BAHASA INDONESIA
DISUSUN
Oleh : Bayu Wahyuni
Kelas : X IPS 6
Ma'ruf yang lahir di Tangerang, 11 Maret 1943 dan tumbuh di tengah keluarga
religius. Ayahnya, Mohamad Amin dan kakeknya merupakan seorang kiai.
Beliau juga mendapatkan gelar kehormatan dari Universitas Negeri Maulana Malik
Ibrahim pada 2017 silam.
Perjalanan Karier
Sebelum menjabat sebagai wakil presiden RI, Ma'ruf Amin memiliki pengalaman
legislatif sejak 1971 hingga 1999. Di tahun 1971, Ma'ruf terpilih menjadi anggota
Dewan Perwakilan Rakyat dari partai NU yang pada saat itu masih merupakan partai
politik aktif.
Kemudian, di tahun 1977, beliau terpilih menjadi anggota DPRD DKI Jakarta dari
Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Di akhir masa jabatannya, Ma'ruf kembali aktif
melakukan aktivitas sosial.
Berbekal ilmu yang dimiliki, Ma'ruf Amin terjun ke dunia dakwah. Ia mulai menjadi
anggota koordinasi Dakwah Indonesiia (KODI) DKI Jakarta. Selain itu, ia juga aktif
di organisasi Nahdlatul Ulama. Kariernya terus berjalan seiring jam terbang
dakwahnya.
Aktivitas lainnya, ia ikut aktif di Majelis Ulama Indonesia (MUI). Di politik pun tak
kalah aktifnya, Ma'ruf sempat menjadi anggota DPR DKI Jakarta dari Partai
Persatuan Pembangunan. Namanya mulai terkenal berbarengan lahirnya Era
Reformasi, pada tahun 1998, dengan bermunculan partai-partai baru.
Pada 1998, Ma'ruf Amin sempat diminta Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk
menjadi Ketua Dewan Syuro PKB yang pertama. Melalui partai besutan
Abdurrahman Wahid ini, Maruf pernah menjadi anggota DPR/MPR RI.
Selain itu, di tengah menjalani aktivitasnya di NU dan MUI, ia Ma'ruf Amin diminta
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjadi anggota Dewan Pertimbangan
Presiden selama periode 2007-2009 dan 2010-2014.
Karier Ma'ruf Amin naik. Di NU, ia diberi amanah sebagai Rais Aam (Ketua Umum)
Syuriah PB NU periode 2015-2020, sementara di MUI yang sebelumnya sebagai
ketua Komisi Fatwa ia diberitugas sebagai Ketua Umum MUI periode 2015-2020.
Keilmuan Ma'ruf Amin tak perlu diragukan lagi. Pria lulusan Universitas Ibnu
Khaldun ini memiliki intelektualitas di berbagai bidang keislaman. Terbukti, Ia
memperoleh anugerah Doktor Kehormatan (Doktor Honoris Causa) untuk bidang
Hukum Ekonomi Syariah dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Namanya makin menonjol saat MUI mengeluarkan fatwa soal dugaan penistaan
agama yang dilakukan petahana Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Fatwanya
mendorong terjadinya Demo 4 November 2016. Ribuan umat Islam dari berbagai
ormas dan daerah merengsek ke Istana Presiden atas nama Gerakan Nasional
Pengawal Fatwa MUI.
Pencalonan Wakil Presiden
Pada 9 Agustus 2019, Presiden Joko Widodo mengungumkan Ma'ruf Amin sebagai
calon Wakil Presidennya. Kemudian, pada 21 Mei 2019, Komisi Pemilihan Umum
mengumumkan kemenangan pasangan Joko Widodo dan Ma'ruf Amin dalam
Pemilihan Presiden 2019 dengan persentase suara sebesar 55,5 persen.
Ma'ruf kemudian dilantik sebagai Wakil Presiden ke-13 Republik Indonesia pada 20
Oktober 2019 di usianya yang menginjak 76 tahun 223 hari. Di usianya tersebut,
Ma'ruf pun menjadi wakil presiden RI tertua yang pernah dilantik hingga saat ini.
Tepat pada 20 Oktober 2020, Ma'ruf Amin telah menjabat sebagai Wakil Presiden ke-
13 RI selama satu tahun. Pada masa peringatan satu tahun jabatannya ini, kinerja
Ma’ruf pun tak terlepas dari sorotan.
Tak sedikit publik yang berkomentar tentang jabatan Ma’ruf yang disebut sebagai alat
politik. Beliau juga dinilai tak memiliki andil besar karena jarang tampil di publik.
Saat menjadi bintang tamu dalam program acara milik Najwa Shihab, Ma’ruf pun
angkat suara terhadap komentar publik tentangnya. Dalam kesempatan tersebut,
Ma'ruf menjelaskan pembagian kerja antara dirinya dan Presiden Jokowi.
Beliau mengaku bahwa dirinya telah menjalankan porsi sebagai wakil presiden sesuai
aturan konstitusi.
Ma'ruf pun menambahkan bahwa selama ini ia bekerja di bidang yang telah
ditugaskan khusus oleh presiden. Adapun beberapa persoalan yang menjadi tugas
Ma'ruf seperti kemiskinan, UMKM, reformasi birokrasi, dan ekonomi syariah.