Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MODUL 6 (PERNAPASAN)
PENYAKIT PLEURA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

DISUSUN OLEH:
SILVYA MARGARETHA
71220811081

DOSEN PEMBIMBING: Prof. Dr.dr. Umar Zein, DTM&H, Sp. PD, KPTI
dr. Ade Chandra Sulistiawati, M. Kes
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karuniaNya kepada saya sehingga saya selaku mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Sumatra Utara dapat menyelesaikan Makalah ini
yang alhamdulillah tepat waktunya. Makalah ini yang berjudul “ PENYAKIT
PLEURA ”. Saya menyadari dalam pembuatan makalah ini belum sempurna.
Sehingga, sumbang kritik, saran dan masukkan akan kami terima dengan penuh
rasa terima kasih.
Selain itu, saya dan teman SGD 3 juga mengucapkan banyak terima kasih kepada
Prof.Dr.dr. Umar Zein, DTM&H, Sp.PD, KPTI dan dr. Ade Chandra
Sulistiawati,M. Kes bersama yang sudah bersedia membimbing saya dan teman
SGD saya sehingga makalah ini dapat di selesaikan tepat waktu.Saya juga
berharap dengan adanya makalah ini, dapat menjadi referensi bagi teman teman
sekalian untuk bahan belajar. Saya sampaikan terimakasih kepada semua pihak
yang telah ikut serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin

Medan,27 MEI 2023

SILVYA MARGARETHA
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................


DAFTAR ISI.......................................................................................................................
SKENARIO -4 ....................................................................................................................
BAB I ..................................................................................................................................
PENDAHULUAN ..............................................................................................................
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH ......................................................................
1.2. IDENTIFIKASI MASALAH ................................................................................
1.3. TUJUAN PENULISAN .........................................................................................
BAB II.................................................................................................................................
PEMBAHASAN .................................................................................................................
2.1 ETIOLOGI......................................................................................………………...
2.2 EPIDEMIOLOGI.................................................................…….………………….
2.3 PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI................................................................
2.4 GEJALA DAN TANDA............................................................................................
2.5 DIAGNOSIS..............................................................................................................
2.6 PENATALAKSANAAN...........................................................................................
2.7 PROGNESIS..............................................................................................................
2.8 KOMPLIKASI...........................................................................................................
2.9 EFUSI PLEURA MASIF…………………………………………………………...

BAB III ..............................................................................................................................


PENUTUP...........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................
SKENARIO -4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Efusi pleura merupakan suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan yang
berlebih di dalam kavum pleura. Penumpukan cairan yang berlebih disebabkan karena adanya
ketidakseimbangan antara produksi dan pengeluaran cairan dalam pleura. Reaksi inflamasi
pada pasien efusi pleura dapat membuat permeabilitas pembuluh darah membran pleura
meningkat sehingga terjadi penumpukan cairan pleura dan menyebabkan terjadinya efusi
pleura. Dengan demikian gejala yang ditimbulkan pada pasien efusi pleura yaitu pasien
mengeluh sesak napas yang berlangsung terus menerus, sesak dirasakan berat saat bernapas
dan nyeri dada sehingga pasien sulit untuk melakukan aktivitas.

1.2 Identifikasi Masalah


1. Etiologi Efusi Pleura

2. Epidemiologi Efusi Pleura

3. Patogenesis dan Patofisiologi Efusi Pleura

4. Gejala dan Tanda Efusi Pleura

5. Diagnosis Efusi Pleura

6. Penatalaksanaan Efusi Pleura

7. Prognesis Efusi Pleura

8. Komplikasi Efusi Pleura

1.3 tujuan penulisan


1. Mahasiswa mampu menjelaskan Etiologi Efusi Pleura
2. Mahasiswa mampu menjelaskan Epidemiologi Efusi Pleura
3. Mahasiswa mampu menjelaskan Patogenesis dan Patofisiologi Efusi Pleura
4. Mahasiswa mampu menjelaskan Gejala dan Tanda Efusi Pleura
5. Mahasiswa mampu menjelaskan Diagnosis Efusi Pleura
6. Mahasiswa mampu menjelaskan Penatalaksanaan Efusi Pleura
7. Mahasiswa mampu menjelaskan Prognesis Efusi Pleura
8. Mahasiswa mampu menjelaskan Komplikasi Efusi Pleura
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 ETIOLOGI EFUSI PLEURA


Menurut Darmanto (2019), ada beberapa factor yang menjadi penyebab dari efusi
pleura adalah sebagai berikut:
1. Efusi Pleura Transudatif Efusi pleura transudatif merupakan efusi pleura yang berjenis
efusi transudate. Efusi pleura transudatif dapat dibebakan berbagai faktor antara lain
disebabkan oleh gagal jantung kongestif, emboli pada paru, sirosis hati atau yang
merupakan penyakit pada intraabdominal, dialisis peritoneal, hipoalbuminemia,
sindrom nefrotik, glomerulonefritis akut, retensi garam maupun setelah pembedahan
jantung.
2. Efusi Pleura Eksudatif Efusi pleura eksudatif merupakan jenis cairan eksudat yang
terjadi akibat adanya peradangan atau proses infiltrasi pada pleura maupun jaringan
yang berdekatan dengan pleura. Selain itu adanya kerusakan pada dinding kapiler juga
dapat mengakibatkan terbentuknya cairan yang mengandung banyak protein keluar dari
pembuluh darah dan berkumpul pada rongga pleura. Penyebab efusi pleura eksudatif
juga bisa di sebabkan oleh adanya bendungan pada pembuluh limfe. Penyebab lainnya
dari efusi pleura eksudatif yaitu adanya neoplasma, infeksi, penyakit jaringan ikat,
penyakit intraabdominal dan imunologik.
a) Neoplasma Neoplasma dapat menyebkan efusi pleura dikarenakan karsinoma
bronkogenik karena dalam keadaan tersebut jumlah leukosit >2.500/mL. yang
terdiri dari limfosit, sel maligna, dan sering terjadi reakumulasi setelah
terasentesis, selain itu tumor metatastik yang berasal dari karsinoma mammae
lebih sering bilateral dibandingkan dengan karsinoma bronkogenik yang
diakibatkan adanya penyumbatan pembuluh limfe atau adanya penyebaran ke
daerah pleura. Penyebab lainnya adalah limfoma, mesotelimoa dan tumor jinak
ovarium atau sindrom meig.
b) Infeksi Penyebab dari efusi pleura eksudatif adalah infeksi, mikroorganismenya
adalah virus, bekteri, mikoplasma maupun mikobakterium. Bakteri dari
pneumonia akut jarang sekali dapat menyebabkan efusi pleura eksudatif, efusi
pleura yang mengandung nanah disertai mikroorganisme di sebut dengan
empyema. Selain empyema pneumonia yang disebabkan oleh virus dan
mikoplasma juga dapat menyababkan efusi pleura.
c) Penyakit jaringan ikat Penyakit jaringan ikat yang dapat menyababkan efusi
pleura adalah seperti lupus eritematosus sistemik dan artritis rheumatoid.
d) Penyakit intraabdominal Efusi pleura yang disebabkan oleh penyakit intra
abdominalis tidak hanya dapat menyebabkan efusi pleura eksudatif saja tetapi
dapat juga menyebabkan efusi pleura transudatif tergantung pada jenis
penyababnya. Penyakit intraabdominal yang dapat menyebabkan efusi pleura
eksudatif adalah kasus pasca bedah abdomen, perforasi usus, dan hepatobiliar
yang dapat menyababkan abses subdiafragmatika. Hal yang sering ditemukan
sebagai penyabab efusi pleura dari penyakit intra abdominalis adalah abses
hepar karena amoba.
e) Imunologik Imunologik yang dapat menyababkan efusi pleura adalah seperti
efusi rheumatoid, efusi lupus, efusi sarkoidosis, granulomatosis wagener,
sindrom sjogren, paska cedera jantung, emboli paru, paru uremik dan sindrom
meig. Efusi pleura rheumatoid banyak di jumpai pada pasien laki-laki
dibandingkan pada pasien perempuan. Biasanya pasien rheumatoid tingkat
sedang sampai berat yang mempunyai nodul subkutan dapat menyabkan efusi
pleura rheumatoid. Pada pasien efusi pleura rheumatoid pasien mengaluhkan
nyeri pleuritik dan sesak napas.

3. Efusi pleura hemoragis Efusi pleura hemoragis merupakan efusi pleura yang di sebakan
oleh trauma, tumor, infark paru maupun tuberkolosis.
4. Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk Penyebab efusi pleura dari lokasi
terbentuknya dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu unilateral dan bilateral. Jenis efusi
pleura unilateral tidak ada kaitannya dengan penyebab penyakit tetapi efusi pleura
bilateral dapat ditemukan pada penyakit-penyakit berikut seperti gagal jantung
kongestif, sindroma nefrotik, asites, infark paru, tumer dan tuberkolosis.
5. Analisis cairan pleura Menurut Dramanto (2019), analisa dari cairan pleura adalah
sebagi berikut. Cairan pleura secara maksroskopik diperiksa warna, turbiditas, dan bau
dari cairannya. Efusi pleura transudate cairannya biasanya jernih, transparan,
berawarna kuning jerami dan tidak memiliki bau. Sedangakan cairan dari pleura yang
menyerupai susu bisanya mengandung kilus (kilotoraks). Cairan pleura yang berbau
busuk dan mengandung nanah biasanya disebabkan oleh bakteri anaerob. Cairan yang
berwarna kemerahan biasanya mengandung darah, sedangkan jika berwarna coklat
biasanya di sebabkan oleh amebiasis. Sel darah putih dalam jumlah banyak dan adanya
peningkatan dari kolesterol atau trigliserida akan menyebabkan cairan pleura berubah
menjadi keruh (turbid). Setelah dilakukan proses sentrifugasi, supernatant empiema
menjadi jernih dan berubah menjadi warna kuning, sedangkan jika efusi disebabkan
oleh kilotoraks warnanya tidak akan berubah tetap seperti berawan. Sedangkan jika
dilakukan sentripugasi. Penambahan 1 mL darah pada sejumlah volume cairan pleura
sudah cukup untuk menyababkan perubahan pada warna cairan menjadi kemerahan
yang di sebabkan darah tersebut mengandung 5000-10.000 sel eritrosit. Efusi pleura
yang banyak mengandung darah (100.000 eritrosit/mL) Memicu dugaan adanya
trauma, keganasan atau emboli dari paru. Sedangkan cairan pleura yang kental dan
terdapat darah biasanya disebabakn adanya keganasan. Jika hematocrit cairan pleura
melebihi 50% dari hematocrit dari darah perifer, termasuk dalam hemotoraks.

2.2 EPIDEMIOLOGI EFUSI PLEURA


Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan cairan melebihi normal
di dalam cavum pleura diantara pleura parietalis dan visceralis dapat berupa transudat atau
cairan eksudat. Pada keadaan normal rongga pleura hanya mengandung cairan sebanyak 10-
20 m.l. Penyakit-penyakit yang dapat menimbulkan efusi pleura adalah tuberkulosis, infeksi
paru non tuberkulosis, keganasan, sirosis hati, trauma tembus atau tumpul pada daerah ada,
infark paru, serta gagal jantung kongestif. Di Negara-negara barat, efusi pleura terutama
disebabkan oleh gagal jantung kongestif, sirosis hati, keganasan, dan pneumonia bakteri,
sementara di. Negara-negara yang sedang berkembang, seperti Indonesia, lazim diakibatkan
oleh infeksi tuberkulosis.
Efusi pleura ganas merupakan salah satu komplikasi yang biasa ditemukan pada
penderita keganasan dan terutama disebabkan oleh kanker paru dan kanker payudara. Efusi
pleura merupakan manifestasi klinik yang dapat dijumpai pada sekitar 50-60% penderita
keganasan pleura primer atau metastatik. Sementara 5% kasus mesotelioma (keganasan pleura
primer) dapat disertai efusi pleura dan sekitar 50% penderita kanker payudara akhirnya akan
mengalami efusi pleura.
Gejala yang paling sering timbul adalah sesak, dipsneu. Nyeri bisa timbul akibat efusi
yang banyak berupa nyeri dada pleuritik atau nyeri tumpul. Diagnosis efusi pleura dapat
ditegakkan melalui anamnesis serta pemeriksaan fisik yang teliti, diagnosis yang pasti melalui
pungsi percobaan, biopsy dan analisa cairan pleura4. Penatalaksanaan efusi pleura dapat
dilakukan dengan cara pengobatan kausal, thorakosintesis, Water Sealed Drainage (WSD), dan
pleurodesis.

2.3 PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI EFUSI PLEURA


Cairan yang terakumulasi didalam kavum pleura umumnya timbul apabila cairan yang
diproduksi lebih banyak dibandingkan yang diresorbsi. Hal ini bisa disebabkan karena adanya
peningkatan tekanan mikrovaskuler paru (contohnya pada kasus gagal jantung), berkurangnya
tekanan onkotik (pada kasus hipoproteinemia), peningkatan permeabilitas mikrovaskuler,
berkurangnya drainage limfatik (pada kasus limfangitis), atau adanya defek pada diafragma
sehingga cairan peritoneal dapat masuk kedalam kavum pleura.
Cairan yang terakumulasi didalam kavum pleura bisa berupa transudat, eksudat, pus,
darah ataupun chyle. Secara radiologi efusi pleura umumnya akan memberikan gambaran
radiologi yang hampir sama sehingga sulit untuk dibedakan.3 Cairan pleura sebenarnya adalah
cairan interseluler pleura parietal. Oleh karena pleura parietal disuplai oleh sirkulasi sistemik
sedangkan tekanan didalam rongga pleura lebihrendah dibanding atmosfir, gradien tekanan
bergerak dari interselular pleura ke arah rongga pleura.
Ada 6 mekanisme yang bertanggung jawab atas terjadinya penumpukan cairan dalam
rongga pleura, yaitu:
1. Peningkatan tekanan hidrostatik sirkulasi mikrovaskular. Keadaan ini
dijumpai pada gagal jantung kongestif.
2. Turunnya tekanan onkotik sirkulasi mikrovaskular. Keadaan ini terjadi akibat
hipoalbuminemia seperti pada sindroma nefrotik.
3. Turunnya tekanan intra pleura, yang dapat disebabkan oleh atelektasis atau
reseksi paru.
4. Meningkatnya permeabilitas kapiler pleura. Keadaan ini diakibatkan oleh
peradangan pleura, misalnya pada efusi pleura akibat tuberculosis atau
penyakit keganasan.
5. Terhambatnya aliran getah bening akibat tumor atau fibrosis paru
6. Masuknya cairan dari rongga peritoneum akibat asites.
2.4 GEJALA DAN TANDA EFUSI PLEURA
Pasien efusi pleura secara khas memperlihatkan keluhan dan gejala yang berkaitan
dengan kondisi patologis yang mendasari. Sebagian besar pasien dengan efusi yang luas,
khususnya pasien yang menderita penyakit paru sebagai penyebab yang mendasari, akan
mengeluh sesak napas (dispnea). Keluhan ini pada keadaan efusi yang berkaitan dengan
pleuritis akan disertai keluhan nyeri pleuritik dada. Gambaran klinis lain bergantung pada
penyebab efusi.
Tanda dan gejala dari efusi pleura adalah sebagai berikut:
1. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah
cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas
2. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada
pleuritic (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosis), banyak keringat,
batuk, banyak riak.
3. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan
cairan pleural yang signifikan.
4. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan
akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan,
fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam
keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis
Damoiseu).
5. Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian atas
garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan
mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler
melemah dengan ronki.
6. Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.

2.5 DIAGNOSIS EFUSI PLEURA


1. Empiema
Pada gejala klinis menunjukkan demam yang remitten, takikardia, sesak,
sianosis, dan batuk. Pada pemeriksaan fisik ditemukkan tanda-tanda seperti efusi pleura
umumnya. Bentuk toraks asimetris, bagian yang sakit tampak lebih menonjol,
pergerakan nafas pada sisi yang sakit tertinggal, perkusi pekak, jantung dan
mediastinum terdorong ke arah yang sehat, bila cairan cukup banyak, sel iga pada sisi
yang sakit melebar, suara nafas pada bagian yang sakit melemah sampai hilang.
Pemeriksaan darah tepi menunjukkan leukositosis dan shift to the left seperti pada
infeksi akut umumnya.

2. TB paru
Gambaran klinis berupa gejala respiratorik yang meliputi batuk lebih dari 2
minggu, batuk darah, sesak nafas, nyeri dada, serta gejala sistemik berupa demam,
malaise, penurunan berat badan, keringat malam, anoreksia.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukkan suara nafas bronkial, amforik, suara
nafas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma, dan mediastinum.
Pada perkusi ditemukan pekak, pada auskultasi suara nafas yang melemah sampai tidak
terdengar pada sisi yang terdapat cairan. Pada limfadenitis tuberkulosa, terlihat
pembesaran kelenjar getah bening, tersering di daerah leher, kadang-kadang di daerah
ketiak.
Pada pemeriksaan foto toraks, dapat dicurigai TB aktif apabila terdapat
gambaran bayangan berawan/nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru
dan segmen superior lobus bawah, gambaran kavitas dan dikelilingi oleh bayangan
opak berawan atau nodular, serta bayangan bercak. Gambaran radiologik yang dicurigai
lesi TB inaktif berupa lesi fibrotik, klasifikasi, serta schwarte sign atau penebalan
pleura. Pada pemeriksaan analisa cairan pleuran terdapat sel limfosit dominan dan
glukosa rendah, dan uji Rivalta cairan pleura positif dengan kesan cairan eksudat. Laju
endap darah meningkat pada proses aktif

Gambaran klinis biasanya ditandai dengan demma, menggigil, suhu tubuh


meningkat dapat melebihi 40 derajat cercius, batuk dengan dahak mukoid atau purulen
kadang-kadang disertai darah, sesak nafas dan nyeri dada.

Temuan pemeriksaan fisik dada tergantung dari luas lesi di paru. pada inspeksi
dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernafas, pada palpasi fremitus dapat
mengeras, pada perkusi redup, pada auskultasi terdengar suara nafas bronkovesikuler
sampai bronkial yang mingkin disertai ronki basah halus.

Pada foto toraks PA/lateral dapat ditemukan gambaran berupa infiltrat sampai
konsolidasi dengan air broncogram, serta gambaran kavitas. Pada labotarorium terdapat
peningkatan jumlah leukosit, biasanya lebih dari 10.000/µl kadang – kadang mencapai
30.000/µl, dan pada hitungan jenis leukosit terdapat shift to the left serta terjadi
peningkatan LED. Kultur darah dapat positif pada 20-25 % penderita yang tidak
diobati. Analisi gas darah menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia, pada stadium
lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.

3. Tumor mediastinum
Gejala dan tanda yang timbul tergantung pada organ yang terlibat. Batuk, sesak
atau stridor muncul bila terjadi penekanan atau invasi ke esofagus. Sindrom vena kava
superior lebih sering terjadi pada tumor mediastinum yang ganas dibandingkan dengan
tumor jinak. Suara serak dan batuk kering muncul bila nervus laringel terlibat. Paralisis
diafragma timbul apabila terjadi penekanan nervus frenikus. Nyeri dada muncul pada
tumor neurogenik atau pada penekanan sistem saraf.

4. Atelektasis
Gejala klinisnya berupa sesak dengan pola nafas cepat dan dangkal, takikardi,
sianosis, demam, penurunan kesadaran atau syok. Pada pemeriksaan fisik, suara nafas
melemah atau hilang, gerak dinding dada asimetris, pada perkusi batas jantung
bergeser. Gambaran radiologis meliputi berkurangnya ukuran paru, penarikan tulang
kosta, peninggian diafragma, deviasi trakea, lobus lebih opak.
2.6 PENATALAKSANAAN EFUSI PLEURA
Tujuan dari penatalaksanaan yaitu :
1. Untuk menemukan penyebab dasar
2. Untuk mencegah penumpukan cairan Kembali
3. Menghilangkan ketidaknyamanan serta dyspnea
Tindakan yang dapat dilakukan yaitu :
1. Torakosintesis
a. Untuk membuang cairan pleura
b. Mendapatkan specimen untuk analisis
c. Menghilangkan dispnea

2. Pemasangan selang dada atau drainage


Hal ini dilakukan jika torakosintesis menimbulkan nyeri, penipisan protein dan
elektrolit.

3. Obat – obatan Pemberian antibiotik jika agen penyebab adalah kuman atau bakteri.
4. Pemberian nitrogen mustard atau tetrasiklin melalui selang dada.

2.7 PROGNESIS EFUSI PLEURA


Prognosis tergantung pada penyebab efusi pleura. Efusi jinak dapat disembuhkan, tetapi
jika penyebabnya adalah keganasan, prognosisnya sangat buruk. Fitur lain dari efusi pleura
adalah kekambuhan yang juga dapat terjadi dengan gangguan jinak seperti lupus, uremia, dan
rheumatoid arthritis. Jika efusi pleura tidak dikeringkan, dapat menyebabkan dispnea
dan bahkan empiema.

2.8 KOMPLIKASI EFUSI PLEURA


1. Fibrothoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang baik akan
terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan pleura viseralis. Keadaan ini
disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas dapat menimbulkan hambatan
mekanis yang berat pada jaringan-jaringan yang berada dibawahnya. Pembedahan
pengupasan (dekortikasi) perlu dilakukan untuk memisahkan membran - membran
pleura tersebut.
2. Atalektasis
Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang di sebabkan oleh
penekanan akibat efusi pleura.
3. Fibrosis paru
Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat paru dalam
jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan jaringan sebagai
kelanjutan suatu proses penyakit paru yang menimbulkan peradangan. Pada efusi
pleura, atalektasis yangn berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan
paru yang terserang dengan jaringan fibrosis.
4. Kolaps Paru
Kolaps paru adalah tekanan yang diakibatkan oleh tekanan ektrinsik pada
sebagian/semua bagian paru akan mendorong udara keluar dan mengakibatkan kolaps
paru.
5. Empiema
Empiema disebabkan oleh infeksi yang menyebar dari paru-paru dan menyebabkan
akumulasi nanah dalam rongga pleura. Cairan yang terinfeksi dapat mencapai satu gelas
bir atau lebih, yang menyebabkan tekanan pada paru-paru, sesak napas dan rasa sakit.

2.9 EFUSI PLEURA MASIF

Proyeksi PA
Tulang tidak diformitas/destruksi
Trakea defiasi kekanan
ICS sejajar, tidak melebar/ menyempit
Jantung : CTR tidak dapat dinilai
Aorta : tidak dapat dinilai
Sinus costofrenicus dextra tajam, sinistra tidak dapat dinilai
Diafragma : diafragma dextra normal, sinistra tidak dapat dinilai
Pulmo : tampak perselubungan homogen yang menutupi seluruh hemitorax sinistra yang
mendorong trakea dan jantung ke sisi kontralateral

Kesimpulan : gambar efusi pleura sinistra masif


BAB III
PENUTUP

1.1 KESIMPULAN

Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit primer
jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. efusi dapat berupa cairan
jernih, yang mungkin merupakan transudate, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus. Efusi
pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan
visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit
sekunder terhadap penyakit lain. secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil
cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural
bergerak tanpa adanya friksi.

Efusi pleura merupakan keadaan terdapat cairan dalam jumlah berlebihan di dalam
rongga pleura. Pada kondisi normal, rongga ini hanya berisi sedikit cairan ekstrasel yang
melumasi permukaan pleura. Peningkatan produksi atau penurunan pengeluaran cairan akan
mengakibatkan efusi pleura. Empiema merupakan penumpukan pus dan jaringan nekrotik di
dalam rongga pleura. Darah (hemotoraks) dan kilus atau cairan getah bening (kilotoraks) dapat
pula terkumpul di daerah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Alsagaf.H dan Mukty.A. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Efusi Pleura. Surabaya: Airlangga
University Press
Buku Penyakit Pleura Prof.Dr.H.Tabrani.Rab,Jakarta :TIM, 2010
Karkhanis VS, Joshi JM. Pleural effusion: diagnosis, treatment, and management. Open
Access Emerg Med. 2012; 4: 31-52.
Swartz, M.H. 2002. Textbook of Physical Examination: History and Examination. 4thedition,
W.B. Saunders Company.
DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDINGEFUSI PLEURA,UNIVERSITAS, Sam Ratulangi
https://www.studocu.com/id/document/universitas-sam- ratulangi/medicine/diagnosisdan-
diagnosi
LEMBAR PENILAIAN MAKALAH

Anda mungkin juga menyukai