SPESIFIKASI TEKNIS
a. Semua alat yang dipergunakan masih berada dalam kondisi operasi yang
baik.
b. Apabila alat mengalami kerusakan sementara pelaksanaan pekerjaan,
kontraktor berkewajiban memperbaiki atau mengganti dengan alat lain dalam
jangka waktu yang ditentukan PPTK/Pengawas Lapangan.
c. Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan karena alat yang tidak berfungsi, tidak
menjadi alasan keterlambatan pelaksanaan pekerjaan.
d. Alat yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya tidak dapat digunakan.
e. Semua peralatan yang akan digunakan harus mendapat persetujuan terlebih
dahulu dari PPTK/Pengawas Lapangan.
f. Penarikan / pengambilan peralatan yang digunakan untuk pekerjaan, harus
mendapat persetujuan tertulis terlebih dahulu dari PPTK/Pengawas
Lapangan.
g. Kontraktor dianggap melakukan kelalaian apabila seluruh ketentuan di atas
tidak dipenuhi.
BAB III
SPESIFIKASI KEGIATAN
Lingkup kegiatan yang akan dilaksanakan adalah Rehabilitasi Daerah Irigasi Buko Tuntung
(DAK) dengan tingkat resiko pekerjaan kecil dan rincian item pekerjaan sebagai berikut :
II PEKERJAAN PERSIAPAN
1) Mobilisasi
2) Biaya Penyelenggaraan Sistem Managemen K3 Konstruksi
II PEKERJAAN SALURAN
1 Galian Tanah Biasa Manual sedalam ≤ 1 m’
2. Pasangan batu dengan Mortar Tipe N
3. Plesteran tebal 1 cm, dengan mortar jenis PC-PP tipe S (mutu PP tertentu setara dengan
campuran 1 PC: 3 PP)
4. Siaran dengan mortar jenis PC-PP tipe M (mutu PP tertentu setara dengan campuran 1 PC: 2
PP)
5. Timbunan tanah atau urugan tanah kembali
Seluruh item pekerjaan diatas harus dikerjakan sesuai dengan SPESIFIKASI UMUM
SUMBER DAYA AIR (CEW-07 Pusbin KPK Dep. PU tahun 2005)
JANGKA WAKTU PELAKSANAAN
Jangka waktu pelaksanaan kegiatan ini selama 180 ( Seratus Delapan Puluh ) hari
kalender terhitung sejak Tanggal Mulai Kerja dan masa pemeliharaan selama 180
(Seratus Delapan Puluh) hari kalender terhitung sejak Tanggal Penyerahan
Pertama Pekerjaan (PHO).
I. PEKERJAAN PERSIAPAN
2. Mobilisasi alat
Peralatan yang akan digunakan di lapangan harus dipersiapkan paling lambat 3
hari sebelum pekerjaan dimulai. Peralatan yang akan digunakan dalam proyek ini
antara lain:
1. Excavator 80-140 HP : 1 unit
2. Self loading Concreate Mixer 2,5 M3 : 1 Unit
3. Water Tank Truck 5000 L : 1 Unit
4. Dump Truck 3-4 m3 : 1 unit
5. Waterpass Digital : 1 unit
Semua peralatan utama merupakan milik sendiri maupun sewa yang dibuktikan
dengan surat dukungan/perjanjian sewa alat. Mobilisasi peralatan dapat dilakukan
pada awal pekerjaan dan demobilisasi dilakukan pada mingggu akhir pekerjan
setelah pekerjaan selesai.
3. Mobilisasi bahan
Bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini seperti semen, pasir, krikil, batu kali,
baja tulangan, kawat beton, paku dan yang lainnya diangkut ke tempat
penyimpanan sesuai jadwal yang akan dipersiapkan.
B. Shop Drawing
Sebelum mengerjakan pekerjaan, terlebih dahulu membuat Gambar-gambar kerja
(shop drawing) yang acuannya dari Gambar Rencana yang terakhir. Jika terdapat
perbedaan antara gambar kerja dengan keadaan sebenarnya di lapangan, maka
yang dilaksanakan adalah keputusan yang diberikan oleh Direksi.
Selanjutnya melakukan penggambaran kembali tapak proyek sesuai dengan
keadaan sebenarnya di lapangan. Pada keadaan dimana ada penyimpangan dari
gambar rencana, akan mengajukan 3 (tiga) lembar gambar penampang dari
daerah yang dipatok. Direksi akan membubuhkan tanda tangan persetujuan atau
pendapat / revisi pada satu lembar gambar tersebut dan mengembalikannya
kepada kontraktor. Setelah diperbaiki, diajukan kembali gambar yang Direksi
diminta untuk direvisi. Gambar tersebut akan digambar kembali diatas kertas A3
dan setelah disetujui oleh Direksi, mka diserahkan kepada Direksi gambar asli
dan 3 (tiga) lembar hasil rekamannya.
Pembersihan Akhir
Pada saat penyelesaian pekerjaan, tempat kerja ditinggal dalam keadaan
bersih dan siap untuk dipakai dan mengembalikan bagian-bagian dari tempat
kerja yang tidak diperuntukkan dalam dokumen kontrak ke kondisi semula,
membongkar bangunan-bangunan atau fasilitas penunjang sementara yang
dibangun.
II. UITZET/PENGUKURAN
B. Pengukuran
Langkah Kerja
1. Menyiapkan catatan, daftar pengukuran dan membuat sket lokasi areal
yang akan diukur.
2. Menententukan dan tancapkan patok pada titik-titik yang akan dibidik.
3. Mendirikan pesawat di atas titik P1 dan melakukan penyetelan alat sampai
didapat kedataran.
4. Mengarahkan pesawat ke arah utara dan menolkan piringan sudut
horizontal dan kunci kembali dengan memutar sekrup piringan bawah.
5. Putar teropong dan arahkan teropong pesawat ke titik P2, baca dan catat
sudut horizontalnya yang sekaligus sebagai sudut azimuth. Bacaan ini
merupakan bacaan biasa untuk bacaan muka.
6. Dengan posisi pesawat tetap di titik P1, putar pesawat 180º searah jarum
jam, kemudian putar teropong 180º arah vertikal dan arahkan teropong ke
titik P2.
7. Melakukan pembacaan sudut horizontal. Bacaan ini merupakan bacaan
luar biasa untuk bacaan muka.
8. Putar teropong pesawat dan arahkan di titik P akhir dan lakukan
pembacaan sudut horizontal pada bacaan biasa dan luar biasa. Bacaan ini
merupakan bacaan belakang.
9. Dengan cara yang sama, dilakukan pada titik-titik poligon berikutnya
hingga kembali lagi ke titik P1.
10. Melakukan pengukuran jarak antar titik dengan meteran.
11. Melakukan perhitungan sudut pengambilan, sudut azimuth dan koordinat
masing-masing titik.
12. Menggambar hasil pengukuran dan perhitungan.
C. Pengukuran Water Pass
Langkah Kerja;
1. Menyiapkan alat ukur waterpass di atas kaki tiga, dan siapkan pula alat
tulis untuk mencatat hasil pengukuran
2. Buka kaki tiga dari pengunci
3. Berdirikan dan dalam keadaan tidak terkunci tinggikan sampai kira-kira
sebatas dada, kemudian kuncikan kembali
4. Renggangkan ketiga kakinya membentuk segitiga sama sisi dengan jarak
antar kaki sekitar 60 cm dan kepala kaki tiga dalam keadaan mendatar
5. Keluarkan alat ukur dari tempatnya, kemudian pasang di atas kepala kaki
tiga yang sudah disiapkan tadi, pasang skrup yang ada di kepada kaki tifa
pada lubang yang ada di bagian bawah alat ukur cukup kuat agar antara
kaki tiga dan alat betul-betul menjadi satu kesatuan. Lalu injak alat injakan
yang ada di kaki tiga
6. Mengatur teropong sejajar dengan dua buah skrup pendatar
7. Putar kedua skup pendatar ke atas atau kebawah secara bersamaan dan
skrup ketiga sebagai pengatur sampingan, sampai gelembung nivo tepat
ditengah kotak
8. Untuk memenuhi syarat garis bidik sejajar garis nivo, atur gelembung nivo
tabungnya agar tepat ada ditengah dengan menggunakan skrup pengatur
nivo tabung
9. Arahkan tropong ke sasaran, berupa rambu ukur yang didirikan tegak
diatas titik pengukuran
10. Cek benang diafragma terlihat atau tidak. Bila tidak terlihat putar-putar skrup
pemokus difragma sampai benang diafragma tersebut terlihat jelas
11. Menentukan dua titik A dan B
12. Membagi panjang PQ dalam beberapa slag
13. Membaca benang tengah di tiap slag, dengan menganggap bacaan bt yang
berlawanan dengan arah pengukuran menjadi arah belakang (b), yang
searah menjadi arah muka (m) dan catat pada lembar kerja. Hitung beda
tinggi tiap-tiap slag.
D. Pengukuran Situasi, Potongan Memanjang dan Melintang
- Pengukuran situasi
Pengukuran situasi dilakukan dengan menggunakan electronic total station
(ets) atau dengan alat ukur teodolit dengan ketelitian bacaan ≤ 20”. Data yang
diukur mencakup semua obyek bentukan alam dan buatan manusia yang ada
disekitar bangunan rencana .
Pada pengukuran situasi tersebut, pengambilan titik ukur detail / rapat. Hal ini
karena pada lokasi disekitar rencana jembatan akan dilapangkan.
- Profil Memanjang
Pengukuran penampang memanjang dalam pelaksanaanya di lakukan
bersamaan dengan pengukuran sifat datar atau pengukuran penampang
melintang .
Pengambilan data penampang memanjang dilakukan dengan setiap
perubahan muka tanah dan sesuai dengan kerapatan detail yang ada
sepanjang trase. Pembacaan rambu harus di lakukan pada pada tiga benang
yaitu : benanf atas, benang bawah, benang tengah
- Penampang Melintang
Pengukuran penampang melintang saluran di lakukan alat sipat datar pada
daerah datar dan terbuka, tetapi pada daerah dengan topografi bergelombang
dilakukan dengan menggunakan teodolit kompas dengan ketelitian bacaan
20”.
Pengukuran penampang melintang saluran dilakukan tegak lurus dengan ruas
jalan. Pengambilan data dilakukan pada tiap perubahan muka tanah dan
sesuai dengan kerapatan detail yang ada dengan mempertimbangkan factor
skala peta yang dihasilkan dan tingkat kepentingan data yang akan
ditonjolkan,
Sketsa penampang melintang tidak boleh terbalik antara sisi kanan dengan
sisi kiri. Untuk mempermudah pengecekan, pada masing masing sisi koridor
di beri notasi yang berbeda, misalnya koridor sebelah kiri dari center line jalan
diberi notasi alphabetic dan untuk koridor sebelah kanan di beri notasi
numbers.
Pengukuran penampang melintang dilakukan dengan persyaratan : Kondisi
datar, landai dan lurus dilakukan pada interval tiap 50 m dengan lebar koridor
disesuaikan dengan perencanaan.
III. SOSIALISASI
- Persiapan.
1. Koordinasi,
Melakukan koordinasi dengan Camat, Lurah/Kepala Desa, di lingkungan setempat.
2. Penyiapan Tempat.
Lokasi tempat rapat disiapkan sesuai kesepakatan dengan pihak-pihak terkait pada
saat koordinasi.
Materi sosialisasi sekuraung-kurangnya memuat:
1. Rencana dan Kegiatan Secara umum.
2. Waktu Pelaksanaan.
3. Metode Pelaksanaan Pekerjaan.
4. Gangguan dan hambatan yang akan timbul.
V. PEKERJAAN PASANGAN
A. Pekerjaan Pasangan batu, Plesteran dan Siaran
Tahapan Pekerjaan:
1. Pasangan batu Plesteran dan siaran :
a. Semen, pasir dan air dicampur dengan perbandingan 1 PC : 4 PP (12,5
Mpa) dan diaduk menjadi mortar dengan menggunakan Self Loading
Concrete Mixer atau dengan cara manual.
b. Sebelum Pasangan batu dimulai, permukaan batu pasangan dibersihkan dan
dibasahi dulu dengan air, kemudian batu disusun sesuai ukuran ketebalan
yang direncanakan dan dengan mengisi spesi untuk setiap batu yang di
susun secara padat dan rapih.
c. Sesudah pasangan batu tersusun rapi sesuai ukuran yang di rencanakan ,
maka bagian atas atau dek saluran dan lantai saluran diplester sesuai gambar
desain dengan ketentuan campuran Plesteran sbb :
Pasta semen dan pasir yang diaduk dengan perbandingan 1 : 3 , yaitu 1 PC :
3 PP dengan ketebalan 1- 1,5 Cm.
d. Sesudah dek dan lantai saluran di plester maka bagian miring saluran akan
disiar dengan ketentuan campuran sbb :
Pasir dan semen diaduk secara manual atau menggunakan Self Loading
Concreate Mixer dengan Perbandingan Campuran 1 PC : 3 PP dengan
ketebalan siaran minimal 1,5 cm untuk mengisi pori2 batu atau antara batu
secara rapih, bersih dan kuat.
e Penyelesaian dan perapihan pasangan dilakukan oleh pekerja yang terlatih
dan mahir dalam menyusun pasangan batu ,Plester dan siar. Apabila
pekerjaan pasangan tidak sesuai, tidak rapih maka harus diperbaiki..
f. Selama proses pengerjaan, bahan di tempatkan pada tempat yang tidak
mengganggu lalulintas kendaraan. Petugas lalu lintas memasang rambu
peringatan adanya pekerjaan jalan sekaligus mengatur arus lalu lintas.
g Mendokumentasi hasil pekerjaan sebagai bahan laporan
2. Pekerjaan Penulangan
a) Perakitan tulangan
Untuk perakitan tulangan dilakukan di luar tempat pengecoran di lokasi proyek agar
setelah dirakit dapat langsung dipasang dan proses pembuatan dapat berjalan lebih
cepat.
Cara perakitan tulangan :
- Mengukur panjang untuk masing-masing tipe tulangan yang dapat diketahui dari
ukuran rencana pekerjaan.
- Mendesign bentuk atau dimensi dari tulangan, dengan memperhitungkan bentuk-
bentuk tipe tulangan yang ada.
- Merakit satu per satu bentuk dari tipe tulangan dengan kawat pengikat agar kokoh
dan tulangan tidak terlepas
b) Pemasangan Tulangan
Setelah merakit tulangan , maka untuk pemasangan tulangan dilakukan dengan cara
manual karena tulangan untuk Plat ini tidak terlalu berat dan tidak terlalu dalam.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemasangan tulangan:
- Hasil rakitan tulangan diletakkanpada posisi yang akan dikerjakan dan dikontrol
dengan WP .
- Rakitan tulangan ditempatkan tidak langsung bersentuhan dengan dasar tanah, jarak
antara tulangan dengan dasar tanah 40 mm, yaitu dengan menggunakan
pengganjal yang di buat dari batu kali disetiap ujung sisi/tepi tulangan bawah agar
ada jarak antara tulangan dan permukaan dasar tanah untuk melindungi/melapisi
tulangan dengan beton (selimut beton) dan tulangan tidak menjadi karat.
- Setelah dipastikan rakitan tulangan benar-benar stabil, maka dapat langsung
melakukan pengecoran.
3. Pekerjaan Bekisting
Bekisting adalah suatu konstruksi bantu yang bersifat sementara yang digunakan
untuk mencetak beton yang akan di cor, di dalamnya atau diatasnya.
Tahap-tahap pekerjaan bekisting:
- Papan cetakan disusun secara rapih berdasarkan bentuk beton yang akan di cor.
- Papan cetakan dibentuk dengan baik dan ditunjang dengan tiang agar tegak lurus
tidak miring dengan bantuan alat waterpass.
- Papan cetakan tidak boleh bocor
- Papan-papan disambung dengan klem / penguat / penjepit
- Paku diantara papan secara berselang-seling dan tidak segaris agar tidak terjadi
retak.
4. Pekerjaan Pengecoran
Bahan-bahan pokok dalam pembuatan beton adalah: semen, pasir, kerikil/split serta
air. Kualitas/mutu beton tergantung dari kualitas bahan-bahan pembuat beton dan
perbandingannya. Bahan-bahan harus diperiksa dulu sebelum dipakai membuat
beton dengan maksud menguji apakah syarat-syarat mutu dipenuhi. Semen
merupakan bahan pokok terpenting dalam pembuatan beton karena mempersatukan
butir-butir pasir dan kerikil/split menjadi satu kesatuan berarti semen merupakan
bahan pengikat dan apabila diberi air akan mengeras. Agregat adalah butiran-butiran
batuan yang dibagi menjadi bagian pokok ditinjau dari ukurannya yaitu agregat halus
yang disebut pasir dan agregat kasar yang disebut kerikil/split dan batu pecah.
Tahap-tahap pekerjan pengecoran yaitu:
- Membuat kotak takaran untuk perbandingan material yaitu dari kayu dan juga
dapat mempergunakan ember sebagai ukuran perbandingan.
- Mempersiapkan bahan-bahan yang digunakan untuk pengecoran seperti:
semen, pasir, split, serta air dan juga peralatan yang akan digunakan untuk
pengecoran.
- Membuat adukan/pasta dengan bantuan alat self Loading Concrete Mixer
dengan perbandingan volume 1:2:3 yaitu 1 volume semen berbanding 2
volume pasir berbanding 3 volune split serta air secukupnya.
- Bahan-bahan adukan dimasukan kedalam tabung dengan urutan: pertama
masukan pasir, kedua semen portland, ke tiga split dan biarkan tercampur
kering dahulu dan baru kemudian ditambahkan air secukupnya Setelah
adukan benar-benar tercampur sempurna kurang lebih selama 4-10 menit
tabung mixer dibalikan dan tungkan kedalam tungkup/tempat spesi.
- Hasil dari pengecoran dimasukkan/dituangkan kedalam bagian yang sudah
diletakan tulangan dengan bantuan alat sendok spesi centong/ dan
dilakukan/dikerjakan bertahap sedikit demi sedikit agar tidak ada ruangan yang
kosong dan kerikil/split yang berukuran kecil sampai yang besar dapat masuk
kecelahcelah tulangan.
- Setelah melakukan pengecoran, maka dibiarkan mongering
2. Pemilihan Alat
1. Memastikan alat dirawat sesuai prosedur
2. Mengganti alat yang tidak sesuai atau tidak cocok.
3. Memastikan tersedianya suku cadang di proyek terutama pada elemen alat
yang bersifat aus
4. Bila perlu menambah jumlah alat sehingga mencukupi kebutuhan pelaksanaan
5. Mengganti alat yang memiliki kapasitas yang lebih besar
6. Membuat sumber tenaga listrik cadangan.
3. Bahan/Material
a) Pemilihan Material
Untuk pemilihan material permanen pada suatu proyek konstruksi, harus
sesuaidengan ketentuan yang tertera dalam gambar kerja dan spesifikasi yang
terdapatdalam kontrak
b) Pemilihan Pemasok Material
Pemilihan pemasok material pada dasarnya ditentukan pada penawaran harga
terendah, namun ada beberapa faktor lain yang dipertimbangkan sebelum
memutuskan, yaitu :
- Kehandalan pemasok
- Ukuran pemasok
- Layanan purna jual yang ditawarkan pemasok
- Syarat pembayaran yang diminta oleh pemasok
- Kualitas material yang dipasok
- Kemampuan pemasok untuk menyediakan material dalam keadaan tidak
terjadwal
c) Pembelian Material
Pengendalian pembelian dilakukan oleh petugas pembelian dengan
menggunakan buku pesanan pembelian yang dibuat dalam beberapa rangkap.
Masing-masing rangkap diserahkan kepada pihak-pihak yang terkait untuk
kelengkapan administrasi proyek. Rincian yang harus dimasukkan dalam buku
pesanan pembelian adalah :
- Nama dan alamat pemasok
- Nama orang yang memesan material
- Rincian material yang dibutuhkan
- Perintah penyerahan material
- Harga material yang dipesan
- Nama petugas yang bertanggung jawab terhadap pembelian material.
- Rincian untuk administrasi akutansi biaya pembelian material
d) Pengiriman Material
Pengiriman material berdasarkan surat permintaan pembelian material yang
telah disetujui dengan jaminan bahwa material yang akan dikirim pemasok
sesuai dengan spesifikasi dan dikirim ke lokasi yang tepat dan waktu yang
diminta.
e) Penerimaan Material
Material-material yang dipasok merupakan suatu hasil dari surat permintaan
pembelian yang wajib diperiksa pada saat penyerahan oleh bagian logistik.
Sebelum material dibongkar, petugas logistik memeriksa terlebih dahulu bahwa
material-material yang diserahkan benar-benar material pesanan yang
merupakan bagian dari pelaksanaan proyek. Hal-hal yang perludi periksa oleh
petugas logistik adalah :
- Material yang diserahkan telah diuji coba dan disetujui sesuai dengan
spesifikasi.
- Kuantitas material pada saat diserahkan harus sama dengan permintaan.
- Kualitas material merk harus sama dengan catatan penyerahan.
- Material-material yang diserahkan harus dalam susunan yang baik.
Setelah petugas gudang selesai memeriksa penyerahan material dan hasilnya
baik, maka catatan penyerahan yang terdiri dari 2 rangkap sebagai bukti tanda
terima
harus ditandatangani. (angkap pertama dikembalikan kepada petugas yang
menyerahkan sedangkan rangkap kedua disimpan sebagai arsip yang
digabungkan dalam satu gandaan surat permintaan pembelian sebagai laporan
untuk kelengkapan administrasi. Laporan-laporan ini akan dijadikan dokumen
yang akan diserahkan pada pemegang pembukuan sebagai informasi perihal
penerimaan material yang dipesan, sehingga dapat mempersiapkan
pembayaran kepada pemasok ketika mengajukan penagihannya.
f) Penyimpanan Material
Penyerahan material yang sudah sesuai dan dapat diterima harus disimpan
dengan baik oleh petugas logistik. Petugas logistik ini bertanggung jawab
dalam menjaga dan menyimpan meterial-material yang diserahkan antara
waktu penyerahan sampai dengan material tersebut dikeluarkan dari logistik
yang akan digunakan dalam pelaksanaan proyek konstruksi. spek utama
manajemen material adalah aspek keamanan fisik dan selalu siap
(availibility). Pemeriksaan secara periodik terhadap material-material yang
disimpan harus diadakan untuk memperkuat catatan petugas logistik agar
tidak terjadi perbedaan jumlah material yang disimpan dengan catatan yang
ada.
g) Pengeluaran Material
TIME SCHEDULE
(SKEMA RENCANA KERJA)
XIII. PENUTUP
Pengalaman
No Jabatan Sertifikat Keahlian
(Minimal)
1 Pelaksana Lapangan 2 Tahun SKT Pelaksana
Lapangan Pekerjaan
Jaringan Irigasi
(Kode TS-031)
5 Petugas K-3 0 Tahun Sertifikat K3
Konstruksi Konsruksi
Pelaksana Lapangan
Tenaga terampil ini memiliki pengalaman minimal 2 tahun dan memiliki
Sertifikat Keterampilan (SKT) Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jaringan
Irigasi (Kode TS-031) Sertifikat masih berlaku.
Petugas K-3 Konstruksi
Tenaga ini memiliki Pengalaman 0 tahun dan memiliki sertifikat Petugas K-3
Konstruksi yang diterbitkan oleh unit kerja yang menangani keselamatan
konstruksi di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan/atau
yang diterbitkan oleh lembaga instasi yang berwenang sesuai dengan
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia dan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. (Sertifikat masih berlaku )
Demikian Spesifikasi Teknis ini dibuat sebagai bahan acuan bagi pelaksana
pekerjaan untuk melaksanakan kegiatan di lapangan dan dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.