Catatan :
Masing–masing Personil (Kecuali Administrasi dan Logistik) Harus
Menyampaikan Curiculum Vitae (CV), dilengkapi dengan Scan Ijasah,
KTP, Sertifikat Keahlian (SKA) sesuai keahlian yang disyaratkan dan
memiliki referensi kerja/pengalaman kerja dari pengguna jasa serta
menyampaikan Surat kesanggupan untuk ditugaskan,
c. Bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap pekerjaan.
Uji mutu/teknis/fungsi diperlukan untuk:
Bahan
1) Baja Tulangan yaitu uji tarik baja yang harus memenuhi spesifikasi teknis
mengenai kuat tarik baja tulangan yang dipakai dalam struktur bangunan.
2) Mutu Beton Bertulang yaitu uji kuat beton yang harus memenuhi spesifikasi
beton bertulang yang disyaratkan
3) Tes Comisioning Instalasi Listrik dan Penangkal Petir
d. Perusahaan memiliki :
1) Sertifikat kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan;
2) Surat Keterangan Tidak Pailit Yang di Keluarkan oleh Pengadilan Niaga
sesuai dengan kedudukan Hukum Badan Usaha;
3) Memiliki Surat Dukungan Readymix Beton, surat dukungan dari Batching
Plant yang memiliki Izin Usaha Industri (IUI) dan ISO 9001 yang masih
berlaku dari Instansi Berwenang;
4) Memiliki Surat Dukungan Pekerjaan Hydrant dan Sprinkler dilengkapi
dengan Sertifikasi Pelatihan Aplikator Pemasangan Hydrant & Sprinkler;
5) Memiliki Surat Dukungan Pekerjaan Elektrikal yang mempunyai sertifikasi
Pelatihan K3 Elektrikal;
6) Memiliki surat dukungan Kusen Alumunium resmi dilengkapi dengan bukti
penunjukan sebagai distributor resmi dari pabrikan dan brosur;
12.1.5. Pada akhir kerja Penyedia Jasa konstruksi diharuskan membersihkan area kegiatan
dari segala kotoran akibat kegiatan pembangunan, termasuk sisa-sisa material
bangunan serta gundukan tanah, bekas galian dan lain sebagainya.
12.2. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
12.2.1. Lingkup kerja
a. Pekerjaan ini mencakup ketentuan-ketentuan penanganan keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) konstruksi kepada setiap orang yang berada di tempat
kerja yang berhubungan dengan pemindahan bahan material, penggunaan
peralatan kerja konstruksi, dan lingkungan sekitar tempat kerja.
b. Penanganan K3 mencakup penyediaan sarana pencegah kecelakaan kerja dan
perlindungan kesehatan kerja konstruksi maupun penyediaan personil yang
kompeten dan organisasi pengendalian K3 Konstruksi sesuai dengan tingkat
risiko yang ditetapkan.
c. Penyedia Jasa harus mengikuti ketentuan-ketentuan pengelolaan K3 yang
tertuang dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
No.05/PRT/M/2014 dan No.02/PRT/M/2018 atau perubahannya (jika ada)
tentang Pedoman Sistem Manjemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum, serta peraturan terkait lainnya.
12.7.3. Material
a. Semen
1). Semen yang dipakai adalah semen jenis Portland Cement (PC) “ HOLCIM,
TIGA RODA, GRESIK “.
2). Harus dipakai 1 (satu) merk semen untuk seluruh pekerjaan.
3). Semen harus didatangkan dalam zak yang utuh/tidak pecah, tidak terdapat
kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak.
4). Semen masih harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras).
5). Penyimpanan semen tidak akan segera digunakan harus menjamin mutu
semen, dengan menyediakan tempat penyimpanan yang kedap air dan
tetutup rapat.
6). Semen yang sudah disimpan lebih dari 6 bulan sejak dibuat perlu diuji
sebelum digunakan, jika sudah rusak harus ditolak.
b. Batu belah hitam
1). Batu belah yang digunakan adalah batu hitam pecah, tidak retak, warna
hitam merata dengan permukaan mengkilap.
2). Ukuran batu kali belah maksimal 20 cm.
c. Agregat halus
1). Pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam, kuat dan bersudut.
2). Bebas dari bahan-bahan organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya,
jumlah kandungan bahan ini maksimal 5% dan tidak mengandung garam.
3). Mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik dengan ditunjukan
dengan nilai Modulus halus butir antara 1,50-3,80.
4). Pasir harus dalam keadaan jenuh kering muka.
12.8.2. Standar :
a. SK SNI S-03-1994-03 (Spesifikasi Peralatan Pemasangan Dinding Bata dan
Plaster
b. an). Atau Produk lokal yang telah memenuhi standar uji material.
c. Pt T-03-2000-C (Tata Cara Pengerjaan Pasangan dan Plasteran Dinding).
d. SNI 03-6387-2000 (Spesifikasi Kapur Kembang untuk Bahan Bangunan).
e. SK SNI S-04-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan
Bukan Logam).
f. SK SNI S-02-1994-04 (Spesifikasi Agregat Halus Untuk Pekerjaan Adukan dan
Plesteran Dengan Bahan Dasar Semen).
12.8.4. Material
a. Semen
1). Semen yang dipakai adalah semen jenis Portland Cement (PC) “ HOLCIM,
TIGA RODA, GRESIK “.
2). 1 (satu) merk semen untuk seluruh pekerjaan.
3). Semen harus didatangkan dalam zak yang utuh/tidak pecah, tidak terdapat
kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak.
4). Semen masih harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras).
5). Penyimpanan semen tidak akan segera digunakan harus menjamin mutu
semen, dengan menyediakan tempat penyimpanan yang kedap air dan tetutup
rapat.
6). Semen yang sudah disimpan lebih dari 6 bulan sejak dibuat perlu diuji
sebelum digunakan, jika sudah rusak harus ditolak.
b. Batu bata
1). Batu bata merah yang digunakan batu bata yang mempunyai warna merah
menyala yang menunjukkan kesempurnaan pada waktu pembakaran. Untuk
bata berongga untuk dinding ekspose menggunakan bata khusus untuk
dinding ekspose.
2). Batu bata tidak boleh retak diuji dengan memukulkan dua buah batu bata,
suara yang nyaring menunjukkan batu bata tidak retak.
3). Batu bata harus keras, tidak mudah tergores, dan padat (tidak banyak pori-
pori).
4). Sisi-sisinya bersudut tajam dan kuat tidak dapat dikorek dengan tangan,
berpermukaan rata dan tidak menampakkan retak-retak merugikan.
5). Tidak boleh mengandung garam yang dapat larut sedemikian banyaknya
sehingga pengkristalannya dapat mengakibatkan lebih dari 40% permukaan
bata tebal oleh bercak-bercak putih.
6). Batu Bata yang Digunakan ukuran 5x11x23 cm.
c. Pasir
1). Pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam, kuat dan bersudut.
2). Bebas dari bahan-bahan organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya,
jumlah kandungan bahan ini maksimal 5% dan tidak mengandung garam.
12.9.2. Standar :
a. SK SNI S-03-1994-03 (Spesifikasi Peralatan Pemasangan Dinding Bata dan
Plesteran).
b. Pt T-03-2000-C (Tata Cara Pengerjaan Pasangan dan Plesteran Dinding).
c. SNI 03-6387-2000 (Spesifikasi Kapur Kembang untuk Bahan Bangunan).
d. SK SNI S-04-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan
Bangunan Bukan Logam)).
e. SK SNI S-02-1994-04 (Spesifikasi Agregat Halus Untuk Pekerjaan Adukan
dan Plesteran Dengan Bahan Dasar Semen).
12.9.3. Material
a. Semen
1). Semen yang dipakai adalah semen jenis Portland Cement (PC) “
HOLCIM, TIGA RODA, GRESIK “.
2). 1 (satu) merk semen untuk seluruh pekerjaan.
3). Semen harus didatangkan dalam zak yang utuh/tidak pecah, tidak terdapat
kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak.
4). Semen masih harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras).
5). Penyimpanan semen tidak akan segera digunakan harus menjamin mutu
semen, dengan menyediakan tempat penyimpanan yang kedap air dan
tetutup rapat.
6). Semen yang sudah disimpan lebih dari 6 bulan sejak dibuat perlu diuji
sebelum digunakan, jika sudah rusak harus ditolak.
b. Pasir
1). Pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam, kuat dan bersudut.
2). Bebas dari bahan-bahan organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya,
jumlah kandungan bahan ini maksimal 5% dan tidak mengandung garam.
12.9.4. Pelaksanaan
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan plesteran dan acian
meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan
dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai untuk mendapat
persetujuan dari Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas, di sertai gambar
shop drawing.
2). Sebelum memulai pekerjaan, pekerjaan pipa-pipa dan conduit mekanikal dan
elektrikal harus sudah selesai.
3). Pemasangan pipa-pipa dan conduit harus cukup dalam dan kuat tertanam
sehingga tidak menimbulkan retak pada plesteran yg sudah jadi.
4). Campuran/bahan dibuat menggunakan mixer selama 3 menit dan memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
Untuk bidang kedap air, beton, pasangan dinding batu bata yang
berhubungan dengan udara luar, dan semua pasangan batu bata di
bawah permukan tanah sampai ketinggian 50 cm dari permukaan lantai
dan 150 cm dari permukaan lantai toilet dan daerah basah lainnya
dipakai adukan plesteran 1 Pc : 3 Ps. Untuk plesteran lainnya digunakan
campuran adukan 1 Pc : 6 Ps.
Plesteran halus (acian) dipakai campuran PC dan air sampai
mendapatkan campuran yang homogen, acian dapat dikerjakan sesudah
plesteran berumur 8 hari (kering benar), untuk adukan plesteran
finishing harus ditambah dengan addivite plamix dengan dosis 200-250
gram plamix untuk setiap 40 kg semen.
Semua jenis adukan perekat tersebut di atas harus disiapkan sedemikian
rupa sehingga selalu dalam keadaan baik dan belum mengering,
diusahakan agar jarak waktu pencampuran aduk perekat tersebut dengan
pemasangannya tidak melebihi 30 menit terutama untuk adukan kedap
air.
Untuk dinding tertanam di dalam tanah harus diplester dengan memakai
spesi kedap air.
Plesteran pada sambungan antara beton dan bata harus diberi kawat
ayam.
Pasangan kepala plesteran dibuat pada jarak 1 m, dipasang tegak dan
menggunakan keping-keping plywood setebal 9 mm untuk patokan
kerataan bidang, pelaksanaan plesteran tidak boleh melebihi 2 hari
setelah dibuat kepalaan.
Untuk beton sebelum diplaster permukannya harus dibersihkan dari
sisa-sisa bekisting dan kemudian dikretek (scrath) terlebih dahulu dan
semua lubang-lubang bekas pengikat bekisting atau form tie harus
tertutup aduk plester.
Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding/
kolom yang dinyatakan dalam gambar, atau sesuai peil-peil yang
diminta gambar. Tebal plasteran minimum 1.5 cm, jika ketebalan
melebihi 2,5 cm harus diberi kawat ayam untuk membantu dan
memperkuat daya lekat dari plesterannya pada bagian pekerjaan yang
diizinkan .
Untuk permukaan yang datar, harus mempunyai toleransi lengkung atau
cembung bidang tidak melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2 m. Jika
melebihi, Penyedia Jasa konstruksi berkewajiban memperbaikinya
dengan biaya atas tanggungan Penyedia Jasa konstruksi.
Tidak diperbolehkan adanya pertemuan antar dinding atau dengan lantai
yang membentuk sudut.
Semua bidang yang akan menerima bahan (finishing) pada
permukaannya diberi alur-alur garis horizontal atau dikretek (scrath)
untuk memberi ikatan yang lebih baik terhadap bahan finishingnya,
kecuali untuk menerima cat.
Untuk setiap permukaan bahan yang berbeda jenisnya yang bertemu
dalam satu bidang datar, harus diberi naat (tali air) dengan ukuran lebar
0,7 cm dalamnya 0,5 cm, kecuali bila ada petunjuk lain di dalam
gambar.
Kelembaban plasteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung
wajar/tidak terlalu tiba-tiba dengan membasahi permukaan plasteran
setiap kali terlihat kering dan melindungi dari terik panas matahari
langsung dengan bahan-bahan penutup yang bisa mencegah penguapan
air secara cepat.
Plasteran harus mendapatkan curing minimal 1x sehari selama 3 hari.
Untuk bidang pasangan dinding batu bata dan beton bertulang yang
akan difinish dengan cat dipakai plesteran halus (acian di atas
permukaan plasterannya).
Plesteran harus sudah berumur 3 hari sebelum di-aci.
Acian harus rata/tdk bergelombang dengan ketebalan acian 2 mm atau
maksimal 3 mm.
Bahan acian menggunakan bahan PC.
Acian harus di curring minimal 1x sehari selama 7 hari.
Jika terjadi keretakan sebagai akibat pengeringan yang tidak baik,
plasteran harus dibongkar kembali dan diperbaiki sampai dinyatakan
dapat diterima oleh Konsultan Pengawas dengan biaya atas tanggungan
penyedia Jasa konstruksi. Selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian
selesai penyedia Jasa konstruksi harus selalu menyiram dengan air,
sampai jenuh sekurang-kurangnya 2 kali setiap hari.
12.11.2. Standar :
a. SNI M-26-1990-F (Metode Pengujian dan Pengambilan Contoh untuk
Campuran Beton Segar).
b. SK SNI M-62-1990-03 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di
Laboratorium).
c. SK SNI-T-15-1990-03 (Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal).
d. SK SNI T-28-1991-03 (Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton).
e. SK SNI S-18-1990-03 (Spesifikasi Bahan Tambahan Untuk Beton ).
f. SNI 03-4146-1996 (Metode Pengujian Slump Beton).
g. SNI 03 – 1974-1990 (Metode Pengujian Kuat Tekan Beton).
h. Pd-M-33-2000-03 (Metode Pengujian Mutu Air Untuk Digunakan dalam
Beton).
i. SK SNI S-04-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan
Bangunan Bukan Logam)).
b. Material
1). Semen
Semen yang dipakai adalah semen jenis Portland Cement (PC) “
HOLCIM, TIGA RODA, GRESIK “.
Harus dipakai 1 (satu) merk semen untuk seluruh pekerjaan.
Semen harus didatangkan dalam zak yang utuh/tidak pecah, tidak
terdapat kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak. Semen
harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras).
Semen yang sudah disimpan lebih dari 6 bulan sejak dibuat perlu diuji
sebelum digunakan, jika sudah rusak harus ditolak.
2). Agregat kasar
Agregat kasar berupa batu pecah (split) yang mempunyai susunan
gradasi yang baik, cukup syarat kekerasannya dan padat (tidak porous),
dengan tekstur permukaan kasar, butir-butirnya tajam, kuat dan
bersudut.
Dimensi maksimum dari agregat kasar tidak lebih dari 4 cm dan tidak
lebih besar dari ¾ jarak bersih antar baja tulangan atau jarak baja
tulangan dengan cetakan dan tidak boleh lebih besar dari 1/3 tebal plat.
Kadar lumpur tidak boleh melebihi dari 1% berat kering dan tidak
boleh mengandung garam.
3). Agregat halus
Pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam, kuat dan bersudut.
Bebas dari bahan-bahan organis, lumpur, tanah lempung dan
sebagainya, jumlah kandungan bahan ini maksimal 5% dan tidak
mengandung garam.
Mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik dengan ditunjukan
dengan nilai Modulus halus butir antara 1,50-3,80.
Pasir harus dalam keadaan “jenuh kering muka”.
4). Air.
Tidak mengandung lumpur atau benda melayang lainnya lebih dari 2
gram/liter.
Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat
organik lainnya) lebih dari 15 gram/liter.
Tidak mengandung khlorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter.
Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.
Apabila dipandang perlu, Konsultan Pengawas dapat minta kepada
penyedia Jasa konstruksi supaya air yang dipakai diperiksa di
laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya
penyedia Jasa konstruksi.
12.12.2. Standar :
a SNI M-26-1990-F (Metode Pengujian dan Pengambilan Contoh untuk
Campuran Beton Segar).
b SNI M-62-1990-03 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di
Laboratorium).
c SNI-T-15-1990-03 (Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal).
d SNI T-28-1991-03 (Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton).
e SNI S-18-1990-03 (Spesifikasi Bahan Tambahan Untuk Beton).
f SNI 03-4146-1996 (Metode Pengujian Slump Beton).
g SNI 03 – 1974-1990 (Metode Pengujian Kuat Tekan Beton).
h Pd- T- 27-1999-03 (Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton).
i Pd-M-33-2000-03 (Metode Pengujian Mutu Air Untuk Digunakan dalam
Beton) .
j SNI 07- 2529-1991 ( Metode Pengujian Kuat Tarik Baja Beton).
k SK SNI S-04-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan
Bangunan Bukan Logam).
l SK SNI S-05-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian B (Bahan
Bangunan dari Besi/Baja)).
Toleransi berat batang contoh yang diujikan di dalam pasal ini sebagai berikut:
TOLERANSI BERAT
DIAMETER TULANGAN BAJA
YANG DIUJIKAN
TULANGAN ( d ) ( mm )
(%)
6 mm ≤ d ≤ 8 mm + 7%
10 mm ≤ d ≤ 14 mm + 6%
16 mm ≤ d ≤ 28 mm + 5%
d > 28 mm + 4%
Toleransi Ukuran Diameter adalah sebagai berikut Sumber : SNI 2052 : 2014
TOLERANSI Penyimpangan
DIAMETER TULANGAN
DIAMETER YANG Kebundaran
BAJA TULAN AN
DIUJIKAN ( mm) (%)
6 + 0.3 mm
8 mm ≤ d ≤ 14 mm + 0.4 mm Maksimum 70 % dari
16 mm ≤ d ≤ 25 mm + 0.5 mm batas toleranssi
28 mm ≤ d ≤ 34 mm + 0.6 mm
d ≥ 34 mm + 0.8 mm
Sumber: SNI 2052 : 2018
Sebelum pengiriman baja tulangan dilakukan, Penyedia Jasa/ Penyedia Barang / Jasa
Pemborongan harus menunjukan sample, hasil uji Tarik, berat dan Diameter yang akan
digunakan. Hal ini akan mempermudah dan dapat menjaga kualitas. Di lokasi proyek
Penyedia Barang / Jasa Pemborongan harus menyediakan alat scalemate untuk
mengukur diameter tulangan polos dan dimasukkan dalam dokumen penawaran data
teknis.
Benda uji. harus adalah silinder beton dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm,
yang untuk setiap 5 m3 produksi adukan beton harus diwakili minimal dua buah benda
uji. Tata cara pembuatan benda uji tersebut harus mengikuti ketentuan yang terdapat di
dalam standar Metoda Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium (SK
SN1 M-62-1990-03). Benda Uji Beton harus teridentifikasi, dan dikelompokan berdasar
waktu pemakaian saat penuangan mortal pada Formwork/Bekesting.
Untuk kekentalan adukan, setiap 5 m3 adukan beton harus dibuat pengujian slump,
dengan ketentuan sebagai berikut:
12.13.2. Standar :
a. SNI M-26-1990-F (Metode Pengujian dan Pengambilan Contoh untuk
Campuran Beton Segar)
b. SK SNI M-62-1990-03 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di
Laboratorium).
c. SK SNI-T-15-1990-03 (Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal).
d. SK SNI T-28-1991-03 (Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton).
e. SK SNI S-18-1990-03 (Spesifikasi Bahan Tambahan Untuk Beton ).
f. SNI 03-4146-1996 (Metode Pengujian Slump Beton).
g. SNI 03 – 1974-1990 (Metode Pengujian Kuat Tekan Beton).
h. Pd- T- 27-1999-03 (Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton).
i. Pd-M-33-2000-03 (Metode Pengujian Mutu Air Untuk Digunakan dalam
Beton).
j. SNI 07- 2529-1991 (Metode Pengujian Kuat Tarik Baja Beton)
Mutu beton yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut:
BagianKonstruksi Mutu beton (f’c)
Sloof 26,4 Mpa (K-300)
12.14.2. Standar :
a. SNI M-26-1990-F (Metode Pengujian dan Pengambilan Contoh untuk
Campuran Beton Segar).
b. SK SNI M-62-1990-03 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di
Laboratorium).
c. SK SNI-T-15-1990-03 (Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal).
d. SK SNI T-28-1991-03 (Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton)
e. SK SNI S-18-1990-03 (Spesifikasi Bahan Tambahan Untuk Beton).
f. SNI 03-4146-1996 (Metode Pengujian Slump Beton).
g. SNI 03 – 1974-1990 (Metode Pengujian Kuat Tekan Beton).
h. Pd- T- 27-1999-03 (Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton).
i. Pd-M-33-2000-03 (Metode Pengujian Mutu Air Untuk Digunakan dalam
Beton).
j. SNI 07- 2529-1991 (Metode Pengujian Kuat Tarik Baja Beton)
k. SK SNI S-04-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan
Bangunan Bukan Logam)).
l. SK SNI S-05-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian B (Bahan
Bangunan dari Besi/Baja)).
12.14.4. Material
a. Semen
1). Semen yang dipakai adalah semen jenis Portland Cement (PC) “ HOLCIM,
TIGA RODA, GRESIK “.
2). 1 (satu) merk semen untuk seluruh pekerjaan.
3). Semen harus didatangkan dalam zak yang utuh/tidak pecah, tidak terdapat
kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak.
4). Semen masih harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras).
5). Semen yang sudah disimpan lebih dari 6 bulan sejak dibuat perlu diuji
sebelum digunakan, jika sudah rusak harus ditolak.
b. Agregat kasar
1). Berupa batu pecah (split) yang mempunyai susunan gradasi yang baik,
cukup syarat kekerasannya dan padat (tidak porous), dengan tekstur
permukaan kasar, butir-butirnya tajam, kuat dan bersudut.
2). Dimensi maksimum dari agregat kasar tidak lebih dari dan tidak lebih besar
dari ¾ jarak bersih antar baja tulangan atau jarak baja tulangan dengan
cetakan.
3). Kadar lumpur tidak boleh melebihi dari 1 % berat kering dan tidak boleh
mengandung garam.
c. Agregat halus
1). Pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam, kuat dan bersudut.
2). Bebas dari bahan-bahan organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya,
jumlah kandungan bahan ini maksimal 5% dan tidak mengandung garam.
3). Mempunyai variasi besar butir (gradasi ) yang baik dengan ditunjukan
dengan nilai Modulus halus butir antara 1,50-3,80.
4). Pasir harus dalam keadaan jenuh kering muka.
d. Air.
1). Tidak mengandung lumpur atau benda melayang lainnya lebih dari 2
gram/liter.
2). Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat
organik lainnya) lebih dari 15 gram/liter.
3). Tidak mengandung khlorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter.
4). Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.
5). Apabila dipandang perlu, Konsultan Pengawas dapat minta kepada
penyedia Jasa konstruksi supaya air yang dipakai diperiksa di laboratorium
pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya penyedia Jasa konstruksi.
e. Besi beton
1). Pekerjaan beton bertulang
Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari baja lunak dan tidak
disepuh seng, diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0,40
mm.
Tulangan ulir menggunakan BJTS/BJTD minimal 40 dan tulangan
polos menggunakan BJTP 24.
Toleransi berat batang contoh yang diujikan di dalam pasal ini sebagai berikut:
TOLERANSI BERAT
DIAMETER TULANGAN BAJA
YANG DIUJIKAN
TULANGAN ( d ) ( mm )
(%)
6 mm ≤ d ≤ 8 mm + 7%
10 mm ≤ d ≤ 14 mm + 6%
16 mm ≤ d ≤ 28 mm + 5%
d > 28 mm + 4%
Toleransi Ukuran Diameter adalah sebagai berikut Sumber : SNI 2052 : 2014
TOLERANSI Penyimpangan
DIAMETER TULANGAN
DIAMETER YANG Kebundaran
BAJA TULANGAN
DIUJIKAN ( mm) (%)
6 + 0.3 mm
8 mm ≤ d ≤ 14 mm + 0.4 mm Maksimum 70 % dari
16 mm ≤ d ≤ 25 mm + 0.5 mm batas toleranssi
28 mm ≤ d ≤ 34 mm + 0.6 mm
d ≥ 34 mm + 0.8 mm
Sumber: SNI 2052 : 2014
Sebelum pengiriman baja tulangan dilakukan, Penyedia Jasa/ Penyedia Barang / Jasa
Pemborongan harus menunjukan sample, hasil uji Tarik, berat dan Diameter yang akan
digunakan. Hal ini akan mempermudah dan dapat menjaga kualitas. Di lokasi proyek
Penyedia Barang / Jasa Pemborongan harus menyediakan alat scalemate untuk
mengukur diameter tulangan polos dan dimasukkan dalam dokumen penawaran data
teknis.
Benda uji. harus adalah silinder beton dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm,
yang untuk setiap 5 m3 produksi adukan beton harus diwakili minimal dua buah benda
uji. Tata cara pembuatan benda uji tersebut harus mengikuti ketentuan yang terdapat di
dalam standar Metoda Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium (SK
SN1 M-62-1990-03). Benda Uji Beton harus teridentifikasi, dan dikelompokan berdasar
waktu pemakaian saat penuangan mortal pada Formwork/Bekesting.
Untuk kekentalan adukan, setiap 5 m3 adukan beton harus dibuat pengujian slump,
dengan ketentuan sebagai berikut:
pengujian slump, dengan ketentuan sebagai berikut:
BagianKonstruksi Nilai Slump (cm) Untuk
Kolom 10 ± 2
pekerjaan ini dilokasi proyek Penyedia Barang / Jasa Pemborongan harus menyediakan
alat slump test minimal 1 unit untuk uji workability dan cetakan silinder beton/kubus
beton sebanyak 10 unit Untuk pembuatan benda uji beton. Alat ini juga dimasukkan
dalam dokumen teknis usulan penawaran.
Apabila ada hal-hal yang belum tercakup di dalam persyaratan teknis ini,
Pelaksana harus mengacu pada seluruh ketentuan yang tercakup di dalam Bab 5, Tata
Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal (SK SNI T-15-1990-03).
Mutu beton yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut:
BagianKonstruksi Mutu beton (f’c)
Kolom 26,4 Mpa (K-300)
12.15.2. Standar :
a. SNI M-26-1990-F (Metode Pengujian dan Pengambilan Contoh untuk
Campuran Beton Segar).
b. SK SNI M-62-1990-03 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di
Laboratorium).
12.15.3. Material
a. Semen
1). Semen yang dipakai adalah semen jenis Portland Cement (PC) “
HOLCIM, TIGA RODA, GRESIK “.
2). 1 (satu) merk semen untuk seluruh pekerjaan.
3). Semen harus didatangkan dalam zak yang utuh/tidak pecah, tidak terdapat
kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak.
4). Semen masih harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras).
5). Semen yang sudah disimpan lebih dari 6 bulan sejak dibuat perlu diuji
sebelum digunakan, jika sudah rusak harus ditolak.
b. Agregat kasar
1). Berupa batu pecah (split) yang mempunyai susunan gradasi yang baik,
cukup syarat kekerasannya dan padat (tidak porous), dengan tekstur
permukaan kasar, butir-butirnya tajam, kuat dan bersudut.
2). Dimensi maksimum dari agregat kasar tidak lebih dari 3,81 cm dan tidak
lebih besar dari ¾ jarak bersih antar baja tulangan atau jarak baja tulangan
dengan cetakan dan tidak boleh lebih besar dari 1/3 tebal plat.
3). Kadar lumpur tidak boleh melebihi dari 1 % berat kering dan tidak boleh
mengandung garam.
c. Agregat halus
1). Pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam, kuat dan bersudut.
2). Bebas dari bahan-bahan organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya,
jumlah kandungan bahan ini maksimal 5% dan tidak mengandung garam.
3). Mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik dengan ditunjukan
dengan nilai Modulus halus butir antara 1,50-3,80.
4). Pasir harus dalam keadaan jenuh kering muka.
d. Air.
1). Tidak mengandung lumpur atau benda melayang lainnya lebih dari 2
gram/liter.
2). Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat
organik lainnya) lebih dari 15 gram/liter.
3). Tidak mengandung khlorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter.
4). Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.
5). Apabila dipandang perlu, Konsultan Pengawas dapat minta kepada
penyedia Jasa konstruksi supaya air yang dipakai diperiksa di
laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya penyedia
Jasa konstruksi.
e. Besi beton
1). Pekerjaan beton bertulang
2). Semua besi tulangan harus dibuktikan dengan sertifikat uji tarik baja
minimal 3 buah benda uji untuk satu jenis besi dari laboratorium yang
disetujui Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas.
3). Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari baja lunak dan tidak
disepuh seng, diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0,40 mm.
4). Tulangan ulir menggunakan BJTS/BJTD minimal 40 dan tulangan polos
menggunakan BJTP 24.
14). Beton yang baru di cor harus dilindungi dari lalu lintas orang dan meterial.
d. Pembongkaran Begisting dan perawatan beton.
1). Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pembongkaran begisting dan
perawatan meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat,
jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan untuk mendapat persetujuan dari
Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas.
2). Pembongkaran Begisting harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan
Pengawas.
3). Pembongkaran begisting plat minimal usia beton 21 hari.
4). Pembongkaran harus bertahap, sehingga tidak menimbulkan beban kejut
pada struktur, alat yang digunakan untuk membongkar Begisting tidak
boleh merusak permukaan beton.
5). Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi
penguapan cepat.
6). Beton harus dibasahi paling sedikit selama 14 hari setelah pengecoran.
Toleransi berat batang contoh yang diujikan di dalam pasal ini sebagai berikut:
TOLERANSI BERAT
DIAMETER TULANGAN BAJA
YANG DIUJIKAN
TULANGAN ( d ) ( mm )
(%)
6 mm ≤ d ≤ 8 mm + 7%
10 mm ≤ d ≤ 14 mm + 6%
16 mm ≤ d ≤ 28 mm + 5%
d > 28 mm + 4%
Toleransi Ukuran Diameter adalah sebagai berikut Sumber : SNI 2052 : 2014
TOLERANSI Penyimpangan
DIAMETER TULANGAN
DIAMETER YANG Kebundaran
BAJA TULANGAN
DIUJIKAN ( mm) (%)
6 + 0.3 mm
8 mm ≤ d ≤ 14 mm + 0.4 mm Maksimum 70 %
16 mm ≤ d ≤ 25 mm + 0.5 mm dari
28 mm ≤ d ≤ 34 mm + 0.6 mm batas toleranssi
d ≥ 34 mm + 0.8 mm
Sumber: SNI 2052 : 2014
Sebelum pengiriman baja tulangan dilakukan, Penyedia Jasa/ Penyedia Barang / Jasa
Pemborongan harus menunjukan sample, hasil uji Tarik, berat dan Diameter yang akan
digunakan. Hal ini akan mempermudah dan dapat menjaga kualitas. Di lokasi proyek
Penyedia Barang / Jasa Pemborongan harus menyediakan alat scalemate untuk
mengukur diameter tulangan polos dan dimasukkan dalam dokumen penawaran data
teknis.
Benda uji. harus adalah silinder beton dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm,
yang untuk setiap 5 m3 produksi adukan beton harus diwakili minimal dua buah benda
uji. Tata cara pembuatan benda uji tersebut harus mengikuti ketentuan yang terdapat di
dalam standar Metoda Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium (SK
SN1 M-62-1990-03). Benda Uji Beton harus teridentifikasi, dan dikelompokan berdasar
waktu pemakaian saat penuangan mortal pada Formwork/Bekesting.
Untuk kekentalan adukan, setiap 5 m3 adukan beton harus dibuat pengujian slump,
dengan ketentuan sebagai berikut:
pengujian slump, dengan ketentuan sebagai berikut:
12.16.2. Material
a. Alumunium 4” Tebal minimal 1 mm “ALEXINDO, ALUTAMA, YKK “.
b. Ram Alumunium 3” Tebal minimal 1 mm “ALEXINDO, ALUTAMA, YKK “.
c. Kaca bening, kaca es, kaca tempered “ASAHIMAS, MIRALUX, MULIA “.
d. Door Closer “DEKSON, FINO, KEND “.
e. Handle stainlees “DEKSON, FINO, KEND “.
f. Patch Lock Fitting “DEKSON, FINO, KEND “.
g. Patch Fitting “DEKSON, FINO, KEND “.
h. Floor Hinges “DEKSON, FINO, KEND “.
i. Rambuncis “DEKSON, FINO, KEND “.
j. Cassement “DEKSON, FINO, KEND “.
k. Spider fitting 4 kaki “DEKSON FINO, KEND “.
l. Engsel, grendel, kait angin “DEKSON. FINO, KEND “.
m. Rell pintu lipat “DEKSON, FINO, KEND “.
n. Double plywood 6mm finnish melamin.
o. Friction stay.
p. Stiker Sunblasting,.
q. material lainnya dan material pendukung seperti silent, baut dan lain-
lain.Ukuran, ketebalan, dan dimensi menyesuaikan dengan gambar sesuai
dengan jenis pekerjaannya.
12.17.2. Material
A. Pada Gedung Utama penutup lantai dan dinding menggunakan:
Keramik lantai ruangan dan lobby menggunakan homogenius tile Ukuran 60 x
60cm ( POLISH ) “ VENUS TILES, INDOGRESS, NERO GRANITE “
dengan Plin keramik ukuran 10 x 60cm “ VENUS TILES, INDOGRESS,
NERO GRANITE “. Pada drop off dan teras menggunakan homogenius tile
Ukuran 60 x 60cm ( UNPOLISH ) “ VENUS TILES, INDOGRESS, NERO
GRANITE “.
Pada kamar mandi menggunakan keramik ukuran 30 x 30cm ( UNPOLISH ) “
KIA, MILAN, PLATINUM “. Penutup dinding kamar mandi menggunakan
homogenius tile ukuran 30 x 60cm “ VENUS TILES, INDOGRESS, NERO
GRANITE “ dengan list keramik ukuran 10 x 30cm “ KIA, MILAN,
PLATINUM “.
Keramik lantai tangga menggunakan homogenius tile Ukuran 60 x 60cm (
POLISH ) “ VENUS TILES, INDOGRESS, NERO GRANITE “ dengan
Stepnozing Ukuran 8 x 60 cm “ ROMAN “.
Pada parkir basemant dengan floor harderner finishing trowel.
B. Pada Mess penutup lantai dan dinding menggunakan:
Keramik lantai ruangan dan Balkon menggunakan keramik Ukuran 40 x 40cm
( POLISH ) “KIA, MILAN, PLATINUM “ dengan Plin keramik ukuran 10 x
40cm “KIA, MILAN, PLATINUM “. Pada teras menggunakan keramik
Ukuran 40 x 40cm ( UNPOLISH ) “KIA, MILAN, PLATINUM “.
Pada kamar mandi menggunakan keramik ukuran 20 x 20cm ( UNPOLISH ) “
KIA, MILAN, PLATINUM “. Penutup dinding kamar mandi menggunakan
keramik ukuran 20 x 25cm “KIA, MILAN, PLATINUM “ dengan list
keramik ukuran 10 x 20cm “ KIA, MILAN, PLATINUM “.
C. Pada Musholla penutup lantai dan dinding menggunakan:
Keramik lantai ruangan menggunakan homogenius tile Ukuran 60 x 60cm (
POLISH ) “ VENUS TILES, INDOGRESS, NERO GRANITE “ dengan Plin
keramik ukuran 10 x 60cm “ VENUS TILES, INDOGRESS, NERO
GRANITE “. Pada teras menggunakan homogenius tile Ukuran 60 x 60cm (
UNPOLISH ) “ VENUS TILES, INDOGRESS, NERO GRANITE “.
Pada tempat wudhu dan kamar mandi menggunakan keramik ukuran 30 x
30cm ( UNPOLISH ) “ KIA, MILAN, PLATINUM “. Penutup dinding kamar
mandi menggunakan homogenius tile ukuran 30 x 60cm “ VENUS TILES,
INDOGRESS, NERO GRANITE “ dengan list keramik ukuran 10 x 30cm “
KIA, MILAN, PLATINUM “.
D. Pada Pos Satpam penutup lantai dan dinding menggunakan:
Keramik lantai ruangan menggunakan keramik Ukuran 40 x 40cm ( POLISH )
“KIA, MILAN, PLATINUM “ dengan Plin keramik ukuran 10 x 40cm “KIA,
MILAN, PLATINUM “. Pada teras menggunakan keramik Ukuran 40 x 40cm
( UNPOLISH ) “KIA, MILAN, PLATINUM “.
12.17.3. Pelaksanaan
a. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan keramik meliputi
volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur
pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai untuk mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas disertai gambar shop drawing.
b. Keramik yang masuk ke tapak harus diseleksi, agar sesuai dengan ukuran,
bentuk dan warna yang telah ditentukan. Dus keramik harus dalam keadaan
tersegel dengan spesifikasi yang ditentukan. Warna, ukuran, tekstur, dan
bentuk harus seragam. Keramik yang tidak sesuai dengan spesifikasi tidak
boleh dipasang.
c. Pemasangan keramik boleh dilakukan bila Instalasi M&E pada lantai sudah
selesai.
d. Untuk keramik jenis acian semen, keramik harus direndam air hingga jenuh air
terlebih dahulu sebelum dipasang, untuk keramik jenis addesive keramik ,
keramik tidak boleh direndam air.
e. Kecuali ditentukan lain pada spesifikasi ini atau pada gambar, level yang
tercantum pada gambar adalah level finish lantai, karenanya screeding dasar
harus diatur hingga memungkinkan pada keramik dengan ketebalan yang
berbeda permukaan finishnya terpasang rata.
f. Header/kepalaan keramik harus dibuat pada dua arah dengan bantuan teodolit
g. Adukan semen untuk screeding dibuat dengan pebandingan 1 pc : 3 pasir.
Adukan perekat dengan perbandingan 4,5 kg adesive dengan 1 liter air.
h. Lantai harus benar-benar terpasang rata, baik yang ditentukan datar maupun
yang ditentukan mempunyai kemiringan.
i. Kemiringan tidak boleh kurang dari 25 mm pada jarak 10 m untuk area toilet.
Sedangkan untuk area lain, tidak boleh kurang dari 12 mm pada jarak 10 m.
Kemiringan harus lurus hingga air bisa mengalir semua tanpa meninggalkan
genangan.
j. Pemotongan keramik harus menggunakan alat yang sesuai agar menghasilkan
hasil potongan yang rata, tidak bergerigi.
k. Keramik harus dilindungi dari pergerakan selama 48 jam setelah pemasangan
dengan menempatkan rambu atau tanda.
l. Pasangan keramik harus diperiksa jarak dan kelurusan nat-nya, tidak kosong
aciannya, tidak retak dan gores, beda tinggi keramik (plint) maksimal 1 mm.
m. Keramik boleh di-grouting atau kolot setelah berumur 24 jam. Warna grouting
harus seragam, halus dan tanpa celah, bila perlu gunakan alat bantu untuk
meratakan grouting. Tepi dinding diberi sealant atau dibiarkan saja tanpa
grouting untuk ruang muai-susut.
12.18.2.Material
a. Rangka besi hollow 40.40.0,3mm dan 40.20.0,3mm Galvanized.
b. Gypsum Board 9mm, uk. 240 x 120 cm “ NUSABOARD, JAYABOARD,
DYNOGID “.
c. Kalsium Silikat tebal 6 mm uk. 240 x 120 cm " KALSIPLANK,
NUSABOARD, JAYABOARD " bebas asbes.
d. List profil gypsum lebar 5-10 cm “ LOKAL “.
e. Kasa gypsum.
f. Tepung gypsum “ A PLUS, ELEPHANT “.
g. Alkasit “ A PLUS, ELEPHANT “.
h. Paku skrup.
i. Kawat penggantung.
12.18.3.Pelaksanaan pekerjaan
a. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan plafond meliputi volume
pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan,
serta contoh material yang akan dipakai untuk mendapat persetujuan dari
Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas, di sertai gambar shop drawing.
b. Arah dan jarak seperti yang di tunjukkan pada gambar.
c. Pola plafond harus sesuai dengan gambar rencana.
d. Penggantung antara rangka plafon`dengan penggantung atas menggunakan
kawat penggantung dengan diameter minimal 4 mm.
e. Batas antara plafond dan dinding harus membentuk sudut yang rapi dengan
sudut dan ukuran seperti pada gambar, dengan menggunakan list profil gypsum.
f. Opening untuk pekerjaan M&E harus sesuai dengan gambar rencana.
g. Penyambungan antar plafond harus rapat tidak menimbulkan goresan bekas
sambungan.
12.20.2. Material
a. Aluminium Composit Pannel (ACP) eksterior 3mm, PVDF 0,3 alloy 3003
Sekualitas “ SEVEN “.
b. Rangka besi hollow 40.40.1,2mm.
c. Bracket besi siku 40.40.2,8mm.
d. Stiffener.
e. Assesoris ( sealant, lakban, skrup, spon mati )
12.22.3. Material :
a. Usuk dan reng baja ringan Sekualitas " GALVA STEEL, GIGA STEEL,
TASO ".
b. Penutup atap menggunakan Atap Genteng Metal Berpasir “ PRIMA ROOF,
SURYA ROOF, RAINBOW “.
c. Nok Atap Atap Genteng Metal Berpasir “ PRIMA ROOF, SURYA ROOF,
RAINBOW “.
d. Lisplank menggunakan Kalsiplank Lebar 20 cm, Tebal 8mm 2 x 200 mm “
NUSAPLANK, JAYA BOARD, GRC BOARD “.
12.22. Pekerjaan Rangka Atap Berserta Usuk Dan Reng Baja Ringan.
12.23.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan rangka atap baja ringan adalah pekerjaan pembuatan dan pemasangan
struktur atap berupa rangka batang yang telah dilapisi lapisan anti karat. Rangka
batang terdiri dari rangka pengisi (web), rangka utama bawah (bottom chord) dan
rangka utama atas (top chord) membentuk bidang segitiga. Rangka reng (batten)
langsung dipasang diatas struktur rangka atap utama dengan jarak sesuai dengan
ukuran jarak genteng. Seluruh rangka tersebut disambung menggunakan baut
menakik sendiri (self drilling screw) dengan jumlah yang cukup.
Pekerjaan rangka atap baja ringan meliputi:
a. Pengukuran bentang bangunan sebelum dilakukan fabrikasi
b. Pekerjaan pambuatan kuda-kuda
c. Pengiriman kuda-kuda dan bahan lain yang terkait ke lokasi proyek
d. Penyediaan tenaga kerja beserta alat/bahan lain yang diperlukan untuk
pelaksanaan pekerjaan
e. Pekerjaan pemasangan seluruh rangka atap kuda-kuda meliputi struktur
rangka kuda-kuda (truss), balok tembok (top plate/murplat), reng, sekur
tritisan, ikatan angin dan bracing (ikatan pengaku)
f. Pemasangan jurai dalam (valley gutter)
Pekerjaan rangka atap baja ringan tidak meliputi:
a. Talang selain jurai dalam
b. Pemasangan penutup atap
c. Pemasangan kap finishing atap
d. Asesoris atap
12.23.2. Material :
1. Material struktur rangka atap
a. Lapisan anti karat:
Material baja harus dilapisi perlindungan terhadap serangan korosi sesuai
dengan Australian Standart AS 1397-2011 for General Purpose Coating.
Galvanised (Z220)
- Jenis : Hot-dip zinc
- Pelapisan : Galvanised
- Kelas : Z220
- Katebalan pelapisan : 220 gr/m2
- komposisi : MINIMAL 95% zinc, 5% bahan campuran
silicon
b. Properti makanikal baja (Steel mechanical properties)
Baja Mutu Tinggi G 550
Kekuatan Leleh Minimum : 550 Mpa
Tegangan Maksimum : 550 Mpa
Modulus Elastisitas : 200.000 Mpa
Modulus geser : 80.000 Mpa
c. Geometri profil rangka atap
Rangka Atap
Kekuatan Mekanikal
Gaya geser satu baut 5,10 KN
Gaya aksial 8,60 KN
Gaya Torsi 6,90 KN
12.24.3. Standar :
a. SNI 03-2407-1991 (Tata Cara Pengecatan Kayu Untuk Rumah dan Gedung).
b. Tata Cara Pengecatan dinding untuk Rumah dan Gedung.
c. SNI 03-2408-1991 (Tata Cara Pengecatan Logam).
d. Pelaksanaan Pekerjaan
1) Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan pengecatan meliputi
volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan
alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai disertai sertifikat
hasil pengujian material untuk mendapat persetujuan dari Direksi Teknis
dan Konsultan Pengawas.
2) Sebelum pengecatan dimulai plasteran telah berumur 14 hari, dinding
harus diamplas halus, bersih dari debu, lubang-lubang yang mungkin ada
sudah diisi, celah dan retak sudah diperbaiki
3) Permukaan dinding harus kering (periksa dengan higrometer, kelembaban
maksimal 15 %), kadar alkali rendah (periksa dengan kertas lakmus setelah
kurang lebih 10 menit berubah hijau).
4) Plamur digunakan untuk bekas bobokan, retak, dinding luar tidak boleh
menggunakan plamur.
5) Pekerjaan plamur dilaksanakan dengan pisau plamur dari plat baja tipis dan
lapisan plamur dibuat setipis mungkin sampai membentuk bidang yang
rata.
6) Untuk warna-warna yang sejenis, penyedia Jasa konstruksi diharuskan
menggunakan kaleng-kaleng dengan nomor percampuran (batch number)
yang sama.
7) Setelah pekerjaan cat selesai, bidang dinding merupakan bidang yang utuh,
rata, licin, tidak ada bagian yang belang.
i. Pengadaan Dan Pemasangan Bak Cuci Piring Stainlees Sekualitas " TOTO ".
j. Biofil Septictank, kapasitas 6 m3.
k. Tandon air 1050 liter Sekualitas “ PINGUIN “.
d. Pekerjaan Drainase
1. Penggalian
Penggalian parit untuk sistem drainase dan pembuangan air kotor harus
merupakan garis lurus dengan kedalaman, kemiringan yang ditunjukkan
pada gambar rencana. Parit tersebut harus mempunyai lebar sehingga
memungkinkan pekerja dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik karena
ruang geraknya mencukupi. Tanah galian tidak diperbolehkan ditimbun
melebihi 50 cm pada sisi-sisi parit tersebut dan sisa-sisanya diberikan
penahan dan sebagainya, jika diperlukan untuk menjaga penggalian tanah
melebihi dari yang direncanakan maka harus ditutup dengan beton tumbuk
atau beton lain sesuai dengan permintaan Direksi. Pada saat pelaksanaan
tanah galian yang akan digunakan kembali untuk tanah timbunan harus
dijaga agar tanah tersebut bebas dari pengotoran yang dapat merusak mutu
pekerjaan. Bagian bawah dari galian tanah harus menunjukkan daya dukung
yang baik agar dapat mendukung beban yang akan bekerja di atasnya. Juga
harus dihindari dari genangan air yang dapat mengganggu lancarnya
pekejaan.
2. Pipa Beton/Buis Beton
Ukuran pipa beton maupun sambungannya harus sesuai dengan gambar
rencana. Bentuk pipa harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. Pipa harus lurus, dengan ukuran sesuai rencana, ujungnya tajam dan
tidak rusak.
b. Permukaannya harus menunjukkan sifat-sifat yang merata dan tanpa
cacat berupa lubang-lubang atau retak-retak, permukaan diberi acian.
c. Pipa harus kering betul dan siap untuk dipasang.
d. Sambungan antara pipa yang satu dengan yang lain harus dilaksanakan
dengan mortar dengan perbandingan campuran 1 pc : 3 psr.
3. Letak Pipa Drainase
Setiap pipa harus diperhatikan secara seksama pada saat tiba di tempat
pekerjaan. Pipa-pipa yang tidak sempurna tidak boleh dipakai dan harus
dipisahkan. Pipa drainase harus diletakkan merupakan garis lurus dan
dengan kemiringan seperti yang ditunjukkan pada gambar rencana.
Perhatian khusus harus diberikan agar penempatan pipa tersebut sesuai hasil
yang direncanakan dengan menempatkan patok-patok tetap dan sebagainya.
4. Test Sistem Drainase
Setelah dirasa cukup maka sistem drainase harus di test terlebih dahulu
untuk menguji apakah seluruh sistem bisa bekerja dengan baik. Test
tersebut harus menunjukkan hasil yang baik dan tidak boleh menunjukkan
hambatan, yang berarti kurang berfungsinya seluruh sistem dengan baik.
Jika dipandang perlu oleh Direksi maka bagian yang cacat tersebut harus
dibongkar dan diperbaharui dengan kerja dan atas biaya Penyedia
barang/jasa.
5. Pembetulan Jalan, Lantan dan sebagainya.
Jika pipa-pipa dan sebagainya memotong jalan maka setelah pemasangan
nya berakhir bagian bangunan atau jalan yang kena pemotongan tersebut
harus dikembalikan seperti semula. Kerusakan akibat pemasangan pipa dan
sebagainya harus diperbaiki seperti sedia kala, dan segala biaya yang
dikeluarkan akibat kerusakan tersebut menjadi tanggungan Penyedia
barang/jasa.
12.25.2. Standar
a. Perda Pemda setempat Penanggulangan Bahaya Kebakaran Dalam Wilayah
Setempat
b. Departemen Pekerjaan Umum, Skep Menteri Pekerjaan Umum No.
10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya
Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
c. NFPA-10, Standard for Portable Fire Extinguisher
d. NFPA-13, Standard for The Installation of Sprinkler Systems
e. NFPA-14, Standard for The Installation of Standpipe and Hose Systems
f. NFPA-20, Standard for The Installation of Centrifugal Fire Pumps
g. SNI 03-1735-2000
h. SNI 03-1745-2000
i. Mc. Guiness, Stein & Reynolds
j. Mechanical & Electrical for Buildings
k. Undang-undang Nomor 1Tahun 1970;
l. Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I No. Per. 02/ Men/ 1983;
m. Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I No. Per. 04/ Men/ 1995;
n. Intruksi Menteri Tenaga Kerja R.I No. Ins. 11/ Men/ 1997;
o. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 186/ Men/ 1999.
12.25.3. Material
a. Box Hydrant - “ OZEKI, APPRON, YAMATO “.
Fire Hose 2,5 x 30 mtr Machino Coupling
Hose rack 2,5”
Hose Nozzle 2,5”
b. Pipa BS SCH 40 Ø 4" Sekualitas Spindo
c. Gate Valve “ KITZ, NBC, TOYO “.
12.25.4. Ketentuan Bahan dan Peralatan
a. Box Hidran
Box terbuat dari plat dengan tebal + 2 mm.
Dimensi box : lihat gambar perencana.
Seluruh box dan pintu dicat merah dengan cat Duco ex Dana Paints dan
diberi tulisan Hydrant dengan warna merah.
Panjang fire hose tidak kurang dari 30 M' mudah digulung, tahan terhadap
tekanan dan penyambungan dengan sistem quick coupling.
Nozzle variable (zet spray) diameter 65 mm semua dalam keadaan baru
dan fabricated.
Fire hose dari jenis black rubber lined yang memenuhi standard BS 6391
Steel box recessed type, ukuran 750 mm, 1500 mm T & 250 mm D dicat
duco warna merah dengan tulisan warna putih HIDRAN pada tutup yang
dapat dibuka 180° dan dilengkapi stopper.
Box harus dilengkapi Alarm Push Button, Alarm Lamp dan Alarm Horn.
Merek untuk referensi adalah ITACHIBORI No.B- 8 dengan modifikasi.
Hose rack untuk slang 40 mm, chronium plated bronze dengan jumlah gigi
disesuaikan dengan lebar box.
Hydrant valve, chronium plated 40 mm dan 65 mm sambungan dan
bentuk valve disesuaikan dengan posisi pipa.
"JET" Firehose A- one type size 40 mm x 30 meter including couplings.
(Jenis kopling disesuaikan dengan jenis Dinas Pemadam Kebakaraan
DKI).
Hydrant nozzle variable spray type size 40 mm.
12.26.2.Material
a. Instalasi Heat Detector type Rate Of Rise (ROR) dan Smoke detector
b. Heat Detector ROR (Detektor panas) “ APPRON, NITTAN “.
Dengan data teknis :
Frequency test : dapat dipakai berulang kali
Working temperature : 57 ° C
Operating Voltage : ± 20 V DC
Quescent Current : < 100 mA
Alarm Current : < 80 mA
c. Smoke Detector (Detektor asap) “ APPRON, NITTAN “.
Dengan data Teknis :
Frequency test : dapat dipakai berulang kali
Operating Voltage : ± 20 V DC
Quescent Current : ± 100 mA
Alarm Current : maks. 100 mA
d. Instalasi Flow Switch, Tamper switch
e. Instalasi Manual Push Button/Break Glass
f. Instalasi Indicator Lamp
g. Instalasi Alarm Bell
h. Manual Push Button/Break Glass
i. Indicator Lamp “ APPRON, NITTAN “.
j. Alarm Bell “ APPRON, NITTAN “.
k. EOLR “ APPRON, NITTAN “.
l. Kabel NYA 2x1x1.5 mm dalam High Impact conduit dia. 20 mm Merk “
SUPREME , TRANKA, KABELINDO ”.
m. MCFA sekualitas “ HOOSEKI “
• MCFA yang digunakan memakai Sistem Semi Addressable, Fireman intercom,
Synthetic Sound, Nicad battery, Power supply charger yang mempunyai
voltmeter DC. MCFA harus mempunyai pintu dengan jendela penglihat.
• MCFA ini harus mempunyai fasilitas lampu tanda :
− Bell Off
− Reset
− Testing
− Lamp test
− Fault Signal General
− Signal for Alarm Condition
− Signal for “Zone Off”
• MCFA ini harus mempunyai output berupa :
− Visible/Audible Alarm
− Visible/Audible Fault Alarm
− Test Signal (Visible)
− Optical Signal “Zone Off”
12.26.3.Pelaksanaan pekerjaan
a. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan Fire Alarm meliputi
volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur
pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai untuk mendapat
persetujuan dari Direksi Teknis dan Konsultan Management Konstruksi, di
sertai gambar shop drawing.
b. Peralatan
Koordinat tempat setiap peralatan akan ditentukan kemudian. Manual push
button dipasang bersatu dengan hydrant box. Alarm bell dipasang bersatu
dengan hydrant box, dan untuk ruangan tertentu dimana tidak terdapat hydrant
box maka pemasangannya 0,5 m dibawah plafond. Alarm lamp dipasang
bersatu dengan hydrant box. Disekitar detector harus ada ruang bebas dengan
radius minimal 0,75 m dari detector Peralatan sistem fire alarm ini harus
ditanahkan (grounding) dengan hambatan max. 2 Ohm. Supply listrik untuk
peralatan ini dimasukkan dalam kelompok emergency load dari Genset.
c. Sistem Instalasi
- Semua instalasi kabel detektor yang berada pada daerah kolom
menggunakan sistem instalasi "INBOW".
- Semua kabel yang dipasang mendatar harus dipasang di trunking
kabel/kabel tray.
- Semua kabel yang dipasang di shaft secara vertikal harus dipasang pada
tangga kabel/lader.
- Konduit harus di klem ke struktur bangunan dengan sadle klem.
d. Trunking Kabel dan tangga kabel
- Trunking kabel dan tangga kabel harus dipasang Horizontal dan satu garis
vertikal.
- Tangga kabel dipasang ke dinding shaft dengan memakai 3 buah dynabolt
berukuran + 1/2-2" x 2" pada jarak 75 cm.
- Trunking kabel digantung dilantai bangunan dengan dynabolt berukuran +
1/-2" x 2".
e. Kabel
Kabel yang dipakai harus dari jenis NYM 2 x 1,5 mm dipasang dalam PVC
konduit untuk kabel intercom digunakan indoor telepon cable dengan diameter
0,6 mm dipasang dalam conduit.
f. Konduit
Konduit yang dipakai adalah PVC high impact conduit dengan diameter dalam
minimum 1 1/2 kali diameter luar kabel.
12.28.2. Material
a. Kabel NYM 3 x 2,5 sqmm “ SUPREME, KABEL METAL, KABELINDO “.
b. Stop Kontak AC “ PANASONIC, PHILIP, CLIPSAL “.
c. Pipa Referigerant 3/8".
d. Pipa drain AC PVC type AW “ RUCIKA, PRALON, VINILON “.
e. Air Conditioner Kap. 1/2 PK “ DAIKIN, LG, PANASONIC ”.
Type : Split.
Ukuran Pipa Liquid & Gas (Inch) : Dia.1/4” Dan Dia. 3/8 “.
Tipe Refrigrant : R32.
f. Air Conditioner Kap. 3/4 PK “ DAIKIN, LG, PANASONIC ”.
Type : Split.
Ukuran Pipa Liquid & Gas (Inch) : Dia.1/4” Dan Dia. 3/8 “.
Tipe Refrigrant : R32.
g. Air Conditioner Kap. 1 PK “ DAIKIN, LG, PANASONIC ”.
Type : Split.
Ukuran Pipa Liquid & Gas (Inch) : Dia.1/4” Dan Dia. 3/8 “.
Tipe Refrigrant : R32.
h. Air Conditioner Kap. 2 PK “ DAIKIN, LG, PANASONIC ”.
Type : Split.
Ukuran Pipa Liquid & Gas (Inch) : Dia.1/4” Dan Dia. 3/8 “.
Tipe Refrigrant : R32.
12.28.3.Pelaksanaan Pekerjaan
a. Sebelum memulai pekerjaan selambat lambatnya 2 hari, Penyedia jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan instalasi power AC dan
Instalasi drain meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga dan alat, jadwal
pelaksanaan dan alur pekerjaan serta contoh material yang akan dipakai harus
mendapat persetujuan dari Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas disertai
soft drawing.
b. Arah, letak dan jarak seperti yang ditunjukan pada gambar.
c. Pola pemasangan dan Instalasi harus sesuai rencana.
d. Semua instalasi pemasangan panel dan pengabelan harus sesuai dengan
rencana
e. Untuk pekerjaan selain di atas menyesuaikan dengan gambar kerja dan
spesifikasi material yang telah ditentukan.
f. Apabila pada spesifikasi teknis atau pada gambar rencana disebutkan merk
tertentu atau kelas mutu dari material/ komponen tertentu, maka penyedia Jasa
konstruksi di wajibkan melaksanakan / menawar material yang dalam mutu
yang di sebutkan disertai dengan surat dukungan dari distributor resmi.
Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan terjadi tidak dapat di adakan material
yang disebutkan dalam tabel material, karena alasan kuat dan dapat diterima
pemilik, Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis, maka dapat carikan
penggantinya merk / tipe dengan suatu sanksi tertentu kepada penyedia Jasa
konstruksi.
12.29.2.Material
a. Gedung Pertemuan
1. Instalasi Speaker Kabel NYMHY 2 x 1,5 mm “ SUPREME, KABEL
METAL, KABELINDO “.
2. Cealing Speaker Sekualitas “ TOA ”.
3. Horn Speaker 15W Sekualitas “ TOA “.
4. Terminal Box Sound System
5. Perangakat Utama
- Power Amplifier 120W Sekualitas “ TOA ”
- Paging Microphone
- AM/FM Tuner
- DVD Player
- Power Surge Arrester 40kA
- Cabinet Rack
- Material Bantu
12.29.3.Pelaksanaan Pekerjaan
a. Sebelum memulai pekerjaan selambat lambatnya 2 hari,Penyedia jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan Sound System dan
Instalasi meliputi volume pekerjaan,jumlah tenaga dan alat,jadwal pelaksanaan
dan alur pekerjaan serta contoh material yang akan dipakai harus mendapat
persetujuan dari Direksi Teknis dan Manajemen konstruksi disertai soft
drawing.
b. Rak peralatan Sound System ditempatkan sesuai dengan fungsi sistem.
c. Semua kabel yang keluar dari peralatan harus melalui kabel gland dan
memakai flexible kabel konduit.
d. Kotak hubung bagi harus dibuat dari plat besi setebal 2 mm minimum dan
seluruhnya harus dicat anti karat dengan zinchromat sebelum dicat akhir
dengan cat bakar acrylic warna abu-abu. Kotak hubung bagi harus dilengkapi
dengan kunci yang seragam untuk semua kotak hubung bagi dan terminal
penyambungan kabel. Kotak hubung bagi harus dilengkapi dengan kabel gland
sebanyak jumlah kabel yang keluar / masuk.
e. Kotak hubung ditempatkan di ruang M/E setiap lantai pada ketingggian 150 cm
dari lantai. Pemasangan kotak hubung memakai dynabolt 1/2" x 2" sebanyak 4
buah. Semua kabel yang masuk/keluar kotak hubung harus memakai kabel
gland.
f. Semua kabel instalasi dalam gedung digunakan kabel NYM atau NYMHY dia.
1,5 mm2 harus dipasang didalam PVC konduit sedangkan semua kabel
distribusi harus diklem pada tangga kabel yang dipasang di shaft dengan
memakai dynabolt 1/2" x 2" sebanyak 3 buah pada setiap jarak 75 cm. Konduit
harus diklem ke struktur bangunan dengan saddle klem. Untuk instalasi luar
gedung digunakan kabel type NYRE dia. 1,5 mm2. Semua kabel yang akan
dipasang menembus dinding atau beton harus dibuatkan sleeve dari pipa
galvanis dengan diameter minimum 2 1/2" kali penampang kabel. Penyusunan
konduit diatas trunking kabel harus rapi dan tidak saling menyilang.
g. Semua alat pengeras suara dipasang pada tempat-tempat yang sesuai dengan
gambar dimana koordinat yang tepat akan ditentukan kemudian dilapangan.
h. Semua peralatan Sound System harus diuji oleh perusahaan pemegang
peralatan tersebut dimana perusahaan tersebut harus memberikan surat jaminan
atas bekerjanya sistem setelah ternyata hasil pengujian adalah baik.
i. Pengukuran level suara dilakukan dengan memakai Sound Level Meter.
j. Pengukuran kabel instalasi dilakukan dengan Impedance Meter.
12.30.6. Pengujian
Kontraktor harus melakukan semua pengujian untuk mendemonstrasikan bahwa
bekerjanya kabel dan material yang telah selesai dipasang memang benar-benar
memenuhi persyaratan ini. Kontraktor harus menyediakan personil dan peralatan
yang perlu untuk melakukan pengujian.
12.31.2. Material
A. InstalasiData Komputer Dengan Kabel UTP Cath 6 Dalam Pipa Conduit 20.
B. Instalasi Data Komputer Kabel FO Multicore c/w Jacket Switch - Server
C. Outlet Data Komputer Dinding
D. Switch Hub 12 Port
E. Wifii 11 MBPS / 2,4 GHz, Power 12 DC
12.32.4. Standar
Seluruh pekerjaan instalasi jaringan komputer harus dilaksanakan mengikuti standar
IEEE, NEC. Selain itu harus ditaati pula peraturan hukum setempat yang ada
hubungannya dengan pekerjaan tersebut di atas.
12.33.3. Material
1). Penangkal petir ES -Sekualitas"Flash Vectron " radius Proteksi 300 m
2). Pipa galvanize 1' X 3000 mm
3). lampu indikator penangkal petir
4). kabel Coaxcial 2 X 35 mm2
5). Kabel NYY 3 x 6 sqmm
6). Pipa Pralon PVC tipe AW Ø 1/2"
7). Bak Kontrol pentanahan dan grounding system