Bab 1 Revisi Ke 1 Elis
Bab 1 Revisi Ke 1 Elis
PROPOSAL TESIS
Oleh:
ELISIYAH
NIM: 21012100039
PENDAHULUAN
menerapkan rencana pemasaran dan mencari solusi dalam pemasaran produk atau
jasanya kepada konsumen dengan tujuan untuk keberlangsungan usaha dalam jangka
Panjang (Wibowo et., al, 2015). Saat ini tren pasar dunia semakin mengarah pada
industri Indonesia harus selalu memperhatikan aspek lingkungan. Hal ini untuk
mendukung daya saing industri green sehingga produk yang dihasilkan mampu berdaya
Sehubungan dengan pentingnya industri green, minat beli menjadi salah satu
faktor terpenting dalam sebuah perusahaan (Santoso & Fitriyani, 2016). Hal ini
meningkatkan minat beli konsumen. Setiap orang membeli produk sesuai dengan
berbagai jenis produk mulai beralih menggunakan bahan yang tidak mencemari
lingkungan yaitu bahan baku yang ramah lingkungan (Santoso & Ardani, 2017).
Bahan yang tercantum tidak hanya bahan baku produk, tetapi juga bahan lain seperti
kemasan produk, label, dan kotak kemasan yang ramah lingkungan (Putranti, 2016).
Minat beli produk ramah lingkungan merupakan kemampuan dan kemauan
konsumen dalam mengkonsumsi dan membeli produk dengan atribut ramah lingkungan
untuk kebutuhan pribadi (Setyabudi & Adialita, 2020). Secara umum, minat konsumen
untuk membeli produk ramah lingkungan semakin meningkat sebagai respon terhadap
isu-isu lingkungan yang terjadi saat ini. Berikut produk-produk berbasis Green di
Indonesia:
Berdasarkan Tabel 1.1, dapat disimpulkan bahwa walaupun produk love beauty
and planet masih terbilang baru di Indonesia, namun performa dan brand image mereka
sebagai salah satu produk yang menerapkan program green dinilai sangat baik dan
diterima di Indonesia. Namun setahun terakhir ini, produk love beauty and planet
mengalami kemunduran sehingga tidak masuk pada kategori best product lagi.
Menurut data laporan keuangan tahunan (Unilever, 2022) dan (Innisfree, 2022)
Tabel 1.2 Penjualan Kebutuhan Rumah Tangga dan Perawatan Tubuh (Home
and Personal Care) PT Unilever Indonesia Tbk. Tahun 2017-2021 (dalam jutaan
Rupiah), Annual Report Innisfree (dalam miliar)
Tahun Love Beauty and Planet Innisfree
(dalam jutaan rupiah) (dalam milliar)
2017 28,127,035 642,02
2018 28,723,176 598,92
2019 29.862.357 551,90
2020 29.990.947 348,60
2021 26.376.489 307,20
Sumber Data: Laporan keuangan PT Unilever Tbk tahun 2017-2021,
(apgroup.com)
Berdasarkan Tabel 1.2 volume penjualan home and personal care pada PT
Pada tahun 2021, penjualan Unilever sebesar Rp. 26.376.489 mengalami penurunan
dari tahun ke tahun sebesar 307,20 million yang disebabkan oleh wabah penyakit
dikarenakan kegiatan penjualan impor dan ekspor yang mengalami hambatan
sehingga berdampak pada minat beli konsumen juga menurun. Dengan begitu antara
penjualan produk Love Beauty and Planet pada tahun 2021 sebesar 26.376.489
(dalam jutaan rupiah) dengan Innisfree pada tahun 2021 sebesar 307.20 (dalam
miliar) sudah jelas mengalami perbedaan penjualan dengan kategori besarnya satuan
rupiah, yang mana penjualan produk LBP masih tertinggal jauh penjualannya dari
tahun ketahun dibandingkan dengan penjualan produk Innisfree. Hal ini menjadi
masalah yang serius bagi manajemen Unilever sebagai salah satu pelopor industri
Menurut data penjualan shampo di Shopee (2021), produk Love Beauty and
grafiknya.
berada pada posisi ke 6 penjualan terbanyak di aplikasi Shopee dengan total Revenue
sebesar Rp. 492,74 Jt dengan market share 6,4%. Hal tersebut menunjukkan bahwa
Love Beauty and Planet merupakan produk vegetarian satu-satunya didalam data
tersebut dan banyak disukai banyak konsumen, meskipun produk perawatan tubuh
Kesadaran konsumen akan produk yang layak, aman dan ramah lingkungan
semakin tinggi, salah satunya adalah perusahaan produk Love beauty and planet
sebagai strategi pemasarannya (Santoso & Ardani, 2017). Hal ini memungkinkan
yang membantu perusahaan tampil lebih efisien dan efektif daripada pesaingnya
menyatakan bahwa ulasan konsumen produk Love Beauty and Planet, merasa kurang
cocok akan produk tersebut dengan pemakaian produk sekitar 1 bulan sampai dengan
lebih dari 1 tahun pemakaian. Ada beberapa produk yang dirasa kurang sesuai dengan
konsumen seperti aroma produk yang tidak sesuai dengan selera, produk yang dirasa
tidak mampu menyelesaikan permasalahan kulit, rambut rontok dan ketombe serta
tanggapan mengenai harga produk terbilang sedikit mahal untuk kalangan pelajar
karena harga menjadi elemen penting dalam pemasaran. Harga juga dapat membentuk
persepsi konumen terhadap kualitas produk. Untuk itu varian produk Love Beauty and
membuat keputusan untuk membeli (Amallia et., al, 2022). Minat beli itu sendiri
sehingga green marketing bisa efektif. Green marketing diharapkan dapat membantu
Love Beauty and Planet adalah merek perawatan pribadi dengan produk
perawatan rambut, perawatan tubuh dan perawatan kulit. Love beauty and planet telah
muncul sebagai inovasi perawatan pribadi yang mendorong untuk lebih peduli pada
bumi ini (Unilever, 2022). Produk Love Beauty and Planet memiliki dua sasaran dalam
Berdasarkan Gambar 1.3 dan lansiran dari youtube Alya Raudhafiqah, tanggapan
konsumen dalam produk Love Beauty and Planet mengatakan bahwa beberapa
dalam penggunaan produk ini. Konsumen menyatakan bahwa produk ini tidak mampu
menyelesaikan permasalahan rambut seperti rambut kusut, ketombean dan aroma yang
tidak sedap serta produk LBP ini tidak sepenuhnya menggunakan bahan vegan
dikarenakan produk yang terbuat dari bahan vegan terbilang cukup mahal, namun
lingkungan di Provinsi Banten menunjukkan belum sesuai harapan. Survei awal yang
dilakukan pada tanggal 12 April sampai 04 Mei 2023 terhadap 30 responden dari 4
Kabupaten dan 4 Kota yang berada dinaungan Provinsi Banten (Kabupaten Serang,
kuesioner melalui google form, yang menunjukkan sejumlah fakta empiris pencapaian
1. Minat beli pada aspek transaksional sebesar 68% dalam hal tindakan pembelian
lingkungan, namun masih menyisakan 32% pada aspek transaksional dalam hal
membeli sebuah produk hanya coba-coba dan menggunakan produk tersebut jika
2. Minat beli pada aspek referensial sebesar 65,90% dalam hal rekomendasi produk
berupa komentar dan review produk yang bagus dari orang lain, namun masih
menyisakan 34,1% pada aspek referensial dalam hal mencoba produk karena
3. Minat beli pada aspek preferensial sebesar 62,67% dalam hal menjadikan produk
ramah lingkungan yang utama berupa persepsi tentang produk yang ramah
lingkungan memiliki nilai tambah dibandingkan dengan produk yang lain, namun
masih menyisakan 37,33% pada aspek preferensial dalam hal menjadikan produk
tersebut sebagai pilihan utama dalam penggunaan produk yang ramah lingkungan.
4. Minat beli pada aspek eksploratif sebesar 66,86% dalam hal mencari informasi
mengenai produk dan mencari dukungan lain yang positif pada produk tersebut,
namun masih menyisakan 33,14% pada aspek eksploratif dalam hal pencarian
Dengan demikian masalah utama dalam penelitian ini adalah masih kurangnya
minat beli konsumen khususnya minat preferensial dan referensial. Yang dimana
konsumen tidak menjadikan pilihan utama dalam penggunaan produk tersebut dan tidak
antara lain yaitu green marketing, corporate social responsibility, dan green brand
image. Menurut penulis, ketiga variabel tersebut merupakan satu kesatuan yang terikat
Marketing Association (Rahayu et., al, 2017), green marketing dikategorikan kedalam
beberapa aspek yakni aspek pemasaran ritel sebagai produk yang dianggap bertanggung
yang baik adalah pemasaran yang memiliki strategi yang efektif. Ada beberapa strategi
perusahaan yang menerapkan strategi pemasaran adalah green brand image Love
Beauty and Planet sebagai alternatif produk ekologis. Love Beauty and Planet
merupakan merek produk kecantikan yang ramah lingkungan, termasuk botol yang
dapat didaur ulang, packaging yang bagus dan tekstur sesuai dengan aman bagi
kesehatan. Dalam hal ini, produk Love Beauty and Planet dengan unsur green
(Elvierayani, 2020).
produk dengan memperhatikan aspek lingkungan. Hal ini memiliki dampak terhadap
marketing dan minat beli akan tinggi. Bagi pemasar, konsep green product
bahwa semakin banyak konsumen yang bersedia membayar lebih untuk produk yang
jawab sosial dan hubungan pemangku kepentingan. Tanggung jawab sosial menjadi
aspek lingkungan, sosial budaya dan ekonomi. CSR yang dilakukan dengan baik
tidak selalu berdampak positif pada sikap, keyakinan persepsi dan niat beli
tertarik untuk membeli merek pilihannya (Firmansyah, 2018). Menurut (Kotler dan
Keller, 2016:198), minat beli diartikan sebagai keinginan perilaku untuk melakukan
Responsibility dan green brand image. Minat membeli produk Love Beauty and
Planet sudah baik, namun masih terdapat gap antara tingginya minat beli dengan
perpaduan asosiasi merek yang terbentuk pada benak konsumen. Asosiasi merek itu
sendiri merupakan mengenai memori merek. Asosiasi ini merupakan atribut merek
prioritas utama dalam pembelian produk ramah lingkungan. Citra merek ramah
memberikan kesan unik, membangun jaringan dengan konsumen secara terarah dan
konsisten yang bertujuan untuk memberikan kualitas terbaik (Laksita & Widodo,
2020).
Bila citra merek bagus maka akan diikuti oleh konsumen yang melakukan
pembelian produk dengan citra merek yang bagus sehingga dapat menarik minat
merek untuk melihat produk yang akan dibeli sesuai dengan yang diharapkan dan
berkualitas.
dibutuhkan. Citra merek adalah langkah pertama yang harus dilakukan perusahaan
untuk memastikan keberhasilannya. Citra merek sangat penting dalam sebuah bisnis
tentang manfaat dan pengalaman membeli dalam menggunakan sebuah produk atau
jasa. Word of mouth merupakan kegiatan konsumen dimana informasi suatu merek
produk atau jasa yang ditawarkan kepada konsumen lain secara non komersial dari
dan lebih dekat dengan konsumen. Media sosial merupakan media online, dimana
pengguna dapat dengan mudah berpartisipasi, berbagi dan membuat konten meliputi
blog, jejaring sosial, forum dan lain sebagainya. Internet juga berhasil memudahkan
konsumen untuk berinteraksi dengan produsen atau konsumen lainnya. Rujukan dari
email, forum online dan newsgroup serta ulasan konsumen lain dibeberapa situs web
merupakan fenomena global yang mendorong word of mouth baik secara positif
maupun negatif (Sinay, 2016). Semakin positif word of mouth maka semakin tinggi
dengan cara yang menyenangkan atau tidak menyenangkan. Sikap adalah mekanisme
mental yang mengevaluasi perilaku orang terhadap objek tertentu, membentuk dan
menentukan sikap dan perasaan yang dipelajari (Aziz & Sulistiono, 2019).
Sikap juga menjadi faktor dari minat beli, sikap penjual menentukan niat
pembeli karena pembeli ingin merasa kenyamanan dalam membeli sebuah produk.
Menurut Kotler dan Amstrong menyatakan bahwa sikap merupakan evaluasi dan
perasaan yang konsisten terkait dengan menyukai atau tidak menyukai objek maupun
informasi yang didapat berupa ulasan yang positif dan baik serta berdampak pada
satu dengan lainnya (research gap). Research gap tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut:
Pada penelitian sebelumnya terjadi ketidak konsistenan dari hasil yang ada.
Pertama, terdapat research gap terkait penelitian variabel green marketing dengan
T.O, et al (2017); Wu dan Chen (2014); Suki et., al (2016); Nguyen & Nguyen (2022);
Shanmugavel & Michaeal (2022) menemukan adanya pengaruh antara green marketing
(2021); Karunarathna, et al (2020); Jinan et., al (2022) menemukan tidak ada pengaruh
(2018); Laksita & Widodo (2020); Semuel (2015); Premayani et al (2015); Arachchi &
Mendis (2021); Lee & Kim (2018); Sarabia-Sanchez (2018); Mulaesa & Wang (2016);
Chalimatuz et., al (2017); Faeq et., al (2022); Suki., et al (2016) menemukan adanya
(2020); Martdhanna, et., al (2018); Saba, et., al (2017); Ni Wayan et., al (2015); Choiri
& Nurhadi (2019) menemukan tidak ada pengaruh CSR dengan PI.
Ketiga, terdapat research gap terkait penelitian variabel green marketing dengan
Abril & Canovas (2016); Oflac et., al (2015); Simao & Lisboa (2017); Hafez (2022)
menemukan adanya pengaruh green marketing dengan green brand image sedangkan
Hisam, et al (2019) menemukan tidak ada pengaruh green marketing dengan green
brand image.
responsibility dengan green brand image. Santoso (2017); Laksita & Widodo (2020);
Nofiasari & Yasri (2019); Semuel (2008); Punitha & Rusdi (2013); Premayani et al
pengaruh CSR dengan GBI sedangkan Adhimursandi et al., (2020); Sarah & Sutar
Kelima, terdapat research gap terkait penelitian variabel green brand image
(2021); Khaerunnisa, Baiq (2019); Dewanti et al. (2018); Hisam et al., (2019); Laksita
& Widodo (2020); Sarabia-Sanchez (2018) menemukan adanya pengaruh green brand
image dengan purchase intention sedangkan Sudirman et., al (2021); Rakhmawati et al.
(2019); Rahman (2015); Khaerunnisa (2019); Yahya (2022) menemukan tidak adanya
antar variabel secara langsung dan tanpa melibatkan variabel mediator yang mungkin
menjukkan hasil yang tidak konsisten antara penelitian satu dengan penelitian yang
lainnya. Sehingga, penelitian tentang purchase intention pada produk love beauty and
planet yang dipengaruhi oleh green marketing, corporate social responsibility dan
green brand image masih relevan untuk dilakukan penelitian. Untuk itu penelitian ini
akan penulis lanjutkan dengan judul “Peran Green Brand Image dalam Memediasi
Berdasarkan uraian latar belakang yang sudah disampaikan diatas, maka penulis
1. Pada tahun 2022 penguasaan pasar yang semakin menurun dan dibuktikan dengan
perlu adanya peningkatan dalam inovasi agar menjadi Best Awards Produk pada
tahun berikutnya
2. Penjualan produk Love Beauty and Planet pada tahun 2021 sebesar 26.376.489
(dalam jutaan rupiah) dengan Innisfree pada tahun 2021 sebesar 307.20 (dalam
satuan rupiah, yang mana penjualan produk LBP masih tertinggal jauh
3. Pada tahun 2021, penjualan produk love beauty and planet berdasarkan total
pendapatan berada pada posisi ke 6 di aplikasi shopee dengan market share sebesar
6,4% dengan total Revenue sebesar Rp. 492,74 Jt dikarenakan produk ini masih
tergolong baru di Indonesia maka minat beli konsumen akan produk tersebut masih
sedikit.
4. Review E-Word Of Mouth yang negatif menyatakan bahwa produk love beauty and
planet masih kurang sesuai dengan konsumen dan dirasa belum mampu
menyelesaikan permasalahan kulit dan rambut serta aroma yang kurang enak di
indera penciuman.
merekomendasikan pada orang lain. Hal tersebut dapat mengakibatkan minat beli
6. Masih terdapat beberapa hasil penelitian yang berbeda antara peneliti satu dengan
lainnya (research gap) sehingga perlu adanya dilakukan penelitian lebih lanjut
Dengan adanya keterbatasan sumber daya peneliti seperti waktu, biaya, tenaga
dan juga agar penelitian yang dilakukan bisa mendetail maka penelitian ini membatasi
hanya pada variabel Green Marketing, Corporate Social Responsibility dan Green
batasan tersebut adalah variabel green marketing dan corporate social responsibility
sebagai variabel eksogen, green brand image sebagai variabel intervening dan
Unit analisis penelitian ini mengambil sampel dari 4 Kabupaten dan 4 Kota di
Provinsi Banten dengan hanya berfokus pada konsumen produk Love Beauty and
sebagai berikut:
green brand image pada konsumen merek produk love beauty and planet?
purchase intention pada konsumen merek produk love beauty and planet?
intention melalui green brand image pada konsumen merek produk love beauty
and planet?
purchase intention melalui green brand image pada konsumen merek produk
green brand image pada konsumen merek produk love beauty and planet
intention melalui green brand image pada konsumen merek produk love beauty
and planet
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat yang nyata pada produk ramah
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat (1) Memberikan kontribusi
dengan mediasi green brand image terhadap purchase intention. (2) Untuk
dijadikan acuan dalam penelitian terkait peran green marketing dan corporate
social responsibility terhadap purchase intention, juga dimediasi oleh green
brand image.
b. Manfaat Praktis
terkait manajemen bisnis yang ramah lingkungan, khususnya yang terakit dengan