Anda di halaman 1dari 28

1

LAPORAN AKHIR PSIKOMETRIKA


“GAMBARAN KECEMASAN MENGHADAPI QUARTER LIFE CRISIS PADA
MAHASISWA KELAS C FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA”

Dosen Pengampu : Shirley Melita S., M. Psi, Psikolog

Disusun Oleh :

Kelompok 3

Kelas C

Putra Kiswanto 208600002

Diajeng Diah Pratiwi 208600014

Yuri Dianika 208600074

Samuel Deopin Saragih 208600036

Irvan Veryantho S. 208600167

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MEDAN AREA

2022
2

LAPORAN AKHIR MATA KULIAH PSIKOMETRIKA

I. Judul Penelitian :

Gambaran Kecemasan Menghadapi Quarter Life Crisis Pada Mahasiswa Kelas C Fakultas
Psikologi Universitas Medan Area

II. Variabel Penelitian :

Variabel Bebas (Independent Variabel) : Menghadapi Quarter Life Crisis


Variabel Terikat (Dependent Variabel) : Kecemasan

III. Subyek Penelitian :

Mahasiswa Kelas C Fakultas Psikologi Universitas Medan Area

IV. Landasan Teori :

a. Pengertian Quarter Life Crisis menurut para ahli :


Quarter Life Crisis adalah sebuah fase dimana krisis emosional terjadi pada
individu di masa usia 20an tahun, krisis emosional yang terjadi pada individu di masa
Quarter Life Crisis meliputi perasaan tidak berdaya, merasa ragu atau meragukan
kemampuan diri sendiri, terisolasi serta sering takut, cemas tentang adanya kegagalan di
masa depan. (Atwon & Scholtz dalam Balzarie & Nawangsari, 2019).
Robinson (2018), Quarter Life Crisis periode krisis yang terjadi ketika individu
mengalami transisi dari struktur kehidupan yang tidak stabil, terbuka, dan eksplorasi
menjadi kehidupan yang lebih mapan, terprediksi dan berperan produktif.
Dalam penelitian jurnal internasional yang dilakukan oleh Washle pada tahun 2018
pada penelitiannya tentang Quarter Life Crisis bahwa ketidakpuasan akan pekerjaan,
stress, masalah hubungan dan kesehatan mental menjadi faktor penting dalam penyebab
Quarter Life Crisis (Washle, 2018).
Definisi konseptual → Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa,
Quarter Life Crisis adalah tingkat krisis emosional pada individu usia 20 tahunan yang
meliputi kecemasan, keraguan akan pilihan hidup, serta perasaan takut gagal terhadap
masa depan.
3

b. Aspek-aspek Quarter Life Crisis :


Menurut Robbins dan Wilner (2001) terdapat tujuh aspek quarter life crisis, antara lain
:

1) Kebimbangan dalam pengambilan keputusan


Pada usia dewasa individu akan dihadapkan oleh banyaknya pilihan hidup. Dari
banyaknya pilihan hidup tersebut akan memunculkan harapan-harapan baru pada
individu mengenai masa depan, sehingga terkadang menimbulkan kebingungan
hingga ketakutan. Kebingungan dan ketakutan tersebut disebabkan karena adanya
kekhawatiran atas kesalahan dalam pengambilan keputusan, yang mungkin dapat
berdampak jangka pendek maupun jangka panjang. Selain itu, individu pada usia
ini juga masih belum memiliki banyak pengalaman sehingga masih sering merasa
bimbang dalam mengambil keputusan. Ciri-cirinya antara lain :
a) Ragu
b) Ketakutan
2) Khawatir terhadap hubungan interpersonal
Di Indonesia, individu yang memasuki usia 20an biasanya diharuskan sudah
menikah dan menjalin hubungan interpersonal. Individu yang mengalami quarter
life crisis akan merasa tertekan saat menghadapi masalah dan merasa masalah
yang dihadapi sangat berat. Perasaan tersebut mengakibatkan aktivitas individu
menjadi terganggu dan tidak maksimal, karena merasa bahwa permasalahan yang
sedang dihadapi selalu datang dan membebaninya. Ciri-cirinya antara lain
:
a) Merasa gagal dalam hubungan asmara,
b) Kurang pergaulan dan relasi.
3) Rasa cemas
Saat memasuki dewasa awal individu akan memiliki banyak harapan dan impian
yang ingin dicapai, namun terasa sulit karena dibayangi oleh perasaan khawatir
dan takut tidak bisa memberikan hasil yang memuaskan. Biasanya pada masa ini
individu ingin melakukan segala sesuatu dengan sebaik mungkin serta
4

menghindari kegagalan. Perasaan tersebut membuat individu merasa tertekan


karena hal demikian mungkin saja dialaminya. Ciri-cirinya antara lain :
a) Gelisah,
b) Mudah tersinggung,
c) Waspada berlebihan,
d) Khawatir berlebihan.
4) Perasaan tertekan
Perasaan ini dapat muncul pada individu, rasa tertekan dengan masalah yang
dihadapinya serta merasa bahwa persoalan yang dihadapi setiap harinya
bertambah berat. Perasaan tersebut dapat mengganggu individu dalam melakukan
aktivitasnya karena merasa terbebani. Ciri-cirinya antara lain :
a) Merasa kesal,
b) Gampang emosi,
c) Tidak toleran terhadap orang lain,
d) Sulit mengambil keputusan,
e) Timbul gangguan tidur,
f) Tampak lemas
g) Lesu, tidak berenergi atau kelelahan.
5) Penilaian diri yang negatif
Hal ini akan menimbulkan rasa cemas dan takut akan kegagalan. Individu yang
memiliki penilaian negatif terhadap dirinya, ia akan selalu merasa ragu dan
mempertanyakan kemampuan dirinya dalam melewati berbagai tantangan yang
akan dihadapi, Ciri-cirinya antara lain :
a) Sering merasa kalah bersaing,
b) Bersikap pesimis terhadap kompetisi,
c) Peka terhadap kritik.
d) Individu akan merasa bahwa hanya dirinya yang selalu kesulitan dan
cenderung melihat dirinya lebih rendah karena belum memiliki kehidupan
yang sukses seperti teman sebayanya.
5

6) Perasaan terjebak dalam situasi sulit


Lingkungan dapat memberikan stimulus terhadap pola pikir dan tingkah laku
individu, dan dapat membawa individu pada situasi yang sulit terutama ketika
mengambil keputusan. Ciri -cirinya antara lain :
a) Orang yang merasa terkurung,
b) Memiliki asumsi terburuk
7) Perasaan putus asa
Perasaan putus asa dapat diakibatkan oleh perasaan tidak puas pada hasil yang
didapatkan serta kegagalan yang dialaminya, tidak tercapainya harapan dan
impian yang telah direncanakan sebelumnya, serta menganggap semua yang
dilakukan hanya sia-sia. Rasa putus asa biasanya akan terus terjadi ketika individu
membandingkan dirinya dengan teman sebayanya yang lebih sukses dan berhasil
di bidang akademis dan karir. Perasaan putus asa juga dapat diakibatkan oleh
kurangnya dukungan dari faktor luar individu untuk dapat berkembang. Ciri-
cirinya antara lain :
a) Hilangnya semangat untuk terus berbenah dan berubah,
b) Emosional yang labil dan tempramen,
c) Tidak ingin bangkit setelah mengalami kegagalan.
V. Definisi Operasional → dari Quarter Life Crisis adalah tingkat crisis emosional pada
individu usia 20 tahunan yang meliputi kecemasan, keraguan akan pilihan hidup serta
perasaan takut gagal terhadap masa depan. Yang dapat di ukur dari : Kebimbangan dalam
mengambil keputusan, Khawatir terhadap hubungan interpersonal, Rasa cemas, Perasaan
tertekan, Penilaian diri yang negatif, Perasaan terjebak dalam situasi sulit dan Perasaan putus
asa.

VI. Blueprint Skala Quarter Life Crisis

IDENTITAS RESPONDEN

Nama :
Jenis Kelamin :
( ) Pria
( ) Wanita
6

Usia :
( ) 18-25 thn
( ) 26-30 thn
( ) 31 tahun keatas

Keterangan Cara Pengisian :


Berilah tanda (✓) di setiap pernyataan yang sesuai dengan kenyataan yang anda alami
di kehidupan anda.

SS : Sangat Setuju
S : Setuju
N : Netral
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju

NO. PERNYATAAN SS S N TS STS

FAVOURABLE

1. Saya merasa ragu saat mengambil keputusan

2. Saya merasa gagal dalam menjalin hubungan


asmara

3. Saya menjadi sangat sensitif terhadap omongan


orang lain kepada saya

4. Saya merasa kehilangan semangat untuk bangkit

5. Saya membandingkan diri saya dengan orang lain


hal itu membuat saya merasa tidak setara dengan
mereka

6. Saya tidak bisa tidur karena memikirkan hal yang


berlebihan
7

7. Saya merasa kurang bergaul dengan teman sebaya


saya

8. Saya tidak percaya pada apa yang saya kerjakan

9. Orang lain memandang saya sebagai orang tidak


berguna

10. Saya merasa ragu ketika menghadapi pilihan-


pilihan di kehidupan masa depan

11. Saat saya menghadapi pilihan yang akan


mempengaruhi kehidupan saya di masa depan,
saya merasa tertekan

12. Saya akhir-akhir ini mengkhawatirkan banyak


hal, seperti keputusan karir, melanjutkan studi,
dan menikah

13. Memperoleh hubungan asmara sering membuat


saya sedih

14. Saya tidak dapat berfikir jernih ketika melakukan


sesuatu

15. Saya tidak mengeluh terhadap keberhasilan orang


lain

16. Saya mengetahui kegagalan saya, tetapi saya


tidak ingin mengubahnya

17. Saya merasa lingkungan saya kurang sportif


dengan saya

18. Saya tidak merasa bersemangat untuk bergaul

19. Saya marah saat orang lain melakukan kesalahan


kecil maupun besar
8

20. Saya tidur terlarut malam karena saya terus


menerus memikirkan tentang kehidupan saya

21. Saya tidak punya motivasi dan semangat untuk


kembali bangkit

22. Saya merasa tidak di inginkan

23. Saya merasa tidak sehebat teman sebaya dalam


bidang akademis

24. Saya merasa bahwa keputusan yang di ambil tidak


tepat

25. Saya selalu kesulitan ketika mengambil


keputusan

26. Saya merasa gelisah terhadap hidup saya di masa


depan

27. Saya malu bila kekurangan saya di ketahui orang


lain

28. Saya tidak bersemangat untuk melakukan


perubahan

NO. PERNYATAAN SS S N TS STS

UNFAVOURABLE

1. Mengambil keputusan bukanlah hal yang sulit


untuk saya lakukan

2. Hubungan asmara saya berjalan dengan baik

3. Saya menghiraukan omongan orang lain yang


tentang saya
9

4. Kehilangan semangat bukan berarti saya gagal


dan putus asa

5. Saya yakin akan potensi yang saya ambil

6. Memikirkan hal yang berlebihan tidak baik untuk


kesehatan saya

7. Pergaulan dengan teman sebaya membuat saya


senang

8. Saya sangat menyakini kemampuan diri saya

9. Biasanya saya selalu menemukan cara untuk


menumbuhkan semangat

10. Gambaran masa depan saya terlihat jelas

11. Mampu menghadapi pilihan yang mempengaruhi


kehidupan saya

12. Mampu menghadapi kekhawatiran akan banyak


hal

13. Masalah sulit dalam hubungan saya mampu


mengatasinya

14. Setiap kegiatan saya berfikir tenang

15. Keberhasilan orang lain membuat saya


termotivasi

16. Mempunyai cara sendiri untuk bisa bangkit dan


berubah

17. Saya mempunyai jiwa sosial yang tinggi

18. Saya bisa bersosialisasi dengan baik


10

19. Sebelum bertindak, saya akan


mempertimbangkan baik buruknya terlebih
dahulu

20. Terkadang saya di pusingkan oleh hal yang terlalu


berlebihan yang mengakibatkan saya sulit tertidur

21. Motivasi membangkitkan semangat saya

22. Saya adalah orang yang di butuhkan di


lingkungan saya

23. Kemampuan yang saya miliki setara dengan


teman sebaya saya

24. Keputusan yang saya ambil sudah tepat

25. Mengambil keputusan bukanlah hal yang sulit


untuk saya lakukan

26. Masalah sulit dalam kehidupan mampu saya atasi

27. Kekurangan saya bukan penghalang untuk


kesuksesan saya

28. Dengan semangat saya dapat melakukan


perubahan
11

Variabel penelitian: Quarter Life Crisis


Aspek Indikator Aitem Favorabel (isi dengan Nomor Aitem Unfavorabel Nomor
kalimat pernyataan) pada (isi dengan kalimat pada
Skala pernyataan) Skala
1. Kebimbangan a. Ragu-ragu a. Saya merasa ragu saat 1 a. Mengambil keputusan 1
dalam mengambil keputusan bukanlah hal yang sulit
pengambilan b. Saya merasa ragu ketika untuk saya lakukan
keputusan menghadapi pilihan- 10 b. Gambaran masa depan 10
pilihan di kehidupan saya terlihat jelas
masa depan

b. Ketakutan a. Saya merasa bahwa 24 a. Keputusan yang saya 24


keputusan yang diambil ambil sudah tepat
tidak tepat b. Mampu menghadapi
b. Saya akhir-akhir ini 12 kekhawatiran akan 12
mengkhawatirkan banyak hal
banyak hal, seperti
keputusan karir,
melanjutkan studi, dan
menikah
2. Khawatir a. Merasa a. Saya merasa gagal dalam 2 a. Hubungan asmara saya 2
terhadap gagal menjalin hubungan berjalan dengan baik
hubungan dalam asmara b. Masalah sulit dalam
interpersonal hubungan b. Memperoleh hubungan 13 hubungan saya mampu 13
asmara asmara sering membuat mengatasinya
saya sedih
12

b. Kurang a. Saya tidak merasa 18 a. Saya bisa bersosialisasi 18


pergaulan bersemangat untuk dengan baik
dan relasi bergaul b. Pergaulan dengan
b. Saya merasa kurang 7 teman sebaya membuat 7
bergaul dengan teman saya senang
sebaya saya
3. Rasa cemas a. Gelisah a. Saya tidak dapat berfikir 14 a. Setiap kegiatan saya 14
jernih ketika melakukan berfikir tenang
sesuatu b. Masalah sulit dalam 26
b. Saya merasa gelisah 26 kehidupan mampu saya
terhadap hidup saya di atasi
masa depan
b. Mudah a. Saya menjadi sangat 3 a. Saya menghiraukan 3
tersinggung sensitif terhadap omongan orang lain
omongan orang lain yang tentang saya
kepada saya b. Sebelum bertindak, 19
b. Saya marah saat orang 19 saya akan
lain melakukan mempertimbangkan
kesalahan kecil maupun baik buruknya terlebih
besar dahulu
4. Perasaan a. Sulit a. Saya selalu kesulitan 25 a. Mengambil keputusan 25
tertekan mengambil ketika mengambil bukanlah hal yang sulit
keputusan keputusan untuk saya lakukan
b. Saat saya menghadapi 11 b. Mampu menghadapi 11
pilhan yang akan pilihan yang
mempengaruhi mempengaruhi
kehidupan saya dimasa kehidupan saya
13

depan, saya merasa


tertekan
b. Timbul a. Saya tidak bisa tidur 6 a. Memikirkan hal yang 6
gangguan karena memikirkan hal berlebihan tidak baik
tidur yang berlebihan untuk kesehatan saya
b. Saya tidur terlarut 20 b. Terkadang saya 20
malam karena saya terus dipusingkan oleh hal
menerus memikirkan yang terlalu berlebihan
tentang kehidupan saya yang mengakibatkan
saya sulit tertidur
5. Penilaian diri a. Sering a. Saya tidak mengeluh 15 a. Keberhasilan orang lain 15
yang negatif merasa terhadap keberhasilan membuat saya
kalah orang lain termotivasi
bersaing b. Saya malu bila 27 b. Kekurangan saya 27
kekurangan saya bukan penghalang
diketahui orang lain untuk kesuksesan saya
b. Bersikap a. Saya tidak merasa 8 a. Saya sangat menyakini 8
optimis percaya pada apa yang kemampuan diri saya
terhadap saya kerjakan b. Kemampuan yang saya 23
kompetisi b. Saya merasa tidak 23 miliki setara dengan
sehebat teman sebaya teman sebaya saya
dalam bidang akademis
6. Perasaan a. Orang yang a. Saya merasa lingkungan 17 a. Saya mempunyai jiwa 17
terjebak merasa saya kurang sportif sosial yang tinggi
dalam situasi terkurung dengan saya b. Saya yakin akan 5
sulit b. Saya membandingkan 5 potensi yang saya
diri saya dengan orang miliki
lain hal itu membuat
14

saya merasa tidak setara


dengan mereka
b. Memiliki a. Saya merasa tidak di 22 a. Saya adalah orang yang 22
asumsi inginkan di butuhkan di
terburuk b. Orang lain memandang 9 lingkungan saya
saya sebagai orang tidak b. Biasanya saya selalu 9
berguna menemukan cara untuk
menumbuhkan
semangat
7. Perasaan a. Hilangnya a. Saya tidak bersemangat 28 a. Dengan semangat saya 28
putus asa semangat untuk melakukan dapat melakukan
untuk terus perubahan perubahan
berbenah b. Saya mengetahui 16 b. Mempunyai cara 16
dan kegagalan saya, tetapi sendiri untuk bisa
berubah saya tidak ingin bangkit dan berubah
mengubahnya
b. Tidak ingin a. Saya tidak punya 21 a. Motivasi 21
bangkit motivasi dan semangat membangkitkan
setelah untuk kembali bangkit semangat saya
mengalami b. Saya merasa kehilangan 4 b. Kehilangan semangat 4
kegagalan semangat untuk bangkit bukan berarti saya
gagal dan putus asa
Total Aitem 28 28
15

VII. Penskalaan

Skala Likert adalah suatu skala psikometrik yang umum digunakan dalam angket dan
merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset berupa survei. Nama skala ini
diambil dari nama Rensis Likert, yang menerbitkan suatu laporan yang menjelaskan
penggunaannya.

Skala Likert atau Likert Scale adalah skala penelitian yang digunakan untuk mengukur
sikap dan pendapat. Dalam skala likert responden diminta untuk melengkapi kuesioner yang
mengharuskan mereka untuk menunjukkan tingkat persetujuannya terhadap serangkaian
pertanyaan. Skala likert yang digunakan adalah skala likert dengan lima kategori yaitu 1 =
sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju, 5= sangat setuju

AITEM FAVORABEL :

Jika menjawab ‘Sangat Setuju’ diberi nilai 5

Jika menjawab ‘Setuju’ diberi nilai 4

Jika menjawab ‘Netral’ diberi skor 3

Jika menjawab ‘Tidak Setuju’ diberi skor 2

Jika menjawab ‘Sangat Tidak Setuju’ diberi skor 1

AITEM UNFAVORABEL :

Jika menjawab ‘Sangat Setuju’ diberi nilai 1

Jika menjawab ‘Setuju’ diberi nilai 2

Jika menjawab ‘Netral’ diberi skor 3

Jika menjawab ‘Tidak Setuju’ diberi skor 4

Jika menjawab ‘Sangat Tidak Setuju’ diberi skor 5


16

VIII. Analisa & Seleksi Aitem


Berdasarkan uji coba terhadap skala likert yang memiliki aitem sebanyak 56 butir,
diketahui bahwa terdapat 3 aitem yang gugur dan 53 aitem yang sahih. Aitem yang sahih
tersebut diketahui memiliki indeks daya diskriminasi aitem yang bergerak dari 321 (angka
Corrected item-total correlation terendah) hingga 916 (angka Corrected item-total
correlation tertinggi).
Peneliti selanjutnya melakukan uji reliabilitas dan validitas dari seluruh aitem yang
dinyatakan sahih tersebut dan kemudian ditemukan hasil :
- Indeks reliabilitas : 0,980 yang artinya skala memiliki reliabilitas yang
tergolong tinggi
- Jumlah aitem yang valid adalah 53 buah. Aitem tersebut dinyatakan valid karena
nilainya diatas 0,3
Selanjutnya, ringkasan mengenai distribusi penyebaran aitem setelah uji coba
ditampilkan dalam tabel di bawah ini :

Variabel penelitian: Quarter Life Crisis

Aspek Indikator Nomor Aitem Nomor Aitem


Favorabel Unfavorabel

Valid Gugur Valid Gugur

1. Kebimbangan a. Ragu-ragu 1, 10 - 1, 10 -
dalam b. Ketakutan 24, 12 - 24, 12 -
pengambilan
keputusan

2. Khawatir a. Merasa gagal 2, 13 - 2, 13 -


terhadap dalam
hubungan hubungan
interpersonal asmara
17

b. Kurang
pergaulan 18, 7 - 18, 7 -
dan relasi

3. Rasa cemas a. Gelisah 14, 26 - 14, 26 -


b. Mudah 3, 19 3, 19
tersinggung
4. Perasaan a. Sulit 25, 11 - 25, 11 -
tertekan mengambil
keputusan

b. Timbul
6, 20 - 6 20
gangguan
tidur

5. Penilaian diri a. Sering 27 15 27, 15 -


yang negatif merasa kalah
bersaing

b. Bersikap
8, 23 - 8, 23 -
optimis
terhadap
kompetisi

6. Perasaan a. Orang yang 5 17 5, 17 -


terjebak dalam merasa
situasi sulit terkurung

b. Memiliki
22, 9 - 22, 9 -
asumsi
terburuk

7. Perasaan putus a. Hilangnya 28, 16 - 28, 16 -


asa semangat
untuk terus
18

berbenah dan
berubah

b. Tidak ingin
bangkit
21, 4 - 21, 4 -
setelah
mengalami
kegagalan

IX. Kategorisasi Skor

Untuk menentukan kategorisasi skor subyek, maka dilakukan penghitungan mean hipotetik
dan mean empirik sebagai berikut :

- Mean hipotetik

Jumlah aitem yang sahih pada skala adalah 53 butir. Skor terendah yang diberikan kepada
subyek adalah 1 dan skor tertinggi adalah 5

Oleh karena itu, mean hipotetik adalah

(53 x 1) + (53 x 5) :2
= 53 + 265 :2
= 318: 2
= 159

- Mean empirik

Ketika total skor seluruh subyek dihitung rata-ratanya dengan menggunakan bantuan
SPSS, maka diketahui bahwa mean empirik adalah 124, 063

- Selain itu, penghitungan nilai standar deviasi menggunakan bantuan SPSS menunjukkan
nilai 46,882

- Berdasarkan angka-angka yang telah diperoleh di atas, maka dibuatlah kategorisasi nilai
berdasarkan distribusi kurva normal, dengan rincian sebagai berikut :
19

Sedang

Tinggi
Rendah

-16,583 30,299 124, 063 217,827 264,709

X. Hasil

Berdasarkan kategorisasi nilai yang telah ditulis pada bagian VIII di atas, maka diketahui
kelompok subyek penelitian ini memiliki kecemasan menghadapi quarter life crisis yang
tergolong tinggi.

Selanjutnya, ketika skor subyek dianalisis satu per satu maka maka diperoleh data sebagai
berikut :

Kategori Skor Jumlah Subyek Nama/Inisial/

Rendah 6 1. NFD

2. MUHAMMAD KHOIRUN NIZAM

3. EKA

4. W

5. K

6. H

Sedang 7 1. F

2. DHIYA

3. ALIYA NURUD ZAFIRA


20

4. SW

5. VIN

6. YMF

7. OLIVIANI NOVIA

Tinggi 3 1. SBD

2. MDW

3. NA

XI. Kelemahan Penelitian & Pembelajaran

Kesalahan/kekeliruan/kelalaiam yang kelompok lakukan, dimana selama proses penelitian


yang kami jalankan kurangnya teliti memasukan data dari kuesioner ke SPSS dan disaat
kelompok membuat kuesioner, favourable dan unfavourable pada aitem kelompok tidak
menyatukan dan dampaknya terhadap hasil penelitian. Yang akan kelompok lengkapi di
saat melakukan skripsi kelompok akan lebih teliti lagi dan banyak belajar agar
kesalahan/kekeliruan/kelalaian saat ini tidak terulang kembali.

XII. Kinerja Kelompok

Putra Kiswanto 208600002


Diajeng Diah Pratiwi 208600014
Yuri Dianika 208600074
Samuel Deopin Saragih 208600036
Irvan Veryantho S. 208600167

Semua anggota kelompok aktif berkontribusi dalam proses pengerjaan walaupun banyak
kendala yang dihadapi saat mengerjakannya. Kesan yang dirasakan saat bekerja sama dalam
mengerjakan tugas kelompok selama ini ialah pekerjaan jadi terasa lebih mudah dan
membutuh waktu cukup lama untuk terselesaikan. Selain itu, kebersaman juga semakin kuat,
rasa persaudaraan muncul dan kita jadi lebih akrab dan saling menyayangi.
21

XIII. Daftar Pustaka

Balzarie, E. N., & Nawangsari, E. (2019). Kajian Resiliensi pada Mahasiswa Bandung yang
Mengalami Quarter Life Crisis. Prosiding Psikologi, 5(2), 495-486.

Robbins, A., & Wilner, A. (2001). Quarterlife Crisis: The Unique Challenges of Life in Your
Twenties. New York: Penguin Putnam.

Robbinson, O. C. (2018). longitudinal mixed-methods case study of quarter-life crisis during


the post-university transition: Locked-out and locked-in forms in combination.
Journals.sagepub.com.

Washle, O. (2018). The Quarter Life Crisis: Investigating Emotional Intellegence, self esteem
and maximization as predictor of coping self-efficacy. Dublin: Submitted in partial
fulfilment of the requirements of the Higher Diploma in Arts in Dublin Bussines scholl.
22

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 : SKALA QUARTER LIFE CRISIS


23

LAMPIRAN 2 : OUTPUT SPSS MENGENAI HASIL ANALISA & SELEKSI AITEM,


VALIDITAS DAN RELIABILITAS
24
25

LAMPIRAN 3 : OUTPUT SPSS MENGENAI SKOR RATA-RATA & STANDAR


DEVIASI
26

LAMPIRAN 4 : SKOR DATA MENTAH SUBYEK SEBELUM ANALISA AITEM


DILAKUKAN
27
28

LAMPIRAN 5 : DOKUMENTASI PELAKSANAAN PENGUKURAN

Anda mungkin juga menyukai