Anda di halaman 1dari 2

Cerpen: “Sepasang Penyihir Kembar”

Di sebuah desa kecil, hiduplah dua saudara kembar yang mempunyai kekuatan sihir. Mereka
adalah Harry dan Herry. Meskipun mereka saudara kembar, mereka sangatlah berbeda. Dua-
duanya memiliki paras yang tampan tetapi sifat mereka bertolak belakang. Harry adalah anak
yang rajin, sedangkan Herry itu pemalas dan sombong. Mereka sama-sama memiliki
kekuatan sihir yang kuat, tetapi Herry lebih suka menggunakan sihirnya untuk usil mengerjai
teman-temannya.
Pagi itu, seperti biasa mereka bersiap-siap dan langsung berangkat ke sekolah sihir.
Sesampainya di sekolah, mereka belajar dan berlatih sihir di kelas. Kali ini mereka
mendapatkan tugas untuk membuat dan menulis mantra sihir di rumah yang harus
dikumpulkan besok. Setelah pelajaran selesai mereka pulang dengan berjalan kaki. Harry dan
Herry melewati jalan setapak dengan pepohonan di samping kanan dan kirinya, desa yang
masih asri dan alami.
Sesampainya di rumah, mereka langsung membersihkan diri dan makan siang. Lalu mereka
melakukan kegiatan masing-masing. Harry mengerjakan tugas dari sekolah tadi, sedangkan
Herry bermain di depan rumah. Hari sudah semakin sore, Harry pun sudah selesai
mengerjakan tugasnya, tetapi adiknya masih tetap bermain di halaman rumah. Harry
penasaran dengan apa yang di lakukan adiknya. Dia pun keluar untuk melihat Herry. Dia
kaget, ternyata adiknya sedang bermain dan memamerkan kemampuan sihirnya kepada anak-
anak desa. Herry menggunakan sihir untuk mengubah benda-benda di sekitar rumah, mulai
dari batu, pohon, gelas, sandal, dan benda lainnya.
 “Herry cukup!! Kenapa kamu melakakun hal seperti itu? kalau sampai mencelakai anak-
anak bagaimana??” teriak Harry kepada adiknya.
 “Tidak mungkin sampai mengenai anak-anak. Aku kan sudah mahir menggunakan sihir,”
ucap Herry dengan menepuk dada, menyombongkan kemampuan sihirnya.
Baru saja bilang begitu, terdengar suara…praaakk!! Semua perhatian anak-anak langsung
tertuju dari asal suara itu. Nampak sebuah gelas yang pecah sesudah digunakan bermain tadi
dan mengenai salah satu anak.
“Tuhh kan kena juga. Apa aku bilang, susah banget sih kamu dikasih tahu. Sana ambil obat
di dalam! Kasihan anak itu,” ucap Harry dengan tegas.
“ Iyaa iyaa..aku tahu.” jawab Herry sambil berjalan ke dalam rumah dengan santai.
 “Daripada kamu main yang tidak ada rmanfaatnya, mendingan kamu ngerjain tugas saja.”
“Santai sajalah ngerjain tugasnya. Masih besok juga kan ngumpulinnya.”
 “Jangan sampai nggak ngerjain lagi. Minggu kemarin kamu sudah kena tegur guru.”
 “Huuhh, sewot sekalii kamu!!” ucap Herry dengan kesal.
Hari sudah berganti, pagi ini diawali dengan keributan Herry yang bangun kesiangan dan
ternyata semalam belum mengerjakan tugas yang harus di kumpulkan hari ini. Dia mencari
kakaknya, tetapi tidak ada karena sudah berangkat duluan. Tak peduli apa yang terjadi bila
dia tidak mengerjakan tugas, dia langsung berangkat ke sekolah. Sesampainya di sekolah,
semua anak-anak sudah masuk kelas. Dia pun langsung menuju ke kelasnya. Setelah masuk
ke kelas, semua mengumpulkan tugas dan dia hanya duduk terdiam di bangkunya dengan
rasa khawatir.
“Heii kamu Herry, kenapa tidak mengumpulkan tugas?” tanya guru dengan tegas.
Herry hanya diam tanpa berani mengeluarkan alasa satu pun. Akibatnya dia mendapatkan
sanksi untuk mengerjakan rumus sihir lima kali lipat dari tugas sebelumnya dan langsung
disuruh pulang ke rumah. Di perjalanan dia hanya bisa  menyalahkan dirinya sendiri. Angin
pun berhembus kencang seakan ikut menyalahkan apa yang telah ia lakukan.
Sesampainya di rumah, dia menangis. Melampiaskan amarahnya kepada benda-benda di
rumah hingga berantakan. Sampai dia berhenti di depan kaca besar.  Herry masih belum
berhenti menangis, tiba-tiba muncul seorang Pangeran yang tampan dalam kaca tersebut.
“Siapa kau? Kenapa kamu di dalam kaca?” tanya Herry yang masih kaget.
“Kau tidak perlu tahu siapa dan kenapa aku disini. Kenapa kamu menangis?” tanya Pangeran
dengan tersenyum.
“Aku menangis karena menyesali perbuatanku tadi. Aku tidak mengerjakan tugas karena
sibuk memamerkan kemampuan sihirku kepada anak-anak desa kemarin. Sekarang aku di
suruh pulang dan mengerjakan tugas yang banyak sekali,” jawab Herry dengan lemah.
“Herry…kamu tahu kamu salah kan, tapi kenapa masih melakukannya? Kalau ada tugas itu
harus dikerjakan Selagi ada waktu lebih baik langsung mengerjakannya, karena waktu itu
terus berjalan tanpa henti. Waktu tidak akan kembali. Semua perbuatan itu akan ada
balasannya. Jika kamu berbuat baik, kebaikan yang akan datang. Jika kamu berbuat buruk,
maka akan ada hukumannya,” ucap Pangeran dengan nada lembut.
“Iyaa…aku tahu itu semua,” jawab Herry dengan menangis sesenggukan.
 “Kenapa kamu masih menangis?” tanya Pangeran lagi.
“Aku tidak bisa mengerjakan tugas sebanyak ini. Andaikan saja Harry ada di rumah,” jawab
Herry.
“Aku mau bantu, tetapi ada syaratnya. kamu harus hilangkan sifat malasmu dan tidak boleh
sombong lagi!” jawab Pangeran.
 “Iyaa, aku janji. Aku  tidak akan mengulangi perbuatan burukku lagi,” sahut Herry dengan
tersenyum.
 Tugas telah selesai dikerjakan dengan bantuan Pangeran yang tiba-tiba muncul di cermin.
Baru saja herry mau mengucapkan terima kasih, pahlawan itu sudah hilang tidak ada. Herry
tersenyum dengan melihat langit yang cerah, seakan Pangeran itu membalas terima kasihnya.
Tidak ada kata terlambat untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik.
Penulis : Ruwaidah Az Zahra

Anda mungkin juga menyukai