Anda di halaman 1dari 2

Dita Pratiwi

NPM: 2106748416
Mata Kuliah: Metode Penelitian Antropologi

Informan : Nadira Indriani


Tanggal : 15 Mei 2023
Tempat : Kampus UI dan Kukusan
Gender : Perempuan
Judul : Kucing sebagai Mental Support Mahasiswa UI
Pengamat : Dita Pratiwi

Seperti biasa saya berangkat menuju kampus untuk menghadiri kuliah selalu bersama-sama
dengan teman-teman saya dari Kukusan Teknik, termasuk dengan Nadira. Perjalanan
membutuhkan waktu 20 menit menuju FISIP menaiki Bis Kuning UI (Bikun). Halte Teknik
ramai seperti biasanya, tetapi yang cukup menarik perhatian banyak orang termasuk Nadira
adalah kucing Teknik yang nyaman berbaring di tempat tunggu penumpang bus. Kucing
tersebut banyak merebut tempat duduk dengan badannya yang gendut, sementara
orang-orang membiarkan kucing tersebut tetap rebahan dan memilih berdiri. Singkatnya
mereka mengalah kepada kucing tersebut. Begitupun dengan Nadira, dirinya memilih duduk
di pinggir dekat si kucing sembari membelai bulunya, saya rasa itu cukup nyaman bagi si
kucing.

Waktu menunjukkan pukul setengah satu siang, matahari Depok hari ini cukup terik seperti
biasanya. Sesekali saya dan Nadira melihat kucing tersebut dan bergumam, “andai aku
menjadi kucing, aku akan tidur seharian tanpa memikirkan harus berangkat kuliah
panas-panasan”. Menariknya dari hasil pengamatan saya, orang-orang yang notabene
mahasiswa UI yang menunggu Bikun sudah biasa dengan kucing-kucing yang rebahan,
sementara mereka yang membawa bawaan berat rela mengalah demi kucing tersebut. Saya
yang sebenarnya tidak terlalu menyukai kucing bertanya-tanya, mengapa mereka lebih
merelakan punggung dan tangan mereka kelelahan membawa bawaan ketimbang mengusir
kucing yang sedang rebahan. Jawaban dari pertanyaan saya cukup jelas dijawab oleh Nadira
pada saat itu, dirinya mengatakan bahwa kucing itu sudah lebih lama menunggu disana,
seperti layaknya manusia, dia juga memiliki hak untuk menempati tempat tersebut lebih
dahulu, bisa dibilang siapa cepat dia dapat. Saya rasa hal tersebut juga disetujui oleh
mayoritas orang-orang yang menunggu Bikun di halte.

Bis datang setelah kami menunggu selama 15 menit. Orang-orang mulai beranjak dari tempat
mereka menunggu. Begitu juga dengan kami berdua, setelah 5 menit akhirnya kami sampai di
FISIP. Pemandangan yang sudah tidak asing melihat kucing-kucing berbaring di gedung A
FISIP UI dengan santai, terlihat juga banyak dispenser makanan kucing di sudut-sudut
fakultas. Bahkan, makanan-makanan kucing tersebut terlihat masih penuh pada pagi itu
ketika saya dan Nadira melewati Taman Tunas Bangsa untuk menuju gedung H yang berada
di belakang mushola FISIP UI.
FISIP UI memang merupakan salah satu fakultas di UI yang ramah bagi kucing. Hal ini
terlihat dari siang ini pada saat saya berangkat kuliah yang mana kucing-kucing di FISIP UI
mendapatkan makanannya dan dirawat dengan baik oleh warga FISIP UI. Memang, tidak
hanya FISIP UI saja yang ramah akan kucing, tetapi tidak banyak fakultas di UI yang
memperbolehkan kucing tinggal nyaman seperti di FISIP. Hal ini juga terlihat oleh sikap
warga FISIP UI yang membiarkan kucing-kucing ini hidup secara bebas dan bergaul dengan
para mahasiswa di tongkrongan. Bahkan, tidak jarang kucing-kucing ini banyak ditemukan
dan dijadikan teman mengerjakan tugas dan ikut nimbrung saat mahasiswa bercengkrama di
tongkrongan prodi masing-masing.

Singkat cerita, perkuliahan kemudian selesai pada pukul 16.30. Semua mahasiswa kelas
Metode Penelitian Antropologi meninggalkan kelas satu persatu. Saya dan teman-teman saya,
termasuk Nadira keluar dari gedung H dan beranjak pulang melewati Selasar Gus yang padat
dengan anak FISIP yang juga baru selesai kuliah. Dalam perjalanan pulang kami, jalur yang
kami pilih adalah menelusuri Selasar Gus kemudian belok kiri melalui Gedung C dan B.
Namun, sebelum melewati Gedung C dan B, hari ini kami berhenti sejenak di gedung
administrasi FIA, kami berhenti untuk melihat kucing bernama Chonk tidur di kursi besi
dengan santainya. Beberapa kali teman-teman saya berhenti hanya untuk membelai rambut
kucing-kucing yang sedang rebahan disana. Tidak hanya Chonk, masih banyak kucing yang
diberi nama oleh mahasiswa FISIP UI termasuk yang dilakukan Nadira.

Nadira adalah teman kos saya di Antropologi FISIP UI dan dia sangat menyukai kucing.
Dirinya merasa kucing turut membantunya untuk menstabilkan mental dia selama kuliah.
Menurutnya, lingkungan FISIP yang banyak akan kucing lucu dapat meredam stress setelah
perkuliahan. oleh karena itu, dirinya tidak segan untuk membelai kucing-kucing yang dirinya
temui di lingkungan UI. Kucing baginya adalah teman dalam beberapa hal termasuk mental
support. Nadira juga menamai beberapa kucing di FISIP berdasarkan banyak hal, termasuk
warna bulunya. Nadira mengaku bahwa kucing kesukaannya di FISIP adalah kucing kecil
berwarna putih yang suka tidur di depan mushola, Nadira menamainya dengan cimol–cimol
adalah makanan khas bandung yang berwarna putih seperti bulu kucing tersebut. Mengelus
bulu kucing menurutnya adalah sesuatu yang harus dirinya lakukan ketika bertemu dengan
kucing.

Malamnya, di kos saya pada pukul 21.00, saya menanyakan kepada Nadira mengenai kucing
sebagai mentar support dalam perkuliahan. Tempatnya berada di kamar Nadira, pertanyaan
dimulai mengapa kucing dapat memberikan kekuatan untuk menstabilkan mentalnya. Nadira
mengatakan bahwa ketika dirinya melihat kucing setelah kuliah, dirinya akan melupakan
hal-hal yang dirasa berat baginya untuk dipikirkan. Tekanan yang didapatkan dan tugas-tugas
yang dirinya dapatkan membuatnya penat dan dengan bertemu serta membelai kucing adalah
sebuah healing. Dirinya bisa sejenak melupakan hal-hal yang memberatkan dan memandangi
hewan lucu tersebut yang terkesan lucu tanpa usaha. Kucing baginya lucu tanpa sebab,
sehingga membuatnya terhibur.

Anda mungkin juga menyukai