Anda di halaman 1dari 94

DOKUMEN SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN KONSTRUKSI

PAKET PENGADAAN Pembangunan Gedung Layanan Pendidikan

PPK Khoirul Anam, S. IP, M. Si


ID RUP 38381372

SPESIFIKASI FUNGSI UMUM Menghasilkan bangunan 3 (tiga) lantai dengan Luas total kurang
lebih 1.500 m2 (sesuai pada gambar rencana), beralamat di Jl.
Telaga Biru I Desa Padang Baru Kec. Pangkalan Baru Kab. Bangka
Tengah Prov. Bangka Belitung

Spesifikasi kinerja bangunan

A. Referensi Hukum
Dalam melaksanakan pekerjaan, penyedia jasa berdasar pada referensi
hukum yang berlaku di Indonesia secara umum, antara lain :

1. Undang-undang No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi;


2. Peraturan Presiden No. 12 tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden
Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
3. Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2021 tentang Pengupahan;
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman
Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung;
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis
Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan;
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 11/PRT/M/2014
tentang Pengelolaan Air Hujan Pada Bangunan Gedung dan Persilnya;
8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 14/PRT/M/2017
tentang Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung;
9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor : 22/PRT/M/2018
tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 27/PRT/M/2018
tentang Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung;

11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 10/PRT/M/2021
tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi;

12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 01/PRT/M/2022
tentang Pedoman Penyusunan Perkiraan Biaya Pekerjaan Konstruksi Bidang pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat;

13. Peraturan Lembaga LKPP Nomor 12 Tahun 2021 tentang Pedoman Pelaksanaan
Barang/Jasa Pemerintah Melalui Penyedia;
B. Spesifikasi Teknis

1. Tempat Dan Uraian Pekerjaan


1.1.1.1. Lingkup Pekerjaan .
Pekerjaan yang dilaksanakan adalah “ REVIEW DED PEMBANGUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG LAYANAN PENDIDIKAN “.

1.1.1.2. Lokasi Pekerjaan


Pekerjaan ini berlokasi “ JALAN TELAGA BIRU I, DESA PADANG BARU,
KECAMATAN PANGKAL BARU, KABUPATEN BANGKA TENGAH “.

1.1.1.3. Tenaga dan Sarana Kerja.


Untuk memperlancar pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa konstruksi harus
menyediakan :
a. Tenaga kerja/tenaga ahli yang cukup memadai disesuaikan dengan jenis
pekerjaan yang akan dilaksanakan.

b. Alat-alat bantu kerja utama, seperti :


No Jenis Peralatan Kapasitas Jumlah
1 Mobil Crane 25 T 1
2 Mini Concrete ( Mesin Molen) 0.35 m3 2
3 Lift Barang - 1
4 Bar Bender s.d 32 mm 1
5 Bar Cutter s.d 32 mm 1
6 Generator 200 kVa 1

c. Alat-alat bantu kerja, seperti :


No Jenis Peralatan Kapasitas Jumlah
1 Concrete Pump   1
2 Truk Mixer 6 m3 4
3 Excavator PC 75 2
4 Pompa Air 2 ltr/dtk 1
5 Stamper - 2
Water Pass / Theodolite / Total
6 - 1
Station
7 Skid Steer Leader - 1
8 Boom Lift 250 - 450 kg 1
9 Pick Up - 1
10 Dump Truck 5 m3 4
11 Gerobak Sorong - 4
12 Scafolding - 1000
13 Baby Roller 1 Ton 1
14 Alat Las Listrik - 1
Head Dia. 38
15 Electric Vibrator 1
mm & 45 mm
Catatan :
Masing–masing Personil (Kecuali Administrasi dan Logistik) Harus
Menyampaikan Curiculum Vite (CV), dilengkapi dengan Scan
Ijasah,KTP, Sertifikat Keahlian (SKA) sesuai keahlian yang disyaratkan
dan memiliki referensi kerja/pengalaman kerja dari pengguna jasa serta
menyampaikan Surat kesanggupan untuk ditugaskan,

d. Bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap pekerjaan.


Uji mutu/teknis/fungsi diperlukan untuk:
Bahan
1) Baja Tulangan yaitu uji tarik baja yang harus memenuhi spesifikasi teknis
mengenai kuat tarik baja tulangan yang dipakai dalam struktur bangunan.
2) Mutu Beton Bertulang yaitu uji kuat beton yang harus memenuhi
spesifikasi beton bertulang yang disyaratkan
3) Tes Comisioning Instalasi Listrik dan Penangkal Petir
e. Perusahaan memiliki :
1) Sertifikat ISO 9001:2015 (Sistem Manajemen Mutu), Disertai bukti audit
ISO tahun terakhir ; .
2) Sertifikat 14001:2015 (Sistem Manajemen Lingkungan) Disertai bukti audit
ISO tahun terakhir ;
3) Sertifikat ISO 18001:2007 (Sistem Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja) Disertai bukti audit ISO tahun terakhir;
4) Sertifikat kepersertaan BPJS Ketenagakerjaan;
5) Surat Keterangan Tidak Pailit Yang di Keluarkan oleh Pengadilan Niaga
sesuai dengan kedudukan Hukum Badan Usaha;
6) Memiliki Surat Dukungan Readymix Beton, surat dukungan dari Batching
Plant yang memiliki Izin Usaha Industri (IUI) dan ISO 9001 yang masih
berlaku dari Instansi Berwenang;
7) Memiliki Surat Dukungan Pekerjaan Tiang Pancang;
8) Memiliki Surat Dukungan Pekerjaan Hydrant dan Sprinkler dilengkapi
dengan Sertifikasi Pelatihan Aplikator Pemasangan Hydrant & Sprinkler;
9) Memiliki Surat Dukungan Pekerjaan Elektrikal yang mempunyai sertifikasi
Pelatihan K3 Elektrikal;
10) Memiliki surat dukungan Kusen Alumunium resmi dilengkapi dengan bukti
penunjukan sebagai distributor resmi dari pabrikan dan brosur yang
dilegalisasi (stempel basah) oleh pabrikan/distributor resmi;
11) Memiliki surat dukungan Penangkal Petir resmi dilengkapi dengan bukti
penunjukan sebagai distributor resmi dari pabrikan dan brosur yang
dilegalisasi (stempel basah) oleh pabrikan/distributor resmi;
12) Memiliki Surat Dukungan Pekerjaan Lift dilengkapi dengan fotokopi brosur,
jaminan garansi barang serta tenaga aplikator;

1.1.1.4. Cara Pelaksanaan


Pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian, sesuai dengan ketentuan-
ketentuan dalam Dokumen pengadaan, Gambar Rencana, Berita Acara
Penjelasan serta mengikuti petunjuk Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis.

1.1.1.5. Pada akhir kerja Penyedia Jasa konstruksi diharuskan membersihkan


area kegiatan dari segala kotoran akibat kegiatan pembangunan, termasuk sisa-
sisa material bangunan serta gundukan tanah, bekas galian dan lain sebagainya.

2. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)


2.2.1. Lingkup kerja
a. Pekerjaan ini mencakup ketentuan-ketentuan penanganan keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) konstruksi kepada setiap orang yang berada di tempat
kerja yang berhubungan dengan pemindahan bahan material, penggunaan
peralatan kerja konstruksi, dan lingkungan sekitar tempat kerja.
b. Penanganan K3 mencakup penyediaan sarana pencegah kecelakaan kerja
dan perlindungan kesehatan kerja konstruksi maupun penyediaan personil
yang kompeten dan organisasi pengendalian K3 Konstruksi sesuai dengan
tingkat risiko yang ditetapkan.
c. Penyedia Jasa harus mengikuti ketentuan-ketentuan pengelolaan K3 yang
tertuang dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
No.05/PRT/M/2014 dan No.02/PRT/M/2018 atau perubahannya (jika ada)
tentang Pedoman Sistem Manjemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum, serta peraturan terkait lainnya.

2.2.2. Sistem Manajemen K3 Konstruksi.


a. Penyedia Jasa harus membuat, menerapkan, dan memelihara prosedur untuk
identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendaliannya secara
berkesinambungan sesuai dengan Rencana Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Konstruksi (RK3K) yang telah disetujui.
b. Penyedia Jasa wajib melengkapi RK3K dengan rencana penerapan K3
Konstruksi untuk seluruh tahapan pekerjaan.
c. Penyedia Jasa wajib mempresentasikan RK3K pada rapat persiapan
pelaksanaan pekerjaan konstruksi untuk disahkan dan ditanda tangani oleh
Wakil Pengguna Jasa sesuai ketentuan Permen PUPR No.05/PRT/M/2014 dan
No.02/PRT/M/2018 atau perubahannya (jika ada) tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang
Pekerjaan Umum.
d. Penyedia Jasa bersama dengan Pengawas Pekerjaan melakukan inspeksi K3
Konstruksi secara periodik dalam laporan harian, mingguan dan/atau bulanan.
e. Penyedia Jasa segera melakukan tindakan perbaikan yang diperlukan
terhadap ketidaksesuaian yang ditemukan pada saat inspeksi K3 Konstruksi.
Hasil inspeksi K3 Konstruksi disampaikan oleh Penyedia Jasa kepada
Pengawas Pekerjaan.
f. Penyedia Jasa haras melakukan tinjauan ulang terhadap RK3K (pada bagian
yang memang perlu dilakukan kaji ulang) secara berkesinambungan selama
pelaksanaan pekerjaan konstruksi berlangsung.
g. Penyusunan Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi (RK3K)
mengacu pada spesifikasi sebagai berikut :
h. Biaya Penyelenggaraan Sistem Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan
Kerja mengacu pada :
i. Pejabat Pembuat Komitmen memberi surat peringatan secara bertahap kepada
Penyedia Jasa apabila Penyedia Jasa tidak melaksanakan RK3K yang telah
ditetapkan, sesuai ketentuan Permen PUPR No.05/PRT/M/2014 dan
No.02/PRT/M/2018 atau perubahannya (jika ada) tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang
Pekerjaan Umum.
j. Pejabat Pembuat Komitmen menghentikan bagian pekerjaan yang dinilai
berisiko K3 apabila peringatan ke-2 tidak ditindaklanjuti oleh Penyedia Jasa,
k. Segala risiko kerugian akibat penghentian pekerjaan sebagaimana di atas
menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa dan bukan merupakan Peristiwa
Kompensasi.

3. Pekerjaan Persiapan
3.3.1. Papan Nama Proyek
Pelaksanaan pekerjaan
a. Penyedia Jasa diwajibkan memasang papan nama proyek di tempat lokasi
kegiatan yang mudah dilihat umum.
b. Pemasangan papan nama pekerjaan dilakukan pada saat dimulainya
pelaksanaan pekerjaan.
c. Bentuk papan nama pekerjaan, ukuran, isi dan warnanya ditentukan
kemudian, yang dikoordinasikan terlebih dahulu dengan Direksi Teknis.
3.3.2. Listrik Kerja dan Air Kerja
1). Lingkup pekerjaan
Pekerjaan pengadaan listrik kerja dan air kerja merupakan pekerjaan
pengadaan air untuk pelaksanaan pekerjaan dan pengadaan listrik untuk
pelaksanaan pekerjaan serta untuk penerangan lokasi di malam hari,
pekerjaan ini tidak masuk dalam penawaran namun menjadi kewajiban
penyedia barang dan jasa dalam pengadaannya, untuk kelancaran pekerjaan.
2). Pelaksanaan pekerjaan
i. Pengadaan air kerja dengan pengadaan pompa air untuk mengambil air
bersih pada sumur exsisting yang ada.
ii. Air bersih ditampung menggunakan bak penampung air (drum) untuk
pelaksanaan pekerjaan serta untuk air kebutuhan direksi.
iii. Pengadaan listrik kerja dengan pemasangan listrik sementara dari PLN
atau boleh menggunakan Genset berkapasitas cukup digunakan untuk
kelancaran pekerjaan serta penerangan lokasi site.
iv. Lampu-lampu penerangan site dipasang permanen sampai selesainya
pekerjaan.

3.3.3. Kantor Sementara/Direksi Keet


1). Lingkup pekerjaan
Pekerjaan pembuatan kantor sementara/Direksi Keet adalah pekerjaan
penyediaan kantor di lokasi proyek sebagai sarana untuk pengawasan,
evaluasi dan koordinasi proyek, pekerjaan ini tidak masuk dalam penawaran
namun menjadi kewajiban penyedia barang dan jasa dalam pengadaannya,
untuk kelancaran pekerjaan.
2). Pelaksanaan pekerjaan
i. Kantor sementara/Direksi Keet merupakan bangunan dengan konstruksi
rangka kayu, lantai diplester, penutup pintu/jendela secukupnya untuk
penghawaan/pencahayaan. Ukuran luas kantor disesuaikan dengan
kebutuhan dengan tidak mengabaikan keamanan dan kebersihan serta
dilengkapi dengan pemadam kebakaran.
ii. Perlengkapan-perlengkapan kantor harus disediakan Penyedia Jasa
konstruksi untuk menunjang kinerja dan keamanan saat proyek
berlangsung.
iii. Setelah proyek selesai barang tersebut menjadi milik penyedia Jasa
konstruksi.

3.3.4. Pekerjaan Pembersihan Lokasi


a. Lingkup pekerjaan
Pekerjaan pembersihan lokasi adalah pekerjaan pembersihan lokasi proyek
yang ditunjukkan pada gambar rencana hingga lokasi proyek siap untuk
pekerjaan selanjutnya.
b. Pelaksanaan pekerjaan
1). Lokasi proyek harus dibersihkan dari rumput, semak, akar-akar pohon.
2). Segala macam sampah-sampah dan barang-barang bekas bongkaran
harus dikeluarkan dari lokasi proyek, dan tidak dibenarkan untuk ditimbun
di luar pagar proyek meskipun untuk sementara.

3.3.5. Penyediaan Alat-alat Pemadam Kebakaran, Keselamatan Kerja


Selama pembangunan berlangsung, penyedia Jasa konstruksi wajib
menyediakan tabung alat pemadam kebakaran (fire extinguisher) lengkap dengan
isinya, dengan jumlah minimal 3 (tiga) tabung, masing-masing tabung
berkapasitas 3.5 kg. Penyedia Jasa konstruksi harus menyediakan Peralatan
P3K, helm pengaman, sabuk pengaman, masker, sepatu lapangan dan alat-alat
keselamatan kerja lainnya yang dipandang perlu selama proses pekerjaan.

3.3.6. Pemasangan Rambu-Rambu


Selama pembangunan berlangsung penyedia Jasa Konstruksi wajib memasang
rambu-rambu petunjuk maupun peringatan, seperti rambu peringatan berhati-hati
karena lokasi akses keluar masuk kendaraan proyek dan lain-lain.

4. Pekerjaan Cut & Fill


4.4.1. Lingkup Kerja
Pekerjaan Cut dan Fill meliputi pekerjaan galian tanah untuk halaman/landscape,
galian basement dan lingkungan bangunan setempat.

4.4.2. Pelaksanaan Pekerjaan :


Metode ini biasa disebut juga metode konvesional dan merupakan metode yang
paling sederhana. Pada metode ini, dilakukan penggalian dari permukaan tanah
hingga ke dasar galian dengan sudut lereng galian tertentu ( slope angel ) dan
tanpa menggunakan retaining wall. Selanjutnya pekerjaan konstruksi basement
akan dikerjakan dari dasar galian berlanjut ke atas ( bottom-up ). Setelah
pekerjaan basement selesai, maka lubang galian dapat ditimbun atau diurug
kembali ( back fill ).
Metode ini biasanya digunakan pada proyek yang mempunyai lahan yang cukup
luas, dimana galian basement terletak ditengah-tengah site, sehingga tidak
berbatasan langsung dengan bangunan tetangga ( existing building ) dan jumlah
lantai basement kurang dari dua lantai atau semi basement. Metode ini juga
disarankan untuk dilakukan di wilayah perkotaan atau galian basement yang
berbatasan langsung dengan bangunan tetangga. Adapun peralatan yang
digunakan dalam pekerjaan ini adalah Exavator ,Stamper dll.

5. Pekerjaan Tanah dan Urugan


5.5.1. Lingkup Kerja
Pekerjaan Tanah dan Urugan meliputi pekerjaan galian tanah, urug kembali
tanah bekas galian, urugan pasir bawah pondasi menerus, Pile Cap dan dasar
lantai, urugan tanah mendatangkan, serta pemadatan tanah.

5.5.2. Pelaksanaan Pekerjaan :


a Pekerjaan galian tanah pondasi
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan galian tanah
pondasi meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal
pelaksanaan dan alur pekerjaan untuk mendapat persetujuan dari Direksi
Teknis dan Konsultan Pengawas, disertai gambar shop drawing.
2). Kedalaman dan lokasi yang akan di gali harus sesuai dengan gambar
perencanaan.
3). Penempatan tanah bekas galian penempatan nya tidak boleh
mengganggu pekerjaan lain.
4). Untuk tanah bekas galian yang akan digunakan untuk pengurugan
kembali bekas galian harus ditempatkan pada tempat yang tidak
mengganggu pekerjaan.
5). Untuk pekerjaan urug kembali bekas galian harus dipadatkan
mengunakan alat pemadat sehingga tanah bekas galian memenuhi tanah
padat yang sempurna.
b Pekerjaan urugan pasir.
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja urugan pasir meliputi volume
pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur
pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai disertai hasil
pengujian material untuk mendapat persetujuan dari Direksi Teknis dan
Konsultan Pengawas, di sertai gambar shop drawing.
2). Pasir yang digunakan harus memenuhi gradasi yang disyaratkan,
ketebalan harus sesuai dengan yang direncanakan, atau pasir setempat
yang telah memenuhi hasil pengujian material. Pasir harus bebas dari
bahan-bahan organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya, jumlah
kandungan bahan ini maksimal 5% dan tidak mengandung garam.
3). Pasir yang digunakan menggunakan pasir (sirtu).
4). Urug pasir harus dipadatkan menggunakan stamper secara bertahap
(setiap 30 cm).
c Pekerjaan urugan tanah
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan urugan tanah dan
pemadatannya meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat,
jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan untuk mendapat persetujuan dari
Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas, disertai gambar shop drawing.
2). Kedalaman dan lokasi yang akan ditimbun harus sesuai dengan gambar
perencanaan.
3). Tanah yang didatangkan, penempatannya tidak boleh mengganggu
pekerjaan lain dan harus disetujui Konsultan Pengawas dan Direksi
Teknis terlebih dahulu.

4). Pemadatan tanah menggunakan alat pemadat/stamper. Pemadatan


dilakukan setiap ketebalan urugan 20 cm.

6. Pekerjaan Pondasi Batu Kali Hitam.


6.6.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan pondasi batu merupakan pekerjaan pasangan batu belah hitam,
meliputi pekerjaan pemasangan pondasi batu belah hitam menerus sesuai dengan
ukuran dan profil pada gambar rencana hingga pekerjaan selanjutnya bisa
dilaksanakan.

6.6.2. Pekerjaan pasangan batu belah hitam


a. Pelaksanaan pekerjaan
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan pondasi batu belah
hitam meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal
pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai
disertai hasil pengujian material untuk mendapat persetujuan dari Direksi
Teknis dan Konsultan Pengawas, di sertai gambar shop drawing.
2). Pekerjaan pasangan harus dimulai dengan membuat profil-profil pondasi
dari kayu/bambu pada ujung galian dengan bentuk dan ukuran sesuai
dengan penampang pondasi.
3). Permukaan dasar pondasi harus ditimbun dengan pasir dengan ketebalan
sesuai gambar rencana dan dipadatkan.
4). Spesi pasangan batu belah hitam menggunakan campuran dengan
perbandingan 1 PC : 5 pasir.
5). Pasangan batu dipasang lurus mengikuti benang yang diikatkan pada
profil yang sudah dibuat, sehingga menghasilkan pasangan batu yang
lurus dan rapi.
6). Untuk pembesian sloof, dibuat stek-stek per jarak 1 m sedalam 30 cm ke
dalam pasangan pondasi batu kali untuk memberikan ikatan pada sloof
dan pasangan batu kali.

6.6.3. Material
a. Semen
1). Semen yang dipakai adalah semen jenis Portland Cement (PC) “ HOLCIM,
TIGA RODA, GRESIK “,
2). Harus dipakai 1 (satu) merek semen untuk seluruh pekerjaan.
3). Semen harus didatangkan dalam zak yang utuh/tidak pecah, tidak terdapat
kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak.
4). Semen masih harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras).
5). Penyimpanan semen tidak akan segera digunakan harus menjamin mutu
semen, dengan menyediakan tempat penyimpanan yang kedap air dan
tetutup rapat.
6). Semen yang sudah disimpan lebih dari 6 bulan sejak dibuat perlu diuji
sebelum digunakan, jika sudah rusak harus ditolak.
b. Batu belah hitam
1). Batu belah yang digunakan adalah batu hitam pecah, tidak retak, warna
hitam merata dengan permukaan mengkilap.
2). Ukuran batu kali belah maksimal 20 cm.

c. Agregat halus
1). Pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam, kuat dan bersudut.
2). Bebas dari bahan-bahan organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya,
jumlah kandungan bahan ini maksimal 5% dan tidak mengandung garam.
3). Mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik dengan ditunjukan
dengan nilai Modulus halus butir antara 1,50-3,80.
4). Pasir harus dalam keadaan jenuh kering muka.

7. Pekerjaan Pasangan Bata


7.7.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan pasangan bata adalah pekerjaan pasangan bata seperti ditunjukkan
gambar rencana yang berfungsi sebagai dinding penutup ruangan hingga
terbentuk pasangan bata yang sempurna untuk difinishing lebih lanjut, juga
meliputi pekerjaan pasangan bata yang lain seperti yang ditunjukkan pada gambar
rencana.

7.7.2. Standar :
a. SK SNI S-03-1994-03 (Spesifikasi Peralatan Pemasangan Dinding Bata dan
Plaster
b. an). Atau Produk lokal yang telah memenuhi standar uji material.
c. Pt T-03-2000-C (Tata Cara Pengerjaan Pasangan dan Plasteran Dinding).
d. SNI 03-6387-2000 (Spesifikasi Kapur Kembang untuk Bahan Bangunan).
e. SK SNI S-04-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan
Bangunan Bukan Logam).
f. SK SNI S-02-1994-04 (Spesifikasi Agregat Halus Untuk Pekerjaan Adukan dan
Plesteran Dengan Bahan Dasar Semen).

7.7.3. Pelaksanaan Pekerjaan


1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan pasangan bata
meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan
dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai untuk mendapat
persetujuan dari Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas, di sertai gambar
shop drawing.
2). Penyedia Jasa konstruksi harus memeriksa detil-detil denah, ketinggian
dinding, dikoordinasikan dengan gambar pekerjaan-pekerjaan ME.
3). Sebelum melaksanakan pekerjaan harus jelas terlebih dahulu mengenai
bagian pekerjaan yang akan dilaksanakan:
 Tinggi dan lebar bukaan untuk pintu dan jendela.
 Perkuatan tambahan untuk opening yang lebar
 Opening untuk access panel, ducting, dll.
4). Pasangan bata yang digunakan adalah pasangan ½ bata dan pasangan 1
bata (ditunjukkan pada gambar kerja dan mengacu pada volume item
pekerjaan yang ada).
5). Campuran spesi yang 1 PC : 3 Ps untuk dinding transraam dan rollag, dan
campuran spesi 1 PC : 6 Ps untuk pasangan bata biasa, ketebalan adalah ½
bata, sesuai dengan gambar rencana.
6). Pengadukan spesi harus dilakukan dengan molen pengaduk spesi.
7). Bata harus di rendam agar jenuh air agar tidak menyerap air dari campuran.

8). Penyedia Jasa konstruksi harus menjamin pasangan bata horizontal dengan
alat bantu profil kayu lot pengukur ketegakan pasangan dan benang.
9). Ketebalan spesi diusahakan sama pada arah vertikal dan horisontal.
10). Pemasangan dinding batu bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri
maksimum 24 lapis setiap harinya, diikuti dengan cor kolom praktis.
11). Bidang dinding yang luasnya lebih besar dari 12 m2 ditambahkan kolom dan
balok penguat (kolom praktis) dengan ukuran 11 x 11 cm, dengan tulangan
pokok 4 diameter 10 mm, beugel diameter 8 mm jarak 175 cm. Kolom praktis
dicor pada setiap ketinggian 1 m.
12). Pembuatan lubang pada pasangan untuk perancah/steiger sama sekali tidak
diperkenankan.
13). Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah dua melebihi dari 5
%. Bata yang patah lebih dari 2 tidak boleh digunakan.
14). Setelah bata terpasang, nad/siar-siar harus dikerok sedalam 1 cm dan
dibersihkan dengan sapu lidi dan kemudian disiram air.

7.7.4. Material
a. Semen
1). Semen yang dipakai adalah semen jenis Portland Cement (PC) “ HOLCIM,
TIGA RODA, GRESIK “
2). 1 (satu) merek semen untuk seluruh pekerjaan.
3). Semen harus didatangkan dalam zak yang utuh/tidak pecah, tidak terdapat
kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak.
4). Semen masih harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras).
5). Penyimpanan semen tidak akan segera digunakan harus menjamin mutu
semen, dengan menyediakan tempat penyimpanan yang kedap air dan
tetutup rapat.
6). Semen yang sudah disimpan lebih dari 6 bulan sejak dibuat perlu diuji
sebelum digunakan, jika sudah rusak harus ditolak.

b. Batu bata
1). Batu bata merah yang digunakan batu bata yang mempunyai warna merah
menyala yang menunjukkan kesempurnaan pada waktu pembakaran. Untuk
bata berongga untuk dinding ekspose menggunakan bata khusus untuk
dinding ekspose.
2). Batu bata tidak boleh retak diuji dengan memukulkan dua buah batu bata,
suara yang nyaring menunjukkan batu bata tidak retak.
3). Batu bata harus keras, tidak mudah tergores, dan padat (tidak banyak pori-
pori).
4). Sisi-sisinya bersudut tajam dan kuat tidak dapat dikorek dengan tangan,
berpermukaan rata dan tidak menampakkan retak-retak merugikan.
5). Tidak boleh mengandung garam yang dapat larut sedemikian banyaknya
sehingga pengkristalannya dapat mengakibatkan lebih dari 40% permukaan
bata tebal oleh bercak-bercak putih.
6). Batu Bata yang Digunakan ukuran 5x11x23 cm.

c. Pasir
1). Pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam, kuat dan bersudut.
2). Bebas dari bahan-bahan organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya,
jumlah kandungan bahan ini maksimal 5% dan tidak mengandung garam.
8. Pekerjaan Pasangan Bata Ringan.
8.8.1. Lingkup pekerjaan
Pekerjaan pasangan bata ringan adalah pekerjaan pasangan bata ringan seperti
ditunjukkan gambar rencana yang berfungsi sebagai dinding penutup ruangan
hingga terbentuk pasangan bata ringan yang sempurna untuk difinishing lebih
lanjut, juga meliputi pekerjaan pasangan bata ringan yang lain seperti yang
ditunjukkan pada gambar rencana.

8.8.2. Standar :
a. SK SNI S-03-1994-03 (Spesifikasi Peralatan Pemasangan Dinding Bata dan
Plasteran). Atau Produk lokal yang telah memenuhi standar uji material.
b. Pt T-03-2000-C (Tata Cara Pengerjaan Pasangan dan Plasteran Dinding).
c. SNI 03-6387-2000 (Spesifikasi Kapur Kembang untuk Bahan Bangunan).
d. SK SNI S-04-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan
Bangunan Bukan Logam).
e. SK SNI S-02-1994-04 (Spesifikasi Agregat Halus Untuk Pekerjaan Adukan dan
Plesteran Dengan Bahan Dasar Semen).

8.8.3. Material
a. Bata Ringan ukuran 60x20x10 cm merek Citicon, Grand Elephant, Blesscon
b. Semen instan pasangan dinding dan plesteran merek MU-380
c. Plasteran dinding menggunakan MU-300
d. Semen instan untuk acian merek MU-200

8.8.4. Spesifikasi teknis material


a. Ukuran panjang 60cm, tinggi 20cm, dengan tebal 10cm.
b. Berat jenis normal : 650 kg/m3
c. Kuat tekan : > 4,0 N/mm2
d. Konduktifitas termis : 0,14 W/mK
e. Tebal spesi : 3 mm (dengan semen instan), 5 mm (dengan semen biasa)
f. Ketahanan terhadap api : 4 jam
g. Jumlah kebutuhan bata ringan per 1 m2 : 8 – 9 buah

8.8.5. Pelaksanaan pekerjaan


1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan pasangan bata
meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan
dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai untuk mendapat
persetujuan dari Direksi Teknis dan Konsultan Management Konstruksi, di
sertai gambar shop drawing.
2). Penyedia Jasa konstruksi harus memeriksa detil-detil denah, ketinggian
dinding, dikoordinasikan dengan gambar pekerjaan-pekerjaan ME.
3). Sebelum melaksanakan pekerjaan harus jelas terlebih dahulu mengenai
bagian pekerjaan yang akan dilaksanakan:
 Tinggi dan lebar bukaan untuk pintu dan jendela.
 Perkuatan tambahan untuk opening yang lebar
 Opening untuk access panel, ducting, dll.
4). Pasangan batu bata ringan, dengan menggunakan aduk MU-380.
5). Setelah bata terpasang dengan aduk, nad/siar-siar harus dikerok rata dan
dibersihkan dengan sapu lidi dan kemudian disiram air.
6). Pasangan dinding bata ringan sebelum diplester dengan MU-300 harus
dibasahi dengan air terlebih dahulu dan siar-siar telah dikerok serta
dibersihkan.
7). Setelah pekerjaan plesteran selesai tidak diperkenankan untuk langsung
diaci atau di pasang keramik dinding, tunggu 48 jam setelah kelembaban air
keluar dalam dinding/berkeringat kering, dapat dilakukan pekerjaan acian
dengan MU-200 atau pemasangan keramik dinding.
8). Pemasangan dinding bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri maksimum
8-10 lapis setiap harinya, diikuti dengan cor kolom praktis.
9). Bidang dinding 1/2 batu yang luasnya lebih besar dari 12 m2 ditambahkan
kolom dan balok penguat (kolom praktis) dengan ukuran 10 x 10 cm,
dengan tulangan pokok 4 diameter 10 mm, beugel diameter 6 mm jarak 20
cm.
10). Pembuatan lubang pada pasangan untuk perancah/steiger sama sekali tidak
diperkenankan.
11). Pembuatan lubang pada pasangan bata ringan yang berhubungan dengan
setiap bagian pekerjaan beton (kolom) harus diberi penguat stek-stek besi
beton diameter 6 mm jarak 75 cm, yang terlebih dahulu ditanam dengan
baik pada bagian pekerjaan beton dan bagian yang ditanam dalam
pasangan bata ringan sekurang-kurangnya 30 cm kecuali ditentukan lain.
12). Tidak diperkenankan memasang bata ringan yang patah 2 (dua) melebihi
dari 2 %. Bata yang patah lebih dari 2 tidak boleh digunakan.
13). Pasangan bata untuk dinding 1/2 batu harus menghasilkan dinding finish
setebal 13 cm dan untuk dinding 1 batu finish adalah 25 cm. Pelaksanaan
pasangan harus cermat, rapi dan benar-benar tegak lurus.

9. Pekerjaan Plesteran dan Acian


9.9.1. Lingkup Pekerjaan :
Pekerjaan plesteran dan
acian adalah semua pekerjaan plesteran dan acian pada semua permukaan bata
dan beton atau yang ditunjukkan pada gambar, hingga terbentuk permukaan
yang siap difinishing lebih lanjut.

9.9.2. Standar :
a. SK SNI S-03-1994-03 (Spesifikasi Peralatan
Pemasangan Dinding Bata dan Plesteran).
b. Pt T-03-2000-C (Tata Cara Pengerjaan
Pasangan dan Plesteran Dinding).
c. SNI 03-6387-2000 (Spesifikasi Kapur
Kembang untuk Bahan Bangunan).
d. SK SNI S-04-1989-F (Spesifikasi Bahan
Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan Bukan Logam)).
e. SK SNI S-02-1994-04 (Spesifikasi Agregat
Halus Untuk Pekerjaan Adukan dan Plesteran Dengan Bahan Dasar Semen).
9.9.3. Material
a. Semen
1). Semen yang dipakai adalah semen jenis Portland Cement (PC) “
HOLCIM, TIGA RODA, GRESIK “.
2). 1 (satu) merek semen untuk seluruh pekerjaan.
3). Semen harus didatangkan dalam zak yang utuh/tidak pecah, tidak
terdapat kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak.
4). Semen masih harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras).
5). Penyimpanan semen tidak akan segera digunakan harus menjamin mutu
semen, dengan menyediakan tempat penyimpanan yang kedap air dan
tetutup rapat.
6). Semen yang sudah disimpan lebih dari 6 bulan sejak dibuat perlu diuji
sebelum digunakan, jika sudah rusak harus ditolak.
b. Pasir
1). Pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam, kuat dan bersudut.
2). Bebas dari bahan-bahan organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya,
jumlah kandungan bahan ini maksimal 5% dan tidak mengandung garam.

9.9.4. Pelaksanaan
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan plesteran dan acian
meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal
pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai
untuk mendapat persetujuan dari Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas,
di sertai gambar shop drawing.
2). Sebelum memulai pekerjaan, pekerjaan pipa-pipa dan conduit mekanikal
dan elektrikal harus sudah selesai.
3). Pemasangan pipa-pipa dan conduit harus cukup dalam dan kuat tertanam
sehingga tidak menimbulkan retak pada plesteran yg sudah jadi.
4). Campuran/bahan dibuat menggunakan mixer selama 3 menit dan
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
 Untuk bidang kedap air, beton, pasangan dinding batu bata yang
berhubungan dengan udara luar, dan semua pasangan batu bata di
bawah permukan tanah sampai ketinggian 50 cm dari permukaan lantai
dan 150 cm dari permukaan lantai toilet dan daerah basah lainnya
dipakai adukan plesteran 1 Pc : 3 Ps. Untuk plesteran lainnya
digunakan campuran adukan 1 Pc : 6 Ps.
 Plesteran halus (acian) dipakai campuran PC dan air sampai
mendapatkan campuran yang homogen, acian dapat dikerjakan
sesudah plesteran berumur 8 hari (kering benar), untuk adukan
plesteran finishing harus ditambah dengan addivite plamix dengan
dosis 200-250 gram plamix untuk setiap 40 kg semen.
 Semua jenis adukan perekat tersebut di atas harus disiapkan
sedemikian rupa sehingga selalu dalam keadaan baik dan belum
mengering, diusahakan agar jarak waktu pencampuran aduk perekat
tersebut dengan pemasangannya tidak melebihi 30 menit terutama
untuk adukan kedap air.
 Untuk dinding tertanam di dalam tanah harus diplester dengan
memakai spesi kedap air.
 Plesteran pada sambungan antara beton dan bata harus diberi kawat
ayam.
 Pasangan kepala plesteran dibuat pada jarak 1 m, dipasang tegak dan
menggunakan keping-keping plywood setebal 9 mm untuk patokan
kerataan bidang, pelaksanaan plesteran tidak boleh melebihi 2 hari
setelah dibuat kepalaan.
 Untuk beton sebelum diplaster permukannya harus dibersihkan dari
sisa-sisa bekisting dan kemudian dikretek (scrath) terlebih dahulu dan
semua lubang-lubang bekas pengikat bekisting atau form tie harus
tertutup aduk plester.
 Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding/
kolom yang dinyatakan dalam gambar, atau sesuai peil-peil yang
diminta gambar. Tebal plasteran minimum 1.5 cm, jika ketebalan
melebihi 2,5 cm harus diberi kawat ayam untuk membantu dan
memperkuat daya lekat dari plesterannya pada bagian pekerjaan yang
diizinkan .
 Untuk permukaan yang datar, harus mempunyai toleransi lengkung
atau cembung bidang tidak melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2 m. Jika
melebihi, Penyedia Jasa konstruksi berkewajiban memperbaikinya
dengan biaya atas tanggungan Penyedia Jasa konstruksi.
 Tidak diperbolehkan adanya pertemuan antar dinding atau dengan
lantai yang membentuk sudut.
 Semua bidang yang akan menerima bahan (finishing) pada
permukaannya diberi alur-alur garis horizontal atau dikretek (scrath)
untuk memberi ikatan yang lebih baik terhadap bahan finishingnya,
kecuali untuk menerima cat.
 Untuk setiap permukaan bahan yang berbeda jenisnya yang bertemu
dalam satu bidang datar, harus diberi naat (tali air) dengan ukuran
lebar 0,7 cm dalamnya 0,5 cm, kecuali bila ada petunjuk lain di dalam
gambar.
 Kelembaban plasteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung
wajar/tidak terlalu tiba-tiba dengan membasahi permukaan plasteran
setiap kali terlihat kering dan melindungi dari terik panas matahari
langsung dengan bahan-bahan penutup yang bisa mencegah
penguapan air secara cepat.
 Plasteran harus mendapatkan curing minimal 1x sehari selama 3 hari.
 Untuk bidang pasangan dinding batu bata dan beton bertulang yang
akan difinish dengan cat dipakai plesteran halus (acian di atas
permukaan plasterannya).
 Plesteran harus sudah berumur 3 hari sebelum di-aci.
 Acian harus rata/tdk bergelombang dengan ketebalan acian 2 mm atau
maksimal 3 mm.
 Bahan acian menggunakan bahan PC.
 Acian harus di curring minimal 1x sehari selama 7 hari.
 Jika terjadi keretakan sebagai akibat pengeringan yang tidak baik,
plasteran harus dibongkar kembali dan diperbaiki sampai dinyatakan
dapat diterima oleh Konsultan Pengawas dengan biaya atas
tanggungan penyedia Jasa konstruksi. Selama 7 (tujuh) hari setelah
pengacian selesai penyedia Jasa konstruksi harus selalu menyiram
dengan air, sampai jenuh sekurang-kurangnya 2 kali setiap hari.

10. Pekerjaan Plesteran MU-300 Dan Acian Bata Ringan MU-200.


10.10.1. Lingkup pekerjaan
Pekerjaan plesteran dan acian adalah semua pekerjaan plesteran dan acian
pada semua permukaan bata ringan dan beton atau yang ditunjukkan pada
gambar, hingga terbentuk permukaan yang siap di finishing lebih lanjut.
10.10.2. Standar :
a. SK SNI S-03-1994-03 (Spesifikasi Peralatan
Pemasangan Dinding Bata dan Plesteran).
b. Pt T-03-2000-C (Tata Cara Pengerjaan
Pasangan dan Plesteran Dinding).
c. SNI 03-6387-2000 (Spesifikasi Kapur
Kembang untuk Bahan Bangunan).
d. SK SNI S-04-1989-F (Spesifikasi Bahan
Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan Bukan Logam)).
e. SK SNI S-02-1994-04 (Spesifikasi Agregat
Halus Untuk Pekerjaan Adukan dan Plesteran Dengan Bahan Dasar Semen).

10.10.3. Material
a. Semen instan pasanagn dinding dan
plesteran merek MU-300.
b. Semen instan untuk acian merek MU-200

10.10.4. Pelaksanaan
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari,
penyedia Jasa konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan
plesteran dan acian meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat,
jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan
dipakai untuk mendapat persetujuan dari Direksi Teknis dan Konsultan
Management Konstruksi, di sertai gambar shop drawing.
2). Sebelum memulai pekerjaan, pekerjaan pipa-pipa dan conduit
mekanikal dan elektrikal harus sudah selesai.
3). Pemasangan pipa-pipa dan conduit harus cukup dalam dan kuat
tertanam sehingga tidak menimbulkan retak pada plesteran yg sudah jadi.
4). Siapkan tempat kerja dan permukaan yang hendak diaci.
5). Bersihkan dasar permukaan yang akan diaci dari serpihan,
kotoran dan minyak yang dapat mengurangi daya rekat adukan.
6). Jika terlalu kering, basahi dasar permukaan yang akan diaci
dengan air.
7). Tuang air kedalam bak adukan sebanyak 12,5 – 13,0 liter untuk
tiap kantong MU-200 (40 kg).
8). Masukan adukan kering MU-200 kedalam bak adukan.
9). Aduk campuran di atas hingga rata.
10). Pengacian dilakukan secara manual sebagaimana umumnya yang
kemudian diratakan dengan jidar panjang.
11). Tebal acian yang di anjurkan adalah 1,5 – 3,0 mm, tergantung
kerataan dasar permukaannya.
12). Tidak perlu digosok dengan kertas semen, amplas atau
sejenisnya.

11. Pekerjaan Waterproofing.


11.11.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan waterproofing meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan / material,
peralatan / alat-alat bantu, termasuk pengangkutan yang diperlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan ini. Area yang di waterproofing adalah yang
tercantum dalam Gambar Kerja dan sesuai arahan Konsultan Pengawas.

11.11.2. Spesifikasi Bahan / Material


1. Kontraktor wajib mengajukan contoh dari semua bahan, brosur lengkap
dan jaminan dari pabrik, kecuali bahan yang disediakan oleh proyek.
2. Tipe waterproofing atau bahan waterproofing adalah waterproofing coating
merek Sika,
3. Contoh bahan yang digunakan harus diserahkan kepada Tim Teknis /
Konsultan Pengawas sebanyak minimal 2 (dua) produk yang setara dari
berbagai merek pembuatan atau kecuali ditentukan lain oleh Tim Teknis /
Konsultan Pengawas.
4. Keputusan bahan jenis, warna, texture dan merek yang memenuhi
spesifikasi akan diputuskan oleh Tim Teknis / Konsultan Pengawas dan
akan diinformasikan kepada Kontraktor selama tidak lebih dari 7 (tujuh) hari
kalender setelah penyerahan contoh-contoh bahan tersebut
5. Atas sepengetahuan Tim Teknis / Konsultan Pengawas dengan dilengkapi
bukti tertulis bahwa Kontraktor harus memberikan jaminan / garansi atas
produk yang digunakan terhadap kemungkinan bocor, pecah dan cacat
lainnya, termasuk pengganti dan memperbaiki segala jenis kerusakan yang
terjadi. Jaminan yang diminta adalah jaminan dari pihak pabrik untuk mutu
material serta jaminan dari pihak pemasang (applicator) untuk mutu
pemasangan.

11.11.3. Syarat Pelaksanaan Pekerjaan


1. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 (dua) hari, Kontraktor
harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan waterproofing meliputi volume
pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur
pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai untuk mendapat
persetujuan dari Tim Teknis dan Konsultan Pengawas.
2. Bila ada perbedaan dalam hal apapun antar Gambar, Spesifikasi Teknis dan
lainnya, Kontraktor harus segera melaporkan kepada Tim Teknis / Konsultan
Pengawas sebelum pekerjaan dimulai.
3. Apabila dari bahan / material yang dipakai ada yang mengandung bahan
dasar yang beracun atau membahayakan kesehatan & keselamatan
manusia, maka Kontraktor harus menyediakan peralatan pelindung
misalnya: masker, sarung tangan dan sebagainya yang harus dipakai pada
waktu pelaksanaan pekerjaan.
4. Selama pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus diawasi oleh Tenaga Ahli /
Supervisi dari pabrik pembuat. Biaya untuk hal ini ditanggung oleh
Kontraktor, dan tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah. Prosedur
pelaksanaan harus sesuai dengan spesifikasi pabrik.
5. Permukaan bidang yang akan di waterproofing harus bersih dari material lain
dan sisa-sisa adukan yang dapat merusak daya rekatnya.
6. Apabila terdapat kerusakan yang disebabkan oleh kelalaian kontraktor baik
pada waktu pekerjaan ini dilaksanakan maupun pada saat pekerjaan telah
selesai, maka kontraktor harus memperbaiki / mengganti bagian yang rusak
tersebut sampai dinyatakan dapat diterima oleh Direksi. Biaya yang timbul
untuk pekerjaan perbaikan ini adalah tanggung jawab kontraktor.

11.11.4. Pelaksanaan Pekerjaan Waterproofing Coating


1. Membuat pinggulan pada bagian pertemuan lantai dengan dinding serta di
plester / aci bagian dinding yang naik ± 20 cm.
2. Menutupi bagian yang berlubang dan membuat langsam pada bagian yang
tidak sama tinggi dan lokasi lantai disarankan di trowel agar rata.

3. Apabila dinyatakan belum siap, pekerjaan belum dapat dilakukan mengingat


perapihan dan pinggulan tersebut sangat penting. Kalau kondisi belum siap
dan dipaksakan akan mengakibatkan kebocoran pada lokasi tersebut.
4. Lakukan pembersihan lokasi sampai bersih dari kotoran.
5. Dilakukan pemasangan waterproofing dengan system coating dengan alat
kuas pada lapisan I.
6. Setelah kering dilakukan coating lagi untuk lapisan II.
7. Setelah kering dilakukan test rendam minimal 1 x 24 jam.
8. Setelah test segera di proteksi dengan menggunakan screed.

12. Pekerjaan Beton Lantai Kerja.


12.12.1.Lingkup kerja
Pekerjaan beton adalah pekerjaan pembuatan beton lantai kerja sesuai dengan
gambar perencanaan.

12.12.2.Standar :
a. SNI M-26-1990-F (Metode Pengujian dan Pengambilan Contoh untuk
Campuran Beton Segar).
b. SK SNI M-62-1990-03 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji
Beton di Laboratorium).
c. SK SNI-T-15-1990-03 (Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal).
d. SK SNI T-28-1991-03 (Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton).
e. SK SNI S-18-1990-03 (Spesifikasi Bahan Tambahan Untuk Beton ).
f. SNI 03-4146-1996 (Metode Pengujian Slump Beton).
g. SNI 03 – 1974-1990 (Metode Pengujian Kuat Tekan Beton).
h. Pd-M-33-2000-03 (Metode Pengujian Mutu Air Untuk Digunakan dalam
Beton).
i. SK SNI S-04-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan
Bangunan Bukan Logam)).

12.12.3.Pelaksanaan pekerjaan
a. Pelaksanaan Cor Beton
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia
Jasa konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan, volume
pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur
pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai, untuk mendapat
persetujuan dari Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas, disertai
gambar shop drawing untuk pengecekan.
2). Campuran beton dengan kuat desak 7,4 Mpa ( K-100 ).
3). Alat kerja berupa mesin pengaduk, sekop, takaran material, dan alat
pengakutan adukan beton harus dalam kondisi siap pakai dan telah
disiapkan cadangannya.
4). Bila dilakukan pengecoran beton pada malam hari harus disediakan
penerangan yang cukup dan dipersiapkan pelindung hujan.
5). Pengadukan dilakukan dengan mesin pengaduk, untuk mendapatkan
beton yang homogen.
6). Adukan diangkut ke tempat penuangan sebelum semen mulai berhidrasi
dan selalu dijaga agar tidak ada bahan-bahan yang tumpah atau
memisah dari campuran.
7). Beton yang baru di cor harus dilindungi dari lalu lintas orang dan
meterial.
b. Material
1). Semen
 Semen yang dipakai adalah semen jenis Portland Cement (PC) “
HOLCIM, TIGA RODA, GRESIK “.
 Harus dipakai 1 (satu) merek semen untuk seluruh pekerjaan.
 Semen harus didatangkan dalam zak yang utuh/tidak pecah, tidak
terdapat kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak. Semen
harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras).
 Semen yang sudah disimpan lebih dari 6 bulan sejak dibuat perlu diuji
sebelum digunakan, jika sudah rusak harus ditolak.
2). Agregat kasar
 Agregat kasar berupa batu pecah (split) yang mempunyai susunan
gradasi yang baik, cukup syarat kekerasannya dan padat (tidak
porous), dengan tekstur permukaan kasar, butir-butirnya tajam, kuat
dan bersudut.
 Dimensi maksimum dari agregat kasar tidak lebih dari 4 cm dan tidak
lebih besar dari ¾ jarak bersih antar baja tulangan atau jarak baja
tulangan dengan cetakan dan tidak boleh lebih besar dari 1/3 tebal
plat.
 Kadar lumpur tidak boleh melebihi dari 1% berat kering dan tidak boleh
mengandung garam.
3). Agregat halus
 Pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam, kuat dan bersudut.
 Bebas dari bahan-bahan organis, lumpur, tanah lempung dan
sebagainya, jumlah kandungan bahan ini maksimal 5% dan tidak
mengandung garam.
 Mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik dengan ditunjukan
dengan nilai Modulus halus butir antara 1,50-3,80.
 Pasir harus dalam keadaan “jenuh kering muka”.
4). Air.
 Tidak mengandung lumpur atau benda melayang lainnya lebih dari 2
gram/liter.
 Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat
organik lainnya) lebih dari 15 gram/liter.
 Tidak mengandung khlorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter.
 Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.
 Apabila dipandang perlu, Konsultan Pengawas dapat minta kepada
penyedia Jasa konstruksi supaya air yang dipakai diperiksa di
laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya
penyedia Jasa konstruksi.

13. Pekerjaan Tiang Square Pile 30 x 30 cm.


13.13.1. Lingkup kerja
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan setting out (penentuan titik posisi tiang dilapangan
sesuai dengan gambar rencana), mobilisasi dan demobilisasi alat, pengadaan dan
pemancangan tiang pancang beton bertulang termasuk percobaan beban pada
tiang, penggalian setempat dan pemotongan kepala tiang. Panjang tiang yang
dicantumkan pada gambar adalah sebagai petunjuk untuk kontraktor, tetapi
kontraktor harus memutuskan panjang tiang yang sebenarnya yang diperlukan
untuk mencapai persyaratan pemancangan.
A. Pekerjaan yang berhubungan
Kontraktor bertanggung jawab atas fasilitas-fasilitas yang berkepentingan
untuk pekerjaan ini seperti jalan-jalan diproyek, tempat penumpukan tiang,
galian pada setiap titik, perlindungan terhadap fasilitas-fasilitas yang telah ada
seperti pipa air, kabel tilpon, kabel listrik, pipa gas, saluran-saluran umum dan
fasilitas-fasilitas lainnya baik yang berada dilokasi proyek maupun dilokasi
yang bersebelahan dengan proyek.
B. Pekerjaan yang termasuk
Pekerjaan Pondasi Tiang Pancang ini harus terdiri dari hal-hal berikut :
1. Penyediaan tiang pondasi dari beton precast.
2. Pengadaan perlengkapan termasuk tenaga kerja.
3. Pemancangan tiang pondasi.
4. Percobaan pembebanan tiang ( PDA test ).
5. Pemotongan kelebihan panjang dari tiang.

13.13.2. Standar
Sejumlah peraturan baku yang menjadi acuan di dalam penentuan
persyaratan teknis ini adalah :
Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung;
a. SNI 03-2847-2013
b. Pipa Baja untuk Pancang , SNI 8052:201
c. Standar Industri Indonesia (Sll)
d. American Concrete Institute (ACI)
e. American Welding Society (AWS)
f. American Society For Testing and Materials (ASTM)
g. British Standard Code of Practice BS-8004 and BS-8110

13.13.3. Material
Pondasi pada bangunan ini menggunakan pondasi tiang Square Pile 30 x 30 cm
beton precast dengan mutu beton K-350. Penempatan ditunjukkan dalam kerja.

13.13.4. Material
Berdasarkan dimensi tiang yang digunakan di dalam proyek ini maka alternatif alat
pancang yang dapat digunakan dalam pemancangan ini adalah: Diesel hammer
K-2,5 untuk tiang pancang Square Pile 30 x 30 cm. Semua alat kerja, seperti ring
pancang, diesel penggerak, hammer, helmet, cushion dan alat bantu lainnya yang
berkaitan dengan pekerjaan ini harus dalam kondisi prima sehingga mutu
pekerjaan maupun schedule yang ditentukan dapat tercapai.

13.13.5. Alat Pancang/Pile Driving Hammer


a. Pemborong harus menyediakan peralatan untuk pemancangan secara
lengkap sehingga semua persyaratan teknis yang diperlukan dapat dipenuhi.
b. Mesin pancang atau Hammer harus jenis Diesel Hammer, dan Steam
Hammer (single atau double acting). Mesin pancang drop hammer tidak
diperkenankan. Bila dipakai Diesel atau Steam hammer maka berat ram
minimum 2,5 Ton untuk Square Pile 30 x 30 cm.
c. Hammer harus dapat melakukan pemancangan secara kontinyu sampai
kedalaman yang direncanakan. Penghentian pemancangan sebelum
mencapai setting atau kedalaman rencana harus mendapat persetujuan
Direksi.
d. Alat pancang harus dilengkapi dengan ladder yang cukup panjang dan dapat
digerakan secara hydrolik atau mekanis, untuk menjamin pemancangan tiang
tegak dan tiang miring dapat dilaksanakan.

13.13.6. Pemancangan Tiang Pancang


a. Pekerjaan pemancangan hanya dapat dilakukan setelah dilaksanakannya
pekerjaan persiapan pemancangan yang terdiri dari:
1. Pekerjaan bathimetri dan pemetaan ulang untuk mengevaluasi kesesuaian
antara gambar rencana dengan kondisi lapangan;
2. Pekerjaan deep boring ulang (khusus pada pemancangan struktur baru)
untuk mengevaluasi kesesuaian antara data penyelidikan tanah lapangan
pada dokumen perencanaan dengan kondisi lapangan.
b. Pemancangan tiang pancang dilakukan dengan alat tersebut di atas dan bila
tidak memungkinkan dapat dilakukan pengeboran terlebih dahulu (preboring)
yang dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Direksi.
c. Urutan-urutan pemancangan tiang agar direncanakan sesuai kondisi
pekerjaan, sehingga pelaksanaan pemancangan dapat berjalan dengan
lancar dan baik serta tiang yang dipancang lebih dahulu tidak terganggu.
Pemborong harus mengajukan rencana kerja pemancangan kepada Direksi
untuk dievaluasi dan diberi persetujuan tertulis oleh Direksi.
d. Pada setiap titik pemancangan wajib dilakukan pencatatan terhadap koordinat
titik pancang, kedalaman pemancangan tiang pancang, serta kemiringan
tiang pancang sesuai dengan gambar desain rencana dan spesifikasi teknis
rencana.
e. Pemborong tidak diperkenankan memindahkan alat pancang dari kepala tiang
tanpa persetujuan Direksi.
f. Tiang hanya dipancang selama ada Direksi dan hanya tersedia fasilitas bagi
Direksi untuk memperoleh informasi pemancangan tiang yang diperlukan.
Meskipun demikian Pemborong tetap bertanggung jawab atas pekerjaan ini.
g. Pemborong harus memberitahu Direksi dengan segera apabila terjadi
perubahan yang tidak normal selama pemancangan tiang, Pemborong harus
berhati-hati untuk mencegah timbulnya gaya lateral pada tiang selama
pemancangan yang diakibatkan oleh alat pancang.
h. Tiang yang tidak dipakai akibat "over acting" atau tidak memenuhi toleransi
yang diijinkan, maka harus dibuat tiang ekstra yang dipancang di lokasi
tersebut, atas persetujuan Direksi.
i. Kalendering wajib dilakukan untuk setiap titik pancang sebagai penentuan
daya dukung tiang pancang berdasarkan dynamic formula (Hiley Formula)
dan panjangnya tiang pancang lebih lanjut.

j. Kalendering dilakukan bukan sebagai penentu berhentinya Final Set. Hanya


sebagai bentuk pencatatan, berapa kedalaman yang ditempuh oleh Tiang
Pancang pada sebuah titik.
k. Sebelum dipancang setiap tiang harus diberi tanda setiap interval 50 cm dan
100 cm yang dimulai dari kaki tiang agar dapat diketahui panjang tiang yang
terpancang.
l. Pemborong harus melakukan pencatatan pemancangan masing-masing
tiang, yang disampaikan kepada Direksi untuk dievaluasi. Hal-hal penting
yang harus dicatat meliputi:
1. Tanggal dan hari pemancangan.
2. Nomor tiang.
3. Panjang tiang.
4. Ukuran penampang.
5. Type hammer.
6. Berat ram.
7. Elevasi dasar tanah pada titik pancang.
8. Tiang masuk tanpa dipukul.
9. Benaman per interval jumlah pukulan atau sebaliknya ( jumlah
pukulan/100cm, 50cm, 25cm ).
10. Total set benaman.
11. Rebound ( cm ).
12. Tinggi jatuh hammer ( meter ).
13. Penyimpangan posisi / kemiringan dari rencana.
14. Hal-hal khusus yang ditemui pada waktu pemancangan.
15. Daya dukung tiang berdasarkan Hiley Formula.
16. Kapasitas Berat Hammer minimal yang digunakan untuk pekerjaan
pemancangan wajib disesuaikan dengan perhitungan Formula Hilley
yaitu sebesar setengah dari berat total tiang pencang per titik
ditambah 600 ( enam ratus ) kilogram ( W = 0,5P + 600 Kg ).
m. Pada kondisi kedalaman pemancangan telah dilakukan sesuai dengan
gambar rencana namun penetrasi pada 10 ( sepuluh ) pukulan terakhir masih
lebih besar dari 250 mm, maka tiang pancang yang terpancang tersebut wajib
didiamkan selama 2 x 24 jam untuk kemudian dilakukan PDA test dilengkapi
dokumentasi berupa foto dan video saat pemancangan. Hasil PDA test wajib
digunakan oleh pelaksana kegiatan ( PPK, Konsultan Supervisi, dan
Kontraktor Pelaksana ) untuk mengambil langkah sebagai berikut :
1. Apabila daya dukung tiang pancang terpancang berdasarkan hasil
PDA test lebih besar atau sama dengan daya dukung tiang pancang
yang dipersyaratkan pada spesifikasi teknis dan dokumen SID, maka
pekerjaan pemancangan dihentikan pada kedalaman tersebut dan
Hasil kalendering, PDA test, serta foto dan video pemancangan.
2. Apabila daya dukung tiang pancang terpancang berdasarkan hasil
PDA test lebih kecil dari daya dukung tiang pancang yang
dipersyaratkan pada spesifikasi teknis dan dokumen SID, pelaksana
kegiatan ( PPK, Konsultan Supervisi, dan Kontraktor Pelaksana ) pada
kesempatan pertama sebelum memutuskan untuk menambah
kedalaman pemancangan tiang pancang;
3. Pelaksana kegiatan ( PPK, Konsultan Supervisi, dan Kontraktor
Pelaksana ) wajib bertanggung jawab terhadap keseluruhan
pelaksanaan kegiatan pemancangan. Seluruh Tiang Pancang yang
telah terpancang wajib dicabut dan dipancang ulang sesuai dengan
gambar desain dengan biaya pekerjaan pemancangan ulang menjadi
tanggung jawab pelaksana kegiatan dan tidak diperkenankan
melakukan pembayaran melalui anggaran proyek apabila terjadi
kesalahan pemancangan akibat kelalaian pelaksana kegiatan antara
lain sebagai berikut :
 Deviasi koordinat pemancangan tiang pancang lebih besar dari
0,5 Ø (setengah dari diameter tiang pancang);
 Deviasi kemiringan bidang pemancangan tiang pancang lebih
besar dari 25% ( dua puluh lima persen );
 Deviasi kemiringan ruang pemancangan tiang pancang lebih
besar dari tujuh derajat;
 Deviasi kedalaman seabed pada suatu titik pancang lebih
besar dari 1,5 ( satu setengah ) meter atau deviasi kedalaman
seabed dapat menyebabkan konstruksi tersebut tidak lagi
dapat mengakomodir beban operasional dan beban gempa
berdasarkan pemodelan dan perhitungan struktur;
n. Kedalaman pemancangan tiang pancang harus sesuai dengan perhitungan
daya dukung tiang pancang dan beban maksimum yang diteruskan tiang ke
tanah berdasarkan perhitungan struktur;
o. Daya dukung tiang pancang harus dapat memenuhi daya dukung aksial tarik
dan aksial tekan;
p. Untuk daya dukung tiang pancang yang mengandalkan tahanan ujung tiang
( end bearing ), penetrasi tiang pancang dalam 10 pukulan terakhir harus
kurang dari 2,5 cm.

13.13.7. Kepala Tiang


1. Setelah pemancangan selesai dilaksanakan Kontraktor wajib untuk
memotong kelebihan panjang tiang pancang sedemikian rupa sehingga
panjang stek tulangan setelah pemotongan kepala tiang minimum 40
diameter tulangan tiang pancang terbesar, sebagai pengikat ke-pur ( pile
cap ). Setelah pemancangan selesai, kontraktor harus segera melanjutkan
dengan memeriksa level dan mencatat posisi-posisi tiang secara detail dan
akurat serta membandingkan dengan posisi yang dicantumkan pada gambar
denah tiang. Kontraktor harus menyediakan surveyor dilapangan untuk
pekerjaan tersebut.
2. Stek tulangan tiang setelah pemotongan kepala tiang (panjang minimum 40
diameter ) harus dalam keadaan bersih, lurus dan baik.
3. Kepala tiang setelah dipotong harus dibersihkan dengan sikat kawat
4. Batas pemotongan kepala tiang harus tepat sesuai dengan petunjuk/gambar

13.13.8. Sambungan tiang dan pengelasan :


1. Kontraktor atau Pabrik pembuat tiang harus menyerahkan sistim sambungan
tiang untuk disetujui Engineer sebelum pemasangan di lapangan.
2. Detail dari sambungan harus terdiri dari :
 Sistim sambungan yang akan dipakai.
 Detail pengelasan dan mutu dari bahan pengelasan.
 Prosedur pengelasan.
 Kwalifikasi/kecakapan tukang las.

13.13.9. Uji Pembebanan Terhadap Tiang Dengan PDA Test


Test pemancangan ( Pile Driving Test ) dilaksanakan pada pemancangan tiang
pertama. Jauh-jauh hari sebelum dilaksanakannya test pemancangan, Kontraktor
diharuskan terlebih dahulu melaporkan kepada Direksi mengenai jadwal
pelaksanaan test, untuk diteruskan kepada Konsultan Perencana.
Jumlah titik PDA Test adalah sebesar 1 % atau minimal 1 (satu) tiang untuk 1
(satu) segmen dari jumlah keseluruhan tiang untuk masing-masing kedalaman
tiang pancang. Atau untuk setiap 50-70 (sepuluh) titik pemancangan wajib
dilaksanakan PDA test.Tujuan pengujian adalah mendapatkan daya dukung statis
pondasi tiang pancang tunggal sehingga dapat dievaluasi terhadap daya dukung
rencana.
Alat yang digunakan:
a. Pile Driving Analyzer ( PDA ).
b. Sepasang accelerometer.
c. Sepasang strain transducer.
d. Kabel utama Kabel penghubung.
e. Adaptor.
Massa hammer, dengan berat sesuai dengan beban ultimate rencana dart tiang
Alat penjatuh hammer ( dapat digunakan crane atau sejenisnya ). Prinsip kerja
pengujian adalah teori perambatan gelombang pada 1 dimensi ( 1-D Wave
Propagation ) dengan asumsi tiang uniform dan sifat elastis-linier, Pengujian
dilakukan sesuai dengan prosedur pengujian pada ASTM (American Standard
Testing &. Materials) D4945-89. Hasil PDA test dibandingkan dengan daya
dukung tiang pancang.

13.13.10. Penolakan Tiang


 Tiang yang tidak dilaksanakan dengan benar serta tidak memenuhi spesifikasi
ini akan ditolak. Pemborong wajib membuat tiang pengganti tanpa biaya
tambahan.
 Segera setalah pekerjaan selesai, Pemborong harus membuat “As built
drawing” dari letak dan kedalaman tiang pancang mini pile.

14. Pekerjaan Pile Cap.


14.14.1. Lingkup kerja
Pekerjaan Pile Cap/Poer meliputi semua pekerjaan pekerjaan pembuatan Pile
Cap/Poer beton bertulang, yang ditunjukan gambar rencana mulai dari pekerjaan
galian, lantai kerja, pekerjaan pembesian, pekerjaan beton, serta pengurugan
kembali.

14.14.2. Standar :
a SNI M-26-1990-F (Metode Pengujian dan Pengambilan Contoh untuk
Campuran Beton Segar).
b SNI M-62-1990-03 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di
Laboratorium).
c SNI-T-15-1990-03 (Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal).
d SNI T-28-1991-03 (Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton).
e SNI S-18-1990-03 (Spesifikasi Bahan Tambahan Untuk Beton).
f SNI 03-4146-1996 (Metode Pengujian Slump Beton).
g SNI 03 – 1974-1990 (Metode Pengujian Kuat Tekan Beton).
h Pd- T- 27-1999-03 (Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton).
i Pd-M-33-2000-03 (Metode Pengujian Mutu Air Untuk Digunakan dalam
Beton) .
j SNI 07- 2529-1991 ( Metode Pengujian Kuat Tarik Baja Beton).
k SK SNI S-04-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan
Bangunan Bukan Logam).
l SK SNI S-05-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian B (Bahan
Bangunan dari Besi/Baja)).

14.14.3. Pelaksanaan pekerjaan


a Pekerjaan galian tanah pondasi
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari,
penyedia Jasa konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan
galian tanah meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat,
jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan untuk mendapat persetujuan dari
Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas, di sertai gambar shop drawing.
2). Kedalaman dan bentuk galian harus sesuai dengan gambar
perencanaan.
3). Penempatan tanah bekas galian tidak boleh mengganggu
pekerjaan lain.
b Pekerjaan lantai kerja
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan lantai kerja
meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal
pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai
disertai sertifikat hasil pengujian material untuk mendapat persetujuan
dari Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas, disertai gambar shop
drawing.
2). Lantai kerja dibuat dengan Campuran beton dengan kuat desak 7,4 MPa
3). Tebal lantai kerja harus sesuai dengan gambar rencana.
4). Lantai kerja harus rata permukaannya dan diperiksa kemiringannya
dengan waterpass.
c Pekerjaan Pembesian
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja meliputi alat, tenaga, alur
kerja, jadwal dan shop drawing yang menunjukkan diameter besi, jumlah
besi dan jarak pemebesian pada area yang akan dicor.
2). Jarak bersih antara besi terluas dan Begisting 40 mm.
3). Ikatan bendrat harus kuat, tidak bergeser bila diketok.
4). Besi harus bersih dari karat, beton kering, oli dan material lain yang
mengurangi lekatan (bonding) antara besi dan beton.
5). Pembengkokan besi (bending slope) dengan kemiringan 1:6.
6). Panjang sambungan minimum 40 diameter tulangan pokok.
d Pekerjaan Begisting
1). Bahan begisting kontak menggunakan multiplek tebal 9 mm, dengan
penggunaan mengunakan sistem dua kali pakai.
2). Pelaksanaan pekerjaan
Sebelum memulai pekerjaan, penyedia Jasa konstruksi harus
menyiapkan rencana kerja meliputi alat, tenaga, alur kerja, jadwal
pekerjaan dan shoop drawing.
Panel Begisting diperiksa sesuai dengan shop drawing.
Sambungan panel begisiting harus rapat dengan ditutup sealtape atau
sejenisnya.
Begisting harus diperiksa kevertikalan dan kelurusaannya dengan lot
dan tarikan benang.
Level lantai Begisting harus diperiksa dengan alat ukur terhadap level
finish.
e Pelaksanaan Cor Beton
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pelaksanaan cor beton,
volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan
dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai, job mix
design beton dari vendor disertai sertifikat hasil uji coba laboratorium
untuk masing-masing bahan/material, untuk mendapat persetujuan dari
Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas, di sertai gambar shop drawing.
2). Kuat desak beton : 26.4 Mpa ( K-300 ) untuk Pile Cap dengan Ready
Mix.
3). Penyedia Jasa wajib melakukan Uji Tes Besi dan Job Mix dari
laboratorium yang disetujui Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas
sebelum melakukan pengecoran.
4). Sebelum di cor, lantai kerja harus bersih dari sisa-sisa pekerjaan
sebelumnya atau kotoran-kotoran.
5). Material Begisting sudah dilapisi dengan oli bekas (non ekspose) agar
beton tidak melekat pada cetakan dan mudah dibuka.
6). Bila diperlukan stek untuk penulangan diatasnya, panjang stek minimal
40 kali diameter tulangan pokok.
7). Pengatur jarak penutup beton harus terpasang pada tempatnya. dan
batas ketinggian cor harus ditandai dengan jelas.
8). Alat kerja berupa mesin pengaduk, sekop, takaran material, dan alat
pengangkutan adukan beton harus dalam kondisi siap pakai dan telah
disiapkan cadangannya.
9). Bila dilakukan pengecoran beton pada malam hari harus disediakan
penerangan yang cukup dan dipersiapkan pelindung hujan.
10). Pengadukan dilakukan dengan mesin pengaduk, untuk mendapatkan
beton yang homogen. Adukan diangkut ke tempat penuangan sebelum
semen mulai berhidrasi dan selalu dijaga agar tidak ada bahan-bahan
yang tumpah atau memisah dari campuran.
11). Penuangan adukan beton harus terus menerus agar didapatkan beton
yang monolit. Selama penuangan beton, cetakan maupun tulangan
dijaga agar tidak berubah posisi, kevertikalan Begisting harus selalu
periksa selama pengecoran.
12). Pemadatan beton manual dengan ditusuk tidak boleh mencapai
ketebalan 15 cm. Pemadatan dengan alat getar tidak boleh menyentuh
Begisting dan atau tulangan. Penggetaran yang terlalu lama tidak
diperbolehkan karena akan mengakibatkan segregasi.
13). Selama pengecoran harus dilakukan percobaan slump untuk mengukur
kelencakan atau kekentalan campuran beton. Nilai slump ditetapkan
10±2 cm.

14). Untuk keperluan test kuat desak beton, diadakan pengambilan contoh
beton segar setiap pekerjaan pengecoran. Pengambilan contoh beton
segar dilakukan langsung dari mesin aduk setelah pengadukan selesai.
Pengambilan dilakukan di beberapa titik dan dicampurkan. Bila
pengambilan dilakukan dari truk aduk, dilakukan sebanya 3 kali atau
lebih dalam selang waktu ketika penuangan beton dari dalam pengaduk
(awal, tengah dan akhir) dengan volume kurang lebih 5 m3. Pengujian
silider percobaan harus dilakukan di laboratorium yang disetujui oleh
Konsultan Pengawas, dengan usia uji beton meliputi 7, 14, dan 28 hari.
15). Beton yang baru di cor harus dilindungi dari lalu lintas orang dan
meterial.
f Pembongkaran Begisting dan perawatan beton
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia
Jasa konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan
pembongkaran begisting dan perawatan beton meliputi volume
pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur
pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai disertai sertifikat
hasil pengujian material untuk mendapat persetujuan dari Direksi
Teknis dan Konsultan Pengawas.
2). Alat yang digunakan untuk membongkar begisting tidak boleh merusak
permukaan beton.
3). Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi
penguapan cepat.
4). Beton harus dibasahi paling sedikit selama 14 hari setelah pengecoran.
g Material
1). Semen
 Semen yang dipakai adalah semen jenis Portland Cement (PC) “
HOLCIM, TIGA RODA, GRESIK “.
 Harus dipakai 1 (satu) merek semen untuk seluruh pekerjaan.
 Semen harus didatangkan dalam zak yang utuh/tidak pecah, tidak
terdapat kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak.
 Semen masih harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras).
 Semen yang sudah disimpan lebih dari 6 bulan sejak dibuat perlu diuji
sebelum digunakan, jika sudah rusak harus ditolak.
2). Agregat kasar
 Harus berupa batu pecah (split) yang mempunyai susunan gradasi
yang baik, cukup syarat kekerasannya dan padat (tidak porous),
dengan tekstur permukaan kasar, butir-butirnya tajam, kuat dan
bersudut.
 Ukuran maksimum dari agregat kasar tidak lebih dari 4 cm dan tidak
lebih besar dari ¾ jarak bersih antar baja tulangan atau jarak baja
tulangan dengan cetakan dan tidak boleh lebih besar dari 1/3 tebal
plat.
 Kadar lumpur tidak boleh melebihi dari 1 % berat kering dan tidak
boleh mengandung garam.
3). Agregat halus
 Pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam, kuat dan bersudut.
 Bebas dari bahan-bahan organis, lumpur, tanah lempung dan
sebagainya, jumlah kandungan bahan ini maksimal 5% dan tidak
mengandung garam.
 Mempunyai variasi besar butir (gradasi ) yang baik dengan ditunjukan
dengan nilai Modulus halus butir antara 1,50-3,80.
 Pasir harus dalam “keadaan jenuh kering muka”.
4). Air
 Tidak mengandung lumpur atau benda melayang lainnya lebih dari 2
gram/liter.
 Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam,
zat organik lainnya) lebih dari 15 gram/liter.
 Tidak mengandung khlorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter.
 Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.
 Apabila dipandang perlu, Konsultan Pengawas dapat minta kepada
Penyedia Jasa konstruksi supaya air yang dipakai diperiksa di
laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya
Penyedia Jasa konstruksi.
5). Besi beton dan bendrat
 Di bawah Pile Cap diberi lapisan lantai kerja Campuran beton dengan
kuat desak 7,4 MPa (K 100).
 Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari baja lunak dan tidak
disepuh seng, diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0,40
mm.
 Tulangan ulir menggunakan BJTS/BJTD minimal 40 dan tulangan
polos menggunakan BJTP 24.

Toleransi berat batang contoh yang diujikan di dalam pasal ini sebagai berikut:
DIAMETER TULANGAN BAJA TOLERANSI BERAT
TULANGAN ( d ) ( mm ) YANG DIUJIKAN (%)
6 mm ≤ d ≤ 8 mm + 7%
10 mm ≤ d ≤ 14 mm + 6%
16 mm ≤ d ≤ 28 mm + 5%
d > 28 mm + 4%
Toleransi Ukuran Diameter adalah sebagai berikut Sumber : SNI 2052 : 2014
Penyimpangan
DIAMETER TULANGAN BAJA TOLERANSI DIAMETER
Kebundaran
TULANGAN YANG DIUJIKAN ( mm)
(%)
6 + 0.3 mm
8 mm ≤ d ≤ 14 mm + 0.4 mm Maksimum 70 % dari
16 mm ≤ d ≤ 25 mm + 0.5 mm batas toleranssi
28 mm ≤ d ≤ 34 mm + 0.6 mm
d ≥ 34 mm + 0.8 mm
Sumber: SNI 2052 : 2018
Sebelum pengiriman baja tulangan dilakukan, Penyedia Jasa/ Penyedia Barang / Jasa
Pemborongan harus menunjukan sample, hasil uji Tarik, berat dan Diameter yang
akan digunakan. Hal ini akan mempermudah dan dapat menjaga kualitas. Di lokasi
proyek Penyedia Barang / Jasa Pemborongan harus menyediakan alat scalemate
untuk mengukur diameter tulangan polos dan dimasukkan dalam dokumen penawaran
data teknis.
Benda uji. harus adalah silinder beton dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm,
yang untuk setiap 5 m3 produksi adukan beton harus diwakili minimal dua buah benda
uji. Tata cara pembuatan benda uji tersebut harus mengikuti ketentuan yang terdapat
di dalam standar Metoda Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium
(SK SN1 M-62-1990-03). Benda Uji Beton harus teridentifikasi, dan dikelompokan
berdasar waktu pemakaian saat penuangan mortal pada Formwork/Bekesting.
Untuk kekentalan adukan, setiap 5 m3 adukan beton harus dibuat pengujian slump,
dengan ketentuan sebagai berikut:

BagianKonstruksi Nilai Slump (cm)


Pile Cap 10±2
Untuk pekerjaan ini dilokasi proyek Penyedia Barang / Jasa Pemborongan harus
menyediakan alat slump test minimal 1 unit untuk uji workability dan cetakan silinder
beton/kubus beton sebanyak 10 unit Untuk pembuatan benda uji beton. Alat ini juga
dimasukkan dalam dokumen teknis usulan penawaran.
Apabila ada hal-hal yang belum tercakup di dalam persyaratan teknis ini,
Pelaksana harus mengacu pada seluruh ketentuan yang tercakup di dalam Bab 5, Tata
Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal (SK SNI T-15-1990-03).
Mutu beton yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut:
BagianKonstruksi Mutu beton (f’c)
Pile cap 26,4 Mpa (K-300)

15. Pekerjaan Sloof.


15.15.1.Lingkup kerja
Pekerjaan sloof adalah pekerjaan pembuatan sloof beton bertulang sesuai
dengan gambar perencanaan, baik dimensi sloof maupun besi yang akan di
gunakan.

15.15.2.Standar :
a. SNI M-26-1990-F (Metode Pengujian dan Pengambilan Contoh untuk
Campuran Beton Segar)
b. SK SNI M-62-1990-03 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton
di Laboratorium).
c. SK SNI-T-15-1990-03 (Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal).
d. SK SNI T-28-1991-03 (Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton).
e. SK SNI S-18-1990-03 (Spesifikasi Bahan Tambahan Untuk Beton ).
f. SNI 03-4146-1996 (Metode Pengujian Slump Beton).
g. SNI 03 – 1974-1990 (Metode Pengujian Kuat Tekan Beton).
h. Pd- T- 27-1999-03 (Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton).
i. Pd-M-33-2000-03 (Metode Pengujian Mutu Air Untuk Digunakan dalam
Beton).
j. SNI 07- 2529-1991 (Metode Pengujian Kuat Tarik Baja Beton)
k. SK SNI S-04-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan
Bangunan Bukan Logam)).
l. SK SNI S-05-1989-F ((Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian B (Bahan
Bangunan dari Besi/Baja)).
15.15.3.Pelaksanaan pekerjaan
a. Pekerjaan Pembesian.
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia
Jasa konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan pembesian,
volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan
alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai disertai sertifikat
hasil pengujian material untuk mendapat persetujuan dari Direksi Teknis
dan Konsultan Pengawas, di sertai gambar shop drawing.
2). Diameter besi, jumlah besi dan jarak pembesian pada area yang
akan dicor harus sesuai dengan gambar kerja.
3). Panjang sambungan minimum 40 diameter tulangan pokok.
4). Jarak bersih antara besi terluar dan Begisting 25 mm.
5). Ikatan bendrat harus kuat, tidak bergeser bila diketok.
6). Besi harus bersih dari karat, beton kering, oli dan material lain yang
mengurangi lekatan (bonding) antara besi dan beton.
7). Sambungan besi atas harus terletak pada daerah lapangan.
8). Sambungan besi bawah harus terletak pada daerah tumpuan.
9). Pembengkokan besi (bending slope) dengan kemiringan 1 : 6.
b. Pekerjaan Begisting
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia
Jasa konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan begisting
meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal
pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai
disertai sertifikat hasil pengujian material untuk mendapat persetujuan
dari Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas, di sertai gambar shop
drawing.
2). Penyedia Jasa konstruksi harus mengajukan ijin untuk memulai
pekerjaan yang di setujui Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis.
3). Bahan begisiting menggunakan multiplek tebal 9 mm, dengan
penggunaan mengunakan sistem dua kali pakai.
4). Bahan Begisting sisi-sisinya siku.
5). Sambungan panel begisting harus rapat dengan ditutup sealtape
atau sejenisnya.

6). Begisting harus di periksa kevertikalan dan kelurusannya dengan lot


dan tarikan benang.
7). Level lantai Begisting harus diperiksa dengan alat ukur terhadap
level finish.
8). Untuk kebutuhan instalasi M&E, lebar sparing pada Sloof maksimal
1/5.
9). Luas total sleeve/pipa maksimum 4%.
c. Pelaksanaan Cor Beton
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia
Jasa konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan sloof, volume
pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur
pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai, job mix design beton
dari vendor disertai sertifikat hasil uji coba laboratorium untuk masing-
masing bahan/material, untuk mendapat persetujuan dari Direksi Teknis
dan Konsultan Pengawas, disertai gambar shop drawing untuk
pengecekan.
2). Campuran beton dengan kuat desak 26,4 Mpa ( K-300 ) dengan
Ready Mix.
3). Penyedia Jasa wajib melakukan Uji Tes Besi dan Job Mix dari
laboratorium yang disetujui Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas
sebelum melakukan pengecoran.
4). Sebelum di cor, lantai kerja harus bersih dari sisa-sisa pekerjaan
sebelumnya atau kotoran-kotoran.
5). Material Begisting sudah dilapisi dengan oli bekas (non ekspose)
dan mold oil/sika form oil (expose) agar beton tidak melekat pada
cetakan dan mudah dibuka, untuk Begisting bekas yang akan dipakai
ulang harus dirawat sehingga layak digunakan.
6). Bila diperlukan stek untuk penulangan diatasnya, panjang stek
minimal 40 kali diameter.
7). Pengatur jarak selimut beton harus terpasang pada tempatnya. dan
batas ketinggian cor harus ditandai dengan jelas.
8). Pipa untuk instalasi mekanikal elektrikal dan angkur-angkur harus
terpasang sebelum pengecoran dan diperkuat agar tidak berubah posisi
selama pengecoran.
9). Alat kerja berupa mesin pengaduk, sekop, takaran material, dan alat
pengakutan adukan beton harus dalam kondisi siap pakai dan telah
disiapkan cadangannya.
10). Bila dilakukan pengecoran beton pada malam hari harus disediakan
penerangan yang cukup dan dipersiapkan pelindung hujan.
11). Pengadukan dilakukan dengan mesin pengaduk, untuk
mendapatkan beton yang homogen.
12). Adukan diangkut ke tempat penuangan sebelum semen mulai
berhidrasi dan selalu dijaga agar tidak ada bahan-bahan yang tumpah
atau memisah dari campuran.
13). Penulangan adukan beton harus terus menerus agar didapatkan
beton yang monolit. Selama penulangan beton, cetakan maupun
tulangan dijaga agar tidak berubah posisi.
14). Pemadatan beton manual dengan ditusuk tidak boleh mencapai
ketebalan 15 cm. Pemadatan dengan alat getar tidak boleh menyentuh
begisting dan atau tulangan. Penggetaran yang terlalu lama tidak
diperbolehkan karena akan mengakibatkan segregasi.
15). Selama pengecoran harus dilakukan percobaan slump untuk
mengukur kepekatan atau kekentalan campuran beton. Nilai slump
ditetapkan 10±2 cm.
16). Untuk keperluan test kuat desak beton, diadakan pengambilan
contoh beton segar per mixer. Pengambilan contoh beton segar
dilakukan langsung dari mesin aduk setelah pengadukan selesai.
Pengambilan dilakukan di beberapa titik dan dicampurkan. Bila
pengambilan dilakukan dari truk aduk, dilakukan sebanya 3 kali atau lebih
dalam selang waktu ketika penuangan beton dari dalam pengaduk (awal,
tengah dan akhir). Pengetesan dilakukan dengan usia uji beton meliputi
7, 14, dan 28 hari.
17). Beton yang baru di cor harus dilindungi dari lalu lintas orang dan
meterial.
d. Pembongkaran Begisting dan perawatan Beton
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia
Jasa konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan
pembongkaran Begisting dan perawatan beton volume pekerjaan,
jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan.

2). Pembongkaran Begisting harus mendapatkan persetujuan dari


Konsultan Pengawas.
3). Alat yang digunakan untuk membongkar Begisting tidak boleh
merusak permukaan beton.
4). Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi
penguapan cepat.
5). Beton harus dibasahi paling sedikit selama 14 hari setelah
pengecoran.
e. Material
1). Semen
 Semen yang dipakai adalah semen jenis Portland Cement (PC) “
HOLCIM, TIGA RODA, GRESIK “.
 Harus dipakai 1 (satu) merek semen untuk seluruh pekerjaan.
 Semen harus didatangkan dalam zak yang utuh/tidak pecah, tidak
terdapat kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak. Semen
harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras).
 Semen yang sudah disimpan lebih dari 6 bulan sejak dibuat perlu diuji
sebelum digunakan, jika sudah rusak harus ditolak.
2). Agregat kasar
 Agregat kasar berupa batu pecah (split) yang mempunyai susunan
gradasi yang baik, cukup syarat kekerasannya dan padat (tidak
porous), dengan tekstur permukaan kasar, butir-butirnya tajam, kuat
dan bersudut.
 Dimensi maksimum dari agregat kasar tidak lebih dari 4 cm dan tidak
lebih besar dari ¾ jarak bersih antar baja tulangan atau jarak baja
tulangan dengan cetakan dan tidak boleh lebih besar dari 1/3 tebal plat.
 Kadar lumpur tidak boleh melebihi dari 1% berat kering dan tidak boleh
mengandung garam.
3). Agregat halus
 Pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam, kuat dan bersudut.
 Bebas dari bahan-bahan organis, lumpur, tanah lempung dan
sebagainya, jumlah kandungan bahan ini maksimal 5% dan tidak
mengandung garam.
 Mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik dengan ditunjukan
dengan nilai Modulus halus butir antara 1,50-3,80.
 Pasir harus dalam keadaan “jenuh kering muka”.
4). Air.
 Tidak mengandung lumpur atau benda melayang lainnya lebih dari 2
gram/liter.
 Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat
organik lainnya) lebih dari 15 gram/liter.
 Tidak mengandung khlorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter.
 Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.
 Apabila dipandang perlu, Konsultan Pengawas dapat minta kepada
penyedia Jasa konstruksi supaya air yang dipakai diperiksa di
laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya
penyedia Jasa konstruksi.
5). Besi beton dan bendrat
 Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari baja lunak dan tidak
disepuh seng, diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0,40 mm.
 Tulangan ulir menggunakan BJTS/BJTD minimal 40 dan tulangan polos
menggunakan BJTP 24.

Toleransi berat batang contoh yang diujikan di dalam pasal ini sebagai berikut:
DIAMETER TULANGAN BAJA TOLERANSI BERAT
TULANGAN ( d ) ( mm ) YANG DIUJIKAN (%)
6 mm ≤ d ≤ 8 mm + 7%
10 mm ≤ d ≤ 14 mm + 6%
16 mm ≤ d ≤ 28 mm + 5%
d > 28 mm + 4%
Toleransi Ukuran Diameter adalah sebagai berikut Sumber : SNI 2052 : 2014
Penyimpangan
DIAMETER TULANGAN BAJA TOLERANSI DIAMETER
Kebundaran
TULANGAN YANG DIUJIKAN ( mm)
(%)
6 + 0.3 mm
8 mm ≤ d ≤ 14 mm + 0.4 mm Maksimum 70 %
16 mm ≤ d ≤ 25 mm + 0.5 mm dari
28 mm ≤ d ≤ 34 mm + 0.6 mm batas toleranssi
d ≥ 34 mm + 0.8 mm
Sumber: SNI 2052 : 2014
Sebelum pengiriman baja tulangan dilakukan, Penyedia Jasa/ Penyedia Barang / Jasa
Pemborongan harus menunjukan sample, hasil uji Tarik, berat dan Diameter yang
akan digunakan. Hal ini akan mempermudah dan dapat menjaga kualitas. Di lokasi
proyek Penyedia Barang / Jasa Pemborongan harus menyediakan alat scalemate
untuk mengukur diameter tulangan polos dan dimasukkan dalam dokumen penawaran
data teknis.
Benda uji. harus adalah silinder beton dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm,
yang untuk setiap 5 m3 produksi adukan beton harus diwakili minimal dua buah benda
uji. Tata cara pembuatan benda uji tersebut harus mengikuti ketentuan yang terdapat
di dalam standar Metoda Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium
(SK SN1 M-62-1990-03). Benda Uji Beton harus teridentifikasi, dan dikelompokan
berdasar waktu pemakaian saat penuangan mortal pada Formwork/Bekesting.
Untuk kekentalan adukan, setiap 5 m3 adukan beton harus dibuat pengujian slump,
dengan ketentuan sebagai berikut:

BagianKonstruksi Nilai Slump (cm)


Sloof 10±2
Untuk pekerjaan ini dilokasi proyek Penyedia Barang / Jasa Pemborongan harus
menyediakan alat slump test minimal 1 unit untuk uji workability dan cetakan silinder
beton/kubus beton sebanyak 10 unit Untuk pembuatan benda uji beton. Alat ini juga
dimasukkan dalam dokumen teknis usulan penawaran.
Apabila ada hal-hal yang belum tercakup di dalam persyaratan teknis ini, Pelaksana
harus mengacu pada seluruh ketentuan yang tercakup di dalam Bab 5, Tata Cara
Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal (SK SNI T-15-1990-03).

Mutu beton yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut:
BagianKonstruksi Mutu beton (f’c)
Sloof 26,4 Mpa (K-300)
16. Pekerjaan Beton Kolom.
16.16.1.Lingkup kerja
Pekerjaan beton kolom adalah pekerjan pembuatan beton kolom beton bertulang
sehingga menghasilkan beton kolom sesuai gambar rencana.

16.16.2.Standar :
a. SNI M-26-1990-F (Metode Pengujian dan Pengambilan Contoh untuk
Campuran Beton Segar).
b. SK SNI M-62-1990-03 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton
di Laboratorium).
c. SK SNI-T-15-1990-03 (Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal).
d. SK SNI T-28-1991-03 (Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton)
e. SK SNI S-18-1990-03 (Spesifikasi Bahan Tambahan Untuk Beton).
f. SNI 03-4146-1996 (Metode Pengujian Slump Beton).
g. SNI 03 – 1974-1990 (Metode Pengujian Kuat Tekan Beton).
h. Pd- T- 27-1999-03 (Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton).
i. Pd-M-33-2000-03 (Metode Pengujian Mutu Air Untuk Digunakan dalam
Beton).
j. SNI 07- 2529-1991 (Metode Pengujian Kuat Tarik Baja Beton)
k. SK SNI S-04-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan
Bangunan Bukan Logam)).
l. SK SNI S-05-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian B (Bahan
Bangunan dari Besi/Baja)).

16.16.3.Pelaksanaan pekerjaan
a. Pekerjaan Pembesian.
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan pembesian, volume
pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur
pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai untuk mendapat
persetujuan dari Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas, yang disertai
gambar shop drawing.
2). Beton kolom menggunakan beton dengan kuat desak 26,4 Mpa ( K-300 )
dengan Ready Mix.
3). Penyedia Jasa wajib melakukan Uji Tes Besi dan Job Mix dari
laboratorium yang disetujui Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas
sebelum melakukan pengecoran.
4). Penyedia Jasa konstruksi harus membuat gambar pelaksanaan yang
memuat diameter besi, jumlah besi, dan jarak pembesian pada area yang
akan dicor.
5). Panjang sambungan besi tulangan minimum 40 x Diameter Besi.
6). Jarak bersih antara besi terluar dan Begisting 4 cm
7). Ikatan bendrat harus kuat, tidak bergeser bila diketok.
8). Besi harus bersih dari karat, beton kering, oli dan material lain yang
mengurangi lekatan (bonding) antara besi dan beton.
9). Pembengkokan besi (bending slope) dengan kemiringan 1:6
10). Posisi sleeve/konduit harus terletak pada daerah lapangan dengan tinggi
maksimum 1/5 h balok.

b. Pekerjaan Begisting
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan Begisting meliputi
volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan
alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai untuk mendapat
persetujuan dari Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas.
2). Bahan begisiting menggunakan papan bekisting, dengan penggunaan
mengunakan sistem dua kali pakai, sisi-sisinya siku .
3). Pelaksanaan pekerjaan
 Panel Begisting, jarak scaffolding, jarak sekur-sekur penguat diperiksa
sesuai dengan shop drawing.
 Sambungan panel begisting harus rapat dengan ditutup sealtape atau
sejenisnya.
 Begisting harus di periksa kevertikalan dan kelurusannya dengan lot
dan tarikan benang.
 Level Begisting harus diperiksa dengan alat ukur terhadap level finish.
 Untuk kebutuhan instalasi M&E luas total sleeve/pipa maksimum 4%
dari luas penampang kolom.
c. Pelaksanaan Cor Beton
1) Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan cor beton Beton
Kolom meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal
pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai,
untuk mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.
2) Sebelum pengecoran, Begisting harus bersih dari sisa-sisa pekerjaan
sebelumnya atau kotoran-kotoran.
3) Material Begisting sudah dilapisi dengan oli bekas (non ekspose) dan
mold oil/sika form oil (expose) agar beton tidak melekat pada cetakan dan
mudah dibuka, untuk Begisting bekas yang akan dipakai ulang harus
dirawat sehingga layak digunakan.
4) Pengatur jarak selimut beton harus terpasang pada tempatnya. dan batas
ketinggian cor harus ditandai dengan jelas.
5) Pipa untuk instalasi mekanikal elektrikal dan angkur-angkur harus
terpasang sebelum pengecoran dan diperkuat agar tidak berubah posisi
selama pengecoran.
6) Alat kerja berupa mesin pengaduk, sekop, takaran material, dan alat
pengangkutan adukan beton harus dalam kondisi siap pakai dan telah
disiapkan cadangannya.
7) Bila dilakukan pengecoran beton pada malam hari harus disediakan
penerangan yang cukup dan dipersiapkan pelindung hujan.
8) Pengadukan dilakukan dengan mesin pengaduk, untuk mendapatkan
beton yang homogen. Adukan diangkut ke tempat penuangan sebelum
semen mulai berhidrasi dan selalu dijaga agar tidak ada bahan-bahan
yang tumpah atau memisah dari campuran.
9) Penuangan adukan beton harus terus menerus agar didapatkan beton
yang monolit. Selama penuangan beton, cetakan maupun tulangan dijaga
agar tidak berubah posisi, kevertikalan begisting harus selalu periksa
selama pengecoran.
10) Adukan beton tidak boleh dijatuhkan terlalu tinggi agar tidak terjadi
segregasi, jarak jatuh maximal 1.5m.
11) Pemadatan beton manual dengan ditusuk tidak boleh mencapai ketebalan
15 cm. Pemadatan dengan alat getar tidak boleh menyentuh begisting
dan atau tulangan. Penggetaran yang terlalu lama tidak diperbolehkan
karena akan mengakibatkan segregasi.
12) Selama pengecoran harus dilakukan percobaan slump untuk mengukur
kepekatan atau kekentalan campuran beton. Nilai slump ditetapkan 10±2
cm.
13) Untuk keperluan test kuat desak beton, diadakan pengambilan contoh
beton segar per mixer. Pengambilan contoh beton segar dilakukan
langsung dari mesin aduk setelah pengadukan selesai. Pengambilan
dilakukan di beberapa titik dan dicampurkan. Bila pengambilan dilakukan
dari mesin aduk, dilakukan sebanyak 3 kali atau lebih dalam selang waktu
ketika penuangan beton dari dalam pengaduk. Pengetesan dilakukan
dengan usia uji beton meliputi 7, 14, dan 28 hari.
14) Beton yang baru di cor harus dilindungi dari lalu lintas orang dan meterial.
d. Pembongkaran Begisting dan perawatan beton.
1) Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pembongkaran Begisting dan
perawatan meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat,
jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan untuk mendapat persetujuan dari
Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas.
2) Pembongkaran Begisting harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan
Pengawas.
3) Pembongkaran harus bertahap, sehingga tidak menimbulkan beban kejut
pada struktur, alat yang digunakan untuk membongkar Begisting tidak
boleh merusak permukaan beton.
4) Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi
penguapan cepat.
5) Beton harus dibasahi paling sedikit selama 14 hari setelah pengecoran.

16.16.4.Material
a. Semen
1).Semen yang dipakai adalah semen jenis Portland Cement (PC) “ HOLCIM,
TIGA RODA, GRESIK “.
2).1 (satu) merek semen untuk seluruh pekerjaan.
3).Semen harus didatangkan dalam zak yang utuh/tidak pecah, tidak terdapat
kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak.
4).Semen masih harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras).
5).Semen yang sudah disimpan lebih dari 6 bulan sejak dibuat perlu diuji
sebelum digunakan, jika sudah rusak harus ditolak.
b. Agregat kasar
1).Berupa batu pecah (split) yang mempunyai susunan gradasi yang baik,
cukup syarat kekerasannya dan padat (tidak porous), dengan tekstur
permukaan kasar, butir-butirnya tajam, kuat dan bersudut.
2).Dimensi maksimum dari agregat kasar tidak lebih dari dan tidak lebih besar
dari ¾ jarak bersih antar baja tulangan atau jarak baja tulangan dengan
cetakan.
3).Kadar lumpur tidak boleh melebihi dari 1 % berat kering dan tidak boleh
mengandung garam.

c. Agregat halus
1).Pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam, kuat dan bersudut.
2).Bebas dari bahan-bahan organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya,
jumlah kandungan bahan ini maksimal 5% dan tidak mengandung garam.
3).Mempunyai variasi besar butir (gradasi ) yang baik dengan ditunjukan
dengan nilai Modulus halus butir antara 1,50-3,80.
4).Pasir harus dalam keadaan jenuh kering muka.
d. Air.
1).Tidak mengandung lumpur atau benda melayang lainnya lebih dari 2
gram/liter.
2).Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat
organik lainnya) lebih dari 15 gram/liter.
3).Tidak mengandung khlorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter.
4).Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.
5).Apabila dipandang perlu, Konsultan Pengawas dapat minta kepada
penyedia Jasa konstruksi supaya air yang dipakai diperiksa di laboratorium
pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya penyedia Jasa
konstruksi.
e. Besi beton
1). Pekerjaan beton bertulang
 Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari baja lunak dan tidak
disepuh seng, diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0,40
mm.
 Tulangan ulir menggunakan BJTS/BJTD minimal 40 dan tulangan
polos menggunakan BJTP 24.
Toleransi berat batang contoh yang diujikan di dalam pasal ini sebagai berikut:
DIAMETER TULANGAN BAJA TOLERANSI BERAT
TULANGAN ( d ) ( mm ) YANG DIUJIKAN (%)
6 mm ≤ d ≤ 8 mm + 7%
10 mm ≤ d ≤ 14 mm + 6%
16 mm ≤ d ≤ 28 mm + 5%
d > 28 mm + 4%
Toleransi Ukuran Diameter adalah sebagai berikut Sumber : SNI 2052 : 2014
Penyimpangan
DIAMETER TULANGAN BAJA TOLERANSI DIAMETER
Kebundaran
TULANGAN YANG DIUJIKAN ( mm)
(%)
6 + 0.3 mm
8 mm ≤ d ≤ 14 mm + 0.4 mm Maksimum 70 % dari
16 mm ≤ d ≤ 25 mm + 0.5 mm batas toleranssi
28 mm ≤ d ≤ 34 mm + 0.6 mm
d ≥ 34 mm + 0.8 mm
Sumber: SNI 2052 : 2014
Sebelum pengiriman baja tulangan dilakukan, Penyedia Jasa/ Penyedia Barang / Jasa
Pemborongan harus menunjukan sample, hasil uji Tarik, berat dan Diameter yang
akan digunakan. Hal ini akan mempermudah dan dapat menjaga kualitas. Di lokasi
proyek Penyedia Barang / Jasa Pemborongan harus menyediakan alat scalemate
untuk mengukur diameter tulangan polos dan dimasukkan dalam dokumen penawaran
data teknis.
Benda uji. harus adalah silinder beton dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm,
yang untuk setiap 5 m3 produksi adukan beton harus diwakili minimal dua buah benda
uji. Tata cara pembuatan benda uji tersebut harus mengikuti ketentuan yang terdapat
di dalam standar Metoda Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium
(SK SN1 M-62-1990-03). Benda Uji Beton harus teridentifikasi, dan dikelompokan
berdasar waktu pemakaian saat penuangan mortal pada Formwork/Bekesting.
Untuk kekentalan adukan, setiap 5 m3 adukan beton harus dibuat pengujian slump,
dengan ketentuan sebagai berikut:
pengujian slump, dengan ketentuan sebagai berikut:
BagianKonstruksi Nilai Slump (cm) Untuk
Kolom 10 ± 2
pekerjaan ini dilokasi proyek Penyedia Barang / Jasa Pemborongan harus menyediakan
alat slump test minimal 1 unit untuk uji workability dan cetakan silinder beton/kubus
beton sebanyak 10 unit Untuk pembuatan benda uji beton. Alat ini juga dimasukkan
dalam dokumen teknis usulan penawaran.
Apabila ada hal-hal yang belum tercakup di dalam persyaratan teknis ini,
Pelaksana harus mengacu pada seluruh ketentuan yang tercakup di dalam Bab 5, Tata
Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal (SK SNI T-15-1990-03).
Mutu beton yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut:

BagianKonstruksi Mutu beton (f’c)


Kolom 26,4 Mpa (K-300)

17. Pekerjaan Beton Balok dan Plat.


17.17.1.Lingkup kerja
Pekerjaan beton Balok dan plat adalah pekerjaan pembuatan beton bertulang
balok dan plat sehingga menghasilkan beton balok dan plat sesuai gambar
rencana, baik dimensi maupun pembesiannya.

17.17.2.Standar :
a. SNI M-26-1990-F (Metode Pengujian dan Pengambilan Contoh untuk
Campuran Beton Segar).
b. SK SNI M-62-1990-03 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton
di Laboratorium).
c. SK SNI-T-15-1990-03 (Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal).
d. SK SNI T-28-1991-03 (Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton).
e. SK SNI S-18-1990-03 (Spesifikasi Bahan Tambahan Untuk Beton).
f. SNI 03-4146-1996 (Metode Pengujian Slump Beton).
g. SNI 03 – 1974-1990 (Metode Pengujian Kuat Tekan Beton).
h. Pd- T- 27-1999-03 (Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton).
i. Pd-M-33-2000-03 (Metode Pengujian Mutu Air Untuk Digunakan dalam
Beton).
j. SNI 07- 2529-1991 ( Metode Pengujian Kuat Tarik Baja Beton)
k. SK SNI S-04-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan
Bangunan Bukan Logam)).
l. SK SNI S-05-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian B (Bahan
Bangunan dari Besi/Baja)).

17.17.3.Material
a. Semen
1). Semen yang dipakai adalah semen jenis Portland Cement (PC) “
HOLCIM, TIGA RODA, GRESIK “.
2). 1 (satu) merek semen untuk seluruh pekerjaan.
3). Semen harus didatangkan dalam zak yang utuh/tidak pecah, tidak
terdapat kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak.
4). Semen masih harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras).
5). Semen yang sudah disimpan lebih dari 6 bulan sejak dibuat perlu diuji
sebelum digunakan, jika sudah rusak harus ditolak.
b. Agregat kasar
1). Berupa batu pecah (split) yang mempunyai susunan gradasi yang baik,
cukup syarat kekerasannya dan padat (tidak porous), dengan tekstur
permukaan kasar, butir-butirnya tajam, kuat dan bersudut.
2). Dimensi maksimum dari agregat kasar tidak lebih dari 3,81 cm dan tidak
lebih besar dari ¾ jarak bersih antar baja tulangan atau jarak baja
tulangan dengan cetakan dan tidak boleh lebih besar dari 1/3 tebal plat.
3). Kadar lumpur tidak boleh melebihi dari 1 % berat kering dan tidak boleh
mengandung garam.
c. Agregat halus
1). Pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam, kuat dan bersudut.
2). Bebas dari bahan-bahan organis, lumpur, tanah lempung dan
sebagainya, jumlah kandungan bahan ini maksimal 5% dan tidak
mengandung garam.
3). Mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik dengan ditunjukan
dengan nilai Modulus halus butir antara 1,50-3,80.
4). Pasir harus dalam keadaan jenuh kering muka.
d. Air.
1). Tidak mengandung lumpur atau benda melayang lainnya lebih dari 2
gram/liter.
2). Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat
organik lainnya) lebih dari 15 gram/liter.
3). Tidak mengandung khlorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter.
4). Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.
5). Apabila dipandang perlu, Konsultan Pengawas dapat minta kepada
penyedia Jasa konstruksi supaya air yang dipakai diperiksa di
laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya
penyedia Jasa konstruksi.
e. Besi beton
1). Pekerjaan beton bertulang
2). Semua besi tulangan harus dibuktikan dengan sertifikat uji tarik baja
minimal 3 buah benda uji untuk satu jenis besi dari laboratorium yang
disetujui Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas.
3). Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari baja lunak dan tidak
disepuh seng, diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0,40 mm.
4). Tulangan ulir menggunakan BJTS/BJTD minimal 40 dan tulangan polos
menggunakan BJTP 24.

17.17.4.Pelaksanaan pekerjaan
a. Pekerjaan Pembesian.
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan pembesian,
volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan
alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai untuk mendapat
persetujuan dari Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas.
2). Beton yang digunakan untuk balok struktur adalah beton dengan kuat
desak 26,4 Mpa ( K-300 ) dengan Ready Mix.
3). Penyedia Jasa wajib melakukan Uji Tes Besi dan Job Mix dari
laboratorium yang disetujui Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas
sebelum melakukan pengecoran.
4). Penyedia Jasa konstruksi harus membuat gambar pelaksanaan yang
memuat diameter besi, jumlah besi, dan jarak pembesian pada area yang
akan dicor.
5). Panjang sambungan minimum 40 diameter.
6). Jarak bersih antara besi terluar dan Begisting 2,5 cm
7). Ikatan bendrat harus kuat, tidak bergeser bila diketok.
8). Besi harus bersih dari karat, beton kering, oli dan material lain yang
mengurangi lekatan (bonding) antara besi dan beton.
9). Pembengkokan besi (bending slope) dengan kemiringan 1:6
10). Posisi sleeve/konduit harus terletak pada daerah lapangan dengan tinggi
maksimum 1/5 h balok.
b. Pekerjaan Begisting
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan begisting meliputi
volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan
alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai untuk mendapat
persetujuan dari Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas.
2). Bahan begesting menggunakan papan bekisting, sistem penggunaan dua
kali pakai.
3). Pelaksanaan pekerjaan
 Panel Begisting, jarak scaffolding, jarak sekur-sekur penguat diperiksa
sesuai dengan shop drawing.
 Sambungan panel begisting harus rapat dengan ditutup sealtape atau
sejenisnya.
 Begisting harus di periksa kevertikalan dan kelurusannya dengan lot
dan tarikan benang.
 Level Begisting harus diperiksa dengan alat ukur terhadap level finish.
 Untuk kebutuhan instalasi M&E luas total sleeve/pipa maksimum 4%
dari luas penampang kolom.
c. Pelaksanaan Cor Beton
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan cor beton balok
dan plat meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal
pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan
dipakai, untuk mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.
2). Sebelum pengecoran, begisting harus bersih dari sisa-sisa pekerjaan
sebelumnya atau kotoran-kotoran.
3). Material Begisting sudah dilapisi dengan oli bekas (non ekspose) dan
mold oil/sika form oil (expose) agar beton tidak melekat pada cetakan
dan mudah dibuka, untuk Begisting bekas yang akan dipakai ulang harus
dirawat sehingga layak digunakan.
4). Pengatur jarak selimut beton harus terpasang pada tempatnya. dan batas
ketinggian cor harus ditandai dengan jelas.
5). Pipa untuk instalasi mekanikal elektrikal dan angkur-angkur harus
terpasang sebelum pengecoran dan diperkuat agar tidak berubah posisi
selama pengecoran.
6). Alat kerja berupa mesin pengaduk, sekop, takaran material, dan alat
pengangkutan adukan beton harus dalam kondisi siap pakai dan telah
disiapkan cadangannya.
7). Bila dilakukan pengecoran beton pada malam hari harus disediakan
penerangan yang cukup dan dipersiapkan pelindung hujan.
8). Pengadukan dilakukan dengan mesin pengaduk, untuk mendapatkan
beton yang homogen. Adukan diangkut ke tempat penuangan sebelum
semen mulai berhidrasi dan selalu dijaga agar tidak ada bahan-bahan
yang tumpah atau memisah dari campuran.
9). Penuangan adukan beton harus terus menerus agar didapatkan beton
yang monolit. Selama penuangan beton, cetakan maupun tulangan
dijaga agar tidak berubah posisi, kevertikalan begisting harus selalu
periksa selama pengecoran.
10). Adukan beton tidak boleh dijatuhkan terlalu tinggi agar tidak terjadi
segregasi, jarak jatuh maximal 1.5 m.
11). Pemadatan beton manual dengan ditusuk tidak boleh mencapai
ketebalan 15 cm. Pemadatan dengan alat getar tidak boleh menyentuh
begisting dan atau tulangan. Penggetaran yang terlalu lama tidak
diperbolehkan karena akan mengakibatkan segregasi.
12). Selama pengecoran harus dilakukan percobaan slump untuk mengukur
kepekatan atau kekentalan campuran beton. Nilai slump ditetapkan 10±2
cm.
13). Untuk keperluan test kuat desak beton, diadakan pengambilan contoh
beton segar per mixer. Pengambilan contoh beton segar dilakukan
langsung dari mesin aduk setelah pengadukan selesai. Pengambilan
dilakukan di beberapa titik dan dicampurkan. Bila pengambilan dilakukan
dari mesin aduk, dilakukan sebanyak 3 kali atau lebih dalam selang
waktu ketika penuangan beton dari dalam pengaduk. Pengetesan
dilakukan dengan usia uji beton meliputi 7, 14, dan 28 hari.
14). Beton yang baru di cor harus dilindungi dari lalu lintas orang dan meterial.
d. Pembongkaran Begisting dan perawatan beton.
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pembongkaran begisting dan
perawatan meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat,
jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan untuk mendapat persetujuan dari
Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas.
2). Pembongkaran Begisting harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan
Pengawas.
3). Pembongkaran begisting plat minimal usia beton 21 hari.
4). Pembongkaran harus bertahap, sehingga tidak menimbulkan beban kejut
pada struktur, alat yang digunakan untuk membongkar Begisting tidak
boleh merusak permukaan beton.
5). Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi
penguapan cepat.
6). Beton harus dibasahi paling sedikit selama 14 hari setelah pengecoran.

Toleransi berat batang contoh yang diujikan di dalam pasal ini sebagai berikut:
DIAMETER TULANGAN BAJA TOLERANSI BERAT
TULANGAN ( d ) ( mm ) YANG DIUJIKAN (%)
6 mm ≤ d ≤ 8 mm + 7%
10 mm ≤ d ≤ 14 mm + 6%
16 mm ≤ d ≤ 28 mm + 5%
d > 28 mm + 4%

Toleransi Ukuran Diameter adalah sebagai berikut Sumber : SNI 2052 : 2014
Penyimpangan
DIAMETER TULANGAN BAJA TOLERANSI DIAMETER
Kebundaran
TULANGAN YANG DIUJIKAN ( mm)
(%)
6 + 0.3 mm
8 mm ≤ d ≤ 14 mm + 0.4 mm Maksimum 70 %
16 mm ≤ d ≤ 25 mm + 0.5 mm dari
28 mm ≤ d ≤ 34 mm + 0.6 mm batas toleranssi
d ≥ 34 mm + 0.8 mm
Sumber: SNI 2052 : 2014
Sebelum pengiriman baja tulangan dilakukan, Penyedia Jasa/ Penyedia Barang / Jasa
Pemborongan harus menunjukan sample, hasil uji Tarik, berat dan Diameter yang
akan digunakan. Hal ini akan mempermudah dan dapat menjaga kualitas. Di lokasi
proyek Penyedia Barang / Jasa Pemborongan harus menyediakan alat scalemate
untuk mengukur diameter tulangan polos dan dimasukkan dalam dokumen penawaran
data teknis.
Benda uji. harus adalah silinder beton dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm,
yang untuk setiap 5 m3 produksi adukan beton harus diwakili minimal dua buah benda
uji. Tata cara pembuatan benda uji tersebut harus mengikuti ketentuan yang terdapat
di dalam standar Metoda Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium
(SK SN1 M-62-1990-03). Benda Uji Beton harus teridentifikasi, dan dikelompokan
berdasar waktu pemakaian saat penuangan mortal pada Formwork/Bekesting.
Untuk kekentalan adukan, setiap 5 m3 adukan beton harus dibuat pengujian slump,
dengan ketentuan sebagai berikut:
pengujian slump, dengan ketentuan sebagai berikut:

BagianKonstruksi Nilai Slump (cm)


Balok 10 ± 2
Untuk pekerjaan ini dilokasi proyek Penyedia Barang / Jasa Pemborongan harus
menyediakan alat slump test minimal 1 unit untuk uji workability dan cetakan silinder
beton/kubus beton sebanyak 10 unit Untuk pembuatan benda uji beton. Alat ini juga
dimasukkan dalam dokumen teknis usulan penawaran.
Apabila ada hal-hal yang belum tercakup di dalam persyaratan teknis ini, Pelaksana
harus mengacu pada seluruh ketentuan yang tercakup di dalam Bab 5, Tata Cara
Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal (SK SNI T-15-1990-03).
Mutu beton yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut:
BagianKonstruksi Mutu beton (f’c)
Balok 26,4 Mpa (K-300)

18. Pekerjaan Pintu, Jendela dan Boven.


18.18.1.Lingkup Pekerjaan :
Pekerjaan pintu meliputi seluruh pekerjaan pembuatan dan pemasangan pintu
sesuai gambar perencanaan.

18.18.2.Material
a. Alumunium 4” Tebal minimal 1 mm “ALEXINDO, ALUTAMA, YKK “.
b. Ram Alumunium 3” Tebal minimal 1 mm “ALEXINDO, ALUTAMA, YKK “.
c. Metal Stud 34.100.0,5mm.
d. Kaca bening, kaca es, kaca tempered “ASAHIMAS, MIRALUX, MULIA “.
e. Door Closer “ SOLID, FINO, DORMA, DEKSON “.
f. Handle stainlees “ SOLID, FINO, DORMA, DEKSON “.
g. Patch Lock Fitting “ SOLID, FINO, DORMA, DEKSON “.
h. Patch Fitting “ SOLID, FINO, DORMA, DEKSON “.
i. Floor Hinges “ SOLID, FINO, DORMA, DEKSON “.
j. Rambuncis merek “ SOLID, FINO, DORMA, DEKSON “.
k. Cassement merek “ SOLID, FINO, DORMA, DEKSON “.
l. Engsel, grendel, kait angin, “ SOLID, FINO, DORMA, DEKSON “.
m. Rell pintu lipat “ SOLID, FINO, DORMA, DEKSON “.
n. Aluminum louvre.
o. Pintu darurat Uk. 90 x 210cm
- Frame : C Profil SPCC 2,00mm
- Door Panel : SPCC 1,5m
- Infilling : Rockwall 100 kg/m3
- Handle Pintu Panik Bar
- Fire Rate : 2-3 Jam
p. Double plywood 6mm finnish melamin.
q. Friction stay.
r. Stiker Sunblasting.
s. material lainnya dan material pendukung seperti silent, baut dan lain-
lain.Ukuran, ketebalan, dan dimensi menyesuaikan dengan gambar sesuai
dengan jenis pekerjaannya.

18.18.3.Pelaksanaan pekerjaan
a. Penyedia Jasa konstruksi harus menyediakan sempel material yang harus
disetujui oleh Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas, sekurang-kurang nya
2 hari sebelum pekerjaan dilaksanakan.

b. Pabrikasi kusen/rangka pintu harus dilaksanakan oleh bengkel yang


berpengalaman dengan teknisi yang handal dan peralatan yang sesuai
penggunaannya.
c. Posisi dan ketinggian kusen/rangka harus sesuai dengan gambar rencana.
d. Kusen/rangka harus siku pada semua sudutnya dan rapat pada setiap
sambungannya.
e. Instalasi daun pintu harus sempurna sehingga daun pintu bisa dibuka dengan
lancar dan ditutup dengan rapat, tanpa menggesek bagian lain dari kusen
atau lantai.
f. Apabila pekerjaan ini di sub kontrakkan maka penyedia Jasa konstruksi harus
memberitahukan pada Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis serta harus
mendapat persetujuan terlebih dahulu, dan harus memberikan garansi tertulis
yang meliputi kesempurnaan, pemasangan, pengoperasian, dan kondisi
semua pintu untuk periode sampai dengan masa pemeliharaan berakhir.
g. Seluruh bagian aluminium harus datang di lokasi dilengkapi dengan
pelindung/lapisan plastik yang melekat disetiap batang aluminium dan baru
boleh dibuka setelah mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.
Pemasangan kusen dan daun pintu/ jendela aluminium pada dinding harus
dalam kondisi plastik pelindung tetap melekat pada setiap batang aluminium,
dan baru boleh dibuka setelah semua pekerjaan finishing dinding selesai
seluruhnya, dengan persetujuan Pengawas.
Pemotongan aluminium mengunakan mesin potong, mesin punch, drill,
sedemikian rupa sehingga memperoleh hasil yang sudah dirangkai

19. Pekerjaan Keramik.


19.19.1.Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan Keramik meliputi pekerjaan pemasangan keramik pada lantai, dinding
dan tangga sesuai dengan gambar rencana.

19.19.2.Material
Keramik lantai menggunakan Homogenius Tile Ukuran 60 x 60cm “ VENUS
TILES, INDOGRESS “ dengan Plin keramik ukuran 10 x 60cm. Pada teras
menggunakan Homogenius Tile Ukuran 60 x 60cm ( UNPOLISH ) “ VENUS
TILES, INDOGRESS “ dengan plin keramik ukuran 10 x 60cm.
Pada lantai kamar mandi dan lavatory menggunakan keramik ukuran 30 x 30cm “
KIA, MILAN “. Penutup dinding kamar mandi menggunakan keramik ukuran 30 x
60cm “ KIA, MILAN “. dengan list keramik ukuran 10 x 30cm merek “ KIA “.
Keramik lantai tangga menggunakan Homogenius Tile Ukuran 60 x 60cm “
VENUS TILES, INDOGRESS “ dengan Stepnozing Ukuran 8 x 60 cm.
Pada trotoar menggunakan keramik lantai ukuran 40 x 40cm ( UNPOLISH ) “ KIA,
MILAN “.

19.19.3.Pelaksanaan
a. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan keramik meliputi
volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur
pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai untuk mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas disertai gambar shop drawing.

b. Keramik yang masuk ke tapak harus diseleksi, agar sesuai dengan ukuran,
bentuk dan warna yang telah ditentukan. Dus keramik harus dalam keadaan
tersegel dengan spesifikasi yang ditentukan. Warna, ukuran, tekstur, dan
bentuk harus seragam. Keramik yang tidak sesuai dengan spesifikasi tidak
boleh dipasang.
c. Pemasangan keramik boleh dilakukan bila Instalasi M&E pada lantai sudah
selesai.
d. Untuk keramik jenis acian semen, keramik harus direndam air hingga jenuh
air terlebih dahulu sebelum dipasang, untuk keramik jenis addesive keramik ,
keramik tidak boleh direndam air.
e. Kecuali ditentukan lain pada spesifikasi ini atau pada gambar, level yang
tercantum pada gambar adalah level finish lantai, karenanya screeding dasar
harus diatur hingga memungkinkan pada keramik dengan ketebalan yang
berbeda permukaan finishnya terpasang rata.
f. Header/kepalaan keramik harus dibuat pada dua arah dengan bantuan
teodolit
g. Adukan semen untuk screeding dibuat dengan pebandingan 1 pc : 3 pasir.
Adukan perekat dengan perbandingan 4,5 kg adesive dengan 1 liter air.
h. Lantai harus benar-benar terpasang rata, baik yang ditentukan datar maupun
yang ditentukan mempunyai kemiringan.
i. Kemiringan tidak boleh kurang dari 25 mm pada jarak 10 m untuk area toilet.
Sedangkan untuk area lain, tidak boleh kurang dari 12 mm pada jarak 10 m.
Kemiringan harus lurus hingga air bisa mengalir semua tanpa meninggalkan
genangan.
j. Pemotongan keramik harus menggunakan alat yang sesuai agar
menghasilkan hasil potongan yang rata, tidak bergerigi.
k. Keramik harus dilindungi dari pergerakan selama 48 jam setelah pemasangan
dengan menempatkan rambu atau tanda.
l. Pasangan keramik harus diperiksa jarak dan kelurusan nat-nya, tidak kosong
aciannya, tidak retak dan gores, beda tinggi keramik (plint) maksimal 1 mm.
m. Keramik boleh di-grouting atau kolot setelah berumur 24 jam. Warna grouting
harus seragam, halus dan tanpa celah, bila perlu gunakan alat bantu untuk
meratakan grouting. Tepi dinding diberi sealant atau dibiarkan saja tanpa
grouting untuk ruang muai-susut.

20. Pekerjaan Conblock


20.20.1. Lingkup pekerjaan
Pekerjaan Conblock meliputi pekerjaan pemasangan Conblock dan Grassblock
sesuai dengan gambar rencana.

20.20.2. Standar Persyaratan bahan


 Semua material yang akan digunakan harus memenuhi standar SII,
terutama pada hal-hal kekuatan, ukuran, perubahan warna.
 Material conblock, grassblock dan kansteen yang digunakan setara
dengan merek Conblock Indonesia atau lainnya ditentukan dengan test
laboratorium atau sertifikat.

20.20.3. Material
 Conblock, segi-empat abu-abu 8 cm, K-300.
 Grassblock Tipe 8 Lubang, K-300.
 Kansteen Kansteen Uk. 40 x 20 x 10

20.20.4. Pelaksanaan Pekerjaan :


 Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari,
penyedia Jasa konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan
Conblock dan Grassblock meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan
alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan
dipakai untuk mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas disertai
gambar shop drawing.
 Conblock dan Grassblock yang masuk ke tapak harus diseleksi,
agar sesuai dengan ukuran, bentuk dan warna yang telah ditentukan. Warna,
ukuran, tekstur, dan bentuk harus seragam. Conblock dan Grassblock yang
tidak sesuai dengan spesifikasi tidak boleh dipasang.
 Pemasangan Conblock dan Grassblock boleh dilakukan bila
Instalasi M&E pada pekerjaan dibawah nya sudah selesai.
 Sebelum Conblock dan Grassblock dipasang level bidang tanah
harus sudah dipadatkan, kemudian level pasir urug dengan ketebalan sesuai
gambar dipadatkan menggunakan alat pemadat, kemudian Conblock di
pasang sesuai level yang ditentukan.
 Header/kepalaan Conblock/Grassblock harus dibuat pada dua
arah dengan bantuan teodolit.
 Pada Conblock/Grassblock pola sambungan antar bidang harus
diakat menggunakan pasangan pengunci mengikuti bidang pola yang ada.
 Kemiringan tidak boleh kurang dari 2% untuk area bidang jalan.
Sedangkan untuk area lain, tidak boleh kurang dari 12 mm pada jarak 10 m.
Kemiringan harus lurus hingga air bisa mengalir semua tanpa meninggalkan
genangan.
 Pemotongan Conblock/Grassblock harus menggunakan alat yang
sesuai agar menghasilkan bodang potongan yang rata, tidak bergerigi.
 Setelah Conblock terpasang, Conblock/Grassblock di ratakan
menggunakan alat mempunyai bidang berat minimal ¼ ton.

21. Pekerjaan Plafond.


21.21.1. Lingkup pekerjaan
Pekerjaan Plafond meliputi pemasangan Plafond Gypsum 0.9 mm, Modul 60 x 60
cm Plafond + Rangka Hollow Galvanis 40.40.0,3 mm dan 40.20.0,3 mm dan
plafond Kalsium silikat tebal 6 mm Modul 60 x 60 cm Plafond + Rangka Hollow
Galvanis 40.40.0,3 mm dan 40.20.0,3 mm dengan list profil gypsum, detail seperti
yang ditunjukkan pada gambar rencana.

21.21.2. Material
a. Rangka besi hollow 40.40.0,3mm dan 40.20.0,3mm Galvanized.
b. Gypsum Board 9mm, uk. 240 x 120 cm “ NUSABOARD, JAYABOARD,
DYNOGID “.
c. Kalsium Silikat tebal 6 mm uk. 240 x 120 cm " KALSIPLANK,
NUSABOARD, JAYABOARD " bebas asbes.
d. List profil gypsum lebar 5-10 cm “ LOCAL “.
e. Kasa gypsum.
f. Tepung gypsum “A PLUS, ELEPHANT “.
g. Alkasit “A PLUS, ELEPHANT “.
h. Paku skrup.
i. Kawat penggantung.

21.21.3. Pelaksanaan pekerjaan


a. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan plafond meliputi volume
pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur
pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai untuk mendapat
persetujuan dari Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas, di sertai gambar
shop drawing.
b. Arah dan jarak seperti yang di tunjukkan pada gambar.
c. Pola plafond harus sesuai dengan gambar rencana.
d. Penggantung antara rangka plafon`dengan penggantung atas
menggunakan kawat penggantung dengan diameter minimal 4 mm.
e. Batas antara plafond dan dinding harus membentuk sudut yang rapi
dengan sudut dan ukuran seperti pada gambar, dengan menggunakan list
profil gypsum.
f. Opening untuk pekerjaan M&E harus sesuai dengan gambar rencana.
g. Penyambungan antar plafond harus rapat tidak menimbulkan goresan
bekas sambungan.

22. Pekerjaan Railing.


22.22.1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi bahan, peralatan, tenaga kerja untuk melaksanakan pekerjaan
pemasangan railing tangga.

22.22.2. Spesifikasi Bahan / Material


1. Railling Tangga Utama
a. Besi Hollow Stainlees 40.60.2,3mm.
b. Besi Hollow Stainlees 20.40.2,3mm.
c. Ornamen Besi Strip.
2. Railling Tangga Darurat.
a. Besi Hollow Stainlees 40.60.2,3mm.
b. Besi Hollow Stainlees 20.40.2,3mm.
c. Ornamen Besi Strip.

22.22.3. Pelaksanaan Pekerjaan


1. Sebelum melaksanakan pekerjaan Penyedia Jasa Konstruksi harus
berkoordinasi dengan Konsultan Pengawas.
2. Semua material yang dikerjakan harus mengacu pada spesifikasi teknis
yang tertulis dalam dokumen ini.
3. Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh aplikator yang resmi dan disubkonkan
dibuat surat kerja sama.
4. Desain railing dan dimensi harus disesuaikan dengan gambar kerja.

23. Pekerjaan Aluminium Composit Pannel (ACP).


23.23.1.Lingkup pekerjaan
Bagian ini meliputi pengadaan bahan, tenaga, peralatan, termasuk seluruh
pekerjaan pemasangan Aluminium Composit Pannel (ACP) seperti ditunjukkan
dalam gambar termasuk perlengkapan/asesoris dan bahan penutup dan atau
pengisi (sealant) seperti tertera pada gambar-gambar. Sebagai Pekerjaan yang
disyaratkan disubkontrakkan.
23.23.2.Material
a. Aluminium Composit Pannel (ACP) eksterior 4mm, PVDF 0,3 alloy 3003
merek “ SEVEN “.
b. Rangka besi hollow 40.40.1,2mm.
c. Bracket besi siku 40.40.2,8mm.
d. Stiffener.
e. Assesoris ( sealant, lakban, skrup, spon mati )

23.23.3.Pelaksanaan Pekerjaan
1. Fasteners, termasuk skrup tersembunyi, kacang – kacangan, baut dan item
lainnya yang diperlukan untuk menghubungkan alumunium dan pemasangan
menggunakan Alumunium Stiffener.
2. Blind digunakan untuk memasang paku keling panel ke sub – frame
alumunium akan alumunium paduan dengan baja stainless Mandrel.
3. Semua panel harus dipotong dan diarahkan satu arah panah menggunakan
peralatan dan alat – alat yang direkomendsikan dan disetujui oleh produsen
panel. Setelah lipat kedalam kaset, sebuah alumunium ekstrusi profil akan
ditetapkan untuk 25mm minimum dalam tikungan kembali menggunakan paku
keling 5mm
4. Jika penguatan panel akan dibutuhkan, sebuah alumunium ekstrusi profil
yang sesuai penampang dan kekuatan akan terikat ke sisi sebaliknya panel
menggunakn pita perekat sisi “3M VHB4991” atau PU perekat “Sikaflex –
221”. Penerapan sistem ikatan akan diperketat sesuai dengan spesifikasi
manufaktur dan rekomendasi, ujung mekanis menggunakan stiffiner akan
bergabung ke panel sub – frame.
5. Setiap panel harus ditandai di sisi sebaliknya untuk memudahkan identifikasi
ukuran dan lokasi.
6. Selesai panel akan disimpan dan dikirim ke site / lokasi dalam posisi vertikal,
face-to-face resp. back-to-kembali, dengan perlindungan yang memadai
untuk mencegah goresan dan penyok.
7. Pengelupasan pelindung diterapkan pabrik-off foil hanya boleh dihapus

24. Pekerjaan Rangka Atap Dan Penutup Atap.


24.24.1. Lingkup pekerjaan :
Pekerjaan rangka atap meliputi pekerjaan kuda-kuda, gording, usuk, reng,
penutup atap, bubungan, lisplank dan pekerjaan atap lainnya seperti yang
ditunjukkan pada gambar kerja.

24.24.2. Standar :
a. PKKI ( Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia ).
b. SKBI 4362-1986 ( Spesifikasi Kayu Awet Untuk Perumahan dan Gedung )
c. Pd S-25-2000-03 (Spesifikasi Baja Struktural ).
d. SNI 03-1729-1989 (Tata Cara Perencanaan Bangunan Baja Untuk Gedung)
e. SNI-07-4096-2007 (Baja Lembaran dan Gulungan Lapis Paduan Aluminium-
Seng (Bj.L AS))

24.24.3. Material :
a. Baja 2L 70.70.7mm Dan 4L 70.70.7mm.
b. Baja 2L 50.50.5mm.
c. Penguat Dudukan Kuda - Kuda Baja L 50.50.5mm.
d. Dudukan Gording Baja L 50.50.5mm
e. Plat plendles tebal 12mm
f. Plat buhul 10mm.
g. Anchor Bolt M.19.
h. Mur Baut HTB M16.
i. Mur Baut HTB M12.
j. Nok LLC 2 x 150.65.20.3,2mm
k. Gording LLC 2 x 150.65.20.3,2mm
l. Jurai LLC 2 x 150.65.20.3,2mm
m. Trekstang Besi D.19 mm :
 Besi D.19mm.
 Plat Tebal 10 mm.
 Jarum Keras M16.
 Baut HTB M16.
n. Sargod Besi Ø 12 mm.
o. Usuk dan reng baja ringan merek " GALVA STEEL, GIGA STEEL, TASO ".
p. Penutup atap menggunakan Atap Genteng Keramik Berglasir “ KIA,
KANMURI “.
q. Bubungan Atap Atap Genteng Keramik Berglasir “ KIA, KANMURI “.
r. Lisplank menggunakan Kalsiplank Lebar 20 cm, Tebal 8mm 2 x 200 mm “
KALSIPLANK, JAYA BOARD, GRC BOARD “.
24.24.4. Pelaksanaan pekerjaan :
a. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan rangka atap dan
penutup atap meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal
pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai
disertai sertifikat hasil pengujian material untuk mendapat persetujuan dari
Pelaksana Teknis dan Konsultan Pengawas, disertai gambar shop drawing.
Detail pemasangan rangka dan penutup atap menyesuaikan dengan gambar
kerja, dengan spesifikasi material sesuai dengan yang telah ditentukan di
atas. Untuk pemasangannya juga harus sesuai dengan ketentuan metode
pemasangan/aplikasi pabrikasi (brosur) dari produk tersebut, dimana antara
lain untuk baja konvensional, baja ringan dan penutup Atap Genteng Keramik
Berglasir “ KIA, KANMURI “.
b. memiliki prosedur khusus dalam pemasangannya, yang meliputi aturan
pemasangan, overhang, dan lain-lain. Penyedia jasa bertanggung jawab dan
harus memperbaiki atas segala kerusakan, kegagalan, maupun kesalahan
yang terjadi akibat ketidaksesuaian dalam pemasangan di lokasi proyek
dengan gambar kerja dan metode dari pabrikasinya..
c. Pekerjaan besi/baja menggunakan ukuran maupun ketebalan sesuai dengan
gambar rencana dan material yang sudah ditentukan dalam dokumen ini.
Pemasangan harus terpasang kuat, kokoh, tidak goyah, terutama pada
penyambungannya.
d. Penyedia Jasa konstruksi harus menyerahkan contoh penutup atap yang
akan digunakan untuk mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas dan
Pelaksana Teknis.
e. Apabila pekerjaan ini di sub kontrakkan maka penyedia jasa konstruksi harus
memberitahukan pada Konsultan Pengawas dan PPTK serta harus mendapat
persetujuan terlebih dahulu
f. Kuda-kuda, dan usuk reng yang menggunakan baja ringan, sudah termasuk
satu paket dengan pekerjaan talang yang melingkupinya.
g. Pemasangan Atap Genteng Keramik Berglasir “ KIA, KANMURI “ harus
dilaksanakan oleh teknisi yang handal (aplikator langsung dari
pabrik/disributor, yang dibuktikan dengan surat penugasannya/surat kerja dari
instansinya) dan peralatan yang sesuai penggunaannya, sehingga teknik dan
hasil pemasangan akan dapat sesuai sistem aplikasi pemasangan yang
disyaratkan oleh pabrikasinya. Sistem garansi produk tersebut harus jelas
dan harus mendapat persetujuan dari PPTK dan Konsultan Pengawas.
h. Seluruh pekerjaan atap harus terkerjakan rapi, kokoh, rapat, dan tidak bocor.

25. Pekerjaan Rangka Atap Berserta Usuk Dan Reng Baja Ringan.
25.25.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan rangka atap baja ringan adalah pekerjaan pembuatan dan
pemasangan struktur atap berupa rangka batang yang telah dilapisi lapisan anti
karat. Rangka batang terdiri dari rangka pengisi (web), rangka utama bawah
(bottom chord) dan rangka utama atas (top chord) membentuk bidang segitiga.
Rangka reng (batten) langsung dipasang diatas struktur rangka atap utama
dengan jarak sesuai dengan ukuran jarak genteng. Seluruh rangka tersebut
disambung menggunakan baut menakik sendiri (self drilling screw) dengan
jumlah yang cukup.
Pekerjaan rangka atap baja ringan meliputi:
a. Pengukuran bentang bangunan sebelum dilakukan fabrikasi
b. Pekerjaan pambuatan kuda-kuda
c. Pengiriman kuda-kuda dan bahan lain yang terkait ke lokasi proyek
d. Penyediaan tenaga kerja beserta alat/bahan lain yang diperlukan untuk
pelaksanaan pekerjaan
e. Pekerjaan pemasangan seluruh rangka atap kuda-kuda meliputi struktur
rangka kuda-kuda (truss), balok tembok (top plate/murplat), reng, sekur
tritisan, ikatan angin dan bracing (ikatan pengaku)
f. Pemasangan jurai dalam (valley gutter)
Pekerjaan rangka atap baja ringan tidak meliputi:
a. Talang selain jurai dalam
b. Pemasangan penutup atap
c. Pemasangan kap finishing atap
d. Asesoris atap

25.25.2. Material :
1. Material struktur rangka atap
a. Lapisan anti karat:
Material baja harus dilapisi perlindungan terhadap serangan korosi
sesuai dengan Australian Standart AS 1397-2011 for General Purpose
Coating.
 Galvanised (Z220)
- Jenis : Hot-dip zinc
- Pelapisan : Galvanised
- Kelas : Z220
- Katebalan pelapisan : 220 gr/m2
- komposisi : MINIMAL 95% zinc, 5% bahan campuran
silicon
b. Properti makanikal baja (Steel mechanical properties)
 Baja Mutu Tinggi G 550
 Kekuatan Leleh Minimum : 550 Mpa
 Tegangan Maksimum : 550 Mpa
 Modulus Elastisitas : 200.000 Mpa
 Modulus geser : 80.000 Mpa
c. Geometri profil rangka atap
 Rangka Atap

Chord Web web


95Z08,95Z10 & 75Z08 65C08 75W08 & 75W10

Profil yang digunakan untuk rangka atap adalah


i. 95Z08 profil Z tinggi 95 mm dan tebal 0,8 mm untuk rangka
batang utama (top chord dan bottom chord)
ii. 95Z10 profil Z tinggi 95 mm dan tebal 1,0 mm untuk rangka
batang utama (top chord dan bottom chord)
iii. 75Z08 profil Z tinggi 75 mm dan tebal 0,8 mm untuk rangka
batang utama (top chord dan bottom chord)
iv. 65C08 profil C tinggi 65 mm dan tebal 0,8 mm untuk rangka
batang pengisi (web)
v. 75W08 profil W tinggi 75 mm dan tebal 0,8 mm untuk rangka
batang pengisi (web)
vi. 75W10 profil W tinggi 75 mm dan tebal 1,0 mm untuk rangka
batang pengisi (web)
 Reng

Profil yang digunakan untuk reng adalah:


i. 35B50 profil U tinggi profil 35mm dan tebal 0,5 mm
 Galvagrip

Konektor antara kuda-kuda baja ringan dengan murplat (top plate)


berfungsi untuk menahan gaya lateral tiga arah, standart teknis sebagai
berikut:
- Galvabond : Z220
- Yield Strength : 250 Mpa
- Design Tensile Strength : 150 Mpa

 Brace System (bracing)

i. BOTTOM CHORD BRACING


Pengaku/ikatan pada batang tarik bawah (bottom chord) pada
kuda-kuda baja ringan.
ii. LATERAL TIE BRACING
Pengaku/bracing antara web pada kuda-kuda baja
ringan,sekaligus berfungsi untuk mengurangi tekuk lokal
(buckling) pada batang tekan (web),standar teknis mengacu
pada desain struktur kuda-kuda tersebut.
iii. DIAGONAL WEB BRACING (IKATAN ANGIN)
Pengaku/bracing diagonal antara web pada kuda-kuda baja
ringan dengan bentuk yang sama dan letak berdampingan.
iv. STRAP BRACE (PITA BAJA)
Yaitu pengaku /ikatan pada top chord dan bottom chord kuda-
kuda baja ringan apabila bentang sudah melebihi 12 m.
 Talang Jurai Dalam (Valley Gutter)
Pertemuan dua bidang atap yang membentuk sudut tertentu, pada
pertemuan sisi dalam harus manggunakan talang dalam (Valley
Gutter) untuk mengalirkan air hujan. Ketebalan material jurai dalam
minimal 0,45 mm dengan detail profil seperti gambar dibawah.

 Alat Sambung (Screw)


Baut menakik sendiri (self drilling screw) digunakan sebagai alat
sambung antar elemen rangka atap yang digunakan untuk fabrikasi
dan instalasi, spesifikasi screw sebagai berikut:
Kelas Ketahanan Korosi Minimum Kelas 3
Panjang (termasuk kepala baut) 16mm
Kepadatan Alur 16 alur/inci
Diameter Bahan
Dengan alur 4,80 mm
Tanpa alur 3,80 mm

Kekuatan Mekanikal
Gaya geser satu baut 5,10 KN
Gaya aksial 8,60 KN
Gaya Torsi 6,90 KN

25.25.3. Persyaratan Pra-Konstruksi


a. Kontraktor wajib melampirkan
i. Surat dukungan produsen baja ringan
ii. Brosur asli
iii. Surat pernyataan garansi struktur 10 tahun yang dikeluarkan oleh
spesialis
kontraktor yang mempunyai pengalaman atau reverensi kerja lebih dari 10
tahun di buktikan / di lampirkan SIUP dengan jenis barang / jasa
dagangan utama kuda kuda baja ringan.
iv. Surat keterangan Laboratorium Struktur dan Bahan bangunan tentang
hasil
pengujian kuat tarik bahan baja ringan minimal G550 Mpa. berdasarkan
JIS 2241
v. Surat keterangan Laboratorium Struktur dan Bahan bangunan tentang
jenis lapisan antikarat galvanized dan ketebalan antikarat 220-275
gr/m2 berdasarkan Australian Standard : AS 1397-2011

b. Kontraktor wajib memberikan pemaparan produk sebelum pelaksanaan


pemasangan rangka atap baja ringan, sesuai dengan RKS (Rencana Kerja
dan Syarat) seperti pada pasal diatas. Produk yang dipaparkan sesuai
dengan surat dukungan dan brosur yang dilampirkan pada dokumen tender.
c. Kontraktor wajib menyerahkan gambar kerja yang lengkap berserta detail dan
bertanggung jawab terhadap semua ukuran-ukuran yang tercantum dalam
gambar kerja. Dalam hal ini meliputi dimensi profil, panjang profil dan jumlah
alat sambung pada setiap titik buhul.
d. Perubahan bahan/detail karena alasan apapun harus diajukan ke Konsultan
Pengawas, Konsultan Perencana dan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan
(PPTK) untuk mendapatkan persetujuan secara tertulis.
e. Eleman utama rangka kuda-kuda (truss) dilakukan fabrikasi diworkshop
permanen dengan menggunakan alat bantu mesin JIG yang menjamin
keakurasian hasil perakitan (prefabrikasi)

25.25.4. Persyaratan Pelaksanaan


a. Pembuatan dan pemasangan kuda-kuda dan bahan lain terkait, harus
dilaksanakan sesuai gambar dan desain yang telah dihitung dengan aplikasi
khusus perhitungan baja ringan sesuai dengan standar perhitungan
mengacu pada standar peraturan yang berkompeten.
b. Semua detail dan konektor harus dipasang sesuai dengan gambar kerja.
c. Perakitan kuda-kuda harus dilakukan di workshop permanen dengan
menggunakan mesin rakit (Jig) dan pemasangan sekrup dilakukan dengan
mesin screw driver yang dilengkapi dengan kontrol torsi.
d. Pihak kontraktor harus menyiapkan semua struktur balok penopang dengan
kondisi rata air (waterpas level) untuk dudukan kuda-kuda sesuai dengan
desain sistem rangka atap.
e. Pihak kontraktor harus menjamin kekuatan dan ketahanan semua struktur
yang dipakai untuk tumpuan kuda-kuda. Berkenaan dengan hal itu, pihak
konsultan ataupun tenaga ahli berhak meminta informasi mengenai reaksi-
reaksi perletakan kuda-kuda.
f. Pihak kontraktor bersedia menyediakan minimal 8 (delapan) buah genteng
yang akan dipakai sebagai penutup atap, agar pihak penyedia konstruksi
baja ringan dapat memasang reng dengan jarak yang setepat mungkin, dan
penyediaan genteng tersebut sudah harus ada pada saat kuda-kuda tiba
dilokasi proyek.

25.25.5. Jaminan Struktural


a. Jaminan yang dimaksud di sini adalah jika terjadi deformasi yang melebihi
ketentuan maupun keruntuhan yang terjadi pada struktur rangka atap Baja
Ringan, meliputi kuda-kuda, pengaku-pengaku dan reng. Bentuk jaminan
struktur harus diwujudkan dalam bentuk Surat Garansi dari Fabrikator dan
berlaku paling tidak 10 (sepuluh) tahun dari masa serah terima bangunan.
b. Kekuatan struktur Baja Ringan dijamin dengan kondisi sesuai dengan
Peraturan Pembebanan Indonesia dan mengacu pada persyaratan-
persyaratan seperti yang tercantum pada “Cold formed code for structural
steel”(Australian Standard/New Zealand Standard 4600:1996) dengan desain
kekuatan strukural berdasarkan ”Dead and live loads Combination
(Australian Standard 1170.1 Part 1) & “Wind load”(Australian Standard
1170.2 Part 2) dan menggunakan sekrup berdasarkan ketentuan “Screws-
self drilling-for the building and construction industries”(Australian Standard
3566).

26. Pekerjaan Cat.


26.26.1. Lingkup kerja :
Pekerjaan cat meliputi pekerjaan cat Tembok, cat plafond an cat besi. Sebelum
pengecatan dimulai, penyedia Jasa konstruksi harus melakukan pengecatan
pada satu bidang untuk tiap warna dan jenis cat yang diperlukan. Bidang-bidang
tersebut akan dijadikan contoh pilihan warna, texture, material dan cara
pengerjaan. Bidang-bidang yang akan dipakai sebagai mock up ini akan
ditentukan oleh Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas. Jika masing-masing
bidang tersebut telah disetujui oleh Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas,
bidang-bidang ini akan dipakai sebagai standard minimal keseluruhan pekerjaan
pengecatan.

26.26.2. Cat dinding dan beton


a. Lingkup Pekerjaan
Yang termasuk pekerjaan cat dinding dan beton adalah pengecatan seluruh
plesteran bangunan dan/atau bagian-bagian lain yang ditentukan gambar.
b. Material
Semua cat yang akan di pakai harus mendapat persetujuan dari PPK,
pengelola Teknis Dan Konsultan Perencana,setelah mengadakan percobaan
pengecatan (mock up).
c. Cat yang di gunakan
1) Tembok Luar Type " Weathershield ": “ DULUX, MOWILEX, PROPAN
EKSTERIOR “.
2) Tembok Dalam : “ CATYLAC, PROPERTIS, DECOLITE, PROPAN
INTERIOR “.
3) Tembok Plafon : “ CATYLAC, PROPERTIS, DECOLITE, PROPAN
INTERIOR “.
4) Dinding Partisi GRC Board : merek “ CATYLAC, PROPERTIS,
DECOLITE, PROPAN INTERIOR “.
5) Besi : Zincromate “ merek MEIJI “,
6) Cat besi merek “ BEE BRAND ".

26.26.3. Standar :
a. SNI 03-2407-1991 (Tata Cara Pengecatan Kayu Untuk Rumah dan
Gedung).
b. Tata Cara Pengecatan dinding untuk Rumah dan Gedung.
c. SNI 03-2408-1991 (Tata Cara Pengecatan Logam).
d. Pelaksanaan Pekerjaan
1) Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan pengecatan
meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal
pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai
disertai sertifikat hasil pengujian material untuk mendapat persetujuan
dari Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas.
2) Sebelum pengecatan dimulai plasteran telah berumur 14 hari, dinding
harus diamplas halus, bersih dari debu, lubang-lubang yang mungkin ada
sudah diisi, celah dan retak sudah diperbaiki
3) Permukaan dinding harus kering (periksa dengan higrometer, kelembaban
maksimal 15 %), kadar alkali rendah (periksa dengan kertas lakmus
setelah kurang lebih 10 menit berubah hijau).
4) Plamur digunakan untuk bekas bobokan, retak, dinding luar tidak boleh
menggunakan plamur.
5) Pekerjaan plamur dilaksanakan dengan pisau plamur dari plat baja tipis
dan lapisan plamur dibuat setipis mungkin sampai membentuk bidang
yang rata.
6) Untuk warna-warna yang sejenis, penyedia Jasa konstruksi diharuskan
menggunakan kaleng-kaleng dengan nomor percampuran (batch number)
yang sama.
7) Setelah pekerjaan cat selesai, bidang dinding merupakan bidang yang
utuh, rata, licin, tidak ada bagian yang belang.

26.26.4. Pekerjaan Cat Plafond


a. Lingkup Pekerjaan
Yang termasuk dalam pekerjaan cat plafond adalah plafond yang ditentukan
gambar.
b. Material
Cat yang digunakan dengan merek Catylac warna ditentukan PPK setelah
melakukan percobaan pengecatan (mock up)
c. Pelaksanaan Pekerjaan
1) Cat dasar menggunakan water based sealer untuk permukaan gypsum.
2) Selanjutnya semua metode/prosedur sama dengan pengecatan dinding
dalam kecuali tidak diigunakannya lapis alkali resistance sealer pada
pengecatan plafond.

26.26.5. Pekerjaan cat besi zincromate


a. Lingkup Pekerjaan
Yang termasuk pekerjaan ini adalah pengecatan bidang besi yang ditentukan
gambar.
b. Material
Manie yang digunakan adalah zincromate merek Meiji.
c. Pelaksanaan Pekerjaan
1) Semua kayu hanya boleh dimenie dan di cat di lokasi proyek dan
mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.
2) Sebelum pekerjaan manie dan cat dilakukan, bidang kayu kasar harus
diamplas dengan amplas kayu kasar dan dilanjutkan dengan amplas
kayu halus sampai permukaan bidang licin dan rata.
3) Pekerjaan manie dan cat dilakukan dengan menggunakan kuas, dilakukan
berlapis, sedemikian rupa sehingga bidang kayu tertutup sempurna
dengan lapisan manie dan cat.

27. Pekerjaan Mekanikal.


27.27.1.Lingkup Pekerjaan :
Pekerjaan mekanikal meliputi semua pekerjaan di dalam atau diluar gedung
untuk menyediakan air bersih dan membuang air bekas maupun air kotor dan air
hujan.

27.27.2.Material :
a. Kran air diameter 1/2" “ ONDA, SAN-EI, WASSER”.
b. Seal tape
c. Floor drain stainless steel “ONDA, ROUND ”.
d. Roof drain stainless steel “ONDA, ROUND ”.
e. Pipa PVC type AW “ RUCIKA, PRALON, VINILON “.
f. Kloset Duduk merek" TOTO ".

g. Kloset Jongkok merek" TOTO ".

h. Urinoir merek" TOTO ".

i. Penyekat urinoir merek “TOTO”

j. Wastafel merek " TOTO ".


k. Pengadaan Dan Pemasangan Bak Cuci Piring Stainlees merek " TOTO ".

l. Biofil Septictank, kapasitas 18 m3.


m. Tandon air 5.000 liter merek “ PINGUIN “.

27.27.3.Pelaksanaan pekerjaan
a. Pekerjaan Kloset
1). Kloset beserta kelengkapannya yang dipasang adalah yang telah diseleksi
dengan baik, tidak ada bagian yang gompal, retak atau cacat-cacat
lainnya dan telah disetujui Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis.
2). Kloset harus terpasang dengan kokoh letak dan ketinggian sesuai
gambar, waterpass. Semua noda-noda harus dibersihkan,
sambungan-sambungan pipa tidak boleh ada kebocoran-kebocoran.
b. Floor Drain
1). Floor drain yang digunakan adalah floor drain stainlees steel type merek
Onda.
2). Floor drain dipasang ditempat-tempat sesuai gambar.
3). Floor drain yang dipasang telah diseleksi baik, tanpa cacat dan disetujui
Konsultan Pengawas.
4). Pada tempat-tempat yang akan dipasang floor drain, penutup lantai harus
dilobangi dengan rapih, menggunakan pahat kecil dengan bentuk dan
ukuran sesuai ukuran floor drain tersebut.
5). Setelah floor drain terpasang, pasangan harus rapih, dibersihkan dari
noda-noda semen dan tidak ada kebocoran.
c. Pemasangan Pipa-pipa dan kran
 Pada pipa yang dipasang pada element struktur seperti pondasi, balok,
kolom, pipa tidak boleh langsung menembus bagian konstruksi, tapi
harus dibuat selubung (sleeve) dipasang pada tempat di mana pipa harus
menembus bagian struktur itu. Sleeve harus dilengkapi dengan tulangan
baja. Pipa harus masuk sepenuhnya di fitting maka untuk ini harus
dipergunakan alat pres. Selain itu pemotongan pipa menggunakan alat
yang sesuai dengan hasil tegak lurus terhadap batang pipa.
 Penggantung dan penumpu pipa
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk memasang penggantung atau
penumpu pipa
 Berat pipa
Berat yang harus dipertimbangkan bukan hanya berat pipa itu
sendiri, tetapi meliputi berat perlengkapannya, seperti katup, bahan
isolasi.
 Jenis pipa
Jarak antara penggantung atau penumpu bergantung pada jenis
bahan, karena adanya perbedaan kelenturan.
 Pipa yang berhubungan dengan mesin atau peralatan bergerak atau
berputar dapat meneruskan getaran mesin atau peralatan tersebut
ke dalam ruangan lainnya. Baik melalui konstruksi gedung, sehingga
dapat menimbulkan kebisingan dan resonansi. Penggantung atau
penumpu pipa sebaiknya dapat mencegah perambatan getaran.
 Ekspansi pipa
Penggantung atau penumpu pipa harus mampu menampung adanya
perubahan panjang pipa akibat perubahan temperatur pipa.
 Jarak antar pipa.
Jarak antar pipa dengan pipa dan antara pipa dan dinding atau
permukaan lainnya harus cukup lebar untuk memungkinkan
penggunaan alat-alat, pemasangan isolasi atau penutup pipa,
penngecatan dan pekerjaan perawatan lainnya . Jarak minimum 25
mm.
 Pertimbangan untuk pekerjaan lainnya.
Perlu diperhatikan juga jarak atau ruang yang perlu untuk pekerjaan-
pekerjaan lainnya yang nanti akan dipasang di sekitar pipa, seperti
saluran udara, pipa dan rak untuk kabel, dsb.
 Penggantungan pipa pada pipa lainnya.
Pipa tidak boleh digantungka pada pipa lainnya karena dapat
menimbulkan lendutan pada pipa diatasnya.
 Baut penggantung pipa
Baut ini harus dipasang vertikal dengan baik terutama kalau klemnya
dilengkapi dengan cincin karet peredam getaran. Harus dijaga agar
karet mendapat beban yang merata.

 Kebebasan arah lateral


Pipa harus dipasang dengan kuat oleh penggantung atau penumpu
agar tidak bergerak dalam arah lateral atau melintang.
 Jarak tumpuan atau penggantung untuk pipa tegak paling jauh 1,2
m.
 Penggantung atau penumpu harus dipasang pada
No Diameter Pipa Jarak
penumpu/penggantung
1 < 16 mm  0,75 m
2 20 - 40 mm 1,0 m
3 50 mm 1,2 m
4 65 – 125 mm  1,5 m
5  150 mm 2m
- Jarak tumpuan atau penggantung untuk pipa mendatar
tergantung pada diameter pipa seperti pada tabel.
Penggantung atau penumpu harus dipasang pada :
- Di sekitar katup atau sambungan ekspansi (untuk katup ukuran
100 mm harus dipasang pada kedua sisi)
- belokan pipa mendatar
- dasar pipa tegak.
- cabang pipa
- pipa yang disambungkan ke mesin atau peralatan, di dekat
mesin atau peralatan tersebut
 Pipa harus dilem dengan kuat pada sambungannya, lem pipa yang
digunakan merek “Isarplast”. Kekuatan sambungan dibuktikan
dengan ditarik, harus kuat, tidak bergeser/lepas.
 Kran diberi seal tape secukupnya sebelum disambungkan pada pipa.

d. Pekerjaan Drainase
1. Penggalian
Penggalian parit untuk sistem drainase dan pembuangan air kotor harus
merupakan garis lurus dengan kedalaman, kemiringan yang ditunjukkan
pada gambar rencana. Parit tersebut harus mempunyai lebar sehingga
memungkinkan pekerja dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik
karena ruang geraknya mencukupi. Tanah galian tidak diperbolehkan
ditimbun melebihi 50 cm pada sisi-sisi parit tersebut dan sisa-sisanya
diberikan penahan dan sebagainya, jika diperlukan untuk menjaga
penggalian tanah melebihi dari yang direncanakan maka harus ditutup
dengan beton tumbuk atau beton lain sesuai dengan permintaan Direksi.
Pada saat pelaksanaan tanah galian yang akan digunakan kembali untuk
tanah timbunan harus dijaga agar tanah tersebut bebas dari pengotoran
yang dapat merusak mutu pekerjaan. Bagian bawah dari galian tanah
harus menunjukkan daya dukung yang baik agar dapat mendukung beban
yang akan bekerja di atasnya. Juga harus dihindari dari genangan air yang
dapat mengganggu lancarnya pekejaan.
2. Pipa Beton/Buis Beton
Ukuran pipa beton maupun sambungannya harus sesuai dengan gambar
rencana. Bentuk pipa harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. Pipa harus lurus, dengan ukuran sesuai rencana, ujungnya tajam dan
tidak rusak.
b. Permukaannya harus menunjukkan sifat-sifat yang merata dan tanpa
cacat berupa lubang-lubang atau retak-retak, permukaan diberi acian.
c. Pipa harus kering betul dan siap untuk dipasang.
d. Sambungan antara pipa yang satu dengan yang lain harus
dilaksanakan dengan mortar dengan perbandingan campuran 1 pc : 3
psr.
3. Letak Pipa Drainase
Setiap pipa harus diperhatikan secara seksama pada saat tiba di tempat
pekerjaan. Pipa-pipa yang tidak sempurna tidak boleh dipakai dan harus
dipisahkan. Pipa drainase harus diletakkan merupakan garis lurus dan
dengan kemiringan seperti yang ditunjukkan pada gambar rencana.
Perhatian khusus harus diberikan agar penempatan pipa tersebut sesuai
hasil yang direncanakan dengan menempatkan patok-patok tetap dan
sebagainya.
4. Test Sistem Drainase
Setelah dirasa cukup maka sistem drainase harus di test terlebih dahulu
untuk menguji apakah seluruh sistem bisa bekerja dengan baik. Test
tersebut harus menunjukkan hasil yang baik dan tidak boleh menunjukkan
hambatan, yang berarti kurang berfungsinya seluruh sistem dengan baik.
Jika dipandang perlu oleh Direksi maka bagian yang cacat tersebut harus
dibongkar dan diperbaharui dengan kerja dan atas biaya Penyedia
barang/jasa.
5. Pembetulan Jalan, Lantan dan sebagainya.
Jika pipa-pipa dan sebagainya memotong jalan maka setelah pemasangan
nya berakhir bagian bangunan atau jalan yang kena pemotongan tersebut
harus dikembalikan seperti semula. Kerusakan akibat pemasangan pipa
dan sebagainya harus diperbaiki seperti sedia kala, dan segala biaya yang
dikeluarkan akibat kerusakan tersebut menjadi tanggungan Penyedia
barang/jasa.

28. Pekerjaan Pengadaan Pompa


28.28.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan yang berhubungan dengan pembuatan
Sumur, pengadaan pompa air bersih dan Instalasi Panel yang ditunjukkan dalam
gambar kerja.

28.28.2. Uraian Pekerjaan


Pekerjaan ini meliputi :
a. Membuat Sumur Dalam Dengan Pipa PVC 6” Type AW .
b. Pengadaan dan Pemasangan Pompa.
c. Penggantian dan Pemasangan Assesoris Pompa.
d. Pemasangan Instalasi Kabel Pompa dan Panel Box.

28.28.3. Pengadaan Bahan dan Material


Material dan bahan yang digunakan adalah :
a. Pompa Booster Grundfos CMB 1 - 36, Kapasitas 35 Menit/Liter, Daya Hisap 8
Meter, Daya Dorong 26 Meter Lengkap Dengan Instalasinya sesuai spek teknis
b. Pompa Grundfos SQ 7 - 40, Kapasitas 116 Liter/Menit, Head 37 Meter Lengkap
Dengan Instalasinya
c. Pasang panel pompa + WLC 18,5 KW X 3 PHASE - 380/660
d. Pasang kabel NYY 3x2.5 merek supreme untuk instalasi pompa automatis.
e. Pasang Kabel NYY 3x4 Sqmm dan NYY 3x6 Sqmm merek supreme untuk
instalasi pompa manual.
f. Pada Panel pompa menggunkan kabel NYY 4x35 sqmm sekualiatas supreme
g. Menggunakan Pipa AW dia 2 merek Rucika

28.28.4. Spesifikasi Bahan


Spesifikasi peralatan yang dipakai yaitu :
a. Pompa Grundfos SQ 7 – 40
 Kapasitas 116 Liter/Menit
 Head 37 Meter
b. Pompa Booster Grundfos CMB 1 – 36
 Kapasitas 35 Menit/Liter
 Daya Hisap 8 Meter
 Daya Dorong 26 Meter
 Inlet : 2 Inch
 Outlet : 2 Inc

28.28.5. Syarat Pelaksanaan


a. Penyedia jasa harus menyediakan bahan dan material kualiatas sesuai
dengan lingkup pekerjaan pada RKS atau gambar kerja. Apabila tidak terdapat
dalam RKS atau Gambar Kerja mengajukan kepada Pengguna Jasa dan
Konsultan Perencana untuk mendapatkan persetujuan.
b. Sebelum dilaksanakannya pembuatan sumur dalam, penyedia jasa harus
memhubungi konsultan atau pengguna jasa untuk memastikan titik sumur
sudah benar.
c. Memberikan garansi pemasangan pompa dan pembuatan sumur dalam,
apabila terjadi kerusakan pada waktu pemasangan dan pelaksanaannya.
d. Melengkapi dokumen penawaran dengan tatacara penggunaan dan perawatan
pompa, sehingga dapat dilakukan perawatan berkala oleh pengguna jasa.
e. Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh tenaga ahli/ personil terlatih.

29. Pekerjaan Pengadaan Dan Pemasangan Bio Septictank


29.29.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini adalah pengadaan dan pemasangan bio saptictank dan instalasi
lengkap dengan material bantu sampai dengan berfungsi. Untuk peletakannya
seperti yang ditunjukkan pada gambar rencana.

29.29.2. Pengadaan Bahan dan Material


Material dan bahan Menggunakan saptictank merek “ NANO OSCAR “ :
 Kapasitas 18m3.
 Ukuran Panjang 5700mm, Dia. 2000mm
 Model Horisontal.
29.29.3. Syarat Pelaksanaan
a. Penyedia jasa harus menyediakan bahan dan material kualiatas sesuai
dengan lingkup pekerjaan pada RKS atau gambar kerja.
b. Lakukan penggalian tanah dengan ukuran lebih besar sekitar 50 cm dari
ukuran tanki. Dasar penggalian harus rata dan padat, jika mengandung air,
usahakan buang terlebih dahulu sebelum memasang pondasi.
c. Pasang pondasi pada dasar galian sebagai penopang tanki bio. Tinggi bata
pondasi antara 1 sampai 2 lapis. Untuk perekatnya pakailah adonan pasir dan
semen.
d. Setelah pondasi kering, turunkan tanki ke dalam lubang galian dan atur posisi
pipa inlet mengarah ke kloset/WC, sedangkan pipa outlet mengarah ke IPAL.
e. Sebelum tanah diisikan disekeliling dinding tanki, lebih baik isi dahulu tanki bio
septic menggunakan air sampai separuh. Lakukan penimbunan dibagian
samping tanki dengan tanah, lalu padatkan
f. Isi lagi tanki hingga penuh dan lakukan penimbunan hingga batas tutup tanki,
dengan syarat pipa inlet dan outlet telah disambungkan dengan pipa sesuai
bagiannya
g. Cekan setiap sambungan, usahakan agar tidak bocor di masing-masing
sambungan
h. Tutup tanki dengan penutupnya, putar dengan kencang sehingga tidak bocor
i. Jika bagian atas tanki hendak dibebani dengan beban yang berat, maka
lakukan pengecoran dengan beton bertulang dengan ketebalan 10 cm
j. Lakukan pengetesan dengan menyiram air dari kloset/WC, dan bio septic tank
siap digunakan

30. Pekerjaan Hydrant


30.30.1. Lingkup pekerjaan
Pekerjaan Hydrant meliputi Pengadaan dan pemasangan Hidrant dan
instalasinya. Detail seperti yang ditunjukkan pada gambar rencana.

30.30.2. Standar
a. Perda Pemda setempat Penanggulangan Bahaya Kebakaran Dalam Wilayah
Setempat
b. Departemen Pekerjaan Umum, Skep Menteri Pekerjaan Umum No.
10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya
Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
c. NFPA-10, Standard for Portable Fire Extinguisher
d. NFPA-13, Standard for The Installation of Sprinkler Systems
e. NFPA-14, Standard for The Installation of Standpipe and Hose Systems
f. NFPA-20, Standard for The Installation of Centrifugal Fire Pumps
g. SNI 03-1735-2000
h. SNI 03-1745-2000
i. Mc. Guiness, Stein & Reynolds
j. Mechanical & Electrical for Buildings
k. Undang-undang Nomor 1Tahun 1970;
l. Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I No. Per. 02/ Men/ 1983;
m. Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I No. Per. 04/ Men/ 1995;
n. Intruksi Menteri Tenaga Kerja R.I No. Ins. 11/ Men/ 1997;
o. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 186/ Men/ 1999.

30.30.3. Material
a. Box Hydrant - “ OZEKI, APPRON, YAMATO “.
 Fire Hose 2,5 x 30 mtr Machino Coupling
 Hose rack 2,5”
 Hose Nozzle 2,5”
b. Pipa BS SCH 40 Ø 4" merek Spindo
c. Siamese Connection - “ OZEKI, APPRON, ALPINDO “.
d. Gate Valve “ KITZ, NBC, TOYO “.
e. Check Valve “ KITZ, NBC, TOYO “.
f. Flexibel Joint “ KITZ, NBC, TOYO “.
g. Safety Valve “ KITZ, NBC, TOYO “.
h. BCV (Branch Control Valve)
i. MCF (Main Control Valve)
j. Fire Extinguisher kap. 3 Kg Klass ABC tipe CO2.
k. Pengadaan Dan Pemasangan Pompa Hydrant
 diesel hydrant merek Ebara
 diesel hydrant
Type pompa : Centrifugal End Suction
Kapasitas : 2850 l/men
Head pompa : 85 m
Putaran pompa : 2.900 rpm
Daya pompa : +75 kW
Karakteristik listrik : 380 V, 3 phase, 50 Hz, Star Delta Start
Jumlah : 1 (satu) unit.
Lengkap dengan Panel Kontrol Electric Fire Pump.
 Electric hydran Pump 75 KW, Head 70 m
 Jockey pump ( Vertikal Multi Stage Pump ) 5.5 KW
 Pressure Tank merek Ebara Kapasitas 1000 liter lengkap dengan
instalasi.
 Apar dry chemical Powder “merek Servvo”
 BCV
 Priming Tank 100 liter
 Panel Control Hidran / Sprinkler Pump

30.30.4. Ketentuan Bahan dan Peralatan


a. Box Hidran
 Box terbuat dari plat dengan tebal + 2 mm.
 Dimensi box : lihat gambar perencana.
 Seluruh box dan pintu dicat merah dengan cat Duco ex Dana Paints dan
diberi tulisan Hydrant dengan warna merah.
 Panjang fire hose tidak kurang dari 30 M' mudah digulung, tahan
terhadap tekanan dan penyambungan dengan sistem quick coupling.
 Nozzle variable (zet spray) diameter 65 mm semua dalam keadaan baru
dan fabricated.
 Fire hose dari jenis black rubber lined yang memenuhi standard BS 6391
 Steel box recessed type, ukuran 750 mm, 1500 mm T & 250 mm D dicat
duco warna merah dengan tulisan warna putih HIDRAN pada tutup yang
dapat dibuka 180° dan dilengkapi stopper.
Box harus dilengkapi Alarm Push Button, Alarm Lamp dan Alarm Horn.
Merek untuk referensi adalah ITACHIBORI No.B- 8 dengan modifikasi.
 Hose rack untuk slang 40 mm, chronium plated bronze dengan jumlah
gigi disesuaikan dengan lebar box.
 Hydrant valve, chronium plated 40 mm dan 65 mm sambungan dan
bentuk valve disesuaikan dengan posisi pipa.
 "JET" Firehose A- one type size 40 mm x 30 meter including couplings.
(Jenis kopling disesuaikan dengan jenis Dinas Pemadam Kebakaraan
DKI).
 Hydrant nozzle variable spray type size 40 mm.

b. Spesifikasi BSP SCH 40


Tekanan Standard 40 bar
URAIAN KETERANGAN
Pipa BSP 40
Sambungan/fiting - Diameter 50 mm kebawah
Screwed
- Diameter 65 mm keatas Welding
Joint
Reducer Seperti diatas, model concentric
Solvent Cement Sesuai rekomendasi pabrik pembuat
c. Saimesh
Valve & Strainer Dia. 50 mm kebawah, malleable cast Connection
iron body class 200 lbs dengan
sambungan ulir, BS 21 / ANSI B 2.1.
Dia. 65 mm keatas, cast iron body
class 200 lb dengan sambungan
flanges, OS & Y Type
Siamese connection dibuat dari bronze lengkap dengan built-in check valve
dan outlet coupling yang sesuai dengan standard yang dipergunakan oleh
Dinas Pemadam Kota.
d. Kotak Hydrant Kebakaran Luar Gedung
Ukuran : 950 X 660 X 200 mm
Bahan : Mild steel ukuran 1,8 mm
Perlengkapan : - Linen Hose dia. 65 mm X 30 mm
- Machino coupling dia. 65 mm
- Variable jet & spray nozzle dia. 65 mm
- Hose rack
e. Sambungan Kembar Siam / Siamesse Connection
Ukuran : 100 X 65 X 65 mm
Type : Free standing type dengan chromium plated finish atau cast
Iron free standing type dengan lapisan anti karat.
Sambungan : Jenis coupling harus disesuaikan dengan dinas kebakaran
Setempat.
Perlengkapan :- Stop valve
- Bak kontrol dan tutup.
f. Gate Valve
 Tipe bronze body, non rising stem, screwed bonnet, solid wedge disk,
screwed end untuk valve sampai dengan diameter 50 mm atau bisa
digunakan tipe Butterfly untuk diameter 15 mm sampai dengan diameter
25 mm.
 Tipe flanged or lugged body, stainless steel disk, stainless steel shaft,
hand wheel operated with position indicator untuk valve lebih besar dari
diameter 50 mm dengan body material cast iron untuk tekanan 150 psi
dan carbon steel untuk tekanan 300 psi.
g. Check Valve
 Material bronze body, swing type, Y pattern, screwed cup, metal disk,
screwed end untuk valve sampai dengan diameter 50 mm.
 Swing silent type dengan stainless steel disk dengan body material cast
iron untuk tekanan 300 psi dan carbon steel untuk tekanan 300 psi.
 Khusus untuk pompa-pompa hydrophor digunakan dual plate wafer type
check valve.
h. Hydrant Valve
Size : 1 ½” ,2 ½” ,4”
i. Tes Commisioning, Tes Commisioning dilaksanakan setelah instalasi
terpasang. Pada test penyalaan ini akan diuji mutu instalasi.

31. Pekerjaan Fire Alarm.


31.31.1. Lingkup pekerjaan
Pekerjaan Fire Alarm meliputi Pengadaan dan pemasangan fire Alarm dan
instalasi lengkap dengan material bantu, pipa conduit, klem dan accessories
lainnya sampai dengan berfungsi. detail seperti yang ditunjukkan pada gambar
rencana.

31.31.2. Material
a. Instalasi Heat Detector type Rate Of Rise (ROR) dan Smoke detector
b. Heat Detector ROR (Detektor panas) “ APPRON, NITTAN “.
Dengan data teknis :
 Frequency test : dapat dipakai berulang kali
 Working temperature : 57 ° C
 Operating Voltage : ± 20 V DC
 Quescent Current : < 100 mA
 Alarm Current : < 80 mA
c. Smoke Detector (Detektor asap) “ APPRON, NITTAN “.
Dengan data Teknis :
 Frequency test : dapat dipakai berulang kali
 Operating Voltage : ± 20 V DC
 Quescent Current : ± 100 mA
 Alarm Current : maks. 100 mA
d. Instalasi Flow Switch, Tamper switch
e. Instalasi Manual Push Button/Break Glass
f. Instalasi Indicator Lamp
g. Instalasi Alarm Bell
h. Manual Push Button/Break Glass
i. Indicator Lamp “ APPRON, NITTAN “.
j. Alarm Bell “ APPRON, NITTAN “.
k. EOLR “ APPRON, NITTAN “.
l. Kabel NYA 2x1x1.5 mm dalam High Impact conduit dia. 20 mm merek “
SUPREME , TRANKA, KABELINDO ”.
m. MCFA merek “ HOOSEKI “
• MCFA yang digunakan memakai Sistem Semi Addressable, Fireman
intercom, Synthetic Sound, Nicad battery, Power supply charger yang
mempunyai voltmeter DC. MCFA harus mempunyai pintu dengan jendela
penglihat.
• MCFA ini harus mempunyai fasilitas lampu tanda :
− Bell Off
− Reset
− Testing
− Lamp test
− Fault Signal General
− Signal for Alarm Condition
− Signal for “Zone Off”
• MCFA ini harus mempunyai output berupa :
− Visible/Audible Alarm
− Visible/Audible Fault Alarm
− Test Signal (Visible)
− Optical Signal “Zone Off”

31.31.3. Pelaksanaan pekerjaan


a. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan Fire Alarm meliputi
volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur
pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai untuk mendapat
persetujuan dari Direksi Teknis dan Konsultan Management Konstruksi, di
sertai gambar shop drawing.
b. Peralatan
Koordinat tempat setiap peralatan akan ditentukan kemudian. Manual push
button dipasang bersatu dengan hydrant box. Alarm bell dipasang bersatu
dengan hydrant box, dan untuk ruangan tertentu dimana tidak terdapat
hydrant box maka pemasangannya 0,5 m dibawah plafond. Alarm lamp
dipasang bersatu dengan hydrant box. Disekitar detector harus ada ruang
bebas dengan radius minimal 0,75 m dari detector Peralatan sistem fire alarm
ini harus ditanahkan (grounding) dengan hambatan max. 2 Ohm. Supply
listrik untuk peralatan ini dimasukkan dalam kelompok emergency load dari
Genset.
c. Sistem Instalasi
- Semua instalasi kabel detektor yang berada pada daerah kolom
menggunakan sistem instalasi "INBOW".
- Semua kabel yang dipasang mendatar harus dipasang di trunking
kabel/kabel tray.
- Semua kabel yang dipasang di shaft secara vertikal harus dipasang pada
tangga kabel/lader.
- Konduit harus di klem ke struktur bangunan dengan sadle klem.
d. Trunking Kabel dan tangga kabel
- Trunking kabel dan tangga kabel harus dipasang Horizontal dan satu
garis vertikal.
- Tangga kabel dipasang ke dinding shaft dengan memakai 3 buah
dynabolt berukuran + 1/2-2" x 2" pada jarak 75 cm.
- Trunking kabel digantung dilantai bangunan dengan dynabolt berukuran +
1/-2" x 2".
- Kabel tray ini dipakai untuk instalasi sistem elektronik (Untuk instalasi
: Fire Alarm, Telephone, Sound System)
- Cara pemasangan kabel tray harus digantung pada dak beton dengan
besi bunder berulir (iron rod diameter 10 mm) dengan jarak antar besi
penggantung maksimum 150 cm
- Pada setiap belokan atau pencabangan bentuk kabel tray harus dibuat
sedemikian rupa sehingga belokan kabel sesuai dengan bending yang
diperkenankan. Tangga kabel terbuat dari Galvanized finishing
dimana untuk panjang dari masing- masing ukuran tersebut disesuaikan
dengan gambar rencana. Tangga
- kabel digunakan untuk keperluan instalasi kabel feeder sistem elektronik
(Untuk instalasi: Fire Alarm, Telephone dan Sound System).
- Kabel feeder yang dipasang pada tangga kabel atau cable ladder harus
diklem (diikat) dengan klem-klem kabel (pengikat/kabel tie) merek
LEGRAND atau setara.
- Sebelum dilakukan pemasangan kabeltray, harus dikoordinasikan terlebih
dahulu dengan instalasi lainnya (mis; VAC, Plumbing dan listrik).
- Jarak minimum antara kabel tray elektrikal & elektronik adalah 300 mm
- Tangga kabel dipasang ke shaft dengan memakai 3 buah dynabolt
berukuran ½" x 2" pada tiap kelipatan jarak maksimum 75 cm
- Pekerjaan Fire Alarm unit dan sejenis harus dilakukan oleh Aplikator yang
direkomendasikan pabrikan Fire Alarm.
e. Kabel
Kabel yang dipakai harus dari jenis NYM 2 x 1,5 mm dipasang dalam PVC
konduit untuk kabel intercom digunakan indoor telepon cable dengan
diameter 0,6 mm dipasang dalam conduit.
f. Konduit
Konduit yang dipakai adalah PVC high impact conduit dengan diameter
dalam minimum 1 1/2 kali diameter luar kabel.
g. .Material kabel tray
- Kabel Tray Arus Lemah 150 x 50 x 1,2 mm
- Kabel Tray arus kuat 300 x 50 x 1,2 mm
- Elbow 150 x 150 x 50 x 1,2 mm
- Elbow 300 x 300 x 50 x 1,2 mm
- Tee 150 x 150 x 50 x 1,2 mm
- Tee 300 x 300 x 50 x 1,2 mm

32. Pekerjaan Elektrikal.


32.32.1.Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan elektrikal meliputi pekerjaan Elektrikal yang ditunjukan oleh gambar
rencana.
32.32.2.Material dan item pekerjaan
a. Kabel NYM, NYA dan NYY “ SUPREME , TRANKA, KABELINDO ”.
b. Box panel MDP Gedung baru wall mounting 80 x 60 x 25 cm (terpasang dan
bisa di gunakan).
c. Box panel SDP Gedung baru wall mounting 60 x 40 x 20 cm (terpasang dan
bisa di gunakan).
d. MCB /3 PH/ “ SCHNEIDER, ABB, CHINT “.
e. MCCB /3 PH “ SCHNEIDER, ABB, CHINT “.
f. Lampu indikator RST 250V.
g. Fuse lamp indikator 2A.
h. SS (Switch selector).
i. CU bar 5 (40 X 6 mm)
j. Amper meter 500A.
k. Volt Meter 500A.
l. Ground road + BC 25 mm lengkap dengan elektroda tanah
m. Ground road + BC 10 mm lengkap dengan elektroda tanah.
n. Lampu Downlight LED 8 Watt “ PHILLIPS, OSRAM, GE “, dengan Armature “
PHILIPS, ARTOLITE, SCARTO “.
o. Lampu Downlight LED 15 Watt “ PHILLIPS, OSRAM, GE “, dengan Armature
“ PHILIPS, ARTOLITE, SCARTO “.
p. Lampu RM 2X18 W w/reflektor dengan armature “ PHILIPS, ARTOLITE,
SCARTO “ dengan Bolam “ PHILLIPS, OSRAM, GE “.
q. Lampu Barret Circular 22 W “ PHILLIPS, OSRAM, GE “ dengan armature “
PHILIPS, ARTOLITE, SCARTO “.
r. Lampu Taman 18 Watt, Dengan Tiang Galvanise Dia. 2" merek “ PHILLIPS “.
s. Lampu PJU 50 Watt.
t. Stop kontak Inbow “ CLIPSAL, PANASONIC, SCHNEIDER “.
u. Stop kontak AC “ CLIPSAL, PANASONIC, SCHNEIDER “.
v. Saklar double IB “ CLIPSAL, PANASONIC, SCHNEIDER “.
w. Saklar tunggal IB “ CLIPSAL, PANASONIC, SCHNEIDER “.
x. Saklar hotel “ CLIPSAL, PANASONIC, SCHNEIDER “.
y. Exhaust Fan Diameter = 40 cm merek “ PANASONIC, CKE, KDK “.
z. Semua instalasi dalam pipa conduit High Impact 20 mm “ EGA, CLIPSAL,
LEGRAND, PRALON “.

32.32.3.Pelaksanaan Pekerjaan
a. Sebelum mulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan elektrikal meliputi
volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur
pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai untuk mendapat
persetujuan dari Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas yang harus dilampiri
dengan shop drawing.
b. Untuk penyambungan kabel-kabel harus menggunakan terminal box
(dura doos, tee doos) dari PVC, Terminal box tersebut tutup nya harus dapat
dilepas dan dipasang kembali dengan mudah, dengan memakai sekrup,
sedang untuk penyambungan di dalam beton harus menggunakan terminal box
metal.
c. Pemasangan kabel di atas plafond harus disusun rapi dan di klem/ diikat
dengan kawat pada rak-rak kabel (trunking dan kabel-kabel tidak
diperkenankan diklem langsung pada konstruksi bangunan.
d. Apabila pada spesifikasi teknis atau pada gambar rencana disebutkan
merek tertentu atau kelas mutu dari material/ komponen tertentu, maka
penyedia Jasa konstruksi diwajibkan melaksanakan / menawar material yang
dalam mutu yang di sebutkan. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan terjadi
tidak dapat diadakan material yang disebutkan dalam tabel material, karena
alasan kuat dan dapat diterima pemilik, Konsultan Pengawas dan Direksi
Teknis, maka dapat carikan penggantinya merek / tipe dengan suatu sanksi
tertentu kepada penyedia Jasa konstruksi.

33. Pekerjaan AC dan Instalasi.


33.33.1. Lingkup pekerjaan
Pekerjaan AC meliputi pekerjaan instalasi power AC lengkap dengan stop kontak
AC dan Instalasi pipa drain.

33.33.2. Material
a. Kabel NYM 3 x 2,5 sqmm “ SUPREME, KABEL METAL,
KABELINDO “.
b. Stop Kontak AC “ PANASONIC, PHILIP, CLIPSAL “.
c. Pipa Referigerant 3/8".
d. Pipa drain AC PVC type AW “ RUCIKA, PRALON, VINILON “.
e. Air Conditioner Kap. 1/2 PK “ DAIKIN, LG, PANASONIC ”.
 Type : Split.
 Ukuran Pipa Liquid & Gas (Inch) : Dia.1/4” Dan Dia. 3/8 “.
 Tipe Refrigrant : R32.
f. Air Conditioner Kap. 1 PK “ DAIKIN, LG, PANASONIC ”.
 Type : Split.
 Ukuran Pipa Liquid & Gas (Inch) : Dia.1/4” Dan Dia. 3/8 “.
 Tipe Refrigrant : R32.

g. Air Conditioner Kap. 1 1/2 PK “ DAIKIN, LG, PANASONIC ”.


 Type : Split.
 Ukuran Pipa Liquid & Gas (Inch) : Dia.1/4” Dan Dia. 3/8 “.
 Tipe Refrigrant : R32.
h. Air Conditioner Kap. 2 PK “ DAIKIN, LG, PANASONIC ”.
 Type : Split.
 Ukuran Pipa Liquid & Gas (Inch) : Dia.1/4” Dan Dia. 3/8 “.
 Tipe Refrigrant : R32.

33.33.3. Pelaksanaan Pekerjaan


a. Sebelum memulai pekerjaan selambat lambatnya 2 hari, Penyedia jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan instalasi power AC dan
Instalasi drain meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga dan alat, jadwal
pelaksanaan dan alur pekerjaan serta contoh material yang akan dipakai
harus mendapat persetujuan dari Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas
disertai soft drawing.
b. Arah, letak dan jarak seperti yang ditunjukan pada gambar.
c. Pola pemasangan dan Instalasi harus sesuai rencana.
d. Semua instalasi pemasangan panel dan pengabelan harus sesuai dengan
rencana
e. Untuk pekerjaan selain di atas menyesuaikan dengan gambar kerja dan
spesifikasi material yang telah ditentukan.
f. Apabila pada spesifikasi teknis atau pada gambar rencana disebutkan
merek tertentu atau kelas mutu dari material/ komponen tertentu, maka
penyedia Jasa konstruksi di wajibkan melaksanakan / menawar material yang
dalam mutu yang di sebutkan. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan terjadi
tidak dapat di adakan material yang disebutkan dalam tabel material, karena
alasan kuat dan dapat diterima pemilik, Konsultan Pengawas dan Direksi
Teknis, maka dapat carikan penggantinya merek / tipe dengan suatu sanksi
tertentu kepada penyedia Jasa konstruksi.

34. Pekerjaan Perangkat Sentral Sound System


34.34.1. Lingkup pekerjaan
Pekerjaan Perangkat Sentral Sound System meliputi Pengadaan dan
pemasangan sound sistem dan instalasinya lengkap dengan material bantu, pipa
conduit, klem dan junction box dan material bantu lainnya sampai dgn berfungsi.
Detail seperti yang ditunjukkan pada gambar rencana.

34.34.2. Material
a. Gedung Pertemuan
1. Instalasi Speaker Kabel NYMHY 2 x 1,5 mm “ SUPREME, KABEL
METAL, KABELINDO “.
2. Cealing Speaker merek “ TOA ”.
3. Horn Speaker 15W merek “ TOA “.
4. Terminal Box Sound System
5. Perangakat Utama
- Power Amplifier 120W merek “ TOA ”
- Paging Microphone
- AM/FM Tuner
- DVD Player
- Power Surge Arrester 40kA
- Cabinet Rack
- Material Bantu

34.34.3. Pelaksanaan Pekerjaan


a. Sebelum memulai pekerjaan selambat lambatnya 2 hari,Penyedia jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan Sound System dan
Instalasi meliputi volume pekerjaan,jumlah tenaga dan alat,jadwal
pelaksanaan dan alur pekerjaan serta contoh material yang akan dipakai
harus mendapat persetujuan dari Direksi Teknis dan Manajemen konstruksi
disertai soft drawing.
b. Rak peralatan Sound System ditempatkan sesuai dengan fungsi sistem.
c. Semua kabel yang keluar dari peralatan harus melalui kabel gland dan
memakai flexible kabel konduit.
d. Kotak hubung bagi harus dibuat dari plat besi setebal 2 mm minimum dan
seluruhnya harus dicat anti karat dengan zinchromat sebelum dicat akhir
dengan cat bakar acrylic warna abu-abu. Kotak hubung bagi harus dilengkapi
dengan kunci yang seragam untuk semua kotak hubung bagi dan terminal
penyambungan kabel. Kotak hubung bagi harus dilengkapi dengan kabel
gland sebanyak jumlah kabel yang keluar / masuk.
e. Kotak hubung ditempatkan di ruang M/E setiap lantai pada ketingggian 150
cm dari lantai. Pemasangan kotak hubung memakai dynabolt 1/2" x 2"
sebanyak 4 buah. Semua kabel yang masuk/keluar kotak hubung harus
memakai kabel gland.
f. Semua kabel instalasi dalam gedung digunakan kabel NYM atau NYMHY dia.
1,5 mm2 harus dipasang didalam PVC konduit sedangkan semua kabel
distribusi harus diklem pada tangga kabel yang dipasang di shaft dengan
memakai dynabolt 1/2" x 2" sebanyak 3 buah pada setiap jarak 75 cm.
Konduit harus diklem ke struktur bangunan dengan saddle klem. Untuk
instalasi luar gedung digunakan kabel type NYRE dia. 1,5 mm2. Semua kabel
yang akan dipasang menembus dinding atau beton harus dibuatkan sleeve
dari pipa galvanis dengan diameter minimum 2 1/2" kali penampang kabel.
Penyusunan konduit diatas trunking kabel harus rapi dan tidak saling
menyilang.
g. Semua alat pengeras suara dipasang pada tempat-tempat yang sesuai
dengan gambar dimana koordinat yang tepat akan ditentukan kemudian
dilapangan.
h. Semua peralatan Sound System harus diuji oleh perusahaan pemegang
peralatan tersebut dimana perusahaan tersebut harus memberikan surat
jaminan atas bekerjanya sistem setelah ternyata hasil pengujian adalah baik.
i. Pengukuran level suara dilakukan dengan memakai Sound Level Meter.
j. Pengukuran kabel instalasi dilakukan dengan Impedance Meter.

35. Pekerjaan Instalasi Telephone.


35.35.1. Lingkup pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyedian, pemasangan, pengujian, dan pemeliharaan
peralatan-peralatan dibawah ini:
a. Instalasi Telephone Kabel ITC 2 x 2 x 0.6mm Dalam High Impact Conduit
Dia. 20 mm “ SUPREME , TRANKA, KABELINDO ”.

b. Digital Proprietary Telephone KX-DT543 “ PANASONIC, HUAWEI, D-LINK


“.
c. Single Line Telephone KX-TS-505 “ PANASONIC, HUAWEI, D-LINK “.
d. TTB 20 Pairs
e. Terminal LSA
f. Dudukan Craw Isi 10
g. Konektor RJ 45
h. Solet/Konektor Telephone
i. Peralatan Utama:
 Rack Plate KX-A437X “ PANASONIC, HUAWEI, D-LINK “.
 PABX KX.NS.300X “ PANASONIC, HUAWEI, D-LINK “.
 Expansion KX.NS.320X “ PANASONIC, HUAWEI, D-LINK “.
 Expansion Master Card KX.NS.5130X “ PANASONIC, HUAWEI, D-LINK
“.
 16 Port SLT KX.NS.5174X “ PANASONIC, HUAWEI, D-LINK “.
 Box MDF ( TS100 ) “ PANASONIC, HUAWEI, D-LINK “.
 Junction Box ( 30x40 )
 Rak Server
 Stabilizer 2000 KVA
 Stop Kontak Isi 6
 Staker
 Arister
j. Kabel UTP, Kabel NMHY 3 x 1,5mm “ SUPREME , TRANKA, KABELINDO
”.

35.35.2. Gambar-Gambar Rencana


Gambar-gambar secara umum menunjukkan tata letak, instalasi dan lain-lain.
Penyesuaian harus dilakukan di lapangan, karena keadaan sebenarnya dari
lokasi, jarak-jarak dan ketinggian ditentukan oleh kondisi lapangan.

35.35.3. Gambar-Gambar Sesuai Rencana


Kontraktor harus membuat catatan-catatan yang cermat dari pelaksanaan dan
penyesuaian di lapangan. Catatan-catatan tersebut harus dituangkan dalam satu
set gambar sebagai gambar sesuai pelaksanaan (as built drawing). As built
drawing harus segera diserahkan kepada pengawas setelah pekerjaan selesai
beserta blue printnya sebanyak 3 set.

35.35.4. Standar Dan Peraturan


Seluruh pekerjaan instalasi telepon harus dilaksanakan mengikuti standar CCITT
dan PT. TELKOM. Selain itu harus ditaati pula peraturan hukum setempat yang
ada hubungannya dengan pekerjaan tersebut di atas.

35.35.5. Bahan-Bahan, Peralatan dan Tenaga Pelaksana


Bahan-bahan dan peralatan yang akan dipasang harus dalam keadaan baru dan
baik sesuai dengan yang dimaksud. Contoh bahan, brosur dan gambar kerja
(shop drawing) harus diserahkan kepada pengawas 2 (dua) minggu sebelum
pemasangan. Kontraktor harus menematkan secara penuh (full time) seorang
koordinator yang ahli di bidangnya, berpengalaman dalam pekerjaan yang serupa
dan dapat sepenuhnya mewakili kontraktor.
Curriculum Vitae petugas tersebut harus diserahkan kepada konsultan pengawas
seminggu sebelum yang bersangkutan memulai tugasnya. Tenaga pelaksana
dipilih hanya yang sudah berpengalaman dan mampu menangani pekerjaan ini
secara aman, kuat dan rapi.
A. Kotak-kontak telepon
Kotak-kontak dibuat rata dinding. Kotak-kontak telepon yang diperbolehkan
adalah merek : CLIPSAL, PANASONIC, BERKER.
B. Kabel
Kabel telepon harus dari jenis pasangan dalam berinsulasi PVC, diameter
konduktor 0.6 mm, kapasitas 2 pair. Untuk jenis pasangan luar (under ground)
berinsulasi galvanized Steel type Armoured and Polyethylene Sheated,
konduktor 0.6 mm, kapasitas sesuai ditunjukan dalam gambar.
C. Pipa pelindung instalasi kabel
Pipa instalasi pelindung kabel yang dipakai adalah PVC conduit khusus untuk
instalasi listrik. Pipa, elbow, junction box dan kelengkapan lainnya harus seauai
antara satu dan lainnya. Diameter yang dipakai adalah 20 mm.
PVC conduit harus merek : EGA, CLIPSAL, PRALON.
D. Tambahan
Kontraktor harus menambahkan peralatan pembantu yang perlu untuk
pekerjaan ini meskipun tidak disebutkan dalam persyaratan teknis khusus
untuk mencapai performance yang dikehendaki.

35.35.6. Pengujian
Kontraktor harus melakukan semua pengujian untuk mendemonstrasikan bahwa
bekerjanya kabel dan material yang telah selesai dipasang memang benar-benar
memenuhi persyaratan ini. Kontraktor harus menyediakan personil dan peralatan
yang perlu untuk melakukan pengujian.

36. Pekerjaan Instalasi Jaringan Data.


36.36.1. Lingkup pekerjaan
Pekerjaan Instalasi jaringan data ini meliputi penyediaan, pemasangan, pengujian
yang di tunjukkan dalam gambar rencana.

36.36.2. Material
A. Instalasi Access Point
 Ruckus R310, dual band 802.11ac Indoor Access Point, BeamFlex, 2x2:2,
1-Port, PoE, Does not include power adapter or PoE Injector. Limited
Lifetime Warranty.
 Secure Mounting Bracket for Ruckus R720, R710. Mounts to hard
wall/ceiling, pole, and truss. Also fits R500, R510, R610, R600, R310 and
R700 without pad-lock support.

 AP management license for SZ-100/vSZ 3.X/SCG200/SZ300, 1 Ruckus


AP access point. Order this when you intend to run software version from
3.2 onwards.
 End User WatchDog Support Per SZ/vSZ AP, 1 YR
B. Peralatan Utama ( Switch Lantai )
 ICX 7150 Switch, 24x 10/100/1000 PoE+ ports, 2x 1G RJ45 uplink-ports,
4x 10G SFP+ uplink-ports, 370W PoE budget, L3 features (OSPF, VRRP,
PIM, PBR).
 USB 2.0 CABLE, TYPE-C TO TYPE-A, 1M.
 Power Cord for RPS2/3/5/9, European version.
 Switch management license for SZ-100/vSZ 5.X/SZ300, 1 Ruckus ICX
switch. Order this when you intend to run software version from 5.0
onwards.
 End User WatchDog Support for ICX-MGT License, 1 Yr.
 ESSENTIAL REMOTE SUPPORT; ICX7150-24P-4X10GR (1 yr)
C. Peralatan Lain – Lain
 Indorack.
 Indorack 19" 8U.
 Deskripsi 19" Wallmount Rack 8U Depth 450mm.
 Single Door.
 Incl : Single Fan 220V.
 Horizontal Powerset 6 Outlet with Switch.
 Glass Front Door.
 2 Side Door (with Lock).
 Dynabolt.
 Cagenut & Screws.
 Faceplate + modular jack CAT6 “AMP/PANASONIC/CLIPSAL “.
 High quality UTP Cat6 (Indoor/Outdoor). " AMP/LS/BELDEN ".
D. Fiber driver, kabel patch dan kabel stacking
 SFP+ 10G LR OEM.
 Patch FO 3M Single mode

36.36.3. Pelaksanaan pekerjaan


a. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia
Jasa konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan Pekerjaan Instalasi
jaringan data meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal
pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai untuk
mendapat persetujuan dari Direksi Teknis dan Konsultan Manajemen
Konstruksi, di sertai gambar shop drawing.
b. Bahan-bahan dan peralatan yang akan dipasang harus dalam
kedaan baru dan baik sesuai dengan yang dimaksud.

36.36.4. Tes Commesioning


a. Kontraktor harus melakukan semua pengujian untuk mendemonstrasikan
bahwa bekerjanya kabel dan material yang telah selesai dipasang memang
benar-benar memenuhi persyaratan ini.
b. Kontraktor harus menyediakan personil dan peralatan yang perlu untuk
melakukan pengujian.

37. Pekerjaan Instalasi CCTV


37.37.1. Lingkup pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan, pemasangan, pengujian, dan pemeliharaan
peralatan-peralatan di bawah ini :
a. Pengadaan dan pemasangan Kamera CCTV.
b. Kabel power, kabel control dan pipa instalasi CCTV
c. Pekerjan lain yang menunjang pekerjaan-pekerjan tersebut di atas

37.37.2. Gambar-Gambar Rencana


Gambar-gambar secara umum menunjukkan tata letak, instalasi dan lain-lain.
Penyesuaian harus dilakukan di lapangan, karena keadaan sebenarnya dari lokasi,
jarak-jarak dan ketinggian ditentukan oleh kondisi lapangan.

37.37.3. Gambar-Gambar Sesuai Pelaksanaan


Kontraktor harus membuat catatan-catatan yang cermat dari pelaksanaan dan
penyesuaian di lapangan. Catatan-catatan tersebut harus dituangkan dalam satu
set gambar sebagai gambar sesuai pelaksanaan (as built drawing). As built drawing
harus segera diserahkan kepada pengawas setelah pekerjaan selesai beserta blue
printnya sebanyak 3 set.

37.37.4. Standar
Seluruh pekerjaan instalasi jaringan CCTV harus dilaksanakan mengikuti standar
IEEE, NEC. Selain itu harus ditaati pula peraturan hukum setempat yang ada
hubungannya dengan pekerjaan tersebut di atas.
37.37.5. Bahan-Bahan, Peralatan dan Tenaga Pelaksana
1) Bahan-bahan dan peralatan yang akan dipasang harus dalam kedaan baru dan
baik sesuai dengan yang dimaksud.
2) Contoh bahan, brosur dan gambar kerja (shop drawing) harus diserahkan
kepada pengawas 2(dua) minggu sebelum pemasangan.
3) Kontraktor harus menempatkan secara penuh (full time) seorang koordinator
yang ahli di bidangnya, berpengalaman dalam pekerjaan yang serupa dan
dapat sepenuhnya mewakili kontraktor. Curriculum Vitae petugas tersebut
harus diserahkan kepada konsultan pengawas seminggu sebelum yang
bersangkutan memulai tugasnya. Tenaga pelaksana dipilih hanya yang sudah
berpengalaman dan mampu menangani pekerjaan ini secara aman, kuat dan
rapi.
4) Peralatan Kamera CCTV
a. Kabel
-Kabel CCTV harus dari jenis pasangan dalam berinsulasi PVC,
menggunakan kabel coaxial RG 59 with power cable for CCTV 18 AWG BC
95%. Merek : Supreme
-Camera CCTV Infra Red merek Hikvision,Honeywell
-Dome Camera merek Hikvision, Honeywell.
-Dudukan Cemera
-DVR Card 10 chanel, HD 320G lengkap dengan Power
-Komputer + Monitor
-Surge Arrester PRI 10 KA
-UPS - 2 Jam
-Pemprograman
-Perijinan
-Material Bantu
b. Pipa pelindung instalasi kabel
Pipa instalasi pelindung kabel yang dipakai adalah PVC conduit khusus
untuk instalasi listrik. Pipa, elbow, junction box dan kelengkapan lainnya
harus sesuai antara satu dan lainnya. Diameter yang dipakai adalah 20 mm
dan 25 mm. PVC conduit harus merek : Clipsal.
c. Pengujian
Kontraktor harus melakukan semua pengujian untuk mendemonstrasikan
bahwa bekerjanya kabel dan material yang telah selesai dipasang memang
benar-benar memenuhi persyaratan ini. Kontraktor harus menyediakan
personil dan peralatan yang perlu untuk melakukan pengujian.

38. Pekerjaan Penangkal Petir.


38.38.1. Lingkup pekerjaan
Pekerjaan Penangkal petir merupakan pekerjaan penangkal petir yang berfungsi
untuk menyediakan jalan resistansi rendah ke tanah yang sesuai pada gambar .

38.38.2. Penangkal Petir ES merek "Flash Vectron”


Air Terminal Penangkal Petir Flash Vectron adalah alat penerima sambaran petir
yang berbasis kerja ESES treamer Emission Lightning Conductor Dengan sistim
kerja mengumpulkan energi awan disaat ada awan energi melintas di area
perlindungan, kemudian menjemput kilatan petir dengan mengeluarkan lidah api
penuntun keudara (streamer), menangkap dan menyalurkan ke bumi. Meskipun
seluruh terminal unit penangkal petir jenis elektrostatis berbasis kerja sama yaitu
ESE (Early Streamer Emission Lightning Conductor), akan tetapi penangkal petir -
Flash Vectron di rancang khusus untuk digunakan didaerah yang beriklim tropis
seperti di Indonesia.
Proteksi eksternal adalah instalasi dan alat-alat di luar suatu struktur bangunan
untuk menangkap dan menghantarkan arus petir ke sistem pembumian
(grounding). Dengan kata lain, proteksi eksternal berfungsi sebagai ujung tombak
penangkap muatan listrik dan arus petir di areal yang telah dipasang sistem
proteksi petir. Terminal Udara (Air Termination) adalah bagian sistem proteksi petir
eksternal yang di khususkan untuk menangkap sambaran petir, berupa elektroda
logam yang dipasang secara tegak maupun mendatar. Penangkap petir di
tempatkan sedemikian rupa sehingga mampu menangkap semua sambaran petir
tanpa mengenai bagian struktur yang dilindungi.
Selain memperhatikan resistansi atau tahanan tanah, material yang digunakan
untuk pembuatan grounding juga harus diperhatikan, jangan sampai mudah korosi
atau karat, terlebih lagi jika didaerah dengan dengan laut

38.38.3. Material
1). Penangkal petir ES -merek"Flash Vectron " radius Proteksi 300 m
2). Pipa galvanize 1' X 3000 mm
3). lampu indikator penangkal petir
4). kabel Coaxcial 2 X 35 mm2
5). Kabel NYY 3 x 6 sqmm
6). Pipa Pralon PVC tipe AW Ø 1/2"
7). Bak Kontrol pentanahan dan grounding system

Penangkal petir Flash Vectron adalah penangkal petir yang di produksi di


Indonesia dengan menggunakan teknologi Early Streamer Emission Lightning
Conduktor. Penangkal petir Flash Vectron merupakan penangkal petir lokal
khusus untuk daerah tropis yang paling berkualitas, terbukti dengan
populasinya yang menyebar di seluruh Indonesia. Ada 8 kelebihan penangkal
petir - Flash Vectron di bandingkan dengan merek lain.

38.38.4. Kerja penangkal Petir - Flash Vectron


System penangkal ini aktif bekerja, sifatnya menarik petir untuk menyambar pada
bagian kepala terminal petir - Flash Vectron dengan cara memancarkan ion - ion
ke udara. Kerapatan ion makin besar bila jarak ke kepalanya semakin dekat.
Pemancaran ion dapat menggunakan generator listrik atau batere. Area
perlindungan system ini berupa bola dengan radius mencapai 300 meter dan
radius ini akan mengecil sejalan dengan bertambahnya waktu.

39. Pekerjaan Pengadaan Dan Pemasangan Genset.


39.39.1. Lingkup pekerjaan
Meliputi pengadaan bahan, peralatan, pemasangan, penyambungan, pengujian
dan perbaikan selama masa pemeliharaan, izin-izin, tenaga teknisi dan tenaga
ahli. Dalam lingkup ini termasuk seluruh pekerjaan yang tertera didalam gambar
dan spesifikasi teknis ini maupun tambahan-tambahan lainnya, sehingga Diesel
generator Set siap dioperasikan secara baik sebagai sumber listrik utama . Diesel
generator set yang ditawarkan harus baru (brand-new), dan dibuat serta dirakit
dioriginal country ( yang dapat dibuktikan dengan dokumen bill of laiding ), bukan
buatan OEM diluar original country, serta pengkopelan antara prime mover /
diesel dengan alternator (generator) harus dilakukan manufacture original country,
bukan pada negara dimana transit pengiriman ataupun di Indonesia. Pekerjaan
tersebut terdiri dari pangadaan pemasangan, dan testing.

39.39.2. Material
a. Pengadaan, pemasangan dan pengujian lengkap dengan perijinan diesel
generator set “ HARTECH “, sebanyak 1 unit dengan spesifikasi:
 Engine Type : HT 250P (1506A - E88TAG3) ( Silent )
 Tipe Mesin : Perkins
 KVA : 250
 KW : 200
 Nomor Silinder : 6
 Bore x Stroke : 112.0 x 149.0 mm
 Piston Displ. : 8.800 Ltr
 Konsumsi bahan bakar (L/H) : 42.00 (75% Load) / 56.00 (100% Load)
 Kapasitas Minyak : 41.0 Ltr
 Panjang : 4 010 mm
 Lebar : 1 510 mm
 Tinggi : 2 100 mm
 Berat : 3 497 Kg
 Kapasitas tangki bahan bakar : 300 Ltr
lengkap dengan Residential Silencer, Vibrationhanger and support, seluruh
auxiliary equipment governor module dan kontroluntuk keperluan automatic
start dan manual start.
b. Tangki bahan bakar untuk mensuplay beban penuh lengkap dengan
pemipaan, pompa bahan bakar, kontrol pompa, tangki mingguan yang
merupakan bejana berhubungan dan tangki harian lengkap dengan valve dan
kontrol untuk keperluan pengisian dan pengecekan volume solar.
c. Filling tank point ( tempat pengisian bahan bakar lengkap dengan pompa,
pemipaan dan peralatan control untuk keperluan pengisian bahan bakar dari
tempat pengisian menuju tangki bahan bakar mingguan.
d. Pemipaan dari tangki solar ke diesel genset lengkap dengan assesories
lainnya ( flow meter, clamps ) yang diperlukan.
e. Floor standing control panel lengkap dengan air circuit breaks, digital
metering, automatic main failure, control, protection, auto dan manual
synchronizing control, auto load transfering dan load sharing, announciator
panel, DC power supply untuk control dan peralatan bantu lainnya.
f. Panel control untuk engine lengkap dengan peralatan auto starting
danpengabelannya dan metering.
g. Kabel daya tunggal tegangan rendah 1 KV dan kabel kontrol multi core
tegangan rendah lengkap terpasang, komplit dengan kabel rak, conduit,
clamps dan assessoriesnya.
h. Pengadaan behan bakar solar untuk keperluan pengujian-pengujian sebelum
serah terima pekerjaan, dan bahan bakar solar terisi penuh pada seluruh
tangka bahan bakar pada saat serah terima pekerjaan.
i. Sistem pentanahan Sistem pentanahan bagi titik netral dan badan peralatan
yang terbuat dari metal dihubungkan pada sistem pentanahan dengan
tahanan pentanahan maximal 2 Ohm dan hal ini berlaku untuk seluruh
pentanahan pada power house.
j. Pondasi-pondasi ringan, penggantung, support, tangga/railing, Bak
kontrol,kabel trench, kabel rak, sparing dan lain-lain.
k. Testing, Ballancing and Commissionig. Lengkap dengan bahan bakar dalam
tangki terisi penuh pada saat pekerjaan diesel genset diserah terimakan
pertama.
l. Pemborong diperbolehkan mengusulkan setiap alternatif lainnya mengenai
jumlah dan kapasitas masing-masing diesel genset,cara operasi berbagai
peralatan sistem, dan sebagainya, selama dari masing-masing peralatan
tersebut, secara keseluruhan sistem dapat memenuhitehadap kemampuan
yang diperlukan. Menjadi tanggung jawab pemborong untuk memberikan
garansi kesempurnaan bekerjanya seluruh sistem.

40. Pekerjaan Aspal


40.40.1 Standar Rujukan
Surat Edaran Dirjen Bina : Spesifikasi Umum 2018 Untuk Pekerjaan
Marga No. 16.1/SE/Db/2020 Konstruksi Jalan dan Jembatan (Revisi 2)

40.40.2 Lingkup Pekerjaan


Lapis beton aspal adalah lapisan penutup konstruksi jalan yang mempunyai nilai
struktural yang pertama kali dikembangkan di Amerika oleh The Asphalt Institude
dengan nama Asphalt Concrete (AC).
Pekerjaan Layer perkerasan Aspal yang digunakan dalam pekerjaan ini terdiri :
a. Propelering Agregat Kelas A
b. untuk lapis asphalt baru Perkerasan Aspal Laston (AC) 4 cm padat,
untuk finishing/pelapisan atas dan pelapisan (overlay)
c. Lapis Resap Pengikat(prime Coat)
d. Lapis Aspal Perekat (Tack Coat)

41. Lapis Resap Pengikat (Prime coat) dan Lapis Aspal Perekat (Tack coat)
41.41.1 Standar Rujukan
Surat Edaran Dirjen Bina : Spesifikasi Umum 2018 Untuk Pekerjaan
Marga No. 16.1/SE/Db/2020 Konstruksi Jalan dan Jembatan (Revisi 2)

41.41.2 Umum
a) Uraian lapis aspal resap pengikat, pekerjaan ini terdiri dari pengadaan dan
pemakaian suatu bahan pengikat aspal dengan kekentalan rendah yang
terpilih di atas satu lapis pondasi jalan atau permukaan perkerasan tanpa
lapis penutup yang sudah disiapkan, yang berfungsi untuk menutup
permukaan tersebut dengan menyediakan adhesi (pelekatan) untuk
pemasangan satu lapis permukaan beraspal seperti Penetrasi Macadam,
lapis tipis aspal beton (LATASTON- HRS) atau lapisan permukaan aspal lain.
b) Untuk lapis aspal perekat, pekerjaan ini terdiri dari pengadaan dan pemakaian
suatu bahan lapisan sangat tipis perekat aspal yang terpilih di atas satu
permukaan yang sudah beraspal sebelumnya dalam persiapan untuk
pemasangan satu lapis permukaan aspal baru.
c) Pekerjaan lapis resap pengikat (prime coat) dan lapis aspal perekat (tack
coat) harus mengacu pada Spesifikasi Umum 2018 Untuk Pekerjaan
Konstruksi Jalan dan Jembatan (Revisi 2)

41.41.3 Bahan-bahan
41.41.2.1. Lapis Aspal Resap Pengikat (Prime Coat)
a. Bahan bitumen untuk lapis aspal resap pengikat akan dipilih dari dua jenis
aspal semen gradasi kental (AASHTO M226-Tabel 2), diencerkan dengan
kerosin (minyak tanah) dalam perbandingan 80 bagian minyak tanah : 100
bagian aspal semen, atau seperti diperintahkan oleh Direksi Teknis atas
dasar hasil percobaan yang dilaksanakan dan/atau susunan tekstur
permukaan jalan.
Pemilihan lapis aspal resap pengikat:
- Gradasi kekentalan AC-10 (= Penetrasi 80/100)
- Gradasi kekentalan AC-20 (= Penetrasi 60/70)
b. Agregat penutup untuk lapis aspal resap pengikat harus batu pecah alami
disaring, bebas dari partikel lunak (lempung, lanau, zat organic).
Persyaratan gradasi untuk agregat penutup adalah :
- Tidak kurang dari 95% lolos saringan standart 9,50 mm.
- Tidak lebih dari 2% lolos saringan standart 2,36 mm.
Catatan : agegat penutup akan juga digunakan sebagai bahan “Penyerap
Aspal”
c. Ketentuan bahan mengacu pada Spesifikasi Umum 2018 Untuk Pekerjaan
Konstruksi Jalan dan Jembatan (Revisi 2)

41.41.2.2. Lapis Aspal Perekat (Take Coat)


a) Bahan bitumen untuk lapis aspal perekat akan dipilih dari jenis aspal berikut
sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknis .
- Aspal semen gradasi kental (AASHTO M226) jenis AC-20, aspal harus
diencerkan dengan 25-30 bagian minyak tanah terhadap 100 bagian
aspal semen.
- Aspal emulsi Cationic mengendap lambat, dengan kandungan aspal
antara 40%-60% (AASHTO M206). Bila diperlukan dan sesuai dengan
permintaan Direksi Teknis aspal emulsi harus dilunakkan dan
diencerkan dengan air bersih dengan perbandingan yang sama.
b) Uraian lapis aspal resap pengikat, pekerjaan ini terdiri dari pengadaan dan
pemakaian suatu bahan pengikat aspal dengan kekentalan rendah yang
terpilih di atas satu lapis pondasi jalan atau permukaan perkerasan tanpa
lapis penutup yang sudah disiapkan, yang berfungsi untuk menutup
permukaan tersebut dengan menyediakan adhesi (pelekatan) untuk
pemasangan satu lapis permukaan beraspal seperti Penetrasi Macadam,
lapis tipis aspal beton (LATASTON- HRS) atau lapisan permukaan aspal
lain.
c) Ketentuan bahan mengacu pada Spesifikasi Umum 2018 Untuk Pekerjaan
Konstruksi Jalan dan Jembatan (Revisi 2)

41.41.2.3. Pelaksanaan pekerjaan


A. Peralatan Pelaksanaan
a) Jenis alat dan cara pengoperasian akan didasarkan pada Instruksi yang
diberikan Direksi Teknis dan sesuai dengan Daftar Unit Instalasi dan
Peralatan yang disetujui untuk kontka tertentu. Secara umu jenis peralatan
yang dipilih adalah :
- Distributor aspal bertekanan dan penyemprot
- Peralatan memanaskan aspal
- Mesin dilas ban pneumatic
- Sapu sikat untuk menyapu secara manual
b) Distributor aspal harus memenuhi Standart Rencana Internasional yang
disetujui dengan roda pneumatic dan dilengkapi denga sebuaah batang
penyemprot. Alat harus dapat menyemprotkan bahan aspal pada tingkat
yang terkendali dan seragam pada suhu yang ditentukan. Peralatan
termasuk tachometer, ukuran tekanan, batang kalibrasi tangki, thermometer
pengukur suhu aspal dalam tangki dan alat untuk pengukuran kecepatan
secara tepat pada kecepatan rendah.
B. Tingkat Penggunaan Lapis Aspal Resap Pengikat dan Lapis Aspal Perekat
a) Jika diminta oleh Direksi Teknis percobaan lapangan harus dilaksanakan
untuk menetapkan tingkat pemakaian yang memadai untuk berbagai kondisi
permukaan. Tingkat pemakaian harus dalam batas-batas dan harus seperti
yang ditetapkan dalam Daftar Penawaran dan ditunjukkan dalam gambar
atau seperti yang ditentukan oleh Direksi Teknis atas dasar hasil percobaan
lapangan.
Lapis aspal resap pengikat :
- Untuk pondasi agregat antara 0,6 lt/m2-1,6 lt/m2.
- Untuk pondasi tanah-semen antara 0,3 lt/m2-1,0lt/m2.
Lapis aspal perekat :
Tingkat pemakaian harus sesuai dengan batas-batas yang diberikan pada
Tabel Tingkat Pemakaian Lapis Aspal Perekat disesuaikan dengan jenis
bahan perekat dan kondisi permukaan.

Tabel Tingkat Pemakaian Lapis Aspal Perekat


Jenis Bawah Tingkat Penyemprotan Tingkat Penyemprotan
Pengikat Permukaan Baru atau Permukaan Porous dan
Aspal Lama Yang licin Terekpos Cuaca
Liter/m2 Liter/m2
Aspal keras (cut 0,15 0,15-0,50
back) 25 :100
Aspal Emulsi 0,25 0,25-0,60
Aspal Emulsi 0,50 0,50-1,20
diencerkan 1:1
b) Suhu penyemprotan harus berada dalam batas-batas seperti Tabel Suhu
Penyemprotan untuk berbagai mutu aspal cair (cut back) dan aspal emulsi.
Harus diberikan perhatian tinggi jika memanaskan aspal cut back dan harus
mematuhi peraturan Bina Marga untuk tindak keamanan.

Tabel Suhu Penyemprotan

C. Jenis bahan perekat Batas Perbedaan Suhu Semprot


Cut Back (25 bagian kerosin) 110 º C ± 10º C
Cut Back (50 bagian kerosin) 70 º C ± 10º C
Cut Back (75 bagian kerosin) 45 º C ± 10º C
Cut Back (100 bagian kerosin) 30 º C ± 10º C
Aspal Emulsi 20 º C ± 10º C
Penyiapan Permukaan yang harus dilapisi Aspal
a) Setiap kerusakan yang ada dalam perkerasan jalan termasuk lubang dan
pinggiran yang sudah runtuh, harus dibuat baik dan diperbaiki atau
dikembalikan ke keadaan semula sampai disetujui Direksi Teknis.
Kerusakan karena pemadatan yang kurang cukup dan penurunan setempat
lapis pondasi atas harus dibetulkan dengan penggilasan dan pembentukan
ulang.
b) Semua kotoran lepas dan bahan lain yang tidak menyenangkan harus
disingkarkan dari permukaan yang ada dengan penggaruan, penyapuan,
dan pencucian jika perlu.
c) Untuk pondasi agregat yang harus dilapisi dengan lapis aspal resap pengikat
Direksi Teknis dapat meminta agar permukaan tersebut dipotong-potong
secara ringan, disiram dan digilas segera sebelum pemberian lapis aspal
resap pengikat.
D. Pemakaian Lapis Aspal Resap Pengikat atau Lapis Aspal Perekat
a) Panjang permukaan yang harus disemprot untuk setiap lintasan distributor
harus diukur dan ditandai di atas tanah, dan volume lapis aspal
perekat/resap pengikat yang diperlukan untuk tingkat penyemprotan yang
ditentukan penting untuk pengecekan kemudian.
b) Jumlah bahan perekat yang digunakan dalam setiap penyemprotan harus
ditentukan dengan pengujuran tangki menggunakan batang celup sebelum
dan sesudah setiap pemakaian. Tingkat pemakaian rata-rata harus berada
didalam batas ± 5 % tingkat penyemprotan yang direncanakan.
c) Umumnya lapis aspal perekat/resap pengikat akan dilaksanakan dalam
operasi penyemprotan tunggal, tetapi jika mongering lambat akan menjadi
masalah, volume yang disetujui dapat digunakan dalam dua operasi
penyemprotan, lapis pertama dibiarkan mongering sebelum pemberian lapis
kedua.
d) Jika penyemprotan dilakukan secara separuh lebar jalan, harus dilakukan
penyemprotan tumpang tindih selebar 10-20 cm sepanjang penggir jalan
yang berdampingan.
e) Penyemprotan harus segera diberhentikan jika terjadi kemacetan dalam alat
penyemprot dan tidak boleh dimulai lagi sampai kerusakan alat tersebut
diperbaiki.
f) Setiap luas yang mengumpul berlebih bahan aspal perekat, harus selalu
disebar ke seluruh permukaan yang sudah beraspal dengan memakai
penyeka atau sapu.
g) Untuk menyemprot pada pelapisan kecil dan daerah terisolasi, lapis aspal
perekat/resap pengikat dapat disemprotkan dengan penyemprot tangan dan
penyapuan di bawah pengendalian dan instruksi Direksi Teknis.
E. Perlindungan Permukaan yang baru dilapisi Lapis Aspal Resap pengikat
a) Untuk permukaan yang telah dilapisi dengan lapis aspal resap pengikat, lalu
lintas dilarang lewat di atas permukaan yang baru saja dilapisi aspal sampai
aspal tersebut masuk ke dalam dan mongering atau menurut Direksi Teknis
tidak akan terkelupas di bawah lalu lintas. JIka harus mengizinkan lalu lintas
sebelum waktunya (minimal telah lebih dari 4 jam setelah pemberian aspal
pengikat), bahan peresap aspal harus digunakan seperti perintah Direksi
Teknis dan lalu lintas diizinkan menggunakan jalur yang sudah dilapisi.
b) Bahan peresap aspal harus ditaburkan dari truck dalam satu cara bahwa
tidak boleh ada roda yang menginjak bahan aspal basah yang tidak tertutup.
c) Rekanan harus memelihara permukaan yang sudah dilapisi untuk jangka
waktu minimum dua hari sebelum menutupinya dengan Lapis Permukaan
atau Lapis Ulang, kecuali untuk waktu yang lebih cepat dengan peresetujuan
Direksi Teknis. Jika terdapat kelebihan pelapisan aspal resap pengikat,
harus dibetulkan dengan penambahan bahan peresap atau aspal seperti
perintah Direksi Teknis.
F. Perlindungan Lapis Aspal Perekat
a) Lapis aspal perekat harus digunakan pada permukaan jalan untuk
memberikan satu perekatan lapis ulang permukaan aspal bary dan
disemprotkan sebelum lapis ulang hanya seluas yang doperlukan untuk
menyediakan panjang pekerjaan yang mencukupi dan kondisi kelekatan
yang cocok untuk lapis ulang oermukaan tersebut.
b) Rekanan harus melindungi lapisan tersebut dari kerusakan, dan jangka
waktu yang cukup akan dicadangkan untuk penguapan pelarut (pada kasus
aspal cut back) atau pemisahan yang lengkap dari aspal dan air (kasus
aspal emulsi) sebelum pelaksanaan lapis aspal permukaan.

41.41.2 Pengendalian mutu


41.41.2.1. Pengujian Lapangan Unit Penyemprotan
Jika diperintahkan demikian oleh Direksi Teknis, Rekanan harus menyediakan
distributor dengan alat dan unit penyemprot beserta operator, dapat digunakan
pengujian lapangan dan harus menyediakan setiap bantuan lain yang
diperlukan. Alat distributor atau unit penyemprot yang tidak dapat beroperasi
dengan memuaskan dan tidak memenuhi persyaratan spesifikasi akan ditolak.
41.41.2.2. Tingkat Pemakaian dan Suhu Aspal
a) Pengujian tingkat pemakaian bahan aspal yang sebenarnya lembaran
kertas berukuran 50 cm x 50 cm (sebelumnya sudah ditimbang) harus
diletakkan di atas permukaan yang harus dilapisi, dan ditimbang kembali
setelah pelaksanaan lapis aspal resap pengikat. Perbedaan berat dibagi
luas lembaran tersebut akan menjadi tingkat penyemprotan yang
dilaksanakan sebenarnya (catatan: perbedaan berat dikali 4 = tingkat
penyemprotan dalam kg/m2).
b) Rekanan harus membuat catatan rincian Pelapisan Permukaan setiap hari
termasuk tingkat pemakaian dan volume pemakaian, dan diserahkan
kepada Direksi Teknis.
c) Suhu aspal perekat panas yang dipanaskan untuk penyemprotan harus
sesuai dengan persyratan pada Tabel di atas dan diperiksa setiap hari
pemakaiannya.
42. Pekerjaan Laston AC
42.42.1 Standar Rujukan
Surat Edaran Dirjen Bina : Spesifikasi Umum 2018 Untuk Pekerjaan
Marga No. 16.1/SE/Db/2020 Konstruksi Jalan dan Jembatan (Revisi 2)

Standart Nasional Indonesia :


SK SNI-M-02-1994-03 : Metode Pengujian Bahan Dalam Agregat Yang
Lolos Saringan No.200 (0,075 mm)
(AASHTO T11-90) : Metode Pengujian Tentang Analisa Saringan
SNI 03-1968-1990 Agregat Halus dan Kasar
(AASHTO T27-88) : Metode Pengujian Bahan-bahan Bitumen
SNI –M-06-2456-1991
(AASHTO T49-89) : Metode Pengujian Daktilitas Bahan-bahan Aspal
SNI 06-2432-1991
(AASHTO T51-89) : Metode Pengujian Keausan Agregat dengan
SNI –M-03-2417-1991 Mesin Los Angeles
(AASHTO T96-87) : Metode Pengujian Sifat Kekentalan Bentuk Batu
SNI 03-3407-1994 terhadap Larutan Natrium Sulfat dan
Magnesium Sulfat
(AASHTO T104-86) : Metode Pengujian aspal dengan Alat Penguap
Pd M-21-1995-03 Putar
(AASHTO T170-90) : Metode Pengujian Agregat Halus atau Pasir
Pd M-03-1996-03 yang Mengandung Bahan Plastic dengan Cara
Setara Pasir
(AASHTO T176-86) : Metode Pengujian Kehilangan Berat Minyak
SNI 06-2440-1991 Bumi dan Aspal dengan cara A
(AASHTO T179-88) : Metode Pengujian Kelekatan Agregat terhadap
SNI-M-03-2439-1991) Aspal
(AASHTO T182-84) : Metode Pengujian Campuran Aspal dengan Alat
SNI 06-2489-1991 Marshall.
(AASHTO T73-89) : Flash Point by Pensky-Marten Colded Tester
(AASHTO T164-90) : Quantitative Extraction of Bitumen from
Bituminous Paving Mixtures
(AASHTO T165-86) : Effect of Water on Cohension Compacted
Bituminous Mixtures
(AASHTO T166-88) : Bulk Spesivic Gravity of Compacted Bituminous
Mixtures
(AASHTO T168-82) : Sampling Bituminous Paving Mixtures)
(AASHTO T209-90) : Maximum Spesific Gravity Bituminous Paving
Mixtures
(AASHTO M17-77) : Mineral Filler for Bituminous Paving Mixtures
(AASHTO M20-70) : Penetration Graded Aspahalt Cement
(AASHTO M29-90) : Fine Aggregate for Bituminous Paving Mixtures
(AASHTO M226-90) : Viscocity Graded Asphalt Cement
(AASHTO TP-33) : Test Method for Uncompacted Voids Content of
Fine Aggregate (as influenced by Particle
Shape, Surface Texture and Grading)

Standart lainnya
ASTM D4791 : Standart Test Method for Flat or Elonngated Particles in
Coarse Aggregate
ASTM D5581 : Marshall Prosedure Test for Large Stone Asphalt
Pensylvania DoT Test : Determining the Percentage of Crushed Fragment in
Method, No.621 Gravel
BS 598 Part 104(1989) : The Compaction Prosedure Used in the Percentage
Refusal Density Test.

42.42.2 Umum
42.42.2.1. Uraian
a) Pekerjaan ini didukung dari AMP mencakup pengadaan lapisan padat yang
awet dari lapis perata, lapis pondasi, atau lapis arus campuran aspal yang
terdiri dari agregat dan bahan aspal yang dicampur di pusat instansi
pencampuran, serta menghampar dan memadatkan campuran tersebut di
atas pondasi atau permukaan jalan yang telah disiapkan sesuai dengan
Spesifikasi ini dan memenuhi potongan memanjang dan melintangnya.
b) Semua campuran dirancang menggunakan prosuder khusus yang diberikan
di dalam Spesifikasi ini untuk menjamin bahwa asumsi rancangan ynag
berkenaan dengan kadar aspal yang cocok, rongga udara, stabilitas,
kelenturan dan keawetan ketebalan terpenuhi.
c) Dalam hal ini penting diingat bahwa dalam merancang aspal beton
konvensional, yang dimulai dari memperoleh kepadatan agregat maksimum
yang paling mungkin, tidak akan menghasilkan campuran yang memenuhi
Spesifikasi ini.
d) Pekerjaan ini, harus mengacu pada Spesifikasi Umum 2018 Untuk
Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan (Revisi 2)
42.42.2.2. Jenis Campuran Aspal
Jenis campuran dan ketebalan lapisan harus seperti yang ditentukan pada
Gambar.
a) Latasir (Sand Sheet) Klas A dan B
Campuran ini ditujukan untuk jalan dengan lalu lintas ringan, khususnya
pada daerah dimana agregat kasar sulit diperoleh. Pemilihan kelas A dan
B terutama tergantung pada gradasi pasir yang digunakan. Campuran
latasir biasanya memerlukan penambahan filter agar memenuhi
kebutuhan sifat-sifat yang dipersyaratkan. Campuran ini mempunyai
ketahanan yang rendah terhadap alur (rutting), oleh sebab itu tidak boleh
digunakan dengan lapisan yang tebal, pada jalan dengan lalu lintas berat
dan pada daerah tanjakan
b) Laston (HRS)
Lataston (Hot Rolled Sheet) mempunyai persyaratan kekuatan yang sama
dengan beton konvensional (AC) yang tidak bergradasi menerus.
Lataston terdiri dari dua macam campuran, Lataston Lapis Pondasi (HRS-
Base) dan Lataston Lapis Permukaan (HRS-Wearing Course) dan ukuran
maksimum agregat masing-masing campuran adalah 19 mm. Lataston
Lapis Pondasi (HRS-Base) mempunyai gradasi yang lebih kasar dari
Lataston Permukaan (HRS-Wearing Course).
c) Laston (AC)
Laston (Lapis Aspal Beton) lebih peka terhadap variasi kadar aspal
maupun variasi gradasi agregat daripada Lataston (HRS). Aspal Beton
(AC) terdiri tiga macam campuran, Laston Lapis Aus (AC-WC), Laston
Lapis Pengikat (AC-BC) dan Laston Lapis Pondasi (AC-base) dan ukuran
maksimum agregat masing-masing campuran adalah 19 mm, 25 mm,
37,5 mm.
42.42.2.3. Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini
- Pemeliharaan lalu lintas
- Rekayasa Lapangan
- Bahan dan Penyimpanan

42.42.2.4. Ketebalan lapisan dan Toleransi


a). Tebal setiap lapisan campuran aspal harus dipantau dengan benda uji
inti (core) perkerasan yang diambil oleh Kontraktor di bawah pengawasan
Direksi Teknis/Konsultan Pengawas. Jarak dan pengambilan lokasi
benda uji inti harus sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Teknis/Konsultan Pengawas tetapi paling sedikit harus diambil dua buah
dalam jarak melintang dari masing-masing penampang lajur yang
diperiksa. Jarak memanjang dari penampang melintang yang diperiksa
tidak lebih dari 200 m dan harus sedemikian rupa sehingga jumlah total
benda uji inti yang diambil dalam setiap ruas yang diukur untuk
pembayaran tidak kurang dari enam.
Bilamana tebal setiap benda uji inti kurang dari tebal rancangan nominal
pada setiap ruas, sebesar 3 mm untuk tebal nominal rancangan kurang
dari 3 cm dan 5 mm untuk tebal rancangan nominal kurang atau sama
dengan 3 cm, maka Direksi Teknis/Konsultan Pengawas dapat
memerintahkan pengambilan benda uji inti tambahan pada lokasi yang
memenuhi syarat ketebalan sebelum pembongkaran dan pelapisan
kembali.

Jenis Campuran Simbol Tebal Nominal Minimum (cm)


Latasir Kelas A SS-A 1,5
Latasir Kelas B SS-B 2,0
Lataston Lapis Aus AC-WC 3,0
  Lapis Pondasi HRS-Base Seperti ditunjukkan gambar
Laston Lapis Aus AC-WC 4,0
  Lapis Pengikat AC-BC Seperti ditunjukkan Gambar
  Lapis Pondasi AC-base Seperti ditunjukkan Gambar

b). Tebal aktual campuran aspal yang dihampar di setiap ruas dari pekerjaan
didefinisikan sebagai tebal rata-rata dari semua benda uji inti yang
diambil dari ruas tersebut.benda uji inti tambahan pada lokasi yang
memenuhi syarat ketebalan sebelum pembongkaran dan pelapisan
kembali.
c). Tebal actual campuran aspal yang dihampar di setiap ruas dari pekerjaan
didefinisikan sebagai tebal rata-rata dari semua benda uji inti yang
diambil dari ruas tersebut.
d). Tebal aktual campuran aspal yang dihampar, sebagaimana ditetapkan
dalam ketentuan di atas, harus sama atau lebih besar dari tebal nominal
rancangan pada table untuk lapis aus harus sama dengan atau lebih
besar dari tebal nominal rancangan yang ditentukan.
e). Direksi Teknis/Konsultan Pengawas, menurut pendapatnya dapat
menyetujui dan menerima tebal rata-rata kurang dari tebal nominal
rancangan asalkan campuran aspal yang dihampar di atas “hamparan
baru” (bukan di atas perkerasan lama) mulus (sound) dan memenuhi
ketentuan.
Bilamana campuran aspal yang dihampar lebih dari satu lapis, seluruh
tebal campuran aspal tidak boleh kurang dari toleransi yang disyaratkan
dan tebal nominal rancangan yang disyaratkan dalam Gambar.
f) Untuk semua jenis campuran, berat actual campuran aspal yang dihampar
harus dipantau oleh Kontraktor dengan menimbang setiap muatan truk
yang meninggalkan pusat instalasi pencampur aspal. Untuk setiap ruas
pekerjaan yang diukur untuk pembayaran, bilamana berat actual bahan
terhampar yang dihitung dari timbangan adalah kurang ataupun lebih
lima persen dari berat yang dihitung dari ketebalan rata-rata dan
kepadatan rata-rata benda uji inti (core), maka Direksi Teknis/Konsultan
Pengawas harus mengambil tindakan untuk menyelidiki sebab terjadinya
selisih berat ini sebelum menyetujui pembayaran bahan yang telah
terhampar. Investigasi oleh Direksi Teknis/Konsultan Pengawas dapat
meliputi, tetapi tidak terbatas pada hal-hal berikut ini :
i) Memerintah Kontraktor untuk lebih sering mengambil atau lebih
banyak mengambil atau mencari lokasi lain benda uji inti (core).
ii) Memeriksa penerangan dan keterpatan timbangan serta peralatan
dan prosedur pengujian dan laboratorium.
iii) Memperoleh hasil pengujian laboratorium yang independen dan
pemeriksaan kepadatan campuran aspal yang dicapai di lapangan.
iv) Menetapkan suatu sistem perhitungan dan pencatatan truk secara
terinci.
Meskipun demikian, investigasi detail belum tentu dapat menghasilkan
nilai-nilai yang lebih akurat dalam menentukan kualitas bahan yang harus
dibayar. Dalam segala hal, tak peduli toleransi beratnya dilampaui atau
tidak, pembayaran harus didasarkan atas dimensi nominal lapisan
beraspal dari spesifikasi ini dan bukan atas berat bahan itu.
Biaya untuk setiap penambahan atau meningkatnya frekuensi
pengambilan benda uji inti (core) untuk survei geometrik tambahan
ataupun pengujian laboraturium, untuk pencatatan muatan truk ataupun
tindakan lainnya yang dianggap perlu oleh Direksi Teknis/Konsultan
Pengawas untuk mencari penyebab dilampauinya toleransi berat harus
ditanggung oleh Kontraktor sendiri.
g). Perbedaan kerataan permukaan campuran lapis aus (HRS) yang telah
selesai dikerjakan memenuhi berikut ini :
i) Penampang Melintang
Bilamana diukur dengan mistar lurus sepanjang 3 m yang diletakkan
tepat di atas sumbu jalan tidak boleh melampaui 5 mm untuk lapisan
aus atau 10 mm untuk lapisan pondasi. Perbedaan setiap dua titik
pada setiap penampang melintang tidak boleh melampaui 5 mm
elevasi yang dihitung dari penampang melintang yang ditunjukkan
dalam Gambar.
ii) Kerapatan Permukaan
Setiap ketidakrataan individu bila diukur dengan mistar lurus berjalan
rolling sepanjang 3 m yang diletakkan sejajar dengan sumbu
melebihi jalan tidak boleh melampaui 5 mm.
h). Bilamana campuran aspal digunakan sebagai lapis perata sekaligus
sebagai lapis perkuatan (strenghening) maka tebal lapisan tidak boleh
melebihi 25 kali tebal nominal yang diberikan spesifikasi.
42.42.2.5. Pengajuan Kesiapan Kerja
Kontraktor harus menyerahkan kepada DIREKSI TEKNIS/Konsultan
Pengawas :
a) Contoh dari seluruh bahan yang disetujui untuk digunakan, disimpan
oleh DIREKSI TEKNIS/Konsultan Pengawas selama periode kontrak
untuk keperluan rujukan.
b) Setiap bahan aspal yang diusulkan Kontraktor untuk digunakan berikut
keterangan asal sumbernya bersama dengan data pengujian sifat-
sifatnya, bak sebelum maupun sesudah Pengujian Kehilangan Berat
dan Aspal sesuai prosedur SNI 06 -2440-1991.
c) Laporan tertulis yang menjelaskan sifat-sifat hasil pengujian dari seluruh
bahan, seperti ditentukan dalam spesifikasi.
d) Laporan tertulis setiap pemasokan aspal curah beserta sifat-sifat bahan
seperti yang diisyaratkan spesifikasi.
e) Rumus Perbandingan campuran dan data pengujian yang
mendukungnya, seperti diisyaratkan dalam spesifikasi, dalam bentuk
laporan tertulis.
f) Pengukuran pengukuran permukaan seperti diisyaratkan dalam
spesifikasi dalam bentuk laporan tertulis.
g) Laporan tertulis mengenai kepadatan dari campuran yang dihampar,
seperti yang diisyaratkan dalam spesifikasi.
h) Data pengujian laboraturium dan lapangan seperti yang diisyaratkan
dalam spesifikasi untuk pengendalian harian terhadap takaran
campuran dan mutu campuran, dalam bentuk laporan tertulis.
i) Catatan harian dari seluruh muatan truk yang ditimbang di alat
penimbang seperti yang diisyaratkan dalam spesifikasi.
j) Catatan tertulis mengenai pengukuran tebal lapisan dan dimensi
perkerasan seperti yang diisyaratkan dalam spesifikasi.

42.42.2.6. Kondisi Cuaca yang diijinkan untuk bekerja


Campuran hanya bisa dihampar bila permukaan yang telah disiapkan keadaan
kering dan tidak turun hujan.

42.42.2.7. Perbaikan pada Campuran Aspal yang tidak memenuhi Ketentuan


Lokasi dengan tebal atau kepadatan yang kurang dari yang diisyaratkan, juga
lokasi yang tidak memenuhi ketentuan dalam segi lainnya, tidak akan dibayar
sampai diperbaiki oleh Kontraktor seperti yang diperintahkan oleh Direksi
Teknis/Konsultan Pengawas Perbaikan dapat meliputi pembongkaran dan
penggantian, penambahan lapisan “Campuran Aspal dan/atau tindakan yang
dianggap perlu oleh Direksi Teknis/Konsultan Pengawas.
Bila perbaikan telah diperintahkan maka jumlah volume yang diukur untuk
pembayaran haruslah volume yang seharusnya dibayar bila pekerjaan aslinya
dapat diterima. Tidak ada pembayaran tambahan yang akan dilakukan untuk
pekerjaan dan volume tambahan yang diperlukan untuk perbaikan.

42.42.2.8. Pengembalian Bentuk Pekerjaan setelah Pengujian


Seluruh lubang uji yang dibuat dengan mengambil benda uji inti (core) atau
lainnya harus segera ditutup kembali dengan bahan campuran aspal oleh
Kontraktor dan dipadatkan hingga kepadatan serta kerataan permukaan
sesuai dengan toleransi yang diperkenakan dalam Seksi ini.

42.42.2.9. Lapisan Perata


Atas persetujuan Direksi Teknis/Konsultan Pengawas maka setiap jenis
campuran dapat digunakan sebagai lapisan perata. Semua ketentuan dari
Spesifikasi ini harus berlaku, kecuali :
a) Bahan harus disebut SS(L), HRS-WC(L), HRS-Base(L),AC-WC(L),
AC-BC(L) atau AC-Base(L) dan sebagainya.
b) Ketebalan yang digunakan untuk pembayaran bukanlah Tabel nominal
rancangan seperti yang diberikan dalam Tabel di atas atau dalam
gambar, tetapi harus dihitung berdasarkan kepadatan, luas, berat
sebenarnya campuran yang dihampar, yang memenuhi batas-batas
yang diisyaratkan dalam spesifikasi di bawah ini :

42.42.3 Bahan
42.42.2.1. Agregat Umum
a) Agregat yang akan digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian rupa
agar campuran aspal, yang proporsinya dibuat sesuai dengan rumus
perbandingan campuran memenuhi semua ketentuan yang diisyaratkan.
b) Agregat tidak boleh digunakan sebelum disetujui terlebih dahulu oleh
Direksi Teknis/Konsultan Pengawas. Bahan harus ditumpuk sesuai
dengan ketentuan dalam pasal dalam spesifikasi ini.
c) Sebelum memenuhi pekerjaan Kontraktor harus sudah menumpuk
setiap fraksi agregat pecah dan pasir untuk campuran aspal, paling
sedikit untuk kebutuhan satu bulan dan selanjutnya tumpukan
persediaan harus dipertahankan paling sedikit untuk kebutuhan
campuran aspal satu bulan berikutnya.
d) Dalam pemilihan sumber agregat, Kontraktor dianggap sudah
memperhitungkan penyerapan aspal agregat. Variasi kadar aspal akibat
tingkat peneyrapan aspal yang berbeda, tidak dapat diterima alasan
untuk negosiasi kembali harga satuan dari campuran aspal.
e) Penyerapan air oleh agregat maksimum 3%
f) Berat jenis agregat kasar dan halus tidak boleh berbeda lebih dari 0,2.
g) Ketentuan bahan mengacu pada Spesifikasi Umum 2018 Untuk
Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan (Revisi 2)

42.42.2.2. Agregat Kasar


a) Fraksi agregat kasar untuk rancangan adalah yang tertahan ayakan
No.8 (2,36 mm) dan haruslah bersih, keras, awet dan bebas dari
lempung atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya dan memenuhi
ketentuan yang diberikan dalam Spesifikasi Umum 2018 Untuk
Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan (Revisi 2)
b) Fraksi agregat kasar harus terdiri dari batu pecah atau kerikil pecah dan
harus disiapkan dalam ukuran nominal tunggal. Ukuran maksimum
agregat adalah satu ayakan yang lebih besar dari ukuran nominal
maksimum . Ukuran nominal maksimum satu ayakan yang lebih kecil
dari ayakan pertama dengan bahan tertahan kurang dari 10%
c) Agregat harus mempunyai angularitas seperti yang diisyaratkan dalam
Tabel Angularitas agregat kasar didefinisikan sebagai persen terhadap
berat agregat yang lebih besar dari 4,75 mm dengan muka bidang
pecah satu atau lebih, sesuai dengan Spesifikasi Umum 2018 Untuk
Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan (Revisi 2)
d) Agregat kasar untuk latasir Kelas A dan B boleh dari kerikil yang bersih.
e) Agregat kasar yang kotor dan berdebu yang mempunyai partikel lolos
ayakan No. 200 (0,075mm) lebih besar dari 1% tidak boleh digunakan.
f) Fraksi individu agregat kasar harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok
ke instalasi pencampur aspal dengan menggunakan pemasok
penampung dingin sedemikian rupa sehingga gradasi gabungan agregat
dapat dikendalikan dengan baik.
g) Ketentuan bahan mengacu pada Spesifikasi Umum 2018 Untuk
Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan (Revisi 2)

42.42.2.3. Agregat Halus


a) Agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri dari pasir atau
pengayakan batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos ayakan No.8
(23 mm).
b) Fraksi agregat halus pecah mesin dan pasir harus ditumpuk terpisah
dari agregat kasar.
c) Pasir boleh digunakan dalam campuran aspal sebesar maksimum 15 %.
d) Agregat halus harus merupakan bahan yang bersih, keras, bebas dari
lempung atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Batu pecah halus
harus diperoleh dari batu yang memenuhi ketentuna mutu dalam
spesifikasi. Dalam segala hal, pasir yang kotor dan berdebu serta
mempunyai partikel lolos ayakan No.200 (0,075 mm) lebih dari 8% atau
pasir yang mempunyai nilai setara pasir (sand equivalen) kurang dari 50
sesuai dengan Pd. M-03-1996-03, tidak diperkenankan untuk digunakan
dalam campuran.
e) Agregat pecah halus dan pasir harus ditumbuk terpisah dan harus
dipasok instalasi pencampur aspal dengan menggunakan pemasok
penampung dingin yang terpisah sedemikian rupa sehingga rasio
agregat pecah halus dan pasir dapat dikontrol dengan baik.
f) Ketentuan bahan mengacu pada Spesifikasi Umum 2018 Untuk
Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan (Revisi 2)

42.42.2.4. Bahan Aspal Untuk Campuran Aspal


a) Bahan aspal harus dari jenis aspal semen Pen. 60/70. Bahan aspal
harus memenuhi AASHTO M20 dan mempunyai titik lembut minimum
48 C yang ditentukan sesuai SNI 06-2434-1991 (AASHTO T53).
Pengambilan contoh bahan aspal harus dilaksanakan sesuai dengan
AASHTO T40. Sebagai tambahan, pengambilan contoh bahan aspal
dari tiap truk tangki harus dilaksanakan pada bagian atas, tengah dan
bawah. Contoh pertamg yang diambil harus langsung di uji di
laboraturium lapangan untuk memperoleh nilai penetrasi tersebut dan
titik lembek. Bahan aspal di dalam truk tangki tidak boleh di alirkan ke
dalam tangki penyimpan sebelum hasil pengujian contoh pertama
tersebut memenuhi ketentuan dari Spesifikasi ini. Bilangan hasil
pengujian contoh pertama tersebut lolos pengujian, tidak berarti bahan
aspal dari contoh yang mewalili telah memenuhi semua sifat-sifat bahan
aspal yang diisyaratkan dalam Spesifikasi ini.
b) Bahan aspal yang di peroleh kembali dari benda uji pada rumus
perbandingan campuran harus mempunyai nilai penetrasi tidak kurang
dari 55% nilai penetrasi aspal sebelum pencampuran dan nilai daktilitas
tidak kurang dari 40 cm,bila di periksa masing-masing dengan prosedur
SNI-06-2456-1991 dan SNI-06-2432-1991.
c) Bahan aspal harus diekstraksi dari benda uji sesuai dengan cara SNI
03-3640-1994. Setelah konsentrasi larutan aspal yang terekstraksi
mencapai 200 mm, partikel mineral yang terkandung harus dipindahkan
ke dalam suatu sentrifugal. Pemindahan ini dianggap memenuhi
bilamana memenuhi kadar abu dalam bahan aspal yang diperoleh
kembali tidak melebihi 1%(dengan pengapian). Bahan aspal harus
diperoleh kembali dari larutan sesuai dengan prosedur AASHTO T70.
d) Ketentuan bahan mengacu pada Spesifikasi Umum 2018 Untuk
Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan (Revisi 2)
42.42.2.5. Bahan Aditif untuk Aspal
Aditif kelekatan dan anti pengelupasan harus ditambahkan ke dalam bahan
aspal bilamana diperintahkan dan disetujui oleh DIREKSI TEKNIS/Konsultan
Pengawas. Aditif haruslah jenis yang disetujui oleh DIREKSI
TEKNIS/Konsultan Pengawas dan prosentase aditif yang diperlukan harus
dicampur ke dalam bahan aspal sesuai dengan petunjuk pebrik pembuatnya
dan untuk waktu yang demikianlah diperlukan untuk menghasilkan
campuran yang homogen. Ketentuan bahan mengacu pada Spesifikasi
Umum 2018 Untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan (Revisi 2)

42.42.2.6. Sumber Pasokan


Persetujuan sumber pemasokan agregat, aspal dan bahan pengisi (filler)
harus disetujui terlebih dahulu oleh DIREKSI TEKNIS/Konsultan Pengawas
sebelum pengiriman bahan. Setiap jenis sedikit 60 hari sebelum usulan
dimulainya pekerjaan pengaspalan.
42.42.2.7. Campuran
a) Komposisi Umum Campuran
Campuran aspal terdiri dari agregat dan aspal. Filler yang ditambahkan
boleh digunakan bilamana diperlukan untuk menjamin sifat-sifat
campuran memenuhi ketentuan yang diisayaratkan spesifikasi.
Penggunaan filler harus dibatasi dan bila digabung dengan agregat
kasar dan halus harus memenuhi ketentuan dalam Spesifikasi Umum
2018 Untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan (Revisi 2).
b) Kadar Aspal Dalam Campuran
Presentase aspal yang aktual ditambahkan kedalam campuran akan
bergantung pada penyerapan agregat yang digunakan. Agregat yang
berabsorsi akan mempunyai variasi penyerapan yang lebih besar.
Agregat yang mempunyai penyerapan tinggi akan membuat campuran
menjadi mahal dan juga kurang dapat dipercaya.
42.42.2.8. Prosedur Rancangan Campuran
a) Sebelum diperkenankan untuk menghampar setiap campuran aspal
dalam Pekerjaan, Kontraktor diisyaratkan untuk menunjukkan semua
usulan agregat dan campuran yang memadai dengan membuat dan
menguji campuran.
b) Pengujian yang diperlukan meliputi analisa saringan, berat, jenis dan
penyerapan air untuk semua agregat yang digunakan. Juga semua
pengujian sifat-sifat agregat yang diminta oleh DIREKSI
TEKNIS/Konsultan Pengawas. Pengujian pada campuan aspal
percobaan akan meliputi penentuan berat jenis maksimum campuran
aspal (AASHTO T209-90), kontsifat-sifat Marshall (SNI 06-2489-1990)
dan kepadatan Membal (Refusal Density) campuran rancangan (BS 598
Part 104-1989).
c) Contoh Agregat diambil dari penampung panas (Hot Bin) untuk
pencampur jenis takaran berat (Weight Bacthing Plant) maupun
pencampur dengan pemasok menerus (Continous Feed Plant) yang
mempunyai penampung panas. Untuk pencampur dengan pemasok
menerus yang tidak mempunyai ayakan di penampung panas, contoh
diambil dari corong pemasok dingin (Cold Feed Hopper). Meskipun
demikian setiap rumus perbandingan campuran yang ditentukan dari
campuran laboraturium harus dianggap berlaku sampai diperkuat oleh
hasil percobaan pada instalasi pencampur aspal.
d) Pengujian percobaan campuran laboraturium harus dilaksanakan dalam
tiga langkah dasar berikut ini:
i) Memperoleh Gradasi agregat yang cocok
Suatu gradasi agregat yang cocok di peroleh dari penentuan
presentase yang memadai dari setiap fraksi agregat. Gradasi akhir
harus jauh dari kurva Fuller.
Bilamana campuran adalah HRS yang bergradasi halus (mendekati
batas amplop atas), maka akan diperoleh rongga dalam agreat
(VMA) yang lebih besar. Pasir halus yang di gabung dengan agregat
pecah akan mempunyai bahan antara 3,26 mm dan 600 mikron yang
sedikit mungin.Sebesar 20 % masih dapat diterima, akan lebih baik
bila 10-15%. Bahan bergradasi senjang harus memenuhi ketentuan
dalam Spesifikasi Umum 2018 Untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan dan
Jembatan (Revisi 2) yang di tentukan.
Campuran aspal beton (AC) dapat dibuat bergradasi halus
(mendekati batas titik-titik control atas), tetapi akan memperoleh
rongga dalam agregat (VMA) yang disyaratan. Lebih baik digunakan
aspal beton bergradasi kasar (mendekati batas titik-titik bawah).
ii) Membuat Rumus Campuran Rancangan (Design Mix Formula)
Lakukan rancangan dan pendapatan Marshall sampai membal
(refusal). Perkiraan awal kadar aspal rancangan dapat diperoleh dari
rumus berikut ini (hanya digunakan sebagai petunjuk) :
Pb=0,035(%CA)+0,045(%FA)+0,18(%Filler)+Konstanta
Dimana :
Pb = Kadar Aspal
CA = Agreat Kasar
FA = Agregat Halus
Nilai konstanta sekitar 0,5-1,0 untuk AC dan 2,0-3,0 untuk HRS.
Buatlah benda uji dengan kadar aspal diatas, dibulatkan mendekati
0,5%, dengan tiga dua kadar aspal di atas dan dua kadar aspal di
bawah kadar aspal perkiraan awal yang sudah dibulatkan mendekati
0,5% ini.(Contoh: bilamana rumus memberikan nilai 5,7%, dibulatkan
menjadi 5,5% buatlah benda uji dengan kadar aspal 5,5%, dengan
6%,6,7% dan 7% dengan 4,5% dan 5%).Ukurlah berat isi benda uji,
stabilitas Marshall, kelelehan dan stabilitas sisa setelah perendaman.
Ukur atau hitunglah rongga dalam agregat (VMA), rongga aspal
(VFB) dan rongga dalam campuran (VIM). Gambarkan semua hasil
tersebut dalam grafik seperti yang di tunjukkan dalam lampiran 51.E.
Buatlah benda uji tambahan dan dipadatkan sampai membal (refusal)
dengan menggunakan prosedur PRD-BS 598 untuk tiga kadar aspal
(satu yang memberikan rongga dalam agregat diatas 6%, satu yang
6%,satu yang di bawah 6%). Ukur berat isi benda uji dan /atau hitung
kepadatan pada rongga udara nol.
Gambarkanlah batas-batas yang disyaratkan dalam grafik untuk
setiap parameter yang terdaftar dalam tabel, dan tentukan rentang
kadar aspal yang memenuhi semua ketentuan dalam spesifikasi.
Gambarkan rentang ini dalam skala balok. Rancangan kdar aspal
umumnya mendekati tengah-tengah rentan kadar aspal yang
memebuhi smua parameter yan disyaratkan.
Semua campuran yang cocok harus memenuhi semua criteria dalam
tabel yang ditentukan, dengan suatu rentang kadar aspal prakis.
Rentang kadar aspal untuk campur aspal yang memenuhi semua
kriteria kadar aspal ini dimaksudkan untuk mengakomodir fluktuasi
yang sesungguhnya dalam produksi campuran aspal.

iii) Memperoleh persetujuan rumus campuran rancangan (DMF) sebagai


rumus perbandingan campuran (JMF).
Menyatakan bahwa rancangan campuran laboraturium telah
memenuhi ketentuan dengan membuat campuran di instalasi
pencampur aspal dan penghamparan percobaan serta dengan
pengulangan pengujian kepadatan laboratorium Marshall dan
membal (refusal) pada benda uji yang diambil dari instalasi
pencampur aspal.
e) Petunjuk untuk campuran khusus
i) Campuran Bergradasi Menerus (Aspal Beton)
Jauhkanlah gradasi dari kurva Fuller dan kemudian arahkan gradasi
memotong fraksi medium (2,36 mm) dan selanjutnya gerakkan
gradasi kearah bawah menjauhi kurva Fuller, buatlah campuran
dengan rongga dalam campuran pada kepadatan membal(refusal)
sebesar 3% untuk lalu lintas berat 2% untuk menengah dan 1% untuk
ringan.
42.42.2.9. Rumus Campuran Rancangan (Design Mix Formula)
Paling sedikit 30 hari sebelum di mulainya pekerjaan aspal, kontrator harus
menyerahkan secara tertulis kepada DIREKSI TEKNIS/Konsultan
Pengawas, usulan Rumus Campuran Rancangan (DMF) untuk campuran
yang akan digunakan dalam pekerjaan.
Rumus yang diserahkan harus menentukan untuk campuran di bawah ini:
a) Ukuran nominal maksimum partikel.
b) Sumber-sumber agregat.
c) Persentase setiap fraksi agregat yang cenderung akan digunakan
kontraktor, pada penampungan dingin maupun penampung panas.
d) Gradasi agregat gabungan yang memenuhi gradasi yang disyaratkan
dalam Spesifikasi Umum 2018 Untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan dan
Jembatan (Revisi 2) atau ketentuan lain yang ditentukan.
e) Kadar aspal total dan efektif terhadap berat total campuran .
f) Suatu temperatur tunggu saat campuran dikeluarkan dari alat pengaduk.
Kontraktor harus menyediakan data dan grafik campuran percobaan
laboraturium untuk menunjukkan bahwa campuran memenuhi semua criteria
dalam Tabel. Sifat-sifat benda uji yang sudah dipadatkan harus di hitung
menggunakan metode dan rumus yang di tunjukkan dalam Asphalt Institude
MS-2 (1994) atau petunjuk Rancangan Campuran Aspal, Puslitbang Jalan
(1999).

TABEL KETENTUAN SIFAT SIFAT CAMPURAN


Sifat Campuran Latasir Latast Laston
on
Kelas A&B WC WC Base
&bas &BC
e
Penyerapan kadar aspal Maks 2,0 1,7 1,7 1,7
.
Kadar aspal total (%berat Sebesar yang diperlukan untuk
total) memenuhi semua ketentuan dalam
Spesifikasi ini
Jumlah tumbukan 50 x 2 75 x 2 75 x 2 112 x2
Rongga dalam Agregat Min. 20 18 16 16
(VMA)(%)
Rongga Lalu lintas Min. Tidak 65 65 65
terisi aspal (LL) >1 juta Maks digunakan - - -
(%) ESA unt LL berat
> 0,5 juta Min 68 68 68
ESA & < 1 Maks - - -
juta ESA .
Lalu lintas Min 75 75 75 75
(LL) < 0,5 Maks - - - -
juta ESA
Stabilitas Marshall (kg) Min 200 800 800 1800
Maks 850 - -
Kelehan (mm) Min 2 2 2 3
Maks 3 - - -
Marshall Quotient (kg/mm) Min 80 200 200 200
Maks 400 500 500 500
Stabilitas Marshall Sisa Min 75% 75% 75% 75%
setelah peredaman selama
24 jam pada 60°C
Rongga dlm Lalu lintas Min Tdk 3 3 3
campuran (LL) > 1 juta Mak digunakan 5 5 5
(%) pada ESA s unt LL berat
kepadatan > 0,5 juta Min 2 2 2
Membal ESA & < 1 Mak 5 5 5
juta ESA s
Lalu lintas Min 1 1 1 1
(LL) < 0,5 Mak 4 4 4 4
juta ESA s
Catatan:
1) Modifikasi Marshall untuk menentukan kepadatan membal (refusal), penumbuk
bergetar (vibrator hammer) disarankan untuk menghindari pecahnya butiran
agregat dalam campuran.
2) Untuk lalu-lintas yang sangat lambat atau lajur padat, digunakan criteria ESA yang
lebih tinggi.
3) Untuk lalu-lintas berat, aspal beton harus dikontrol dengan lebih ketat.
Berat jenis efektif agregat akan di hitung berdasarkan pengujian berat jenis maksimum
agregat (Gmm test, AASHTO T-209).

43. Lapis Fondasi Agregrat

43.43.1 Standar Rujukan


Surat Edaran Dirjen Bina : Spesifikasi Umum 2018 Untuk Pekerjaan
Marga No. 16.1/SE/Db/2020 Konstruksi Jalan dan Jembatan (Revisi 2)
SNI 03-1744-1989 : Metode Pengujian CBR Laboratorium.
SNI 03-4141-96 : Metode Pengujian Gumpalan Lempung dan
Butir-butir Mudah Pecah dalam Agregat.
SNI 1743 : 2008 : Cara Uji Kepadatan Berat Untuk Tanah.
SNI 1967 : 2008 : Cara Uji Penentuan Batas Cair Tanah.
SNI 1966 : 2008 : Cara Uji Penentuan Batas Plastis dan
Indeks Plastisitas Tanah.
SNI 2417 : 2008 : Cara Uji Keausan Agregat dengan Mesin
Abrasi Los Angeles.
SNI 2827 : 2008 : Cara Uji Penetrasi Lapangan dengan Alat
Sondir
43.43.2 UMUM
1) Uraian
a) Pekerjaan ini harus meliputi pemasokan, pemrosesan, pengangkutan,
penghamparan, pembasahan dan pemadatan agregat di atas permukaan
yang telah disiapkan dan telah diterima sesuai dengan detil yang
ditunjukkan dalam Gambar atau sesuai dengan perintah Direksi Pekerjaan,
dan memelihara lapis pondasi agregrat yang telah selesai sesuai dengan
yang disyaratkan. Pemrosesan harus meliputi, bila perlu, pemecahan,
pengayakan, pemisahan, pencampuran dan operasi lainnya yang perlu
untuk menghasilkan suatu bahan yang memenuhi ketentuan dari Spesifikasi
ini.
b) Pekerjaan ini harus mengacu pada Spesifikasi Umum 2018 Untuk Pekerjaan
Konstruksi Jalan dan Jembatan (Revisi 2)

2) Toleransi Dimensi dan Elevasi


a) Permukaan lapis akhir harus sesuai dengan Tabel Toleransi Elevasi
Permukaan Relatif Terhadap Elevasi Rencana, dengan toleransi di bawah
ini :
Tabel Toleransi Elevasi Permukaan Relatif Terhadap Elevasi Rencana

Bahan dan Lapisan Pondasi Agregat Toleransi Elevasi


Permukaan relatif terhadap
elevasi rencana
Permukaan Lapis Pondasi Agregat Kelas A + 0 cm
untuk Lapis Resap Pengikat atau Pelaburan -1 cm
(Perkerasan atau Bahu Jalan)
Bahu Jalan Tanpa Penutup Aspal dengan Memenuhi
Lapis Pondasi Agregat Kelas S (hanya pada Ketentuan yang berlaku
lapis permukaan).

3) Pengajuan Kesiapan Kerja


a) Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan berikut di
bawah ini paling sedikit 21 hari sebelum tanggal yang diusulkan dalam
penggunaan setiap bahan untuk pertama kalinya sebagai Lapis Pondasi
Agregat :
i) Dua contoh masing-masing 50 kg bahan, satu disimpan oleh Direksi
Pekerjaan sebagai rujukan selama Waktu untuk Penyelesaian.

ii) Pernyataan perihal asal dan komposisi setiap bahan yang diusulkan
untuk Lapis Pondasi Agregat, bersama dengan hasil pengujian
laboratorium yang membuktikan bahwa sifat-sifat bahan yang
ditentukan dalam Spesifikasi Umum 2018 Untuk Pekerjaan
Konstruksi Jalan dan Jembatan (Revisi 2) terpenuhi.
b) Penyedia Jasa harus mengirim berikut di bawah ini dalam bentuk tertulis
kepada Direksi Pekerjaan segera setelah selesainya setiap ruas
pekerjaan dan sebelum persetujuan diberikan untuk penghamparan
bahan lain di atas Lapis Pondasi Agregat:
i) Hasil pengujian kepadatan dan kadar air seperti yang disyaratkan
dalam Spesifikasi Umum 2018 Untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan
dan Jembatan (Revisi 2)
ii) Hasil pengujian pengukuran permukaan dan data hasil survei
pemeriksaan yang menyatakan bahwa toleransi yang disyaratkan
dalam Spesifikasi Umum 2018 Untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan
dan Jembatan (Revisi 2)dipenuhi.
4) Cuaca Yang Diijinkan Untuk Bekerja
Lapis Pondasi Agregat tidak boleh ditempatkan, dihampar, atau dipadatkan
sewaktu turun hujan, dan pemadatan tidak boleh dilakukan segera setelah
hujan atau bila kadar air bahan jadi tidak berada dalam rentang yang ditentukan
dalam Spesifikasi Umum 2018 Untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan
(Revisi 2)

5) Perbaikan Terhadap Lapis Pondasi Agregat Yang Tidak Memenuhi Ketentuan


a) Lokasi hamparan dengan tebal atau kerataan permukaan yang tidak
memenuhi ketentuan toleransi yang disyaratkan dalam Spesifikasi Umum
2018 Untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan (Revisi 2), atau
yang menjadi tidak rata baik selama pelaksanaan atau setelah
pelaksanaan, harus diperbaiki dengan membongkar lapis permukaan
tersebut dan membuang atau menambahkan bahan sebagaimana
diperlukan, kemudian dilanjutkan dengan pembentukan dan pemadatan
kembali, atau dalam hal Lapisan Pondasi Agregat yang tidak memenuhi
ketentuan telah dilapisi dengan Lapisan diatasnya. Kekurangan tebal
dapat dikompensasi dengan Lapisan diatasnya dengan tebal nominal
sesuai dengan sifat bahan dan mempunyai kekuatan yang sama dengan
tebal yang kurang.
b) Lapis Pondasi Agregat yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal
rentang kadar air seperti yang disyaratkan dalam Spesifikasi Umum 2018
Untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan (Revisi 2) atau seperti
yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus diperbaiki dengan menggaru
bahan tersebut yang dilanjutkan dengan penyemprotan air dalam
kuantitas yang cukup serta mencampurnya sampai rata.
c) Lapis Pondasi Agregat yang terlalu basah untuk pemadatan seperti yang
ditentukan dalam rentang kadar air yang disyaratkan dalam Spesifikasi
Umum 2018 Untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan (Revisi
2)atau seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus diperbaiki
dengan menggaru bahan tersebut secara berulang-ulang pada cuaca
kering dengan peralatan yang disetujui disertai waktu jeda dalam
pelaksanaannya. Alternatif lain, bilamana pengeringan yang memadai
tidak dapat diperoleh dengan cara tersebut di atas, maka Direksi
Pekerjaan dapat memerintahkan agar bahan tersebut dibuang dan diganti
dengan bahan kering yang memenuhi ketentuan.
d) Perbaikan atas Lapis Pondasi Agregat yang tidak memenuhi kepadatan
atau sifat-sifat bahan yang disyaratkan dalam Spesifikasi ini harus seperti
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dan dapat meliputi pemadatan
tambahan, penggaruan disertai penyesuaian kadar air dan pemadatan
kembali, pembuangan dan penggantian bahan, atau menambah suatu
ketebalan dengan bahan tersebut.
6) Pengembalian Bentuk Pekerjaan Setelah Pengujian
Seluruh lubang pada pekerjaan yang telah selesai dikerjakan akibat pengujian
kepadatan atau lainnya harus segera ditutup kembali oleh Penyedia Jasa
dengan bahan Lapis Pondasi Agregat, diikuti pemeriksaan oleh Direksi
Pekerjaan dan dipadatkan sampai memenuhi kepadatan dan toleransi
permukaan dalam Spesifikasi ini.

43.43.3 BAHAN
1) Sumber Bahan
Bahan Lapis Pondasi Agregat harus dipilih dari sumber yang disetujui sesuai
dengan ketentuan yang mengacu pada Spesifikasi Umum 2018 Untuk
Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan (Revisi 2).
2) Kelas Lapis Pondasi Agregat
Terdapat tiga kelas yang berbeda dari Lapis Pondasi Agregat yaitu Kelas A,
Kelas B dan Kelas S. Pada umumnya Lapis Pondasi Agregat Kelas A adalah
mutu Lapis Pondasi Atas untuk lapisan di bawah lapisan beraspal, dan Lapis
Pondasi Agregat Kelas B adalah untuk Lapis Pondasi Bawah. Lapis Pondasi
Agregat Kelas S akan digunakan untuk bahu jalan tanpa penutup aspal
berdasarkan ketentuan tambahan dalam ketentuan bahan mengacu pada
Spesifikasi Umum 2018 Untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan
(Revisi 2).
3) Fraksi Agregat Kasar
Agregat kasar yang tertahan pada ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel
atau pecahan batu atau kerikil yang keras dan awet. Bahan yang pecah bila
berulang-ulang dibasahi dan dikeringkan tidak boleh digunakan.
Bilamana agregat kasar berasal dari kerikil maka untuk Lapis Pondasi Agregat
Kelas A mempunyai 100 % berat agregat kasar dengan angularitas 95/90* dan
untuk Lapis Pondasi Agregat Kelas B yang berasal dari kerikil mempunyai 60 %
berat agregat kasar dengan angularitas 95/90*.
*95/90 menunjukkan bahwa 95% agregat kasar mempunyai muka bidang
pecah satu atau lebih dan 90% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah
dua atau lebih. Ketentuan bahan mengacu pada Spesifikasi Umum 2018 Untuk
Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan (Revisi 2)
4) Fraksi Agregat Halus
Agregat halus yang lolos ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel pasir alami
atau batu pecah halus dan partikel halus lainnya. Fraksi bahan yang lolos
ayakan No.200 tidak boleh melampaui dua per tiga fraksi bahan yang lolos
ayakan No.40. Ketentuan bahan mengacu pada Spesifikasi Umum 2018 Untuk
Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan (Revisi 2)
5) Sifat-sifat Bahan Yang Disyaratkan
Seluruh Lapis Pondasi Agregat harus bebas dari bahan organik dan gumpalan
lempung atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki dan setelah dipadatkan
harus memenuhi ketentuan gradasi (menggunakan pengayakan secara basah)
yang diberikan dalam Tabel Gradasi Lapis Pondasi AgregatUkuran Ayakan dan
memenuhi sifat-sifat yang diberikan dalam Tabel Sifat-sifat Lapis Pondasi
Agregat

Tabel Gradasi Lapis Persen Berat Yang Lolos


Pondasi AgregatUkuran
Ayakan
ASTM (mm) Kelas A Kelas B Kelas S
2” 50 100
1 ½” 37,5 100 88 - 95
1“ 25,0 79 - 85 70 - 85 89 - 100
3/8” 9,50 44 - 58 30 - 65 55 - 90
No.4 4,75 29 - 44 25 - 55 40 - 75
No.10 2,0 17 - 30 15 - 40 26 - 59
No.40 0,425 7 - 17 8 - 20 12 - 33
No.200 0,075 2-8 2-8 4 - 22

Tabel Sifat-sifat Lapis Pondasi Agregat

Sifat – sifat Kelas A Kelas B Kelas S


Abrasi dari Agregat Kasar (SNI 0 - 40 % 0 - 40 % 0 - 40 %
2417:2008)
Indek Plastisitas (SNI 1966:2008) 0-6 0 - 10 4 – 15
Hasil kali Indek Plastisitas dng. % maks. 25 - -
Lolos Ayakan No.200
Batas Cair (SNI 1967:2008) 0 - 25 0 - 35 0 – 35
Bagian Yang Lunak (SNI 03-4141- 0-5% 0-5% 0-5%
1996)
CBR (SNI 03-1744-1989) min.90 % min.60 % min.50 %

6) Pencampuran Bahan Untuk Lapis Pondasi Agregat


Pencampuran bahan untuk memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus
dikerjakan di lokasi instalasi pemecah batu atau pencampur yang disetujui,
dengan menggunakan pemasok mekanis (mechanical feeder) yang telah
dikalibrasi untuk memperoleh aliran yang menerus dari komponen-komponen
campuran dengan proporsi yang benar. Dalam keadaan apapun tidak
dibenarkan melakukan pencampuran di lapangan.
7) Pengembalian Bentuk Pekerjaan Setelah Pengujian
Seluruh lubang pada pekerjaan yang telah selesai dikerjakan akibat pengujian
kepadatan atau lainnya harus segera ditutup kembali oleh Penyedia Jasa
dengan bahan Lapis Pondasi Agregat, diikuti pemeriksaan oleh Direksi
Pekerjaan dan dipadatkan sampai memenuhi kepadatan dan toleransi
permukaan dalam Spesifikasi ini.

43.43.4 PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN LAPIS PONDASI AGREGAT


1) Penyiapan Formasi untuk Lapis Pondasi Agregat
a) Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar pada perkerasan atau
bahu jalan lama, semua kerusakan yang terjadi pada perkerasan atau
bahu jalan lama harus diperbaiki terlebih dahulu sesuai dengan
Spesifikasi ini.
b) Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar pada suatu lapisan
perkerasan lama atau tanah dasar baru yang disiapkan atau lapis pondasi
yang disiapkan, maka lapisan ini harus diselesaikan sepenuhnya, sesuai
dengan Spesifikasi ini, sesuai pada lokasi dan jenis lapisan yang
terdahulu.
c) Lokasi yang telah disediakan untuk pekerjaan Lapisan Pondasi Agregat,
sesuai dengan butir (a) dan (b) di atas, harus disiapkan dan
mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Pekerjaan paling
sedikit 100 meter ke depan dari rencana akhir lokasi penghamparan Lapis
Pondasi pada setiap saat. Untuk perbaikan tempat-tempat yang kurang
dari 100 meter panjangnya, seluruh formasi itu harus disiapkan dan
disetujui sebelum lapis pondasi agregat dihampar.
d) Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar langsung di atas
permukaan perkerasan aspal lama, yang menurut pendapat Direksi
Pekerjaan dalam kondisi tidak rusak, maka harus diperlukan penggaruan
atau pengaluran pada permukaan perkerasan aspal lama agar
meningkatkan tahanan geser yang lebih baik.
2) Penghamparan
a) Lapis Pondasi Agregat harus dibawa ke badan jalan sebagai campuran
yang merata dan harus dihampar pada kadar air dalam rentang yang
disyaratkan dalam Spesifikasi ini. Kadar air dalam bahan harus tersebar
secara merata.
b) Setiap lapis harus dihampar pada suatu operasi dengan takaran yang
merata agar menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam toleransi
yang disyaratkan. Bilamana akan dihampar lebih dari satu lapis, maka
lapisan-lapisan tersebut harus diusahakan sama tebalnya.
c) Lapis Pondasi Agregat harus dihampar dan dibentuk dengan salah satu
metode yang disetujui yang tidak meyebabkan segregasi pada partikel
agregat kasar dan halus. Bahan yang bersegregasi harus diperbaiki atau
dibuang dan diganti dengan bahan yang bergradasi baik.
d) Tebal padat minimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus dua kali
ukuran terbesar agregat lapis pondasi. Tebal padat maksimum tidak
boleh melebihi 20 cm, kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan.
3) Pemadatan
a) Segera setelah pencampuran dan pembentukan akhir, setiap lapis harus
dipadatkan menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan memadai
dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan, hingga kepadatan paling sedikit 100
% dari kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) seperti yang
ditentukan oleh SNI 1743 : 2008, metode D.
b) Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan agar digunakan mesin gilas
beroda karet digunakan untuk pemadatan akhir, bila mesin gilas statis
beroda baja dianggap mengakibatkan kerusakan atau degradasi
berlebihan dari Lapis Pondasi Agregat.
c) Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam
rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1 % di atas kadar air
optimum, dimana kadar air optimum adalah seperti yang ditetapkan
oleh kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) yang ditentukan
oleh SNI 1743 : 2008, metode D.
d) Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi dan bergerak
sedikit demi sedikit ke arah sumbu jalan, dalam arah memanjang. Pada
bagian yang ber”superelevasi”, penggilasan harus dimulai dari bagian
yang rendah dan bergerak sedikit demi sedikit ke bagian yang lebih tinggi.
Operasi penggilasan harus dilanjutkan sampai seluruh bekas roda mesin
gilas hilang dan lapis tersebut terpadatkan secara merata.
e) Bahan sepanjang kerb, tembok, dan tempat-tempat yang tak terjangkau
mesin gilas harus dipadatkan dengan timbris mekanis atau alat pemadat
lainnya yang disetujui.
4) Pengujian
a) Jumlah data pendukung pengujian bahan yang diperlukan untuk
persetujuan awal harus seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan,
namun harus mencakup seluruh jenis pengujian yang disyaratkan dalam
Spesifikasi ini, minimum pada tiga contoh yang mewakili sumber bahan
yang diusulkan, yang dipilih untuk mewakili rentang mutu bahan yang
mungkin terdapat pada sumber bahan tersebut.
b) Setelah persetujuan mutu bahan Lapis Pondasi Agregat yang diusulkan,
seluruh jenis pengujian bahan harus diulangi lagi, bila menurut pendapat
Direksi Pekerjaan, terdapat perubahan mutu bahan atau metode
produksinya.
c) Suatu program pengujian rutin pengendalian mutu bahan harus
dilaksanakan untuk mengendalikan ketidakseragaman bahan yang
dibawa ke lokasi peker-jaan. Pengujian lebih lanjut harus seperti yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan tetapi untuk setiap 1000 meter kubik
bahan yang diproduksi paling sedikit harus meliputi tidak kurang dari lima
(5) pengujian indeks plastisitas, lima (5) pengujian gradasi partikel, dan
satu (1) penentuan kepadatan kering maksimum menggunakan SNI
1743 : 2008, metode D. Pengujian CBR harus dilakukan dari waktu ke
waktu sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
d) Kepadatan dan kadar air bahan yang dipadatkan harus secara rutin
diperiksa, mengunakan SNI 2827 : 2008. Pengujian harus dilakukan
sampai seluruh kedalaman lapis tersebut pada lokasi yang ditetapkan
oleh Direksi Pekerjaan, tetapi tidak boleh berselang lebih dari 200 m.

44. Pengukuran dan Pembayaran

Pengukuran untuk Pembayaran


1. Lapis Pondasi Agregat harus diukur sebagai jumlah meter kubik dari bahan yang
sudah dipadatkan, lengkap di tempat dan diterima. Volume yang diukur harus
didasarkan atas penampang melintang yang ditunjukkan pada Gambar bila tebal
yang diperlukan merata, dan pada penampang melintang yang disetujui Direksi
Pekerjaan bila tebal yang diperlukan tidak merata, dan panjangnya diukur secara
mendatar sepanjang sumbu jalan.
2. Pekerjaan penyiapan dan pemeliharaan tanah dasar yang baru atau
perkerasan lama dan bahu jalan lama dimana Lapis Pondasi Agregat akan
dihampar tidak diukur atau dibayar menurut spesifikasi ini, tetapi harus dibayar
terpisah dari harga penawaran yang sesuai untuk Penyiapan Badan Jalan dan
Pengembalian Kondisi Perkerasan Lama atau Bahu Jalan yang ada menurut
ketentuan dalam Spesifikasi Umum 2018 Untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan dan
Jembatan (Revisi 2).

Yogyakarta, 2023
Diperiksa & Disetujui Oleh, Dibuat Oleh,
Penjabat Pembuat Komitmen Konsultan Perencana
( PPK ) PT. Kalaprana Konsultan
Khoirul Anam Tarman, ST, MT
NIP : 1987021 3201012 1 002 Direktur Utama

Anda mungkin juga menyukai