Jurnal
Vol. 13, No.2, 31 Agustus 2023: 202-221
https://jurnal.ugm.ac.id/kawistara/index
https://doi.org/ 10.22146/kawistara. 79087
ISSN 2088-5415 (Print) l ISSN 2355-5777 (Online)
The Journal of Social Sciences and Humanities
Submitted:10-11-2022; Revised: 02-08-2023; Accepted:02-08-2023
ABSTRACT As environmental challenges have become a ABSTRAK Studi ini mengeksplorasi model bisnis ramah
global concern, business sector is increasingly required to lingkungan yang dipraktikkan oleh kedai kopi lokal yang
adapt with ecological concerns in their business model. ada di Yogyakarta. Pendekatan penyelidikan narasi
This study explores the eco-friendly business model digunakan untuk menggambarkan pola kerja kedai
practiced by local coffee shops in Yogyakarta. Based kopi lokal dalam menjalankan usaha yang berwawasan
on a narrative inquiry approach, this study describes the lingkungan. Wawancara mendalam dan observasi pada
pattern and work mechanism of local coffee shops in empat kedai kopi terpilih dilakukan untuk menggambarkan
conducting environmentally ventures. In-depth interviews keragaman praktik wirausaha sosial kedai kopi lokal.
and observations at four selected local coffee shops Peneliti menemukan 12 elemen yang membentuk model
were conducted to describe the diversity of social bisnis sosial kedai kopi lokal di Yogyakarta, yaitu proposisi
entrepreneurship practices among them. The research nilai, aktivitas kunci, pelanggan dan penerima manfaat,
identifies 12 elements which collate the local coffee keterikatan pelanggan dan penerima manfaat, saluran,
shops’ social business model namely value proposition, sumber daya kunci, pemasok kunci, tata kelola, tujuan,
key activities, customers and beneficiaries, customer and indikator capaian, struktur kas masuk, serta struktur biaya.
beneficiary engagement, channels, key resources, key Kedai kopi lokal memiliki misi ganda untuk memberikan
suppliers, governance, objectives, performance indicators, dampak positif pada lingkungan sekaligus mendapatkan
cash inflow stream, and cost structure. The coffee shops keuntungan ekonomi. Nilai utama yang ditawarkan
show a dual mission: provide positive impacts on the oleh kedai kopi lokal tersebut adalah memberikan
environment while earning economic benefits. They kontribusi dalam meningkatkan kualitas lingkungan dan
contribute to improving the quality of the environment mengurangi sampah plastik. Meskipun menawarkan nilai
and reducing plastic waste. Although offering similar yang sama, setiap kedai kopi menerjemahkannya melalui
value proposition, each local coffee shops translate the aktivitas sosial yang beragam sesuai dengan konsep
social value through different societal activities which bisnis yang diusung, seperti penggunaan alat saji yang
consistent to their business concept such as the use of dapat digunakan kembali, penggunaan bahan baku dari
reusable serving utensils, the use of coffee beans from petani lokal, pengelolaan limbah kopi, dan operasional
local farmers, coffee waste management, and energy hemat energi. Perbedaan konsep bisnis yang dijalankan
efficient operations. The distinct business concepts are dipengaruhi oleh latar belakang pemilik kedai kopi.
mainly influenced by the background of the coffee shop Meskipun kedai kopi telah mengangkat tema kepedulian
owner. While the coffee shop has raised the theme of terhadap lingkungan, namun kedai kopi masih belum
environmentally friendly, they are still unable to eliminate dapat secara total menghilangkan penggunaan bahan
the use of plastic materials, especially for the takeaway plastik terutama untuk layanan take away. Studi ini juga
services. Finally, the study also found that government menemukan ketiadaan peran pemerintah dalam praktik
has no role in the eco-friendly practices of local coffee ramah lingkungan kedai kopi lokal.
shops.
KEYWORDS Business model; Coffee shop; Eco-friendly KATA KUNCI Bisnis ramah lingkungan; Kewirausahaan
business; Green entrepreneurship; Social enterprise. hijau; Kedai kopi; Model bisnis; Usaha sosial.
Copyright© 2023 THE AUTHOR (S). This article is distributed under a Creative Commons Attribution-Share Alike 4.0 International
license. Jurnal Kawistara is published by the Graduate School of Universitas Gadjah Mada.
PENGANTAR tinggi (Wei et al., 2021). Data dari Asosiasi
forum multilateral (UNEP, 2022). Terdapat Indonesia karena setiap tahunnya sampah
masalah lingkungan perlu melibatkan semua ton, nomor dua terbesar di dunia setelah
pemangku kepentingan. Dari sisi konsumen, China. Menyikapi hal tersebut, Pemerintah
gerakan peduli terhadap produk yang lebih berinisiatif untuk mengedepankan industri
ramah lingkungan semakin masif yang dimulai yang lebih ramah lingkungan melalui
produk ramah lingkungan (Chen, 2008), pola Sektor swasta juga memberikan respon
pembelian ramah lingkungan (Wu, 2008) dan senada, misalnya sektor konstruksi yang
Sementara dari sisi produsen, praktik 2022), revolusi hijau yang dipraktikkan pada
terkini menunjukkan adopsi praktik ramah sektor pertanian (Mariyono, 2015) dan juga
signifikan dan menjadi norma baru dalam pada sektor usaha kecil dan menengah
Pada sektor kuliner pelaku usaha restoran Bukti empiris menunjukkan bahwa
melalui penggunaan peralatan makan yang Indonesia pada pola konsumsi produk
dapat didaur ulang, konsumsi makanan makanan dan minuman yang ramah
organik, penggunaan peralatan hemat air, lingkungan semakin membaik (Farida &
minimalisasi limbah makanan, dan penciptaan Ardyan, 2015). Hal ini terlihat dari adanya
Coteau, 2020). Praktik semacam ini tidak yang menerapkan daur ulang, memberikan
jangka panjang yang lebih kuat dengan herbal (Leonidou et al., 2010). Secara spesifik,
pelanggan serta menciptakan loyalitas pada sektor usaha kedai kopi, Starbucks
konsumen juga (Hu et al., 2010). Kampanye dan Fore merupakan kedai kopi pertama di
global tentang tumblr day yang dilakukan oleh Indonesia yang memulai kampanye ramah
harga pada pelanggan yang menggunakan bagian dari aksi korporasi yang dilakukan
tumblr merupakan salah satu contoh sukses secara serentak di setiap gerai yang tersebar
negara-negara dengan tingkat polusi yang hijau (green marketing) melalui kampanye
go-green, penggunaan bahan kemasan yang
Boyke Rudy Purnomo dan Mauliddin Wisnu Munggaran — Model Bisnis Sosial Kedai Kopi Ramah Lingkungan di Yogyakarta 203
mudah didaur ulang, penggunaan sedotan belum ada penelitian yang menggambarkan
kertas, penggunaan tutup cangkir tanpa bagaimana kedai kopi lokal mengadopsi
sedotan, dan memulai penggunaan paper bag model bisnis ramah lingkungan sebagaimana
yang terbuat dari kertas daur ulang yang yang menjadi tren pada pasar global. Oleh
mudah terurai. Untuk mengoptimalkan karena itu, penelitian ini dilakukan dengan
kampanye hijau tersebut, mereka juga tujuan untuk mengungkap pola model bisnis
memberikan insentif berupa program sosial ramah lingkungan yang dijalankan oleh
potongan harga untuk para pengguna kedai kopi lokal khususnya yang beroperasi
tumblr. Selain itu Starbucks dan Fore juga di Yogyakarta.
menginisiasi penggunaan aplikasi untuk Tema bisnis hijau (green business)
mengurangi pencetakan struk pembelian dipandang sebagai antitesa dari praktik bisnis
sekaligus berfungsi untuk mempermudah konvensional yang hanya berorientasi pada
pemesanan (Prameka & Kurniawan, 2021). keuntungan ekonomis. Bisnis hijau memiliki
Keberhasilan kedai kopi berjejaring global potensi untuk menciptakan keseimbangan
seperti Starbucks dan Fore menggunakan isu antara keuntungan ekonomi, kemaslahatan
lingkungan dalam kampanye pemasarannya sosial, dan lestarinya ekologi (Effiong &
menunjukkan besarnya potensi pasar Singha, 2014). Konsepsi bisnis hijau berjalan
penikmat kopi di Indonesia yang peduli pada beriringan dengan konsep keberlanjutan
aspek lingkungan. Dengan jaringan luas yang bisnis yang menegaskan pentingnya bisnis
dimilikinya, kampanye ramah lingkungan untuk dapat mengurangi dampak negatif
kedai kopi jaringan global berhasil menarik terhadap lingkungan sosial dan ekologi
minat konsumen milenial terdidik (Halim, sehingga tercipta daya dukung yang kontinu
Firasko, dan Harianto, 2021). Hal ini kemudian untuk tumbuh dan berkembangnya bisnis
mengundang minat kedai kopi lokal untuk di masa yang akan datang (Sommer, 2012).
mengadopsi pendekatan tersebut. Di Tuntutan untuk menjalankan strategi bisnis
Yogyakarta terdapat lebih dari 3.000 kedai hijau semakin nyata karena konsumen
kopi dan menjadikan Yogyakarta sebagai memiliki kecenderungan untuk memilih
salah satu kota terpadat populasi kedai produk atau layanan yang bersifat ramah
kopinya (Kumparan, 2022). Kedai kopi lokal lingkungan (Kang et al., 2012). Terminologi
umumnya dijalankan dengan pola mandiri, ramah lingkungan didefinisikan sebagai
berbeda dengan kedai kopi skala global yang sebuah aktivitas yang dapat mengurangi
beroperasi menggunakan konsep jejaring. dampak negatif terhadap lingkungan, seperti
Younis dan Sundarakani (2020) menunjukkan pola pembelian yang ramah lingkungan,
bahwa pola operasi bisnis memengaruhi produk ramah lingkungan, kemasan ramah
adopsi perusahaan pada praktik hijau. lingkungan, dan juga aktivitas daur ulang
Penelitian tentang model praktik hijau pada terutama pada kemasan produk (Wolfe &
kedai kopi skala besar telah banyak dilakukan, Shanklin, 2001).
seperti Atzori, Shapoval, dan Murphy (2018), Gagasan kewirausahaan yang mengejar
Halim et al. (2021), dan Houssain, Tharim dan tujuan ekologis, tetapi tetap mampu
Wahab (2022). Sayangnya sampai saat ini menghasilkan keuntungan ekonomi saat
Boyke Rudy Purnomo dan Mauliddin Wisnu Munggaran — Model Bisnis Sosial Kedai Kopi Ramah Lingkungan di Yogyakarta 205
berwawasan lingkungan yang diterapkan Peneliti menggunakan pendekatan
oleh kedai kopi lokal di Yogyakarta. Wilayah kualitatif dengan penyelidikan narasi
Provinsi Yogyakarta dipilih karena memiliki (narrative inquiry) untuk menggambarkan
nilai-nilai kebudayaan yang kuat dengan bagaimana kedai kopi lokal menjalankan
struktur ekonomi didominasi oleh usaha usaha yang berwawasan lingkungan.
kecil dan kreatif (Fahmi, 2016) dan termasuk Penyelidikan narasi cocok digunakan untuk
wilayah yang memiliki populasi kedai kopi menjawab tujuan ekploratif (Brockmeier and
paling padat di Indonesia (Kumparan, 2022). Meretoja, 2014) dan secara spesifik peneliti
Terlebih dengan karakteristik kota pelajar, mengikuti Atkinson (2007) sebagai panduan
Yogyakarta memiliki populasi penduduk dalam mewawancarai narasumber untuk
terdidik yang cukup tinggi yang sangat peduli mendapatkan cerita perjalanan bisnisnya.
dengan produk ramah lingkungan.
Tabel 1.
Praktik Ramah Lingkungan pada Usaha Kedai Kopi
Kategori Praktik
Daur ulang dan 1. Daur ulang kertas, plastic, kardus, kaca, dan aluminium di lokasi toko
pengomposan 2. Memberlakukan model self-service kepada pelanggan
3. Melakukan program pengomposan sampah makanan
Peralatan hemat 1. Menggunakan pembatas aliran pada keran, toilet aliran rendah, dan urinoir tanpa air
energi dan air 2. Membatasi konsumsi air dengan hanya memberikan air kepada konsumen apabila
diminta.
3. Menggunakan bola lampu CFL atau LED
4. Menggunakan detektor gerakan untuk lampu di toilet
5. Penggunaan sistem yang memantau dan mengontrol suhu nyaman secara efisien
dengan sistem HVAC (Heating, Ventilating and Air Conditioning)
Perlengkapan 1. Menggunakan pembersih ramah lingkungan untuk piring dan gelas, serta kain linen
pembersih ramah untuk membersihkan.
lingkungan 2. Menggunakan pembersih ramah lingkungan untuk meja dan lantai
Peralatan dan 1. Penggunaan wadah bawa pulang yang dapat didaur ulang (seperti kertas), tidak
kemasan menggunakan styrofoam dan plastik
2. Menggunakan gelas atau piring yang dapat digunakan kembali
3. Menggunakan sedotan non-plastik
Menu berkelanjutan 1. Menawarkan bahan-bahan tradisional pada menu
2. Menawarkan makanan organik pada menu
3. Menawarkan ikan dan makanan laut yang dipanen secara berkelanjutan pada menu.
4. Menghindari penggunaan makanan yang dimodifikasi secara genetik
Sumber: Jeong dan Jang, 2010.
Tabel 2.
Rangkuman Profil Informan
Nama Kedai Kopi Konsep Bisnis Informan Durasi Wawancara
Sapulu Coffe Kedai Kopi dan Penginapan Bima Adhitya (Pengelola) 37 menit
Svarga Flora Kedai Kopi di Hutan Kota Diva Saviera (Pemilik) 33 menit
Tiga Roepa Kedai Kopi dan Galeri Seni Ami Ratih (Pemilik) 77 menit
Dongeng Kopi Kedai Kopi dan Ruang Baca Renggo Darsono (Pemilik) 78 menit
Sumber: Data Primer dikompilasi, 2022.
memilih kedai kopi lokal di Yogyakarta yang Kesadaran mengenai isu lingkungan
menerapkan praktik wirausaha sosial ramah membuat Bima ingin menciptakan sebuah
lingkungan. Berikut ini disajikan temuan penginapan dan kedai kopi dengan konsep
pada empat kedai kopi dalam bentuk narasi berkelanjutan. Mulai dari penggunaan sumber
deskriptif yang diceritakan oleh informan. energi terbarukan, produksi bahan baku
yang bertanggung jawab, serta melakukan
Kasus 1: Sapulu Coffee pengelolaan sampah secara mandiri. Hal
Kedai kopi yang berlokasi di Jalan ini membuat Sapulu Coffee menjadi sangat
Panembahan Mangkurat No. 10, Kota familiar bagi turis asing maupun lokal ketika
Yogyakarta ini didirikan oleh Bima Adhitya berlibur di Yogyakarta.
dan istrinya pada tahun 2018. Berawal dari “segmentasi utama Sapulu itu memang
keinginan untuk menjaga warisan rumah traveller, baik turis Indonesia ataupun
milik keluarga, Bima kemudian mengubah luar negeri karena biasanya turis-turis
Indonesia yang sering ke luar negeri itu
rumah warisan tersebut menjadi sebuah mereka cenderung jadi lebih concern
penginapan dan terintegrasi dengan kedai sama lingkungan.” (Bima)
kopi. Praktik ramah lingkungan yang Untuk menjangkau segmentasi pelanggan
diterapkan di Sapulu Coffee dilatarbelakangi tersebut, Sapulu Coffee memanfaatkan
oleh faktor pendidikan dan juga kebiasaan Instagram dan juga pemasaran organik
ramah lingkungan sang pemilik yang telah yang dibangun melalui interaksi dengan
Boyke Rudy Purnomo dan Mauliddin Wisnu Munggaran — Model Bisnis Sosial Kedai Kopi Ramah Lingkungan di Yogyakarta 207
pelanggan. Menariknya, kedai kopi ini akun pengulas tempat wisata di Instagram.
juga memberdayakan pelanggannya untuk Kemudian, Svarga Flora juga menggunakan
mengedukasi anak-anak sekitar kedai kopi komunitas sebagai media untuk meningkatkan
untuk belajar bahasa Inggris. keterikatan dengan pelanggannya. Melalui
Praktik ramah lingkungan yang kolaborasi dengan komunitas, Svarga Flora
dilakukan oleh Sapulu Coffee merupakan membuat acara-acara ataupun workshop
bentuk implementasi nilai sosial mereka yang melibatkan konsumen.
untuk meminimalkan kerusakan lingkungan. “Svarga Flora ini bisa dibilang branding-nya
Mereka memiliki keyakinan kuat bahwa malah jadi tempat wisata hutan ditengah
kota, disitu market kita khususnya orang-
ramah lingkungan dan meminimalkan orang dari luar kota.” (Diva)
penggunaan plastik sejatinya dapat dimulai
Konsep hutan dalam kota serta kegiatan
dari kebiasaan. Selanjutnya, nilai sosial ini
bersama komunitas merupakan implementasi
diimplementasikan melalui beberapa praktik
dari keinginan Svarga Flora untuk menjadi
seperti menyajikan kopi asal Indonesia,
tempat yang ramah untuk semua orang.
penanaman bunga telang, pemisahan sampah
Kemudian diikuti dengan komitmen mereka
organik dan sampah plastik, serta penyajian
untuk mengurangi penggunaan plastik
dengan alat saji ramah lingkungan.
melalui penyajian makanan dan minuman
“saya ingin deliver good product, good
services, tapi semua yang saya buat
menggunakan alat saji yang berbahan non-
tersebut meminimalkan kerusakan plastik.
lingkungan.” (Bima)
Kasus 3: Tiga Roepa
Kasus 2: Svarga Flora Kedai kopi ini di dirikan oleh Ami Ratih
Kedai kopi ini didirikan oleh Diva Saviera dan Denis pada tahun 2020 yang berlokasi
beserta dengan orang tuanya pada tahun di Jalan Pandega Marta No.43, Sleman, D.I
2021 yang beralamat di Jalan Affandi No. 26A, Yogyakarta. Pendirian kedai kopi ini berawal
Sleman, Yogyakarta. Svarga Flora mengusung dari inisiatif untuk menjaga warisan rumah
konsep kedai kopi dengan banyak tanaman- orang tua mereka. Kemudian, ketertarikan
tanaman hijau, sejalan dengan tagline mereka pada barang-barang antik dan lukisan
“hutan dalam kota”. Hal ini didasari oleh membuat kedai kopi ini kental dengan
adanya ketertarikan dan hobi pemilik akan suasana klasik serta terdapat galeri seni di
tanaman hijau. dalamnya. Tiga Roepa menghadirkan sebuah
Selanjutnya, konsep asri dan adanya kedai kopi dengan sebuah galeri lukisan
rutinitas kegiatan dengan komunitas dengan harapan bahwa adanya kedai kopi
membuat segmentasi pelanggan Svarga dengan konsep kesenian ini dapat lebih
menjadi lebih beragam, mulai dari pekerja, mendekatkan anak muda kepada seni.
mahasiswa, keluarga dan juga wisatawan dari Secara demografi, karakteristik konsumen
luar kota. Adanya kelompok pelanggan dari dari Tiga Roepa adalah generasi Z dan milenial.
luar kota ini disebabkan oleh penggunaan Namun lebih spesifik Tiga Roepa menarget
media sosial Instagram dan juga iklan di konsumen yang menyukai barang-barang antik
Sebagai salah satu kedai kopi yang program menarik di Dongeng Kopi adalah
menerapkan praktik ramah lingkungan, Tiga “buat kopi sendiri, bayar suka-suka”. Selain
dan sayur untuk menghasilkan bio-enzim, tentang kopi, program ini menawarkan
kemudian juga menggunakan alat saji ramah pengalaman membuat kopi menggunakan
tisu, serta menawarkan menu makanan dan membuat kopi instan di rumah. Selain itu,
proposisi nilai sosial yang ditawarkan oleh sesuai keikhlasannya. Strategi harga “pay
Tiga Roepa sejatinya berfokus pada membantu what you to want pay” ini merupakan sebuah
mentalnya melalui kegiatan seni, disamping motif ekonomi dari sebuah bisnis.
juga mengurangi penggunaan plastik sebagai “…jadi nanti barista kita akan bantu
ngajarin bagaimana cara menyeduh kopi
aktivitas ramah lingkungannya. secara manual dan bayar kopinya itu
seikhlasnya saja.” (Renggo)
Kasus 4: Dongeng Kopi
Kedai Kopi ini berawal dari sebuah blog Aktivitas kunci yang dilakukan oleh
di Twitter yang dikelola oleh Renggo Darsono Dongeng Kopi terdiri atas kurasi biji kopi yang
pada 2012 yang membagikan cerita-cerita berasal dari petani lokal, penyelenggaraan
tentang kopi. Kemudian pada 2014, Dongeng kelas seduh manual, roastery, pemilahan
Kopi berhasil membangun sebuah kedai kopi sampah plastik, pengolahan limbah kopi, serta
yang beralamat di Jalan Kiai Mojo Yogyakarta penyajian dengan alat saji ramah lingkungan.
hingga kemudian berpindah lokasi ke Jalan Aktivitas dan produk yang ditawarkan oleh
Grogolan, Umbulmartani, Sleman, D.I Dongeng Kopi merupakan implementasi
dari proposisi nilai sosial untuk melestarikan
Boyke Rudy Purnomo dan Mauliddin Wisnu Munggaran — Model Bisnis Sosial Kedai Kopi Ramah Lingkungan di Yogyakarta 209
dongeng rakyat melalui kopi, menjadi quality komprehensif untuk menjelaskan bisnis yang
control bagi petani kopi lokal serta menjadi dijalankan oleh kedai kopi lokal, khususnya
ruang interaksi antarpelanggan di kedai kopi. mengenai keterkaitannya dengan praktik
ramah lingkungan. Terdapat 12 isu yang dapat
Model Bisnis Sosial Kedai Kopi Ramah
diidentifikasi dari praktik yang dilakukan
Lingkungan
oleh kedai kopi lokal di Yogyakarta seperti
Pemodelan bisnis menggunakan kerangka
terangkum dalam kanvas model bisnis sosial
kewirausahaan sosial menghasilkan data yang
pada gambar 1.
Gambar 1. Kanvas Model Bisnis Sosial Kedai Kopi Lokal Ramah Lingkungan
Sumber: Analisis penulis, 2022.
Boyke Rudy Purnomo dan Mauliddin Wisnu Munggaran — Model Bisnis Sosial Kedai Kopi Ramah Lingkungan di Yogyakarta 211
kopi menawarkan proposisi nilai sosial pemetaan tersebut didasarkan pada pola
untuk melestarikan lingkungan, tetapi pada pembelian dan nilai-nilai yang diterima
praktiknya masih terjadi kontradiksi dalam konsumen. Kelompok penerima manfaat dari
implementasinya di lapangan. Hasil observasi kedai kopi ini adalah konsumen yang awam
menunjukkan bahwa keempat kedai kopi tentang kopi. Sapulu Coffee dan Dongeng
masih menggunakan gelas plastik untuk Kopi bahkan memiliki standar komunikasi
kemasan bawa pulang, yang menunjukkan yang mengharuskan barista mereka untuk
bahwa praktik ramah lingkungan kedai dapat mengobrol dengan pelanggannya.
kopi lokal di Yogyakarta belum sepenuhnya Di sisi lain, keunikan konsep dan praktik
menghapuskan penggunaan plastik. Hal ramah lingkungan dari keempat kedai kopi
ini bukannya tanpa alasan, meskipun memberikan daya tarik bagi konsumen dari
ada komitmen kuat untuk menghindari wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta.
penggunaan plastik, tetapi keempat kedai Hal ini mengindikasikan bahwa fenomena
kopi lokal belum menemukan bahan baku ramah lingkungan laku untuk “dijual” dan
non-plastik yang secara ekonomis sesuai karena belum banyak kedai kopi mengangkat
dengan anggaran mereka. Sehingga masih ada tema tersebut akhirnya memberikan rasa
kekuatiran penggunaan gelas dengan bahan penasaran konsumen. Belum terlihat
non-plastik dinilai dapat meningkatkan biaya perubahan pola hidup konsumen karena
yang dibebankan kepada pelanggan yang umumnya mereka datang karena memenuhi
pada akhirnya memengaruhi minat calon hasrat penasaran.
pelanggan untuk datang ke kedai kopi. Situasi berbeda terjadi pada kelompok
konsumen yang berasal dari luar negeri.
Pelanggan dan Penerima Manfaat
Aturan yang ketat, tegas, dan masifnya
Mahasiswa, leisure consumer dan
praktik ramah lingkungan yang dilakukan
wisatawan merupakan tiga kelompok
oleh bisnis-bisnis di negara asal mereka
pelanggan yang ditargetkan oleh keempat
membuat kesadaran wisatawan manca
kedai kopi lokal. Desain kedai kopi yang
negara akan lingkungan menjadi lebih tinggi.
estetik, suasana yang asri, cita rasa kopi
Salah satu yang terlihat adalah adanya
arabika yang unik, dan keramahan dari barista
inisiatif membawa mug sendiri ketika mereka
menjadi beberapa alasan kelompok tersebut
menginginkan kopi untuk dibawa pulang.
menjadi pelanggan kedai kopi ini. Berbeda
“…pernah bule itu dateng ke Sapulu, terus
dengan pelanggan yang memiliki pola perilaku
dia turun dari mobil dan dia itu bawa mug-
come and go, kelompok penerima manfaat nya sendiri untuk take-away kopi.” (Bima)
merupakan segmen pelanggan yang secara
nyata memperoleh pengetahuan maupun Keterikatan Pelanggan dan Penerima Manfaat
kemampuan baru setelah mengunjungi kedai Keempat kedai kopi mengimplemen
kopi. Akan tetapi, pelanggan dan penerima tasikan konsep penciptaan nilai bersama untuk
manfaat cenderung sulit dibedakan, karena menciptakan keterikatan dengan pelanggan
pelanggan dapat pula menjadi penerima dan penerima manfaatnya. Keberhasilan
manfaat, dan sebaliknya. Hal ini dikarenakan implementasi penciptaan nilai bersama
kopi kemudian melakukan inisiasi kegiatan antara kedai kopi dengan pelanggan dan
yang sesuai dengan keunggulan kompetitif penerima manfaat. Selain karena memang
dan penerima manfaat dengan kedai kopi media ini dipandang menjadi pilihan yang
merupakan hasil dari hubungan timbal paling ekonomis. Penggunaan media sosial
balik antarkeduanya. Proses keterikatan ini relatif tidak membutuhkan investasi yang
sejatinya tercipta akibat adanya intervensi besar namun dapat menjangkau khalayak
dari kedai kopi, mulai dari cara berkomunikasi yang sangat luas dan tidak terbatas ruang
dengan konsumen, workshop dengan dan waktu (24 jam sehari, 7 hari seminggu).
konsumen, serta kelas seduh manual untuk Temuan ini sejalan dengan studi empiris
konsumen. Meskipun tidak terjadi secara yang dilakukan oleh Singh & Sonnenburg
alamiah, metode ini digunakan oleh kedai (2012) yang menunjukkan bahwa UMKM
kopi untuk dapat memberikan nilai untuk cenderung akan memilih pendekatan “murah
pelanggannya sesuai dengan spesialisasi dari meriah” dalam merancang materi pemasaran.
masing-masing kedai kopi, yang kemudian Media sosial memungkinkan kedai kopi
bersama konsumen yang dilakukan oleh Lebih lanjut, Instagram dipilih sebagai
kedai kopi biasanya bersifat impulsif muncul saluran utama komunikasi kedai kopi
dari dialektika antara kedai kopi, konsumen, berdasarkan pertimbangan bahwa target
bersama konsumen ternyata juga mampu kopi memilih Instagram namun strategi
kopi tersebut. Bahkan, workshop kelas seduh Coffee mencitrakan kedai kopi mereka yang
manual yang dilakukan oleh Dongeng Kopi terintegrasi dengan penginapan The Candela
Boyke Rudy Purnomo dan Mauliddin Wisnu Munggaran — Model Bisnis Sosial Kedai Kopi Ramah Lingkungan di Yogyakarta 213
“hutan dalam kota”. Sementara pesan-pesan dan barista menjadi bagian dari pemasaran
Instagram Tiga Roepa mencitrakan kedai keempat kedai kopi lokal.
kopi ini sebagai galeri seni dan wahana “…disini semua barista dan pegawai villa
healing. Dongeng Kopi secara konsisten harus ngobrol sama tamunya. karena
konsumen saya juga banyak yang traveller
menampilkan citra merek taman baca dan dari luar negeri, barista saya disini juga
ruang komunitas dalam akun Instagramnya. saya paksa untuk bisa bahasa Inggris.
(Bima)
Sumberdaya Kunci
Selain itu, keempat kedai kopi juga
Untuk menjalankan aktivitas dan program
memiliki komposisi campuran biji kopi
ramah lingkungan, kedai kopi memerlukan
house blend yang berbeda-beda. Sehingga
berbagai jenis sumberdaya. Sumberdaya
selanjutnya aset intelektual ini menjadi
kunci dapat berupa sumberdaya bendawi
bagian yang tidak terpisahkan dari kedai
(tangible resources) dan sumberdaya non-
kopi, terutama terkait dengan konsistensi
bendawi (intangible resources). Aset fisik dan
cita rasa kopi yang dihasilkan.
bahan baku merupakan sumberdaya bendawi
yang utama. Mengingat bahwa proposisi nilai Pemasok Kunci
ekonomi yang dimiliki keempat kedai adalah Pemasok biji kopi menentukan terciptanya
penjualan kopi dan biji kopi berkualitas nilai yang akan ditawarkan oleh kedai kopi
maka spesifikasi dan ketersediaan bahan pada konsumen dan penerima manfaatnya.
baku menjadi sangat krusial. Sumberdaya Utamanya untuk preposisi nilai kedua yaitu
bendawi selanjutnya adalah aset fisik berupa meningkatkan kualitas lingkungan, upaya
bangunan. Mengusung konsep bangunan luar menumbuhkan kecintaan pada produk
ruangan yang meminimalkan penggunaan dalam negeri dan pemberdayaan petani
AC dan hemat energi listrik, setiap kedai kopi lokal dipandang sangat relevan. Nilai sosial
membangun diferensiasinya melalui strategi tersebut diartikulasikan melalui pemilihan
dekorasi dan tata letak. pemasok dari berbagai wilayah di Indonesia.
Sumber daya kunci lainnya adalah Svarga Flora dan Tiga Roepa menggandeng
pengetahuan dan kemampuan barista dalam petani kopi dari Temanggung dan lereng
mengolah biji kopi. Meskipun tidak berwujud, Merapi. Faktor kedekatan geografis menjadi
sumberdaya ini sangat menentukan dalam pertimbangan utama pemilihan petani
menghasilkan cita rasa kopi yang disukai lokal agar menghemat biaya transportasi.
oleh konsumen. Selain kemampuan teknis Sementara Dongeng Kopi dan Sapulu Coffee
produksi, ketrampilan barista untuk lebih menekankan keberagaman sajian menu
berkomunikasi juga menjadi pilar kunci kopi sehingga dalam memilih pemasok
kesuksesan kedai kopi. Keempat kedai kopi mereka bekerja sama dengan petani lokal
lokal mewajibkan para baristanya untuk dari wilayah Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara,
bersikap ramah dan berkomunikasi dengan Bali, hingga Sulawesi dan Papua. Hal ini
baik kepada konsumennya. Ini dapat menjadi juga mendukung misi sosial mereka untuk
alasan mengapa keterikatan yang dihasilkan memperkenalkan biji-biji kopi asli Indonesia.
oleh adanya interaksi antara konsumen
Boyke Rudy Purnomo dan Mauliddin Wisnu Munggaran — Model Bisnis Sosial Kedai Kopi Ramah Lingkungan di Yogyakarta 215
Meskipun memiliki tujuan jangka Indikator Capaian
panjang yang serupa, namun setiap Pengukuran hasil untuk tujuan ekonomi
kedai kopi memilih tujuan jangka pendek sejatinya merupakan yang paling mudah
yang berbeda-beda. Ada kedai kopi yang dilihat melalui data hasil penjualan serta
menetapkan tujuan jangka pendek yang pendapatan yang diperoleh oleh kedai
selaras dengan tema ramah lingkungan yang kopi. Permasalahan yang kerap dialami
menjadi tujuan jangka panjangnya, tetapi oleh perusahaan yang memiliki tujuan
ada juga kedai kopi yang memilih tujuan sosial adalah adanya bias yang ditimbulkan
jangka pendek yang tidak terkait langsung dari tujuan mereka, sehingga diperlukan
dengan inti dari gerakan peduli lingkungan. pengukuran dampak untuk tujuan-tujuan
Keragaman tersebut dipengaruhi oleh sosial yang bersifat jangka panjang. Tujuan
konsep bisnis dan situasi masing-masing pemberdayaan komunitas konsumen sebagai
kedai kopi. Sapulu Coffee menciptakan tujuan sosial jangka panjang dapat dinilai
praktik lingkungan berkelanjutan yang dengan mengukur partisipasi dari konsumen
dimulai dengan fokus pada pengelolaan terhadap kegiatan yang diadakan oleh
sampah mandiri dan pertanian hidroponik. kedai kopi. Selanjutnya keempat kedai kopi
Dongeng Kopi melakukan kerja sama dengan juga menggunakan metode umpan balik
lembaga eksternal untuk pengelolaan konsumen yang mereka dapatkan ketika
sampah. Sementara Svarga Flora memilih pelanggan kembali berkunjung ke kedai kopi,
untuk berfokus pada kolaborasi dengan sehingga indikator ini dapat menentukan
berbagai komunitas masyarakat, meskipun kesesuaian dampak yang dirasakan oleh
tidak semuanya terkait dengan kepedulian konsumen dan yang ingin dicapai oleh kedai
terhadap lingkungan, sebagai tujuan kopi.
jangka pendeknya. Karena menghadapi
Struktur Kas Masuk
permasalahan mengenai ketiadaan manajer
Pendapatan operasional keempat kedai
operasional, pemilik Tiga Roepa merasa
kopi berasal dari penjualan makanan dan
kewalahan dan tidak dapat menangani
minuman baik untuk kategori makan di
secara maksimal aspek pelaporan keuangan,
tempat maupun kategori dibawa pulang.
sehingga dalam jangka pendek pemilik
Tidak hanya produk jadi, kedai kopi juga
menetapkan fokus pada pengelolaan internal
menjual biji kopi secara langsung kepada
bisnis.
konsumen baik di toko maupun penjualan
Berjalan beriringan dengan tujuan sosial
secara daring.
diatas, kedai kopi juga memiliki orientasi
Selain berasal dari pendapatan
akan keuntungan baik dalam jangka pendek
operasional, terdapat kas masuk berupa
maupun jangka panjang. Hal ini dapat dilihat
modal investasi yang berasal dari pemilik dan
dari strategi harga yang mereka gunakan
investor. Modal investasi ini pada umumnya
terhadap produk yang ditawarkan serta
digunakan untuk kebutuhan awal kedai
penggunaan biji kopi Arabika lokal yang
kopi serta keperluan yang membutuhkan
tentu saja memiliki harga yang lebih mahal
dana dalam jumlah lebih banyak, seperti
dibandingkan dengan jenis kopi Robusta.
Boyke Rudy Purnomo dan Mauliddin Wisnu Munggaran — Model Bisnis Sosial Kedai Kopi Ramah Lingkungan di Yogyakarta 217
strategi mencapai keuntungan ekonomi Storyworlds: A Journal of Narrative Studies,
dengan strategi untuk memberikan nilai 6(2), 1-27.
Brooks, S. (2009). Sustainability: What’s
manfaat pada lingkungan. Dalam aspek
“green” mean? . Restaurant Business, 1(16),
manajerial, hasil penelitian ini memberikan
108.
wawasan yang dapat digunakan oleh Chaturvedi, P., Kulshreshtha, K., & Tripathi,
wirausahawan bidang kuliner bahwa V. (2022). Investigating the role of
kepedulian terhadap lingkungan dapat celebrity institutional entrepreneur in
reducing the attitude-behavior gap in
ditawarkan untuk mengoptimalkan nilai jual
sustainable consumption. Management of
(augmented value) usaha kedai kopi. Agar nilai
Environmental Quality: An International
tambah tersebut dapat dipahami dan dirasakan Journal, 33(3), 625–643. https://doi.
oleh konsumen, wirausahawan kuliner harus org/10.1108/MEQ-09-2021-0226
secara konsisten mengintegrasikan tema, Chen, Y.-S. (2008). The Driver of Green
Innovation and Green Image – Green Core
konsep bisnis, strategi, dan aktivitas kunci
Competence. Journal of Business Ethics,
dengan proposisi nilai yang ditawarkan.
81(3), 531–543. https://doi.org/10.1007/
Penelitian ini menggunakan sudut s10551-007-9522-1
pandang dari pemilik atau pengelola Choudhary, P., Kumar Jain, N., & Panda,
kedai kopi. Penelitian selanjutnya dapat A. (2022). Making small and medium
enterprises circular economy compliant
menginvestigasi ragam praktik ramah
by reducing the single use plastic
lingkungan dari sudut pandang konsumen,
consumption. Journal of Business Research,
karyawan, pemerintah maupun kelompok 149, 448–462. https://doi.org/10.1016/j.
sosial masyarakat. Untuk mendapatkan jbusres.2022.05.038
gambaran yang lebih luas, penelitian Dean, T. J., & McMullen, J. S. (2007). Toward
a theory of sustainable entrepreneurship:
selanjutnya juga dapat menggunakan konteks
Reducing environmental degradation
spasial lain seperti wilayah metropolitan dan
through entrepreneurial action. Journal of
wilayah sub urban. Business Venturing, 22(1), 50–76. https://
doi.org/10.1016/j.jbusvent.2005.09.003
DAFTAR PUSTAKA DiPietro, R., Cao, Y., & Partlow, C. (2013).
Atkinson, P. (2007). Ethnography: Principles Green practices in upscale foodservice
in Practice. Routledge. operations. International Journal of
Atzori, R., Shapoval, V., & Murphy, K.S. (2018) Contemporary Hospitality Management,
Measuring generation Y consumer’s 25(5), 779–796. https://doi.org/10.1108/
perceptions of green practices at IJCHM-May-2012-0082
Starbucks: An IPA analysis. Journal of Dube, A., & Gawande, R. (2011). Green
Foodservice Business Research, 21(1), 1-21. Supply Chain management – A literature
Bocken, N. M. P., Short, S. W., Rana, P., & Evans, review. International Journal of Computer
S. (2014). A literature and practice review Applications.
to develop sustainable business model Effiong, J., & Singha, N. (2014). Impact of
archetypes. Journal of Cleaner Production, Green Business Model on Sustainability
65, 42–56. https://doi.org/10.1016/j. Management of Indian Corporate
jclepro.2013.11.039 Organisations: A Review of Issues and
Brockmeier, J. & Meretoja, H. (2014). Opportunities for Business Growth. FIIB
Understanding narrative hermeneutics. Business Review, 3(3).
Boyke Rudy Purnomo dan Mauliddin Wisnu Munggaran — Model Bisnis Sosial Kedai Kopi Ramah Lingkungan di Yogyakarta 219
1344. https://doi.org/10.1080/026725 189–197. https://doi.org/10.1016/j.
7X.2010.523710 intmar.2012.04.001
Mariyono, J. (2015). Green revolution- and Sommer, A. (2012). Managing green business
wetland-linked technological change of model transformation. Springer.
rice agriculture in Indonesia. Management Sparviero, S. (2019). The Case for a Socially
of Environmental Quality: An International Oriented Business Model Canvas: The
Journal, 26(5), 683–700. https://doi. Social Enterprise Model Canvas. Journal
org/10.1108/MEQ-07-2014-0104 of Social Entrepreneurship, 10(2), 232–251.
Maurya, A. (2010). Running Lean. O’Reilly https://doi.org/10.1080/19420676.2018.1
Media, Inc. 541011
Miladi, A. I. (2014). Governance for SMEs: SGRP, 2021, Starbucks Global
Influence of leader on organizational Responsibility Report, dikutip dari
culture. International Strategic http://w w w.starbucks.com/assets/
Management Review, 2(1), 21–30. https:// d0ce9fa1502e4aa6a9b827bf5185feee.pdf
doi.org/10.1016/j.ism.2014.03.002 (diakses pada 06.10.21).
Namkung, Y., & Jang, S. (2013). Effects of UNEP, 2022. United Nation Environment
restaurant green practices on brand Programme, Publications & Data, dikutip
equity formation: Do green practices really dari https://www.unep.org/publications-
matter? International Journal of Hospitality data (diakses pada 07.03.2022)
Management, 33, 85–95. https://doi. van Doorn, J., Lemon, K. N., Mittal, V.,
org/10.1016/j.ijhm.2012.06.006 Nass, S., Pick, D., Pirner, P., & Verhoef,
Osterwalder, A., & Pigneur, Y. (2010). Business P. C. (2010). Customer Engagement
model generation: a handbook for Behavior: Theoretical Foundations and
visionaries, game changers, and Research Directions. Journal of Service
challengers (Vol. 1). John Wiley & Sons. Research, 13(3), 253–266. https://doi.
Prameka, A. S., & Kurniawan, D. T. (2021). org/10.1177/1094670510375599
Peran Green Marketing pada Repurchase Wei, T., Wu, J., & Chen, S. (2021). Keeping
Intention Merek Kopi Ramah Lingkungan Track of Greenhouse Gas Emission
Di Indonesia. Jurusan Manajemen Fakultas Reduction Progress and Targets in 167
Ekonomi Universitas Negeri Malang. Cities Worldwide. Frontiers in Sustainable
Purnomo, B.R., Deltarosi, D. dan Madepo, Cities, 3. https://doi.org/10.3389/
M.A. (2021). Survival mode vs Growth frsc.2021.696381
mode: Dinamika Studio Kopi Mengelola Wolfe, K. L., & Shanklin, C. W. (2001).
Disrupsi Digital dan Perubahan Preferensi Environmental Practices and Management
Konsumen., Dalam B. Sutikno & R. Concerns of Conference Center
Rostiani (Eds.), Kasus-Kasus Manajemen Administrators. Journal of Hospitality &
Perusahaan Indonesia: Leadership and Tourism Research, 25(2), 209–216. https://
Entrepreneurship in Digital Era (hlm. 233- doi.org/10.1177/109634800102500207
236). Gadjah Mada University Press. Wu, Y. (2008). Green purchasing to achieve
Rostiani, R., Paramita, W., Audita, H., Virgosita, corporate sustainability. Lumes Lund
R., Budiarto, T., & Purnomo, B. R. (2014). University.
Understanding Social Enterprises in Younis, H. & Sundarakani, B. (2020). The Impact
Indonesia: Drivers and Challenges. Journal of Firm Size, Firm Age and Environmental
of Indonesian Economy & Business, 29(2). Management Certification on the
Singh, S., & Sonnenburg, S. (2012). Relationship between green supply chain
Brand Performances in Social Media. practices and corporate performance.
Journal of Interactive Marketing, 26(4),
Boyke Rudy Purnomo dan Mauliddin Wisnu Munggaran — Model Bisnis Sosial Kedai Kopi Ramah Lingkungan di Yogyakarta 221