Anda di halaman 1dari 3

Identifikasi Persoalan Tentang “Banyak BUMN Terjerat

Masalah Keuangan”
Yusuf Ramadan dan Mellisya Maulidyah

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Malang

Anggapan bahwa perusahaan BUMN (Badan Unsaha Milik Negara) lebih baik daripada
perusahaan swasta tidak sepenuhnya benar. Meskipun perusahaan BUMN dibawahi atau dikelola
langsung oleh negara tidak menjadi jaminan perusahaan BUMN lebih unggul daripada perusahaan
swasta, baik dari segi tata kelola maupun dari segi tata kelola keuangan.

Pada tahun 2007, banyak BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang mengalami masalah
keuangan. Masalah ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti:

1. Kenaikan harga bahan baku: Beberapa BUMN mengalami kenaikan harga bahan baku yang
signifikan, yang menyebabkan biaya produksi menjadi lebih tinggi. Hal ini berdampak pada laba
perusahaan yang menurun dan bahkan mengalami kerugian. Manajemen risiko yang buruk:
Beberapa BUMN tidak mampu mengelola risiko dengan baik, seperti risiko operasional, risiko
keuangan, risiko pasokan, dan risiko reputasi. Hal ini menyebabkan perusahaan tidak dapat
merespons situasi yang tidak terduga dengan cepat dan efektif.
2. Kurangnya inovasi dalam menghadapi persaingan global: Beberapa BUMN tidak mampu
bersaing dengan perusahaan asing yang lebih inovatif dan memiliki teknologi yang lebih maju.
Hal ini membuat produk BUMN kurang diminati oleh pasar dan mengalami penurunan penjualan.
3. Kurangnya pengelolaan keuangan yang baik: Beberapa BUMN tidak mampu mengelola
keuangan dengan baik, seperti masalah pengelolaan kas, pengelolaan hutang, dan pengelolaan
arus kas. Hal ini menyebabkan perusahaan mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban
keuangan dan menghadapi situasi krisis.

Dalam mengatasi masalah keuangan pada BUMN, dibutuhkan upaya yang lebih serius dalam pengelolaan
keuangan dan manajemen risiko. Perusahaan harus mampu melakukan penghematan biaya,
mengoptimalkan sumber daya, dan memperkuat daya saing produk. Selain itu, BUMN juga harus mampu
melakukan inovasi dan peningkatan kualitas produk agar mampu bersaing dengan perusahaan asing.
Selain itu, pengelolaan keuangan yang baik juga menjadi kunci penting dalam memastikan kelangsungan
bisnis perusahaan.

Terdapat beberapa BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang terjerat masalah keuangan, di
antaranya adalah PT Krakatau Steel, PT Semen Gresik, dan PT PLN (Perusahaan Listrik Negara). PT
Krakatau Steel mengalami kerugian sebesar Rp1,5 triliun pada tahun 2007, yang disebabkan oleh naiknya
harga bahan baku dan perlambatan permintaan dari pasar. Selain itu, perusahaan ini juga mengalami
masalah dalam pengembangan bisnis yang salah arah dan kurangnya inovasi dalam menghadapi
persaingan global.

PT Semen Gresik juga mengalami kerugian yang signifikan pada tahun 2007. Penyebabnya
adalah terjadinya kenaikan harga bahan baku, peningkatan biaya produksi, dan terbatasnya pasokan batu
bara. Selain itu, perusahaan ini juga mengalami masalah dalam pengelolaan keuangan dan manajemen
risiko.

Sementara itu, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengalami kerugian akibat dari kegagalan
dalam mengelola pembayaran tagihan pelanggan dan terjadinya pembelian listrik yang berlebihan. Selain
itu, perusahaan ini juga mengalami masalah dalam manajemen risiko dan pengelolaan keuangan.

Secara umum, masalah keuangan yang dihadapi oleh BUMN pada tahun 2007 disebabkan oleh
beberapa faktor, di antaranya adalah kegagalan dalam manajemen risiko, kurangnya inovasi dalam
menghadapi persaingan global, dan terjadinya kenaikan harga bahan baku. Oleh karena itu, dibutuhkan
upaya yang lebih serius dalam pengelolaan keuangan dan manajemen risiko di dalam BUMN agar dapat
menghadapi tantangan global yang semakin kompleks.

Ada beberapa penyebab mengapa BUMN (Badan Usaha Milik Negara) pada tahun 2007 tidak ingin
diaudit oleh BPK (Badan Pemeriksa Keuangan). Beberapa di antaranya adalah:

1. Rendahnya Kinerja Keuangan: Beberapa BUMN mengalami kinerja keuangan yang buruk pada
tahun 2007, yang mencakup penurunan pendapatan dan laba bersih. Jika diaudit oleh BPK,
kemungkinan besar akan terungkap masalah keuangan yang lebih besar dan menimbulkan
dampak negatif terhadap citra perusahaan.
2. Masalah Transparansi: Beberapa BUMN tidak memiliki tingkat transparansi yang tinggi dalam
melaporkan laporan keuangan mereka. Hal ini dapat menyebabkan dugaan adanya praktik-praktik
tidak wajar dalam pengelolaan keuangan perusahaan dan timbulnya konflik kepentingan.
3. Konflik Kepentingan: Beberapa BUMN memiliki keterkaitan dengan pihak lain, seperti
pemerintah atau partai politik. Hal ini bisa menyebabkan adanya konflik kepentingan dalam
mengelola keuangan perusahaan dan ketidaknyamanan terhadap keberadaan pihak ketiga dalam
audit oleh BPK.
4. Kondisi yang Tidak Mendukung: Beberapa BUMN menghadapi situasi yang tidak mendukung
pada tahun 2007, seperti penurunan permintaan pasar, peningkatan biaya produksi, dan naiknya
harga bahan baku. Hal ini membuat perusahaan kesulitan mempertahankan kinerja keuangannya
dan membuat mereka tidak ingin diaudit oleh BPK.

Namun, meskipun ada beberapa alasan mengapa BUMN tidak ingin diaudit oleh BPK, audit oleh BPK
tetap penting untuk memastikan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan perusahaan. Dengan
melakukan audit yang transparan dan akurat, BPK dapat memberikan rekomendasi untuk meningkatkan
pengelolaan keuangan dan kinerja perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai