Anda di halaman 1dari 87

Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT


(RKS)
REHABILITASI DAN RENOVASI PRASARANA
PRASARANA SEKOLAH NTT 7

LOKASI
KABUPATEN NAGEKEO

TA. 2023- 2024


Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

DAFTAR ISI

BAB I. SPESIFIKASI TEKNIS, RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS ............................ 3


BAB II. PEKERJAAN PERSIAPAN ................................................................................................ 13
BAB III. PEKERJAAN TANAH DAN URUGAN ............................................................................... 17
BAB IV. PEKERJAAN PASANGAN ................................................................................................ 19
BAB V. PEKERJAAN BETON......................................................................................................... 23
BAB VI. PEKERJAAN ATAP.......................................................................................................... 30
BAB VII. PEKERJAAN DINDING ................................................................................................. 32
BAB VIII. PEKERJAAN PLESTERAN ............................................................................................ 34
BAB IX. PEKERJAAN KERAMIK ................................................................................................... 37
BAB X. PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA .................................................................................. 39
BAB XI. PEKERJAAN PLAFOND ................................................................................................... 41
BAB XII. PEKERJAAN PENGECATAN ........................................................................................... 43
BAB XIII. PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK ............................................................................... 50
BAB XIV. PEKERJAAN AIR BERSIH DAN AIR KOTOR (PLUMBING) ............................................. 59
BAB XV. PEKERJAAN RAMP ........................................................................................................ 69
BAB XVI. PEKERJAAN GAPURA DAN PAGAR ............................................................................... 70
BAB XVIII. PEKERJAAN LAPANGAN DAN TIANG BENDERA ........................................................ 71
BAB XVIII. PEKERJAAN JALAN PENGHUBUNG ........................................................................... 72
BAB XIX. PEKERJAAN SUMUR BOR ............................................................................................ 73
BAB XX. PEKERJAAN PENYELESAIAN DAN PEMBERSIHAN AKHIR ............................................. 87

2
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

BAB I. SPESIFIKASI TEKNIS, RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS

1. UMUM

1.1. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan yang dilaksanakan adalah “Pekerjaan Rehabilitasi Dan Renovasi Prasarana
Sekolah NTT 7”

1.2. Lokasi Pekerjaan


1.2.1. SDI Kajusopi 1.2.6. SDN Alorawe
1.2.2. SDI Madambake 1.2.7. SDI Nasawewe
1.2.3. SDI Wudu 1.2.8. SMP 1 Aesesa Selatan
1.2.4. SDI Kodiwuwu
1.2.5. SDI Peresambi

1.3. Cakupan Pekerjaan


Pekerjaan-pekerjaan yang dicakup di dalam spesifikasi ini dibagi atas 2 kelompok
pekerjaan yaitu :
1.3.1. Pekerjaan Rekonstruksi
Pekerjaan Rekonstruksi meliputi :
a) Rekonstruksi Bangunan Ruang Kelas
b) Rekonsrtuksi Ruang Guru & Kantor
c) Rekonstruksi Perpustakaan
d) Rekonstruksi Ruang UKS
e) Rekonstruksi Laboratorium
f) Rekonstruksi Mess Guru
g) Rekonstruksi Toilet
h) Rekonstruksi Gapura dan Pagar
i) Rekonstruksi Lapangan Upacara dan Tiang Bendera
1.3.2. Pekerjaan Rehabilitasi
Pekerjaan Rehabilitas meliputi :
a) Rehabilitasi Ruang Kelas
b) Rehabilitasi Ruang Guru dan Kantor
c) Rehabilitasi Perpustakaan
d) Rehabilitasi Laboratorium
e) Rehabilitasi Toilet
f) Rehabilitasi Mess Guru

3
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

1.4. Tenaga dan Sarana Pekerjaan


Untuk memperlancar pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa konstruksi harus
menyediakan:
1.4.1. Tenaga kerja/tenaga ahli yang cukup memadai disesuaikan dengan jenis
pekerjaan yang akan dilaksanakan.
1.4.2. Alat bantu kerja, seperti :
No Jenis Peralatan Kapasitas Jumlah
1 Dum truck 7 unit
2 Tire Tandem Roller 6-8 T 1 unit
3 Mini Concrete (Mesin Molen) 0.35 m3 8 unit
4 Masker (setiap hari kerja) - 40 bh
5 Helm Proyek (setiap hari kerja) - 40 bh
6 Sepatu Proyek (setiap hari kerja) - 40 bh
7 Sarung Tangan (setiap hari kerja) - 40 pasang
8 Safety Belt/Sling - 40 bh
9 Listrik Kerja - 1 Unit
10 Pompa Air 2 ltr/dtk 1 unit
11 Cangkul - 5 bh
12 Palu - 5 bh
13 Stamper - 2 bh
14 Water Pass/Theodolite/Total Station - 1
25 Pick Up - 1
16 Dump Truck 5 m3 4
17 Gerobak Sorong - 4
18 Scafolding - 1000
19 Baby Roller 1 Ton 1
20 Alat Las Listrik - 1
21 Bar Bender s.d 32 mm 1
22 Bar Cutter s.d 32 mm 1
23 Generator 200 kVa 1
Head Dia. 38 mm &
24 Electric Vibrator 1
45 mm

1.4.3. Bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap pekerjaan.
Uji Mutu/teknis/fungsi diperlukan unuk :
a) Baja Tulangan yaitu uji tarik baja yang harus memenuhi spesifikasi teknis
mengenai kuat tarik baja tulangan yang dipakai dalam struktur bangunan.
b) Mutu Beton Bertulang yaitu uji kuat beton yang harus memenuhi
spesifikasi beton bertulang yang disyaratkan
c) Tes Comisioning Instalasi Listrik dan Penangkal Petir

4
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

1.4.4. Perusahaan memiliki :


a) Sertifikat ISO 9001:2015 (Sistem Manajemen Mutu), Disertai bukti audit
ISO tahun terakhir ; .
b) Sertifikat 14001:2015 (Sistem Manajemen Lingkungan) Disertai bukti audit
ISO tahun terakhir ;
c) Sertifikat ISO 18001:2007 (Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan
Kerja) Disertai bukti audit ISO tahun terakhir;
d) Sertifikat kepersertaan BPJS Ketenagakerjaan;
e) Surat Keterangan Tidak Pailit Yang di Keluarkan oleh Pengadilan Niaga
sesuai dengan kedudukan Hukum Badan Usaha;
f) Memiliki Surat Dukungan Pekerjaan Elektrikal yang mempunyai sertifikasi
Pelatihan K3 Elektrikal;
g) Memiliki surat dukungan Kusen Alumunium resmi dilengkapi dengan bukti
penunjukan sebagai distributor resmi dari pabrikan dan brosur yang
dilegalisasi (stempel basah) oleh pabrikan/distributor resmi;
h) Memiliki surat dukungan Penangkal Petir resmi dilengkapi dengan bukti
penunjukan sebagai distributor resmi dari pabrikan dan brosur yang
dilegalisasi (stempel basah) oleh pabrikan/distributor resmi.
1.4.5. Papan Nama Proyek
a) Penyedia Jasa diwajibkan memasang papan nama proyek di tempat lokasi
kegiatan yang mudah dilihat umum.
b) Pemasangan papan nama pekerjaan dilakukan pada saat dimulainya
pelaksanaan pekerjaan.
c) Bentuk papan nama pekerjaan, ukuran, isi dan warnanya ditentukan
kemudian, yang dikoordinasikan terlebih dahulu dengan Direksi Teknis.
1.4.6. Listrik Kerja dan Air Kerja
a) Lingkup pekerjaan
Pekerjaan pengadaan listrik kerja dan air kerja merupakan pekerjaan
pengadaan air untuk pelaksanaan pekerjaan dan pengadaan listrik untuk
pelaksanaan pekerjaan serta untuk penerangan lokasi di malam hari,
pekerjaan ini tidak masuk dalam penawaran namun menjadi kewajiban
penyedia barang dan jasa dalam pengadaannya, untuk kelancaran
pekerjaan.
b) Pelaksanaan pekerjaan
1. Pengadaan air kerja dengan pengadaan pompa air untuk mengambil air
bersih pada sumur exsisting yang ada.
2. Air bersih ditampung menggunakan bak penampung air (drum) untuk
pelaksanaan pekerjaan serta untuk air kebutuhan direksi.
3. Pengadaan listrik kerja dengan pemasangan listrik sementara dari PLN

5
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

atau boleh menggunakan Genset berkapasitas cukup digunakan untuk


kelancaran pekerjaan serta penerangan lokasi site.
4. Lampu-lampu penerangan site dipasang permanen sampai selesainya
pekerjaan.
1.4.7. Kantor Sementara/Direksi Keet
a) Lingkup pekerjaan
Pekerjaan pembuatan kantor sementara/Direksi Keet adalah pekerjaan
penyediaan kantor di lokasi proyek sebagai sarana untuk pengawasan,
evaluasi dan koordinasi proyek.Pekerjaan ini tidak masuk dalam
penawaran namun menjadi kewajiban penyedia barang dan jasa dalam
pengadaannya, untuk kelancaran pekerjaan.
b) Pelaksanaan pekerjaan
Kantor sementara/Direksi Keet merupakan bangunan dengan konstruksi
rangka kayu, lantai diplester, penutup pintu/jendela secukupnya untuk
penghawaan/pencahayaan. Ukuran luas kantor disesuaikan dengan
kebutuhan dengan tidak mengabaikan keamanan dan kebersihan serta
dilengkapi dengan pemadam kebakaran.
c) Perlengkapan-perlengkapan kantor harus disediakan Penyedia Jasa
konstruksi untuk menunjang kinerja dan keamanan saat proyek
berlangsung.
d) Setelah proyek selesai barang tersebut menjadi milik penyedia Jasa
konstruksi.
1.4.8. Pekerjaan Pembersihan Lokasi
a) Lingkup pekerjaan
Pekerjaan pembersihan lokasi adalah pekerjaan pembersihan lokasi proyek
yang ditunjukkan pada gambar rencana hingga lokasi proyek siap untuk
pekerjaan selanjutnya.
b) Pelaksanaan pekerjaan
1. Lokasi proyek harus dibersihkan dari rumput, semak, akar-akar pohon.
2. Segala macam sampah-sampah dan barang-barang bekas bongkaran
harus dikeluarkan dari lokasi proyek, dan tidak dibenarkan untuk
ditimbun di luar pagar proyek meskipun untuk sementara.
1.4.9. Pemasangan Rambu-Rambu
Selama pembangunan berlangsung penyedia Jasa Konstruksi wajib memasang
rambu-rambu petunjuk maupun peringatan, seperti rambu peringatan berhati-
hati karena lokasi akses keluar masuk kendaraan proyek dan lain-lain.
1.4.10. Penyediaan Alat-alat Pemadam Kebakaran, Keselamatan Kerja
a) Selama pembangunan berlangsung, penyedia jasa konstruksi wajib
menyediakan tabung alat pemadam kebakaran (fireextinguisher) lengkap

6
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

dengan isinya, dengan jumlah minimal 3 (tiga) tabung, masing-masing


tabung berkapasitas 3.5 kg.
b) Penyedia Jasa konstruksi harus menyediakan Peralatan P3K, helm
pengaman, sabuk pengaman, masker, sepatu lapangan dan alat-alat
keselamatan kerja lainnya yang dipandang perlu selama proses pekerjaan.
1.4.11. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Lingkup kerja
a) Pekerjaan ini mencakup ketentuan-ketentuan penanganan keselamatan
dan kesehatan kerja (K3) konstruksi kepada setiap orang yang berada di
tempat kerja yang berhubungan dengan pemindahan bahan/material,
penggunaan peralatan kerja konstruksi, dan lingkungan sekitar tempat
kerja.
b) Penanganan K3 mencakup penyediaan sarana pencegah kecelakaan kerja
dan perlindungan kesehatan kerja konstruksi maupun penyediaan personil
yang kompeten dan organisasi pengendalian K3 Konstruksi sesuai dengan
tingkat risiko yang ditetapkan.
c) Penyedia Jasa harus mengikuti ketentuan-ketentuan pengelolaan K3 yang
tertuang dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat No.05/PRT/M/2014 dan No.02/PRT/M/2018 atau perubahannya
(jika ada) tentang Pedoman Sistem Manjemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum, serta peraturan terkait
lainnya.
d) Penyedia Jasa harus membuat, menerapkan, dan memelihara prosedur
untuk identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendaliannya secara
berkesinambungan sesuai dengan Rencana Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Konstruksi (RK3K) yang telah disetujui.
e) Penyedia Jasa wajib melengkapi RK3K dengan rencana penerapan K3
Konstruksi untuk seluruh tahapan pekerjaan.
f) Penyedia Jasa wajib mempresentasikan RK3K pada rapat persiapan
pelaksanaan pekerjaan konstruksi untuk disahkan dan ditanda tangani oleh
Wakil Pengguna Jasa sesuai ketentuan Permen PUPR No.05/PRT/M/2014
dan No.02/PRT/M/2018 atau perubahannya (jika ada) tentang Pedoman
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi
Bidang Pekerjaan Umum.
g) Penyedia Jasa bersama dengan Pengawas Pekerjaan melakukan inspeksi
K3 Konstruksi secara periodik dalam laporan harian, mingguan dan/atau
bulanan.
h) Penyedia Jasa segera melakukan tindakan perbaikan yang diperlukan
terhadap ketidaksesuaian yang ditemukan pada saat inspeksi K3

7
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

Konstruksi. Hasil inspeksi K3 Konstruksi disampaikan oleh Penyedia Jasa


kepada Pengawas Pekerjaan.
i) Penyedia Jasa harus melakukan tinjauan ulang terhadap RK3K (pada
bagian yang memang perlu dilakukan kaji ulang) secara
berkesinambungan selama pelaksanaan pekerjaan konstruksi berlangsung.
j) Pejabat Pembuat Komitmen memberi surat peringatan secara bertahap
kepada Penyedia Jasa apabila Penyedia Jasa tidak melaksanakan RK3K
yang telah ditetapkan, sesuai ketentuan Permen PUPR No.05/PRT/M/2014
dan No.02/PRT/M/2018 atau perubahannya (jika ada) tentang Pedoman
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi
Bidang Pekerjaan Umum.
k) Pejabat Pembuat Komitmen menghentikan bagian pekerjaan yang dinilai
berisiko K3 apabila peringatan ke-2 tidak ditindaklanjuti oleh Penyedia
Jasa,
l) Segala risiko kerugian akibat penghentian pekerjaan sebagaimana di atas
menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa dan bukan merupakan Peristiwa
Kompensasi.
1.4.12. Protokol Kesehatan
a) Setiap Pengawas, Direksi, Tim Teknis Proyek, dan pekerja yang datang ke
lokasi pekerjaan ini wajib mematuhi protokol kesehatan.
b) Apabila penyedia jasa konstruksi mendatangkan pekerja (buruh, tukang,
dan teknisi) dari daerah lain untuk dipekerjakan atau melaksanakan tugas
pada pekerjaan ini, maka pekerja yang bersangkutan wajib melaksanakan
isolasi mandiri sesuai ketentuan yang berlaku sebelum melaksanakan
tugasnya.
c) Penyedia jasa konstruksi wajib berkoordinasi dengan Satuan Tugas (Satgas
Covid 19) pada daerah setempat sebagai upaya antisipasi apabila ada
pekerja yang terpapar Covid 19 dalam masa pelaksanaan pekerjaan ini.
1.4.13. Tempat Tinggal (Domisili) Kontraktor Dan Pelaksana
a) Untuk menjaga kemungkinan diperlukannya jam kerja apabila terjadi hal-
hal mendesak, kontraktor dan pelaksana wajib memberitahukan secara
tertulis, alamat dan nomor telepon di lokasi kepada Direksi/Pengawas
Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan.
b) Alamat Kontraktor dan pelaksana diharapkan tidak berubah-ubah selama
pekerjaan. Bila terjadi perubahan alamat, Kontraktor dan pelaksana wajib
memberitahukan secara tertulis.
1.4.14. Penjagaan Keamanan Di Lapangan Pekerjaan
a) Kontraktor wajib menjaga keamanan lapangan terhadap barang-barang
milik Proyek, Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan

8
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

dan milik pihak ketiga yang ada dilapangan.


b) Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah disetujui
Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan, baik yang
telah dipasang maupun yang belum, menjadi tanggung jawab kontraktor
dan tidak akan diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambah.
c) Apabila terjadi kebakaran, kontraktor bertanggung jawab atas akibatnya
baik yang berupa barangbarang maupun keselamatan jiwa. Untuk itu
kontraktor diwajibkan menyediakan alat-alat pemadam kebakaran yang
siap dipakai yang ditempatkan di tempat-tempat yang akan ditetapkan
oleh Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan.

1.5. Peraturan Teknis Pembangunan Yang Digunakan


Dalam melaksanakan Pekerjaan, kecuali bila ada ketentuan lain dalam Rencana Kerja
dan Syarat-syarat (RKS) ini, berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan di bawah ini
termasuk segala perubahan dan tambahannya :

1.5.1. Peraturan Presiden RI Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengadaan


Barang/Jasa Pemerintah;

1.5.2. Peraturan Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2021;

1.5.3. Peraturan BSN No. 12 Tahun 2020;

1.5.4. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Gedung SNI 03-2847-2002;

1.5.5. Peraturan umum dari Dinas Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja;

1.5.6. Peraturan Umum tentang pelaksanaan Instalasi Listrik (PUIL) 1979 dan PLN
setempat;

1.5.7. Tata cara pengecatan bangunan : SNI 03-2407-1991;

1.5.8. Spesifikasi bahan bangunan bagian A : SK SNI S-04-1989-F;

1.5.9. Tata cara pengecatan tembok dengan cat emulsion : SNI 03-2410-1991;

1.5.10. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor :
47/SE/DC/2020 Tentang Petunjuk Teknis Standarisasi Desain dan Penilaian
Kerusakan Sekolah dan Madrasah.

9
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

1.6. Cara Pelaksanaan


Untuk melaksanakan pekerjaan dalam butir 1.5 tersebut di atas, pekerjaan harus
dilaksanakan dengan penuh keahlian, sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam :

1.6.1. Gambar Kerja yang dibuat Perencana yang sudah disahkan oleh Dinas
Pekerjaan Umum, termasuk juga gambar-gambar detail yang diselesaikan
oleh Kontraktor dan sudah disahkan / disetujui Direksi.

1.6.2. Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS).


a) Kontraktor wajib meneliti semua gambar dan Rencana Kerja dan Syarat-
syarat (RKS) termasuk tambahan dan perubahannya yang dicantumkan
dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing).
b) Bila gambar tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat
(RKS), maka yang mengikat/berlaku adalah RKS. Bila suatu gambar
tidak sesuai dengan gambar yang lain, maka gambar yang mempunyai
skala yang lebih besar yang berlaku, begitu pula apabila dalam RKS
tidak dicantumkan sedangkan gambar ada, maka gambarlah yang
mengikat.
c) Bila perbedaan-perbedaan ini menimbulkan keraguan-keraguan
sehingga dalam pelaksanaan menimbulkan kesalahan, Kontraktor wajib
menanyakan kepada Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis
Kegiatan dan Kontraktor mengikuti keputusan dalam rapat.

1.6.3. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.

1.6.4. Berita Acara Penetapan Pemenang Penyedia Barang/Jasa.

1.6.5. Surat Keputusan Penetapan Penyedia Barang/Jasa.

1.6.6. Surat Penawaran dan lampiran-lampirannya.

1.6.7. Jadwal Pelaksanaan (Tentative Time Schedule) yang telah disetujui Direksi.
a) Sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus menyusun
Rencana Kerja (Time Schedulle) yang diajukan selambat-lambatnya
dalam waktu 1 (satu) minggu sesudah tanggal penerimaan Surat
Perintah Kerja, dengan disetujui oleh Direksi.
b) Setelah Rencana Kerja disetujui oleh Direksi, satu salinan akan
disimpanoleh Direksi dan satu salinan lainnya harus ditempel di Bangsal
Kontraktor di tempat pekerjaan.

10
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

1.7. Pengajuan
1.7.1. Kontraktor wajib menyampaikan materi Pengajuan sebanyak rangkap untuk
mendapat persetujuan dari Pengawas/Pemilik Proyek, mencakup yang
disebut dalam butir-butir berikut.
1.7.2. Kontraktor wajib membuat Gambar Rencana Kerja (Shop drawing) yang
mencakup Detail-detail Pemasangan, Layout dan Coordinated Plan, set-
outs, untuk disetujui Pengawas/Pemilik Proyek untuk pekerjaan yang akan
dilakukannya.
Gambar Koordinasi: Koordinator wajib berkoordinasi dibawah Pengawas
untuk membuat gambar koordinasi yang terperinci antar pekerjaan
mekanikal dan elektrikal.
1.7.3. Kontraktor wajib mengajukan contoh-contoh bahan yang akan dipakai.
1.7.4. Segera setelah penunjukkan, Kontraktor wajib menyerahkan katalog sesuai
dengan skedul material.
1.7.5. Material yang diajukan harus dilengkapi salinan sertifikat kesesuaian mutu
dari badan standarisasi yang bersangkutan.
1.7.6. Kontraktor harus menyerahkan daftar material yang belum tercantum dalam
skedul material selambat-lambatnya 2 (dua) minggu setelah penunjukkan
pemenang lelang, untuk mendapat persetujuan dari Pengawas dan/atau
Pemilik Proyek.
1.7.7. Semua material yang tercantum dalam skedul material bersifat mengikat
dan merupakan lampiran dokumen penawaran.
1.7.8. Kontraktor wajib menyerahkan Rencana Kerja (Time Schedule) dan rencana
kerja harian/mingguan lengkap dengan jumlah tenaga kerja dan
peralatannya.

1.8. Jaminan Kualitas


1.8.1. Kontraktor paling sedikit harus berpengalaman 5 tahun dalam pekerjaan
sejenis untuk skala proyek setara
1.8.2. Subkontraktor hanya dapat dilakukan dengan persetujuan Pengawas/Pemilik
1.8.3. Kehadiran subkontraktor harus dilaporkan kepada Pengawas/Pemilik Proyek.
1.8.4. Pelaksana instalasi plumbing harus memiliki pas PAM Golongan A.
1.8.5. Gambar serta Rencana Kerja ini harus tersedia di Ruang Kontraktor dan
mudah diperiksa sewaktu-waktu oleh Pengawas/Pemilik Proyek.
11
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

1.8.6. Setiap kemajuan pekerjaan harus dilaporkan pada Pengawas/Pemilik Proyek


serta mencantumkan Gambar dan Rencana Kerja tersebut.
1.8.7. Kontraktor wajib menempatkan tenaga-tenaga pengawas untuk mengawasi
pekerjaanya sendiri.
1.8.8. Penanggungjawab pelaksanaan pekerjaan harus selalu berada ditempat
pekerjaan, memiliki sertifikat ahli sesuai bidangnya dan dapat mengambil
keputusan penuh, demi kelancaran pekerjaan.
1.8.9. Hal-hal yang tidak tercantum dalam Gambar Rancangan, Gambar Rencana
Kerja, maupun Spesifikasi, tetapi hal itu diperlukan untuk kelengkapan dan
kesempurnaan sistem pemasangan atau sistem kerja suatu peralatan atau
instalasi, maka hal itu menjadi tanggungjawab Kontraktor untuk
melangkapinya.
1.8.10. Kontraktor harus mengajukan gambar koordinasi instalasi yang
menggambarkan rencana (layout) jalur penarikan pipa dan set-out dari
fixtures; dan dikoordinasikan antara berbagai jenis instalasi dan pekerjaan
lain yang berkaitan.

12
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

BAB II. PEKERJAAN PERSIAPAN

2. PEKERJAAN PERSIAPAN

2.1. Lingkup Pekerjaan


2.1.1. Papan Nama Proyek
2.1.2. Mobilisasi dan Demobilisasi
2.1.3. Pembongkaran bangunan gedung lama
2.1.4. Pembersihan awal (land clearing)
2.1.5. Urugan tanah pematangan lahan elevasinya disesuaikan dengan gambar
rencana
2.1.6. Direksi Keet, Los Kerja dan Gudang
2.1.7. Pengukuran dan Pemasangan Bouwplak
2.1.8. Biaya administrasi dan dokumentasi pekerjaan
2.1.9. Penyediaan Air Kerja dan Listrik Kerja
2.1.10. Pemasangan pagar proyek.

2.2. Persyaratan Bahan


2.2.1. Papan Nama Proyek dibuat dari multipleks 6 mm berukuran 80 x 120 cm,
dicat dengan warna dasar putih dan Tulisan warna Hitam
2.2.2. Direksi keet dibuat dari struktur utama kayu klas II, dinding triplek 3.8
mm, rangka atap kayu klas II, penutup atap seng BJLS 0.20 mm setara
Merk Kalisco, lantai cor beton rabat difinish acian pasta semen
2.2.3. Untuk pemasangan papan bouwplank dari kayu kelas II, untuk patok 5/7
cm dan untuk papan 3/18 cm
2.2.4. Air kerja yang dipakai adalah air tawar yang bersih dan harus bebas dari
bahan-bahan yang berbahaya bagi konstruksi.
2.2.5. Pagar Pengaman Proyek dibuat dengan struktur utama kayu dolken dan
kayu klas II dan penutup dinding seng BJLS 0.20 mm setara merk Kalisco.

13
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

2.3. Pedoman Pelaksanaan


2.3.1. Papan Nama Proyek sebelum dibuat Kontrator harus menunjukkan konsep
redaksi dari informasi yang akan dicantumkan dalam Papan Nama Proyek.
Papan Nama Proyek harus ditempatkan pada tempat yang mudah dibaca
oleh masyarakat umum di lokasi pekerjaan, tidak menggangu aktifitas
selama pelaksanaan pekerjaan, tidak mudah dipindahkan dan dirusak oleh
orang-orang yang tidak berkepentingan.
2.3.2. Pelaksanaan mobilisasi dan demobilisasi menyangkut material, tenaga
kerja dan peralatan boleh dilakukan dalam kurun waktu masa pelaksanaan
kontrak. Semua aktifitas mobilisasi dan demobilisasi harus mendapat
persetujuan Konsultan Kengawas dan direksi pekerjaan.
2.3.3. Pembongkaran gedung boleh dilakukan atau dapat dilakukan setelah
mendapat ijin dari Pemilik Pekerjaan yang dituangkan dalam Berita Acara
Penyerahan Lapangan. Bagian-bagian bangunan yang dipertahankan harus
dijaga sedemikian rupa, sehingga tidak mengalami kerusakan saat
difungsikan kembali. Bagian bangunan yang dipetahakan harus
didokumentasi dengan baik. Hasil bongkaran untuk penempatannya harus
berkoordinasi dengan Konsultan Pengawas dan Pemilik Pekerjaan. Material
bongkaran non-organik seperti tembok, genting, batu diperkenan
digunakan sebagai urugan di lokasi pekerjaan. Untuk material berupa
seng, besi, kayu dan material lain yang berbahaya untuk keselamatan
dalam bekerja dan menyebabkan kwalitas timbunan menjadi berkurang
dalam jangka panjang harus dibersihkan dari lokasi pekerjaan.
2.3.4. Direksi Keet dibuat minimal dengan luas 50 m2 dengan peruntukan ruang
minimal untuk Kantor Pelaksana Kontraktor, Ruang Konsultan Pengawas,
Ruang Direksi dan Ruang Rapat. Sebelum Kantor Direksi dibangun
Kontraktor wajib menunjukkan gambar rencana Direksi Keet yang terdiri
dari denah dan tampak bangunan Direksi Keet, lokasi penempatan pada
lokasi pekerjaan sehingga tidak menggangu aktifitas selama pelaksanaan
pekerjaan.
2.3.5. Pekerjaan urugan pematangan lahan dimulai setelah pembersihan lahan
dilakukan. Sebelum dilakukan pematangan lahan lokasi pekerjaan sudah
harus bersih dari segala material yang mengurangi kualitas pekerjaan.
Setelah permukaan tanah asli sudah bersih, selanjutnya dipadatkan
dengan Tire Roller 6-8 ton sebanyak 3 kali lintasan. Tanah timbunan yang
dihadirkan ke lokasi adalah tanah yang sudah memenuhi syarat sebagai
tanah timbunan.Proses timbunan dan pemadatan dilakukan setiap
ketebalan gembur 25 cm untuk menjadi timbunan padat setebal 20 cm.
14
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

Pemadatan dikerjakan dengan menggunakan Tire Roller/Wales 6-8ton


sebanyak 8 kali lintasan. Urugan dan pemadatan dapat dihentikan setelah
mencapai elevasi yang direncanakan seperti yang ditunjukkan dalam
gambar rencana. Semua hasil pengurugan dan pemadatan dapat dilajutkan
ke tahap pekerjaan berikutnya setelah pekerjaan dimaksud disetujui oleh
Konsultan Pengawas dan Direksi Pekerjaan.
2.3.6. Pengukuran dan penempatan patok-patok bangunan dapat dilakukan
setelah elevasi pematangan lahan tercapai dan memenuhi syarat timbunan
yaitu pada elevasi yang sesuai gambar rencana.
2.3.7. Ukuran ukuran patok dan ukuran tinggi telah ditetapkan dalam gambar
dan dijelaskan dalam gambar detail. Ukuran ukuran dalam gambar
tersebut adalah ukuran setelah pekerjaan selesai dikerjakan.
2.3.8. Peil ketinggian lantaidengan Elevasi +0.00 diambil sesuai dengan
ketetapan dalam gambar rencana. Penentuan peil ini akan dilakukan oleh
Pemilik Pekerjaan, Konsultan Pengawas dan Pengelola Teknis Pekerjaan
bersama sama dengan Kontraktor.
2.3.9. Penentuan titik-titik ketinggian dilakukan dengan selang air ukuran 1/4"
atau dengan alat ukur Theodolit, sedangkan untuk sudut siku siku
dilakukan dengan benang secara azas segitiga Pythagoras.
2.3.10. Papan diketam halus dan lurus pada sisi atasnya
2.3.11. Harus benar benar waterpass (timbang air) dan sudut-sudutnya harus siku.
2.3.12. Bouwplank yang terpasang kuat dan tidak mudah berubah posisi untuk
memastikan bahwa titik-titik pengukuran tetap selama proses pelaksanaan
pekerjaan.
2.3.13. Kegiatan administrasi dan dokumentasi pekerjaan meliputi Pengurusan Ijin
Mendirikan Bangunan (IMB), surat menyurat ijin pemakaian material, Ijin
Pelaksanaan Pekerjaan (request of work), Gambar-gambar pelaksanaan
(shop drawing) yang diajukan bersamaan dengan request of work,
gambar-gambar hasil pelaksanaan (As Bulit Drawing) dan foto-foto selama
aktifitas pelaksanaan pekerjaan. Semua Ijin-ijin dan gambar-gambar
sertapelaporan selama pelaksanaan pekerjaan harus mendapat
pengesahan/Pesetujuan dari Konsultan Pengawas dan Direksi Pekerjaan.
2.3.14. IMB harus diurus pada kesempatan pertama, sehingga bisa terbit sebelum
masa kontrak berakhir.
2.3.15. Dalam pengurusan IMB Kontraktor Pelaksana menyiapkan semua dokumen
yang diperlukan sesuai ketentuan yang berlaku di Pemerintah Kabupaten
15
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

Sikka, termasuk dokumen Usulan Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan


Usulan Pemantauan Lingkungan (UPL).
2.3.16. Semua dokumen-dokumen pendukung untuk penerbitan IMB, seperti
sertifikat tanah, Kartu Tanda Pengenal Kependudukan (KTP), Bukti setoran
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan sebagainya disiapkan oleh pemilik
proyek. Untuk bisa disiapkan dokumen-dokumen dimaksud kontraktor
wajib mengajukan permohonan tertulis kepada Pemilik Pekerjaan; dalam
hal ini Seminari Bunda Segala Bangsa (BSB).
2.3.17. Administrasi dan dokumentasi pelaksanaan pekerjaan harus dibuat teratur
menyangkut aktifitas harian dilapangan, pencatatan material yang masuk
maupun yang keluar dari gudang logistik, tenaga kerja dan kondisi cuaca
serta selalu membuat fofo-foto setiap terjadi kemajuan pekerjaan
dilapangan. Pelaporan yang harus dibuat oleh Kontraktor adalah laporan
Harian, Mingguan dan Bulanan yang isinya harus mendapat persetujuan
dari Pengawas Lapangan.
2.3.18. Air kerja yang dipakai adalah air tawar yang bersih dan harus bebas dari
bahan-bahan yang berbahaya bagi konstruksi, tenaga kerja dan
Lingkungan.
2.3.19. Tenaga Listrik untuk kebutuhan selama pelaksanaan pekerjaan harus
disiapkan sendiri oleh Kontraktor Pelaksana dengan biaya sepenuhnya
ditanggung oleh Kontraktor Pelaksana.

16
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

BAB III. PEKERJAAN TANAH DAN URUGAN

3. PEKERJAAN TANAH DAN URUGAN

3.1. Lingkup Pekerjaan


Lingkup pekerjaan tanah dan urugan pada paket pekerjaan ini secara umum adalah
pekerjaan penggalian, pengangkutan material, pengukuran dan urugan untuk item
pekerjaan :
3.1.1. Galian tanah untuk pondasi menerus (jalur)
3.1.2. Galian tanah saluran drainase
3.1.3. Urugan pasir di bawah pondasi menerus dan di bawah sloof
3.1.4. Urugan pasir di bawah saluran drainase
3.1.5. Urugan pasir dibawah lantai bangunan.
3.1.6. Urugan tanah kembali pondasi menerus di bawah sloof
3.1.7. Urugan tanah peninggian peil lantai

3.2. Persyaratan Bahan


3.2.1. Timbunan peninggian peil lantai menggunakan bahan urugan sirtu kualitas
baik.
3.2.2. Urugan sirtu dan pasir urugan harus bersih dari kotoran kotoran dan akar-
akar kayu, serta sampah lainnya.

3.3. Pedoman Pelaksanaan

3.3.1. Galian pondasi menerus dan saluran drainase di sekeliling bangunan


dikerjakan setelah urugan pematangan lahan selesai dikerjakan.
3.3.2. Galian boleh dilaksanakan setelah bouwplank dengan penandaan sumbu ke
sumbu selesai diperiksa dan disetujui, Konsultan Pengawas, dan Pemilik
Pekerjaan bersama Kontraktor.
3.3.3. Apabila di tempat galian ditemukan pipa pipa pembuangan, kabel listrik,
telepon atau lainnya yang masih berfungsi, maka Kontraktor secepatnya
memberitahukan kepada instansi yang berwenang untuk mendapat
petunjuk seperlunya. Kontraktor bertanggungjawab sepenuhnya atas
segala kerusakan yang diakibatkan pekerjaan galian tersebut.
17
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

3.3.4. Urugan pasir dibawah pondasi dapat dilakukan jika dimensi galian sudah
disetujui oleh Konsultan Pengawas.
3.3.5. Urugan sirtu peninggian peil lantai bangunan dari sirtu dilakukan setelah
pondasi menerus dan sloof struktur telah selesai dikerjakan.
3.3.6. Urugan sirtu harus dipadatkan dengan hand stamper atau baby Roller
sebanyak minimal 6 lintasan pulang pergi dengan ketebalan jadi setiap kali
pemadatan maksimum 20 cm.

18
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

BAB IV. PEKERJAAN PASANGAN

4. PEKERJAAN PASANGAN

4.1. Lingkup Pekerjaan


Lingkup pekerjaan pasangan pada paket pekerjaan ini secara umum adalah
pekerjaan penyiapan profil dengan benang sesuai bentuk pasangan yang diinginkan,
urugan pasir, penyiapan campuran spesi 1 PC :4Psr untuk pasangan pondasi dan
1PC : 4Psr untuk pasangan dinding, pemasangan batu, bataco dan pekerjaan
pasangan lain sesuai pada gambar rencana dan ítem pekerjaan :
4.1.1. Pada Pekerjaan Pondasi
a) Pasangan Batu Kosong/Aanstamping, pondasi menerus (pondasi
rolag) dibawah sloof struktur dan pondasi menerus.
b) Pasangan Batu kali (batu belah) untuk pondasi menerus dibawah
sloof struktur (1Pc : 4Psr) dan pondasi menerus.
4.1.2. Pada Pekerjaan Dinding
a) Pasangan dinding Batako 1PC : 4Psr
b) Plesteran dinding biasa (1PC : 4Psr) tebal 15 mm pada dua sisi
c) Plesteran kedap air (1PC : 2Psr) tebal 15 mm pada KM/WC
d) Acian dinding dua sisi

4.2. Persyaratan Bahan


4.2.1. Digunakan Portland Cement Merk Setara Tiga Roda, Tonasa, Gresik
atau Semen Kupang yang memenuhi ketentuan NI-8 tahun 1975 dan
memenuhi S-400 menurut Standar Cement Portland yang digariskan oleh
Asosiasi Semen Indonesia (NI 8 tahun 1972). Semen yang telah mengeras
sebagian maupun seluruhnya dalam satu zak semen, tidak diperkenankan
pemakaiannya sebagai bahan campuran.Penyimpanan harus sedemikian
rupa sehingga terhindar dari tempat yang lembab agar semen tidak cepat
mengeras.
4.2.2. Pasir Beton, Pasir beton yang digunakan adalah pasir beton dari quarry
setempat, harus berupa butir butir tajam dan keras, bebas dari bahan
bahan organis, lumpur dan sejenisnya serta memenuhi komposisi butir
serta kekerasan sesuai dengan syarat syarat yang tercantum dalam SNI
2847:2013.
19
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

4.2.3. Air, harus air tawar, tidak mengandung minyak, asam alkali, garam, bahan
bahan organis atau bahan bahan lain yang dapat merusak beton atau baja
tulangan.
4.2.4. Batu belah untuk pasangan pondasi adalah batu belah dengan ukuran
minimal 20 cm, dengan tiga muka pecahan.
4.2.5. Batu belah yang dipergunakan sebagai pondasi, harus dipilih batu yang
keras dan tidak keropos dan dikerjakan sesuai bentuk dan ukuran yang
tertera dalam gambar dan mendapat persetujuan Direksi.
4.2.6. Batako yang digunakan adalah batako berbahan adukan pasir dan teras
atau semen atau adukan tanah putih dan semen yang berkualitas baik.
4.2.7. Batako yang digunakan jika dipukul berbunyi nyaring, tidak keropos,
sudut-sudutnya utuh dan siku serta tidak retak.

4.3. Pedoman Pelaksanaan


4.3.1. Pondasi menerus dipasang sesuai gambar rencana yaitu diatas tanah
urugan pematangan lahan yang telah dipadatkan sesuai persyaratan yang
ditentukan pada pasal pekerjaan tanah dan urugan.
4.3.2. Sebelum pondasi dipasang terlebih dahulu dilakukan pengukuran
pengukuran untuk as as pondasi sesuai dengan gambar konstruksi dan
dimintakan persetujuan Konsultan Pengawas tentang kesempurnaan
galian. Setelah selesai galian itu, baru pelaksanaan pondasi pada bagian
dasar pondasi dilapisi pasir pasang setebal 5 cm dan dipadatkan, sebagai
lantai kerja. Di atas pasir, dipasang aanstamping, terdiri dari batu kali dan
pasir pasang (pasangan batu kosong). Lapisan ini juga harus dipadatkan,
dengan menyiram air di atasnya, sehingga pasir akan mengisi rongga
rongga batu kali tersebut. Tebal lapisan dibuat sesuai dengan gambar
detail pondasi.
4.3.3. Pondasi dibuat dari pasangan batu karang/kali/gunung dengan adukan 1
PC :4 Ps, dan plesteran pondasi 1PC : 4Ps.
4.3.4. Pasangan Batako dilakukan dengan teliti sehingga, pasangan Batako rata
dan tegak. Spesi perekat menggunakan adukan dengan komposisi
campuran 1 PC : 4 PSr.
4.3.5. Plesteran dinding biasa dibuat dengan campuran 1PC : 4Psr dan plesteran
kedap air pada dinding KM/WC dengan campuran1PC : 2 Ps.
4.3.6. Ketebalan plesteran pada semua bidang permukaan harus sama tebalnya
dan tidak diperbolehkan plesteran yang terlalu tipis dan terlalu tebal.
20
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

Ketebalan yang diperbolehkan berkisar antara 1,00 cm sampai 1,50 cm.


Untuk mencapai tebal plesteran yang rata sebaiknya diadakan pemeriksaan
secara silang dengan menggunakan mistar kayu panjang yang digerakkan
secara horizontal dan vertikal.
4.3.7. Bilamana terdapat bidang plesteran yang bergelombang harus diusahakan
memperbaikinya secara keseluruhan.
4.3.8. Semua bidang plesteran harus dipelihara kelembabannya selama seminggu
sejak permulaan plesterannya.
4.3.9. Acian saus semen untuk semua bidang yang diplester menggunakan
perbandingan air dan semen diaduk sampai didapat campuran yang
plastis, kecuali pada dinding saluran tidak diaci.
4.3.10. Benangan sudut pintu, jendela dan garis-garis profil listpalnk beton dibuat
dengan campuran pasta semen dan pasir halus hasil pengayakan.
4.3.11. Benangan harus dikerjakan oleh tukang yang terampil.
4.3.12. Benangan sudut yang dihasilkan harus lurus sesuai dengan garis-garis
profil yang diinginkan
4.3.13. Garis benangan tidak boleh cacat
4.3.14. Pekerjaan Water Proofing
a) Bagian - bagian yang diberi water proofing adalah pelat-pelat beton
yang berfungsi sebagai lantai KM/WC, atap, canopy dan sebagai talang
b) Bahan pelapis untuk lapisan kedap air yang digunakan adalah bahan
setara TRAFFIGUARD Produksi Hitchins, berupa cairan Heavy Bodied
Acrilic Polymer-gel dengan penulangan fiberglass, jenis expose yang
tahan terhadap Ultra Violet.
c) Kontraktor harus mengajukan contoh bahan, persyaratan teknis
pelaksanaan dari produsen dan kelengkapan lainnya untuk
mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas.
d) Beton harus berusia minimal 28 hari, kemiringan plat beton sudah
cukup untuk mengalirkan air hujan ke pipa-pipa pembuangan
(kemiringan minimal 2%) atau sesuai dengan gambar. Semua dudukan
instalasi/pipa dan lain-lain harus sudah terpasang. Area yang akan
diberi water proofing harus bebas dari kotoran, (debu, minyak, sisa
adukan dan lain lain).
e) Semua cara pemasangan, cara-cara pelapisan sampai dengan
perlindungan permukaan dan perawatan setelah pemasangan harus
21
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

mengikuti petunjuk-petunjuk yang disyaratkan produsen.


f) Cara pemasangan mulai dari persiapan permukaan yang akan dilapisi,
cara pelapisan, ketebalan pelapisan sampai dengan perlindungan
permukaan setelah pemasangan harus mengikuti petunjuk yang
dikeluarkan oleh pabrik/produsen.
g) Permukaan beton harus dibersihkan dari debu, kotoran dan minyak
dengan menggunakan air bertekanan tinggi, sambungan pengecoran,
pertemuan sudut dinding dan lantai dan sekeliling sparing pipa harus
dibobok terlebih dahulu dan dibersihkan dengan cara disemprot
dengan air bertekanan tinggi.
h) Water proofing system coating dengan perbandingan 3 kg Formdex
Plus : 1 liter air bersih. Aduk hingga rata selama 2 – 3 menit. Coating
pertama dengan konsumsi 0,5/0,75 kg Formdex Plus/m2 dengan
waktu seating 2 – 3 jam kemudian dilanjutkan dengan pengisian bekas
bobokan sambungan pengecoran sparing pipa dan bobokan lainnya
dengan menggunakan FORMROCK 122. Setelah mengering dapat
dilanjutkan dengan coating kedua dengan konsumsi 0,5/0,75 kg/m2.
Permukaan bidang yang telah di-waterproofing harus dilindungi
terhadap hujan, matahari, genangan air dan debu ditutup dengan
plastik atau sejenisnya.
i) Formdex yang telah diaplikasi harus dijaga kelembabannya selama
minimum 7 (tujuh) hari agar proses kristalisasi terus berlangsung
mencapai hasil yang optimum
j) Test rendam dilakukan 2x24 jam sesudah pemasangan waterproofing
dianggap selesai.

22
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

BAB V. PEKERJAAN BETON

5. PEKERJAAN BETON

5.1. Lingkup Pekerjaan


5.1.1. Lingkup pekerjaan beton pada paket pekerjaan ini secara umum adalah
pekerjaan begisting, pabrikasi dan pemasangan besi tulangan, pengecoran,
penyiapan dan pengujian benda uji, pemeliharaan beton dan pembongkaran
begisting untuk item pekerjaan dibawah ini.
5.1.2. Volume beton yang tercantum dalam daftar kuantitas adalah volume
terhitung bersih tanpa ada pehitungan volume beton berulang terutama
pada persilangan kolom-sloof, balok-balok, balok-kolom, balok-pelat,namun
tulangan tetap diperhitungkan pada batas as ke as elemen bangunan.
a) Pada Pekerjaan Pondasi
1. Pondasi yang digunakan adalah pondasi menerus harus dikerjakan
sesuai gambar rencana.
2. Pondasi menerus menggunakan adukan campuran (spesi) 1Pc : 4
Psr.
b) Pada Pekerjaan Kolom
1. Beton Bertulang Kolom Struktur (K-120/25& K-1 20/20) Fc= 21,7
Mpa
2. Beton Bertulang Kolom Struktur (K-120/25& K-2 25/20) Fc= 21,7
Mpa
3. Beton Bertulang Kolom Praktis (Kp15/15) Fc= 21,7 Mpa
c) Pada Pekerjaan Sloof
1. Beton Bertulang Sloof Struktur (SL-1 15/20) Fc= 21,7 Mpa
d) Pada Pekerjaan Struktur Atap
1. Beton Bertulang Ring Balok [ RB-1 15/20] Fc= 21,7 Mpa
2. Beton Bertulang Balok latai [15/15] Fc= 21,7 Mpa

23
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

5.2. Persyaratan Bahan


Bahan pasir, semen dan air mengikuti persyaratan yang telah ditentukan dalam
pasal beton bertulang yang disyaratkan dalam SNI 2847:2013.
5.2.1. Semen
Digunakan Portland Cement Merk Setara Tiga Roda, Tonasa, Gresik atau
Semen Kupang yang memenuhi ketentuan NI-8 tahun 1975 dan memenuhi
S-400 menurut Standar Cement Portland yang digariskan oleh Asosiasi
Semen Indonesia (NI 8 tahun 1972). Semen yang telah mengeras
sebagian maupun seluruhnya dalam satu zak semen, tidak diperkenankan
pemakaiannya sebagai bahan campuran.Penyimpanan harus sedemikian
rupa sehingga terhindar dari tempat yang lembab agar semen tidak cepat
mengeras.
5.2.2. Pasir Beton
Pasir beton yang digunakan adalah pasir beton dari quarry setempat, harus
berupa butir butir tajam dan keras, bebas dari bahan bahan organis,
lumpur dan sejenisnya serta memenuhi komposisi butir serta kekerasan
sesuai dengan syarat syarat yang tercantum dalam SNI 2847:2013.
5.2.3. Kerikil
Harus bersih dan bermutu baik, serta mempunyai gradasi dan kekerasan
sesuai yang disyaratkan dalam SNI 2847:2013.
5.2.4. Air
Harus air tawar, tidak mengandung minyak, asam alkali, garam, bahan
bahan organis atau bahan bahan lain yang dapat merusak beton atau baja
tulangan.
5.2.5. Besi Beton
a) Mutu baja/besi beton adalah jenis besi/baja yang digunakan jenis
besi/baja dengan mutu U-40 (BJTD 40, tegangan leleh karakteristik
minimum 4000 kg/cm2) dengan profil ulir pada gambar rencana
dinotasikan dengan D dan mutu U-24 (BJTP 24, tegangan leleh
karakteristik minimum 2400 kg/cm2) dengan profil polos pada gambar
rencana dinotasikan dengan Ø. Daya lekat baja tulangan harus dijaga
dari kotoran, lemak, minyak, karat lepas dan bahan lainnya.
b) Pembengkokan, penyambungan dan pengangkeran besi tulangan
harus sesuai dengan SNI 8399 : 2017 dan standar lain yang berlaku di
Indonesia atau mengikuti standar pemasangan tulangan pada gambar
rencana struktur.
24
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

5.2.6. Mutu beton


a) Mutu beton yang digunakan untuk pekerjaan elemen struktural (kolom,
balok, dan ring balok, dan sebagainya) menggunakan mutu beton K-
250 yaitu kuat tekan karakteritik benda uji kubus 15x15x15 cm pada
umur 28 hari sebesar 250 kg/cm2) yang setara f’c = 21,7 MPa yaitu
kuat tekan karateristik beton dengan benda uji silider diameter 15 cm
dan tinggi 30 cm pada umur 28 hari sebesar 21,7 MPa.
b) Untuk elemen bangunan non struktural (sloof praktis, kolom praktis
dan ring balok praktis) dipasang beton dengan mutu berdasarkan
komposisi campuran perbandingan volume 1PC : 2 Psr : 3Krl
c) Beton stuktural dengan mutu K-250 atau f’c=21,7 MPa dapat dicapai
dengan perbandingan berat 1 PC : 1,802Psr : 2,706Krl, slump (12 ± 2)
cm, w/c = 0.56, sesuai karakteristik material yang ditetapkan menurut
Permen PUPR Nomor 28 Tahun 2016.
d) Untuk penggunaan agregat lokal (semen, pasir, kerikil, air) yang
mempunyai karakteristik yang berbeda seperti yang ditetapkan dalam
Permen PUPR Nomor 28 Tahun 2016, maka proporsi campuran untuk
mencapai mutu K-250 harus ditentukan berdasarkan proporsi
campuran menggunakan karateristik material tersebut yang diajukan
dalam pelaksanaan beton yang ada di lokasi pekerjaan.
5.2.7. Rancangan Campuran (Job Mix Design) harus diterbitkan oleh laboratorium
yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan dan Konsultan Pengawas atas biaya
kontraktor pelaksana.
5.2.8. Contoh material (pasir, batu pecah, semen dan air) harus ditunjukkan dan
dipajang di direksikeet paling lambat 1 Minggu sebelum pekerjaan
pengecoran beton dilakukan.
5.2.9. Sebagian contoh material tersebut (sisanya tetap dipajang di direksikeet)
selanjutnya dibawa ke laboratorium yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan
dan Konsultan Pengawas untuk dibuat rancangan campurannya.
5.2.10. Jika material yang diajukan tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan
rancangan campuran mutu beton yang disyaratkan, maka Kontraktor
Pelaksana dalam waktu 1x24 jam (setelah ada informasi dari
laboratorium/instruksi dari Konsultan Pengawas) harus segera mengajukan
contoh material baru untuk dibuatkan rancangan campuran beton yang
baru.

25
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

5.2.11. Contoh material yang diturunkan di lokasi pekerjaan adalah material yang
mutu, kualitas dan atau karakteriktinya sama dengan contoh material
untuk rancangan campuran beton (yang dibawa ke laboratorium saat
membuat sertifikat rancangan campuran) yang memenuhi syarat untuk
mutu beton yang disyaratkan.

5.3. Pedoman Pelaksanaan


Pelaksanaan pengecoran dapat dilakukan setelah pelaksanaan pekerjaan begisting,
pembesian, sparing instalasi pipa dan kabel selesai dikerjakan dan telah mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas
5.3.1. Pengecoran dengan menggunakan beton molen
a) Pengecoran dapat dilakukan apabila díawasi oleh Konsultan
Pengawas dan didampingi oleh tenaga Pelaksana dari Kontraktor
(tidak boleh melakukan pengecoran kalau konsultan pengawas dan
tenaga pelaksana pelaksana atau salah satu tidak ada di lokasi
pekerjaan).
b) Sebelum pelaksaaan pengecoran dimulai kontraktor wajib
menunjukkan perhitungan dimensi kotak takar untuk pasir dan
krikil/batu pecah untuk setiap campuran 1 zak semen berdasarkan
sertifikat rancangan campuran (Jobmix design) yang diterbitkan oleh
laboratorium yang telah disetujui Konsultan Pengawas dan Direksi
Pekerjaan). Kotak takar dibuat setelah perhitungan dimensi kotak
takar disetujui oleh Konsultan Pengawas. Kotak takar dibuat dari
papan yang kuat dan mudah diangkat ke beton molen.
c) Sebelum melakukan pengecoran secara massal Kontraktor wajib
melakukan pengecoran adukan beton percobaan (trial mix)
berdasarkan komposisi campuran yang tercantum dalam sertifikat
rancangan campuran (Jobmix design) yang diterbitkan oleh
laboratorium yang telah disetujui Konsultan Pengawas dan Direksi
Pekerjaan) dengan membuat benda uji minimal 3 buah kubus
15x15x15 cm atau silinder diameter 15 cm tinggi 30 cm.
d) Pengujian benda uji dimaksud dapat dilakukan paling cepat setelah
berumur 3 hari sejak percobaan pengecoran dilakukan.
e) Campuran dari hasil pengecoran percobaan dapat diterima jika 3
benda uji yang diuji tidak satupun kuat tekannya dibawah mutu
beton K-250 (Kuat tekan karateristik beton dengan benda uji kubus
15x15x15 cm berumur 28 hari sebesar 250kg/cm2) atau f’c = 21,7
26
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

MPa (Kuat tekan karateristik beton dengan benda uji silinder


diameter 15 cm dan tinggi 30 cm berumur 28 hari sebesar 21,7 MPa).
f) Jika tidak terpenuhi ketentuan poin diatas maka pengecoran
percobaan diulangi denngan melakukan koreksi atas komposisi
campuran yang dicoba sebelumnya sampai terpenuhinya ketentuan
dimaksud.
g) Untuk keperluan pengendalian mutu beton, maka untuk setiap
pengecoran maksimum 5 m3 beton dibuat benda uji minimal 1 buah.
h) Pembuatan dan perlakuan benda uji mulai dari pengecoran sampai
dilakukan pengujian harus sesuai kentuan standar yang berlaku.
i) Pengujian benda uji dimaksud harus tidak lebih dari 7 hari setelah
pengecoran, untuk mengetahui bahwa mutu beton tetap terkendali
sesuai mutu yang disyaratkan.
j) Jika terjadi penurunan mutu beton maka Kontraktor harus melakukan
koreksi atas proses pencampuran yang telah dilakukan atas saran
dari Konsultan Pengawas.
k) Sebelum pengecoran dilaksanakan Pihak Kontraktor bersama-sama
dengan Konsultan Pengawas dan Direksi Pekerjaan melakukan
pengecekan terakhir atas begisting, tulangan, pipa-pipa dan
sebagainya yang terpasang untuk memastikan bahwa sudah benar
sesuai gambar rencana.
l) Pengecoran dapat dilakukan apabila begisting, besi tulangan, pipa-
pipa dan sebagainya disetujui oleh Konsultan Pengawas
m) Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan tertulis
Konsultan Pengawas.
n) Apabila pengecoran beton harus dihentikan, maka tempat
penghentiannya harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
o) Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ketempat
pengecoran harus dilakukan dengan cara yang disetujui oleh
Konsultan Pengawas
5.3.2. Pengecoran dengan beton jadi (ready mix)
a) Bila beton yang digunakan adalah beton jadi (ready-mix) maka harus
didapatkan dari sumber yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan, dengan
takaran, adukan serta cara pengiriman/pengangkutannya harus
memenuhi persyaratan standar.
27
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

b) Adukan beton harus dibuat sesuai dengan perbandingan campuran


yang sesuai dengan yang telah diuji di laboratorium, serta secara
konsisten harus dikontrol bersama-sama oleh Kontraktor dan Supplier
beton ready-mixed.
c) Kekuatan beton minimum yang dapat diterima adalah berdasarkan
hasil pengujian yang diadakan di laboratorium.
d) Batas temperatur beton ready-mix sebelum dicor disyaratkan tidak
melampaui 32°C.
e) Penambahan bahan additiv dalam proses pembuatan beton ready-mix
harus sesuai dengan petunjuk pabrik pembuat additiv tersebut. Bila
diperlukan dua atau lebih jenis bahan additiv maka pelaksanaannya
harus dikerjakan secara terpisah.
f) Dalam selang waktu yang diizinkan untuk penambahan air didalam
adukan, harus dilaksanakan dibawah pengawasan, baik selama
ditempat pembuatan beton ready-mix maupun di lokasi proyek.
g) Penambahan air untuk meningkatkan slump beton atau untuk alasan
lain tidak diperkenankan, kecuali atas pesetujuan dan dibawah
pengawasan KonsultanPengawas dan Direksi Pekerjaan.
h) Kendaraan pengangkut beton ready-mix harus dilengkapi dengan
peralatan pengukur air yang tepat.
i) Pelaksanaan pengadukan dapat dimulai dalam jangka waktu 3 menit
setelah semen dan agregat dituangkan dalam alas pengaduk.
j) Proses pengeluaran beton ready-mix di lapangan proyek dari alat
pengaduk di kendaraan lapangan harus sudah dilaksanakan dalam
jangka waktu 1,5 jam atau sebelum alat pengaduk mencapai 300
putaran. Dalam cuaca panas, batas waktu tersebut di atas harus
diperpendek sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan. Perpanjangan waktu
dapat diizinkan sampai dengan 4 jam bila dipergunakan retarder yang
harus disetujui oleh Konsultan Pengawas dan Direksi Pekerjaan.
k) Apabila temperatur atau keadaan lainnya yang menyebabkan
perubahan slump beton maka Kontraktor harus segera meminta
petunjuk atau keputusan Konsultan Pengawas dan Direksi Pekerjaan
dalam menentukan apakah adukan beton tersebut masih memenuhi
kondisi normal yang disyaratkan. Tidak dibenarkan melakukan
penambahan air kedalam adukan beton dalam kondisi tersebut

28
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

5.3.3. Perawatan Beton


Untuk menjaga agar proses pengikatan antara material penyusun beton
tidak terlalu cepat maka beton yang sudah dicor harus dijaga
kelembabannya dengan menutup permukaan beton dengan karung goni
yang dibasahi atau membungkusnya dengan plastik dan menyiram
permukaanya dengan air bersih pada pagi dan sore hari selama kurun
waktu minimal 14 hari setelah pengecoran.
5.3.4. Pembongkaran Begisting
a) Pembongkaran begisting dapat dilakukan minimal umur beton 14 hari
setelah pengecoran atau atas seijin Konsultan Pengawas.
b) Pembongkaran begisting harus dilakukan secara hati-hati dan cermat
supaya tidak merusak beton yang ada
c) Material hasil bongkaran begisting harus ditempatkan pada tempat
yang aman sehingga tidak mengganggu pekerjaan berikutnya dan
tidak membahayakan orang-orang yang sedang beraktifiktas di areal
lokasi pekerjaan.

29
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

BAB VI. PEKERJAAN ATAP

6. PEKERJAAN ATAP

6.1. Lingkup Pekerjaan


Lingkup pekerjaan atap pada paket pekerjaan ini secara umum adalah pekerjaan
pengadaan material dan pemasangannya sesuai gambar rencana untuk ítem
pekerjaan :
6.1.1. Rangka atap baja ringan
6.1.2. Web Kuda-Kuda baja ringan C 75 tebal 0.75mm
6.1.3. Batang Tarik baja ringan C 75 tebal 0.75 – 1 mm
6.1.4. Reng baja ringan RT 35 tebal 0.45 mm
6.1.5. Lisplank GRC 30 cm
6.1.6. Penutup Atap spandek 0.4 mm
6.1.7. Rabung Atap spandek 0.4 mm

6.2. Persyaratan Bahan


6.2.1. Seluruh material pabrik yaitu rangka atap baja ringan (profil dan baut) dan
bahan penutup atap (spandek, bubungan, dan GRC); sebelum didatangkan
ke lokasi pekerjaan, Kontraktor harus mengajukan contoh material beserta
brosur pendukung terkait dengan material yang akan didatangkan untuk
mendapat persetujuan dari Direksi dan Konsultan Pengawas.
6.2.2. Rangka atap dari bahan baja ringan dengan tegangan leleh minimal 550
MPa dengan dimensi sesuai gambar rencana dengan menunjukkan
perhitungan struktur atap dan harus mendapat persetujuan dari Konsultan
Pengawas.
6.2.3. Listplank dari bahan GRC 30 cm atau sesuai gambar rencana.
6.2.4. Penutup atap spandek tebal 0.40 mm atau yang setara warna Merah
Maroon atau atas persetujuan Direksi dan Konsultan Pengawas.
6.2.5. Talang dibuat dari talang aluminium pabrikasi (talang siap pasang)

30
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

6.3. Pedoman Pelaksanaan


6.3.1. Pemasangan rangka atap dan ikutannya dilaksanakan setelah pekerjaan
finishing dinding (plesetran dan acian) selesai dilaksanakan dan dinyatakan
diterima oleh Konsultan Pengawas.
6.3.2. Pemasangan rangka atap dan penutupnya harus dipasang oleh teknisi
yang ditunjuk oleh Agen sesuai jenis produk yang digunakan.
6.3.3. Pabrikasi harus dilakukan pada lokasi pekerjaan
6.3.4. Untuk rangka yang harus digantung pada rangka atap menggunakan paku
SDS dan untuk yang digantung pada pelat beton harus menggunakan paku
fisher atau dinabolt
6.3.5. Penutup atap dipasang setelah talang, jurai dan listplank telah terpasang
sempurna.
6.3.6. Hasil akhir pemasangan penutup atap, plafond dan partisi harus rapih dan
harus mendapat persetujuan dari Pengawas Lapangan.

31
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

BAB VII. PEKERJAAN DINDING

7. PEKERJAAN DINDING

7.1. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan, dan alat-
alat bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan
hasil yang baik. Pekerjaan pasangan batako ini meliputi seluruh detail yang
disebutkan/ditunjukkan dalam gambar.

7.2. Persyaratan Bahan


7.2.1. Semua batako harus baru dan bermutu paling baik. Batako tersebut harus
keras, utuh dan diproses dengan baik, sama ukurannya, kuat, lurus dan
tajam sudut-sudutnya atau yang ditentukan oleh Direksi atau disesuaikan
yang ada di pasar lokal.
7.2.2. Batu bata harus memenuhi NI-10
7.2.3. Semen Portland harus memenuhi NI-8
7.2.4. Pasir harus memenuhi NI-3 Pasal14 ayat 2
7.2.5. Air harus memenuhi PVBI-1982 Pasal 9

7.3. Pedoman Pelaksanaan


7.3.1. Pasangan batako, dengan menggunakan aduk campuran 1 PC : 4 pasir
pasang.
7.3.2. Untuk semua dinding luar mulai dari permukaan sloof sampai ketinggian
30 cm diatas permukaan lantai, dinding di daerah basah setinggi 160 cm
dari permukaan lantai, serta semua dinding yang pada gambar
menggunakan simbol aduk trasraam/kedap air digunakan aduk rapat
air dengan campuran 1 pc : 2 pasir pasang.
7.3.3. Setelah batako terpasang dengan aduk, nad/siar-siar harus dibersihkan
dengan sapu lidi dan kemudian disiram air.
7.3.4. Pasangan dinding batako sebelum diplester harus dibasahi dengan air
terlebih dahulu dan siar-siar telah dikerok serta dibersihkan.
7.3.5. Pemasangan dinding batako dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri
maksimum 6 lapis setiap harinya, diikuti dengan cor kolom praktis.
32
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

7.3.6. Bidang dinding batako yang luasnya lebih besar dari 9 m2 ditambahkan
kolom dan balok penguat (kolom praktis) dengan ukuran 12 x 12 cm,
dengan tulangan pokok diameter D 13 mm, beugel diameter 8 mm jarak
150 m m .
7.3.7. Pembuatan lubang pada pasangan untuk perancah/steiger sama sekali
tidak diperkenankan.
7.3.8. Pembuatan lubang pada pasangan batako yang berhubungan dengan
setiap bagian pekerjaan beton (kolom) harus diberi penguat stek-stek
besi beton diameter 6 mm jarak 75 cm, yang terlebih dahulu ditanam
dengan baik pada bagian pekerjaan beton dan bagian yang ditanam
dalam pasangan batako sekurang-kurangnya 30 c m kecuali ditentukan
lain.
7.3.9. Tidak diperkenankan memasang batako yang patah dua melebihi dari 5%.
Batako yang patah lebih dari 2 tidak boleh dipergunakan.
7.3.10. Pasangan batako untuk dinding % batu harus menghasilkan dinding finish
setebal 15 cm dan untuk dinding 1 batu finish adalah 25 cm. Pelaksanaan
pasangan harus cermat, rapih dan benar-benar tegak lurus.

33
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

BAB VIII. PEKERJAAN PLESTERAN

8. PEKERJAAN PLESTERAN

8.1. Lingkup Pekerjaan


8.1.1. Termasuk dalam pekerjaan plester dinding ini adalah penyediaan tenaga
kerja, bahan-bahan, peralatan termasuk alat-alat bantu dan alat angkut
yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan plesteran, sehingga dapat
dicapai hasil pekerjaan yang bermutu baik.
8.1.2. Pekerjaan plesteran dinding dikerjakan pada permukaan dinding bagian
dalam dan luar serta seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam
gambar.

8.2. Persyaratan Bahan


8.2.1. Semen portland harus memenuhi NI-8 (dipilih dari satu produk untuk
seluruh pekerjaan)
8.2.2. Pasir harus memenuhi NI-3 pasal 14 ayat 2
8.2.3. Air harus memenuhi NI-3 pasal 10
8.2.4. Adukan 1 pc : 3 pasir dipakai untuk plesteran rapat air.
8.2.5. Adukan 1 pc : 4 pasir dipakai untuk seluruh plesteran dinding lainnya.
8.2.6. Seluruh permukaan plesteran difinish acian dari bahan PC.

8.3. Pedoman Pelaksanaan


8.3.1. Plesteran dilaksanakan sesuai standar spesifikasi dari bahan yang
digunakan sesuai dengan petunjuk dan persetujuan Konsultan Pengawas
dan Direksi Pekerjaan, dan persyaratan tertulis dalam Uraian dan Syarat
Pekerjaan ini.
8.3.2. Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan bidang beton
atau pasangan dinding batako telah disetujui oleh Konsultan Pengawas
dan Direksi Pekerjaan sesuai Uraian Syarat Pekerjaan yang tertulis dalam
buku ini.
8.3.3. Dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus mengikuti semua petunjuk
dalam gambar arsitektur terutama dalam gambar detail dan gambar
potongan mengenai ukuran tebal/tinggi/peil dan bentuk profilnya.
8.3.4. Campuran aduk perekat yang dimaksud adalah campuran dalam volume,
34
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

cara pembuatannya menggunakan mixer selama 3 menit dan memenuhi


persyaratan sebagai berikut :
a) Untuk bidang kedap air, beton, pasangan dinding batako yang
berhubungan dengan udara luar, dan semua pasangan batako di
bawah permukaan tanah sampai ketinggian 30 cm dari permukaan
lantai dan 150 cm dari permukaan lantai toilet dan daerah basah
lainnya dipakai adukan plesteran 1 pc : 3 pasir.
b) Untuk aduk kedap air, harus ditambah dengan Daily Bond, dengan
perbandingan 1 pc : 1 Daily Bond.
c) Untuk bidang lainnya diperlukan plesteran campuran 1 pc : 4 pasir.
d) Plesteran halus (acian) dipakai campuran pc dan air sampai
mendapatkan campuran yang homogen, acian dapat dikerjakan
sesudah plesteran berumur 8 hari (kering benar), untuk adukan
plesteran finishing harus ditambah dengan additive plamix dengan
dosis 200-250 gram plamix untuk setiap 40 Kg semen.
e) Semua jenis aduk perekat tersebut di atas harus disiapkan
sedemikian rupa sehingga selalu dalam keadaan baik dan belum
mengering. Diusahakan agar jarak waktu pencampuran aduk perekat
tersebut dengan pemasangannya tidak melebihi 30 menit terutama
untuk adukan kedap air.
8.3.5. Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan setelah selesai
pemasangan instalasi pipa listrik dan plumbing untuk seluruh
bangunan.
8.3.6. Untuk Beton sebelum diplester permukaannya harus dibersihkan dari sisa-
sisa bekisting dan kemudian diketrek (scrath) terlebih dahulu dan semua
lubang-lubang bekas pengikat bekisting atau form tie harus tertutup
aduk plester.
8.3.7. Untuk bidang pasangan dinding batako dan beton bertulang yang akan
difinish dengan cat dipakai plesteran halus (acian di atas permukaan
plesteran).
8.3.8. Semua bidang yang akan menerima bahan (finishing) pada permukaannya
diberi alur-alur garis horizontal atau diketrek (scrath) untuk memberi
ikatan yang lebih baik terhadap bahan finishingnya.
8.3.9. Pasangan kepala plesteran dibuat pada jarak 1 m, dipasang tegak dan
menggunakan keping-keping playwood setebal 9 mm untuk patokan
kerataan bidang.
35
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

8.3.10. Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding/kolom


yang dinyatakan dalam gambar, atau sesuai peil-peil yang diminta
dalam gambar. Tebal plesteran minimum 1,5 cm, jika ketebalan melebihi
1,5 cm harus diberi kawat ayam untuk membantu dan memperkuat daya
lekat dari plesterannya pada bagian pekerjaan yang diijinkan
pereneana/Konsultan Pengawas.
8.3.11. Untuk setiap permukaan bahan yang berbeda jenisnya yang bertemu
dalam satu bidang datar, harus diberi nat (tali air) dengan ukuran lebar
0,7 cm dalamnya 0,5 c m, kecuali bila ada petunjuk lain didalam
gambar.
8.3.12. Untuk permukaan yang datar, harus mempunyai toleransi lengkung atau
cembung bidang tidak melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2 m. Jika
melebihi, kontraktor berkewajiban memperbaikinya dengan biaya atas
tanggungan Kontraktor.
8.3.13. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung
wajar tidak terlalu tiba-tiba, dengan membasahi permukaan plesteran
setiap kali terlihat kering dan melindungi dari terik panas matahari
langsung dengan bahan-bahan penutup yang bisa mencegah
penguapan air secara cepat.
8.3.14. Jika terjadi keretakan sebagai akibat pengeringan yang tidak baik,
plesteran harus dibongkar kembali dan diperbaiki sampai dinyatakan
dapat diterima oleh Konsultan Pengawas dan Direksi Pekerjaan dengan
biaya atas tanggungan Kontraktor. Selama 7 (tujuh) hari setelah
pengacian selesai Kontraktor harus selalu menyiram dengan air, sampai
jenuh sekurang-kurangnya 2 kali setiap hari.
8.3.15. Selama pemasangan dinding bataco/beton bertulang belum finish,
Kontraktor wajib memelihara dan menjaganya terhadap kerusakan-
kerusakan dan pengotoran bahan lain. Setiap kerusakan yang terjadi
menjadi tanggung jawab Kontraktor dan wajib diperbaiki.
8.3.16. Tidak dibenarkan pekerjaan finishing permukaan dilakukan sebelum
plesteran berumur lebih dari 2 (dua) minggu.

36
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

BAB IX. PEKERJAAN KERAMIK

9. PEKERJAAN KERAMIK

9.1. Lingkup Pekerjaan


9.1.1. Lantai Keramik 40x40 cm (Ruang Kelas)
9.1.2. Lantai Keramik 30x30 cm permukaan kasar (KM/WC dan selasar)
9.1.3. Dinding Keramik 20x40 cm (KM/WC)

9.2. Persyaratan Bahan


9.2.1. Bila mana tidak ditentukan lain dalam pekerjaan ini untuk semua pekerjaan
penutup lantai (kecuali KM/WC) mempergunakan Keramik ukuran 40x40
cm atas persetujuan Direksi.
9.2.2. Keramik pada KM/WC menggunakan keramik ukuran 30x30 cm dengan
permukaan kasar atas persetujuan Direksi.
9.2.3. Keramik dinding pada KM/WC menggunakan keramik ukuran 20x40 cm
dengan atas persetujuan Direksi
9.2.4. Semua contoh dan warna keramik sebelum pemasangan harus dimintakan
persetujuan KonsultanPengawas dan Direksi Pekerjaan.
9.2.5. Adukan/campuran untuk perekat keramik untuk lantai 1 PC : 3 Ps.

9.3. Pedoman Pelaksanaan


9.3.1. Sebelum lantai dipasang, Kontraktor harus memeriksa semua pasangan
pipa pipa, saluran saluran dan lain sebagainya yang harus sudah terpasang
dengan baik sebelum pemasangan penutup lantai dimulai.
9.3.2. Sebelum Kontraktor memulai pekerjaan pemasangan keramik penutup
lantai dan keramik dinding Kontraktor harus membuat pola pemasangan
keramik yang mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas dan Direksi
Pekerjaan.
9.3.3. Pola pemasangan keramik penutup lantai harus mempertimbangkan aspek
estetika, prinsip keseimbangan dan prinsip siku-siku.
9.3.4. Untuk semua nat pasangan keramik lantai dibuat lebar maksimum 1 mm
dan dicor saus PC sesuai dengan warna keramik yang terpasang.

37
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

9.3.5. Pemasangan lantai ubin harus rata dan tidak bergelombang.


9.3.6. Pekerjaan yang telah selesai tidak boleh ada retak, noda dan cacat cacat
lainnya. Apabila terjadi cacat pada lantai, maka bagian cacat tersebut
harus dibongkar sampai berbentuk bujur sangkar dan pasangan baru harus
rata dengan sekitarnya.

38
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

BAB X. PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA

10. PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA

10.1. Lingkup Pekerjaan


10.1.1. Pemasangan Kusen Pintu Rangka Alluminium
10.1.2. Pemasangan Daun Pintu frame alumunium Papan Jati
10.1.3. Pemasangan Kusen Jendela Rangka Alluminium
10.1.4. Pemasangan Jendela Kaca
10.1.5. Pemasangan Kusen Boven Rangka Alluminium
10.1.6. Pemasangan Boven Kaca dan Grill Alluminium

10.2. Persyaratan Bahan


10.2.1. Untuk kusen pintu rangka alluminium tidak boleh cacat
10.2.2. Bidang/bagian kusen alluminium yang mengalami kontak langsung dengan
dinding harus dipasang karet sealant, sedemikian hingga celah dapat
tertutup rapat.
10.2.3. Untuk kusen Pintu, Jendela dan Boven dari bahan alluminum 4” Powder
Coatingsetara Merk Alexindo ukuran sesuai gambar rencana.
10.2.4. Daun pintu papan solid harus berkualitas baik.
10.2.5. Daun Pintu, Jendela dan Boven kaca frame alluminium menggunakan
alluminium setara Merk Alexindo ukuran sesuai gambar rencana.
10.2.6. Kayu harus betul betul kering, tidak keropos, lurus, tidak cacat/bermata.
10.2.7. Kunci pintu menggunan kunci pintu setara Merk DEKKSON (LHTR 0085
SSS+MTS IL DL 8485+DC60 MM).
10.2.8. Engsel pintu tanam menggunakan engsel tanam/Floor Hinge setara Merk
DORMA BTS 84/EN3/PSS dan engsel pintu gantung menggunakan engsel
kupu-kupu setara MerkDEKKSON IRON IR 5x3x3 MM ; 4BB CP/GP/SN.
10.2.9. Gerendel yang dipasang pada daun jendela dan boven berupa Rambuncis
setara DEKSON 428 COKLAT (134806).

39
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

10.3. Pedoman Pelaksanaan


10.3.1. Pemasangan Kusen Pintu, Jendela dan Boven
a) Ukuran Pintu, Jendela dan Bovendari alluminium disesuaikan dengan
gambar rencana.
b) Kusen alluminium dipasang setelah bahan kusen disetujui oleh Direksi,
dipasang dengan rapih. Kusen alluminium harus dipasang oleh teknisi
yang berpengalaman dalam pekerjaan kusen bahan alluminium.
Kusen-kusen setelah pemasangan tidak boleh cacat.
c) Kusen Pintu, Jendela dan Boven yang terbuat dari alluminium harus
dikerjakan atau dipasang setelah lubang pintu dan lubang jendela
selesai dikerjakan.
d) Kusen Pintu, Jendela dan Boven yang terbuat dari alluminium harus
dipasang dengan menggunakan paku fisher minimal jarak 75 cm untuk
tiap sisi yang mengalami kontak langsung dengan sisi lubang kusen.
e) Sisi Pintu, Jendela dan Boven yang terbuat dari alluminium yang
mengalami kontak langsung sisi lubang kusen, harus dipasang karet
sealant untuk bagian muka maupun belakang kusen sedemikian hingga
celah yang ada tertutup dengan rapat dan rapih.
10.3.2. Pemasangan Daun Pintu, Jendela dan Boven
a) Ukuran daun pintu frame alumunium papan jati, disesuaikan dengan
gambar rencana
b) Ukuran daun jendela dan boven frame alluminium, disesuaikan dengan
gambar rencana
c) Daun pintu papan solid disyaratkan agar Kontraktor memesan
langsung pada bengkel khusus pembuat pintu atau pada toko. Tidak
dibenarkan Kontraktor membuat sendiri di lapangan pekerjaan.
10.3.3. Penggantung dan pengunci dipasang setelah kusen dan daunnya siap
untuk dipasang. Hasil akhir pemasangan penggantung dan pegunci harus
rapih serta dapat berfungsi secara sempurna.

40
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

BAB XI. PEKERJAAN PLAFOND

11. PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA

11.1. Lingkup Pekerjaan


11.1.1. Rangka plafond Aula dari Galvanized Hollow 4.4.1,2
11.1.2. Penutup Plafond PVC tebal 8mm
11.1.3. List Plafond wall englealluminium powder

11.2. Persyaratan Bahan


11.2.1. Seluruh material pabrik yaitu bahan plafond (rangka plafond, paku sekrup,
penutup plafond, dinabolt, paku fisher, penggantung dan penutup
plafond)sebelum didatangkan ke lokasi pekerjaan, Kontraktor harus
mengajukan contoh material beserta brosur pendukung terkait dengan
material yang akan didatangkan untuk mendapat persetujuan dari Direksi
dan Konsultan Pengawas.
11.2.2. Rangka plafond dari galvanized hollow steel ukuran 40x40x1,2mm sebagai
penggantung dan 3.5x3.5 cm sebagai rangka bidang plafond dan penutup
plafond menggunakan bahan penutup PVC setara Merk Shunda Plafond
warna cream atau atas persetujuan Konsultan Pengawas dan Direksi
Pekerjaan.
11.2.3. List plafond menggununakan list plafond wall englealluminium powder
setara Merk Shunda Plafond.

11.3. Pedoman Pelaksanaan


11.3.1. Rangka plafond dipasang dengan ukuran sesuai yang ditunjukkan dalam
gambar rencana.
11.3.2. Untuk rangka yang harus digantung pada rangka atap menggunakan paku
SDS dan untuk yang digantung pada pelat beton harus menggunakan paku
fisher atau dinabolt
11.3.3. Pasang lisT telebih dahulu pada salah satu dinding. Gunakan gerinda atau
gergaji untuk memotong bagian sudut lis.
11.3.4. Pasang lis menggunakan sekrup dan bor, dengan jarak 50 cm.
41
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

11.3.5. Pasang plafon mulai dari pinggir. Jika memang harus dipotong, gunakan
cutteruntuk memotongnya dan gunakan siku agar hasil potongan bersudut
90 derajat.
11.3.6. Tempelkan plafon menggunakan sekrup pada bagian pinggir.
11.3.7. Tahap selanjutnya adalah pemasangan lis dan finishing, yaitu melakukan
pemeriksaan dan perapian pada setiap bagian plafon yang masih terlihat
belum rapih.
11.3.8. Penutup dan list plafond PVC dipasang setelah rangka plafond yang
dipasang disetujui oleh Konsultan Pengawas dan Direksi pekerjaan.

11.4. Lampiran Produk Yang Diusulkan / Direkomendasikan

a) Plafond PVC
Spesifikasi
Merk : Gasfon
Lebar : 20 cm
Tebal : 8 mm
Panjang : 4m dan 6m

42
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

BAB XII. PEKERJAAN PENGECATAN

12. PEKERJAAN PENGECATAN

12.1. Lingkup Pekerjaan


12.1.1. Cat permukaan kayu untuk pintu
12.1.2. Cat listplank kayu
12.1.3. Cat dinding, partisi, kolom dan parapet

12.2. Persyaratan Bahan


12.2.1. Cat Kayu Woodstein setara Mowilex.
12.2.2. Cat tembok Setara Merk Jotun atas persetujuan Konsultan Pengawas dan
Pemilik Pekerjaan. Untuk eksterior menggunakan Jotun Wáter Shell;
sedangkan interior dapat menggunakan Jotun biasa.
12.2.3. Warna cat harus disetujui oleh Konsultan Pengawas dan Pemilik Pekerjaan

12.3. Pedoman Pelaksanaan


12.3.1. Pengecatan bidang kayu
a) Bidang kayu yang akan dicat harus meni setelah kering didempul untuk
membentuk permukaan bidang kayu menjadi rata, kemudian setelah
dempul kering lalu digosok dengan amplas sampai permukaan kayu
menjadi licin dan rata.
b) Setelah permukaan kayu dibersihan dari debu, selanjutnya dilapis
dengan cat dasar secara merata pada permukaan kayu.
c) Pekerjaan harus betul betul rata, berwarna sama dan pelapisan cat
penutup dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali.
d) Pekerjaan cat kayu harus dilakukan lapis demi lapis dengan
memperhatikan waktu pengeringan jenis bahan yang digunakan.
12.3.2. Pengecatan dinding dan plafond harus dilakukan menurut proses sebagai
berikut :
a) Dinding yang akan dicat harus dibersihkan dari kotoran dan debu
dengan menyapunya sampai bersih.
43
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

b) Melapis dinding dengan plamur tembok pada bagian yang berlubang


sampai rata.
c) Setelah plamir kering kemudian permukaan dinding yang akan dicat
digosok dengan kertas amplas sampai permukaanya licin
d) Pengecatan dengan cat tembok emulsi sampai rata dengan 1 lapis cat
dasar dan 2(dua) kali dengan cat penutup.
e) Pekerjaan cat tembok harus menghasilkan warna merata dan tidak
terdapat belang belang atau noda noda mengelupas.

12.4. Penggunaan Warna Cat


12.4.1. Penggunaan Warna Cat pada Sekolah Dasar (SD)
a) Penggunaan warna cat mengikuti Petunjuk Teknis Standarisasi Sarana
Prasarana Sekolah & Madrasah.
b) Dinding luar menggunakan warna “Super White” dengan kode warna :
Web Color : #F7F7EF
RGB : 247, 247, 239
CMYK : 0, 0, 3, 3
(Dalam hal warna spesifik tidak tersedia di daerah, digunakan warna
terdekat, Krem)

c) Aksen pada tonjolan kolom, akses pintu masuk, separuh kolom selasar,
dinding luar samping, dan listplank menggunakan warna “Dark Red”
dengan kode warna :
Web Color : #990000
RGB : 153, 0, 0
CMYK : 0, 100, 100, 40
( Dalam hal warna spesifik tidak tersedia di daerah, digunakan warna
terdekat,yaitu Merah Tua atau Maroon)
d) Dinding dalam ruangan menggunakan warna “Seamist” dengan kode
warna :
Web Color : #E6DCD0
RGB : 230, 220, 208
CMYK : 0, 4, 10, 10
(Dalam hal warna spesifik tidak tersedia di daerah, digunakan warna
terdekat, Krem)
e) Atap, kusen, daun pintu, daun jendela menggunakan warna sesuai
warna material, yaitu Natural Grey, Black, Natural Brown

44
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

Gambar 1. Tabel Komponen dan Kode Warna untuk Sekolah Dasar

Gambar 2. Ilustrasi Penggunaan Warna Pada Sekolah Dasar

45
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

12.4.2. Penggunaan Warna Cat pada Sekolah Menengah Pertama (SMP)


a) Penggunaan warna cat mengikuti Petunjuk Teknis Standarisasi Sarana
Prasarana Sekolah & Madrasah.

b) Dinding luar menggunakan warna “Super White” dengan kode warna :


Web Color : #F7F7EF
RGB : 247, 247, 239
CMYK : 0, 0, 3, 3
(Dalam hal warna spesifik tidak tersedia di daerah, digunakan warna
terdekat, Krem)

c) Aksen pada tonjolan kolom, akses pintu masuk, separuh kolom selasar,
dinding luar samping, dan listplank menggunakan warna “Dark Red”
dengan kode warna :
Web Color : #990000
RGB : 153, 0, 0
CMYK : 0, 100, 100, 40
(Dalam hal warna spesifik tidak tersedia di daerah, digunakan warna
terdekat,yaitu Merah Tua atau Maroon)

d) Dinding dalam ruangan menggunakan warna “Seamist” dengan kode


warna :
Web Color : #E6DCD0
RGB : 230, 220, 208
CMYK : 0, 4, 10, 10
(Dalam hal warna spesifik tidak tersedia di daerah, digunakan warna
terdekat, Krem)

e) Atap, kusen, daun pintu, daun jendela menggunakan warna sesuai


warna material, yaitu Natural Grey, Black, Natural Brown

46
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

Gambar 3. Tabel Komponen dan Kode Warna untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Gambar 4. Ilustrasi Penggunaan Warna Pada Sekolah Menengah Pertama (SMP)

47
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

12.4.3. Penggunaan Warna Cat pada Sekolah Menengah Atas (SMA)


a) Penggunaan warna cat mengikuti Petunjuk Teknis Standarisasi Sarana
Prasarana Sekolah & Madrasah.
b) Dinding luar menggunakan warna “Super White” dengan kode warna :
Web Color : #F7F7EF
RGB : 247, 247, 239
CMYK : 0, 0, 3, 3
(Dalam hal warna spesifik tidak tersedia di daerah, digunakan warna
terdekat, Krem)

c) Aksen pada tonjolan kolom, akses pintu masuk, separuh kolom selasar,
dinding luar samping, dan listplank menggunakan warna “Dark Red”
dengan kode warna :
Web Color : #990000
RGB : 153, 0, 0
CMYK : 0, 100, 100, 40
( Dalam hal warna spesifik tidak tersedia di daerah, digunakan warna
terdekat,yaitu Merah Tua atau Maroon)

d) Dinding dalam ruangan menggunakan warna “Seamist” dengan kode


warna :
Web Color : #E6DCD0
RGB : 230, 220, 208
CMYK : 0, 4, 10, 10
(Dalam hal warna spesifik tidak tersedia di daerah, digunakan warna
terdekat, Krem)

e) Atap, kusen, daun pintu, daun jendela menggunakan warna sesuai


warna material, yaitu Natural Grey, Black, Natural Brown

48
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

Gambar 5. Tabel Komponen dan Kode Warna untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)

Gambar 6. Ilustrasi Penggunaan Warna Pada Sekolah Menengah Atas (SMA)

49
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

BAB XIII. PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK

13. PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK

13.1. Lingkup Pekerjaan


13.1.1. Pengadaan dan pemasangan Panel Tegangan Rendah MDP, Panel
ATS/AMF, Panel Tegangan Rendah Pompa, Panel Tegangan Rendah AC
lengkap dengan alat bantunya sesuai dengan gambar.
13.1.2. Pengadaan dan pemasangan Panel Tegangan Rendah untuk Penerangan
pada ruang.
13.1.3. Pengadaan dan pemasangan kabel tegangan rendah dari Panel MDP
Tegangan Rendah ke Sub Panel sesuai dengan gambar.
13.1.4. Pengadaan dan pemasangan kabel-kabel untuk instalasi penerangan dan
stop kontak.
13.1.5. Pengadaan dan pemasangan sistem pentanahan.
13.1.6. Pengadaan dan pemasangan Fixture sesuai dengan gambar rencana.
13.1.7. Kontraktor wajib memenuhi mutu lingkup pekerjaan di atas, sehingga
setelah dipasang dan diuji dengan baik, didapat mutu instalasi yang siap
untuk dipakai.

13.2. Acuan
Standard yang digunakan adalah yang terakhir, sebagai berikut:
13.2.1. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 1977
13.2.2. Perubahan dan Tambahan dari Komisi Bidang Listrik Indonesia urusan
PUIL – 1987
13.2.3. Peraturan-peraturan setempat yang dikeluarkan oleh PLN Daerah Distribusi
setempat
13.2.4. AVE/VDE
13.2.5. Peraturan-peraturan dari Dinas keselamatan Kerja Daerah setempat.
13.2.6. Persyaratan yang dikeluarkan oleh pabrik berkenaan dengan peralatan
yang dipakai.
13.2.7. Saklar, stopkontak, konduit, doos junction box, surface mounting box, floor
duct, floor oulet, floor service box, dan perlengkapan lain memenuhi British
50
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

Standard dan IEE.


13.2.8. Kabel memenuhi I.E.C, SNI, SPLN

13.3. Persyaratan Bahan


13.3.1. Kabel
a) Seluruh instalasi di dalam bangunan menggunakan jenis NYY dan NYM
sesuai dengan gambar dan Bill of Quantity (BQ).
b) Seluruh instalasi yang ditanam dan berhubungan langsung dengan
tanah, harus menggunakan jenis kabel tanah NYFGbY 0.6/1 KV.
c) Sambungan kabel di dalam tanah tidak diperkenankan, tanpa
persetujuan Pemilik Proyek dan Pengawas. Seandainya keadaan tidak
memungkinkan dan telah ada ijin dari Pemilik Proyek dan Pengawas,
Kontraktor harus menggunakan sambungan dengan resin dari merk 3
M atau yang setara.
13.3.2. Konduit
a) Konduit yang digunakan dari jenis PVC Hi-impact, kecuali ditunjukkan
lain pada gambar.
b) Peralatan bantu untuk konduit harus dilengkapi dan dipasang dengan
cara yang sebenarnya.
c) Pada beberapa tempat yang ditunjukkan dalam gambar, harus
digunakan fleksibel konduit lengkap dengan alat-alat bantunya.
d) Mutu konduit yang disetujui oleh pihak Pengawas atau Pemilik Proyek.
e) Konduit untuk instalasi penerangan atau tenaga yang akan ditanam di
dalam plat beton lantai, harus dipasang sebelum pengecoran plat
beton lantai dilaksanakan.
f) Pada pemasangan konduit di dalam beton, Kontraktor harus mengikat
konduit tersebut pada besi sedemikian rupa sehingga tahan terhadap
getaran pada waktu pengecoran.
13.3.3. Panel Listrik
a) Jumlah dan jenis komponen panel listrik ditunjukkan dalam gambar.
b) Tebal pelat yang digunakan minimum 1,2 mm.
c) Panel tenaga dan panel penerangan berdiri sendiri ( terpisah ).
d) Seluruh terminal untuk penyambungan ke luar harus ada di sisi
51
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

sebelah atas panel.


e) Terminal kabel masuk disesuaikan dengan kabel masuk.
f) Kabel masuk dilengkapi dengan “cable lug” ( kabel schoen ).
g) Panel harus dengan 5 bus-bar termasuk 1 bus-bar untuk pentanahan
yang besarnya minimum berukuran sesuai dengan yang ditunjukkan
pada gambar rencana.
h) Panel-panel yang berada diluar bangunan harus diproteksi terhadap
cuaca/wheater proof (anti karat dan anti korosi).
13.3.4. Komponen Panel
a) Circuit Breaker Panel Utama: Circuit Breaker untuk panel-panel utama,
harus mempunyai interrupting minimum 36 KA (standard) dilengkapi
dengan pengaman terhadap arus lebih, arus hubung singkat.
b) Circuit breaker untuk penerangan, minimum mempunyai interrupting
capacity 6 KA.
c) Fuse Load Break Switch: Fuse Load Break yang digunakan harus dapat
memutuskan arus pada saat beban. Untuk Fuse Load Break yang lebih
besar dapat digunakan sepanjang fuse pengaman yang dibutuhkan
tetap sama seperti dinyatakan dalam gambar.
d) Ampere Meter: Ampere Meter yang digunakan dari tipe untuk dipasang
pada panel. Dilengkapi dengan Trafo Arus dengan maksimum ratio 5.
e) Volt Meter: Volt Meter yang digunakan harus dari tipe untuk dipasang
pada panel. Dilengkapi dengan Selector Switch dengan 6 posisi + 0.
f) Pabrik asal komponen listrik adalah Schneider, Siemens, Mitsubishi,
ABB atau yang setara.
g) Lampu Indikasi: Lampu Indikasi dari tipe untuk dipasang pada panel.
Warna lampu disesuaikan dengan tanda phase: merah untuk R, kuning
untuk S, biru untuk T. Dilengkapi dengan fuse pengaman.
13.3.5. Sakelar
a) Sakelar dibuat dari plastik putih untuk sambungan di dalam tembok
(recessed type) satu atau lebih, jurusan dapat dilihat dalam gambar.
b) Tinggi sakelar pada umumnya 1.5 m dari lantai kecuali ada permintaan
dari Pemilik yang menginginkan tinggi lain.
c) Sakelar dengan kemampuan minimum 10 Ampere 250 V, buatan
Clipsal, Broco Premium atau Panasonic.
52
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

d) Letak pasti dari sakelar harus disesuaikan dengan keadaan di


lapangan.
Stop Kontak
a) Stop Kontak Dinding single Outlet, Two Pole & Earth, 10 A/16 A, 220
Volt, 50 Hz, untuk keperluan umum, screw fixed.
b) Stop Kontak Dinding Double Outlet, Two Pole & Earth, 10 A/16 A, 220
Volt, 50 Hz, untuk keperluan umum, screw fixed.
c) Stop Kontak Outdoor Single Outlet, Two Pole & Earth, 10 A/16 A, 220
Volt, 50 Hz, untuk keperluan umum dan Pompa Booster.
d) Stop Kontak AC Single Outlet, Two Pole & Earth + Fuse, 10 A/16 A,
220 Volt, 50 Hz, untuk keperluan AC.
e) Stop Kontak buatan Schneider/Broco Premium/Panasonic.
f) Stop kontak Dinding umumnya dipasang dengan tinggi 30 cm dari
lantai kecuali pada bagian-bagian tertentu seperti pantry dll dipasang
dengan ketinggian 1,5 meter.
13.3.6. Perlengkapan Instalasi
a) Perlengkapan instalasi yang dimaksud adalah material-material untuk
melengkapi instalasi tersebut, supaya kelihatan baik dan memenuhi
persyaratan.
b) Seluruh klem-klem kabel harus buatan pabrik dan tidak diperkenankan
membuat sendiri.
c) Semua kabel yang terlihat mata (exposed) harus diberi penahan
dengan klem sehingga kabel tersebut kelihatan lurus dan baik.
d) Doos/junction box yang digunakan harus cukup besarnya dan
minimum 10 cm, terbuat dari jenis logam. Setelah terpasang, doos-
doos ini harus ditutup dengan baik dengan penutup yang khusus untuk
itu.
e) Semua sambungan kabel harus dipilin kawatnya dengan baik, sehingga
tidak menimbulkan beda tegangan satu sama lain, kemudian di-isolasi
dengan isolasi PVC dan terakhir diberi penutup atau dop. Dop ini
disyaratkan buatan 3 M.
13.3.7. Lampu Downlight LED tipe slim (masuk plafond)
a) Menggunakan merek setara Panasonic
b) Tipe Slim masuk Plafon
53
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

c) Warna cahaya White (6000-6500K)


d) Tegangan Operasional 100 – 240 VAC
e) Garansi minimal 1 tahun Full
13.3.8. Sistem tegangan listrik yang termasuk dalam lingkup pekerjaan Kontraktor
adalah tegangan rendah 380 V/220 V.
13.3.9. Semua titik lampu yang mempunyai rumah terbuat dari logam dan stop
kontak harus disambungkan ke sistem pentanahan, sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
13.3.10.Instalasi mengikuti ketentuan normal (dengan sumber daya PLN) dan
emergency (dengan sumber daya generator-set, sesuai dengan yang
ditentukan)
13.3.11.Semua kabel instalasi utama dipasang diatas cable tray lantai yang
dipasang di atas pfafon.
13.3.12.Semua sistem pentanahan harus dipasang dengan baik.
13.3.13.Kontraktor wajib memenuhi mutu lingkup pekerjaan di atas, sehingga
setelah dipasang dan diuji dengan baik, didapat mutu instalasi yang siap
untuk dipakai.

13.4. Pedoman Pelaksanaan


13.4.1. Instalasi Tenaga
a) Yang dimaksud dengan Instalasi Tenaga adalah instalasi listrik untuk
equipment air conditioning, pompa, fan dan lain-lain sesuai dengan
petunjuk dalam gambar.
b) Kontraktor wajib memasang kabel dan instalasi sampai ke panel
control masing-masing peralatan.
c) Untuk penerangan diluar bangunan digunakan jenis kabel tanam,
type NYFGBY.
d) Kabel yang digunakan jenis NYY didalam bangunan, sesuai dengan
kebutuhan serta yang ditunjukkan dalam gambar.
13.4.2. Instalasi Penerangan
a) Instalasi penerangan yang dimaksud adalah titik lampu dan stop
kontak, sesuai dengan petunjuk didalam gambar.
b) Letak pasti dari lampu-lampu tersebut, disesuaikan dengan keadaan

54
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

di lapangan.
c) Diatas plafond/ceiling, kabel-kabel dipasang pada cable tray sesuai
gambar.
d) Lampu-lampu dipasang diatas plafond tiap-tiap lantai.
e) Pada setiap percabangan titik lampu, harus diberi doos/junction box,
dari sini dihubungkan dengan kabel ke titik penerangan.
f) Sambungan pada junction box/doos, sesuai dengan jumlah cabang.
g) Sambungan kabel untuk menuju ke titik penerangan hanya
diperlukan pada junction box/doos tersebut.
h) Seluruh instalasi penerangan peneranhan menggunakan kawat NYM
1,5 mm2.
i) Seluruh instalasi stop kontak menggunakan kawat NYM 2,5 mm2.
13.4.3. Penanaman Kabel
a) Penanaman kabel harus sesuai dengan peraturan yang berlaku dan
dilengkapi dengan petunjuk seperti tersebut dalam bagian ini.
b) Sebelum kabel diletakkan dalam galian 1 m, lebar minimum 50 cm,
harus diurug dan dipadatkan dengan pasir urug setebal 10 cm.
c) Setebal kabel diletakkan (digelar) dengan syarat kabel tersebut tidak
boleh terpuntir, dilakukan pengurugan setebal 10 cm dari kabel yang
terbesar kemudian dipadatkan.
d) Diatas pasir diberi batu yang memanjang tidak terputus.
e) Kabel-kabel yang dipasang harus diberi label-label dari timah yang
memberi petunjuk jurusannya, yang dipasang setiap jarak 1 meter.
f) Tidak diperkenankan melakukan pengurugan sebelum Pengawas/
Pemilik Proyek menyaksikan bahwa semua petunjuk di atas dipenuhi.
g) Pengurugan berikut adalah dengan tanah asli
h) Setiap jarak 30 meter, Kontraktor wajib membuat patok beton diatas
galian tersebut dengan ukuran 20 x 20 x 60 cm, dan ditulis petunjuk
“KABEL TANAH”. Patok-patok ini dicat dengan warna kuning dan
tulisan merah.
i) Kontraktor wajib mengembalikan galian tanah dalam keadaan semula
dengan seluruh biaya menjadi kewajiban Kontraktor.
j) Pekerjaan penanaman kabel tidak boleh dilaksanakan pada malam
55
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

hari.
k) Dalam keadaan tidak memungkinkan dan setelah ada ijin dari Pemilik
Proyek dan Pengawas, Kontraktor dapat melakukan penyambungan
kabel dengan cast resin type buatan 3 M atau yang setara. Patok
tanda dengan tulisan “MOF KABEL”, harus dipasang diatasnya dengan
warna seperti yang telah disebutkan di atas.
13.4.4. Pengujian
Mencakup yang dispesifikasikan dalam Bagian Spesifikasi Umum Elektrikal
a) Sebelum daya listrik digunakan ke instalasi, seluruh instalasi harus
sudah selesai diuji dan didapat hasil yang baik yang harus disaksikan
dan disetujui oleh Pengawas/Badan Pemerintah yang berwenang.
b) Pengujian tahanan isolasi dan kabel tegangan 220 V/380 V harus
menggunakan megger 500 Volt.
c) Pengujian harus disaksikan oleh Pengawas dan Pemilik Proyek. Bila
didapat hasil buruk/kurang memuaskan pada suatu bagian instalasi,
Kontraktor wajib memperbaiki kembali, kemudian pengujian diulangi
sampai mendapatkan hasil yang baik.
d) Kontraktor wajib mengadakan peralatan dan tenaga serta biaya yang
diperlukan untuk pengujian tersebut dan pemberitahuan kepada
Pengawas/Pemilik Proyek harus paling lambat 48 jam dimuka.
13.4.5. Pengujian Tahanan Isolasi
a) Pengujian tahanan isolasi instalasi listrik didasarkan atas peraturan
yang berlaku, ditambah dengan syarat-syarat sebagaimana diatur
dalam pasal berikut.
b) Pengujian tahanan isolasi dilakukan dengan menggunakan megger 500
Volt elektronik.
c) Pada saat pengujian semua titik lampu dan sakelar harus dalam
keadaan terbuka.
d) Pengujian dilakukan setiap kali, untuk setiap jurusan (group).
e) Hasil minimum yang diijinkan adalah 10 Mega-Ohm.
f) Pengujian Tahanan Tanah
g) Setelah diadakan penanaman pentanahan (ground rod) pengujian
tahanan dapat dilaksanakan.
h) Pengujian untuk ini dapat digunakan alat uji tahanan tanah elektronik.
56
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

i) Tahanan maksimum yang diijinkan adalah 1 Ohm.


j) Hasil pengujian yang tidak baik Ssperti yang dispesifikasikan dalam
Bagian Spesifikasi Umum Pekerjaan Elektrikal

13.5. Lampiran Produk Yang Digunakan


13.5.1. Produk Penerangan, Stopkontak, dan Saklar

b) Downlight LED 10 Watt


Spesifikasi
Tegangan : AC 220 - 240 V
Frekuensi : 50/60Hz
Konsumsi Daya : 10 Watt
Luminous Flux : 1000 lm ± 5%
Color Temperature : 6500K (Cool White)
Color Rendering Index : > 80
Temperatur Kerja : -20°C sampai 40°C
Sudut penyinaran : 120 derajat
Lifetime : 20.000 jam
Garansi : 3 Tahun
Dimensi Lubang Plafond : 6 Inch
Merk yang direkomendasikan : Panasonic

b. Downlight LED 16 Watt


Spesifikasi
Tegangan : AC 220 - 240 V
Frekuensi : 50/60Hz
Konsumsi Daya : 16 Watt
Luminous Flux : 1500 lm ± 5%
Color Temperature : 6500K (Cool White)
Color Rendering Index : > 80
Temperatur Kerja : -20°C sampai 40°C
Sudut penyinaran : 120 derajat
Lifetime : 20.000 jam
Garansi : 3 Tahun
Dimensi Lubang Plafond : 6 Inch
Merk yang direkomendasikan : Panasonic

Stop Kontak Tunggal


Spesifikasi
MERK : Broco, Panasonic
Warna : Putih
Tegangan : 16A / 250V ~ SNI

57
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

Stop Kontak Ganda


Spesifikasi
MERK : Broco, Panasonic
Warna : Putih
Tegangan : 16A / 250V ~ SNI

Stop Kontak Ganda (Outdoor)


Spesifikasi
MERK : Broco, Panasonic
Warna : Putih
Tegangan : 16A / 250V ~ SNI

58
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

BAB XIV. PEKERJAAN AIR BERSIH DAN AIR KOTOR (PLUMBING)

14. PEKERJAAN AIR BERSIH DAN AIR KOTOR (PLUMBING)

14.1. Lingkup Pekerjaan


14.1.1. Pekerjaan yang dispesifikasikan dibagian ini harus sesuai dengan tuntutan
dari seluruh Dokumen Kontrak.
14.1.2. Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja, perlengkapan dan bahan
yang diperlukan untuk memasang sistem plumbing seperti diuraikan di
bawah ini atau sesuai yang tercantum dalam gambar:
a) Sistem Pembuangan Air Kotor
b) Sistem Pembuangan Air Bekas
c) Sistem Vent
d) Sistem Penyediaan Air Bersih
e) Pengadaan dan Pemasangan Pompa-pompa dan perlengkapannya.
f) Pengadaan dan Pemasangan Pipa Air Hujan.
g) Semua pekerjaan dan kewajiban yang relevan yang dispesifikasikan
dalam Spesifikasi Umum Pekerjaan Mekanikal.

14.2. Acuan
Standard yang digunakan adalah yang terakhir, sebagai berikut:
14.2.1. Seperti yang dispesifikasikan dalam Spesifikasi Umum Pekerjaan Mekenikal
14.2.2. BS 1387/67 Pipa Galvanized
14.2.3. JIS K6741/42 Pipa PVC

14.3. Persyaratan Bahan


14.3.1. Bahan yang diuraikan disini harus dipasang lengkap dengan perlengkapan
dan fittingnya sesuai dengan gambar.
a) Sambungan Alat Plambing: Sambungan antara alat plambing keramik
dan pipa air kotor/air bekas harus dibuat rapat gas dan rapat air.
b) Katup Penggelontor: Katup penggelontor harus dari jenis “non hold
open”.

59
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

14.3.2. Alat Saniter


a) Toilet, wastafel, urinal, dan sebagainya seperti tercantum dalam Daftar
Alat Saniter
14.3.3. Sistem Air Bersih
a) Semua pipa air bersih harus dari bahan pipa PVC, Kelas AW/VP
menurut JIS K6741 atau SII 0344-82:S10
b) Fitting untuk pipa PVC harus menggunakan kelas yang sama.
14.3.4. Sistem Air Kotor, Air Bekas, dan Vent
a) Pipa Air Kotor, Air Bekas dan Vent menggunakan PVC, Kelas AW/VP
menurut JIS K6741 atau SII 0344-82:S10
b) Bahan pipa harus sesuai dengan persyaratan berikut dan dipasang
seperti tertera pada gambar.
c) Type socket dipasang dengan cara penyambungan “SOLVENT” (
Solvent Cement Method ).
14.3.5. Perlengkapan
Pengering lantai (floor drain) dengan jebakan air (water trap) harus
mempunyai saringan kuningan berlapis chrome yang dapat dibuka sesuai
dengan Toto, setara.
14.3.6. Pompa
Jenis dan kapasitas pompa seperti dicantum Direksi Lapangan dalam
Daftar Peralatan, Merek yang direkomendasikan:
No PERALATAN / BAHAN PLUMBING MERK/PABRIK PEMBUAT
1 POMPA TRANSFER GRUNDFOS, EBARA, PEDROLLO
2 POMPA BOOSTER GRUNDFOS, EBARA, WASSER
3 TANKI STAINLESS STEEL PENGUIN, PROFIL TANK
PIPA AIR BERSIH PVC AW Standar
4 PRALON, RUCIKA, MASPION
JIS-6741/42, JIS-6739
PIPA AIR KOTOR & VENT PVC / AW
5 PRALON, RUCIKA, MASPION
Standar JIS-6741/42, JIS-6739
6 BALL VALVE ONDA
7 CHECK VALVE ONDA
8 STRAINER ONDA

14.4. Pedoman Pelaksanaan


14.4.1. Kontraktor wajib mempelajari gambar dan bertanggungjawab atas

60
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

pemasangan dengan bahan dan perlengkapan yang semestinya.


14.4.2. Hubungan Silang (Cross Connection)
a) Alat plambing, perlengkapan dan pipa yang dipasang diperbolehkan
terjadi hubungan silang antara air bersih dengan air kotor, dengan
syarat urutan perletakan dari atas ke bawah:
1. Pipa Air Bersih
2. Pipa Air Bekas
3. Pipa Air Kotor
14.4.3. Sambungan ke Perlengkapan dan Alat Plambing
a) Kontraktor harus menyediakan bahan dan tenaga yang diperlukan
untuk menyambung alat plambing dan perlengkapan lainnya pada
sistem pemipaan.
b) Semua alat plumbing atau perlengkapan lain yang dihubungkan
dengan pipa air kotor/air bekas harus diperlengkapi dengan
perangkap.
c) Setiap bagian pipa air bersih yang melayani alat plambing atau
perlekapan lainnya, kecuali kran biasa, kran penggelontor atau katup
lainnya yang dilengkapi dengan katup penutup yang dapat digunakan
untuk menyetop aliran air pada waktu perbaikan dan pemeliharaan,
tanpa mengganggu kerja alat plambing dan perlengkapan lainnya.
14.4.4. Pemipaan
a) Bahan pemipaan dan perlengkapan yang dipasang dalam sistem
plambing harus sesuai dengan tekanan yang dilayani.
b) Beberapa offset, fitting dan alat lainnya yang mungkin diperlukan,
namun tidak tercantum dalam gambar, dianggap Kontraktor sudah
mengetahui diperlukannya peralatan tersebut.
c) Kontraktor diwajibkan mengatur pekerjaan dan menyediakan semua
pemipaan, fitting, perangkap, katup serta peralatan yang diperlukan.
14.4.5. Pembobokan, Pemotongan dan Perbaikan
a) Pembobokan tembok atau beton, pemotongan kabel, pemotongan
pipa, ducting dan perlengkapan lainnya hanya dapat dilaksanakan
setelah disetujui oleh Direksi Lapangan.
b) Perbaikan akibat tersebut diatas harus dikerjakan oleh ahli yang
menguasai bidangnya.
61
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

14.4.6. Pengaman Alat Plumbing, Bahan dan Perlengkapan


a) Pada waktu pemasangan, lubang pipa harus ditutup dengan dop,
plug atau penutup sejenis yang sesuai.
b) Alat plambing dan perlengkapan harus ditutup dan dilindungi
terhadap kotoran, air, bahan kimia atau kerusakan mekanis.
c) Pada saat penyelesaian pekerjaan, semua alat plambing, bahan dan
perlengkapan harus dibersihkan dan ditest.
14.4.7. Selubung
a) Pipa yang menembus beton atau tembok harus dipasang melalui
selubung yang dipasang pada waktu pelaksanaan beton dan tembok
yang bersangkutan.
b) Selubung tersebut harus rata permukaannya dengan bagian yang
ditembus oleh pipa.
c) Ukuran selubung adalah sedemikian rupa, sehingga celah bebas
dengan pipa sekurang-kurangnya 6 mm. Celah antara pipa dengan
selubung tersebut harus diisi dengan bahan rapat air.
d) Selubung pipa menembus atap: Pipa yang menembus atap harus
diselubungi dengan timah hitam atau tembaga dan flens integral
yang cukup ukurannya, melebar, tidak kurang dari 20 mm ke segala
arah diukur dari pipanya dan menutup atap, sehingga terdapat
hubungan yang rapat air.
14.4.8. Perangkap air
a) Setiap alat plambing atau perlengkapan yang perlu dihubungkan
dengan sistem pembuangan air kotor/air bekas, harus dilengkapi
dengan perangkap yang sesuai dengan penggunaannya, kecuali alat
plambing atau perlengkapan yang sudah memiliki perangkap integral.
b) Setiap perangkap harus ditempatkan sedekat mungkin dengan alat
plambing yang dilayani, tidak dibenarkan adanya alat plambing yang
diberi perangkap dua kali.
14.4.9. Penggantung dan Penumpu Pipa
a) Letak penggantung dan penumpu pipa harus disesuaikan dengan
pekerjaan struktur, agar struktur tersebut dapat menyerap beban dari
penggantung dan penumpu.

62
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

b) Jarak penggantung pipa tidak boleh melebihi jarak yang


diberikan dalam tabel berikut ini :
Ukuran Pipa Batas Max Ruang
Jenis Pipa
Interval (m) Interval (m) Mendatar Tegak
Sampai 20 1.8 2.0
25 s/d 40 2.0 3.0

Pipa Baja 50 s/d 80 3.0 4.0


100 s/d 150 4.0 4.0
200 atau lebih 5.0 4.0
50 s/d 65 0.6 0.9
80 0.9 1.2
Pipa PVC
100 1.2 1.5
150 1.8 2.0

Bahan penggantung dan pemipaan pipa dari UNP 100. Semua


penggantung dan pemipaan pipa harus dicat dengan cat dasar
zinchromat sebelum dipasang dan dicat finish dengan warna yang
disetujui oleh Pengawas.
14.4.10.Penumpu Alat Plambing
a) “Wall Hung Fixtures” harus dipasang pada dinding dengan baut
yang tidak mengganggu. Kepala baut (exposed) yang tampak, harus
segi enam stainless steel atau dilapisi chrome.
b) Mur yang tampak harus dari mur kap segi enam stainless steel atau
dilapis chrome. Cincinnya harus dilapisi chrome, supaya seragam
dengan kepala baut atau mur-nya.

14.5. Pedoman Pelaksanaan Sistem Air Bersih


14.5.1. Pipa air bersih harus dipasang sedemikian rupa, sehingga dapat
dikosongkan sama sekali. Pengosongan dapat dilakukan dengan
pemasangan fitting pembuangan, bertutup pada titik tempat terendah,
kecuali bila sudah ada kran.
14.5.2. Kontraktor harus memotong pipa dengan cermat, pemotongan tidak boleh
dilakukan dengan paksa dan harus diperhatikan pula agar tidak terjadi
pelemahan konstruksi sebagai akibat pasangan pipa.
14.5.3. Pipa yang tampak (exposed) harus sejajar dengan garis-garis bangunan,

63
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

kecuali bila dinyatakan lain.


14.5.4. Pencabangan pipa air bersih dapat dilakukan dari bagian atas, bawah atau
samping pipa sesuai dengan kondisi struktur dan instalasi setempat.
14.5.5. Pipa, katup dan fitting harus ditempatkan pada jarak yang cukup dari
pekerjaan lain. Jarak terhadap pipa lain minimal adalah 25 mm.
14.5.6. Perubahan ukuran pipa dilakukan dengan fitting pengecil (reducing fitting).
Pemakaian bushing tidak dibenarkan. Perubahan arah aliran harus
dilakukan dengan fitting. Penyambungan pipa baja galvanis dilakukan
dengan sambungan berulir atau dengan flens bila dinyatakan dalam
gambar.
14.5.7. Pemasangan pipa dan fittingnya harus dilakukan sesuai dengan petunjuk
pabriknya.
14.5.8. Sambungan ulir harus berulir pipa sesuai dengan ISO/R7 dan dilapis seal
tape pada bagian ulir jantannya.
14.5.9. Katup: Katup harus dipasang pada pipa air bersih sebelum sampai ke alat
plambing atau perlengkapan. Semua katup harus gate valve/10 K atau
sesuai yang tertera didalam gambar.
14.5.10.Wartel mur: Wartel mur harus dipasang pada tempat yang mudah dicapai
dan tidak boleh tertutup oleh dinding, langit-langit atau partisi.

14.6. Pedoman Pelaksanaan Sistem Air Kotor


14.6.1. Pipa Air Kotor, Air Bekas yang mendatar dipasang sesuai dengan
kemiringan 1 %.
14.6.2. Bila karena sesuatu hal kemiringan tersebut tidak dapat dipenuhi,
Kontraktor dapat mengusulkan kemiringan lain kepada Direksi Lapangan.
14.6.3. Pipa vent dan cabangnya harus dipasang dengan kemiringan ke arah alat
plambing, sehingga air pengembunan yang mungkin terjadi dapat
mengalir.
14.6.4. Perubahan ukuran pada pipa air kotor harus dilakukan dengan
pemasangan “reducer”, penggunaan “bushing” tidak dibenarkan.
Perubahan arah harus dilakukan dengan penggunaan 45° wye, belokan ¼,
1/6, 1/8, 1/16 atau kombinasi fitting ekivalen.
14.6.5. Tee sanitary dan belokan ¼ atau siku hanya dapat dipasang pada pipa air
kotor dengan perubahan arah dari datar ke tegak. Pemasangan pipa dan
fitting harus sesuai dengan petunjuk produsennya.
64
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

14.7. Lampiran (Produk Yang Diusulkan / Direkomendasikan


14.7.1. Pekerjaan Air Bersih
c) Pompa Transfer
Spesifikasi
Merk : Grundfos
Type : NS Basic 4-23
Kapasitas : 4 M3/jam max
Daya hisap : 4 meter max Daya dorong
max : 23 meter max
Power : 370W – 750W /1 phase/220V
/50Hz
Pipa Inlet : 1 inch
Pipa Outlet : 1 inch

c. Pompa Booster Gedung


Spesifikasi
Merk : Grundfos
Type : CMB 5-28 PM1-22
Kapasitas : 5 M3/jam
Daya hisap : 4 meter max Daya dorong
max : 21 meter
Power : 500W - 670W / 1 phase /
220V / 50Hz
Pipa Inlet : 1 ¼ inch
Pipa Outlet : 1 inch

Tangki Air Stainless Steel


Spesifikasi
Merk : Penguin
Type : TBSK 1000
Kapasitas : 2200 liter
Material : Stainless Steel
Tebal dinding : 0,5 mm
Perlengkapan : Kaki dudukan, Radar air
Outlet : 1 inch
Drain : 1 inch

65
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

14.7.2. Pekerjaan Air Kotor dan Air Bekas


1. Large Radius Tee
Semua sambungan cabang untuk pipa air kotor harus menggunakan jenis ini, tidak
diperbolehkan menggunakan jenis T biasa

2. Large Radius Elbow


Semua sambungan sudut untuk pipa air kotor harus menggunakan jenis ini, tidak
diperbolehkan menggunakan knee 90 derajat

66
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

14.7.3. Pekerjaan Air Hujan


1. Floor Drain
Spesifikasi
Merk : Biofil - Induro
Type : BF-04
Kapasitas : 1850 Liter
Ukuran : 117 X 105 X 150 CM

14.7.4. Pekerjaan Sanitary

1. Kran Air Diluar Gedung


Spesifikasi
Merk : ONDA
Type : BCS 1/2 Inch

Kran Air Di Dalam Gedung


Spesifikasi
Merk : SAN EI
Type : EY 25R ½ Inch

Kloset Duduk
Spesifikasi
Merk : TOTO
Type : CW 660NJ / SW 660J
Warna : Putih

67
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

1. Wastafel Gantung
Spesifikasi
Merk : TOTO
Type : L529V1
Warna : Putih

2. Sink + Keran (untuk Pantry)


Spesifikasi :

Sink
Merk : Modena
Tipe : Sink 1 lubang
Model : KS 3101
Material : Stainless Steel 304 Dimensi
(P x L x T) : 928 x 444 x 192 mm

Keran
Merk : Aer
Tipe : Keran angsa tembok
Model : AOV 03 C
Material : Kuningan berlapis chrome
Dimensi (P x L x T) : 200 x 70 x 270 mm

3. Clean Out Stainless Steel dan PVC


Spesifikasi
Merk : SAN EI
Model : HN58
Bahan : Stainless Steel

68
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

BAB XV. PEKERJAAN RAMP

15. PEKERJAAN RAMP

15.1. Lingkup Pekerjaan


15.1.1. Pondasi pasangan batu belah
15.1.2. Rabat beton

15.2. Persyaratan Bahan


15.2.1. Batu belah yang gunakan untuk pondasi ramp harus kuat dan tidak
berlubang.
15.2.2. Rabat beton yang digunakan harus memiliki mutu setara dengan beton K-
175

15.3. Pedoman Pelaksanaan


15.3.1. Pengerjaan ramp diawali dengan melakukan galian tanah pondasi ramp
dengan ukuran galian disesuaikan dengan dimensi yang tercantum dalam
gambar rencana.
15.3.2. Pelaksanaan pekerjaan Ramp harus atas persetujuan Konsultan Pengawas
dan Pemilik Pekerjaan.
15.3.3. Pasangan pondasi ramp dengan campuran spesi 1Pc : 4Psr, dikerjakan
dengan didahului membuat profil ramp, untuk memandu dalam
mengerjakan pondasi untuk mendapatkan lereng ramp sesuai gambar
rencana.
15.3.4. Seluruh bidang permukaan ramp yang telah terpasang tidak boleh licin dan
lereng kelandaiannya harus sesuai gambar rencana.
15.3.5. Hasil pekerjaan ramp tidak boleh cacat serta harus rapih dan bersih.

69
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

BAB XVI. PEKERJAAN GAPURA DAN PAGAR

16. PEKERJAAN GAPURA DAN PAGAR

16.1. Lingkup Pekerjaan


16.1.1. Pondasi pasangan batu belah
16.1.2. Pekerjaan Cor Beton Kolom dan Balok
16.1.3. Pekerjaan Plesteran, Acian dan Pengecatan
16.1.4. Pekerjaan Pemasangan Huruf Nama Sekolah, Logo PU dan Tut Wuri
Handayani

16.2. Persyaratan Bahan


16.2.1. Batu belah yang gunakan untuk pondasi Gapura dan Pagar harus kuat dan
tidak berlubang.
16.2.2. Beton yang digunakan harus memiliki mutu setara dengan beton Fc. 18.68
Mpa

16.3. Pedoman Pelaksanaan


16.3.1. Pengerjaan Gapura dan Pagar diawali dengan melakukan galian tanah
pondasi dengan ukuran galian disesuaikan dengan dimensi yang tercantum
dalam gambar rencana.
16.3.2. Pelaksanaan pekerjaan Gapura dan Pagar harus atas persetujuan
Konsultan Pengawas dan Pemilik Pekerjaan.
16.3.3. Pasangan pondasi Gapura dan Pagar dengan campuran spesi 1Pc : 4Psr,
dikerjakan dengan didahului membuat profil Gapura dan Pagar, untuk
memandu dalam mengerjakan pondasi untuk mendapatkan Tampak
Gapura dan Pagar sesuai gambar rencana.
16.3.4. Pemasangan Huruf Nama sekolah, Logo PU dan Logo Tut Wuri Handayani
disesuaikan dengan gambar rencana.
16.3.5. Hasil pekerjaan Gapura dan Pagar tidak boleh cacat serta harus rapih dan
bersih.

70
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

BAB XVIII. PEKERJAAN LAPANGAN DAN TIANG BENDERA

17. PEKERJAAN LAPANGAN DAN TIANG BENDERA

17.1. Lingkup Pekerjaan


17.1.1. Pondasi pasangan batu belah
17.1.2. Rabat Beton

17.2. Persyaratan Bahan


17.2.1. Batu belah yang gunakan untuk pondasi Lapangan harus kuat dan tidak
berlubang.
17.2.2. Rabat Beton yang digunakan harus memiliki mutu setara dengan beton Fc.
14.53 Mpa
17.3. Pedoman Pelaksanaan
17.3.1. Pengerjaan Lapangan diawali dengan melakukan galian tanah pondasi
Lapangan dengan ukuran galian disesuaikan dengan dimensi yang
tercantum dalam gambar rencana.
17.3.2. Pelaksanaan pekerjaan Lapangan harus atas persetujuan Konsultan
Pengawas dan Pemilik Pekerjaan.
17.3.3. Pasangan pondasi Lapangan dengan campuran spesi 1Pc : 4Psr, dikerjakan
dengan didahului membuat profil Lapangan, untuk memandu dalam
mengerjakan pondasi untuk mendapatkan ukuran dan elevasi Lapangan
sesuai gambar rencana.
17.3.4. Seluruh bidang permukaan Lapangan yang telah terpasang tidak boleh licin
dan lereng kelandaiannya harus sesuai gambar rencana.
17.3.5. Pengecatan Lapangan dan Pemasangan Logo PU diesuaikan dengan
Gambar Rencana.
17.3.6. Hasil pekerjaan Lapangan tidak boleh cacat serta harus rapih dan bersih.

71
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

BAB XVIII. PEKERJAAN JALAN PENGHUBUNG

18. PEKERJAAN JALAN PENGHUBUNG

18.1. Lingkup Pekerjaan


18.1.1. Pondasi pasangan batu belah
18.1.2. Rabat Beton

18.2. Persyaratan Bahan


18.2.1. Batu belah yang gunakan untuk pondasi Jalan Penghubung harus kuat dan
tidak berlubang.
18.2.2. Rabat Beton yang digunakan harus memiliki mutu setara dengan beton Fc.
14.53 Mpa
18.3. Pedoman Pelaksanaan
18.3.1. Pengerjaan Jalan Penghubung diawali dengan melakukan galian tanah
pondasi dengan ukuran galian disesuaikan dengan dimensi yang tercantum
dalam gambar rencana.
18.3.2. Pelaksanaan pekerjaan Jalan Penghubung harus atas persetujuan
Konsultan Pengawas dan Pemilik Pekerjaan.
18.3.3. Pasangan pondasi Jalan Penghubung dengan campuran spesi 1Pc : 4Psr,
dikerjakan dengan didahului membuat profil Jalan Penghubung, untuk
memandu dalam mengerjakan pondasi untuk mendapatkan ukuran dan
trase alan Penghubung sesuai gambar rencana.
18.3.4. Seluruh bidang permukaan Jalan Penghubung yang telah terpasang tidak
boleh licin dan lereng kelandaiannya harus sesuai gambar rencana.
18.3.5. Hasil pekerjaan Jalan Penghubung tidak boleh cacat serta harus rapih dan
bersih.

72
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

BAB XIX. PEKERJAAN SUMUR BOR

19. PEKERJAAN SUMUR BOR

19.1. Persiapan Lokasi Pemboran


a) Untuk memudahkan pelaksanaan pekerjaan pemboran, sebelum mobilisasi,
kontraktor harus mengajukan usulan pada Direksi tentang peralatan dan
perlengkapan yang ditentukan untuk konstruksi sumur dan penempatannya
pada lokasi pemboran.
b) Setelah usulan tersebut disetujui oleh Direksi maka pekerjaan persiapan lokasi
dapat dimulai. Apabila diperlukan dan diminta Direksi, kontraktor harus
memasang lapisan batu pada site pemboran hingga jadi lebih tinggi dari
sekitarnya untuk menghindari genangan air (terutama pada musim hujan).
Apabila lokasi tersebut terdapat tanaman atau bangunan, kontraktor harus
membebaskannya dengan ganti rugi sehingga tidak terjadi permasalahan
dikemudian hari.
c) Untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan atau mencegah
masuknya orang yang tidak berkepentingan maka tiap lokasi pemboran harus
dilengkapi pagar sesuai dengan yang diinstruksikan oleh Direksi.
19.2. Pembuatan Kolam Lumpur
a) Untuk pemboran dengan cara “Direct Circulation Flush” kontraktor harus
membuat 2 (dua) kolam lumpur pada tiap lokasi, berukuran (2 x 1 x 1)
dengan dinding dibuat miring. Kontraktor juga harus membuat kolam
pengendap berukuran (1 x 1 x 1). Kolam tersebut dihubungkan satu dengan
lainnya ke lubang bor dengan kanal berukuran lebar 0,4 m pada bagian
dasarnya dan kedalaman 0,5 m, disamping itu kontraktor juga membuat
drainase sementara dan penyediaan air untuk sirkulasi saat pemboran.
b) Selama operasi pemboran, kolam dan saluran ini harus dibersikan dari
endapan. Penempatan kolam lumpur harus sedemikan rupa, sehingga
lumpur yang keluar dari lubang bor langsung dialirkan melalui alat shale
shaker vibrating screen, atau ayakan bergetar menuju kedalaman kolam
pengendap. Selanjutnya kotoran atau cutting akan mengendap dan lumpur
akan terus mengalir kedalam kolam kedua, yang dibuat sedemikian rupa
sehingga aliran cukup tenang. Hal ini dimaksud agar material yang berbutir
halus dapat mengendap sehingga lumpur bebas dari pasir serta kotoran dan
diteruskan mengalir ke kolam ketiga, untuk dipompa sebagai bahan sirkulasi.
c) Pipa hisap dari pompa lumpur yang dimasukan dalam kolam ketiga harus
73
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

ditempatkan dalam jarak yang agak jauh dari saluran tempat datangnya
lumpur kolam kedua, sehingga diperoleh kesempatan bagi sisa-sisa kotoran
yang masih terbawa menjadi tidak langsung terhisap ulang, demikian juga
kedalaman pembenaman ujung pipa hisap pompa lumpur, dibuat sedemikian
rupa agar tidak langsung menghisap kotoran yang telah mengendap didasar
kolam, dengan demikian letak mulut penghisap tidak boleh terlalu dekat
dengan dasar kolam. Untuk pemboran dengan metode yang lain Direksi akan
memberi petunjuk selanjutnya pada saat akan dimulai pemboran.
19.3. Penyediaan Air
Untuk keperluan pekerjaan pemboran kontraktor diwajibkan menyediakan air dan
menjamin kelancaran penyediaannya. Mutu dan jumlah air yang disediakan harus
sesuai dengan kebutuhan yang ditentukan oleh Direksi.
19.4. Penyediaan Pipa, Screen dan Bentonit
Penyediaan pipa, screen dan bentonit disediakan oleh kontraktor yang jumlahnya
telah ditentukan sesuai dengan kebutuhan. Bentonit digunakan sebagai pengental
lumpur sirkulasi agar berat jenisnya naik sehingga selama proses pemboran dapat
mengangkat potongan batuan (cutting) yang ditembus mata bor dari dalam
lubang bor. Screen dimaksud pada pekerjaan ini adalah dari pipa pvc ukuran
sesuai casing, dan diberi lubang pori-pori sebagai jalan masuknya air kedalam
casing.
19.5. Pengamanan Lokasi
Kontraktor berkewajiban menjaga keamanan peralatan, pipa-pipa dan semua
perlengkapan yang terdapat dilokasi pemboran. Kontraktor juga harus menjaga
semua bangunan, saluran, pohon, jalan dan lain-lainnya yang ada disekitar lokasi
pemboran supaya tidak terganggu selama pekerjaan berlangsung. Apabilah
seluruh pekerjaan selesai kontraktor harus merestorasi lokasi tersebut sehingga
mendekati keadaannya semula dan pembayaran ganti rugi atas biaya sendiri
kontraktor seandainya terjadi kerusakan.
19.6. Tipe Sumur
a) Sumur yang akan dikerjakan oleh kontraktor adalah jenis sumur produksi ITW
tipe “Single String”(lonjor tunggal) dengan menggunaka pipa pvc “serta
screen low carbon” sesuai kontrak.Sehingga konstruksi sumur produksi ITW
ini adalah terdiri dari pipa buta dan pipa saringan (screen) diameter 6” saja.
Panjang pipa saringan (screen) rata-rata 11-12 meter tiap sumur, atau
disesuaikan dengan ketebalan air. Sumur produksi ITW (Intermediate Tube
Well) ini dikerjakan dengan menggunakan bor, satu regu minimal terdiri dari
4 – 5 anggota dengan personil inti tenaga yang berpengalaman. Pada sumur
74
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

ITM konstruksi pipa bagian bawah diberi tutup (bottom plug). Anulus (celah
antara lubang bor dan pipa) diberi “gravel pack” (kerikil pembalut) dengan
ukuran tertentu yang beragam. Pipa saringan (screen) akan dipasang pada
aquiter atau lapisan pembawa air dan pipa buta (blank casing) akan dipasang
pada setiap lapisan kedap air atau aquiter dengan mutu air yang tidak
diinginkan. Pada bagian ujung dasar pipa akan dipasang pipa pengendap
yang ujungnya dilengkapi dengan sumbat yang berbentuk kerucut dengan
bagian yang runcing dibawah agar memudahkan saat pemasangan.pipa
pengendap dan bottom plug dimaksud harus disediakan kontraktor.
b) Pada setiap batang pipa konstruksi yang dipasang sekurang-kurangnya harus
dilengkapi dengan 2 (dua) buah centralizer atau perangkat yang dapat
menjamin agar pipa konstruksi yang dipasang tetap selalu berdiri di tengah
lubang sumur dengan ruang annulus yang dipertahankan tetap sama
lebarnya disekeliling pipa, hal tersebut dimaksudkan agar kerikil pembalut
atau gravel pack akan dapat masuk dengan sempurna.
c) Disekeliling pipa konstruksi yang dimaksudkan dalam lubang bor harus
dibungkus atau ditimbun dengan gravel pack, kecuali kalaupun ada, pada
bagian tertentu yaitu pada lapisan yang mengandung air dengan kualitas
tidak diinginkan, harus dicor atau ditutup dengan semen agar air yang
berasal dari bagian tersebut tidak tersadap. Pada bagian atas ruang analus,
harus di cor beton atau dicor semen, kemudian ditutup dan dikunci guna
pengamanan.
d) Segala dimensi dan ukuran-ukuran kedalaman, diameter, panjang, lebar,
jenis dan detail dari konstruksi sumur akan diberikan sesaat setelah logging
diperoleh hasilnya, sesuai dengan keadaan aquifer litologi yang ditafsirkan.
Namun secara garis besar gambar model type sumur yang akan dibuat tidak
jauh dari gambar rencana seperti tercantum didalam dokumen lelang. Loging
merupakan suatu tahapan yang wajib dibuat oleh kontraktor, oleh karena itu
apabila tidak disediakan alokasi pendanaannya namun logging harus tetap
dilakukan oleh kontraktor sesuaiyang diarakan oleh direksi teknis dengan
maksud mendapatkan data-data akurat yang berfungsi untuk penyempurnaan
konstruksi sumur bor
e) Pemilihan konstruksi sumur yang akan dipasang apabila terdapat lebih dari
satu alternatif konstruksi akan ditentukan oleh Direksi pekerjaan dengan
berdasarkan pada sifat litologi dari formasi bantuan yang dibor ditiap lokasi
sumur.

75
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

19.7. Prosedur Pekerjaan Konstruksi Sumur


Untuk memulai pekerjaan pemboran ditiap titik, Kontraktor harus
memberitahukan kepada Direksi paling kurang 24 jam sebelumnya. Kalau tidak
ditentukan lain oleh Direksi, maka pemboran akan dilakukan dengan metode “
Direct Circulation Mud Flush”. Secara umum urutan pekerjaan konstruksi sumur
adalah sebagai berikut:
a) Persiapan Site dan persiapan pekerjaan.
b) Pemasangan mesin bor.
c) Pemboran lubang diameter 6” dari permukaan tanah sampai kedalaman
sesuai rencana atau seperti yang ditentukan Direksi.
d) Pemasangan pipa konduktor sementara dengan diameter 6” sampai
kedalaman sesuai rencana.
e) Pemboran lubang diameter 8” sampai pada kedalaman sesuai rencana atau
lebih sesuai kondisi lapangan dan pengambilan contoh batuan (cutting) tiap
meter.
f) Pembersihan lubang bor dengan sirkulasi lumpur dan mengurangi kekentalan
lumpur pemboran sampai 33 detik Marsh Funnel dengan cara menambah
material pengencer, sebelum pelaksanaan logging.
g) Logging Resistivity dan Self Potential atau bila perlu dengan Gamma Ray
untuk menentukan kedalaman dan ketebalan lapisan pembawa air (aquifer).
h) Pemboran reaming 6” menjadi 8” sampai kedalaman sesuai rencana atau
lebih sesuai kondisi lapangan.
i) Pemasangan pipa sumur produksi dengan pipa sesuaai gambar dan RAB.
j) Penempatan gravel pack dalam rongga disekeliling pipa jambang.
k) Development sumur dengan water jetting.
l) Pencabutan pipa konduktor sementara Ø 6”.
m) Pemasangan pipa piezometer Ø 1/2” dari pipa PVC sesuai gambar.
n) Pembongkaran mesin bor dan perlengkapannya.
o) Pelaksanaan pemompaan uji (uji bertingkat, long period dan recovery) dan
pengujian lain sesuai yang diminta direksi teknisp.
p) Pelaksanaan uji mutu kualitas air.
q) Pemasangan tutup sumur dan kunci.
76
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

r) Pemulihan dan pembersihan kembali lokasi pemboran.


Secara khusus tahapan pekerjaan agar mengikuti yang ditentukan direksi
teknis. Untuk daerah dengan formasi batuan keras seperti batu gamping.
Urutan pekerjaan konstruksi sumur akan ditentukan oleh Direksi lebih lanjut,
demikian juga untuk melaksanakan pemboran dengan menggunakan lubang
penuntun atau pilot hole.
19.8. Pemasangan Mesin Bor
Sebelum pekerjaan bor dimulai, mesin bor harus dipasang dengan hati-hati di
atas pondasi yang kuat agar dapat memberikan hasil pemboran yang baik dan
mencegah kerusakan mesin bor itu sendiri serta menghindari kemungkinan
terjadinya kecelakaan terhadap personil atau tenaga kerja pemboran.
19.9. Pemasangan dan Pencabutan Pipa Konduktor
a) Pipa konduktor dipasang setiap lokasi sumur untuk mencegah runtuhnya
lapisan tanah atas selama pemboran berlangsung. Diameter pipa konduktor,
ditentukan oleh Direksi berdasarkan diameter lubang yang akan dibor.
Kedalaman pipa konduktor ditentukan berdasarkan keadaan lapangan di tiap
lokasi dan harus dengan persetujuan Direksi.
b) Setelah pekerjaan yang membutuhkan pipa konduktor selesai dilaksanakan,
maka kontraktor harus mencabut pipa tersebut, dan apabila tidak dapat
dicabut akan mendapat resiko kontraktor. Kontraktor harus menyediakan pipa
konduktor atas biaya sendiri.
19.10. Diameter dan Kedalaman Pemboran
a) Apabila tidak ditentukan lain maka pemboran dilaksanakan sesuai dengan
design yaitu dengan diameter 6” pada bagian atas lubang sumur dan
diameter 8” untuk pembesaran lubang sumur. Kedalaman pemboran sampai
dapat air sesuai yang ditentukan dengan persetujuan direksi teknis dan
pengawas. Kondisi dan situasi yang dihadapi di lapangan dapat
mempengaruhi pemboran, Oleh karena itu diameter pemboran dapat berubah
atas instruksi Direksi, demi kelancaran pekerjaan pemboran, pemasangan
pipa, gravel pack dan lain-lain.
b) Apabila potensi aquifer dinilai belum mencukupi atau kualitas air tidak
memenuhi syarat sesuai yang diinginkan, maka kedalaman pemboran dan
pemasangan pipa dapat diubah atas pertimbangan dan instruksi Direksi.1.10.
Metode Pemboran.
c) Metode pemboran yang akan digunakan adalah metode “Direct Circulation
Mud Flush” kecuali Direksi menginstruksikan untuk menggunakan metode lain
77
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

sesuai dengan keadaan lapangan yang dihadapi.


d) Pada prinsipnya proses pemboran agar dilakukan secara bertahap dalam arti
tiap kali kemajuan kedalaman 1 meter, penetrasi dihentikan, sedangkan
sirkulasi berlangsung terus sehingga hasil pemboran/cutting terangkat
seluruhnya. Tujuannya adalah cutting dapat diperoleh dengan ketelitian yang
tinggi.
19.11. Pencucian Lubang Bor
Untuk memperoleh lubang bor dan contoh batuan (“cutting”) yang baik maka
kontraktor harus melaksanakan pencucian lubang bor dengan lumpur pemboran
atau sirkulasi lumpur tanpa penetrasi setiap operasi pemboran mendapatkan
pertambahan kedalaman tertentu yaitu tiap 4-6 meter atau setiap 1 batang
stangbor. Pencucian dilakukan dengan jalan melaksanakan sirkulasi lumpur tanpa
menambah kedalaman lubang sampai lubang bor bersih dari material hancuran
batuan (cutting).
19.12. Pelebaran Lubang Bor
Apabila pemboran dilaksanakan dengan prosedur lubang penuntun (Pilot Hole)
dan menunjukkan adanya aquifer produktif maka kontraktor harus melaksanakan
pelebaran lubang bor (reaming) sampai dengan diameter dan kedalaman yang
ditentukan oleh Direksi. Pelebaran lubang bor dilaksanakan dengan menggunakan
“reameter bit” atau “three cutter hole opener” dengan diameter yang sesuai dan
dilengkapi dengan “pilot bif” sebagai alat bantu lubang berdiameter sama dengan
lubang yang dilebarkan. Hal ini dimaksudkan supaya ketegak lurusan pelebaran
lubang sama dengan lubang penuntun.
19.13. Berakhirnya Operasi Pemboran
Apabila lubang bor telah mencapai kedalaman yang ditentukan atau seperti yang
diinstruksikan Direksi, maka pemboran akan dihentikan. Kemudian lubang bor
harus dicuci sampai bersih dari endapan dengan melaksanakan sirkulasi lumpur.
Setelah lubang bor betul-betul bersih maka kekentalan lumpur pemboran
dikurangi sampai 33 detik, “Marsh Funneri” dengan cara menambah material
pengencer, lalu kontraktor mempersiapkan sumur untuk pelaksanaan logging.
19.14. Pembongkaran Mesin Bor
Setelah pekerjaan pemboran, instalasi sumur dan pekerjaan lain yang
memerlukan mesin bor di satu lokasi dinyatakan selesai, maka mesin bor harus
dibongkar dan dipindahkan oleh kontraktor ke lokasi berikutnya beserta semua
peralatan dan material yang akan dipakai.

78
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

19.15. Pengumpulan Contoh Batuan (Cutting)


Contoh bantuan dari formasi yang dibor harus diambil dan harus dapat diwakili
litologi setiap meter pemboran, kemudian disimpan dalam kantong plastik tembus
pandang/transparan. Masing-masing contoh beratnya harus tidak kurang dari 1
kg dan bebas dari lumpur. Pada masing-masing contoh bantuan, harus
dicantumkan nama/lokasi, kedalaman dan tanggal pengambilan contoh. Kantong
plastik tersebut harus disediakan kontraktor. Pemberian bantuan (diskripsi
litologi) harus dilakukan di laboratorium atau oleh ahli, sesuai yang ditentukan
oleh direksi teknis.
19.16. Logging Geofisik
a) Logging Geofisik diutamakan terdiri dari Resistivity Log dan SP Log, bila
diperlukan akan dipergunakan juga Gamma Ray Log yang harus dikerjakan
kontraktor pada tiap sumur dibawah supervisi langsung Direksi. Setelah
lubang bor yang telah selesai dikerjakan, harus dicuci dengan sirkulasi
secukupnya untuk menghilangkan endapan dan mencegah runtuhnya lubang
bor,kekentalan lumpur bor,dalam keadaan lubang sudah bersih dari kotoran,
harus dipertahankan 33 detik Marsh Funnel, sehingga memudahkan
pengoperasian logging sampai dasar lubang bor.
b) Logging akan dikerjakan oleh ahlinya sepanjang lubang bor dari dasar sampai
kepermukaan tanah, pengambilan logging dengan urutan dari permukaan
sampai dasar dipakai sebagai dasar pengaturan skala-skala grafis yang
dihasilkan agar pada pengambilan data yang sesungguhnya dengan urutan
dari dasar lubang bor ke permukaan sudah diperoleh grafis yang tidak keluar
dari lebar kertas maksimum. Pengambilan data logger harus dilakukan
berulang kali sampai diperoleh gambaran atau data yang sebaik mungkin.
c) Kontraktor harus menyediakan peralatan Electric Logger Otomatic yang dapat
merekam data: Self Potensial Renssivity, Gamma Ray dan lain-lain disamping
itu kontraktor harus menyediakan tinta, kertas dan perlengkapan lain
sehingga Loggertidak terganggu dalam operasinya sampai mendapatkan hasil
recording atau rekaman data yang memuaskan.
d) Kontraktor harus mempersiapkan sumur untuk di logging dan memberikan
laporan setelah persiapan selesai.
e) Kontraktor harus menyediakan transportasi peralatan dan perlengkapan
maupun operator logger dari maupun ke lokasi. Transportasi harus
menggunakan kendaraan tertutup bebas dari hujan, untuk mencegah
kerusakan atau gangguan pengoperasian logger.
79
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

f) Pekerjaan logging harus dihentikan sementara pada saat terjadinya hujan


sangat lebat atau banyak petir, hal itu menjaga ketelitian data yang bebas
dari gangguan elektris.
g) Kontraktor harus mencari informasi dalam radiur maksimum 200 meter dari
lubang bor yang di logging terdapat material atau konstruksi yang ditanam
misalnya pipa besi, kabel transmisi, telepon bawah tanah.
19.17. Pemasangan Pipa Sumur
a) Setelah pemboran selesai sesuai dengan kedalaman yang ditentukan, maka
harus dilakukan sirkulasi lumpur sampai lubang bor betul-betul bersih dari
sisa cutting.
b) Kemudian kontraktor harus memasang pipa dan pipa saringan di dalam
lubang bor pada posisi yang tepat sesuai dengan desain sumur
disambungkan hingga cukup kuat sesuai dengan yang disarankan oleh
Direksi.
c) Pipa dan pipa saringan yang dipasang harus dijaga agar tepat berada
ditengah lubang bor dengan menggunakan “centralizer” (terbuat dari besi
plat atau bahan lainnya yang disetujui Direksi) biasanya dipasang setiap
minimal 4 meter sesuai kondisi lapangan tentunya dengan persetujuan direksi
dan pengawas lapangan.
d) Untuk mencapai konstruksi sumur yang baik dan bener maka instalasi pipa
sumur akan dilaksanakan setelah bahan kerikil atau “gravel pack” tersedia
dilokasi pekerjaan, karena pengisian gravel akan dilaksanakan segera setelah
pemasangan pipa.
e) Kontraktor harus mengukur dan mencatat dengan teliti panjang
masingmasing pipa dan pipa saringan dan jumlah pemasangan ditiap sumur.

19.18. Gravel Pack


a) Kontraktor harus menyediakan material untuk gravel pack. Gravel tersebut
terdiri dari batuan keras, tidak mengandung batuan gamping, dolomite atau
batuan yang bersifat gampingan, bukan merupakan endapan laut, tidak
mengandung lempung dan lumpur serta kotoran lainnya, bentuk butirnya dan
ukuran butirnya bergradasi.Berdasarkan analisa besar butir contoh cutting,
Direksi akan menentukan ukuran dan gradasi dari gravel yang akan dipakai
pada tiap sumur. Setelah interval diameter butir bahan gravel ditentukan
(misalnya antara 2 mm sampai 10 mm dengan koefisien unuformitas antara 2
sampai 3) maka kontraktor harus melakukan analisa besar butir terhadap
80
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

contoh bahan yang diusulkan untuk dipakai sebagai bahan gravel pack.
Kemudian hasil analisa tersebut diserahkan kepada Direksi.
b) Setelah disetujui bahan gravel tersebut harus disiapkan dilokasi sejak
pemboran belum dimulai.
c) Setelah pemasangan pipa sumur selesai sesuai dengan yang direncanakan
maka gravel dengan ukuran yang telah ditentukan dimasukan kedalam
rongga diluar pipa sumur dan didalam lubang bor atau dalam ruang analus
menurut cara yang disetujui oleh Direksi.
d) Dalam proses pengisian gravel, sirkulasi lumpur bor harus tetap dijalankan
kekentalan dikurangi dan dipertahankan pada 33 detik “marsh funnel”.
e) Pengisian gravel dilaksanakan dengan hati-hati sehingga pipa sumur
terbungkus dan merata dengan baik mulai dari dasar lubang sumur sampai
pada kedalaman yang ditentukan Direksi.
f) Kontraktor harus selalu membuat catatan dan perhitungan tentang volume
gravel yang telah dimasukan dan mengukur posisi kedalaman gravel dalam
lubang pemboran.
g) Setelah pengisian gravel dinyatakan cukup oleh Direksi maka penyempurnaan
dan development sumur dapat dimulai.

19.19. Pencucian Sumur


a) Kontraktor harus melakukan pencucian sumur dengan metode yang cukup
efektif untuk mengeluarkan material halus, lumpur pemboran dan “mud cake”
yang menutupi aquifer disekeliling sumur agar lolos melalui celah-celah
saringan dan keluar dari sumur tanpa merusak aquifer.
b) Kontraktor harus menyediakan semua alat pencucian sumur seperti yang
akan ditentukan oleh Direksi, tergantung metode apa yang akan digunakan,
misalnya: Jetting Tools, Surger, Pipa tiup dll. Bila diperlukan kontraktor harus
juga menyediakan semua alat pencucian sumur seperti yang akan digunakan
untuk pencucian sumur.
c) Metode pencucian sumur yang mungkin dipilih untuk dilaksanakan adalah
sebagai berikut:
1. Sirkulasi air bersih untuk membersihkan sumur dari sisa-sisa lumpur bor
disertai dengan pemompaan yang berkelebihan (over pumping).
2. Penyempurnaan air bersih dengan tekanan tinggi atau high velocity
jetting, bersamaan dengan memakai kompresor udara cara yang paling
81
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

efektif.
3. Pengocokan secara mekanis yaitu menggunakan surger plunger.
4. Pengocokan dengan menggunakan udara kompresor bertekanan tinggi
(11 kg/cm2) atau lebih.
Pemilihan metode pencucian sumur dan urut-urutan kerjanya secara terinci
akan dijelaskan oleh Direksi pada waktu pelaksanaan pekerjaan.
d) Setelah pengisian gravel selesai, lumpur pemboran harus dihilangkan dengan
melaksanakan sirkulasi air bersih sampai sumur benar-benar bersih dari
lumpur.
e) Kemudian pencucian sumur dilaksanakan dengan hati-hati sesuai petunjuk
Direksi sehingga tidak menimbulkan kerusakan baik pada aqufer maupun
pada sumur sendiri.
f) Pencucian sumur dilaksanakan sampai air yang keluar dari sumur dengan
pemompaan adalah maksimum bebas dari pasir, jernih dan serta efisien tidak
kurang dari 80%. Air dianggap tidak mengandung pasir lagi bila kandungan
pasir dari air tersebut lebih kecil dari 20 ppm.
g) Selama pekerjaan pencucian sumur maka kontraktor harus selalu mengukur
posisi kedalaman gravel dalam lubang analus, bila posisinya turun dari
kedalaman semula maka kontraktor harus segera menambah gravel sampai
kembali pada kedalaman yang ditentukan.

19.20. Pemompaan Uji


Terhadap pelaksanaan konstruksi sumur ini, kontraktor harus melakukan kegiatan
pengujian sumur yang outputnya menyediakan data debit air, muka air,
kedalaman air, ketebalan air, hasil recovery dan kualitas air, serta data-data air
yang ditentukan oleh direksi. Terkait hal ini, kontraktor harus menyediakan
semua bahan bakar dan semua kebutuhan lain selama periode waktu
pemompaan uji, kecuali jika ditetapkan atau diinstruksikan lain oleh Direksi
pekerjaan.
Adapun uji-uji pemompaan yang dapat dilakukan oleh kontraktor di lapangan
sesuai permintaan direksi teknis antara lain :
a) Peralatan Kontraktor harus menyediakan peralatan yang dibutuhkan untuk
melakukan uji pemompaan antara lain sebagai berikut :
1. Alat pemompaan.
Uji pemompaan dilaksanakan dengan centrifugal pump (25 l/det, 100
m) atau submersible yang mempunyai kapasitas maksimum 1,5 l/det

82
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

dengan total head 100 meter untuk pompa submersible.


2. Alat pengukur debit.
Debit pemompaan diukur dan diamati dengan menggunakan “Orifice
Wier” yang dilengkapi pengontrol debit otomatis dan atau kotak
pengukur debit yang dilengkapi alat ukur Thomson “V-noch” atau bias
juga “Flowmeter”.
3. Alat ukur muka air.
Permukaan air didalam sumur diukur dengan indicator muka air (water
level sounding) dengan ketelitian pengukuran paling tidak 1 cm dan
tidak menggunakan tenaga listrik/batterey.
4. Alat pelengkap lain.
Alat untuk melaksanakan pengamatan yang tepat sesuai dengan periode
waktu yang ditentukan maka dibutuhkan “stop watch” dan jam,
sedangkan untuk melaksanakan pengamatan pada sumur-sumur
pengamat disekitar sumur yang dipompa dibutuhkan alat transportasi
untuk personil uji pemompaan.
5. EC, PH dan terperatur meter.
Untuk mengukur nilai daya hantar listrik dan derajat keasaman air pada
interval waktu tertentu.
b) Pemompaan Pendahuluan (Preliminary Pumping Test)
Setelah konstruksi sumur selesai, kontraktor harus melaksanakan uji
pemompaan pendahuluan yaitu dengan melaksanakan pemompaan pada
sumur tersebut dengan debit minimum pompa dan kemudian dinaikan
sesuai dengan debit maksimum pompa masing-masing 2 (dua) jam atau
lebih. Tujuan uji pemompaan pendahuluan adalah untuk pengecekan kasil
pencucian sumur dan untuk memperoleh gambaran umum tentang
hubungan debit pemompaan dan penurunan muka air. Oleh sebab itu
kontraktor diharuskan melakukan pengamatan terhadap debit, kedudukan
muka air dan kandungan pasir dari air yang dipompa sesuai dengan yang
ditentukan oleh Direksi pekerjaan.Apabila hasil uji pemompaan pendahuluan
menunjukkan bahwa pencucian sumur belum sempurna, Direksi pekerjaan
berhak memberikan intruksi untuk mengulangi pencucian sumur dengan
metode tertentu dan kontraktor harus melaksanakannya.
c) Penurunan Bertingkat (Step Drawdown Test)
Setelah permukaan air dari sumur pulih dari uji pemompaan pendahuluan,
kontraktor harus melaksanakan uji penurunan bertingkat. Sumur dipompa
dengan debit yang meningkat secara bertahap selama periode 120 menit
untuk masing-masing tingkat debit. Pengujian harus dilaksanakan paling
83
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

kurang 3 (tiga) tingkat, idealnya 4 (empat) tingkat. Debit untuk tiap tingkat
pengujian ditentukan oleh Direksi pekerjaan berdasarkan hasil uji
pemompaan pendahuluan. Debit pemompaan pada setiap tingkat pengujian
harus dipertahankan supaya tetap stabil dengan melaksanakan pengamatan
secara efektif. Pengamatan terhadap debit pemompaan dan penurunan
muka air didalam sumur yang dipompa harus dilakukan pada interval waktu
tertentu sesuai dengan formulir yang terdapat pada lajur A atas petunjuk
Direksi pekerjaan.
d) Uji Debit Tetap
Setelah permukaan air didalam sumur pulih dari uji pemompaan
pendahuluan maka kontraktor harus melaksanakan uji debit tetap, yaitu
dengan melaksanakan pemompaan dengan debit tetap selama 6 (enam)
jam secara terus menerus (non stop). Debit pemompaan ditentukan oleh
Direksi pekerjaan. Pengamatan terhadap debit pemompaan harus
dilaksanakan paling tidak sekali tiap jam supaya debit pemompaan dapat
dipertahankan dalam keadaan stabil. Kontraktor harus melaksanakan
pengamatan terhadap penurunan muka air tanah baik pada sumur yang
dipompa maupun pada sumur pengamat. Sumur pengamat ditentukan
oleh Direksi pekerjaan berdasarkan kondisi lapangan yang terdapat pada
setiap lokasi. Apabila kondisi lapangan memungkinkan maka disamping
melaksanakan pengamatan pada sumur yang dipompa, kontraktor harus
melaksanakan pengamatan penurunan muka air tanah paling tidak pada 2
(dua) sumur bor (pizometer, jika ada) yang terdapat dalam radius 1200
meter dari sumur yang dipompa dan 1 (satu) sumur gali yang terdapat
dalam radius 400 meter dari sumur yang dipompa.
Pengukuran muka air pada sumur yang dipompa dan sumur-sumur
pengamat dilakukan pada interval waktu berikut :Waktu sejak pemompaan
dimulai Interval waktu Pengukuran
00 – 10 menit setiap 01 menit
10 = 25 menit setiap 03 menit
25 – 60 menit setiap 05 menit
01 – 02 jam setiap 10 menit
02 – 03 jam setiap 15 menit
03 – 06 jam setiap 30 menit
Selama uji debit tetap, kontraktor harus melaksanakan pengukuran
terhadap pH, temperature dan EC (Electric Condductyvity) air yang
dipompa, pengukuran dilaksanakan paling tidak selama pemompaan
dengan selang waktu kira-kira 1 jam.
Kontraktor harus menjaga supaya lokasi pemompaan uji bebas dari
genangan air sehingga tidak mempengaruhi pengujian. Untuk itu sebelum
pelaksanaan uji pemompaan, kontraktor harus membuat saluran
84
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

pembuang, untuk menyalurkan air yang dipompa ke tempat jauh dari


sumur tanpa menimbulkan kerugian pihak lain.
Apabila pemompaan terhenti sebelum waktu yang ditentukan karena
kerusakan mesin atau kehabisan bahan bakar, kontraktor harus
mengulangi uji pemompaan dari awal dan biaya yang telah dikeluarkan
untuk pemompaan sebelum pompa terhenti sepenuhnya menjadi tanggung
jawab kontraktor.
e) Uji Pemulihan
Setelah pemompaan dihentikan pada akhir uji debit tetap, muka air mulai
pulih menuju kedudukannya semula, uji pemulihan segera dimulai setelah
pemompaan terhenti sampai muka air pulih kembali pada kedudukannya
semula sebelum dipompa atau mendekati kondisi semula. Pengukuran
pemulihan pada sumur yang telah dipompa maupun pada semua sumur
pengamat dengan interval waktu seperti pada uji debit tetap.1.21. Kualitas
Air
Pada waktu pemompaan uji disetiap sumur, kontraktor harus mengambil
contoh air sumur. Pengambilan contoh air dilaksanakan menjelang
berakhirnya pemompaan uji debit tetap, sebanyak 2 (dua) liter. Contoh air
tersebut disimpan dalam wadah sampel yang belum dipakai dan bersih.
Kemudian diisi penuh sehingga tidak ada udara yang tertinggal di
dalamnya, lalu ditutup dengan rapat. Contoh air harus segera dikirimkan
pada Direksi untuk diamati. Dalam laporan dimaksud umumnya memuat
informasi mengenai syarat air minum antara lain :
1. Tidak mengandung bakteri.
2. Tidak berbau.
3. Tidak berasa.
4. Tidak berwarna.
5. Tidak berkeruh.
Melalui tes laboratorium yang ditentukan oleh direksi teknis dan pengawas,
tentunya sesuai yang disyaratkan dalam RAB.
19.21. Pemasangan Tutup Sumur dan Patok Sumur
Apabila pemompaan uji telah selesai dilaksanakan, kontraktor harus memasang
tutup sumur (main hall) lengkap dengan kuncinya untuk mencegah
materialmaterial asing yang masuk ke dalam sumur. Setelah sumur ditutup,
sesuai dengan petunjuk Direksi. Apa bila nantinya dipasang pompa celup dalam
sumur maka main hall dimaksud dapat menjadi tumpuan tali pengikat
19.22. Laporan Catatan dan Foto Pemboran
Catatan rinci mengenai semua data dan informasi yang diperoleh dari semua

85
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

pekerjaan yang dilaksanakan pada masing-masing sumur harus disimpan untuk


sewaktu-waktu akan diperiksa atau disahkan oleh Direksi. Setiap selesai
pengeboran sebuah sumur kontraktor harus membuat laporan akhir pekerjaan
yang akan diserahkan pada Direksi pekerjaan. Bentuk laporan akan dibuat
mengikuti blanko yang mengandung penjelasan-penjelasan detail mengenai data
yang diperoleh selama pemboran sumur dan ringkasan pekerjaan yang telah
dilaksanakan. Laporan harus juga meliputi hal-hal tersebut di bawah ini:
a) Sumur dalam kondisi 0% periode persiap.
b) Pemboran.
c) 50 % pemboran.
d) Pengambilan contoh/cutting atau sampling.
e) Contoh/cutting telah diperoleh seluruhnya.
f) Proses logging.
g) Persiapan pemasangan pipa.
h) Penyiapan gravel pack.
i) Pemasangan pipa setiap tahapan.
j) Pengisian gravel pack.k. Pencucian sumur.
k) Pemompaan uji.
l) Pemasangan tutup sumur atau kondisi 100%.
(semua disesuaikan dengan yang ditentukan direksi)

86
Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat/RKS

BAB XX. PEKERJAAN PENYELESAIAN DAN PEMBERSIHAN AKHIR

20. PEKERJAAN PENYELESAIAN DAN PEMBERSIHAN AKHIR

20.1. Lingkup Pekerjaan


20.1.1. Pembersihan Lokasi
20.1.2. Demobilisasi

20.2. Pedoman Pelaksanaan


20.2.1. Kontraktor sebelum menyerahkan pekerjaannya harus membersihkan
lokasi dari sisa-sisa bahan atau material, mengeluarkan sisa bongkaran
bekisting dari lokasi pekerjaan paling lambat 1 hari sebelum dilakukan
Penyerahan Pekerjaan untuk pertama kali (PHO, Provisonal Hand Over).

20.2.2. Waktu penyerahan pekerjaan paling akhir adalah sesuai tanggal


berakhirnya kontrak yang tercantum pada Surat Perjanjian Pekerjaan
(Kontrak).

20.2.3. Kemajuan pekerjaan telah mencapai 100% sebelum berakhirnya masa


kontrak dan semua berkas dokumen untuk Penyerahan Pekerjaan untuk
pertama kali (PHO, Provisonal Hand Over) juga sudah disiapkan sebelum
berakhirnya masa kontrak.

87

Anda mungkin juga menyukai