asuhan dibuat berdasarkan hasil pengkajian


awal, dilaksanakan dan dipantau, serta direvisi
- 106 -

berdasarkan hasil kajian lanjut sesuai dengan

ml
perubahan kebutuhan pasien (D, W).

.ht
d) Dilakukan asuhan pasien, termasuk jika diperlukan
asuhan secara kolaboratif sesuai dengan rencana

rsi
asuhan dan panduan praktik klinis dan/atau prosedur

ve
asuhan klinis agar tercatat di rekam medis dan tidak

as-
terjadi pengulangan yang tidak perlu (D, W).

sm
e) Dilakukan penyuluhan/pendidikan kesehatan dan
evaluasi serta tindak lanjut bagi pasien dan keluarga

ske
dengan metode yang dapat dipahami oleh pasien dan

pu
keluarga (D, O).

si-
f) Pasien atau keluarga pasien memperoleh informasi

ita
mengenai tindakan medis/pengobatan tertentu yang
berisiko yang akan dilakukan sebelum memberikan
red
persetujuan atau penolakan (informed consent),
k
termasuk konsekuensi dari keputusan penolakan
r-a

tersebut (D).
da
tan

2. Standar 3.3 Pelayanan gawat darurat


p/s

Pelayanan gawat darurat dilaksanakan dengan segera sebagai


/

prioritas pelayanan.
om

Tersedia pelayanan gawat darurat yang dilakukan sesuai dengan


t.c

kebutuhan darurat, mendesak atau segera.


spo

a. Kriteria 3.3.1
Prosedur penanganan pasien gawat darurat disusun berdasar
log

panduan praktik klinis untuk penanganan pasien gawat darurat


a.b

dengan referensi yang dapat dipertanggungjawabkan.


1) Pokok Pikiran:
an

a) Pasien gawat darurat diidentifikasi dengan proses


uly

triase mengacu pada pedoman tata laksana triase


m

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.


na

b) Prinsip triase dalam memberlakukan sistem prioritas


/ai

dengan penentuan atau penyeleksian pasien yang


/

harus didahulukan untuk mendapatkan penanganan,


ps:

yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul


htt

berdasarkan:
- 107 -

(1) ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam

ml
hitungan menit

.ht
(2) dapat meninggal dalam hitungan jam
(3) trauma ringan

rsi
(4) sudah meninggal

ve
Pasien-pasien tersebut didahulukan diperiksa dokter

as-
sebelum pasien yang lain, mendapat pelayanan

sm
diagnostik sesegera mungkin dan diberikan perawatan
sesuai dengan kebutuhan.

ske
c) Pasien harus distabilkan terlebih dahulu sebelum

pu
dirujuk yaitu bila tidak tersedia pelayanan di

si-
Puskesmas untuk memenuhi kebutuhan pasien

ita
dengan kondisi emergensi dan pasien memerlukan
rujukan ke fasilitas kesehatan
red yang mempunyai
kemampuan lebih tinggi.
k
d) Dalam penanganan pasien dengan kebutuhan darurat,
r-a

mendesak, atau segera, termasuk melakukan deteksi


da

dini tanda tanda dan gejala penyakit menular misalnya


tan

infeksi melalui udara/airborne.


p/s

2) Elemen penilaian:
a) Pasien diprioritaskan atas dasar kegawatdaruratan
/
om

sebagai tahap triase sesuai dengan kebijakan,


t.c

pedoman dan prosedur yang ditetapkan (R, D, O, W,


S).
spo

b) Pasien gawat darurat yang perlu dirujuk ke FKRTL


log

diperiksa dan distabilisasi terlebih dahulu sesuai


dengan kemampuan Puskesmas dan dipastikan dapat
a.b

diterima di FKRTL sesuai dengan kebijakan, pedoman


an

dan prosedur yang ditetapkan (R, D, O).


uly

3. Standar 3.4 Pelayanan anestesi lokal dan tindakan.


m

Pelayanan anastesi lokal dan tindakan di Puskesmas dilaksanakan


na

dengan sesuai standar.


/ai

Tersedia pelayanan anestesi lokal dan tindakan untuk memenuhi


/

kebutuhan pasien.
ps:
htt
- 108 -

a. Kriteria 3.4.1

ml
Pelayanan anestesi lokal di Puskesmas dilaksanakan sesuai

.ht
dengan standar dan peraturan perundang-undangan.
1) Pokok Pikiran:

rsi
a) Dalam pelayanan rawat jalan ataupun rawat inap di

ve
Puskesmas, terutama pelayanan gawat darurat,

as-
pelayanan gigi, dan keluarga berencana, kadang-

sm
kadang memerlukan tindakan yang membutuhkan
anestesi lokal. Pelaksanaan anestesi lokal tersebut

ske
harus memenuhi standar dan peraturan perundang-

pu
undangan serta kebijakan dan prosedur yang berlaku

si-
di Puskesmas.

ita
b) Kebijakan dan prosedur memuat:
(1) penyusunan rencana,
red termasuk identifikasi
perbedaan antara dewasa, geriatri, dan anak atau
k
pertimbangan khusus;
r-a

(2) dokumentasi yang diperlukan untuk dapat


da

bekerja dan berkomunikasi efektif;


tan

(3) persyaratan persetujuan khusus;


p/s

(4) kualifikasi, kompetensi, dan keterampilan petugas


pelaksana;
/
om

(5) ketersediaan dan penggunaan peralatan anestesi;


t.c

(6) teknik melakukan anestesi lokal;


(7) frekuensi dan jenis bantuan resusitasi jika
spo

diperlukan;
log

(8) tata laksana pemberian bantuan resusitasi yang


tepat;
a.b

(9) tata laksana terhadap komplikasi; dan


an

(10) bantuan hidup dasar.


uly

2) Elemen Penilaian:
a) Pelayanan anestesi lokal dilakukan oleh tenaga
m

kesehatan yang kompeten sesuai dengan kebijakan


na

dan prosedur (R, D, O, W).


/ai

b) Jenis, dosis, dan teknik anestesi lokal dan


/
ps:

pemantauan status fisiologi pasien selama pemberian


htt

anestesi lokal oleh petugas dicatat dalam rekam medis


pasien (D).
- 109 -

4. Standar 3.5 Pelayanan gizi.

ml
Pelayanan Gizi dilakukan sesuai dengan kebutuhan pasien dan

.ht
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pelayanan Gizi diberikan sesuai dengan status gizi pasien secara

rsi
reguler, sesuai dengan rencana asuhan, umur, budaya, dan bila

ve
pasien berperan serta dalam perencanaan dan seleksi makanan.

as-
a. Kriteria 3.5.1

sm
Pelayanan Gizi dilakukan sesuai dengan status gizi pasien dan
konsisten dengan asuhan klinis yang tersedia secara reguler.

ske
1) Pokok Pikiran

pu
a) Terapi gizi adalah pelayanan gizi yang diberikan

si-
kepada pasien berdasarkan pengkajian gizi, yang

ita
meliputi terapi diet, konseling gizi, dan pemberian
makanan khusus dalam rangka penyembuhan pasien.
red
b) Kondisi kesehatan dan pemulihan pasien
k
membutuhkan asupan makanan dan gizi yang
r-a

memadai. Oleh karena itu, makanan perlu disediakan


da

secara reguler, sesuai dengan rencana asuhan, umur,


tan

budaya, dan bila dimungkinkan pilihan menu


p/s

makanan. Pasien berperan serta dalam perencanaan


dan seleksi makanan.
/
om

c) Pemesanan dan pemberian makanan dilakukan sesuai


t.c

dengan status gizi dan kebutuhan pasien.


d) Penyediaan bahan, penyiapan, penyimpanan, dan
spo

penanganan makanan harus dimonitor untuk


log

memastikan keamanan serta sesuai dengan peraturan


perundang-undangan dan praktik terkini. Risiko
a.b

kontaminasi dan pembusukan diminimalkan dalam


an

proses tersebut.
uly

e) Setiap pasien harus mengonsumsi makanan sesuai


dengan standar angka kecukupan gizi.
m

f) Angka kecukupan gizi adalah suatu nilai acuan


na

kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi semua


/ai

orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran


/
ps:

tubuh, dan aktivitas fisik untuk mencapai derajat


htt

kesehatan yang optimal.


- 110 -

g) Pelayanan Gizi kepada pasien dengan risiko gangguan

ml
gizi di Puskesmas diberikan secara reguler sesuai

.ht
dengan rencana asuhan berdasarkan hasil penilaian
status gizi dan kebutuhan pasien sesuai dengan proses

rsi
asuhan gizi terstandar (PAGT) yang tercantum di

ve
dalam Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas.

as-
h) Pelayanan Gizi kepada pasien rawat inap harus

sm
dicatat dan didokumentasikan di dalam rekam medis
dengan baik.

ske
i) Keluarga pasien dapat berpartisipasi dalam

pu
menyediakan makanan bila makanan sesuai dan

si-
konsisten dengan kajian kebutuhan pasien dan

ita
rencana asuhan dengan sepengetahuan dari petugas
kesehatan yang berkompeten dan makanan disimpan
red
dalam kondisi yang baik untuk mencegah kontaminasi.
k
2) Elemen Penilaian
r-a

a) Rencana asuhan gizi disusun berdasar kajian


da

kebutuhan gizi pada pasien sesuai dengan kondisi


tan

kesehatan dan kebutuhan pasien (R, D, W).


p/s

b) Makanan disiapkan dan disimpan dengan cara yang


baku untuk mengurangi risiko kontaminasi dan
/
om

pembusukan (R, D, O, W).


t.c

c) Distribusi dan pemberian makanan dilakukan sesuai


dengan jadwal dan pemesanan, serta hasilnya
spo

didokumentasikan (R, D, O, W)
log

d) Pasien dan/atau keluarga pasien diberi edukasi


tentang pembatasan diet pasien dan
a.b

keamanan/kebersihan makanan bila keluarga ikut


an

menyediakan makanan bagi pasien (D).


uly

e) Proses kolaboratif digunakan untuk merencanakan,


memberikan, dan memantau pelayanan gizi (D, W).
m

f) Respons pasien pelayanan Gizi dipantau dan dicatat


na

dalam rekam medisnya (D).


//ai

5. Standar 3.6 Pemulangan dan tindak lanjut pasien.


ps:

Pemulangan dan tindak lanjut pasien dilakukan sesuai dengan


htt

prosedur yang ditetapkan.


- 111 -

Pemulangan dan tindak lanjut pasien dilakukan dengan prosedur

ml
yang tepat. Jika pasien memerlukan rujukan ke fasilitas kesehatan

.ht
yang lain, rujukan dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
pasien ke sarana pelayanan lain diatur dengan kebijakan dan

rsi
prosedur yang jelas.

ve
a. Kriteria 3.6.1

as-
Pemulangan dan tindak lanjut pasien yang bertujuan untuk

sm
kelangsungan layanan dipandu oleh prosedur baku.
1) Pokok Pikiran

ske
a) Untuk menjamin kesinambungan pelayanan, perlu

pu
ditetapkan kebijakan dan prosedur pemulangan pasien

si-
dan tindak lanjut.

ita
b) Dokter/dokter gigi bersama dengan tenaga kesehatan
yang lain menyusun rencana pemulangan bersama
red
dengan pasien/keluarga pasien. Rencana pemulangan
k
tersebut berisi instruksi dan/atau dukungan yang
r-a

perlu diberikan baik oleh Puskesmas maupun keluarga


da

pasien pada saat pemulangan ataupun tindak lanjut di


tan

rumah, sesuai dengan hasil kajian yang dilakukan.


p/s

c) Pemulangan pasien dilakukan berdasar kriteria yang


ditetapkan oleh dokter/dokter gigi yang bertanggung
/
om

jawab terhadap pasien untuk memastikan bahwa


t.c

kondisi pasien layak untuk dipulangkan dan akan


memperoleh tindak lanjut pelayanan sesudah
spo

dipulangkan, misalnya pasien rawat jalan yang tidak


log

memerlukan perawatan rawat inap, pasien rawat inap


tidak lagi memerlukan perawatan rawat inap di
a.b

Puskesmas, pasien yang karena kondisinya


an

memerlukan rujukan ke FKRTL, pasien yang karena


uly

kondisinya dapat dirawat di rumah atau rumah


perawatan, pasien yang menolak untuk perawatan
m

rawat inap, pasien/keluarga pasien yang meminta


na

pulang atas permintaan sendiri.


/ai

d) Resume pasien pulang memberikan gambaran tentang


/
ps:

pasien selama rawat inap. Resume ini berisikan:


htt

(1) riwayat kesehatan, hasil pemeriksaan fisik,


pemeriksaan diagnostik;
- 112 -

(2) indikasi pasien rawat inap, diagnosis, dan

ml
kormobiditas lain;

.ht
(3) prosedur tindakan dan terapi yang telah
diberikan;

rsi
(4) obat yang sudah diberikan dan obat untuk

ve
pulang;

as-
(5) kondisi kesehatan pasien; dan

sm
(6) instruksi tindak lanjut dan penjelaskan kepada
pasien, termasuk nomor kontak yang dapat

ske
dihubungi dalam situasi darurat.

pu
e) Informasi tentang resume pasien pulang yang

si-
diberikan kepada pasien/keluarga pasien pada saat

ita
pemulangan atau rujukan ke fasilitas kesehatan yang
lain diperlukan agar
red pasien/keluarga pasien
memahami tindak lanjut yang perlu dilakukan untuk
k
mencapai hasil pelayanan yang optimal.
r-a

f) Resume medis pasien paling sedikit terdiri atas:


da

(1) identitas Pasien;


tan

(2) diagnosis masuk dan indikasi pasien dirawat;


p/s

(3) ringkasan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang,


diagnosis akhir, pengobatan, dan rencana tindak
/
om

lanjut pelayanan kesehatan; dan


t.c

(4) nama dan tanda tangan dokter atau dokter gigi


yang memberikan pelayanan kesehatan.
spo

g) Resume medis yang diberikan kepada pasien saat


log

pulang dari rawat inap terdiri atas:


(1) data umum pasien;
a.b

(2) anamnesis (riwayat penyakit dan pengobatan);


an

(3) pemeriksaan; dan


uly

(4) terapi, tindakan dan / atau anjuran.


2) Elemen Penilaian:
m

a) Dokter/dokter gigi, perawat/bidan, dan pemberi


na

asuhan yang lain melaksanakan pemulangan, rujukan,


/ai

dan asuhan tindak lanjut sesuai dengan rencana yang


/
ps:

disusun dan kriteria pemulangan (R, D).


htt
- 113 -

b) Resume medis diberikan kepada pasien dan pihak

ml
yang berkepentingan saat pemulangan atau rujukan

.ht
(D, O, W).

rsi
6. Standar 3.7 Pelayanan Rujukan.

ve
Pelayanan rujukan dilakukan sesuai dengan ketentuan kebijakan
dan prosedur.

as-
Pelayanan rujukan dilaksanakan apabila pasien memerlukan

sm
penanganan yang bukan merupakan kompetensi dari fasilitas

ske
kesehatan tingkat pertama.
a. Kriteria 3.7.1

pu
Pelaksanaan pelayanan rujukan dilakukan sesuai dengan

si-
ketentuan kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan dan

ita
mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan.
1) Pokok Pikiran:
red
a) Jika kebutuhan pasien akan pelayanan tidak dapat
k
r-a

dipenuhi oleh Puskesmas, pasien harus dirujuk ke


fasilitas kesehatan yang mampu menyediakan
da

pelayanan berdasarkan kebutuhan pasien, baik ke


tan

FKTRL Puskesmas lain, perawatan rumahan (home


p/s

care), dan paliatif.


/

b) Untuk memastikan kontinuitas pelayanan, informasi


om

tentang kondisi pasien dituangkan dalam surat


t.c

pengantar rujukan yang meliputi kondisi klinis pasien,


spo

prosedur, dan pemeriksaan yang telah dilakukan dan


kebutuhan pasien lebih lanjut.
log

c) Proses rujukan harus diatur dengan kebijakan dan


a.b

prosedur, termasuk alternatif rujukan sehingga pasien


dijamin dalam memperoleh pelayanan yang
an

dibutuhkan di tempat rujukan pada saat yang tepat.


uly

d) Komunikasi dengan fasilitas kesehatan yang lebih


m

mampu dilakukan untuk memastikan kemampuan


na

dan ketersediaan pelayanan di FKRTL.


/ai

e) Pada pasien yang akan dirujuk dilakukan stabilisasi


/

sesuai dengan standar rujukan.


ps:

f) Pasien/keluarga terdekat pasien mempunyai hak


htt

untuk memperoleh informasi tentang rencana rujukan


- 114 -

yang meliputi (1) alasan rujukan, (2) fasilitas

ml
kesehatan yang dituju, termasuk pilihan fasilitas

.ht
kesehatan lainnya jika ada, sehingga pasien/keluarga
dapat memutuskan fasilitas mana yang dipilih, serta

rsi
(3) kapan rujukan harus dilakukan.

ve
g) Jika pasien perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan yang

as-
lain, wajib diupayakan proses rujukan berjalan sesuai

sm
dengan kebutuhan dan pilihan pasien agar pasien
memperoleh kepastian mendapat pelayanan sesuai

ske
dengan kebutuhan dan pilihan tersebut dengan

pu
konsekuensinya.

si-
h) Dilakukan identifikasi kebutuhan dan pilihan pasien

ita
(misalnya kebutuhan transportasi, petugas kompeten
yang mendampingi, sarana medis, dan keluarga yang
red
menemani, termasuk pilihan fasilitas kesehatan
k
rujukan) selama proses rujukan.
r-a

i) Selama proses rujukan pasien secara langsung,


da

pemberi asuhan yang kompeten terus memantau


tan

kondisi pasien dan fasilitas kesehatan penerima


p/s

rujukan menerima resume tertulis mengenai kondisi


klinis pasien dan tindakan yang telah dilakukan.
/
om

j) Pada saat serah terima di tempat rujukan, petugas


t.c

yang mendampingi pasien memberikan informasi


secara lengkap (SBAR) tentang kondisi pasien kepada
spo

petugas penerima transfer pasien.


log

2) Elemen Penilaian:
a) Pasien/keluarga terdekat pasien memperoleh informasi
a.b

rujukan dan memberi persetujuan untuk dilakukan


an

rujukan berdasarkan kebutuhan pasien dan kriteria


uly

rujukan untuk menjamin kelangsungan layanan ke


fasilitas kesehatan yang lain (D, W).
m

b) Dilakukan komunikasi dengan fasilitas kesehatan yang


na

menjadi tujuan rujukan dan dilakukan tindakan


/ai

stabilisasi terlebih dahulu kepada pasien sebelum


/
ps:

dirujuk sesuai kondisi pasien, indikasi medis dan


htt

kemampuan dan wewenang yang dimiliki agar


- 115 -

keselamatan pasien selama pelaksanaan rujukan

ml
dapat terjamin (D, W).

.ht
c) Dilakukan serah terima pasien yang disertai dengan
informasi yang lengkap meliputi situation, background,

rsi
assessment, recomemdation (SBAR) kepada petugas (D,

ve
W).

as-
b. Kriteria 3.7.2

sm
Dilakukan tindak lanjut terhadap rujukan balik dari FKRTL.
1) Pokok Pikiran:

ske
a) Untuk menjamin kesinambungan pelayanan, pada

pu
pasien yang dirujuk balik dari FKRTL dilaksanakan

si-
tindak lanjut sesuai dengan umpan balik rujukan dan

ita
hasilnya dicatat dalam rekam medis.
b) Jika Puskesmas menerima umpan
red balik rujukan
pasien dari fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjut
k
atau fasilitas kesehatan lain, tindak lanjut dilakukan
r-a

sesuai prosedur yang berlaku melalui proses kajian


da

dengan memperhatikan rekomendasi umpan balik


tan

rujukan.
p/s

c) Dalam pelaksanaan rujuk balik harus dilakukan


pemantauan (monitoring) dan dokumentasi
/
om

pelaksanaan rujuk balik.


t.c

2) Elemen Penilaian:
a) Dokter/dokter gigi penangggung jawab pelayanan
spo

melakukan kajian ulang kondisi medis sebelum


log

menindaklanjuti umpan balik dari FKRTL sesuai


dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan (R, D,
a.b

O).
an

b) Dokter/dokter gigi penanggung jawab pelayanan


uly

melakukan tindak lanjut terhadap rekomendasi


umpan balik rujukan sesuai dengan kebijakan dan
m

prosedur yang ditetapkan (D, O, W).


na

c) Pemantauan dalam proses rujukan balik harus dicatat


/ai

dalam formulir pemantauan (D).


/
ps:
htt
- 116 -

7. Standar 3.8 Penyelenggaraan rekam medis.

ml
Rekam Medis diselenggarakan sesuai dengan ketentuan kebijakan

.ht
dan prosedur.
Puskesmas wajib menyelenggarakan rekam medis yang berisi data

rsi
dan informasi asuhan pasien yang dibutuhkan untuk pelayanan

ve
pasien dan rekam medis itu dapat diakses oleh petugas kesehatan

as-
pemberian asuhan, manajemen, dan pihak di luar organisasi yang

sm
diberi hak akses terhadap rekam medis untuk kepentingan pasien,
asuransi, dan kepentingan lain yang sesuai dengan peraturan

ske
perundang-undangan.

pu
a. Kriteria 3.8.1

si-
Tata kelola penyelenggaraan rekam medis dilakukan sesuai

ita
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
1) Pokok Pikiran: red
a) Rekam medis merupakan sumber informasi utama
k
mengenai proses asuhan dan perkembangan pasien
r-a

sehingga menjadi media komunikasi yang penting.


da

Agar informasi ini berguna dan mendukung asuhan


tan

pasien secara berkelanjutan, rekam medis harus


p/s

tersedia selama asuhan pasien dan setiap saat


dibutuhkan serta dijaga untuk selalu mencatat
/
om

perkembangan terkini dari kondisi pasien.


t.c

b) Rekam medis diselenggarakan sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan. Rekam
spo

medis adalah berkas yang berisikan catatan dan


log

dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,


pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah
a.b

diberikan kepada pasien. Rekam medis harus dibuat


an

secara tertulis, lengkap, dan jelas atau secara


uly

elektronik.
c) Perlu dilakukan standarisasi (1) kode diagnosis, (2)
m

kode prosedur/tindakan, dan (3) simbol dan singkatan


na

yang digunakan dan tidak boleh digunakan, kemudian


/ai

pelaksanaannya dipantau untuk mencegah kesalahan


/
ps:

komunikasi dan pemberian asuhan pasien serta untuk


htt

dapat mendukung pengumpulan dan analisis data.


- 117 -

Standarisasi tersebut harus konsisten dengan standar

ml
yang berlaku sesuai ketentuan.

.ht
d) Dokter, perawat, bidan, dan petugas pemberi asuhan
yang lain bersama- sama menyepakati isi rekam medis

rsi
sesuai dengan kebutuhan informasi yang perlu ada

ve
dalam pelaksanaan asuhan pasien.

as-
e) Penyelenggaraan rekam medis dilakukan secara

sm
berurutan dari sejak pasien masuk sampai pasien
pulang, dirujuk, atau meninggal yang meliputi

ske
kegiatan

pu
(1) registrasi pasien;

si-
(2) pendistribusian rekam medis;

ita
(3) isi rekam medis dan pengisian informasi klinis;
(4) pengolahan data dan pengkodean;
red
(5) klaim pembiayaan;
k
(6) penyimpanan rekam medis;
r-a

(7) penjaminan mutu;


da

(8) pelepasan informasi kesehatan; dan


tan

(9) pemusnahan rekam medis.


p/s

f) Efek obat, efek samping obat, dan kejadian alergi


didokumentasikan dalam rekam medis.
/
om

g) Jika dijumpai adanya riwayat alergi obat, riwayat alergi


t.c

tersebut harus didokumentasikan sebagai informasi


klinis dalam rekam medis.
spo

h) Rekam medis diisi oleh setiap dokter, dokter gigi,


log

dan/atau tenaga kesehatan yang melaksanakan


pelayanan kesehatan perseorangan.
a.b

i) Apabila terdapat lebih dari satu tenaga dokter, dokter


an

gigi, dan/atau tenaga kesehatan dalam satu fasilitas


uly

kesehatan, rekam medis dibuat secara terintegrasi.


j) Setiap catatan dalam rekam medis harus lengkap dan
m

jelas dengan mencantumkan nama, waktu dan tanda


na

tangan dokter, dokter gigi, dan/atau tenaga kesehatan


/ai

yang memberikan pelayanan secara berurutan sesuai


/
ps:

dengan waktu pelayanan.


htt

k) Dalam hal terjadi kesalahan dalam pencatatan rekam


medis, dokter, dokter gigi, dan/atau tenaga kesehatan
- 118 -

lain dapat melakukan koreksi dengan cara mencoret

ml
satu garis tanpa menghilangkan catatan yang

.ht
dibetulkan, lalu memberi paraf dan tanggal; dalam hal
diperlukan penambahan kata atau kalimat, diperlukan

rsi
paraf dan tanggal.

ve
l) Rekam medis rawat jalan paling sedikit berisi:

as-
(1) identitas pasien;

sm
(2) tanggal dan waktu;
(3) hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya

ske
keluhan dan riwayat penyakit;

pu
(4) penyakit;

si-
(5) hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik;

ita
(6) diagnosis;
(7) rencana penatalaksanaan;
red
(8) pengobatan dan/ atau tindakan;
k
(9) pelayanan lain yang telah diberikan kepada
r-a

pasien
da

(10) persetujuan dan penolakan tindakan jika


tan

diperlukan;
p/s

(11) untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan


odontogram klinik; dan
/
om

(12) nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi dan


t.c

atau tenaga kesehatan yang memberikan


pelayanan kesehatan.
spo

m) Rekam medis pasien rawat inap sekurang-kurangnya


log

berisi:
(1) identitas pasien;
a.b

(2) tanggal dan waktu;


an

(3) hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya


uly

keluhan dan riwayat penyakit;


(4) hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik;
m

(5) diagnosis;
na

(6) rencana penatalaksanaan;


/ai

(7) pengobatan dan/ atau tindakan;


/
ps:

(8) persetujuan tindakan jika diperlukan;


htt

(9) catatan observasi klinis dan hasil pengobatan;


(10) ringkasan pulang (discharge summary);
- 119 -

(11) nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi dan

ml
atau tenaga kesehatan yang memberikan

.ht
pelayanan kesehatan;
(12) pelayanan lain yang telah dilakukan oleh tenaga

rsi
kesehatan tertentu;

ve
(13) untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan

as-
odontogram klinik; dan

sm
(14) nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau
tenaga kesehatan tertentu yang memberikan

ske
pelayana kesehatan.

pu
n) Rekam Medis untuk pasien gawat darurat

si-
ditambahkan isian berupa

ita
(1) identitas pasien;
(2) kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan
red
kesehatan;
k
(3) identitas pengantar pasien;
r-a

(4) tanggal dan waktu;


da

(5) hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya


tan

keluhan dan riwayat penyakit;


p/s

(6) hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik;


(7) diagnosis;
/
om

(8) rencana penatalaksanaan;


t.c

(9) pengobatan dan/ atau tindakan;


(10) ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan
spo

pelayanan di unit gawat darurat dan rencana


log

tindak lanjut;
(11) nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi dan
a.b

atau tenaga kesehatan yang memberikan


an

pelayanan kesehatan;
uly

(12) sarana transportasi yang digunakan bagi pasien


yang akan dipindahkan ke sarana pelayanan
m

kesehatan lain; dan


na

(13) pelayanan lain yang telah diberikan kepada


/ai

pasien.
/
ps:

o) Puskesmas menetapkan dan melaksanakan kebijakan


htt

penyimpanan berkas rekam medis dan data serta


informasi lainnya. Jangka waktu penyimpanan rekam
- 120 -

medis, data dan informasi lainnya terkait pasien sesuai

ml
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

.ht
guna mendukung asuhan pasien, manajemen,
dokumentasi yang sah secara hukum, pendidikan dan

rsi
penelitian.

ve
p) Kebijakan tentang penyimpanan (retensi) rekam medis

as-
konsisten dengan kerahasiaan dan keamanan

sm
informasi tersebut. Berkas rekam medis, data dan
informasi dapat dimusnahkan setelah melampui

ske
periode waktu penyimpanan sesuai dengan peraturan

pu
perundang-undangan, kecuali ringkasan pulang dan

si-
persetujuan tindakan medik.

ita
2) Elemen Penilaian:
a) Penyelenggaraan rekam
red medis dilakukan secara
berurutan dari sejak pasien masuk sampai pasien
k
pulang, dirujuk, atau meninggal meliputi kegiatan
r-a

(1) registrasi pasien;


da

(2) pendistribusian rekam medis;


tan

(3) isi rekam medis dan pengisian informasi klinis;


p/s

(4) pengolahan data dan pengkodean;


(5) klaim pembiayaan;
/
om

(6) penyimpanan rekam medis;


t.c

(7) penjaminan mutu;


(8) pelepasan informasi kesehatan;
spo

(9) pemusnahan rekam medis; dan


log

(10) termasuk riwayat alergi obat,


dilakukan sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang
a.b

ditetapkan (R, D, O, W).


an

b) Rekam medis diisi secara lengkap dan dengan tulisan


uly

yang terbaca serta harus dibubuhi nama, waktu


pemeriksanaan, dan tanda tangan dokter, dokter gigi
m

dan/atau tenaga kesehatan yang melaksanakan


na

pelayanan kesehatan perseorangan; apabila ada


/ai

kesalahan dalam melakukan pencatatan di rekam


/
ps:

medis, dilakukan koreksi sesuai dengan ketentuan


htt

peraturan perundang-undangan (D, O, W).


- 121 -

8. Standar 3.9 Penyelenggaraan pelayanan laboratorium.

ml
Penyelenggaraan pelayanan laboratorium dilaksanakan sesuai

.ht
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pelayanan laboratorium dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan

rsi
prosedur yang ditetapkan.

ve
a. Kriteria 3.9.1

as-
Pelayanan laboratorium dikelola sesuai dengan kebijakan dan

sm
prosedur yang ditetapkan.
1) Pokok Pikiran:

ske
a) Puskesmas menetapkan jenis pelayanan laboratorium

pu
yang tersedia di Puskesmas.

si-
b) Agar pelaksanaan pelayanan laboratorium dapat

ita
memberikan hasil pemeriksaan yang tepat, perlu
ditetapkan kebijakan red dan prosedur pelayanan
laboratorium mulai dari permintaan, penerimaaan,
k
pengambilan, dan penyimpanan spesimen, pengelolaan
r-a

reagen pelaksanaan pemeriksaan, dan penyampaian


da

hasil pemeriksaan kepada pihak yang membutuhkan,


tan

serta pengelolaan limbah medis dan bahan berbahaya


p/s

dan beracun (B3).


c) Pemeriksaan berisiko tinggi adalah pemeriksaan
/
om

terhadap spesimen yang berisiko infeksi pada petugas,


t.c

misalnya spesimen sputum dengan kecurigaan


tuberculosis atau darah dari pasien dengan kecurigaan
spo

hepatitis B dan HIV/AIDS.


log

d) Regulasi pelayanan laboratorium perlu disusun


sebagai acuan yang meliputi kebijakan dan pedoman
a.b

serta prosedur pelayanan laboratorium yang mengatur


an

tentang
uly

(1) jenis-jenis pelayanan laboratorium yang


disediakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
m

dan kemampuan Puskesmas;


na

(2) waktu penyerahan hasil pemeriksaan


/ai

laboratorium;
/
ps:

(3) pemeriksaan laboratorium yang berisiko tinggi;


htt

(4) permintaan pemeriksaan, penerimaan specimen,


pengambilan, dan penyimpanan spesimen;
- 122 -

(5) pelayanan pemeriksaan di luar jam kerja pada

ml
Puskesmas rawat inap atau puskesmas yang

.ht
menyediakan pelayanan di luar jam kerja;
(6) pemeriksaan laboratorium;

rsi
(7) kesehatan dan keselamatan kerja dalam

ve
pelayanan laboratorium;

as-
(8) penggunaan alat pelindung diri; dan

sm
(9) pengelolaan reagen.
e) Untuk menjamin mutu pelayanan laboratorium, perlu

ske
dilakukan upaya pemantapan mutu internal dan

pu
pemantapan mutu eksternal di Puskesmas.

si-
Pemantapan mutu dilakukan sesuai dengan jenis dan

ita
ketersediaan peralatan laboratorium yang digunakan
dan sesuai dengan peraturan perundang- undangan.
red
f) Puskesmas wajib mengikuti pemantapan mutu
k
eskternal (PME) secara periodik yang diselenggarakan
r-a

oleh institusi yang ditetapkan oleh pemerintah.


da

g) Jika pemeriksaan laboratorium tidak dapat dilakukan


tan

oleh Puskesmas karena keterbatasan kemampuan,


p/s

dapat dilakukan rujukan pemeriksaan laboratorium


dengan prosedur yang jelas.
/
om

h) Pimpinan Puskesmas perlu menetapkan jangka waktu


t.c

yang dibutuhkan untuk melaporkan hasil tes


laboratorium. Hasil dilaporkan dalam kerangka waktu
spo

berdasarkan kebutuhan pasien dan kebutuhan


log

petugas pemberi pelayanan klinis. Pemeriksaan pada


gawat darurat dan di luar jam kerja serta pada akhir
a.b

minggu termasuk dalam ketentuan ini.


an

i) Hasil pemeriksaan yang segera (urgent), seperti dari


uly

unit gawat darurat, diberikan perhatian khusus.


Sebagai tambahan, bila pelayanan laboratorium
m

dilakukan dengan bekerja sama dengan pihak luar,


na

laporan hasil pemeriksaan juga harus tepat waktu


/ai

sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan atau yang


/
ps:

tercantum dalam kontrak.


htt
- 123 -

j) Reagensia dan bahan-bahan lain yang selalu harus

ml
ada untuk pelayanan laboratorium bagi pasien harus

.ht
diidentifikasi dan ditetapkan.
k) Evaluasi periodik dilakukan terhadap ketersediaan dan

rsi
penyimpanan semua reagensia untuk memastikan

ve
akurasi dan presisi hasil pemeriksaan.

as-
l) Kebijakan dan prosedur ditetapkan untuk memastikan

sm
pemberian label yang lengkap dan akurat untuk
reagensia dan larutan yang digunakan merujuk pada

ske
ketentuan peraturan perundang-undangan.

pu
m) Sesuai dengan peralatan dan prosedur yang

si-
dilaksanakan di laboratorium, perlu ditetapkan

ita
rentang nilai normal dan rentang nilai rujukan untuk
setiap pemeriksaan yang dilaksanakan.
red
n) Nilai normal dan rentang nilai rujukan harus
k
tercantum dalam catatan klinis, sebagai bagian dari
r-a

laporan atau dalam dokumen terpisah


da

o) Jika pemeriksaan dilaksanakan oleh laboratorium luar,


tan

laporan hasil pemeriksaan harus dilengkapi dengan


p/s

rentang nilai. Jika terjadi perubahan metode atau


peralatan yang digunakan untuk melakukan
/
om

pemeriksaan atau ada perubahan terkait


t.c

perkembangan ilmu dan teknologi, harus dilakukan


evaluasi dan revisi terhadap ketentuan tentang rentang
spo

nilai pemeriksaan laboratorium.


log

p) Ada prosedur rujukan spesimen dan pasien, jika


pemeriksaan laboratorium tidak dapat dilakukan di
a.b

Puskesmas.
an

2) Elemen Penilaian:
uly

a) Kepala Puskesmas menetapkan nilai normal, rentang


nilai rujukan untuk setiap jenis pemeriksaan yang
m

disediakan, dan nilai kritis pemeriksaan laboratorium


na

(R).
/ai

b) Reagensia esensial dan bahan lain tersedia sesuai


/
ps:

dengan jenis pelayanan yang ditetapkan, pelabelan,


htt

dan penyimpanannya, termasuk proses untuk


menyatakan jika reagen tidak tersedia (R, D, W).
- 124 -

c) Penyelenggaraan pelayanan laboratorium, yang

ml
meliputi (1) sampai dengan (9), dilaksanakan sesuai

.ht
dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan (R, D,
O, W).

rsi
d) Pemantapan mutu internal dan pemantapan mutu

ve
eksternal dilakukan terhadap pelayanan laboratorium

as-
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

sm
undangan dan dilakukan perbaikan jika terjadi
penyimpangan (R, D, O, W).

ske
e) Evaluasi dan tindak lanjut dilakukan terhadap waktu

pu
pelaporan hasil pemeriksaan laboratorium (D, W).

si-
9. Standar 3.10 Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian.

ita
Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
red
Pelayanan kefarmasian dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan
k
r-a

prosedur yang ditetapkan.


a. Kriteria 3.10.1
da

Pelayanan kefarmasian dikelola sesuai dengan kebijakan dan


tan

prosedur yang ditetapkan.


p/s

1) Pokok Pikiran:
/

a) Pelayanan kefarmasian harus tersedia di Puskesmas.


om

Oleh karena itu, jenis dan jumlah obat serta bahan


t.c

medis habis pakai (BMHP) harus tersedia sesuai


spo

dengan kebutuhan pelayanan.


b) Pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis
log

pakai terdiri atas


a.b

(1) perencanaan kebutuhan;


(2) permintaan;
an

(3) penerimaan;
uly

(4) penyimpanan;
m

(5) pendistribusian;
na

(6) pengendalian;
/ai

(7) pencatatan, pelaporan dan pengarsiapan; dan


/

(8) pemantauan dan evaluasi pengelolaan.


ps:

c) Pelayanan farmasi di Puskesmas terdiri atas


htt

(1) pengkajian resep dan penyerahan obat;


- 125 -

(2) pemberian informasi obat (PIO);

ml
(3) konseling;

.ht
(4) visite pasien (khusus Puskesmas rawat inap);
(5) rekonsiliasi obat;

rsi
(6) pemantauan terapi obat (PTO); dan

ve
(7) evaluasi penggunaan obat.

as-
d) Penarikan obat kedaluwarsa (out of date), rusak, atau

sm
obat substitusi dari peredaran dikelola sesuai dengan
kebijakan dan prosedur.

ske
e) Formularium obat yang merupakan daftar obat terpilih

pu
yang dibutuhkan dan harus tersedia di Puskesmas

si-
perlu disusun sebagai acuan dalam pemberian

ita
pelayanan kepada pasien dengan mengacu pada
formularium nasional; pemilihan jenis obat dilakukan
red
melalui proses kolaboratif antarpemberi asuhan
k
dengan mempertimbangkan kebutuhan pasien,
r-a

keamanan, dan efisiensi.


da

f) Jika terjadi kehabisan obat karena terlambatnya


tan

pengiriman, kurangnya stok nasional, atau sebab lain


p/s

yang tidak dapat diantisipasi dalam pengendalian


inventaris yang normal, perlu diatur suatu proses
/
om

untuk mengingatkan para dokter/dokter gigi tentang


t.c

kekurangan obat tersebut dan saran untuk


penggantinya.
spo

g) Obat yang disediakan harus dapat dijamin keaslian


log

dan keamanannya. Oleh karena itu, perlu dilakukan


pengelolaan rantai pengadaan obat. Pengelolaan rantai
a.b

pengadaan obat adalah suatu rangkaian kegiatan yang


an

meliputi proses perencanaan dan pemilihan,


uly

pengadaan, penerimaan, penyimpanan,


pendistribusian, dan penggunaan obat.
m

h) Peresepan dilakukan oleh tenaga medis. Dalam


na

pelayanan resep, petugas farmasi wajib melakukan


/ai

pengkajian/telaah resep yang meliputi pemenuhan


/
ps:

persyaratan administratif, persyaratan farmaseutik,


htt

dan persyaratan klinis sesuai dengan peraturan


perundang-undangan, antara lain, (a) ketepatan
- 126 -

identitas pasien, obat, dosis, frekuensi, aturan

ml
minum/makan obat, dan waktu pemberian; (b)

.ht
duplikasi pengobatan; (c) potensi alergi atau
sensitivitas; (d) interaksi antara obat dan obat lain

rsi
atau dengan makanan; (e) variasi kriteria penggunaan;

ve
(f) berat badan pasien dan/atau informasi fisiologik

as-
lainnya; dan (g) kontra indikasi.

sm
i) Dalam pemberian obat, harus juga dilakukan kajian
benar yang meliputi ketepatan identitas pasien,

ske
ketepatan obat, ketepatan dosis, ketepatan rute

pu
pemberian, dan ketepatan waktu pemberian.

si-
j) Untuk Puskesmas rawat inap, penggunaan obat oleh

ita
pasien/pengobatan sendiri, baik yang dibawa ke
Puskesmas, yang diresepkan, maupun yang dipesan di
red
Puskesmas, diketahui dan dicatat dalam rekam medis.
k
Harus dilaksanakan pengawasan penggunaan obat,
r-a

terutama obat psikotropika sesuai dengan ketentuan


da

peraturan perundang-undangan.
tan

k) Obat yang perlu diwaspadai adalah obat yang


p/s

mengandung risiko yang meningkat bila ada salah


penggunaan dan dapat menimbulkan kerugian besar
/
om

pada pasien.
Obat yang perlu diwaspadai (high alert) terdiri atas :
t.c

l)
(1) obat risiko tinggi, yaitu obat yang bila terjadi
spo

kesalahan (error) dapat menimbulkan kematian


log

atau kecacatan, seperti insulin, heparin, atau


kemoterapeutik; dan
a.b

(2) obat yang nama, kemasan, label, penggunaan


an

klinik tampak/kelihatan sama (look alike), dan


uly

bunyi ucapan sama (sound alike), seperti Xanax


dan Zantac atau hydralazine dan hydroxyzine
m

atau disebut juga nama obat rupa ucapan mirip


na

(NORUM).
/ai

m) Agar obat layak dikonsumsi oleh pasien, kebersihan


/
ps:

dan keamanan terhadap obat yang tersedia harus


htt

dilakukan mulai dari pengadaan, penyimpanan,


pendistribusian, dan penyampaian obat kepada pasien
- 127 -

serta penatalaksanaan obat kedaluwarsa (out of date),

ml
rusak, atau obat substitusi.

.ht
n) Puskesmas menetapkan kebijakan dan prosedur dalam
penyampaian obat kepada pasien agar pasien

rsi
memahami indikasi, dosis, cara penggunaan obat, dan

ve
efek samping yang mungkin terjadi.

as-
o) Pasien, dokternya, perawat dan petugas kesehatan

sm
yang lain bekerja bersama untuk memantau pasien
yang mendapat obat. Tujuan pemantauan adalah

ske
untuk mengevaluasi efek pengobatan terhadap gejala

pu
pasien atau penyakitnya dan untuk mengevaluasi

si-
pasien terhadap kejadian efek samping obat.

ita
p) Berdasarkan pemantauan, dosis, atau jenis obat, bila
perlu, dapat disesuaikan
red dengan memperhatikan
pemberian obat secara rasional. Pemantauan
k
dimaksudkan untuk mengidentifikasi respons
r-a

terapeutik yang diantisipasi ataupun reaksi alergik dan


da

interaksi obat yang tidak diantisipasi serta untuk


tan

mencegah risiko bagi pasien. Memantau efek obat


p/s

dalam hal ini termasuk mengobservasi dan


mendokumentasikan setiap kejadian salah obat
/
om

(medication error).
t.c

q) Bila terjadi kegawatdaruratan pasien, akses cepat


terhadap obat gawat darurat (emergency) yang tepat
spo

adalah sangat penting. Perlu ditetapkan lokasi


log

penyimpanan obat gawat darurat di tempat pelayanan


dan obat gawat darurat yang harus disuplai ke lokasi
a.b

tersebut.
an

r) Untuk memastikan akses ke obat gawat darurat


uly

bilamana diperlukan, disediakan prosedur untuk


mencegah penyalahgunaan, pencurian, atau
m

kehilangan terhadap obat dimaksud. Prosedur ini


na

memastikan bahwa obat diganti bilamana digunakan,


/ai

rusak, atau kedaluwarsa. Keseimbangan antara akses,


/
ps:

kesiapan, dan keamanan dari tempat penyimpanan


htt

obat gawat darurat perlu dipenuhi.


- 128 -

s) Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan

ml
instruksi pengobatan dengan obat yang telah didapat

.ht
pasien. Rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah
terjadinya kesalahan pelayanan obat (medication

rsi
error), seperti obat tidak diberikan, duplikasi,

ve
kesalahan dosis, atau interaksi obat.

as-
t) Tujuan dilakukannya rekonsiliasi obat adalah:

sm
(1) memastikan informasi yang akurat tentang obat
yang digunakan pasien;

ske
(2) mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak

pu
terdokumentasinya instruksi dokter; dan

si-
(3) mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak

ita
terbacanya instruksi dokter.
u) Tahap proses rekonsiliasi obat adalah sebagai berikut.
red
(1) Pengumpulan data. Tahap ini dilakukan dengan
k
mencatat data dan memverifikasi obat yang
r-a

sedang dan akan digunakan pasien yang meliputi


da

nama obat, dosis, frekuensi, rute, obat mulai


tan

diberikan, obat diganti, obat dilanjutkan, obat


p/s

dihentikan, riwayat alergi pasien, serta efek


samping obat yang pernah terjadi. Khusus untuk
/
om

data alergi dan efek samping obat, dicatat


t.c

tanggal kejadian, obat yang menyebabkan


terjadinya reaksi alergi dan efek samping, efek
spo

yang terjadi, dan tingkat keparahan. Data riwayat


log

penggunaan obat didapatkan dari pasien,


keluarga pasien, daftar obat pasien, obat yang ada
a.b

pada pasien, dan rekam medis (medication chart).


an

Data obat yang dapat digunakan tidak lebih dari


uly

tiga bulan sebelumnya. Pada semua obat yang


digunakan oleh pasien, baik resep maupun obat
m

bebas termasuk herbal, harus dilakukan proses


na

rekonsiliasi.
/ai

(2) Komparasi. Petugas kesehatan membandingkan


/
ps:

data obat yang pernah, sedang, dan akan


htt

digunakan. Ketidakcocokan (discrepancy) adalah


bilamana ditemukan ketidakcocokan/perbedaan
- 129 -

di antara data-data tersebut. Ketidakcocokan

ml
dapat pula terjadi bila ada obat yang hilang,

.ht
berbeda, ditambahkan, atau diganti tanpa ada
penjelasan yang didokumentasikan pada rekam

rsi
medis pasien. Ketidakcocokan ini dapat bersifat

ve
disengaja (intentional) oleh dokter pada saat

as-
penulisan resep ataupun tidak disengaja

sm
(unintentional) ketika dokter tidak tahu adanya
perbedaan pada saat menuliskan resep.

ske
(3) Apoteker melakukan konfirmasi kepada dokter

pu
jika menemukan ketidaksesuaian dokumentasi.

si-
Bila ada ketidaksesuaian, dokter harus dihubungi

ita
kurang dari 24 jam. Hal lain yang harus
dilakukan oleh apoteker adalah:
red
(a) menentukan bahwa adanya perbedaan
k
tersebut disengaja atau tidak disengaja;
r-a

(b) mendokumentasikan alasan penghentian,


da

penundaan, atau pengganti; dan


tan

(c) memberikan tanda tangan, tanggal, dan


p/s

waktu dilakukannya rekonsilliasi obat.


(4) Komunikasi. Komunikasi dilakukan dengan
/
om

pasien dan/atau keluarga pasien atau perawat


t.c

mengenai perubahan terapi yang terjadi. Apoteker


bertanggung jawab terhadap informasi obat yang
spo

diberikan.
log

2) Elemen Penilaian:
a) Tersedia daftar formularium obat puskesmas (D).
a.b

b) Dilakukan pengelolaan sediaan farmasi dan bahan


an

medis habis pakai oleh tenaga kefarmasian sesuai


uly

dengan pedoman dan prosedur yang telah ditetapkan


(R, D, O, W).
m

c) Dilakukan rekonsiliasi obat dan pelayanan farmasi


na

klinik oleh tenaga kefarmasian sesuai dengan prosedur


/ai

yang telah ditetapkan (R, D, O, W).


/
ps:

d) Dilakukan kajian resep dan pemberian obat dengan


htt

benar pada setiap pelayanan pemberian obat (R, D, O,


W)
- 130 -

e) Dilakukan edukasi kepada setiap pasien tentang

ml
indikasi dan cara penggunaan obat (R, D, O, W).

.ht
f) Obat gawat darurat tersedia pada unit yang diperlukan
dan dapat diakses untuk memenuhi kebutuhan yang

rsi
bersifat gawat darurat, lalu dipantau dan diganti tepat

ve
waktu setelah digunakan atau jika kedaluwarsa ( R, D,

as-
O, W).

sm
g) Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap
ketersediaan obat dan kesesuaian peresepan dengan

ske
formularium (D, W).

pu
si-
D. BAB IV PROGRAM PRIORITAS NASIONAL (PPN)

ita
Program Prioritas Nasional dilaksanakan melalui integrasi pelayanan
UKM dan UKP sesuai dengan prinsip pencegahan lima tingkat (five level
red
prevention).
k
r-a

1. Standar 4.1 Pencegahan dan penurunan stunting.


Puskesmas melaksanakan pencegahan dan penurunan stunting
da

beserta pemantauan dan evaluasinya sesuai dengan ketentuan


tan

peraturan perundang-undangan.
p/s

a. Kriteria 4.1.1
/

Pencegahan dan penurunan stunting direncanakan,


om

dilaksanakan, dipantau, dan dievaluasi dengan melibatkan


t.c

lintas program, lintas sektor, dan pemberdayaan masyarakat.


spo

1) Pokok Pikiran:
a) Pencegahan dan penurunan stunting direncanakan,
log

dilaksanakan, dipantau, dan dievaluasi dengan


a.b

melibatkan lintas program, lintas sektor, dan


pemberdayaan masyarakat.
an

b) Upaya pencegahan dan penurunan stunting tidak


uly

dapat dilakukan oleh sektor kesehatan saja, tetapi


m

perlu dilakukan pemberdayaan lintas sektor dan


na

masyarakat melalui perbaikan pola makan, pola asuh,


/ai

dan sanitasi serta akses terhadap air bersih.


/

c) Upaya pencegahan dan penurunan stunting dilakukan


ps:

terintegrasi lintas program, antara lain, dalam


htt

pelayanan pemeriksaan kehamilan, imunisasi,


- 131 -

kegiatan promosi, dan konseling (menyusui dan gizi),

ml
pemberian suplemen, dan kegiatan internvesi lainnya.

.ht
d) Integrasi lintas sektor dalam upaya pencegahan dan
penurunan stunting, antara lain, dilakukan melalui

rsi
advokasi dan sosialisasi kepada tokoh masyarakat,

ve
keluarga, masyarakat, serta sasaran program dan

as-
intervensi lainnya.

sm
e) Dalam pencegahan dan penurunan stunting,
dilakukan upaya promotif dan preventif untuk

ske
meningkatkan layanan dan cakupan intervensi gizi

pu
sensitif (lintas sektor) dan intervensi gizi spesifik (lintas

si-
program) sesuai dengan pedoman yang berlaku.

ita
f) Intervensi gizi sensitif antara lain, meliputi
(1) perlindungan sosial; red
(2) penguatan pertanian;
k
(3) perbaikan air dan sanitasi lingkungan;
r-a

(4) keluarga berencana;


da

(5) perkembangan anak usia dini;


tan

(6) kesehatan mental ibu;


p/s

(7) perlindungan anak; dan


(8) pendidikan dalam kelas.
/
om

g) Intervensi gizi spesifik meliputi


t.c

(1) pemberian tablet tambah darah (TTD) pada


remaja puteri;
spo

(2) pemberian tablet tambah darah (TTD) pada ibu


log

hamil;
(3) pemberian makanan tambahan pada ibu hamil
a.b

kurang energi kronik (KEK);


an

(4) promosi/konseling pemberian makanan bayi dan


uly

anak (IMD, ASI eksklusif, dan makanan


pendamping ASI yang tepat);
m

(5) pemantauan pertumbuhan dan perkembangan


na

balita;
/ai

(6) tata laksana balita gizi buruk;


/
ps:

(7) pemberian vitamin A bayi dan balita;


htt

(8) pemberian tambahan asupan gizi untuk balita gizi


kurang;
- 132 -

(9) penganekaragaman makanan;

ml
(10) suplementasi/fortifikasi gizi mikro;

.ht
(11) manajemen dan pencegahan penyakit;
(12) intervensi gizi dalam kedaruratan; dan

rsi
(13) kampanye asupan protein hewani pada ibu hamil,

ve
ASI eksklusif; dan MPASI kepada bayi dan balita.

as-
h) Bentuk intervensi sensitif dan spesifik dalam

sm
perjalanannya akan mengikuti perkembangan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

ske
yang berlaku.

pu
i) Penetapan indikator kinerja stunting terintegrasi

si-
dengan penetapan indikator kinerja Puskesmas.

ita
j) Pencegahan dan penurunan stunting harus dapat
menjamin terlaksananya pencatatan dan pelaporan
red
yang akurat dan sesuai prosedur terutama
k
pengukuran panjang atau tinggi badan menurut umur
r-a

(PB/U - TB/U) dan perkembangan balita.


da

k) Pencatatan dan pelaporan pelayanan pencegahan dan


tan

penurunan stunting, baik secara manual maupun


p/s

elektronik, dilakukan secara lengkap, akurat, tepat


waktu, dan sesuai dengan prosedur. Pelaporan kepada
/
om

kepala puskesmas dan dinas kesehatan daerah


t.c

kabupaten/kota dan/atau pihak lainnya mengacu


pada ketentuan peraturan perundang-undangan.
spo

Pelaporan kepada kepala puskesmas dapat dilakukan


log

secara tertulis atau penyampaian secara langsung


melalui pertemuan-pertemuan seperti lokakarya mini
a.b

bulanan, pertemuan tinjauan manajemen, dan forum


an

lainnya.
uly

l) Puskesmas melakukan pengukuran terhadap indikator


kinerja yang telah ditetapkan dan disertai dengan
m

analisis capaian. Analisis capaian indikator dilakukan


na

dengan metode analisis sesuai dengan pedoman dan


/ai

panduan yang berlaku, misal dengan merujuk pada


/
ps:

metode analisis situasi yang terdapat di dalam buku


htt

Pedoman Manajemen Puskesmas.


- 133 -

m) Rencana program pencegahan dan penurunan

ml
stunting disusun dengan mengutamakan upaya

.ht
promotif dan preventif berdasarkan hasil analisis
masalah gizi di wilayah kerja Puskesmas dengan

rsi
pelibatan lintas program yang terintegrasi dengan RUK

ve
dan RPK pelayanan UKM serta UKP, laboratorium, dan

as-
kefarmasian.

sm
2) Elemen Penilaian:
a) Ditetapkan indikator dan target kinerja stunting

ske
dalam rangka mendukung program pencegahan dan

pu
penurunan, yang disertai capaian dan analisisnya (R,

si-
D, W).

ita
b) Ditetapkan program pencegahan dan penurunan
stunting (R, W). red
c) Dikoordinasikan dan dilaksanakan kegiatan
k
pencegahan dan penurunan stunting dalam bentuk
r-a

intervensi gizi spesifik dan sensitif sesuai dengan


da

rencana yang disusun bersama lintas program dan


tan

lintas sektor sesuai dengan kebijakan, prosedur, dan


p/s

kerangka acuan yang telah ditetapkan (R, D, W).


d) Dilakukan pemantauan, evaluasi, dan tindak lanjut
/
om

terhadap pelaksanaan program pencegahan dan


t.c

penurunan stunting (D, W).


e) Dilaksanakan pencatatan dan dilakukan pelaporan
spo

kepada kepala puskesmas dan dinas kesehatan


log

daerah kabupaten/kota sesuai dengan prosedur yang


telah ditetapkan (R, D, W).
a.b

2. Standar 4.2 Penurunan jumlah kematian ibu dan jumlah kematian


an

bayi.
uly

Program penurunan jumlah kematian ibu dan jumlah kematian bayi


m

diselenggarakan dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan


na

menuju cakupan kesehatan semesta, terutama penguatan pelayanan


/ai

kesehatan primer, dengan mendorong upaya promotif dan preventif.


/

Puskesmas memberikan pelayanan kesehatan ibu hamil, pelayanan


ps:

kesehatan persalinan, pelayanan kesehatan masa sesudah


htt

melahirkan, serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir beserta


- 134 -

pemantauan dan evaluasinya sesuai dengan ketentuan peraturan

ml
perundang-undangan.

.ht
a. Kriteria 4.2.1
Puskesmas melaksanakan pelayanan kesehatan ibu hamil,

rsi
pelayanan kesehatan ibu bersalin, pelayanan kesehatan masa

ve
sesudah melahirkan, dan pelayanan kesehatan bayi baru lahir.

as-
1) Pokok Pikiran:

sm
a) Pelayanan kesehatan ibu hamil adalah setiap
kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang

ske
dilakukan sejak terjadinya masa konsepsi hingga

pu
melahirkan.

si-
b) Pelayanan kesehatan pada ibu hamil, persalinan, masa

ita
sesudah melahirkan, dan bayi baru lahir dilakukan
sesuai dengan standar dalam pedoman yang berlaku.
red
c) Upaya pelayanan kesehatan pada ibu hamil
k
dilaksanakan secara terintegrasi dengan lintas
r-a

program dalam rangka penurunan stunting.


da

d) Pelayanan pada masa kehamilan meliputi pelayanan


tan

sesuai dengan standar kuantitas dan standar kualitas.


p/s

(1) Standar kuantitas adalah kunjungan minimal


enam kali selama periode kehamilan (K6) dengan
/
om

ketentuan:
t.c

(a) satu kali pada trimester pertama.


(b) dua kali pada trimester kedua.
spo

(c) tiga kali pada trimester ketiga


log

(2) Standar Kualitas yaitu pelayanan antenatal yang


memenuhi 10 T yang meliputi:
a.b

(a) pengukuran berat badan dan tinggi badan;


an

(b) pengukuran tekanan darah;


uly

(c) pengukuran lingkar lengan atas (lila);


(d) pengukuran tinggi puncak rahim (fundus
m

uteri);
na

(e) penentuan presentasi janin dan denyut


/ai

jantung janin (DJJ);


/
ps:

(f) pemberian imunisasi sesuai dengan status


htt

imunisasi;
- 135 -

(g) pemberian tablet tambah darah minimal 90

ml
tablet;

.ht
(h) tes laboratorium;
(i) tata laksana/penanganan kasus; dan

rsi
(j) temu wicara (konseling)

ve
e) Penetapan indikator kinerja stunting terintegrasi

as-
dengan penetapan indikator kinerja Puskesmas.

sm
f) Pelayanan kesehatan ibu bersalin yang selanjutnya
disebut persalinan adalah setiap kegiatan dan/atau

ske
serangkaian kegiatan yang ditujukan kepada ibu sejak

pu
dimulainya persalinan hingga 6 jam sesudah

si-
melahirkan

ita
g) Adapun Pelayanan pada masa persalinan sesuai
standar meliputi red
(1) persalinan normal.
k
(2) persalinan dengan komplikasi
r-a

h) Standar persalinan normal adalah Asuhan Persalinan


da

Normal (APN) sesuai standar, yaitu


tan

(1) dilakukan di fasilitas kesehatan.


p/s

(2) tenaga penolong minimal 3 orang, terdiri dari:


(a) dokter, bidan dan perawat; atau
/
om

(b) dokter dan 2 (dua) orang bidan.


t.c

i) Standar persalinan dengan komplikasi mengacu pada


Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di FKTP dan
spo

FKRTL.
log

j) Pelayanan kesehatan masa sesudah melahirkan


adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian yang
a.b

dilakukan ditujukan kepada ibu selama nifas (6 jam


an

sampai dengan 42 hari sesudah melahirkan).


uly

k) Pelayanan kesehatan masa sesudah melahirkan


dilakukan minimal empat kali, yaitu sebagai berikut.
m

(1) Pelayanan pertama dilakukan pada waktu 6 - 48


na

jam setelah persalinan


/ai

(2) Pelayanan kedua dilakukan pada waktu 3 - 7


/
ps:

hari setelah persalinan


htt

(3) Pelayanan ketiga dilakukan pada waktu 8 - 28


hari setelah persalinan
- 136 -

(4) Pelayanan keempat dilakukan pada waktu 29 -

ml
42 hari setelah persalinan.

.ht
Pelayanan dilakukan dengan ruang lingkup yang
meliputi

rsi
(1) pemeriksaan dan tata laksana menggunakan

ve
algoritme tata laksana masa nipas;

as-
(2) identifikasi risiko dan komplikasi;

sm
(3) penanganan risiko dan komplikasi;
(4) konseling; dan

ske
(5) pencatatan pada buku kesehatan ibu dan anak,

pu
kohort ibu dan kartu ibu/rekam medis;

si-
l) Pelayanan kesehatan bayi baru lahir dilakukan melalui

ita
pelayanan kesehatan neonatal esensial sesuai dengan
standar. Pelayanan red kesehatan neonatal esensial
dilakukan ketika bayi berumur 0—28 hari.
k
m) Pelayanan bayi baru lahir meliputi pelayanan sesuai
r-a

dengan standar kuantitas dan standar kualitas.


da

(1) Pelayanan standar kuantitas adalah kunjungan


tan

minimal tiga kali selama periode neonatal dengan


p/s

ketentuan sebagai berikut:


(a) Kunjungan Neonatal 1 (KN1) 6-48 jam
/
om

(b) Kunjungan Neonatal 2 (KN2) 3-7 hari


t.c

(c) Kunjungan Neonatal 3 (KN3) 8-28 hari


(2) Standar kualitas yang ditetapkan adalah sebagai
spo

berikut:
log

(a) Pelayanan Neonatal Esensial Saat Lahir (0—6


jam).
a.b

Perawatan neonatal esensial saat lahir


an

meliputi:
uly

1. perawatan neontarus pada 30 detik


pertama;
m

2. penjagaan bayi tetap hangat;


na

3. pemotongan dan perawatan tali pusat;


/ai

4. inisiasi menyusu dini (IMD);


/
ps:

5. pemberian identitas;
htt

6. injeksi vitamin K1;


7. pemberian salep/tetes mata antibiotik;
- 137 -

8. pemeriksaan fisik bayi baru lahir;

ml
9. penentuan usia gestasi;

.ht
10. pemberian imunisasi (injeksi vaksin
hepatitis B0);

rsi
11. pemantauan tanda bahaya; dan

ve
12. perujukan pada kasus yang tidak dapat

as-
ditangani dalam kondisi stabil dengan

sm
tepat waktu ke fasilitas kesehatan yang
lebih mampu.

ske
(b) Pelayanan Neonatal Esensial Setelah Lahir (6

pu
jam - 28 hari).

si-
Perawatan neonatal esensial setelah lahir

ita
meliputi:
1. penjagaan bayi tetap hangat;
red
2. konseling perawatan bayi baru lahir dan
k
ASI eksklusif;
r-a

3. pemeriksaan kesehatan dengan


da

menggunakan standar manajemen


tan

terpadu balita sakit (MTBS) dan buku


p/s

KIA;
4. pemberian vitamin K1 bagi yang lahir
/
om

tidak di fasilitas kesehatan atau belum


t.c

mendapatkan injeksi vitamin K1;


5. imunisasi hepatitis B injeksi untuk bayi
spo

usia kurang dari 24 jam yang lahir tidak


log

ditolong oleh tenaga kesehatan;


6. perawatan dengan metode kanguru bagi
a.b

bayi berat lahir rendah (BBLR); dan


an

7. penanganan dan rujukan kasus


uly

neonatal komplikasi.
n) Puskesmas yang memberikan pelayanan persalinan
m

harus melakukan pelayanan dan penyediaan alat,


na

obat, dan prasarana pelayanan kesehatan ibu dan bayi


/ai

baru lahir, termasuk standar alat kegawatdaruratan


/
ps:

maternal sesuai dengan kewenangannya berdasarkan


htt

ketentuan peraturan perundang-undangan.


- 138 -

o) Untuk menjamin kesuksesan pelaksanaan program

ml
penurunan jumlah kematian ibu dan jumlah kematian

.ht
bayi, dilakukan upaya promotif dan preventif dengan
pelibatan lintas program dan lintas sektor serta

rsi
dengan pemberdayaan masyarakat. Bentuk

ve
keterlibatan dalam kegiatan ini bisa berupa

as-
terbentuknya koordinasi dalam tim yang bertujuan

sm
untuk menurunkan jumlah kematian ibu dan jumlah
kematian bayi di tingkat kecamatan, yaitu dengan

ske
adanya program Desa Siaga dengan pendekatan

pu
program perencanaan persalinan dan pencegahan

si-
komplikasi (P4K), Suami Siaga, dan kegiatan

ita
pemberdayaan lainnya.
p) Puskesmas melakukan pengukuran terhadap indikator
red
kinerja yang telah ditetapkan dan dilakukan analisis
k
capaian. Analisis capaian indikator dilakukan dengan
r-a

metode analisis sesuai dengan pedoman/panduan


da

yang berlaku, misal dengan merujuk pada metode


tan

analisis situasi yang terdapat di dalam buku Pedoman


p/s

Manajemen Puskesmas.
q) Pencatatan dan pelaporan terhadap pelayanan
/
om

kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu pada masa


t.c

sesudah melahirkan, bayi baru lahir, dan bayi


dilakukan secara manual ataupun elektronik dengan
spo

lengkap, akurat, tepat waktu, dan sesuai dengan


log

prosedur yang meliputi cakupan program kesehatan


keluarga, pencatatan kohort, pelaporan kematian ibu,
a.b

bayi lahir mati dan kematian neonatal, kematian bayi


an

pascalahir (post-natal), serta pengisian dan


uly

pemanfaatan buku KIA. Pelaporan kepada kepala


puskesmas dan dinas kesehatan daerah
m

kabupaten/kota dan/atau pihak lainnya mengacu


na

pada ketentuan peraturan perundang-undangan.


/ai

Pelaporan kepada kepala puskesmas dapat dilakukan


/
ps:

secara tertulis atau penyampaian secara langsung


htt

melalui pertemuan-pertemuan seperti lokakarya mini


- 139 -

bulanan, pertemuan tinjauan manajemen, dan forum

ml
lainnya.

.ht
r) Rencana program penurunan jumlah kematian ibu dan
jumlah kematian bayi disusun dengan mengutamakan

rsi
upaya promotif dan preventif berdasarkan hasil

ve
analisis masalah kematian ibu dan kematian bayi di

as-
wilayah kerja Puskesmas dengan melibatkan lintas

sm
program yang terintegrasi dengan RUK dan RPK
pelayanan UKM serta UKP, laboratorium, dan

ske
kefarmasian.

pu
2) Elemen Penilaian:

si-
a) Ditetapkannya indikator dan target kinerja dalam

ita
rangka penurunan jumlah kematian ibu dan jumlah
kematian bayi yang disertai capaian dan analisisnya (R,
red
D, W).
k
b) Ditetapkan program penurunan jumlah kematian ibu
r-a

dan jumlah kematian bayi (R, W).


da

c) Tersedia alat, obat, bahan habis pakai dan prasarana


tan

pendukung pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru


p/s

lahir termasuk standar alat kegawatdaruratan


maternal dan neonatal sesuai dengan standar dan
/
om

dikelola sesuai dengan prosedur (R, D, O, W).


t.c

d) Dilakukan pelayanan kesehatan pada masa hamil,


masa persalinan, masa sesudah melahirkan, dan pada
spo

bayi baru lahir sesuai dengan prosedur yang


log

ditetapkan; ditetapkan kewajiban penggunaan


partograf pada saat pertolongan persalinan dan upaya
a.b

stabilisasi prarujukan pada kasus komplikasi,


an

termasuk pelayanan pada Puskesmas mampu PONED,


uly

sesuai dengan kebijakan, pedoman/panduan,


prosedur, dan kerangka acuan yang telah ditetapkan
m

(R, D, W).
na

e) Dikoordinasikan dan dilaksanakan program


/ai

penurunan jumlah kematian ibu dan jumlah kematian


/
ps:

bayi sesuai dengan regulasi dan rencana kegiatan


htt

yang disusun bersama lintas program dan lintas sektor


(R, D, W).
- 140 -

f) Dilakukan pemantauan, evaluasi, dan tindak lanjut

ml
terhadap pelaksanaan program penurunan jumlah

.ht
kematian ibu dan jumlah kematian bayi termasuk
pelayanan kesehatan pada masa hamil, persalinan dan

rsi
pada bayi baru lahir di Puskesmas (D, W).

ve
g) Dilaksanakan pencatatan, lalu dilakukan pelaporan

as-
kepada kepala puskesmas dan dinas kesehatan daerah

sm
kabupaten/kota sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan (R, D, W).

ske
3. Standar 4.3 Peningkatan cakupan dan mutu imunisasi.

pu
Peningkatan cakupan dan mutu imunisasi diselenggarakan dalam

si-
upaya meningkatkan pelayanan kesehatan menuju cakupan

ita
kesehatan semesta, terutama penguatan pelayanan kesehatan primer,
red
dengan mendorong upaya promotif dan preventif.
Puskesmas melaksanakan program imunisasi sesuai dengan
k
r-a

ketentuan peraturan perundang-undangan.


a. Kriteria 4.3.1
da

Program imunisasi direncanakan, dilaksanakan, dipantau, dan


tan

dievaluasi dalam upaya peningkatan capaian cakupan dan mutu


p/s

imunisasi.
/

1) Pokok Pikiran:
om

a) Sebagai upaya untuk melindungi masyarakat dari


t.c

penyakit menular yang dapat dicegah melalui


spo

imunisasi, Puskesmas wajib melaksanakan kegiatan


imunisasi sebagai bagian dari program prioritas
log

nasional.
a.b

b) Penetapan indikator kinerja imunisasi terintegrasi


dengan penetapan indikator kinerja Puskesmas.
an

c) Pelaksanaan program imunisasi di Puskesmas perlu


uly

direncanakan, dilaksanakan, dipantau, dan dievaluasi


m

agar dapat mencapai cakupan imunisasi secara


na

optimal.
/ai

d) Perencanaan yang terperinci (micro planning) meliputi


/

pemetaan wilayah, identifikasi dan penentuan jumlah


ps:

sasaran, kebutuhan SDM, penentuan kebutuhan,


htt

jadwal pelaksanaan imunisasi, serta jadwal dan


- 141 -

mekanisme distribusi logistik, dan biaya operasional

ml
disusun untuk memastikan pelaksanaan program

.ht
imunisasi berjalan dengan baik. Perencanaan yang
terperinci disusun dengan melibatkan lintas program

rsi
terkait.

ve
e) Tindak lanjut perbaikan program imunisasi

as-
berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi

sm
dilaksanakan meliputi upaya promotif dan preventif
dalam rangka penjangkauan sasaran dan peningkatan

ske
cakupan imunisasi melalui:

pu
(1) kegiatan sweeping, drop out follow up (DOFU),

si-
kegiatan SOS (sustainable outreach services)

ita
untuk daerah geografis sulit, defaulter tracking,
backlog fighting, crash program, dan catch up
red
campaign;
k
(2) upaya peningkatan kualitas imunisasi melalui
r-a

pengelolaan vaksin yang sesuai dengan prosedur,


da

pemberian imunisasi yang aman dan sesuai


tan

dengan prosedur, kegiatan validasi data sasaran,


p/s

penilaian mandiri atas kualitas data (data quality


self assessment/DQS), dan penilaian kenyamanan
/
om

cepat (rapid convenience assessment/RCA) untuk


t.c

melakukan validasi terhadap hasil cakupan


imunisasi dan supervisi berkala; serta
spo

(3) upaya penggerakan masyarakat dengan kegiatan


log

penyuluhan sosialisasi melalui berbagai media


komunikasi, peningkatan keterlibatan lintas
a.b

program dan lintas sektor terkait, dan


an

pembentukan forum komunikasi masyarakat


uly

peduli imunisasi.
f) Puskesmas melakukan pengelolaan rantai dingin
m

vaksin (cold chain vaccines) sesuai dengan prosedur


na

yang telah ditetapkan.


/ai

g) Puskesmas melakukan pengukuran terhadap indikator


/
ps:

kinerja yang telah ditetapkan dan disertai dengan


htt

analisis capaian. Analisis capaian indikator dilakukan


dengan metode analisis sesuai dengan
- 142 -

pedoman/panduan yang berlaku, misal dengan

ml
merujuk pada metode analisis situasi yang terdapat

.ht
di dalam buku Pedoman Manajemen Puskesmas.
h) Pencatatan dan pelaporan pelayanan imunisasi, baik

rsi
secara manual maupun elektronik, dilakukan secara

ve
lengkap, akurat, tepat waktu, dan sesuai dengan

as-
prosedur dengan format laporan yang telah ditetapkan

sm
yang meliputi cakupan indikator kinerja imunisasi,
stok dan pemakaian vaksin dan logistik lainnya, serta

ske
kondisi peralatan rantai vaksin dan KIPI. Pelaporan

pu
kepada kepala puskesmas dan dinas kesehatan daerah

si-
kabupaten/kota dan/atau pihak lainnya mengacu

ita
pada ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pelaporan kepada kepala puskesmas dapat dilakukan
red
secara tertulis atau penyampaian secara langsung
k
melalui pertemuan-pertemuan seperti lokakarya mini
r-a

bulanan, pertemuan tinjauan manajemen, dan forum


da

lainnya.
tan

i) Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan secara


p/s

berkala, berkesinambungan, dan berjenjang, kemudian


dilakukan analisis serta dibuat rencana tindak lanjut
/
om

perbaikan program imunisasi.


t.c

j) Rencana program peningkatan dan cakupan mutu


imunisasi disusun dengan mengutamakan upaya
spo

promotif dan preventif berdasarkan hasil analisis


log

masalah imunisasi di wilayah kerja Puskesmas dengan


pelibatan lintas program yang terintegrasi dengan RUK
a.b

dan RPK pelayanan UKM serta UKP, laboratorium, dan


an

kefarmasian.
uly

2) Elemen Penilaian:
a) Ditetapkan indikator dan target kinerja program
m

imunisasi yang disertai capaian dan analisisnya (R, D,


na

W).
/ai

b) Ditetapkan program imunisasi (R, W).


/
ps:

c) Tersedia vaksin dan logistik sesuai dengan kebutuhan


htt

program imunisasi (R, D, O, W).


d) Dilakukan pengelolaan vaksin untuk memastikan
- 143 -

rantai vaksin dikelola sesuai dengan prosedur (R, D, O,

ml
W).

.ht
e) Kegiatan peningkatan cakupan dan mutu imunisasi
dikoordinasikan dan dilaksanakan sesuai dengan

rsi
rencana dan prosedur yang telah ditetapkan bersama

ve
secara lintas program dan lintas sektor sesuai dengan

as-
kebijakan, pedoman/panduan, prosedur dan kerangka

sm
acuan yang telah ditetapkan (R, D, W).
f) Dilakukan pemantauan dan evaluasi serta tindak

ske
lanjut upaya perbaikan program imunisasi (D, W).

pu
g) Dilaksanakan pencatatan dan dilakukan pelaporan

si-
kepada kepala puskesmas dan dinas kesehatan daerah

ita
kabupaten/kota sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan (R, D, W). red
4. Standar 4.4 Program penanggulangan tuberkulosis.
k
r-a

Program Penanggulangan Tuberkulosis (TBC) diselenggarakan dalam


upaya meningkatkan pelayanan kesehatan menuju cakupan
da

kesehatan semesta, terutama penguatan pelayanan kesehatan primer


tan

dengan mendorong upaya promotif dan preventif.


p/s

Puskesmas memberikan pelayanan kepada pengguna layanan TBC


/

mulai dari penemuan kasus TBC pada orang yang terduga TBC,
om

penegakan diagnosis, penetapan klasifikasi dan tipe pengguna


t.c

layanan TBC, serta tata laksana kasus yang terdiri atas pengobatan
spo

pengguna layanan beserta pemantauan dan evaluasinya untuk


memutus mata rantai penularan sesuai dengan ketentuan peraturan
log

perundang-undangan.
a.b

a. Kriteria 4.4.1
Puskesmas melaksanakan pelayanan kepada pasien TBC mulai
an

dari penemuan kasus TBC pada orang yang terduga TBC,


uly

penegakan diagnosis, penetapan klasifikasi dan tipe pengguna


m

layanan TBC, serta tata laksana kasus yang terdiri atas


na

pengobatan pasien beserta pemantauan dan evaluasinya.


/ai

1) Pokok Pikiran:
/

a) Penanggulangan tuberkulosis adalah segala upaya


ps:

kesehatan yang mengutamakan aspek promotif dan


htt

preventif tanpa mengabaikan aspek kuratif dan


- 144 -

rehabilitatif yang ditujukan untuk melindungi

ml
kesehatan masyarakat, menurunkan angka kesakitan,

.ht
kecacatan, atau kematian, memutuskan penularan,
mencegah resistensi obat, dan mengurangi dampak

rsi
negatif yang ditimbulkan akibat tuberkulosis.

ve
b) Tuberkulosis merupakan permasalahan penyakit

as-
menular baik global maupun nasional. Upaya untuk

sm
penanggulangan penularan tuberkulosis merupakan
salah satu program prioritas nasional di bidang

ske
kesehatan

pu
c) Program penanggulangan tuberkulosis direncanakan,

si-
dilaksanakan, dipantau, dan ditindak lanjuti dalam

ita
upaya mengeliminasi tuberkulosis.
d) Penetapan indikator kinerja TBC terintegrasi dengan
red
penetapan indikator kinerja Puskesmas
k
e) Pelayanan pasien TBC dilaksanakan melalui:
r-a

(1) pelayanan kasus TBC Sensitif Obat (SO) yang


da

terdiri atas
tan

(a) penemuan kasus TBC secara aktif dan pasif;


p/s

(b) diagnosis dilakukan sesuai standar dengan


pemeriksaan tes cepat molekuler,
/
om

mikroskopis, dan biakan;


t.c

(c) pengobatan TBC sesuai standar; dan


(d) pemantauan pasien TBC dilakukan melalui
spo

pemeriksaan mikroskopis pada akhir bulan


log

ke-2, akhir bulan ke-5, dan pada akhir


pengobatan.
a.b

(2) pelayanan kasus TBC Resisten Obat (RO)


an

dilakukan dengan:
uly

(a) penemuan kasus TBC secara aktif dan pasif;


(b) kemampuan Puskesmas dalam melakukan
m

penjaringan kasus TBC RO dan merujuk


na

terduga untuk melakukan diagnosis jika


/ai

diperlukan
/
ps:

(c) kemampuan Puskesmas dalam melanjutkan


htt

pengobatan pasien TBC RO; dan


- 145 -

(d) kemampuan Puskesmas dalam melakukan

ml
rujukan pemeriksaan laboratorium dan

.ht
tindak lanjut (follow up) bagi pengguna
layanan TBC RO.

rsi
(3) pemberian pengobatan pencegahan TBC pada

ve
anak dan ODHA;

as-
(4) pemberian edukasi tentang penularan,

sm
pencegahan penyakit TB, dan etika batuk kepada
pasien dan keluarga;

ske
(5) pemberian layanan oleh Puskesmas dalam

pu
pengawasan menelan obat (PMO) bagi pasien TBC

si-
SO dan TBC RO;

ita
(6) kewajiban melaporkan kasus TBC kepada
pengelola Program Nasional Penanggulangan TBC;
red
(7) pengikutsertaan dalam pemantapan mutu
k
laboratorium mikroskopis TBC sesuai dengan
r-a

ketentuan program TBC; dan


da

(8) penguatan peran lintas program, lintas sektor,


tan

dan komunitas dalam penerapan pembauran


p/s

negeri dan swasta (public private mix/PPM),


pelibatan organisasi profesi, asosiasi fasyankes,
/
om

BPJS, dan lain-lain.


t.c

f) Upaya promotif dan preventif dilakukan dalam rangka


penanggulangan program TB sesuai dengan pedoman
spo

yang telah ditetapkan.


log

g) Program pengendalian tuberkulosis perlu disusun dan


dikoordinasikan, baik dalam upaya preventif maupun
a.b

upaya kuratif di Puskesmas, melalui strategi atau


an

strategi pengawasan langsung pengobatan jangka


uly

pendek atau DOTS (directly observed treatment short-


course). Untuk menjalankan strategi ini, Puskesmas
m

membentuk tim DOTS.


na

h) Untuk tercapainya target Program Penanggulangan


/ai

TBC Nasional, pemerintah daerah provinsi dan


/
ps:

kabupaten/kota harus menetapkan target indikator


htt

kinerja penanggulangan TBC tingkat daerah


berdasarkan target nasional dan memperhatikan
- 146 -

strategi nasional yang selanjutnya dijadikan dasar bagi

ml
Puskesmas dalam menetapkan sasaran serta indikator

.ht
kinerja yang dipantau setiap tahunnya.
i) Puskesmas melakukan pengukuran terhadap indikator

rsi
kinerja yang telah ditetapkan dan disertai dengan

ve
analisis capaian. Analisis capaian indikator dilakukan

as-
dengan metode analisis sesuai dengan

sm
pedoman/panduan yang berlaku, misal dengan
merujuk pada metode analisis situasi yang terdapat di

ske
dalam buku Pedoman Manajemen Puskesmas.

pu
j) Rencana program penanggulangan tuberkulosis

si-
disusun dengan mengutamakan upaya promotif dan

ita
preventif berdasarkan hasil analisis masalah
pengendalian tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas
red
dengan pelibatan lintas program yang terintegrasi
k
dengan RUK dan RPK pelayanan UKM serta UKP,
r-a

laboratorium, dan kefarmasian.


da

k) Pencatatan dan pelaporan pelayanan penanggulangan


tan

tuberkulosis, baik secara manual maupun elektronik,


p/s

dilakukan secara lengkap, akurat, tepat waktu, dan


sesuai dengan prosedur. Pelaporan kepada kepala
/
om

puskesmas dan dinas kesehatan daerah


t.c

kabupaten/kota dan/atau pihak lainnya mengacu


pada ketentuan peraturan perundang-undangan.
spo

Pelaporan kepada kepala puskesmas dapat dilakukan


log

secara tertulis atau penyampaian secara langsung


melalui pertemuan-pertemuan seperti lokakarya mini
a.b

bulanan, pertemuan tinjauan manajemen, dan forum


an

lainnya.
uly

2) Elemen Penilaian:
a) Ditetapkan indikator dan target kinerja
m

penanggulangan tuberkulosis yang disertai capaian


na

dan analisisny. (R, D, W).


/ai

b) Ditetapkan rencana program penanggulangan


/
ps:

tuberkulosis (R).
htt

c) Ditetapkan tim TB DOTS di Puskesmas yang terdiri


dari dokter, perawat, analis laboratorium dan
- 147 -

petugas pencatatan pelaporan terlatih (R).

ml
d) Tersedia logistik, baik OAT maupun non-OAT, sesuai

.ht
dengan kebutuhan program serta dikelola sesuai
dengan prosedur (R, D, O, W).

rsi
e) Dilakukan tata laksana kasus tuberkulosis mulai

ve
dari diagnosis, pengobatan, pemantauan, evaluasi,

as-
dan tindak lanjut sesuai dengan kebijakan,

sm
pedoman/panduan, dan prosedur yang telah
ditetapkan ( R, D, O, W).

ske
f) Dikoordinasikan dan dilaksanakan program

pu
penanggulangan tuberkulosis sesuai dengan rencana

si-
yang disusun bersama secara lintas program dan

ita
lintas sektor (R, D, W).
g) Dilakukan pemantauan dan evaluasi serta tindak
red
lanjut upaya perbaikan program penanggulangan
k
tuberculosis (D, W).
r-a

h) Dilaksanakan pencatatan dan dilakukan pelaporan


da

kepada kepala puskesmas, dinas kesehatan daerah


tan

kabupaten/kota sesuai dengan prosedur yang telah


p/s

ditetapkan (R, D,W).


/

5. Standar 4.5 Pengendalian penyakit tidak menular dan faktor


om

risikonya.
t.c

Pengendalian penyakit tidak menular dan faktor risikonya


spo

diselenggarakan dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan


menuju cakupan kesehatan semesta, terutama penguatan pelayanan
log

kesehatan primer dengan mendorong upaya promotif dan preventif.


a.b

Puskesmas melaksanakan pengendalian penyakit tidak menular


utama yang meliputi hipertensi, diabetes melitus, kanker payudara
an

dan leher rahim, Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK), serta


uly

Program Rujuk Balik (PRB) penyakit tidak menular (PTM) dan


m

penyakit katastropik lainnya sesuai dengan kompetensi di tingkat


na

primer, juga penanganan faktor risiko PTM melalui pelayanan


/ai

terpadu penyakit tidak menular (Pandu PTM) sesuai dengan


/

algoritma Pandu.
ps:
htt
- 148 -

a. Kriteria 4.5.1

ml
Program pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular

.ht
serta faktor risikonya direncanakan, dilaksanakan, dipantau,
dan ditindaklanjuti.

rsi
1) Pokok Pikiran:

ve
a) Peningkatan faktor risiko dan penyakit tidak menular

as-
tidak hanya berdampak pada terjadinya peningkatan

sm
angka morbiditas, mortalitas, dan disablilitas, tetapi
juga berdampak kehilangan produktivitas yang

ske
berdampak pada beban ekonomi baik tingkat individu,

pu
keluarga, dan masyarakat.

si-
b) Upaya pengendalian penyakit tidak menular dilakukan

ita
melalui berbagai kegiatan promotif dan preventif tanpa
mengesampingkan tindakan kuratif dan rehabilitatif.
red
c) Deteksi dini atau skrining perlu dilakukan untuk
k
mencegah terjadinya peningkatan kasus PTM.
r-a

d) Dalam upaya pengendalian faktor risiko penyakit tidak


da

menular, seperti pola makan tidak sehat, kurang


tan

aktivitas fisik, merokok, dan faktor risiko yang lain,


p/s

dilakukan secara terintegrasi melalui pendekatan


keluarga dengan PIS- PK dan gerakan masyarakat.
/
om

e) Kegiatan promotif dan preventif dilakukan melalui


t.c

upaya sebagai berikut:


(1) Promotif
spo

Upaya ini dilakukan dengan memberikan


log

informasi dan edukasi seluas- luasnya kepada


masyarakat agar tumbuh kesadaran untuk ikut
a.b

bertanggung jawab terhadap kesehatan diri dan


an

lingkungannya, antara lain, dengan:


uly

(a) melaksanakan promosi kesehatan/KIE


tentang pencegahan dan pengendalian
m

penyakit tidak menular kepada masyarakat


na

minimal sebulan sekali, antara lain, pola


/ai

konsumsi makanan sehat dan gizi seimbang,


/
ps:

pencegahan obesitas, penghentian kebiasaan


htt

merokok, aktivitas fisik, faktor risiko kanker


leher rahim dan kanker payudara, faktor
- 149 -

risiko PTM lainnya, pemanfaatan teknologi

ml
informasi dan komunikasi dan materi PTM

.ht
lainnya; dan
(b) menyediakan media KIE PTM dalam bentuk

rsi
cetakan, tautan yang bisa diunduh, atau

ve
dalam bentuk media lainnya.

as-
(2) Preventif

sm
(a) Penyelenggaraan UKBM melalui Pos
Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM

ske
1. Penyelenggaraan UKBM melalui

pu
posbindu PTM dilakukan secara berkala

si-
dan teratur serta sesuai dengan jumlah

ita
sasaran dalam melakukan deteksi dini
faktor risiko PTM yang dilakukan oleh
red
kader posbindu terlatih.
k
(a) Ukur Berat Badan (BB);
r-a

(b) Ukur Tinggi Badan (TB);


da

(c) Ukur Tekanan Darah (TD);


tan

(d) Gula Darah Sewaktu (GDs);


p/s

(e) Indeks Masa Tubuh (IMT) dan


Lingkar Perut (LP); dan
/
om

(f) Pemeriksaan tajam penglihatan (E-


tumbling atau hitung jari) dan tajam
t.c

pendengaran menggunakan tes


spo

berbisik modifikasi;
log

(g) Penapisan PPOK dengan kuesioner


PUMA (Prevalence StUdy and
a.b

Regular Practice, Diagnosis and


an

TreatMent, Among General


uly

Practitioners in Populations at Risk


of COPD in Latin America).
m

Instrumen PUMA digunakan untuk


na

mendeteksi PPOK menggunakan


/ai

tujuh kuesioner dengan nilai jika


/
ps:

lebih dari tujuh, pasien diarahkan


htt

melanjutkan pemeriksaan dengan


spiro untuk penegakan
- 150 -

diagnosisnya. Dilakukan di FKTP

ml
dan posbindu oleh kader atau

.ht
nakes;
(h) Pemberian edukasi dilakukan

rsi
sesuai dengan kebutuhan.

ve
2. Tahapan kegiatan posyandu terdiri atas

as-
lima tahap, yaitu

sm
(a) pendaftaran peserta;
(b) wawancaran FR;

ske
(c) pengukuran FR yang terdiri atas

pu
pengukuran berat badan,

si-
pengukuran tinggi badan,

ita
pengukuran lingkar perut,
penghitungan
red IMT, wawancara
PUMA, serta pemeriksaan tajam
k
penglihatan dan tajam
r-a

pendengaran;
da

(d) pemeriksaan FR PTM yang terdiri


tan

atas pengukuran tekanan darah


p/s

dan pemeriksaan kadar gula darah;


dan
/
om

(e) identifikasi FR PTM, edukasi, dan


t.c

tindak lanjut dini.


3. Pelaksanaan pemeliharaan sarana
spo

pendukung posbindu PTM dilakukan


log

dengan kalibrasi terhadap alat ukur


digital.
a.b

(b) Penyelenggaraan layanan konseling upaya


an

berhenti merokok (UBM) melalui tenaga


uly

terlatih.
(c) Pembuatan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di
m

lingkungan Puskesmas melalui kerja sama


na

dengan dinas kesehatan daerah


/ai

kabupaten/kota dan instansi terkait untuk


/
ps:

mendorong dan mengawasi penerapatan KTR


htt

di tujuh tatanan (fasyankes, sekolah, tempat


kerja, tempat ibadah, angkutan umum,
- 151 -

tempat bermain anak, dan tempat umum

ml
lainnya yang ditetapkan).

.ht
(d) Preventif di FKTP dilakukan melalui deteksi
dini kanker payudara dan kanker leher rahim

rsi
dengan pemeriksaan payudara klinis

ve
(SADANIS) dan inspeksi visual asam asetat

as-
(IVA) pada perempuan usia 30—50 tahun

sm
yang sudah pernah melakukan kontak
seksual.

ske
f) Kegiatan kuratif dan rehabilitatif dilakukan, antara

pu
lain, melalui upaya

si-
(1) menguatkan akses pelayanan terpadu PTM di

ita
Puskesmas dengan menguatkan keterampilan
petugas kesehatan dalam penanganan PTM dan
red
faktor risiko PTM sesuai dengan wewenang dan
k
kompetensi di FKTP;
r-a

(2) menguatkan sistem rujukan dari UKBM ke FKTP;


da

(3) menindaklanjuti Program Rujuk Balik (PRB) PTM;


tan

(4) menindaklanjuti pelayanan paliatif berbasis


p/s

komunitas sesuai dengan standar; dan


(5) menyelenggarakan pelayanan sesuai dengan
/
om

panduan praktik klinis bagi dokter di Puskesmas


t.c

dan algoritma penyakit PTM, antara lain,


pelayanan hipertensi, DM, serta deteksi dini
spo

kanker leher rahim dan kanker payudara.


log

g) Penyelenggaraan PTM oleh Puskesmas dilakukan


melalui kegiatan:
a.b

(1) memanfaatkan charta obesitas di Puskesmas dan


an

di luar Puskesmas;
uly

(2) melakukan pembinaan kepada posbindu PTM


minimal dua kali per tahun;
m

(3) menyediakan charta prediksi faktor risiko PTM


na

bagi Puskesmas yang sudah melaksanakan Pandu


/ai

PTM; dan
/
ps:

(4) menguatkan keterampilan penanganan kasus


htt

PTM, terutama pada dokter dan tenaga kesehatan,


yang dilakukan untuk mencegah terjadinya
- 152 -

komplikasi dengan

ml
pelatihan/lokakarya/peningkatan kemampuan

.ht
teknis penanganan kasus PTM.
h) Penetapan indikator kinerja stunting terintegrasi

rsi
dengan penetapan indikator kinerja Puskesmas.

ve
i) Puskesmas melakukan pengukuran dan analisis

as-
terhadap indikator kinerja yang telah ditetapkan.

sm
Analisis capaian indikator dilakukan dengan metode
analisis sesuai dengan pedoman dan panduan yang

ske
berlaku, misal dengan merujuk pada metode analisis

pu
situasi yang terdapat di dalam buku Pedoman

si-
Manajemen Puskesmas.

ita
j) Pencatatan dan pelaporan pelayanan pengendalian
penyakit tidak menular dan faktor risikonya, baik
red
secara manual maupun elektronik, dilakukan secara
k
lengkap, akurat, tepat waktu, dan sesuai dengan
r-a

prosedur. Pelaporan kepada kepala puskesmas dan


da

dinas kesehatan daerah kabupaten/kota dan/atau


tan

pihak lainnya mengacu pada ketentuan peraturan


p/s

perundang-undangan. Pelaporan kepada kepala


puskesmas dapat dilakukan secara tertulis atau
/
om

penyampaian secara langsung melalui pertemuan-


t.c

pertemuan seperti lokakarya mini bulanan, pertemuan


tinjauan manajemen, dan forum lainnya.
spo

k) Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan tindak lanjut


log

dilakukan secara terintegrasi lintas program dan lintas


sektor.
a.b

l) Rencana program penanggulangan penyakit tidak


an

menular dan faktor risikonya disusun dengan


uly

mengutamakan upaya promotif dan preventif


berdasarkan hasil analisis masalah penyakit tidak
m

menular di wilayah kerja Puskesmas dengan pelibatan


na

lintas program yang terintegrasi dengan RUK dan RPK


/ai

pelayanan UKM serta UKP, laboratorium, dan


/
ps:

kefarmasian.
htt

2) Elemen Penilaian:
a) Ditetapkan indikator kinerja pengendalian penyakit
- 153 -

tidak menular yang disertai capaian dan analisisnya

ml
(R, D, W).

.ht
b) Ditetapkan program pengendalian Penyakit Tidak
Menular termasuk rencana peningkatan kapasitas

rsi
tenaga terkait P2PTM (R, W).

ve
c) Kegiatan pengendalian penyakit tidak menular

as-
dikoordinasikan dan dilaksanakan sesuai dengan

sm
rencana yang telah disusun bersama Lintas program
dan Lintas Sektor sesuai dengan kebijakan,

ske
pedoman/panduan, prosedur dan kerangka acuan

pu
yang telah ditetapkan (R, D, W).

si-
d) Diselenggarakan tahapan kegiatan dan pemeriksaan

ita
PTM di Posbindu sesuai dengan ketentuan yang
berlaku (R, D, O, W). red
e) Dilakukan tata laksana Penyakit Tidak Menular
k
secara terpadu mulai dari diagnosis, pengobatan,
r-a

pemantauan, evaluasi, dan tindak lanjut sesuai


da

dengan panduan praktik klinis dan algoritma


tan

pelayanan PTM oleh tenaga kesehatan yang


p/s

berkompeten ( D, O, W).
f) Dilakukan pemantauan, evaluasi, dan tindak lanjut
/
om

terhadap pelaksanaan program pengendalian


t.c

penyakit tidak menular (D, W).


g) Dilaksanakan pencatatan, dan dilakukan pelaporan
spo

kepada kepala puskesmas dan dinas kesehatan


log

daerah kabupaten/kota sesuai dengan prosedur yang


telah ditetapkan (R, D, W).
a.b
an

E. BAB V PENINGKATAN MUTU PUSKESMAS (PMP)


uly

1. Standar 5.1 Peningkatan mutu berkesinambungan.


m

Peningkatan mutu dilakukan melalui upaya berkesinambungan


na

terdiri atas upaya peningkatan mutu, upaya keselamatan pasien,


/ai

upaya manajemen risiko, dan upaya pencegahan dan pengendalian


/

infeksi untuk meningkatkan mutu pelayanan dan meminimalkan


ps:

risiko bagi pasien, keluarga, masyarakat, petugas, dan lingkungan.


htt
- 154 -

a. Kriteria 5.1.1

ml
Kepala Puskesmas menetapkan penanggungjawab mutu, tim

.ht
mutu dan program peningkatan mutu Puskesmas.
1) Pokok Pikiran:

rsi
a) Penyelenggaraan pelayanan, baik pelayanan

ve
manajemen, pelayanan upaya kesehatan masyarakat,

as-
maupun upaya kesehatan perseorangan, harus dapat

sm
menjamin mutu dan keselamatan pasien, keluarga,
masyarakat, dan lingkungan.

ske
b) Agar upaya peningkatan mutu di Puskesmas dapat

pu
dikelola dengan baik dan konsisten dengan visi, misi,

si-
tujuan dan tata nilai, ditetapkan Penanggung Jawab

ita
Mutu, yang dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh
Tim Mutu Puskesmas, terdiri atas para koordinator,
red
seperti koordinator keselamatan pasien (KP),
k
Pengendalian Penyakit Infeksi (PPI), Manajemen Risiko
r-a

(MR), Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), dan


da

seterusnya, sesuai dengan yang diuraikan di dalam


tan

buku Pedoman TKM di Puskesmas.


p/s

c) Penunjukan dan persyaratan kompetensi


Penanggungjawab Mutu ditentukan oleh Kepala
/
om

Puskesmas. Persyaratan kompetensi tersebut antara


t.c

lain, adalah (a) berpendidikan minimal D-3 Kesehatan,


(b) memiliki komitmen terhadap peningkatan mutu
spo

dan keselamatan pasien, manajemen risiko, dan PPI,


log

(c) mempunyai pengalaman kerja di Puskesmas


minimal 2 tahun, (d) dan pernah mengikuti lokakarya
a.b

(workshop) tentang Tata Kelola Mutu, Keselamatan


an

pasien, dan PPI.


uly

d) Anggota tim mutu atau petugas yang bertanggung


jawab terkait, mempunyai tugas untuk (a) menyusun
m

program, (b) melakukan fasilitasi, koordinasi,


na

pemantauan, (c) dan membudayakan kegiatan


/ai

peningkatan mutu, keselamatan pasien, manajemen


/
ps:

risiko, dan pencegahan dan pengendalian infeksi.


htt

Anggota tim atau petugas yang bertanggung jawab


- 155 -

tersebut juga harus menjamin pelaksanaan kegiatan

ml
dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan.

.ht
e) Kebijakan, pedoman/panduan, prosedur terkait
program peningkatan mutu Puskesmas dijadikan

rsi
sebagai acuan bagi Kepala Puskesmas, Penanggung

ve
Jawab Upaya Pelayanan Puskesmas dan Koordinator,

as-
serta pelaksana kegiatan Puskesmas, dalam

sm
pelaksanaan: (a) peningkatan mutu, (b) keselamatan
pasien, (c) manajemen risiko, (d) dan pencegahan dan

ske
pengendalian infeksi.

pu
f) Program peningkatan mutu yang dibuat harus

si-
mencakup minimal tujuan, target, pembagian

ita
tanggung jawab yang jelas serta kegiatan yang akan
dilakukan. Program red peningkatan mutu perlu
diperbaharui secara berkala, dan dikomunikasikan
k
kepada lintas program dan lintas sektor terkait.
r-a

g) Kepala Puskesmas perlu memfasilitasi,


da

mengalokasikan, dan menyediakan sumber daya yang


tan

dibutuhkan untuk program peningkatan mutu sesuai


p/s

dengan kebutuhan dan sumber daya yang ada di


Puskesmas.
/
om

h) Program peningkatan mutu disusun secara kolaboratif


t.c

bersama para koordinator mulai dari perencanaan,


pelaksanaan, pengawasan, pengendalian, sampai
spo

dengan penilaian dan tindak lanjut.


log

i) Program peningkatan mutu disusun dengan


memperhatikan antara lain: pencapaian indikator
a.b

mutu, perkembangan kebutuhan dan harapan


an

masyarakat, ketentuan perundang-undangan,


uly

perkembangan teknologi dan kebijakan yang berlaku


dalam rangka upaya peningkatan mutu
m

berkesinambungan.
na

j) Perencanaan, pelaksanaan dan capaian pelayanan


/ai

program peningkatan mutu didokumentasikan,


/
ps:

disosialisasikan, dan dikomunikasikan kepada semua


htt

petugas kesehatan yang memberikan pelayanan.


- 156 -

2) Elemen Penilaian:

ml
a) Kepala Puskesmas membentuk tim mutu sesuai

.ht
dengan persyaratan dilengkapi dengan uraian tugas,
dan menetapkan program peningkatan mutu (R, W).

rsi
b) Puskesmas bersama tim mutu mengimplementasikan

ve
dan mengevaluasi program peningkatan mutu (D, W).

as-
c) Tim Mutu menyusun program peningkatan mutu dan

sm
melakukan tindak lanjut upaya peningkatan mutu
secara berkesinambungan (D, W).

ske
d) Program peningkatan mutu dikomunikasikan kepada

pu
lintas program dan lintas sektor, serta dilaporkan

si-
secara berkala kepada kepala Puskesmas dan dinas

ita
kesehatan daerah kabupaten/kota sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan (D, W).
red
b. Kriteria 5.1.2
k
Kepala Puskesmas dan tim atau petugas yang diberi tanggung
r-a

jawab untuk peningkatan mutu dan keselamatan pasien


da

berkomitmen untuk membudayakan peningkatan mutu secara


tan

berkesinambungan melalui pengelolaan indikator mutu.


p/s

1) Pokok Pikiran:
a) Kepala Puskesmas bertanggung jawab untuk
/
om

menetapkan prioritas program yang perlu diperbaiki,


t.c

dengan mempertimbangkan proses yang berimplikasi


risiko tinggi (high risk), melibatkan populasi dalam
spo

volume besar (high volume), membutuhkan biaya besar


log

bila tidak dikelola dengan baik (high cost), capaian


kinerja rendah (bad performance), atau cenderung
a.b

menimbulkan masalah (problem prone).


an

b) Keberhasilan peningkatan mutu dapat diukur melalui


uly

pengukuran indikator mutu.


c) Puskesmas melakukan pengukuran indikator mutu
m

yang terdiri atas:


na

(1) Indikator Nasional Mutu (INM)


/ai

Indikator ini merupakan indikator yang wajib


/
ps:

diukur dan dilaporkan oleh seluruh Puskesmas.


htt

(2) Indikator Mutu Prioritas Puskesmas (IMPP)


- 157 -

Indikator ini dirumuskan berdasarkan prioritas

ml
masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas

.ht
yang upaya perbaikannya harus didukung oleh
KMP, UKM serta UKP, laboratorium, dan

rsi
kefarmasian.

ve
Contoh:

as-
Masalah tingkat Puskesmas yang ditetapkan

sm
sesuai dengan permasalahan kesehatan di
wilayah kerja adalah tingginya prevalensi

ske
tuberkulosis maka dilakukan upaya perbaikan

pu
pada kegiatan UKP yang terkait dengan

si-
penyediaan pelayanan klinis untuk mengatasi

ita
masalah tuberkulosis, dilakukan upaya
perbaikan kinerjared pelayanan UKM untuk
menurunkan prevalensi tuberkulosis, dan
k
diperlukan dukungan manajemen untuk
r-a

mengatasi masalah tuberkulosis.


da

(3) Indikator Mutu Prioritas Pelayanan (IMPEL)


tan

Indikator ini dirumuskan berdasarkan prioritas


p/s

masalah kesehatan di unit masing-masing


pelayanan.
/
om

d) Puskesmas melakukan peningkatan pengetahuan dan


t.c

keterampilan melalui pelatihan, lokakarya, kaji


banding, pelatihan kerja (on the job training), atau
spo

pelatihan griyaan (in house training) tentang program


log

peningkatan mutu.
e) Indikator mutu yang sudah tercapai selama tahun
a.b

berjalan dapat diganti dengan indikator mutu yang


an

baru. Indikator mutu yang belum mencapai target


uly

dapat tetap menjadi prioritas untuk tahun berikutnya.


2) Elemen Penilaian:
m

a) Terdapat kebijakan tentang indikator mutu Puskesmas


na

yang dilengkapi dengan profil indikator (R).


/ai

b) Dilakukan pengukuran indikator mutu sesuai profil


/
ps:

indikator (D, W).


htt
- 158 -

c) Dilakukan evaluasi terhadap upaya peningkatan mutu

ml
Puskesmas berdasarkan tindak lanjut dari rencana

.ht
perbaikkan (D, W).
c. Kriteria 5.1.3

rsi
Dilakukan validasi dan analisis hasil pengumpulan data

ve
indikator mutu sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan

as-
keputusan untuk peningkatan mutu Puskesmas dan kinerja.

sm
1) Pokok Pikiran:
a) Manfaat dan keberhasilan program peningkatan mutu

ske
hanya bisa ditunjukkan jika didukung oleh

pu
ketersediaan data yang sahih. Oleh sebab itu, sangat

si-
penting untuk melakukan pengukuran yang sahih

ita
terhadap indikator yang ditetapkan.
b) Untuk menjamin bahwa data dari setiap indikator
red
mutu yang dikumpulkan sahih dan dapat
k
dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan dalam
r-a

peningkatan mutu dan menyampaikan informasi


da

tentang mutu pelayanan Puskesmas kepada


tan

masyarakat, perlu dilakukan validasi data.


p/s

c) Validasi data dilakukan ketika:


(1) ada indikator baru yang digunakan;
/
om

(2) data akan ditampilkan kepada masyarakat


t.c

melalui media informasi yang telah ditetapkan


oleh Puskesmas;
spo

(3) ada perubahan profil indikator, misalnya


log

perubahan alat pengumpulan data, perubahan


numerator atau denominator, perubahan metode
a.b

pengumpulan, perubahan sumber data,


an

perubahan subjek pengumpulan data, dan


uly

perubahan definisi operasional dari indikator;


(4) ada perubahan data pengukuran yang tidak
m

diketahui sebabnya; dan


na

(5) sumber data berubah, misalnya jika ada bagian


/ai

dari catatan pasien yang diubah ke format


/
ps:

elektronik sehingga sumber datanya menjadi


htt

elektronik dan kertas; atau subjek pengumpulan


data berubah, misalnya perubahan dalam umur
- 159 -

pasien rata-rata, penerapan pedoman praktik

ml
baru, atau pemakaian teknologi dan metodologi

.ht
perawatan baru.
d) Pelaksanaan validasi data hasil pengukuran indikator

rsi
mutu dilakukan oleh petugas yang diberikan tanggung

ve
jawab untuk melakukan validasi. Akan tetapi, dalam

as-
hal ada keterbatasan tenaga, petugas yang diberi

sm
tanggung jawab untuk validasi data dapat dirangkap
oleh petugas penanggung jawab indikator.

ske
e) Dalam rangka mencapai sebuah simpulan dan

pu
membuat putusan, data harus digabungkan,

si-
dianalisis, dan diubah menjadi informasi yang

ita
berguna.
f) Analisis data melibatkan individu di dalam tim mutu
red
yang memahami manajemen informasi, mempunyai
k
keterampilan dalam metode pengumpulan data, dan
r-a

mengetahui cara menggunakan berbagai alat statistik.


da

Hasil analisis data harus dilaporkan kepada Kepala


tan

Puskesmas oleh penanggung jawab mutu yang


p/s

bertanggung jawab terhadap proses dan hasil yang


diukur sebagai dasar untuk melakukan tindak lanjut
/
om

perbaikan.
t.c

g) Teknik statistik dapat berguna dalam proses analisis


data, khususnya dalam menafsirkan variasi dan
spo

memutuskan area yang paling membutuhkan


log

perbaikan. Run charts, diagram kontrol, histogram,


dan diagram Pareto adalah contoh metode statistik
a.b

yang sangat berguna untuk memahami pola dan dan


an

variasi kinerja pelayanan kesehatan.


uly

h) Penetapan frekuensi pengumpulan data dan


analisisnya harus mempertimbangkan kebutuhan
m

untuk perbaikan mutu kegiatan pelayanan yang


na

dituangkan dalam profil indikator yang telah


/ai

ditetapkan.
/
ps:

i) Analisis data dapat dilakukan dengan cara:


htt

(1) pencapaian dibandingkan secara serial dari waktu


ke waktu. Membandingkan data di Puskesmas
- 160 -

dari waktu ke waktu untuk melihat

ml
kecenderungan (trend), misalnya data PIS PK dari

.ht
bulan ke bulan atau dari tahun ke tahun;
(2) pencapaian dibandingkan dengan target yang

rsi
telah ditentukan. Membandingkan data capaian

ve
dengan target yang telah ditetapkan secara

as-
periodik;

sm
(3) pencapaian dibandingkan dengan pencapaian

ske
fasilitas pelayanan kesehatan sejenisnya.
Membandingkan dengan Puskesmas lain bila

pu
memungkinkan dengan Puskesmas yang sejenis;

si-
(4) pencapaian dibandingkan dengan standar dan

ita
referensi yang digolongkan sebagai best practice
red
atau panduan praktik klinis. Membandingkannya
dengan praktik yang diinginkan yang dalam
k
literatur digolongkan sebagai praktik terbaik (best
r-a

practice), praktik yang lebih baik (better practice),


da

atau panduan praktik klinik (practice guidelines).


tan

j) Sebagai badan publik, Puskesmas wajib menyediakan


p/s

informasi publik yang akurat, benar, dan faktual.


Informasi tentang kinerja Puskesmas adalah informasi
/
om

publik yang perlu disampaikan kepada


t.c

publik/masyarakat. Penyampaian informasi tentang


kinerja Puskesmas dapat mendorong partisipasi dan
spo

peran aktif masyarakat dalam pembangunan


log

kesehatan di wilayah kerja Puskesmas.


2) Elemen Penilaian:
a.b

a) Dilakukan validasi data terhadap hasil pengumpulan


an

data indikator sebagaimana diminta pada pokok


uly

pikiran (D, O, W).


b) Dilakukan analisis data seperti yang disebutkan dalam
m
na

pokok pikiran (D, W).


c) Disusun rencana tindak lanjut berdasarkan hasil
/ai

analisis dalam bentuk program peningkatan mutu. (R,


/
ps:

D, W)
htt

d) Dilakukan tindaklanjut dan evaluasi terhadap program


peningkatan mutu pada huruf c. (D, W)
- 161 -

e) Dilakukan pelaporan indikator mutu kepada kepala

ml
puskesmas dan dinas kesehatan daerah

.ht
kabupaten/kota sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan (D, W).

rsi
d. Kriteria 5.1.4

ve
Peningkatan Mutu dicapai dan dipertahankan.

as-
1) Pokok Pikiran:

sm
a) Informasi dari analisis data pengukuran indikator
mutu digunakan untuk mengidentifikasi masalah dan

ske
potensi perbaikan.

pu
b) Metode untuk meningkatkan dan mempertahankan

si-
mutu dan keselamatan pasien/masyarakat, antara lain,

ita
dapat menggunakan siklus peningkatan mutu dengan
tahapan merencanakan red (plan), uji coba (do),
mempelajari/menganalisis hasil uji coba perbaikan
k
(study), dan menindak lanjuti hasil analisis uji coba
r-a

perbaikan (action).
da

c) Setelah perencanaan, dilakukan uji coba peningkatan


tan

dan dipelajari hasilnya dengan mengumpulkan data


p/s

selama kegiatan uji coba, kemudian dilakukan


penilaian kembali untuk membuktikan bahwa
/
om

perubahan yang dilakukan benar-benar menghasilkan


t.c

peningkatan mutu.
d) Perubahan efektif yang dapat dilakukan, antara lain,
spo

adalah perbaikan kebijakan, perbaikan alur pelayanan,


log

perbaikan standar operasional prosedur, pendidikan


staf, ketepatan waktu ketersediaan peralatan, dan
a.b

berbagai bentuk perubahan yang lain. Jika perubahan


an

tersebut dinilai efektif, maka dapat dilakukan replikasi


uly

ke unit kerja yang lain.


e) Hasil perubahan pada huruf d, dapat bersifat
m

mempertahankan atau meningkatkan mutu pelayanan


na

di Puskesmas. Peningkatan mutu yang dilaksanakan


/ai

dikomunikasikan dan disosialisasikan kepada lintas


/
ps:

program dan linstas sektor serta dilakukan


htt

pendokumentasian.
- 162 -

f) Program peningkatan mutu Puskesmas dilaporkan

ml
kepada dinas kesehatan daerah kabupaten/kota

.ht
minimal setahun sekali.
2) Elemen Penilaian:

rsi
a) Terdapat bukti Puskesmas telah mengujicobakan

ve
rencana peningkatan mutu berdasarkan kriteria 5.1.1

as-
dan 5.1.2 (D, W).

sm
b) Terdapat bukti Puskesmas telah melakukan evaluasi
dan tindak lanjut terhadap hasil uji coba peningkatan

ske
mutu (D, W).

pu
c) Keberhasilan program peningkatan mutu di

si-
Puskesmas dikomunikasikan dan disosialisasikan

ita
kepada LP dan LS serta dilakukan pendokumentasian
kegiatan program peningkatan mutu (D, W).
red
d) Dilakukan pelaporan program peningkatan mutu
k
kepada dinas kesehatan daerah kabupaten/kota
r-a

minimal setahun sekali (D, W).


da

2. Standar 5.2 Program manajemen risiko.


tan

Program manajemen risiko digunakan untuk melakukan identifikasi,


p/s

analisis, evaluasi, penatalaksanaan risiko dan monitoring dan reviu


/

untuk mengurangi kerugian dan cedera terhadap pasien, staf,


om

pengunjung, serta institusi puskesmas dan sasaran pelayanan UKM


t.c

serta masyarakat.
spo

Upaya manajemen risiko dilaksanakan dengan menyusun program


manajemen risiko setiap tahun yang mancakup proses manajemen
log

risiko yaitu komunikasi dan konsultasi, menetapkan konteks,


a.b

identifikasi, analisis, evaluasi, penatalaksanaan risiko, dan


pemantauan dan review yang dilakukan serta pelaporan manajemen
an

resiko.
uly

a. Kriteria 5.2.1
m

Risiko dalam penyelenggaraan berbagai upaya Puskesmas


na

terhadap pengguna layanan, keluarga, masyarakat, petugas,


/ai

dan lingkungan diidentifikasi, dan dianalisis.


/

1) Pokok Pikiran:
ps:

a) Pelaksanaan setiap kegiatan Puskesmas dapat


htt

menimbulkan risiko terhadap pengguna layanan,


- 163 -

keluarga, masyarakat, petugas, dan lingkungan.

ml
Risiko tersebut perlu dikelola oleh penanggung jawab

.ht
dan pelaksana untuk mengupayakan langkah
pencegahan dan/atau meminimalisasi risiko sehingga

rsi
tidak menimbulkan akibat negatif atau kerugian.

ve
b) Program manajemen Manajemen risiko merupakan

as-
pendekatan proaktif yang komponen pentingnya

sm
meliputi:
(1) proses identifikasi risiko;

ske
(2) integrasi risiko meliputi risiko klinis yang

pu
berhubungan dengan keselaman pasien dan risiko

si-
non klinis meliputi risiko terkait manajemen

ita
fasilitas keselamatan (MFK), risiko PPI yang tidak
berdampak pada pasien, risiko keuangan, risiko
red
kepatuhan, risiko reputasional dan risiko
k
strategis;
r-a

(3) pelaporan proses manajemen risiko setiap enam


da

bulan; dan
tan

(4) pengelolaan terkait terkait tuntutan (klaim).


p/s

c) Identifikasi risiko yang dapat terjadi didokumentasikan


dalam register risiko.
/
om

d) Kategori risiko di Puskesmas meliputi risiko klinis yang


t.c

berhubungan dengan keselaman pasien dan risiko non


klinis meliputi risiko terkait manajemen fasilitas
spo

keselamatan (MFK), risiko PPI yang tidak berdampak


log

pada pasien, risiko keuangan, risiko kepatuhan, risiko


reputasional dan risiko strategis pada KMP,
a.b

pelayanan UKM, serta UKP, laboratorium, dan


an

kefarmasian.
uly

e) Register risiko harus dibuat sebagai dasar


penyusunan program manajemen risiko dan untuk
m

membantu petugas Puskesmas mengenal dan


na

mewaspadai kemungkinan risiko dan akibatnya


/ai

sehingga dapat melakukan pelindungan terhadap


/
ps:

sasaran program, pasien, keluarga, masyarakat,


htt

petugas, lingkungan, dan fasilitas pelayanan


kesehatan.
- 164 -

f) Puskesmas menyusun profil risiko dan melakukan

ml
penanganan risiko sebagai tahapan setelah

.ht
pembuatan register risiko. Selanjutnya dilakukan
pemantauan dan penyampaian laporan manajemen

rsi
risiko setiap enam bulan kepada Kepala Puskesmas.

ve
2) Elemen Penilaian:

as-
a) Disusun program manajemen risiko untuk ditetapkan

sm
oleh Kepala Puskesmas (R, W).
b) Tim Mutu Puskesmas memandu penatalaksanaan

ske
risiko (D, W)

pu
c) Dilakukan identifikasi, analisis dan evaluasi risiko

si-
yang dapat terjadi di Puskesmas yang

ita
didokumentasikan dalam daftar resiko (D, W).
d) Disusun profil risiko yang merupakan risiko prioritas
red
berdasar evaluasi terhadap hasil identifikasi dan
k
analisis risiko yang ada pada daftar risiko yang
r-a

memerlukan penanganan lebih lanjut (D,W)


da

b. Kriteria 5.2.2
tan

Puskesmas melaksanakan penatalaksanaan risiko sesuai


p/s

dengan ketentuan yang berlaku.


1) Pokok Pikiran:
/
om

a) Program manajemen risiko (MR) berisi strategi dan


t.c

kegiatan untuk mereduksi atau memitigasi risiko yang


disusun setiap tahun, terintegrasi dalam perencanaan
spo

Puskesmas, serta berdasarkan identifikasi dan analisis


log

risiko baik yang sudah berakibat terjadinya


kejadian/insiden ataupun yang berpotensi
a.b

menyebabkan terjadinya kejadian/insiden.


an

b) Penatalaksanaan risiko berupa strategi reduksi,


uly

mitigasi dan pemantauan pelaksanaan tata laksana


dilakukan sesuai kategori risiko.
m

c) Satu alat/metode analisis proaktif terhadap proses


na

kritis dan berisiko tinggi adalah analisis efek modus


/ai

kegagalan (failure mode effect analysis) untuk


/
ps:

menganalisis minimal satu proses kritis atau berisiko


htt

tinggi yang dipilih setiap tahun.


- 165 -

d) Untuk menggunakan metode/alat ini atau alat-alat

ml
lainnya yang serupa secara efektif, Kepala Puskesmas

.ht
harus (1) mengetahui dan mempelajari pendekatan
tersebut, (2) menyepakati daftar proses yang berisiko

rsi
tinggi dari segi keselamatan pasien, pengguna layanan,

ve
dan staf, kemudian (3) menerapkan alat tersebut

as-
untuk menganalisis proses tersebut. Pimpinan

sm
Puskesmas mengambil tindakan untuk mendesain
ulang proses atau mengambil tindakan untuk

ske
mengurangi risiko pada tahapan proses yang dianalisis.

pu
2) Elemen Penilaian:

si-
a) Disusun rencana penanganan risiko yang

ita
diintegrasikan dalam perencanaan tingkat Puskesmas
sebagai upaya untuk red meminimalkan dan/atau
memitigasi risiko (D).
k
b) Tim Mutu Puskesmas membuat pemantauan terhadap
r-a

rencana penanganan (D,W).


da

c) Dilakukan pelaporan kepada Kepala Puskesmas dan


tan

kepada dinas kesehatan daerah kabupaten/kota serta


p/s

lintas program dan lintas sektor terkait (D, W).


d) Ada bukti Puskesmas telah melakukan dan
/
om

menindaklanjuti analisis efek modus kegagalan (failure


mode effect analysis) minimal setiap setahun sekali
t.c

pada proses berisiko tinggi yang diprioritaskan (D, W).


spo

3. Standar 5.3 Sasaran keselamatan pasien.


log

Sasaran Keselamatan pasien diterapkan dalam upaya keselamatan


a.b

pasien.
Puskesmas mengembangkan dan menerapkan sasaran keselamatan
an

pasien sebagai suatu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan.


uly

a. Kriteria 5.3.1
m

Proses Identifikasi pasien dilakukan dengan benar.


na

1) Pokok Pikiran:
/ai

a) Salah identifikasi pasien dapat terjadi di Puskesmas


/

pada saat pelayanan sebagai akibat dari kelalaian


ps:

petugas, kondisi kesadaran pasien, perpindahan


htt
- 166 -

tempat tidur, atau kondisi lain yang menyebabkan

ml
terjadinya salah identitas.

.ht
b) Kebijakan dan prosedur identifikasi pasien perlu
disusun, termasuk identifikasi pasien pada kondisi

rsi
khusus, misalnya pasien tidak dapat menyebutkan

ve
identitas, penurunan kesadaran, koma, gangguan jiwa,

as-
datang tanpa identitas yang jelas, dan ada dua atau

sm
lebih pasien mempunyai nama yang sama atau mirip.
c) Identifikasi harus dilakukan minimal dengan dua cara

ske
identifikasi yang relatif tidak berubah, yaitu nama

pu
lengkap, tanggal lahir, nomor rekam medis, atau

si-
nomor induk kependudukan.

ita
d) Identifikasi tidak boleh menggunakan nomor kamar
atau lokasi pasien dirawat. red
e) Proses identifikasi dengan benar harus dilakukan
k
mulai dari penapisan atau skrining, pada saat
r-a

pendaftaran, serta pada setiap akan dilakukan


da

prosedur diagnostik, prosedur tindakan, pemberian


tan

obat, dan pemberian diet.


p/s

2) Elemen Penilaian:
a) Dilakukan identifikasi pasien sebelum dilakukan
/
om

prosedur diagnostik, tindakan, pemberian obat,


t.c

pemberian imunisasi, dan pemberian diet sesuai


dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan (R, D,
spo

O, W).
log

b) Dilakukan prosedur tepat identifikasi apabila dijumpai


pasien dengan kondisi khusus seperti yang disebutkan
a.b

pada pokok pikiran sesuai dengan kebijakan dan


an

prosedur yang ditetapkan (R, D, O, W).


uly

b. Kriteria 5.3.2
Proses untuk meningkatkan efektivitas komunikasi dalam
m

pemberian asuhan ditetapkan dan dilaksanakan.


na

1) Pokok Pikiran:
/ai

a) Kesalahan pembuatan keputusan klinis, tindakan, dan


/
ps:

pengobatan dapat terjadi akibat komunikasi yang tidak


htt

efektif dalam proses asuhan pasien.


- 167 -

b) Komunikasi yang efektif, tepat waktu, akurat, lengkap,

ml
jelas, dan dapat dipahami penerima akan mengurangi

.ht
kesalahan dan menghasilkan perbaikan keselamatan
pasien.

rsi
c) Komunikasi yang rentan menimbulkan kesalahan,

ve
antara lain, terjadi pada saat (1) pemberian perintah

as-
secara verbal, (2) pemberian perintah verbal melalui

sm
telepon, (3) penyampaian hasil kritis pemeriksaan
penunjang diagnosis, (4) serah terima antargiliran

ske
(shift), dan (5) pemindahan pasien dari unit yang satu

pu
ke unit yang lain.

si-
d) Kebijakan dan prosedur komunikasi efektif perlu

ita
disusun dan diterapkan dalam penyampaian pesan
verbal, pesan verbal lewat telepon, penyampaian nilai
red
kritis hasil pemeriksaan penunjang diagnosis, serah
k
terima pasien pada serah terima jaga atau serah
r-a

terima dari unit yang satu ke unit yang lain, misalnya


da

untuk pemeriksaan penunjang dan pemindahan


tan

pasien ke unit lain.


p/s

e) Pelaporan kondisi pasien dalam komunikasi verbal


atau lewal telepon, antara lain, dapat dilakukan
/
om

dengan menggunakan teknik SBAR (situation,


t.c

background, asessment, recommendation). Sedangkan


saat menerima instruksi lewat telepon dapat
spo

menggunakan metode readback (write down, read back


log

and confirmation).
f) Pelaksanaan serah terima pasien dengan teknik SBAR
a.b

dilakukan dengan memperhatikan kesempatan untuk


an

bertanya dan memberi penjelasan (readback, repeat


uly

back), menggunakan formulir yang baku, dan berisi


informasi kritikal yang harus disampaikan, antara lain,
m

tentang status/kondisi pasien, pengobatan, rencana


na

asuhan, tindak lanjut yang harus dilakukan, adanya


/ai

perubahan status/kondisi pasien yang signifikan, dan


/
ps:

keterbatasan atau risiko yang mungkin dialami oleh


htt

pasien.
- 168 -

g) Pelaksanaan komunikasi efektif verbal atau lewat

ml
telepon saat menerima instruksi ditulis dengan

.ht
lengkap (T), dibaca ulang oleh penerima perintah (B),
dan dikonfirmasi kepada pemberi perintah (K), yang

rsi
dikenal dengan TBAK.

ve
h) Nilai kritis hasil pemeriksaan penunjang yang berada

as-
di luar rentang angka normal secara mencolok harus

sm
ditetapkan dan segera dilaporkan oleh tenaga
kesehatan yang bertanggung jawab dalam pelayanan

ske
penunjang kepada dokter penanggung jawab pasien

pu
sesuai dengan ketentuan waktu yang ditetapkan oleh

si-
Puskesmas mengunakan metode readback (write down,

ita
read back and confirmation).
i) Untuk meningkatkan kompetensi dalam melakukan
red
komunikasi efektif, perlu dilakukan edukasi kepada
k
karyawan. Edukasi dapat dilakukan dalam bentuk
r-a

pelatihan, lokakarya, pelatihan kerja (on the job


da

training), atau bentuk lain yang dianggap efektif untuk


tan

transfer kemampuan (skill) dan pengetahuan terhadap


p/s

peningkatan kompetensi karyawan dalam melakukan


komunikasi efektif.
/
om

2) Elemen Penilaian:
t.c

a) Pemberian perintah secara verbal lewat telepon


menggunakan teknik SBAR dan TBAK sesuai dalam
spo

pokok pikiran (D, W).


log

b) Pelaporan kondisi pasien dan pelaporan nilai kritis


hasil pemeriksaan laboratorium dilakukan sesuai
a.b

dengan prosedur, yaitu ditulis lengkap, dibaca ulang


an

oleh penerima pesan, dan dikonfirmasi oleh pemberi


uly

pesan, dan dicatat dalam rekam medis, termasuk


identifikasi kepada siapa nilai kritis hasil pemeriksaan
m

laboratorium dilaporkan (D,W, S).


na

c) Dilakukan komunikasi efektif pada proses serah terima


/ai

pasien yang memuat hal kritikal dilakukan secara


/
ps:

konsisten sesuai dengan prosedur dan metode SBAR


htt

dengan menggunakan formulir yang dibakukan (R, D,


W, S).
- 169 -

c. Kriteria 5.3.3

ml
Proses untuk meningkatkan keamanan terhadap obat-obat yang

.ht
perlu diwaspadai ditetapkan dan dilaksanakan.
1) Pokok Pikiran:

rsi
a) Pemberian obat pada pasien perlu dikelola dengan baik

ve
dalam upaya keselamatan pasien. Kesalahan

as-
penggunaan obat yang perlu diwaspadai dapat

sm
menimbulkan cedera pada pasien.
b) Obat yang perlu diwaspadai (high alert medications)

ske
adalah obat-obatan yang memiliki risiko menyebabkan

pu
cedera serius pada pasien jika digunakan dengan tidak

si-
tepat. Obat higt alert meliputi : 1) Obat risiko tinggi,

ita
yaitu obat dengan zat aktif yang dapat menimbulkan
kematian atau kecacatan bila terjadi kesalahan (error)
red
dalam penggunaannya (contoh: insulin, heparin atau
k
sitostatika), 2) Obat yang terlihat mirip dan
r-a

kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan


da

Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound Alike/LASA) 3)


tan

Elektrolit konsentrat contoh: kalium klorida dengan


p/s

konsentrasi sama atau lebih dari 1 mEq/ml, natrium


klorida dengan konsentrasi lebih dari 0,9% dan
/
om

magnesium sulfat injeksi dengan konsentrasi sama


t.c

atau lebih dari 50%.


c) Kesalahan pemberian obat dapat juga terjadi akibat
spo

adanya obat dengan nama dan rupa obat mirip (look


log

alike sound alike).


d) Kebijakan dan prosedur tentang pengelolaan obat yang
a.b

perlu diwaspadai ditetapkan dan dilaksanakan yang


an

meliputi penyimpanan, penataan, peresepan, pelabelan,


uly

penyiapan, penggunaan, dan evaluasi penggunaan


obat yang perlu diwaspadai, termasuk obat
m

psikotropika, narkotika, dan obat dengan nama atau


na

rupa mirip.
/ai

2) Elemen Penilaian:
/
ps:

a) Disusun daftar obat yang perlu diwaspadai dan obat


htt

dengan nama atau rupa mirip serta dilakukan


pelabelan dan penataan obat yang perlu diwaspadai
- 170 -

dan obat dengan nama atau rupa mirip sesuai dengan

ml
kebijakan dan prosedur yang disusun (R, D, O, W).

.ht
b) Dilakukan pengawasan dan pengendalian penggunaan
obat-obatan psikotropika/narkotika dan obat-obatan

rsi
lain yang perlu diwaspadai (high alert) (D, O, W).

ve
d. Kriteria 5.3.4

as-
Proses untuk memastikan tepat pasien, tepat prosedur, dan

sm
tepat sisi pada pasien yang menjalani operasi/tindakan medis
ditetapkan dan dilaksanakan.

ske
1) Pokok Pikiran:

pu
a) Terjadinya cedera dan kejadian tidak diharapkan dapat

si-
diakibatkan oleh salah orang, salah prosedur, salah

ita
sisi pada pemberian tindakan invasif atau tindakan
pada pasien. red
b) Puskesmas harus menetapkan tindakan operatif,
k
tindakan invasif, dan prosedurnya yang meliputi
r-a

semua tindakan yang meliputi sayatan/insisi atau


da

tusukan, pengambilan jaringan, pencabutan gigi,


tan

pemasangan implan, dan tindakan atau prosedur


p/s

invasif yang lain yang menjadi kewenangan Puskesmas


sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama.
/
om

c) Puskesmas harus mengembangkan suatu sistem


t.c

untuk memastikan benar pasien, benar prosedur, dan


benar sisi jika melakukan tindakan dengan
spo

menerapkan protokol umum (universal protocol) yang


log

meliputi:
(1) proses verifikasi sebelum dilakukan tindakan;
a.b

Penandaan sisi yang akan dilakukan


an

tindakan/prosedur; dan
uly

(2) time out yang dilakukan segera sebelum prosedur


dimulai.
m

d) Proses verifikasi sebelum pelaksanaan tindakan


na

bertujuan untuk verifikasi benar orang, benar


/ai

prosedur, benar sisi, memastikan semua dokumen,


/
ps:

persetujuan tindakan medis, rekam medis, hasil


htt

pemeriksaan penunjang tersedia dan diberi label,


memastikan obat-obatan, cairan intravena, serta jika
- 171 -

ada ada produk darah yang diperlukan, peralatan

ml
medis atau implan tersedia dan siap digunakan.

.ht
e) Penandaan sisi yang akan mendapat
tindakan/prosedur dibuat dengan melibatkan pasien

rsi
jika memungkinkan serta dilakukan dengan tanda

ve
yang langsung dapat dikenali dan tidak

as-
membingungkan. Tanda harus dilakukan secara

sm
seragam dan konsisten. Penandaan dilakukan pada
semua organ yang mempunyai lateralitas (kanan lawan

ske
kiri, seperti salah satu dari dua anggota badan, satu

pu
dari sepasang organ), beberapa struktur (seperti jari,

si-
jari kaki, atau lesi), atau beberapa tingkat (tulang

ita
belakang). Untuk tindakan di poli gigi, seperti
pencabutan gigi, penandaannya bila perlu, dilakukan
red
dengan menggunakan hasil rontgen gigi atau
k
odontogram. Penandaan harus dilakukan oleh
r-a

operator/orang yang akan melakukan tindakan dan


da

seluruh prosedur serta tetap bersama pasien selama


tan

prosedur berlangsung.
p/s

f) Penandaan sisi dapat dilakukan kapan saja sebelum


prosedur dimulai selama pasien terlibat secara aktif
/
om

dalam penandaan sisi dan tanda. Adakalanya pasien


t.c

dalam keadaan tidak memungkinkan untuk


berpartisipasi, misalnya pada pasien anak atau ketika
spo

pasien tidak berkompeten untuk membuat keputusan


log

tentang perawatan kesehatan.


g) Jeda (time out) merupakan peluang untuk menjawab
a.b

semua pertanyaan yang belum terjawab atau


an

meluruskan kerancuan. Jeda dilakukan di lokasi


uly

tempat prosedur akan dilakukan, tepat sebelum


memulai prosedur, dan melibatkan seluruh tim yang
m

akan melakukan tindakan operasi atau invasif.


na

2) Elemen Penilaian:
/ai

a) Dilakukan penandaan sisi operasi/tindakan medis


/
ps:

secara konsisten oleh pemberi pelayanan yang akan


htt

melakukan tindakan sesuai dengan kebijakan dan


prosedur yang ditetapkan (R, O, W, S).
- 172 -

b) Dilakukan verifikasi sebelum operasi/tindakan medis

ml
untuk memastikan bahwa prosedur telah dilakukan

.ht
dengan benar (D, O, W).
c) Dilakukan penjedaan (time out) sebelum

rsi
operasi/tindakan medis untuk memastikan semua

ve
pertanyaan sudah terjawab atau meluruskan

as-
kerancuan (O, W).

sm
e. Kriteria 5.3.5
Proses kebersihan tangan diterapkan untuk menurunkan risiko

ske
infeksi yang terkait dengan pelayanan kesehatan.

pu
1) Pokok Pikiran:

si-
a) Puskesmas harus menerapkan kebersihan tangan

ita
yang terbukti menurunkan risiko infeksi yang terjadi
pada fasilitas kesehatan. red
b) Prosedur kebersihan tangan perlu disusun dan
k
disosialisasikan. Informasi mengenai prosedur tersebut
r-a

ditempel di tempat yang mudah dibaca. Tenaga medis,


da

tenaga kesehatan, dan karyawan Puskesmas perlu


tan

diedukasi tentang kebersihan tangan. Sosialisasi


p/s

kebersihan tangan perlu juga dilakukan kepada pasien


dan keluarga pasien.
/
om

c) Kebersihan tangan merupakan kunci efektif


t.c

pencegahan dan pengendalian infeksi sehingga


Puskesmas harus menetapkan kebijakan dan prosedur
spo

mengenai kebersihan tangan.


log

2) Elemen Penilaian:
a) Ditetapkan standar kebersihan tangan yang mengacu
a.b

pada standar WHO (R).


an

b) Dilakukan kebersihan tangan sesuai dengan regulasi


uly

yang ditetapkan (D, O, W).


f. Kriteria 5.3.6
m

Proses untuk mengurangi risiko pasien jatuh disusun dan


na

dilaksanakan.
/ai

1) Pokok Pikiran:
/
ps:

a) Cedera pada pasien dapat terjadi karena jatuh di


htt

fasilitas kesehatan. Risiko jatuh dapat terjadi pada


pasien dengan riwayat jatuh, penggunaan obat, minum
- 173 -

minuman beralkohol, gangguan keseimbangan,

ml
gangguan visus, gangguan mental, dan sebab yang lain.

.ht
b) Penapisan dilakukan sesuai dengan kebijakan dan
prosedur yang disusun untuk meminimalkan

rsi
terjadinya risiko jatuh pada pasien rawat jalan dan

ve
pengkajian pasien risiko jatuh pada pasien IGD dan

as-
rawat inap di Puskesmas.

sm
c) Penapisan risiko jatuh dilakukan pada pasien di rawat
jalan dengan mempertimbangkan

ske
(1) kondisi pasien: contohnya pasien geriatri,

pu
dizziness, vertigo, gangguan keseimbangan,

si-
gangguan penglihatan, penggunaan obat, sedasi,

ita
status kesadaran dan/atau kejiwaan, dan
konsumsi alkohol; red
(2) diagnosis: contohnya pasien dengan diagnosis
k
penyakit Parkinson;
r-a

(3) situasi: contohnya pasien yang mendapatkan


da

sedasi atau pasien dengan riwayat tirah baring


tan

lama yang akan dipindahkan untuk pemeriksaan


p/s

penunjang dari ambulans dan perubahan posisi


akan meningkatkan risiko jatuh;
/
om

(4) lokasi: contohnya hasil identifikasi area di


t.c

Puskesmas yang berisiko terjadi pasien jatuh,


antara lain, lokasi yang dengan kendala
spo

penerangan atau mempunyai penghalang (barrier)


log

yang lain, seperti tempat pelayanan fisioterapi dan


tangga.
a.b

d) Kriteria untuk melakukan penapisan kemungkinan


an

terjadinya risiko jatuh harus ditetapkan, baik untuk


uly

pasien rawat inap maupun rawat jalan, dan dilakukan


upaya untuk mencegah atau meminimalkan kejadian
m

jatuh di fasilitas kesehatan.


na

e) Contoh alat untuk melakukan pengkajian pada pasien


/ai

rawat inap adalah skala Morse untuk pasien dewasa


/
ps:

dan skala Humpty Dumpty untuk anak, sedangkan


htt

untuk pasien rawat jalan dilakukan dengan


- 174 -

menggunakan get up and go test atau dengan

ml
menanyakan tiga pertanyaan, yaitu

.ht
(1) apakah pernah jatuh dalam 6 bulan terakhir;
(2) apakah menggunakan obat yang mengganggu

rsi
keseimbangan; dan

ve
(3) apakah jika berdiri dan/atau berjalan

as-
membutuhkan bantuan orang lain.

sm
Jika satu dari pertanyaan tersebut mendapat jawaban
ya, pasien tersebut dikategorikan berisiko jatuh.

ske
2) Elemen Penilaian:

pu
a) Dilakukan penapisan pasien dengan risiko jatuh jatuh

si-
di rawat jalan dan pengkajian risiko jatuh di IGD dan

ita
rawat inap sesuai dengan kebijakan dan prosedur
serta dilakukan upaya
red untuk mengurangi risiko
tersebut (R, O, W, S).
k
b) Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut untuk
r-a

mengurangi risiko terhadap situasi dan lokasi yang


da

diidentifikasi berisiko terjadi pasien jatuh (D, W).


tan

4. Standar 5.4 Pelaporan insiden keselamatan pasien dan


p/s

pengembangan budaya keselamatan


/

Puskesmas menetapkan sistem pelaporan insiden keselamatan


om

pasien dan pengembangan budaya keselamatan.


t.c

Pelaporan insiden keselamatan pasien berhubungan dengan budaya


spo

keselamatan di Puskesmas dan diperlukan untuk mencegah insiden


lebih lanjut atau berulang pada masa mendatang yang akan
log

membawa dampak kerugian yang lebih besar bagi Puskesmas.


a.b

a. Kriteria 5.4.1
Dilakukan pelaporan, dokumentasi, analisis akar masalah, dan
an

penyusunan tindakan korektif sebagai upaya perbaikan, dan


uly

pencegahan potensi insiden keselamatan pasien.


m

1) Pokok Pikiran:
na

a) Insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian


/ai

yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan


/

atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat


ps:

dicegah pada pasien.


htt
- 175 -

b) Insiden keselamatan pasien terdiri atas (1) kondisi

ml
potensial cedera signifikan (KPCS), (2) kejadian nyaris

.ht
cedera (KNC), (3) kejadian tidak cedera (KTC), (4)
kejadian tidak diharapkan (KTD), dan (5) kejadian

rsi
sentinel (KS).

ve
c) Upaya keselamatan pasien dilakukan untuk mencegah

as-
terjadinya insiden. Jenis insiden terdiri atas insiden

sm
sebagai berikut:
(1) Kejadian tidak diharapkan (KTD) adalah insiden

ske
yang mengakibatkan cedera pada pasien.

pu
Misalnya, pasien jatuh dari tempat tidur dan

si-
menimbulkan luka pada pergelangan kaki.

ita
(2) Kejadian tidak cedera (KTC) adalah insiden yang
sudah mengenai/terpapar pada pasien, tetapi
red
tidak terjadi cedera. Misalnya, perawat salah
k
memberikan obat kepada pasien, obat telah
r-a

diminum, tetapi pasien tidak mengalami cedera.


da

(3) Kondisi potensial cedera signifikan (KPCS) adalah


tan

semua situasi atau kondisi terkait (selain dari


p/s

proses penyakit) yang berpotensi menyebabkan


cedera signifikan / kejadian sentinel. Misalnya,
/
om

DC shock rusak, walaupun belum ada pasien tapi


t.c

berpotensi menyebabkan cedera signifikan.


(4) Kejadian nyaris cedera (KNC) adalah insiden yang
spo

terjadi, tetapi belum mengenai/terpapar pada


log

pasien karena dapat dicegah. Misalnya, ketika


perawat mau memberikan obat kepada pasien,
a.b

saat mengecek, ternyata obat yang diberikan oleh


an

farmasi adalah obat milik pasien yang lain yang


uly

namanya mirip sehingga obat tersebut tidak jadi


diberikan.
m

(5) Sentinel adalah suatu kejadian yang tidak


na

diinginkan (unexpected occurrence) yang


/ai

mengakibatkan kematian atau cedera yang serius.


/
ps:

Kejadian sentinel dapat berupa


htt

(a) kematian yang tidak diduga, termasuk dan


tidak terbatas hanya pada
- 176 -

1. kematian yang tidak berhubungan

ml
dengan perjalanan penyakit atau

.ht
kondisi pasien (contoh: kematian akibat
proses transfer yang terlambat);

rsi
2. kematian bayi aterm; dan

ve
3. bunuh diri;

as-
(b) kehilangan permanen fungsi yang tidak

sm
terkait penyakit atau kondisi pasien;
(c) tindakan salah sisi, salah prosedur, dan

ske
salah pasien;

pu
(d) penculikan anak, termasuk bayi atau anak

si-
dikirim ke rumah yang bukan rumah orang

ita
tuanya; dan
(e) perkosaan, kekejaman di tempat kerja seperti
red
penyerangan (berakibat kematian atau
k
kehilangan fungsi secara permanen) atau
r-a

pembunuhan (yang disengaja) atas pasien,


da

anggota keluarga, staf, dokter, pengunjung,


tan

atau vendor/pihak ketiga ketika berada


p/s

dalam lingkungan Puskesmas.


d) Pelaporan insiden keselamatan pasien yang
/
om

selanjutnya disebut pelaporan insiden adalah suatu


t.c

sistem untuk mendokumentasikan laporan insiden


keselamatan pasien. Pelaporan insiden terdiri atas
spo

laporan insiden internal dan laporan insiden eksternal.


log

e) Sistem pelaporan diharapkan dapat mendorong


individu di dalam Puskesmas untuk peduli akan
a.b

bahaya atau potensi bahaya yang dapat terjadi pada


an

pasien. Pelaporan juga penting digunakan untuk


uly

memantau upaya pencegahan terjadinya kesalahan


(error) sehingga dapat mendorong dilakukannya
m

investigasi. Di sisi lain, pelaporan akan menjadi awal


na

proses belajar untuk mencegah kejadian yang sama


/ai

terulang kembali.
/
ps:

f) Puskesmas perlu melakukan analisis dengan


htt

menggunakan matriks pemeringkatan (grading) risiko


yang akan menentukan jenis investigasi insiden yang
- 177 -

dilakukan setelah laporan insiden internal. Investigasi

ml
terdiri atas investigasi sederhana dan investigasi

.ht
dengan Root Cause Analysis (RCA). Investigasi
menggunakan analisis akar masalah (RCA) terdiri atas

rsi
investigasi sederhana (untuk grading risiko warna

ve
hijau dan biru) dan investigasi komprehensif (untuk

as-
grading risiko warna merah dan kuning). Pada

sm
kejadian sentinel tidak perlu mempertimbangkan
warna grading.

ske
g) Puskesmas perlu menetapkan sistem pelaporan

pu
pembelajaran keselamatan pasien puskesmas (SP2KPP)

si-
insiden yang meliputi kebijakan, alur pelaporan,

ita
formulir pelaporan, prosedur pelaporan, insiden yang
harus dilaporkan internal, yaitu semua jenis insiden
red
termasuk kejadian sentinel, kejadian tidak diharapkan,
k
kejadian nyaris cedera, kejadian tidak cedera dan
r-a

kejadian potensial cedera significant. Sementara itu,


da

laporan eksternal yang dilaporkan adalah IKP yang


tan

termasuk pada jenis insiden KTD dan kejadian sentinel


p/s

yang telah dilakukan analisa akar masalah (RCA) dan


rencana tindakan korektifnya. Ditentukan juga siapa
/
om

saja yang membuat laporan, batas waktu pelaporan,


t.c

investigasi, dan tindak lanjutnya.


h) Pelaporan insiden keselamatan pasien dilaporkan
spo

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


log

undangan.
2) Elemen Penilaian:
a.b

a) Dilakukan pelaporan jika terjadi insiden sesuai dengan


an

kebijakan dan prosedur yang ditetapkan kepada tim


uly

keselamatan pasien dan kepala puskesmas yang


disertai dengan analisis, investigasi insiden, dan
m

tindak lanjut terhadap insiden (R, D, W).


na

b) Dilakukan pelaporan kepada Komite Nasional


/ai

Keselamatan Pasien (KNKP) terhadap insiden, analisis,


/
ps:

dan tindak lanjut sesuai dengan kerangka waktu yang


htt

ditetapkan (D, O, W).


- 178 -

b. Kriteria 5.4.2

ml
Tenaga kesehatan pemberi asuhan berperan penting dalam

.ht
memperbaiki perilaku dalam pemberian pelayanan yang
mencerminkan budaya mutu dan budaya keselamatan.

rsi
1) Pokok Pikiran:

ve
a) Upaya peningkatan mutu layanan klinis dan

as-
keselamatan pasien menjadi tanggung jawab seluruh

sm
tenaga kesehatan yang memberikan asuhan pasien.
Puskesmas melakukan pengukuran budaya

ske
keselamatan pasien dengan melakukan survei budaya

pu
keselamatan pasien setiap tahun. Budaya keselamatan

si-
pasien juga dikenal sebagai budaya yang aman, yakni

ita
sebuah budaya organisasi yang mendorong setiap
individu anggota staf
red (klinis atau administratif)
melaporkan hal-hal yang menghawatirkan tentang
k
keselamatan atau mutu pelayanan tanpa imbal jasa
r-a

dari Puskesmas.
da

b) Tenaga kesehatan adalah tenaga medis, perawat, bidan,


tan

dan tenaga kesehatan lain yang diberi wewenang dan


p/s

bertanggung jawab untuk melaksanakan asuhan


pasien.
/
om

c) Perilaku terkait budaya keselamatan berupa


t.c

(1) penyediaan layanan yang baik, termasuk


pengambilan keputusan bersama;
spo

(2) bekerjasama dengan pasien;


log

(3) bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain;


(4) bekerjasama dalam sistem layanan kesehatan;
a.b

(5) meminimalisir risiko;


an

(6) mempertahankan kinerja professional;


uly

(7) perilaku profesional dan beretika;


(8) memastikan pelaksanaan proses pelayanan yang
m

terstandar; dan
na

(9) upaya peningkatan mutu dan keselamatan


/ai

termasuk keterlibatan dalam pelaporan dan


/
ps:

tindak lanjut insiden.


htt

d) Perilaku yang tidak mendukung budaya keselamatan


seperti:
- 179 -

(1) perilaku yang tidak layak (inappropriate), antara

ml
lain, penggunaan kata atau bahasa tubuh yang

.ht
merendahkan atau menyinggung perasaan
sesama staf, misalnya mengumpat dan memaki;

rsi
(2) perilaku yang mengganggu (disruptive), antara

ve
lain, perilaku tidak layak yang dilakukan secara

as-
berulang, bentuk tindakan verbal atau nonverbal

sm
yang membahayakan atau mengintimidasi staf
lain, komentar sembrono di depan pasien yang

ske
berdampak menurunkan kredibilitas staf klinis

pu
lain, misalnya dengan mengomentari negatif hasil

si-
tindakan atau pengobatan staf lain di depan

ita
pasien dengan mengatakan, “Obatnya ini salah.
Tamatan mana dia?”, melarang perawat untuk
red
membuat laporan insiden, memarahi staf klinis
k
lainnya di depan pasien, atau kemarahan yang
r-a

ditunjukkan dengan melempar membuang rekam


da

medis di ruang rawat;


tan

(3) perilaku yang melecehkan (harassment) terkait


p/s

dengan ras, agama, suku termasuk gender; dan


(4) pelecehan seksual.
/
om

e) Mutu layanan klinis tidak hanya ditentukan oleh


t.c

sistem pelayanan yang ada, tetapi juga oleh perilaku


dalam pemberian pelayanan. Tenaga kesehatan perlu
spo

melakukan evaluasi terhadap perilaku dalam


log

pemberian pelayanan dan melakukan upaya perbaikan,


baik pada sistem pelayanan maupun perilaku
a.b

pelayanan, yang mencerminkan budaya keselamatan


an

dan budaya perbaikan pelayanan klinis yang


uly

berkelanjutan.
2) Elemen Penilaian:
m

a) Dilakukan pengukuran budaya keselamatan pasien


na

dengan menlakukan survei budaya keselamatan


/ai

pasien yang menjadi acuan dalam program budaya


/
ps:

keselamatan (D,W).
htt

b) Puskesmas membuat sistem untuk mengidentifikasi


dan menyampaikan laporan perilaku yang tidak
- 180 -

mendukung budaya keselamatan atau "tidak dapat

ml
diterima" dan upaya perbaikannya (D, W).

.ht
c) Dilakukan edukasi tentang mutu klinis dan
keselamatan pasien pada semua tenaga kesehatan

rsi
pemberi asuhan (D, W).

ve
5. Standar 5.5 Program pencegahan dan pengendalian infeksi.

as-
Program pencegahan dan pengendalian infeksi dilaksanakan untuk

sm
mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi terkait dengan

ske
pelayanan Kesehatan.
Pencegahan dan pengendalian infeksi yang selanjutnya disingkat PPI

pu
adalah upaya untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi

si-
pada pasien, petugas, pengunjung, dan masyarakat sekitar fasilitas

ita
kesehatan.
a. Kriteria 5.5.1
red
Regulasi dan program pencegahan dan pengendalian infeksi
k
r-a

dilaksanakan oleh seluruh karyawan Puskesmas secara


komprehensif untuk mencegah dan meminimalkan risiko
da

terjadinya infeksi yang terkait dengan pelayanan kesehatan.


tan

1) Pokok Pikiran:
p/s

a) Pencegahan dan pengendalian infeksi yang selanjutnya


/

disingkat PPI adalah upaya untuk mencegah dan


om

meminimalkan terjadinya infeksi pada pasien, petugas,


t.c

pengunjung, dan masyarakat sekitar fasilitas


spo

kesehatan.
b) Tujuan PPI adalah meningkatkan kualitas pelayanan
log

di fasilitas pelayanan kesehatan sehingga melindungi


a.b

sumber daya manusia kesehatan, pasien, dan


masyarakat dari penyakit infeksi yang terkait
an

pelayanan kesehatan.
uly

c) Risiko infeksi yang didapat dan/atau ditularkan di


m

antara pasien, staf, mahasiswa, dan pengunjung


na

diidentifikasi dan dicegah atau diminimalkan melalui


/ai

kegiatan PPI.
/

d) Puskesmas perlu menyusun program PPI yang meliputi


ps:

(a) implementasi kewaspadaan isolasi yang terdiri atas


htt

kewaspadaan standar dan kewaspadaan berdasar


- 181 -

transmisi, (b) pendidikan dan pelatihan PPI (dapat

ml
berupa pelatihan atau lokakarya) baik bagi petugas

.ht
maupun pasien dan keluarga, serta masyarakat, (c)
penyusunan dan penerapan bundel infeksi terkait

rsi
pelayanan kesehatan, (d) pemantauan (monitoring)

ve
pelaksanaan kewaspadaan isolasi, (e) surveilans

as-
penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan, serta (f)

sm
penggunaan anti mikroba secara bijak dan dilakukan
pelaporan sesuai dengan peraturan perundang-

ske
undangan.

pu
e) Kegiatan yang tercantum dalam program PPI

si-
bergantung pada kompleksitas kegiatan klinis dan

ita
pelayanan Puskesmas, besar kecilnya area Puskesmas,
tingkat risiko dan cakupan populasi yang dilayani,
red
geografis, jumlah pasien, serta jumlah pegawai dan
k
merupakan bagian yang terintegrasi dengan Program
r-a

Peningkatan Mutu.
da

f) Agar pencegahan dan pengendalian infeksi dapat


tan

dilaksanakan dengan optimal, perlu ditetapkan staf


p/s

yang terlatih untuk mengoordinasikan, memantau,


dan menilai pelaksanaan prinsip dan program PPI
/
om

dalam pelayanan berdasarkan kebijakan dan


t.c

pedoman yang mengacu pada ketentuan peraturan


perundang-undangan.
spo

g) Untuk memantau dan menilai pelaksanaan program


log

PPI, disusun indikator sebagai bukti dilaksanakannya


kegiatan yang direncanakan.
a.b

2) Elemen Penilaian:
an

a) Puskesmas menyusun rencana dan melaksanakan


uly

program PPI yang terdiri atas (R, D):


(1) implementasi kewaspadaan isolasi yang terdiri
m

atas kewaspadaan standar dan kewaspadaan


na

berdasar transmisi,
/ai

(2) pendidikan dan pelatihan PPI (dapat berupa


/
ps:

pelatihan atau lokakarya) baik bagi petugas


htt

maupun pasien dan keluarga, serta masyarakat,


- 182 -

(3) penyusunan dan penerapan bundel infeksi terkait

ml
pelayanan kesehatan,

.ht
(4) pemantauan (monitoring) pelaksanaan
kewaspadaan isolasi,

rsi
(5) surveilans penyakit infeksi terkait pelayanan

ve
kesehatan dan,

as-
(6) penggunaan anti mikroba secara bijak dan

sm
komprehensif dalam penyelenggaraan pelayanan
di Puskesmas

ske
b) Dilakukan pemantauan, evaluasi, tindak lanjut, dan

pu
pelaporan terhadap pelaksanaan program PPI dengan

si-
menggunakan indikator yang ditetapkan (D, W).

ita
b. Kriteria 5.5.2
Dilakukan identifikasi berbagai
red risiko infeksi dalam
penyelenggaraan pelayanan sebagai dasar untuk menyusun dan
k
menerapkan strategi untuk mengurangi risiko tersebut.
r-a

1) Pokok Pikiran:
da

a) Puskesmas melakukan identifikasi dan kajian risiko


tan

infeksi, baik dalam penyelenggaraan pelayanan upaya


p/s

kesehatan perseorangan maupun upaya kesehatan


masyarakat, yang mungkin atau pernah terjadi
/
om

terhadap pasien, pengunjung, petugas, keluarga, dan


t.c

masyarakat. Pelaksanaan identifikasi dan kajian


pemberian asuhan harus sesuai dengan prinsip PPI.
spo

b) Berdasarkan kajian tersebut, disusun strategi dalam


log

pencegahan dan pengendalian infeksi melalui (a)


kewaspadaan isolasi yang terdiri atas dua lapis, yaitu
a.b

kewaspadaan standar dan kewaspadaan berdasar


an

transmisi, (b) penggunaan antimikroba secara bijak,


uly

dan (c) pelaksanaan bundel infeksi terkait pelayanan


kesehatan, antara lain, infeksi aliran darah primer,
m

infeksi daerah operasi, infeksi saluran kemih akibat


na

pemasangan kateter, dan infeksi lain yang mungkin


/ai

terjadi akibat pelayanan kesehatan.


/
ps:

c) Untuk penerapan kewaspadaan isolasi, perlu


htt

dipastikan:
- 183 -

(1) ketersediaan alat pelindung diri (APD), sepeti

ml
sarung tangan, kacamata pelindung, masker,

.ht
sepatu, dan gaun pelindung (sesuai risiko
paparan);

rsi
(2) ketersediaan linen yang benar;

ve
(3) ketersediaan alat medis sesuai dengan ketentuan;

as-
(4) ketersediaan peralatan penyuntikan yang aman;

sm
dan
(5) pengelolaan limbah melalui penempatan yang

ske
aman dan pembuangan limbah klinis dan limbah

pu
yang berpotensi menularkan penyakit yang

si-
memerlukan pembuangan khusus, seperti benda

ita
tajam/jarum dan peralatan sekali pakai lainnya
yang mungkin bersentuhan dengan tubuh cairan.
red
d) Renovasi bangunan di area Puskesmas dapat
k
merupakan sumber infeksi. Paparan debu dan kotoran
r-a

konstruksi, kebisingan, getaran, kotoran, dan bahaya


da

lain dapat merupakan bahaya potensial terhadap


tan

fungsi paru-paru dan keamanan karyawan dan


p/s

pengunjung. Oleh karena itu, Puskesmas harus


menetapkan kriteria risiko untuk menangani dampak
/
om

tersebut yang dituangkan dalam bentuk regulasi


t.c

tentang penilaian risiko dan pengendalian infeksi


(infection control risk assessment/ICRA).
spo

2) Elemen Penilaian:
log

a) Dilakukan identifikasi dan kajian risiko infeksi terkait


dengan penyelenggaraan pelayanan di Puskesmas (D,
a.b

W).
an

b) Disusun dan dilaksanakan strategi untuk


uly

meminimalkan risiko infeksi terkait dengan


penyelenggaraan pelayanan di Puskesmas dan
m

dipastikan ketersediaan (a) sampai (c) yang tercantum


na

dalam bagian Pokok Pikiran (D, W).


/ai

c. Kriteria 5.5.3
/
ps:

Puskesmas yang mengurangi risiko infeksi terkait dengan


htt

pelayanan kesehatan perlu melaksanakan dan


mengimplementasikan program PPI untuk mengurangi risiko
- 184 -

infeksi baik bagi pasien, petugas, keluarga pasien, masyarakat,

ml
maupun lingkungan.

.ht
1) Pokok Pikiran:
a) Program pencegahan dan pengendalian infeksi di

rsi
Puskesmas adalah program yang dilakukan untuk

ve
mengidentifikasi dan mengurangi risiko tertular dan

as-
menularkan infeksi di antara pasien, petugas,

sm
keluarga, masyarakat, dan lingkungan melalui
penerapan kewaspadaan isolasi yang terdiri atas

ske
kewaspadaan standar dan kewaspadaan berdasar

pu
transmisi, penggunaan antimikroba secara bijak, dan

si-
bundel untuk infeksi terkait pelayanan kesehatan.

ita
b) Pelaksanaan program tersebut perlu dipantau secara
terus-menerus untuk red menjamin penerapan yang
konsisten.
k
c) Kewaspadaan standar dilaksanakan sesuai dengan
r-a

ketentuan peraturan perundang-undangan melalui hal


da

sebagai berikut:
tan

(1) Kebersihan tangan


p/s

Kebersihan tangan merupakan salah satu cara


yang sangat efektif dalam pencegahan infeksi yang
/
om

wajib dilakukan baik oleh petugas kesehatan,


t.c

pasien, pengunjung, maupun masyarakat luas.


Penerapan dan edukasi tentang kebersihan
spo

tangan perlu dilakukan secara terus-menerus


log

agar dapat dilaksanakan secara konsisten.


(2) Penggunaan alat pelindung diri (APD) secara
a.b

benar dan sesuai indikasi


an

Alat pelindung diri (APD) digunakan dengan


uly

benar untuk mencegah dan mengendalikan


infeksi. APD yang dimaksud meliputi tutup kepala
m

(topi), masker, google (perisai wajah), sarung


na

tangan, gaun pelindung, sepatu pelindung


/ai

digunakan secara tepat dan benar oleh petugas


/
ps:

Puskesmas, dan digunakan sesuai dengan


htt

indikasi dalam pemberian asuhan pasien.


- 185 -

(3) Etika batuk dan bersin

ml
Etika batuk dan bersin diterapkan untuk semua

.ht
orang untuk kasus infeksi dengan transmisi
droplet atau airborne. Ketika batuk atau bersin,

rsi
seseorang harus menutup hidung dan mulut

ve
dengan menggunakan tisu atau lengan dalam

as-
baju, segera membuang tisu yang sudah dipakai

sm
ke dalam tempat sampah, kemudian mencuci
tangan dengan menggunakan air bersih dan

ske
sabun atau pencuci tangan berbasis alkohol, serta

pu
wajib menggunakan masker.

si-
(4) Penempatan pasien dengan benar

ita
Pasien dengan penyakit infeksi harus ditempatkan
terpisah dengan pasien bukan penyakti infeksi.
red
Penempatan pasien harus disesuaikan dengan
k
pola transmisi infeksi dan sebaiknya ditempatkan
r-a

di ruangan tersendiri. Jika tidak tersedia ruangan


da

tersendiri, dapat dilakukan kohorting. Jarak


tan

antara tempat tidur pasien yang satu dengan yang


p/s

lain minimal 1 meter.


(5) Penyuntikan yang aman
/
om

Tindakan penyuntikan yang aman perlu


t.c

memperhatikan kesterilan alat yang digunakan


dan prosedur penyuntikannya. Pemakaian spuit
spo

dan jarum suntik steril harus sekali pakai serta


log

berlaku juga pada penggunaan vial multidosis


untuk mencegah timbulnya kontaminasi mikroba
a.b

saat obat dipakai pada pasien. Penyuntikan yang


an

aman berdasarkan prinsip PPI meliputi:


uly

(a) menerapkan teknik aseptik untuk mencegah


kontaminasi alat injeksi;
m

(b) semua alat suntik yang dipergunakan harus


na

sekali pakai untuk satu pasien dan satu


/ai

prosedur, walaupun jarum suntiknya


/
ps:

berbeda;
htt

(c) gunakan dosis tunggal (single dose) untuk


obat injeksi dan cairan pelarut (flushing);
- 186 -

(d) pencampuran obat dilaksanakan sesuai

ml
dengan peraturan perundang-undangan; dan

.ht
(e) pengelolaan limbah tajam bekas pakai perlu
dikelola dengan benar sesuai dengan

rsi
peraturan perundang-undangan.

ve
(6) Dekontaminasi peralatan perawatan pasien

as-
dengan benar.

sm
Penurunan risiko infeksi dilakukan dengan
kegiatan dekontaminasi melalui pembersihan

ske
awal (pre cleanning), pembersihan, disinfeksi,

pu
dan/atau sterilisasi dengan mengacu pada

si-
kategori Spaulding yang meliputi:

ita
(a) kritikal, berkaitan dengan alat kesehatan
yang digunakan pada jaringan steril atau
red
sistem pembuluh darah dengan
k
menggunakan teknik sterilisasi, seperti
r-a

instrumen bedah dan partus set.


da

(b) semikritikal, berkaitan dengan peralatan


tan

yang digunakan pada selaput mukosa dan


p/s

area kecil di kulit yang lecet dengan


menggunakan disinfeksi tingkat tinggi (DTT),
/
om

seperti oropharyngeal airway (OPA)/Guedel,


t.c

penekan lidah, dan kaca gigi.


(c) nonkritikal, berkaitan dengan peralatan yang
spo

digunakan pada permukaan tubuh yang


log

berhubungan dengan kulit yang utuh dengan


melakukan disinfeksi tingkat rendah, seperti
a.b

tensimeter atau termometer.


an

Proses dekontaminasi tersebut meliputi tindakan


uly

sebagai berikut.
(a) Pembersihan awal dilakukan oleh petugas di
m

tempat kerja dengan menggunakan APD


na

dengan cara membersihkan diri dari semua


/ai

kotoran, darah, dan cairan tubuh dengan air


/
ps:

mengalir untuk kemudian melakukan


htt

transportasi ke tempat pembersihan,


disinfeksi, dan sterilisasi.
- 187 -

(b) Pembersihan merupakan proses secara fisik

ml
untuk membuang semua kotoran, darah,

.ht
atau cairan tubuh lainnya dari permukaan
peralatan secara manual atau mekanis

rsi
dengan mencuci bersih peralatan dengan

ve
detergen (golongan disinfenktan dan klorin

as-
dengan komposisi sesuai dengan standar

sm
yang berlaku) atau larutan enzymatic, dan
ditiriskan sebelum dilakukan disinfeksi atau

ske
sterilisasi.

pu
(c) Disinfeksi tingkat tinggi dilakukan untuk

si-
peralatan semikritikal untuk menghilangkan

ita
semua mikroorganisme, kecuali beberapa
bakteri endospora
red (endospore bacterial)
dengan cara merebus, menguapkan, atau
k
menggunakan disinfektan kimiawi.
r-a

(d) Sterilisasi merupakan proses menghilangkan


da

semua mikroorganisme, termasuk endospora


tan

dengan menggunakan uap bertekanan tinggi


p/s

(autoclave), panas kering (oven), sterilisasi


kimiawi, atau cara sterilisasi yang lain.
/
om

Dekontaminasi lingkungan adalah pembersihan


t.c

permukaan lingkungan yang berada di sekitar


pasien dari kemungkinan kontaminasi darah,
spo

produk darah, atau cairan tubuh. Pembersihan


log

dilakukan dengan menggunakan cairan


desinfektan seperti klorin 0,05% untuk
a.b

permukaan lingkungan dan 0,5% pada


an

lingkungan yang terkontaminasi darah dan


uly

produk darah. Selain klorin, dapat digunakan


desinfektan lain sesuai dengan ketentuan.
m

(7) Pengelolaan linen dengan benar


na

Pengelolan linen yang baik dan benar adalah


/ai

salah satu upaya untuk menurunkan risiko


/
ps:

infeksi. Linen terbagi menjadi linen kotor


htt

noninfeksius dan linen kotor infeksius. Linen


kotor infeksius adalah linen yang terkena darah
- 188 -

atau cairan tubuh lainnya. Penatalaksanaan

ml
linen yang sudah digunakan harus dilakukan

.ht
dengan hati-hati. Kehati-hatian ini mencakup
penggunaan APD oleh petugas yang mengelola

rsi
linen dan kebersihan tangan sesuai dengan

ve
prinsip PPI, terutama pada linen infeksius.

as-
Fasilitas kesehatan harus membuat regulasi

sm
pengelolaan. Penatalaksanaan linen meliputi
penatalaksanaan linen di ruangan, transportasi

ske
linen ke ruang cuci/laundry, dan

pu
penatalaksanaan linen di ruang cuci/laundry.

si-
Prinsip yang harus diperhatikan dalam

ita
penatalaksanaan linen adalah selalu memisahkan
antara linen bersih, linen kotor, dan linen steril.
red
Dengan kata lain, setiap kelompok linen tersebut
k
harus ditempatkan secara terpisah.
r-a

(8) Pengelolaan limbah dengan benar dan sesuai


da

dengan peraturan perundang-undangan


tan

Puskesmas setiap harinya menghasilkan limbah,


p/s

terutama limbah infeksius, benda tajam, dan


jarum yang apabila pengelolaan pembuangan
/
om

dilakukanI dengan tidak benar dapat


t.c

menimbulkan risiko infeksi. Pengelolaan limbah


infeksius meliputi pengelolaan limbah cairan
spo

tubuh infeksius, darah, sampel laboratorium,


log

benda tajam (seperti jarum) dalam penyimpanan


khusus (safety box), dan limbah B3. Proses
a.b

edukasi kepada karyawan mengenai pengelolaan


an

yang aman, ketersediaan tempat penyimpanan


uly

khusus, dan pelaporan pajanan limbah infeksius


atau tertusuk jarum dan benda tajam.
m

Pengelolaan limbah meliputi limbah sebagai


na

berikut:
/ai

(a) Limbah infeksius adalah limbah yang


/
ps:

terkontaminasi darah dan cairan tubuh,


htt

sampel laboratorium, produk darah, dan


lain-lain yang dimasukkan ke dalam kantong
- 189 -

plastik berwarna kuning dan dilakukan

ml
proses sesuai dengan ketentuan peraturan

.ht
perundang-undangan.
(b) Limbah benda tajam adalah semua limbah

rsi
yang memiliki permukaan tajam yang

ve
dimasukkan ke dalam penyimpanan khusus

as-
tahan tusukan dan tahan air (safety box).

sm
Penyimpanan tidak boleh melebihi ¾ isi
kotak penyimpanan tersebut.

ske
(c) Limbah cair infeksius segera dibuang ke

pu
tempat pembuangan limbah cair (spoel hoek).

si-
(d) Pengelolaan limbah dimaksud meliputi

ita
identifikasi, penampungan, pengangkutan,
tempat penampungan
red sementara, dan
pengolahan akhir limbah.
k
Dalam menjalankan tugas pelayanan, petugas
r-a

kesehatan perlu dilindungi dari terpapar infeksi.


da

Pelindungan petugas dilakukan melalui


tan

pemeriksaan berkala, pemberian vaksinasi, dan


p/s

pelindungan, serta tindak lanjut jika terjadi


pajanan.
/
om

(9) Perlindung petugas terhadap infeksi


t.c

Petugas kesehatan dalam menjalankan tugas


pelayanan perlu dilindungi terhadap terpapar
spo

infeksi. Perlindungan petugas dilakukan melalu


log

pemeriksaan berkala, pemberian vaksinasi, dan


perlindungan serta tindak lanjut jika terjadi
a.b

pajanan.
an

d) Penerapan kewaspadaan standar perlu dipantau oleh


uly

tim PPI atau petugas yang diberi tanggung jawab agar


dilaksanakan secara periodik dalam penyelenggaraan
m

kegiatan pelayanan Puskesmas.


na

2) Elemen Penilaian:
/ai

a) Terdapat bukti penerapan dan pemantauan prinsip


/
ps:

kewaspadaan standar sesuai dengan Pokok Pikiran


htt

pada angka (1) sampai dengan angka (9) sesuai


dengan prosedur yang ditetapkan (R, D, O, W).
- 190 -

b) Jika ada pengelolaan pada pokok pikiran angka (6)

ml
sampai dengan angka (8) yang dilaksanakan oleh

.ht
pihak ketiga, Puskesmas harus memastikan standar
mutu diterapkan oleh pihak ketiga sesuai dengan

rsi
ketentuan peraturan perundang-undangan (D, W).

ve
d. Kriteria 5.5.4

as-
Puskesmas melakukan upaya kebersihan tangan sesuai standar.

sm
1) Pokok Pikiran:
a) Puskesmas melakukan edukasi dan menyediakan

ske
sarana edukasi untuk kebersihan tangan bagi

pu
pengunjung dan petugas puskesmas.

si-
b) Puskesmas wajib menyediakan sarana dan prasarana

ita
untuk melakukan kebersihan tangan, antara lain:
(1) fasilitas cuci tangan meliputi air mengalir, sabun,
red
tisu pengering tangan/handuk sekali pakai;
k
dan/atau
r-a

(2) hand rubs berbasis alkohol yang ketersediaannya


da

harus terjamin di Puskesmas.


tan

c) Penanggung jawab PPI melakukan evaluasi dan


p/s

tindaklanjut penerapan PPI di Puskesmas secara


periodik sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.
/
om

2) Elemen Penilaian:
t.c

a) Dilakukan edukasi kebersihan tangan pada seluruh


karyawan Puskesmas, pasien, dan keluarga pasien (D,
spo

W).
log

b) Sarana dan prasarana untuk kebersihan tangan


tersedia di tempat pelayanan (O).
a.b

c) Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap


an

pelaksanaan kebersihan tangan secara periodik sesuai


uly

dengan ketentuan yang ditetapkan (D, W).


e. Kriteria 5.5.5
m

Dilakukan upaya pencegahan penularan infeksi dengan


na

penerapan kewaspadaan berdasar transmisi dalam


/ai

penyelenggaraan pelayanan pasien yang dapat ditularkan


/
ps:

melalui transmisi.
htt
- 191 -

1) Pokok Pikiran:

ml
a) Program PPI dalam kewaspadaan isolasi terdiri atas

.ht
kewaspadaan standar dan kewaspadaan berdasarkan
transmisi. Kewaspadaan berdasar transmisi meliputi

rsi
kewaspadaan terhadap penularan melalui kontak,

ve
droplet, dan air borne.

as-
b) Penularan penyakit air borne disease, termasuk

sm
penularan yang diakibatkan oleh prosedur atau
tindakan yang menimbulkan aerosolisasi, merupakan

ske
salah satu risiko yang perlu diwaspadai dan mendapat

pu
perhatian khusus di Puskesmas.

si-
c) Untuk mengurangi risiko penularan air borne disease,

ita
dilakukan antara lain dengan penggunaan APD,
penataan ruang periksa, penempatan pasien, ataupun
red
transfer pasien dilakukan sesuai dengan prinsip PPI.
k
Upaya pencegahan juga perlu ditujukan untuk
r-a

memberikan pelindungan kepada staf, pengunjung,


da

serta lingkungan pasien. Pembersihan kamar dengan


tan

benar setiap hari selama pasien tinggal di Puskesmas


p/s

dan pembersihan kembali setelah pasien pulang harus


dilakukan sesuai dengan standar atau pedoman
/
om

pencegahan dan pengendalian infeksi.


t.c

d) Untuk mencegah penularan airborne disease, perlu


dilakukan identifikasi pasien yang berisiko dengan
spo

memberikan masker, menempatkan pasien di tempat


log

tersendiri atau kohorting, dan mengajarkan etika


batuk.
a.b

e) Untuk pencegahan penularan transmisi airborne,


an

ditetapkan alur dan SOP pengelolaan pasien sesuai


uly

dengan ketentuan.
2) Elemen Penilaian:
m

a) Dilakukan identifikasi penyakit infeksi yang ditularkan


na

melalui transmisi airborne dan prosedur atau tindakan


/ai

yang dilayani di Puskesmas yang menimbulkan


/
ps:

aerosolisasi serta upaya pencegahan penularan infeksi


htt

melalui transmisi airborne dengan pemakaian APD,


penataan ruang periksa, penempatan pasien, ataupun
- 192 -

transfer pasien sesuai dengan regulasi yang disusun

ml
(R, O, W)

.ht
b) Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap hasil
pemantauan terhadap pelaksanaan penataaan ruang

rsi
periksa, penggunaan APD, penempatan pasien, dan

ve
transfer pasien untuk mencegah transmisi infeksi (D,

as-
W).

sm
f. Kriteria 5.5.6
Ditetapkan dan dilakukan proses untuk menangani outbreak

ske
infeksi, baik di Puskesmas maupun di wilayah kerja Puskesmas.

pu
1) Pokok Pikiran:

si-
a) Puskesmas menetapkan kebijakan tentang outbreak

ita
penanggulangan sesuai dengan wewenangnya untuk
menjamin pelindungan kepada petugas, pengunjung,
red
dan lingkungan pasien.
k
b) Kriteria outbreak infeksi terkait dengan pelayanan
r-a

kesehatan di Puskesmas adalah sebagai berikut:


da

(1) Terdapat kejadian infeksi yang sebelumnya tidak


tan

ada atau sejak lama tidak pernah muncul yang


p/s

diakibatkan oleh kegiatan pelayanan kesehatan


yang berdampak risiko infeksi, baik di Puskesmas
/
om

maupun di wilayah kerja Puskesmas.


t.c

(2) Peningkatan kejadian sebanyak dua kali lipat


atau lebih jika dibanding dengan periode
spo

sebelumnya.
log

(3) Kejadian dapat meningkat secara luas dalam


kurun waktu yang sama.
a.b

(4) Kejadian infeksi ditetapkan sebagai outbreak oleh


an

pemerintah.
uly

c) Dalam keadaan outbreak, disusun dan diterapkan


panduan, protokol kesehatan, dan prosedur yang
m

sesuai untuk mencegah penularan penyakit infeksi.


na

2) Elemen Penilaian:
/ai

a) Dilakukan identifikasi mengenai kemungkinan


/
ps:

terjadinya outbreak infeksi, baik yang terjadi di


htt

Puskesmas maupun di wilayah kerja Puskesmas (D,


W).
- 193 -

b) Jika terjadi outbreak infeksi, dilakukan

ml
penanggulangan sesuai dengan kebijakan, panduan,

.ht
protokol kesehatan, dan prosedur yang disusun serta
dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap

rsi
pelaksanaan penanggulangan sesuai dengan regulasi

ve
yang disusun (D, W).

as-
sm
ske
pu
si-
ita
k red
r-a
da
tan
p/s
/
om
t.c
spo
log
a.b
an
m uly
na
//ai
ps:
htt
- 194 -

BAB III

ml
PENUTUP

.ht
Standar Akreditasi Puskesmas ini merupakan pengembangan dan

rsi
penyempurnaan dari standar sebelumnya. Standar ini telah disusun dengan

ve
memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut:

as-
1. Aspek relevant yaitu kesesuaian dengan tugas pokok, fungsi, dan

sm
kewenangan Puskesmas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;

ske
2. Aspek understandable yaitu kemudahan untuk dipahami;

pu
3. Aspek measurable yaitu keterukuran dari standar, kriteria, pokok pikiran,

si-
dan elemen penilaian;

ita
4. Aspek beneficial yaitu manfaat untuk meningkatkan mutu layanan
Puskesmas; dan red
5. Aspek achievable yaitu mampu laksana pencapaian standar.
k
Oleh karena itu, dengan tersedianya Standar Akreditasi Puskesmas ini
r-a

diharapkan dapat lebih menjamin peningkatan mutu Puskesmas secara


da

berkesinambungan.
tan
p/s

MENTERI KESEHATAN
/
om

REPUBLIK INDONESIA,
t.c

ttd.
spo
log

BUDI G. SADIKIN
a.b
an
m uly
na
//ai
ps:
htt

Anda mungkin juga menyukai