Anda di halaman 1dari 27

PANDUAN PRAKTIKUM

EKSPERIMEN FISIKA MODERN

LABORATORIUM FISIKA ATOM & INTI


DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2022
DAFTAR ISI

Isi Halaman

1. Eksperimen Gelombang Mikro ………………………. 1

2. Eksperimen Milikan ……………………….................. 6

3. Eksperimen Efek Foto Listrik ………………………... 10

4. Eksperimen Sinar X Serapan …………….…………... 14

5. Eksperimen Interferometer Michelson ….…………... 20


LABORATORIUM FISIKA ATOM & INTI Gelombang Mikro
DEPARTEMEN FISIKA FMIPA UGM

EKSPERIMEN GELOMBANG MIKRO

I. TUJUAN
1. Mempelajari sifat pembangkit gelombang mikro (klystron / gunn diode).
2. Mengukur panjang gelombang mikro di dalam pandu gelombang.

II. PERALATAN
1. Klystron / gunn diode dam sumber dayanya
2. Pandu gelombang
3. Isolator ferrite PM 7045 X.
4. Frekuensimeter PP 4300 X.
5. Atennuator PM 7110 X.
6. Detektor geser PM 7142 X.
7. Terminal geser PM 7216 X.
8. Osiloskop
9. SWR meter
10. Generator.

III. PUSTAKA
1. Portis, A.M., Berkeley Physics Lab., MO 1, MO 2, MO 3, ME Graw Hill.
2. Sivers Lab, Basic Experiment I, Sweden.
3. Philips Lab, Basic Experiment II, Holland.

IV. DASAR TEORI


Klystron adalah suatu tabung pembangkit gelombang mikro dengan cara
modulasi kecepatan dari berkas elektron.
Berkas elektron yang dipancarkan oleh katoda ke resonator dengan beda
potensial akan ditolak di daerah ruang reflektor yang mempunyai beda
potensial terhadap katoda. Akibat tolakan ini berkas elektron akan melewati

1
LABORATORIUM FISIKA ATOM & INTI Gelombang Mikro
DEPARTEMEN FISIKA FMIPA UGM

resonator lagi, sehingga akan mengakibatkan gerakan osilasi dari berkas


tersebut di sekitar resonator, dan akan timbul medan listrik frekuensi tinggi pada
kisi-kisi resonator (lihat gambar 1).
Dengan adanya medan frekuensi tinggi ini, gerak berkas elektron dalam
kisi akan diperlambat atau dipercepat sesuai dengan perubahan tegangan kisi
resonator.
Jika terjadi penambahan kecepatan, maka berkas electron akan mengalami
percepatan saat meninggalkan kisi, dan jika terjadi pengurangan kecepatan,
maka berkas elektron akan mengalami perlambatan saat meninggalkan kisi, dan
jika terjadi pengurangan kecepatan, maka berkas elektron akan mengalami
perlambatan saat meninggalkan kisi. Hal ini akan mengakibatkan waktu yang
diperlukan berkas elektron untuk datang dan pergi adalah berbeda, sehingga
terjadi pengelompokan berkas elektron. Gejala ini biasa disebut modulasi
kecepatan.
Panjang gelombang mikro pada pandu gelombang adalah
(1)

sedangkan
(2)

dengan = panjang gelombang mikro cut off,


= indeks modus gelombang ( ),
= lebar pandu gelomabang (=22,7 ± 0,1 mm),
= tinggi pandu gelombang,
= panjang gelombang mikro di ruang hampa,
Dari persamaan (1) dan (2) diperoleh
(3)

sedangkan frekuensi gelombang mikro di ruang hampa adalah

2
LABORATORIUM FISIKA ATOM & INTI Gelombang Mikro
DEPARTEMEN FISIKA FMIPA UGM

(4)

dengan c = laju cahaya di ruang hampa.


Persamaan (4) dapat dihitung jika telah dilakukan pengukuran panjang
gelombang mikro pada gelombang dengan pertolongan osiloskop, yaitu dengan
mengukur jarak titik – titik minimum yang berturutan sebagai setengah panjang
gelombangnya.
Kelompok berkas elektron yang melalui kisi resonator ini akan
berinteraksi dengan tegangan kisi. Apabila kelompok ini pada saat melalui kisi
dalam keadaan diperlambat, maka tenaganya akan dipindahkan ke rongga
resonator dalam bentuk gelombang mikro. Hal sebaliknya terjadi pada saat
dipercepat, yaitu tenaganya akan hilang dan tidak terjadi gelombang mikro.
Gelombang mikro yang dihasikan oleh Klystron, dilewatkan melalui
pandu gelombang, isolator ferrite, frekuensi meter, atenutor dan ditangkap
detektor agar signalnya dapat ditampilkan pada osiloskop.
Setiap pandu gelombang secara teori dapat dilalui sejumlah tak berhingga
jenis konfigurasi gelombang medan listrik dan magnet (mode gelombang).
Akan tetapi pandu gelombang ini mempunyai frekuensi kritis (cut off
frequency), yaitu frekuensi terendah yang dapat dilewatkan pandu gelombang.
Oleh karenanya hanya frekuensi di atas frekuensi kritis saja yang dapat
dilewatkan (berkisar 9 - 10 GHz).
Konfigurasi medan magnet dan medan listrik disebut mode TE
(Tranversal Electric), jika komponen medan listriknya tegak lurus arah rambat
gelombang, atau mode TM (Tranversal Magnetic) jika komponen medan
magnetnya tegak lurus arah rambat gelombang. Hal khusus adalah mode TEM
yaitu gelombang elektromagnetik yang komponen medan listrik dan medan
magnetnya tegak lurus arah rambat gelombang.
Isolator magnet berfungsi untuk penyearah gelombang mikto, yaitu
meloloskan gelombang yang mempunyai arah maju dan menghambat arah yang
sebaliknya.

3
LABORATORIUM FISIKA ATOM & INTI Gelombang Mikro
DEPARTEMEN FISIKA FMIPA UGM

Atenuator berfungsi untuk mengatur/mengurangi besar daya gelombang


mikro yang lewat.
Detektor gelombang mikro berfungsi untuk merubah daya gelombang
mikro menjadi sinyal listrik. Hal ini perlu karena komponen listrik tidak dapat
dilalui gelombang mikro.
Sifat khas dari frekuensi meter adalah adanya frekuensi diri sebagai
fungsi dimensi rongga yang dapat diubah-ubah pada setiap perubahan
mikrometer pengaturnya. Jadi apabila ada gelombang mikro yang melewatinya
dan mempunyai frekuensi yang sepadan dengan frekuensi diri dari frekuensi
meter, akan ada sebagian daya gelombang mikro yang diserap (terjadi
resonansi). Oleh sebab itu dengan memutar mikrometer pengatur frekuensi
meter, dapat diketahui adanya gelombang mikro, yaitu saat terjadi serapan daya
dan tertampil pada osiloskop/SWR meter.

TUGAS :
1. Tentukan frekuensi gelombang mikro dengan menggunakan frekuensi
meter berskala dan dengan persamaan (4), kemudian bandingkan
hasilnya.
2. Teralah skala frekuensi mikrometer dengan persamaan (4) untuk berbagai
tegangan Klystron, lalu plotlah skala mikrometer vs hasil persamaan (4,
bandingkan hasilnya dengan pustaka.
3. Tuliskan aplikasi / kegunaan gelombang mikro.

4
LABORATORIUM FISIKA ATOM & INTI Gelombang Mikro
DEPARTEMEN FISIKA FMIPA UGM

5
LABORATORIUM FISIKA ATOM & INTI Tetes Minyak Milikan
DEPARTEMEN FISIKA FMIPA UGM

PERCOBAAN MILLIKAN

I. Tujuan Percobaan
1. Menunjukkan sifat diskrit muatan listrik.
2. Menentukan muatan keunsuran (e).
3. Menentukan bilangan Avogrado dengan mengamati gerak Brown.

II. Peralatan
1. Pesawat Millikan
2. Power supply
3. Stop-watch
III. Pustaka
1. Millikan, R.A., Electrons ( + and - ), protons, photons, neutrons,
mesotrons and Cosmic Rays, Chicago Press, 1974.
2. Melissinos, A.C., Experiments in Modern Physics, Academic Press,
1966.
3. Weast, R.C., Handbook of Chemistry and Physics, 57th edition, CRC
Press, 1976.
IV. Teori
Tetes ( bola kecil ) minyak dengan rapat p, yang bergerak di udara
dengan rapat p’ di bawah pengaruh gaya gravitasi, akan mencapai limit
kecepatan sebesar
2( −  ')a z g
vo = (1)
9

dengan a adalah jari-jari tetes, dan g adalah percepatan gravitasi. Untuk


menempuh jarak S, tetes tersebut memerlukan waktu selama to yang memenuhi
persamaan
1 2( −  ')a 2 g
= (2)
t0 9S

6
LABORATORIUM FISIKA ATOM & INTI Tetes Minyak Milikan
DEPARTEMEN FISIKA FMIPA UGM

Bila gerak diantara dua plat sejajar yang bergerak d dan memiliki beda
potensial V, maka selain mengalami gaya gravitasi dan gaya Archimedes, tetes
minyak juga mengalami gaya listrik sebesar
QV
Fe = , (3)
d
dengan Q adalah muatan tetes. Limit kecepatan tetes untuk keadaan ini adalah :
* Jika tetes bergerak ke bawah, maka
2( −  ')a 2 g QV
vb =  (4a)
9 6ad

dengan tanda minus digunakan jika gaya listrikarahnya ke atas, dan tanda
plus jika sebaliknya.
* Jika tetes dan gaya listrik menuju ke atas, maka
QV 2( −  ')a 2 g
vA = − (4b)
6ad 9

Tetes minyak bermuatan yang bergerak ke atas dengan limit kecepatan va


dan menempuh jarak S membutuhkan waktu ta yang memenuhi persamaan
1 QV 2( −  ')a 2 g
= − (5)
ta 6adS 9S

dari persamaan (2) dan (5) memberikan


1
 1 1  6dS  9S  2
Q= +   (  (6)
 to ta  V  2t0  −  ')g 

dengan menentukan Q pada beberapa tetes, dapat ditunjukkan adanya sifat


diskrit muatan listrik serta nilai catu muatannya (muatan keunsuran e).
Untuk ukuran tetes yang terlalu kecil (a < 5x10-5 ), yang ditandai oleh
mm
kecepatan v0 yang kecil ( v0 < 0.003 /s ), perlu adanya koreksi terhadap nilai
 , agar hukum Stokes tetap berlaku, yaitu
−1
 b
 =  0 1 +  (7)
 ap 

7
LABORATORIUM FISIKA ATOM & INTI Tetes Minyak Milikan
DEPARTEMEN FISIKA FMIPA UGM

dimana  o = viskositas tak terkoreksi (=185  p)


b = 0.617,
p = tekanan atmosfer (dalam cm Hg)
a = jejari tetes minyak ( dalam m ).
Tetes minyak kecil yang melayang, akan mengalami tumbukan-tumbukan
dengan molekul-molekul udara disekitarnya, sehingga tetes menjalani gerak zig-
zag, yang biasa disebut gerak Brown. Bila pergeseran tetes diamati setiap
interval waktu  , maka pergeseran kuadrat reratanya akan memenuhi
RT   b
< x2 > = 1+  , (8)
3o aN  ap 

dimana R = tetapan gas umum,


T = suhu muttlak udara,
N = bilangan Avogadro.
Dengan persamaan (8), maka bilangan Avogadro dapat ditentukan.
Gambar dibawah ini adalah skematis pesawat millikan yang terdiri atas
dua plat sejajar (kapasitor) horizontal, yang bagian atasnya diberi lubang-lubang
kecil untuk memasukkan tetes minyak. Antara dua plat terdapat penutup
ruangan, untuk melindungi tetes-tetes minyak dari gerakan udara luar. Untuk
dapat mengamati dengan jelas (kontras dengan sekelilingnya), maka diberikan
jendela pada penutup ruangan agar dapat disinari dari luar, dan dapat diamati
dengan teropong.

8
LABORATORIUM FISIKA ATOM & INTI Tetes Minyak Milikan
DEPARTEMEN FISIKA FMIPA UGM

Gambar 1: Pesawat percobaan tetes minyak milikan

Tugas :
1. Teralah mikrometer pada teropong yang akan digunakan untuk
menentukan jarak tempuh tetes.
2. Tentukan muatan beberapa tetes, lalu tunjukkan bahwa muatan listrik
bersifat diskrit (terkuantisasi), dan hitunglah catu muatannya.
3. tentukan pergeseran kuadrat rerata gerak Brown yang timbul, dan
tentukan bilangan Avogadro.

Catatan umum :
* Selalu Anda bahas ketidakpastian yang berkaitan dengan pengukuran.
* Untuk menghindari hilangnya tetes dari pengamatan, usahakan posisi
kapasitor betul-betul mendatar, demikian pula pemusatan (focusing) lampu dan
teropong harus baik. Pemusatan lampu dan teropong sebaiknya dilakukuan
sebelum pengamatan pada tetes, yaitu dengan memasukkan kawat kecil melalui
lubang di bagian atas teropong ( hati-hati, ini dilakukan hanya saat belum
ada beda potensial antara kedua plat). Untuk menentukan jarak tempuh tetes
digunakan mikrometer pada teropong.

9
LABORATORIUM FISIKA ATOM & INTI Efek Foto Lisitrik
DEPARTEMEN FISIKA FMIPA UGM

PERCOBAAN EFEK FOTOLISTRIK

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mempelajari efek/gejala fotolistrik secara eksperimen.
2. Menentukan nilai-nilai fungsi kerja logam, tetapan Planck, dan energi
kinetik maksimum fotoelektron.

II. PERALATAN
1. Fotosel
2. Lampu sumber cahaya dan sumber dayanya
3. Filter cahaya
4. Diafragma
5. Voltmeter
6. Galvanometer
7. Batere

III. PUSTAKA
1. Melissinos, A.C., Experiments in in Modern Physics, Acad Press, New
York, 1966, hal. 18-27.
2. Weidner, R.T., Elementary Modern Physics, Edisi ke-3, Allyn and Bacon
Inc, 1980, hal. 89-99.
3. Harnwell, G.P. dan Livingood, J.J., Experiments Atomic Physics, Mc
Graw Hill, 1933, hal. 214-223.

IV. DASAR TEORI


Untuk melepaskan elektron dari suatu logam, diperlukan sejumlah energi
minimal yang besarnya bergantung pada jenis atau sifat logam tersebut. Energi
minimal ini disebut fungsi kerja (work function) logam dengan lambang  .
Adanya kebutuhan energi tersebut disebabkan elektron terikat pada logamnya.

10
LABORATORIUM FISIKA ATOM & INTI Efek Foto Lisitrik
DEPARTEMEN FISIKA FMIPA UGM

Besar energi gelombang elektromagnetik atau foton bersifat terkuantisasi,


dan besar energi satu buah foton ( ) adalah

(1)

dengan adalah frekuensi gelombang elektromagnetik dan adalah tetapan


Planck.
Apabila sebuah logam dengan fungsi kerja disinari oleh gelombang
elektro-magnetik (foton) berfrekuensi dengan h   , maka elektron dapat
terlepas dari logam tersebut. Apabila energi foton tepat sama dengan fungsi
kerja logam yang dikenainya, maka frekuensi sebesar frekuensi foton tersebut
disebut frekuensi ambang logam ( ), yaitu

(2)

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa apabila frekuensi foton lebih kecil
dibandingkan dengan frekuensi ambang logam, maka tidak akan terjadi
pelepasan elektron dari logam. Sebaliknya, apabila frekuensi foton lebih besar
daripada frekuensi ambang logam, maka akan terjadi pelepasan elektron dari
logam, yang disebut efek fotolistrik..
Elektron yang terlepas dari logam dalam efek fotolistrik disebut
fotoelektron, dan mempunyai energi kinetik sebesar ( )

(3)

V. EKSPERIMEN
Sebuah skema sistem peralatan yang digunakan untuk mempelajari efek
fotolistrik diperlihatkan oleh Gambar 1. Terdapat dua buah elektroda di dalam
tabung hampa (disebut fotosel), elektroda yang disinari foton disebut elektroda

11
LABORATORIUM FISIKA ATOM & INTI Efek Foto Lisitrik
DEPARTEMEN FISIKA FMIPA UGM

pemancar (emiter) dan elektroda lainnya disebut elektroda penerima (kolektor).


Antara kedua elektroda diberi beda potensial sebesar dengan baterai dan
sehingga nilainya dapat divariasi dari sampai dengan
menggunakan sebuah potensiometer. Arus fotoelektron diukur dengan meng-
gunakan Galvanometer. Untuk foton dengan dan intensitas tertentu, arus
fotoelektron dapat diamati sebagai fungsi . Besar akan mencapai nol
apabila diturunkan mencapai nilai tertentu yang disebut sebagai tegangan
penghenti (stopping voltage) dan memenuhi persamaan

(3)

Persamaan (4) memperlihatkan bahwa merupakan fungsi , dan memung-


kinkan untuk menentukan nilai-nilai dan .

Gambar 1. Skema susunan peralatan untuk percobaan efek fotolistrik.

12
LABORATORIUM FISIKA ATOM & INTI Efek Foto Lisitrik
DEPARTEMEN FISIKA FMIPA UGM

VI. TUGAS
1. Tentukan potensial penghenti ( ) untuk elektron dari hasil pengamatan
dengan beragam frekuensi foton.
2. Tentukan dan dari data (grafik). Dengan menggunakan nilai e dari
literatur, tentukanlah h,  , dan energi kinetik maksimum fotoelektron
( ).

13
LABORATORIUM FISIKA ATOM & INTI Sinar-X Absorbansi
DEPARTEMEN FISIKA FMIPA UGM

PERCOBAAN SINAR – X (Absorbansi)

I. Tujuan Percobaan :
1. Menentukan/menyelidiki spektrum sinar –X yang dihasilkan dari
tabung sinar –X.
2. Menentukan jarak antar bidang Bragg suatu kristal.
3. Menentukan koefisien serapan suatu bahan terhadap sinar –X dengan
tenaga tertentu (koefisien serapan bahan sebagai fungsi tenaga).
II. Peralatan :
1. Tabung sinar –X
2. Detektor Geiger Muller (GM)
3. Amplifier dan counter.
4. Kristal pemantul (NaCl) dan pemegang kristalnya.
5. Lempeng penyerap dengan berbagai ketebalan.
6. Multimeter.
III. Pustaka :
1. Bertin, E.P., Introduction to X-ray Spectrometric and Analysis,
Plenum Press, new York, 1978.
2. Eisberg, R.M., Fundamentals of Modern Physics, John Wiley & Sons,
Japan, 1961.
3. Semat, H., Introduction to Atomic and Nuclear Physics, Holt, Rinehart
& Winston, 1962. (hal 146 – 186)
4. Weast, R.C., Hand Book of Chemistry and Physics, 57th ed C.R.C.
Press, 1976. (hal E-147).
IV. Teori :
Tabung sinar –X terdiri atas sebuah tabung hampa yang diberi dua buah
elektroda, yaitu anoda (A) dan katoda (K) serta filamen pemanas. Katoda yang
telah dipanaskan akan melepaskan elektron-elektron. Akibat adanya beda
potensial yang diberikan antara A dan K sebesar Va dari sumber tegangan tinggi

14
LABORATORIUM FISIKA ATOM & INTI Sinar-X Absorbansi
DEPARTEMEN FISIKA FMIPA UGM

(HV), maka elektron-elektron dari K akan tertarik ke A. Tenaga kinetik


elektron-elektron pada saat mencapai anoda A adalah
1
Ek = m• v 2 = eVa (1)
2
dimana m• adalah massa elektron diam, vA adalah kecepatan elektron pada saat
mencapai A dan e adalah muatan keunsuran. Pada saat elektron-elektron
menumbuk A, mereka diperlambat sehingga tenaga kinetiknya berubah menjadi
bentuk lain, yakni menjadi panas dan gelombang elektromagnetik, yang tidak
lain adalah sinar –X. Perubahan bentuk tenaga elektron tersebut secara umum
dituliskan sebagai
1 hc
m• v 2 = eVa = +Q (2)
2 
dimana h adalah tetapan Planck, c adalah kecepatan cahaya dalam hampa, 
adalah panjang gelombang sinar –X dan Q adalah panas yang terjadi selama
proses. Spektrum sinar –X yang dihasilkan oleh sebuah tabung sinar –X untuk
bahan anoda Molybdenum diperlihatkan pada gambar 1(b).

Gambar 1: (a) Tabung sinar-X. (b) Sketsa spektrum Sinar-X dengan


menggunakan bahan anoda dari Molybdenum yang diperoleh dari
berbagai tegangan operasi (HV) pada tabung sinar-X.

15
LABORATORIUM FISIKA ATOM & INTI Sinar-X Absorbansi
DEPARTEMEN FISIKA FMIPA UGM

Spektrum sinar –X yang dihasilkan oleh tabung sinar –X terdiri atas dua
bagian, yakni bagian yang kontinyu yang terjadi akibat dari gerak elektron-
elektron yang diperlambat seperti pada persamaan 2 dan bagian diskrit (tampak
sebagai puncak-puncak spektrum), yang timbulnya dapat diterangkan sebagai
berikut. Elektron-elektron dari K ada yang menumbuk elektron atom A
sehingga terpental meninggalkan lintasannya dan terjadilah kekosongan
elektron pada kulit atom dari bahan A tersebut (yang biasanya, atau
kebolehjadian paling besar, pada kulit bagian dalam). Kekosongan pada kulit
atom-atom tersebut akan segera diisi oleh elektron-elektron dari kulit sebelah
luarnya, yang disertai pancaran tenaga transisinya sebagai sinar –X karateristik,
dimana tenaganya atau panjang gelombangnya bersifat diskrit yang merupakan
ciri/karakter dari bahan A tersebut, sehingga biasa pula disebut sinar-X
karateristik. K artinya elektron dari katoda K menabrak elektron pada anoda A
di kulit K sehingga menyebabkan transisi elektron pada anoda dari kulit L ke
kulit K. K artinya elektron dari katoda K menabrak elektron pada anoda A di
kulit K sehingga menyebabkan transisi elektron pada anoda dari kulit M ke kulit
K Spektrum sinar –X kontinyu mempunyai panjang gelombang minimum
sebesar
hc
 min = (3)
eVa

Gambar 2: Prinsip dasar difraksi Bragg dengan menggunakan sumber sinar-X.

16
LABORATORIUM FISIKA ATOM & INTI Sinar-X Absorbansi
DEPARTEMEN FISIKA FMIPA UGM

Atom-atom dalam kristal tersusun secara teratur dalam baris-baris tiga


dimensi, sehingga menyusun semacam kelompok-kelompok bidang pararel
yang memuat susunan atom-atom secara teratur. Dalam satu kelompok bidang
pararel, jarak antar bidangnya sama dan bidang-bidang itu disebut bidang-
bidang Bragg. Seberkas sinar –X yang dijatuhkan pada suatu kristal, setiap kali
mengenai atom-atom kristal akan dihamburkan ke semua arah secara isotrop.

Jika panjang gelombang sinar –X adalah  , datang pada kristal dengan


susut datang  terhadap bidang-bidang Bragg, maka sinar-sinar yang
dihamburkan oleh atom-atom pada bidang-bidang Bragg tersebut akan
berinterferensi saling memperkuat apabila memenuhi syarat
2d sin  n = n (4)
dimana d adalah jarak antar bidang Bragg dan n = 1, 2, 3,… adalah orde
interferensi, seperti ditunjukkan pada gambar 2. Untuk suatu sudut  , yang
memenuhi syarat diatas hanyalah sinar-sinar terhambur yang membentuk sudut
sebesar  dan sebidang dengan sinar datang dan garis normal. Peristiwa
hamburan seperti diatas, walaupun sering disebut pantulan Bragg, namun
prinsip fenomena fisisnya sangat berlainan dengan pantulan cahaya biasa.

Gambar 3: (a) Notasi bidang Miller yang mewakili bidang Bragg. (b) Contoh
intensitas khas difraksi sinar-X (dari bahan target Molydenum yang
o
mempunyai K = 0,7107 A ) untuk kristal NaCl. Puncak-puncak difraksi

17
LABORATORIUM FISIKA ATOM & INTI Sinar-X Absorbansi
DEPARTEMEN FISIKA FMIPA UGM

terkait dengan jarak antar bidang Bragg dalam notasi bidang Miller di dalam
Kristal NaCl.

Atas dasar uraian diatas, dengan mengukur intensitas sinar –X terhambur


untuk sudut  yang divariasi, dapat ditentukan spektrum sinar –X yang
dihasilkan oleh tabung sinar –X. Untuk  yang sudah diketahui, lalu diukur
sudut hamburannya, maka jarak antar bidang Bragg dapat ditentukan. Pada
percobaan disini, panjang gelombang sinar –X diketahui dengan menggunakan
puncak-puncak K dan K  dari Molybdenum (Mo) sebagai bahan A, yakni
o o
k = 0,7107 A dank = 0,6326 A .

Bidang-bidang Bragg biasanya dinyatakan dalam notasi bidang Miller.


Gambar 3(a) menunjukkan contoh penulisan untuk menyatakan jarak antar
bidang Bragg yang dinyatakan dalam notasi Miller 100 dan 200. Bidang Bragg
100 artinya adalah bidang yang dibentuk oleh vektor a yang bernilai 1 serta
vektor b dan c yang bernilai 0. Gambar 3(b) menunjukkan contoh intensitas
khas difraksi sinar-X (dari bahan target Molydenum yang mempunyai K =
o
0,7107 A ) untuk kristal NaCl. Puncak-puncak difraksi yang diperoleh terkait

dengan jarak antar bidang Bragg dalam notasi bidang Miller di dalam Kristal
NaCl.
Seberkas sinar –X yang intensitasnya I, setelah menembus lapisan bahan
setebal dx→ 0 , intensitasnya akan berubah sebesar
dI= − Idx
dimana tanda negatif berarti bahwa intensitas sinar-X berkurang, dan  adalah
tetapan yang nilainya bergantung pada jenis bahan dan tenaga sinar-X. Untuk
bahan penyerapan setebal d, dari pers (5) diperoleh
Id = Io e − d (6)
Dimana I0dan Id masing-masing adalah intensitas sinar-x sebelum dan sesudah
menembus bahan. Menggunakan pers (6), dengan mengukur I0 dan Id untuk

18
LABORATORIUM FISIKA ATOM & INTI Sinar-X Absorbansi
DEPARTEMEN FISIKA FMIPA UGM

berbagai nilai E (tunjukkan bahwa E setara dengan susut hamburan Bragg)


dapatlah diketahui ketergantungan  terhadap E  = (E) secara grafik.
Gambar untuk percobaan serapan untuk berbagai variasi tebal lempeng
penyerap adalah

Gambar 4: Skema percobaan serapan sinar-X oleh suatu bahan.


Tugas :
1. Seledikilah spektrum sinar-x dari tabung sinar-X yang digunakan.
2. Tentukan jarak antar bidang Bragg kristal yang tersedia (NaCl).
3. Selidikilah/ujilah kebenaran persamaan (6) secara eksperimen (seperti
yang terlihat pada gambar 4).
4. Selidikilah hubungan antara koefisien serapan bahan penyerap (  )
dan tenaga sinar-x (E) dan bandingkan dengan Pustaka.
Petunjuk dan Perhatian :
1. Untuk beberapa tujuan, perlu diperhatikan ketelitian posisi  = 0 .
2. Selama dilakukan pengamatan, arus emisi (I •m ) harus stabil.
3. Memegang kristal harus hati-hati dan jangan memegang
permukaannya (harganya mahal, jika mahasiswa merusakkan atau
memecahkannya wajib mengganti).
4. Untuk tugas nomer 4, harus diperhatikan bahwa pengukuran I(E)
harus monokromatis ( tidak boleh terjadi overlapping orde pantulan
Bragg).
5. Penggunaan detektor GM pada daerah Plateau ( kurva datar ).

19
LABORATORIUM FISIKA ATOM & INTI Interferometri Michelson
DEPARTEMEN FISIKA FMIPA UGM

PERCOBAAN INTERFEROMETRI MICHELSON

I.Tujuan Percobaan:
1.Demonstrasi prinsip kerja Interferometer Michelson.
2. Menera mikrometer penggerak cermin.
3. Mengukur panjang gelombang cahaya Cadmium/Natrium/laser He-Ne.
4. Menentukan pengaruh tekanan terhadap cahaya bias udara/gas.

II. Peralatan:
1. Interferometer Michelson lengkap dengan teropong bergaris silang
atau mikrometer eyepiece + lensa positif.
2. Sumber cahaya Cadmium/Natrium/Laser He-Ne beserta sistem
pencahayaannya.
3. Filter cahaya yang sesuai dengan Cadmium/ Natrium.
4. Tabung gas beserta Manometer dan kelengkapannya.
5. Mikroskop/teropong berskala.

III.Pustaka:
1. Jenkins, F.A dan White, H.E., Fundamentals of Optics 4th Edition,
International Student Ed, Mc Graw Hill, Japan, 1981. (hal 416 – 418)
2. Smith, F.G. dan Thompson, J.H., Optics, John Wiley & Sons, England,
1971. (hal 216 - 221).
3. Rossi, B., Optics, Add Wesley, Japan, 1967. (hal 252 – 255).
4. Pedroti F L dan Pedroti L S, 1993, Introduction to Optics 2nd Ed,
Prentice Hall Inc
5. Smith F G, dan Thomson J H, 1971, Optics, John Wiley and Sons Ltd.
6. Hecht E, 2002, Optics, Add Wesley.

20
LABORATORIUM FISIKA ATOM & INTI Interferometri Michelson
DEPARTEMEN FISIKA FMIPA UGM

IV. Teori:
Pada Interferometer Michelson digunakan prinsip membagi amplitudo
gelombang cahaya yang berasal dari sumber cahaya S menjadi dua bagian (yang
kira-kira beritensitas sama) dipermukaan cermin SP (separuh pantul) pada kaca
K1 (back coating). (Gambar 1)
Lintasan cahaya I1 menempuh SA1EA20, mengalami pemantulan di SP
dan di cermin C1 (titik E) serta melewati bahan kaca K1 sebanyak tiga kali.
Sedangkan bagian lintasan kedua (I2) menempuh lintasan cahaya SA1BA3O
setelah mengalami pemantulan di C2 (titik B) dan SP. Dalam hal ini arah
perambatan A1EA2 tegak lurus dengan arah perambatan A1BA3 yang melewati
bahan kaca K1 sekali dan K2 (serupa bahan dan sama tebal dengan K1) sebanyak
dua kali.

Gambar 1. Skema Interferometer Michelson

21
LABORATORIUM FISIKA ATOM & INTI Interferometri Michelson
DEPARTEMEN FISIKA FMIPA UGM

Keping kaca K2 tersebut bersifat sebagai pengimbang (kompensator) fasa


supaya kedua berkas cahaya yang koheren tersebut akan bertemu kembali di O
setelah keduanya melalui lintasan yanag sama panjangnya dalam bahan kaca K 1
dan K2.
Andaikan C’2 adalah bayangan dari C2 pada pembagi berkas yang bersifat
separuh pantul SP dan D adalah perpotongan C’2 dengan berkas cahaya A1E
apabila 12 ≤ l1 atau dengan perpanjangan A1E bila l2 ≥ l1 . Dalam hal ini, berarti
bahwa jarak tempuh A1DA3O sama dengan jarak tempuh A1BA3O, sehingga
berkas cahaya A1BA3O dapat diganti dengan berkas A1DA3O.
Apabila beda fasa yang telah ditempuh oleh berkas A1EA2O dengan yang
telah ditempuh oleh berkas A1BA3O adalah
 =  s (1)
dengan k adalah angka gelombang  2  nu / h  dan nu adalah indeks bias udara,
maka terlihat dari gambar bahwa
s = ED + DH = 2 d cos  (2)
dengan  adalah sudut keluar berkas cahaya sewaktu meninggalkan sumber
cahaya S, A1 dan A2 sedang d adalah jarak antara C '2 dengan C1.
Apabila pers (2) disubstitusikan ke pers (1), maka beda fasa antara kedua
lintasan berkas tersebut adalah
 = 4nu d cos / h (3)
Kedua berkas tersebut setelah dipantulkan / diteruskan oleh cermin SP
akan berinterferensi saling memperkuat di daerah AO bila beda fasa antara
keduanya berupa kelipatan bilangan bulat dari panjang gelombang atau 2  atau
dengan kata lain interferensi akan saling memperkuat bila memenuhi syarat
2 d cos  = h m / nu (4)
Dilain pihak interferensi cahaya akan saling memperlemah bila beda fasanya
berupa kelipatan setengah panjang gelombang, yaitu bila dipenuhi syarat

22
LABORATORIUM FISIKA ATOM & INTI Interferometri Michelson
DEPARTEMEN FISIKA FMIPA UGM

 1
2 d cos  ' =  h  m +  / nu (5)
 2

dengan m menyatakan orde interferensi yang berujud bilangan bulat (m =


0,1,2,3,…dst) pada arah sudut interferensi  .
Untuk  tertentu, maka nilai  yang tetap (arah berkas menyelubungi
suatu kerucut dengan ½ sudut puncak  ), orde interferensi beserta intensitas
cahaya ke arah itu adalah tetap, yaitu maksimum (terang) bila dipenuhi pers (4)
dan minimum (gelap) bila pers (5) yang dipenuhi.
Pada kedudukan C1 dan C,2 tertentu ini, berkas yang terpantul dengan
arah-arah  tetap akan difokuskan dengan suatu lensa positif L yang diletakkan
sejajar dengan C1 di daerah interferensi dan akan menghasilkan lingkaran yang
sepusat di bidang fokus L. Lingkaran ini dapat diamati dengan menggunakan
mikrometer-eyepiece untuk menentukan ukurannya. Oleh karena sepanjang
lingkaran ini ∆  = tetap, maka apabila dipenuhi pers (4), lingkaran ini akan
tampak sebagai cincin terang, sedangkan apabila dipenuhi pers (5) akan tampak
sebagai cincin gelap.
Apabila d dinaikkan dengan menggeser mikrometer C1 menjauhi C,2,
maka untuk suatu cincin lingkaran dengan orde tertentu akan naik (karena cos 
berkurang) sehingga lingkaran interferensi akan mengembang keluar.
Sebaliknya apabila d diturunkan , lingkaran interferensi akan tampak menyusut
masuk.
Apabila radius lingkaran paling dalam bersesuaian dengan orde
interferensi maksimum md (orde interferensi makin naik untuk  makin besar),
maka sudut  d yang berkaitan memenuhi persaman
2 d = m u (6)
dengan nu  1 ;  h   u dan cos  d  1
Dalam hal penggunaan panjang gelombang  u tertentu dan pada posisi
d1, terang orde m1 dipenuhi oleh
2 d1 = m1  u (7)

23
LABORATORIUM FISIKA ATOM & INTI Interferometri Michelson
DEPARTEMEN FISIKA FMIPA UGM

dan jika digeser pada posisi d2, terang orde m2 dipenuhi oleh
2 d2 = m2  u (8)
maka
u u
d = ( d 2 − d1 ) = m = ( m2 − m1 ) (9)
2 2
dimana hubungan d vs m berupa garis lurus dengan m adalah cacah cincin
yang hilang / timbul selama cermin mengalami gerakan antara d1 s/d d2 .

Untuk menggeser cermin C1 dipergunakan mikrometer M. Dalam hal ini


oleh karena panjang pendeknya pergeseran mikrometer M ini tidak sama
dengan pergeseran cermin C1 maka diperlukan peneraan mikrometer lebih
dahulu agar dapat diperoleh hubungan antara pergeseran mikrometer (∆s)
dengan pergeseran cermin C1 (∆d ), menurut hubungan
∆d (cm) = K ∆s (cm).
dengan K adalah koefisien kesebandingan.

Udara / gas dengan tekanan p dan indeks bias np dalam suatu tabung
berjendela kaca (gas sel) yang dapat dilalui berkas cahaya dengan  tertentu
diletakkan antara K1 dengan salah satu cermin pantul C1. Hal ini akan
mengakibatkan pergeseran beda fasa antara berkas yang berinterferensi di
daerah AO sebesar (2  /  h) (np − nu) 2t, dengan t adalah panjang medium
udara / gas yang dilewati oleh salah satu berkas cahaya (faktor 2 timbul karena
udara/gas dilalui cahaya bolak-balik). Kesan pergeseran fasa oleh dinding-
dinding kaca pada tabung dapat dihilangkan dengan memasang sepasang keping
kaca pengimbang yang sesuai di antara K1 dengan cermin pantul lainnya (C2).

Jika cacah cincin interferensi yang melewati garis silang teropong (∆mp )
sewaktu tekanan udara / gas dalam tabung diubah secara kontinu mulai dari

24
LABORATORIUM FISIKA ATOM & INTI Interferometri Michelson
DEPARTEMEN FISIKA FMIPA UGM

suatu nilai tertentu, maka dapat ditentukan kaitan antara perubahan indeks bias
np (≡ ∆np) terhadap tekanan udara / gas, sebagai:
∆np = [  h / 2 t ] ∆mp
dengan ∆np adalah beda nilai indeks bias bertekanan p dengan indeks bias udara
sekeliling.

Tugas:
1. Kalibrasilah skala mikrometer penggerak cermin vs gerakan cermin
dengan teropong/mikroskop.
2. Ukurlah panjang gelombang cahaya yang digunakan.
3. Tentukanlah nilai n pada p = 1 Atm.
4. Jika kaca K1 diputar adakah akibatnya pada pola interferensi?
5. Jika kaca kompensator tersebut dihilangkan apakah akibatnya?

CATATAN
Jika sumber cahaya yang digunakan adalah laser He-Ne, maka perlu
berkas laser dikembangkan agar cincin interferensi yang terjadi cukup besar.
Adapun skema pembesaran berkas laser seperti terlihat pada gambar 2 (kiri)
dengan cara mengatur jarak lensa L1 dan lensa L2 seperlunya. Adapun hasil
interferensi pada layar terlihat seperti gambar 2 (kanan) jika menggunakan
sumber cahaya laser.

Gambar 2. Skema pembesaran berkas laser (kiri), hasil interferensi pada layar
jika menggunakan sumber cahaya laser (Pedroti F L dan Pedroti L S, 1993)

25

Anda mungkin juga menyukai