Isi Halaman
I. TUJUAN
1. Mempelajari sifat pembangkit gelombang mikro (klystron / gunn diode).
2. Mengukur panjang gelombang mikro di dalam pandu gelombang.
II. PERALATAN
1. Klystron / gunn diode dam sumber dayanya
2. Pandu gelombang
3. Isolator ferrite PM 7045 X.
4. Frekuensimeter PP 4300 X.
5. Atennuator PM 7110 X.
6. Detektor geser PM 7142 X.
7. Terminal geser PM 7216 X.
8. Osiloskop
9. SWR meter
10. Generator.
III. PUSTAKA
1. Portis, A.M., Berkeley Physics Lab., MO 1, MO 2, MO 3, ME Graw Hill.
2. Sivers Lab, Basic Experiment I, Sweden.
3. Philips Lab, Basic Experiment II, Holland.
1
LABORATORIUM FISIKA ATOM & INTI Gelombang Mikro
DEPARTEMEN FISIKA FMIPA UGM
sedangkan
(2)
2
LABORATORIUM FISIKA ATOM & INTI Gelombang Mikro
DEPARTEMEN FISIKA FMIPA UGM
(4)
3
LABORATORIUM FISIKA ATOM & INTI Gelombang Mikro
DEPARTEMEN FISIKA FMIPA UGM
TUGAS :
1. Tentukan frekuensi gelombang mikro dengan menggunakan frekuensi
meter berskala dan dengan persamaan (4), kemudian bandingkan
hasilnya.
2. Teralah skala frekuensi mikrometer dengan persamaan (4) untuk berbagai
tegangan Klystron, lalu plotlah skala mikrometer vs hasil persamaan (4,
bandingkan hasilnya dengan pustaka.
3. Tuliskan aplikasi / kegunaan gelombang mikro.
4
LABORATORIUM FISIKA ATOM & INTI Gelombang Mikro
DEPARTEMEN FISIKA FMIPA UGM
5
LABORATORIUM FISIKA ATOM & INTI Tetes Minyak Milikan
DEPARTEMEN FISIKA FMIPA UGM
PERCOBAAN MILLIKAN
I. Tujuan Percobaan
1. Menunjukkan sifat diskrit muatan listrik.
2. Menentukan muatan keunsuran (e).
3. Menentukan bilangan Avogrado dengan mengamati gerak Brown.
II. Peralatan
1. Pesawat Millikan
2. Power supply
3. Stop-watch
III. Pustaka
1. Millikan, R.A., Electrons ( + and - ), protons, photons, neutrons,
mesotrons and Cosmic Rays, Chicago Press, 1974.
2. Melissinos, A.C., Experiments in Modern Physics, Academic Press,
1966.
3. Weast, R.C., Handbook of Chemistry and Physics, 57th edition, CRC
Press, 1976.
IV. Teori
Tetes ( bola kecil ) minyak dengan rapat p, yang bergerak di udara
dengan rapat p’ di bawah pengaruh gaya gravitasi, akan mencapai limit
kecepatan sebesar
2( − ')a z g
vo = (1)
9
6
LABORATORIUM FISIKA ATOM & INTI Tetes Minyak Milikan
DEPARTEMEN FISIKA FMIPA UGM
Bila gerak diantara dua plat sejajar yang bergerak d dan memiliki beda
potensial V, maka selain mengalami gaya gravitasi dan gaya Archimedes, tetes
minyak juga mengalami gaya listrik sebesar
QV
Fe = , (3)
d
dengan Q adalah muatan tetes. Limit kecepatan tetes untuk keadaan ini adalah :
* Jika tetes bergerak ke bawah, maka
2( − ')a 2 g QV
vb = (4a)
9 6ad
dengan tanda minus digunakan jika gaya listrikarahnya ke atas, dan tanda
plus jika sebaliknya.
* Jika tetes dan gaya listrik menuju ke atas, maka
QV 2( − ')a 2 g
vA = − (4b)
6ad 9
7
LABORATORIUM FISIKA ATOM & INTI Tetes Minyak Milikan
DEPARTEMEN FISIKA FMIPA UGM
8
LABORATORIUM FISIKA ATOM & INTI Tetes Minyak Milikan
DEPARTEMEN FISIKA FMIPA UGM
Tugas :
1. Teralah mikrometer pada teropong yang akan digunakan untuk
menentukan jarak tempuh tetes.
2. Tentukan muatan beberapa tetes, lalu tunjukkan bahwa muatan listrik
bersifat diskrit (terkuantisasi), dan hitunglah catu muatannya.
3. tentukan pergeseran kuadrat rerata gerak Brown yang timbul, dan
tentukan bilangan Avogadro.
Catatan umum :
* Selalu Anda bahas ketidakpastian yang berkaitan dengan pengukuran.
* Untuk menghindari hilangnya tetes dari pengamatan, usahakan posisi
kapasitor betul-betul mendatar, demikian pula pemusatan (focusing) lampu dan
teropong harus baik. Pemusatan lampu dan teropong sebaiknya dilakukuan
sebelum pengamatan pada tetes, yaitu dengan memasukkan kawat kecil melalui
lubang di bagian atas teropong ( hati-hati, ini dilakukan hanya saat belum
ada beda potensial antara kedua plat). Untuk menentukan jarak tempuh tetes
digunakan mikrometer pada teropong.
9
LABORATORIUM FISIKA ATOM & INTI Efek Foto Lisitrik
DEPARTEMEN FISIKA FMIPA UGM
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mempelajari efek/gejala fotolistrik secara eksperimen.
2. Menentukan nilai-nilai fungsi kerja logam, tetapan Planck, dan energi
kinetik maksimum fotoelektron.
II. PERALATAN
1. Fotosel
2. Lampu sumber cahaya dan sumber dayanya
3. Filter cahaya
4. Diafragma
5. Voltmeter
6. Galvanometer
7. Batere
III. PUSTAKA
1. Melissinos, A.C., Experiments in in Modern Physics, Acad Press, New
York, 1966, hal. 18-27.
2. Weidner, R.T., Elementary Modern Physics, Edisi ke-3, Allyn and Bacon
Inc, 1980, hal. 89-99.
3. Harnwell, G.P. dan Livingood, J.J., Experiments Atomic Physics, Mc
Graw Hill, 1933, hal. 214-223.
10
LABORATORIUM FISIKA ATOM & INTI Efek Foto Lisitrik
DEPARTEMEN FISIKA FMIPA UGM
(1)
(2)
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa apabila frekuensi foton lebih kecil
dibandingkan dengan frekuensi ambang logam, maka tidak akan terjadi
pelepasan elektron dari logam. Sebaliknya, apabila frekuensi foton lebih besar
daripada frekuensi ambang logam, maka akan terjadi pelepasan elektron dari
logam, yang disebut efek fotolistrik..
Elektron yang terlepas dari logam dalam efek fotolistrik disebut
fotoelektron, dan mempunyai energi kinetik sebesar ( )
(3)
V. EKSPERIMEN
Sebuah skema sistem peralatan yang digunakan untuk mempelajari efek
fotolistrik diperlihatkan oleh Gambar 1. Terdapat dua buah elektroda di dalam
tabung hampa (disebut fotosel), elektroda yang disinari foton disebut elektroda
11
LABORATORIUM FISIKA ATOM & INTI Efek Foto Lisitrik
DEPARTEMEN FISIKA FMIPA UGM
(3)
12
LABORATORIUM FISIKA ATOM & INTI Efek Foto Lisitrik
DEPARTEMEN FISIKA FMIPA UGM
VI. TUGAS
1. Tentukan potensial penghenti ( ) untuk elektron dari hasil pengamatan
dengan beragam frekuensi foton.
2. Tentukan dan dari data (grafik). Dengan menggunakan nilai e dari
literatur, tentukanlah h, , dan energi kinetik maksimum fotoelektron
( ).
13
LABORATORIUM FISIKA ATOM & INTI Sinar-X Absorbansi
DEPARTEMEN FISIKA FMIPA UGM
I. Tujuan Percobaan :
1. Menentukan/menyelidiki spektrum sinar –X yang dihasilkan dari
tabung sinar –X.
2. Menentukan jarak antar bidang Bragg suatu kristal.
3. Menentukan koefisien serapan suatu bahan terhadap sinar –X dengan
tenaga tertentu (koefisien serapan bahan sebagai fungsi tenaga).
II. Peralatan :
1. Tabung sinar –X
2. Detektor Geiger Muller (GM)
3. Amplifier dan counter.
4. Kristal pemantul (NaCl) dan pemegang kristalnya.
5. Lempeng penyerap dengan berbagai ketebalan.
6. Multimeter.
III. Pustaka :
1. Bertin, E.P., Introduction to X-ray Spectrometric and Analysis,
Plenum Press, new York, 1978.
2. Eisberg, R.M., Fundamentals of Modern Physics, John Wiley & Sons,
Japan, 1961.
3. Semat, H., Introduction to Atomic and Nuclear Physics, Holt, Rinehart
& Winston, 1962. (hal 146 – 186)
4. Weast, R.C., Hand Book of Chemistry and Physics, 57th ed C.R.C.
Press, 1976. (hal E-147).
IV. Teori :
Tabung sinar –X terdiri atas sebuah tabung hampa yang diberi dua buah
elektroda, yaitu anoda (A) dan katoda (K) serta filamen pemanas. Katoda yang
telah dipanaskan akan melepaskan elektron-elektron. Akibat adanya beda
potensial yang diberikan antara A dan K sebesar Va dari sumber tegangan tinggi
14
LABORATORIUM FISIKA ATOM & INTI Sinar-X Absorbansi
DEPARTEMEN FISIKA FMIPA UGM
15
LABORATORIUM FISIKA ATOM & INTI Sinar-X Absorbansi
DEPARTEMEN FISIKA FMIPA UGM
Spektrum sinar –X yang dihasilkan oleh tabung sinar –X terdiri atas dua
bagian, yakni bagian yang kontinyu yang terjadi akibat dari gerak elektron-
elektron yang diperlambat seperti pada persamaan 2 dan bagian diskrit (tampak
sebagai puncak-puncak spektrum), yang timbulnya dapat diterangkan sebagai
berikut. Elektron-elektron dari K ada yang menumbuk elektron atom A
sehingga terpental meninggalkan lintasannya dan terjadilah kekosongan
elektron pada kulit atom dari bahan A tersebut (yang biasanya, atau
kebolehjadian paling besar, pada kulit bagian dalam). Kekosongan pada kulit
atom-atom tersebut akan segera diisi oleh elektron-elektron dari kulit sebelah
luarnya, yang disertai pancaran tenaga transisinya sebagai sinar –X karateristik,
dimana tenaganya atau panjang gelombangnya bersifat diskrit yang merupakan
ciri/karakter dari bahan A tersebut, sehingga biasa pula disebut sinar-X
karateristik. K artinya elektron dari katoda K menabrak elektron pada anoda A
di kulit K sehingga menyebabkan transisi elektron pada anoda dari kulit L ke
kulit K. K artinya elektron dari katoda K menabrak elektron pada anoda A di
kulit K sehingga menyebabkan transisi elektron pada anoda dari kulit M ke kulit
K Spektrum sinar –X kontinyu mempunyai panjang gelombang minimum
sebesar
hc
min = (3)
eVa
16
LABORATORIUM FISIKA ATOM & INTI Sinar-X Absorbansi
DEPARTEMEN FISIKA FMIPA UGM
Gambar 3: (a) Notasi bidang Miller yang mewakili bidang Bragg. (b) Contoh
intensitas khas difraksi sinar-X (dari bahan target Molydenum yang
o
mempunyai K = 0,7107 A ) untuk kristal NaCl. Puncak-puncak difraksi
17
LABORATORIUM FISIKA ATOM & INTI Sinar-X Absorbansi
DEPARTEMEN FISIKA FMIPA UGM
terkait dengan jarak antar bidang Bragg dalam notasi bidang Miller di dalam
Kristal NaCl.
dengan jarak antar bidang Bragg dalam notasi bidang Miller di dalam Kristal
NaCl.
Seberkas sinar –X yang intensitasnya I, setelah menembus lapisan bahan
setebal dx→ 0 , intensitasnya akan berubah sebesar
dI= − Idx
dimana tanda negatif berarti bahwa intensitas sinar-X berkurang, dan adalah
tetapan yang nilainya bergantung pada jenis bahan dan tenaga sinar-X. Untuk
bahan penyerapan setebal d, dari pers (5) diperoleh
Id = Io e − d (6)
Dimana I0dan Id masing-masing adalah intensitas sinar-x sebelum dan sesudah
menembus bahan. Menggunakan pers (6), dengan mengukur I0 dan Id untuk
18
LABORATORIUM FISIKA ATOM & INTI Sinar-X Absorbansi
DEPARTEMEN FISIKA FMIPA UGM
19
LABORATORIUM FISIKA ATOM & INTI Interferometri Michelson
DEPARTEMEN FISIKA FMIPA UGM
I.Tujuan Percobaan:
1.Demonstrasi prinsip kerja Interferometer Michelson.
2. Menera mikrometer penggerak cermin.
3. Mengukur panjang gelombang cahaya Cadmium/Natrium/laser He-Ne.
4. Menentukan pengaruh tekanan terhadap cahaya bias udara/gas.
II. Peralatan:
1. Interferometer Michelson lengkap dengan teropong bergaris silang
atau mikrometer eyepiece + lensa positif.
2. Sumber cahaya Cadmium/Natrium/Laser He-Ne beserta sistem
pencahayaannya.
3. Filter cahaya yang sesuai dengan Cadmium/ Natrium.
4. Tabung gas beserta Manometer dan kelengkapannya.
5. Mikroskop/teropong berskala.
III.Pustaka:
1. Jenkins, F.A dan White, H.E., Fundamentals of Optics 4th Edition,
International Student Ed, Mc Graw Hill, Japan, 1981. (hal 416 – 418)
2. Smith, F.G. dan Thompson, J.H., Optics, John Wiley & Sons, England,
1971. (hal 216 - 221).
3. Rossi, B., Optics, Add Wesley, Japan, 1967. (hal 252 – 255).
4. Pedroti F L dan Pedroti L S, 1993, Introduction to Optics 2nd Ed,
Prentice Hall Inc
5. Smith F G, dan Thomson J H, 1971, Optics, John Wiley and Sons Ltd.
6. Hecht E, 2002, Optics, Add Wesley.
20
LABORATORIUM FISIKA ATOM & INTI Interferometri Michelson
DEPARTEMEN FISIKA FMIPA UGM
IV. Teori:
Pada Interferometer Michelson digunakan prinsip membagi amplitudo
gelombang cahaya yang berasal dari sumber cahaya S menjadi dua bagian (yang
kira-kira beritensitas sama) dipermukaan cermin SP (separuh pantul) pada kaca
K1 (back coating). (Gambar 1)
Lintasan cahaya I1 menempuh SA1EA20, mengalami pemantulan di SP
dan di cermin C1 (titik E) serta melewati bahan kaca K1 sebanyak tiga kali.
Sedangkan bagian lintasan kedua (I2) menempuh lintasan cahaya SA1BA3O
setelah mengalami pemantulan di C2 (titik B) dan SP. Dalam hal ini arah
perambatan A1EA2 tegak lurus dengan arah perambatan A1BA3 yang melewati
bahan kaca K1 sekali dan K2 (serupa bahan dan sama tebal dengan K1) sebanyak
dua kali.
21
LABORATORIUM FISIKA ATOM & INTI Interferometri Michelson
DEPARTEMEN FISIKA FMIPA UGM
22
LABORATORIUM FISIKA ATOM & INTI Interferometri Michelson
DEPARTEMEN FISIKA FMIPA UGM
1
2 d cos ' = h m + / nu (5)
2
23
LABORATORIUM FISIKA ATOM & INTI Interferometri Michelson
DEPARTEMEN FISIKA FMIPA UGM
dan jika digeser pada posisi d2, terang orde m2 dipenuhi oleh
2 d2 = m2 u (8)
maka
u u
d = ( d 2 − d1 ) = m = ( m2 − m1 ) (9)
2 2
dimana hubungan d vs m berupa garis lurus dengan m adalah cacah cincin
yang hilang / timbul selama cermin mengalami gerakan antara d1 s/d d2 .
Udara / gas dengan tekanan p dan indeks bias np dalam suatu tabung
berjendela kaca (gas sel) yang dapat dilalui berkas cahaya dengan tertentu
diletakkan antara K1 dengan salah satu cermin pantul C1. Hal ini akan
mengakibatkan pergeseran beda fasa antara berkas yang berinterferensi di
daerah AO sebesar (2 / h) (np − nu) 2t, dengan t adalah panjang medium
udara / gas yang dilewati oleh salah satu berkas cahaya (faktor 2 timbul karena
udara/gas dilalui cahaya bolak-balik). Kesan pergeseran fasa oleh dinding-
dinding kaca pada tabung dapat dihilangkan dengan memasang sepasang keping
kaca pengimbang yang sesuai di antara K1 dengan cermin pantul lainnya (C2).
Jika cacah cincin interferensi yang melewati garis silang teropong (∆mp )
sewaktu tekanan udara / gas dalam tabung diubah secara kontinu mulai dari
24
LABORATORIUM FISIKA ATOM & INTI Interferometri Michelson
DEPARTEMEN FISIKA FMIPA UGM
suatu nilai tertentu, maka dapat ditentukan kaitan antara perubahan indeks bias
np (≡ ∆np) terhadap tekanan udara / gas, sebagai:
∆np = [ h / 2 t ] ∆mp
dengan ∆np adalah beda nilai indeks bias bertekanan p dengan indeks bias udara
sekeliling.
Tugas:
1. Kalibrasilah skala mikrometer penggerak cermin vs gerakan cermin
dengan teropong/mikroskop.
2. Ukurlah panjang gelombang cahaya yang digunakan.
3. Tentukanlah nilai n pada p = 1 Atm.
4. Jika kaca K1 diputar adakah akibatnya pada pola interferensi?
5. Jika kaca kompensator tersebut dihilangkan apakah akibatnya?
CATATAN
Jika sumber cahaya yang digunakan adalah laser He-Ne, maka perlu
berkas laser dikembangkan agar cincin interferensi yang terjadi cukup besar.
Adapun skema pembesaran berkas laser seperti terlihat pada gambar 2 (kiri)
dengan cara mengatur jarak lensa L1 dan lensa L2 seperlunya. Adapun hasil
interferensi pada layar terlihat seperti gambar 2 (kanan) jika menggunakan
sumber cahaya laser.
Gambar 2. Skema pembesaran berkas laser (kiri), hasil interferensi pada layar
jika menggunakan sumber cahaya laser (Pedroti F L dan Pedroti L S, 1993)
25