Anda di halaman 1dari 20

Kawistara

Jurnal
Vol. 13, No.2, 31 Agustus 2023: 202-221
https://jurnal.ugm.ac.id/kawistara/index
https://doi.org/ 10.22146/kawistara. 79087
ISSN 2088-5415 (Print) l ISSN 2355-5777 (Online)
The Journal of Social Sciences and Humanities
Submitted:10-11-2022; Revised: 02-08-2023; Accepted:02-08-2023

Model Bisnis Sosial Kedai Kopi Ramah Lingkungan


di Yogyakarta
Social Business Model of Eco-Friendly Coffee Shops in Yogyakarta
Boyke Rudy Purnomo*1 dan Mauliddin Wisnu Munggaran2
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada

Penulis Korespondensi: boykepurnomo@ugm.ac.id

ABSTRACT As environmental challenges have become a ABSTRAK Studi ini mengeksplorasi model bisnis ramah
global concern, business sector is increasingly required to lingkungan yang dipraktikkan oleh kedai kopi lokal yang
adapt with ecological concerns in their business model. ada di Yogyakarta. Pendekatan penyelidikan narasi
This study explores the eco-friendly business model digunakan untuk menggambarkan pola kerja kedai
practiced by local coffee shops in Yogyakarta. Based kopi lokal dalam menjalankan usaha yang berwawasan
on a narrative inquiry approach, this study describes the lingkungan. Wawancara mendalam dan observasi pada
pattern and work mechanism of local coffee shops in empat kedai kopi terpilih dilakukan untuk menggambarkan
conducting environmentally ventures. In-depth interviews keragaman praktik wirausaha sosial kedai kopi lokal.
and observations at four selected local coffee shops Peneliti menemukan 12 elemen yang membentuk model
were conducted to describe the diversity of social bisnis sosial kedai kopi lokal di Yogyakarta, yaitu proposisi
entrepreneurship practices among them. The research nilai, aktivitas kunci, pelanggan dan penerima manfaat,
identifies 12 elements which collate the local coffee keterikatan pelanggan dan penerima manfaat, saluran,
shops’ social business model namely value proposition, sumber daya kunci, pemasok kunci, tata kelola, tujuan,
key activities, customers and beneficiaries, customer and indikator capaian, struktur kas masuk, serta struktur biaya.
beneficiary engagement, channels, key resources, key Kedai kopi lokal memiliki misi ganda untuk memberikan
suppliers, governance, objectives, performance indicators, dampak positif pada lingkungan sekaligus mendapatkan
cash inflow stream, and cost structure. The coffee shops keuntungan ekonomi. Nilai utama yang ditawarkan
show a dual mission: provide positive impacts on the oleh kedai kopi lokal tersebut adalah memberikan
environment while earning economic benefits. They kontribusi dalam meningkatkan kualitas lingkungan dan
contribute to improving the quality of the environment mengurangi sampah plastik. Meskipun menawarkan nilai
and reducing plastic waste. Although offering similar yang sama, setiap kedai kopi menerjemahkannya melalui
value proposition, each local coffee shops translate the aktivitas sosial yang beragam sesuai dengan konsep
social value through different societal activities which bisnis yang diusung, seperti penggunaan alat saji yang
consistent to their business concept such as the use of dapat digunakan kembali, penggunaan bahan baku dari
reusable serving utensils, the use of coffee beans from petani lokal, pengelolaan limbah kopi, dan operasional
local farmers, coffee waste management, and energy hemat energi. Perbedaan konsep bisnis yang dijalankan
efficient operations. The distinct business concepts are dipengaruhi oleh latar belakang pemilik kedai kopi.
mainly influenced by the background of the coffee shop Meskipun kedai kopi telah mengangkat tema kepedulian
owner. While the coffee shop has raised the theme of terhadap lingkungan, namun kedai kopi masih belum
environmentally friendly, they are still unable to eliminate dapat secara total menghilangkan penggunaan bahan
the use of plastic materials, especially for the takeaway plastik terutama untuk layanan take away. Studi ini juga
services. Finally, the study also found that government menemukan ketiadaan peran pemerintah dalam praktik
has no role in the eco-friendly practices of local coffee ramah lingkungan kedai kopi lokal.
shops.

KEYWORDS Business model; Coffee shop; Eco-friendly KATA KUNCI Bisnis ramah lingkungan; Kewirausahaan
business; Green entrepreneurship; Social enterprise. hijau; Kedai kopi; Model bisnis; Usaha sosial.

Copyright© 2023 THE AUTHOR (S). This article is distributed under a Creative Commons Attribution-Share Alike 4.0 International
license. Jurnal Kawistara is published by the Graduate School of Universitas Gadjah Mada.
PENGANTAR tinggi (Wei et al., 2021). Data dari Asosiasi

Isu lingkungan menjadi masalah Industri Plastik Indonesia (INAPLAS)

global dan didiskusikan pada berbagai menunjukkan darurat sampah plastik di

forum multilateral (UNEP, 2022). Terdapat Indonesia karena setiap tahunnya sampah

kesamaan pandangan bahwa penyelesaian plastik yang dihasilkan mencapai 64 juta

masalah lingkungan perlu melibatkan semua ton, nomor dua terbesar di dunia setelah

pemangku kepentingan. Dari sisi konsumen, China. Menyikapi hal tersebut, Pemerintah

gerakan peduli terhadap produk yang lebih berinisiatif untuk mengedepankan industri

ramah lingkungan semakin masif yang dimulai yang lebih ramah lingkungan melalui

dari meningkatnya ketertarikan terhadap Undang-Undang Nomor 3 tahun 2014.

produk ramah lingkungan (Chen, 2008), pola Sektor swasta juga memberikan respon

pembelian ramah lingkungan (Wu, 2008) dan senada, misalnya sektor konstruksi yang

rantai pasokan ramah lingkungan (Dube & mengintegrasikan konsep keberlanjutan

Gawande, 2011). dalam model bisnisnya (Fitriani & Ajayi,

Sementara dari sisi produsen, praktik 2022), revolusi hijau yang dipraktikkan pada

terkini menunjukkan adopsi praktik ramah sektor pertanian (Mariyono, 2015) dan juga

lingkungan semakin meningkat secara ecological entrepreneurship yang diadopsi

signifikan dan menjadi norma baru dalam pada sektor usaha kecil dan menengah

industri global (Chaturvedi et al., 2022). (Gunawan et al., 2021).

Pada sektor kuliner pelaku usaha restoran Bukti empiris menunjukkan bahwa

menerapkan praktik bisnis berkelanjutan pengetahuan dan kesadaran masyarakat

melalui penggunaan peralatan makan yang Indonesia pada pola konsumsi produk

dapat didaur ulang, konsumsi makanan makanan dan minuman yang ramah

organik, penggunaan peralatan hemat air, lingkungan semakin membaik (Farida &

minimalisasi limbah makanan, dan penciptaan Ardyan, 2015). Hal ini terlihat dari adanya

suasana ramah lingkungan (Filimonau & de kecenderungan dalam memilih produk

Coteau, 2020). Praktik semacam ini tidak yang menerapkan daur ulang, memberikan

hanya mengurangi dampah negatif pada informasi tentang kandungan bahan,

lingkungan, tetapi mendorong hubungan maupun penggunaan bahan organik dan

jangka panjang yang lebih kuat dengan herbal (Leonidou et al., 2010). Secara spesifik,

pelanggan serta menciptakan loyalitas pada sektor usaha kedai kopi, Starbucks

konsumen juga (Hu et al., 2010). Kampanye dan Fore merupakan kedai kopi pertama di

global tentang tumblr day yang dilakukan oleh Indonesia yang memulai kampanye ramah

Starbucks dengan memberikan potongan lingkungan. Inisiatif keduanya merupakan

harga pada pelanggan yang menggunakan bagian dari aksi korporasi yang dilakukan

tumblr merupakan salah satu contoh sukses secara serentak di setiap gerai yang tersebar

praktik ini (SGRP, 2021). di seluruh dunia. Dua perusahaaan global

Indonesia masuk dalam daftar teratas tersebut mengadopsi strategi pemasaran

negara-negara dengan tingkat polusi yang hijau (green marketing) melalui kampanye
go-green, penggunaan bahan kemasan yang

Boyke Rudy Purnomo dan Mauliddin Wisnu Munggaran — Model Bisnis Sosial Kedai Kopi Ramah Lingkungan di Yogyakarta 203
mudah didaur ulang, penggunaan sedotan belum ada penelitian yang menggambarkan
kertas, penggunaan tutup cangkir tanpa bagaimana kedai kopi lokal mengadopsi
sedotan, dan memulai penggunaan paper bag model bisnis ramah lingkungan sebagaimana
yang terbuat dari kertas daur ulang yang yang menjadi tren pada pasar global. Oleh
mudah terurai. Untuk mengoptimalkan karena itu, penelitian ini dilakukan dengan
kampanye hijau tersebut, mereka juga tujuan untuk mengungkap pola model bisnis
memberikan insentif berupa program sosial ramah lingkungan yang dijalankan oleh
potongan harga untuk para pengguna kedai kopi lokal khususnya yang beroperasi
tumblr. Selain itu Starbucks dan Fore juga di Yogyakarta.
menginisiasi penggunaan aplikasi untuk Tema bisnis hijau (green business)
mengurangi pencetakan struk pembelian dipandang sebagai antitesa dari praktik bisnis
sekaligus berfungsi untuk mempermudah konvensional yang hanya berorientasi pada
pemesanan (Prameka & Kurniawan, 2021). keuntungan ekonomis. Bisnis hijau memiliki
Keberhasilan kedai kopi berjejaring global potensi untuk menciptakan keseimbangan
seperti Starbucks dan Fore menggunakan isu antara keuntungan ekonomi, kemaslahatan
lingkungan dalam kampanye pemasarannya sosial, dan lestarinya ekologi (Effiong &
menunjukkan besarnya potensi pasar Singha, 2014). Konsepsi bisnis hijau berjalan
penikmat kopi di Indonesia yang peduli pada beriringan dengan konsep keberlanjutan
aspek lingkungan. Dengan jaringan luas yang bisnis yang menegaskan pentingnya bisnis
dimilikinya, kampanye ramah lingkungan untuk dapat mengurangi dampak negatif
kedai kopi jaringan global berhasil menarik terhadap lingkungan sosial dan ekologi
minat konsumen milenial terdidik (Halim, sehingga tercipta daya dukung yang kontinu
Firasko, dan Harianto, 2021). Hal ini kemudian untuk tumbuh dan berkembangnya bisnis
mengundang minat kedai kopi lokal untuk di masa yang akan datang (Sommer, 2012).
mengadopsi pendekatan tersebut. Di Tuntutan untuk menjalankan strategi bisnis
Yogyakarta terdapat lebih dari 3.000 kedai hijau semakin nyata karena konsumen
kopi dan menjadikan Yogyakarta sebagai memiliki kecenderungan untuk memilih
salah satu kota terpadat populasi kedai produk atau layanan yang bersifat ramah
kopinya (Kumparan, 2022). Kedai kopi lokal lingkungan (Kang et al., 2012). Terminologi
umumnya dijalankan dengan pola mandiri, ramah lingkungan didefinisikan sebagai
berbeda dengan kedai kopi skala global yang sebuah aktivitas yang dapat mengurangi
beroperasi menggunakan konsep jejaring. dampak negatif terhadap lingkungan, seperti
Younis dan Sundarakani (2020) menunjukkan pola pembelian yang ramah lingkungan,
bahwa pola operasi bisnis memengaruhi produk ramah lingkungan, kemasan ramah
adopsi perusahaan pada praktik hijau. lingkungan, dan juga aktivitas daur ulang
Penelitian tentang model praktik hijau pada terutama pada kemasan produk (Wolfe &
kedai kopi skala besar telah banyak dilakukan, Shanklin, 2001).
seperti Atzori, Shapoval, dan Murphy (2018), Gagasan kewirausahaan yang mengejar
Halim et al. (2021), dan Houssain, Tharim dan tujuan ekologis, tetapi tetap mampu
Wahab (2022). Sayangnya sampai saat ini menghasilkan keuntungan ekonomi saat

204 Kawistara, Vol. 13, No. 2, 31 Agustus 2023: 202—221


ini mulai banyak digemari oleh anak-anak Olehkarenanya model Sparviero (2019) di­
muda, khususnya bagi mereka yang telah anggap cocok untuk memotret fenomena
mengenyam pendidikan tinggi (Gast et al., yang terjadi pada perusahaan yang memiliki
2017). Kaum terpelajar memiliki eksposur fokus pada nilai-nilai sosial.
yang kuat akan tren penurunan kualitas Mengingat dampaknya yang sangat besar
lingkungan akibat pembangunan yang tidak terhadap lingkungan, beberapa restoran
seimbang. Pada saat yang sama mereka juga telah mengadopsi praktik hijau, yang meliputi
memiliki kapasitas dan kapabilitas terkait penggunaan makanan berkelanjutan, bahan
dengan teknologi. Kombinasi keduanya ramah lingkungan, program penggunaan
mengakselerasi proses ideasi dan eksploitasi kembali dan daur ulang sumber daya, efisiensi
peluang bisnis yang mampu memberikan energi dan air, serta desain bangunan dan
solusi atas masalah lingkungan (Dean ruang hijau (Green Restaurant Association,
& McMullen, 2007). Secara konseptual, 2013). Dalam tataran global, Starbucks
kewirausahaan hijau mengacu pada berada pada posisi terdepan dalam gerakan
sekumpulan aktivitas kewirausahaan yang ramah lingkungan di industri restoran dan
mengombinasikan aspek ekonomi, sosial dan diakui sebagai pelopor karena keramahan
lingkungan (Hockerts & Wüstenhagen, 2010). lingkungannya (Brooks, 2009).
Model bisnis kewirausahaan hijau Praktik ramah lingkungan yang dilakukan
senafas dengan konsep keberlanjutan secara oleh kedai kopi dapat dibagi ke dalam dua
luas yang mencakup pada tiga dimensi yakni kategori yakni kasat mata (tangible) dan tidak
lingkungan, sosial, serta ekonomi (Bocken et kasat mata (intangible). Kategori kasat mata
al., 2014). Namun pada kenyatannya, dimensi mengacu pada produk atau aktivitas yang
sosial seringkali menjadi kekurangan karena terjadi di depan kedai kopi dan dapat diamati
dampak sosial seringkali dinilai bias oleh oleh pelanggan, misalnya, menggunakan
konsumen. Oleh karenanya para pemikir tempat sampah daur ulang untuk cangkir
percaya bahwa diperlukan pemetaan dan selongsong di kedai kopi, menggunakan
yang lebih komprehensif untuk dapat wadah takeaway yang dapat didaur ulang,
menjelaskan dimensi sosial dalam sebuah menyajikan minuman dalam gelas atau
model bisnis (Joyce & Paquin, 2016). Sejalan mug yang dapat digunakan kembali, atau
dengan diskursus tersebut, Sparviero (2019) menawarkan makanan organik (Jeong & Jang,
memperkenalkan konsep social enterprise 2010). Disisi lain, kategori tidak kasat mata
model canvas (SEMC) yang dapat digunakan merujuk pada yang terjadi di bagian belakang
untuk mengatasi bias yang terjadi pada kedai kopi dan tersembunyi dari konsumen,
perusahaan-perusahan sosial. Berbeda misalnya penggunaan pencahayaan hemat
dengan business model canvas (BMC) yang energi di dalam ruang penyimpanan dan
dikenal luas seperti BMC dari Osterwalder dapur, atau penggunaan sistem HVAC
& Pigneur (2010) dan Maurya (2010), SEMC (pemanas, ventilasi, dan pendingin udara)
memberikan porsi yang sama besarnya pada yang hemat energi (Namkung & Jang, 2013).
aspek strategi, legitimasi, dan tata kelola Penelitian ini bertujuan untuk
disamping 9 blok model bisnis konvensional. mengeksplorasi model bisnis sosial

Boyke Rudy Purnomo dan Mauliddin Wisnu Munggaran — Model Bisnis Sosial Kedai Kopi Ramah Lingkungan di Yogyakarta 205
berwawasan lingkungan yang diterapkan Peneliti menggunakan pendekatan
oleh kedai kopi lokal di Yogyakarta. Wilayah kualitatif dengan penyelidikan narasi
Provinsi Yogyakarta dipilih karena memiliki (narrative inquiry) untuk menggambarkan
nilai-nilai kebudayaan yang kuat dengan bagaimana kedai kopi lokal menjalankan
struktur ekonomi didominasi oleh usaha usaha yang berwawasan lingkungan.
kecil dan kreatif (Fahmi, 2016) dan termasuk Penyelidikan narasi cocok digunakan untuk
wilayah yang memiliki populasi kedai kopi menjawab tujuan ekploratif (Brockmeier and
paling padat di Indonesia (Kumparan, 2022). Meretoja, 2014) dan secara spesifik peneliti
Terlebih dengan karakteristik kota pelajar, mengikuti Atkinson (2007) sebagai panduan
Yogyakarta memiliki populasi penduduk dalam mewawancarai narasumber untuk
terdidik yang cukup tinggi yang sangat peduli mendapatkan cerita perjalanan bisnisnya.
dengan produk ramah lingkungan.

Tabel 1.
Praktik Ramah Lingkungan pada Usaha Kedai Kopi
Kategori Praktik
Daur ulang dan 1. Daur ulang kertas, plastic, kardus, kaca, dan aluminium di lokasi toko
pengomposan 2. Memberlakukan model self-service kepada pelanggan
3. Melakukan program pengomposan sampah makanan
Peralatan hemat 1. Menggunakan pembatas aliran pada keran, toilet aliran rendah, dan urinoir tanpa air
energi dan air 2. Membatasi konsumsi air dengan hanya memberikan air kepada konsumen apabila
diminta.
3. Menggunakan bola lampu CFL atau LED
4. Menggunakan detektor gerakan untuk lampu di toilet
5. Penggunaan sistem yang memantau dan mengontrol suhu nyaman secara efisien
dengan sistem HVAC (Heating, Ventilating and Air Conditioning)
Perlengkapan 1. Menggunakan pembersih ramah lingkungan untuk piring dan gelas, serta kain linen
pembersih ramah untuk membersihkan.
lingkungan 2. Menggunakan pembersih ramah lingkungan untuk meja dan lantai
Peralatan dan 1. Penggunaan wadah bawa pulang yang dapat didaur ulang (seperti kertas), tidak
kemasan menggunakan styrofoam dan plastik
2. Menggunakan gelas atau piring yang dapat digunakan kembali
3. Menggunakan sedotan non-plastik
Menu berkelanjutan 1. Menawarkan bahan-bahan tradisional pada menu
2. Menawarkan makanan organik pada menu
3. Menawarkan ikan dan makanan laut yang dipanen secara berkelanjutan pada menu.
4. Menghindari penggunaan makanan yang dimodifikasi secara genetik
Sumber: Jeong dan Jang, 2010.

Peneliti memilih empat kedai kopi pengelola. Panduan wawancara terstruktur


lokal berdasarkan kesesuaian praktik dikembangkan dengan mengadopsi
ramah lingkungan menurut Jeong & Jang konsepsi elemen model bisnis sosial yang
(2010), seperti yang terdapat pada Tabel dikembangkan oleh Sparviero (2019). Lebih
1. Selanjutnya peneliti mengunjungi kedai lanjut, narasumber dimintai persetujuan
kopi tersebut dan melakukan wawancara mereka dalam dua langkah: pertama, sebelum
semi terstruktur kepada pemilik dan atau mengunjungi lapangan (untuk kesediaan

206 Kawistara, Vol. 13, No. 2, 31 Agustus 2023: 202—221


mereka diwawancara) dan kedua, sebelum Peneliti memeriksa dan memastikan
dimulainya wawancara (untuk kesediaan kelengkapan data sebelum meninggalkan
merekam wawancara dalam format audio), setiap kedai kopi. Setelah melakukan
yang mana keduanya disetujui oleh semua wawancara, file audio yang direkam
informan. Wawancara dilakukan pada ditranskripsikan ke dalam data tekstual
Mei sampai Juni 2022. Selanjutnya, untuk dan dikodekan secara tematik. Proses
melengkapi informasi yang diperoleh, data pengkodean data dilakukan secara manual
sekunder dikumpulkan dari publikasi media menggunakan program komputer Microsoft
sosial masing-masing kedai kopi. Excel. Rangkuman profil informan dan durasi
wawancara tersedia pada Tabel 2.

Tabel 2.
Rangkuman Profil Informan
Nama Kedai Kopi Konsep Bisnis Informan Durasi Wawancara
Sapulu Coffe Kedai Kopi dan Penginapan Bima Adhitya (Pengelola) 37 menit
Svarga Flora Kedai Kopi di Hutan Kota Diva Saviera (Pemilik) 33 menit
Tiga Roepa Kedai Kopi dan Galeri Seni Ami Ratih (Pemilik) 77 menit
Dongeng Kopi Kedai Kopi dan Ruang Baca Renggo Darsono (Pemilik) 78 menit
Sumber: Data Primer dikompilasi, 2022.

PEMBAHASAN diterapkan di rumah khususnya untuk

Sesuai dengan tujuan penelitian, peneliti mengurangi sampah plastik.

memilih kedai kopi lokal di Yogyakarta yang Kesadaran mengenai isu lingkungan

menerapkan praktik wirausaha sosial ramah membuat Bima ingin menciptakan sebuah

lingkungan. Berikut ini disajikan temuan penginapan dan kedai kopi dengan konsep

pada empat kedai kopi dalam bentuk narasi berkelanjutan. Mulai dari penggunaan sumber

deskriptif yang diceritakan oleh informan. energi terbarukan, produksi bahan baku
yang bertanggung jawab, serta melakukan
Kasus 1: Sapulu Coffee pengelolaan sampah secara mandiri. Hal
Kedai kopi yang berlokasi di Jalan ini membuat Sapulu Coffee menjadi sangat
Panembahan Mangkurat No. 10, Kota familiar bagi turis asing maupun lokal ketika
Yogyakarta ini didirikan oleh Bima Adhitya berlibur di Yogyakarta.
dan istrinya pada tahun 2018. Berawal dari “segmentasi utama Sapulu itu memang
keinginan untuk menjaga warisan rumah traveller, baik turis Indonesia ataupun
milik keluarga, Bima kemudian mengubah luar negeri karena biasanya turis-turis
Indonesia yang sering ke luar negeri itu
rumah warisan tersebut menjadi sebuah mereka cenderung jadi lebih concern
penginapan dan terintegrasi dengan kedai sama lingkungan.” (Bima)
kopi. Praktik ramah lingkungan yang Untuk menjangkau segmentasi pelanggan
diterapkan di Sapulu Coffee dilatarbelakangi tersebut, Sapulu Coffee memanfaatkan
oleh faktor pendidikan dan juga kebiasaan Instagram dan juga pemasaran organik
ramah lingkungan sang pemilik yang telah yang dibangun melalui interaksi dengan

Boyke Rudy Purnomo dan Mauliddin Wisnu Munggaran — Model Bisnis Sosial Kedai Kopi Ramah Lingkungan di Yogyakarta 207
pelanggan. Menariknya, kedai kopi ini akun pengulas tempat wisata di Instagram.
juga memberdayakan pelanggannya untuk Kemudian, Svarga Flora juga menggunakan
mengedukasi anak-anak sekitar kedai kopi komunitas sebagai media untuk meningkatkan
untuk belajar bahasa Inggris. keterikatan dengan pelanggannya. Melalui
Praktik ramah lingkungan yang kolaborasi dengan komunitas, Svarga Flora
dilakukan oleh Sapulu Coffee merupakan membuat acara-acara ataupun workshop
bentuk implementasi nilai sosial mereka yang melibatkan konsumen.
untuk meminimalkan kerusakan lingkungan. “Svarga Flora ini bisa dibilang branding-nya
Mereka memiliki keyakinan kuat bahwa malah jadi tempat wisata hutan ditengah
kota, disitu market kita khususnya orang-
ramah lingkungan dan meminimalkan orang dari luar kota.” (Diva)
penggunaan plastik sejatinya dapat dimulai
Konsep hutan dalam kota serta kegiatan
dari kebiasaan. Selanjutnya, nilai sosial ini
bersama komunitas merupakan implementasi
diimplementasikan melalui beberapa praktik
dari keinginan Svarga Flora untuk menjadi
seperti menyajikan kopi asal Indonesia,
tempat yang ramah untuk semua orang.
penanaman bunga telang, pemisahan sampah
Kemudian diikuti dengan komitmen mereka
organik dan sampah plastik, serta penyajian
untuk mengurangi penggunaan plastik
dengan alat saji ramah lingkungan.
melalui penyajian makanan dan minuman
“saya ingin deliver good product, good
services, tapi semua yang saya buat
menggunakan alat saji yang berbahan non-
tersebut meminimalkan kerusakan plastik.
lingkungan.” (Bima)
Kasus 3: Tiga Roepa
Kasus 2: Svarga Flora Kedai kopi ini di dirikan oleh Ami Ratih
Kedai kopi ini didirikan oleh Diva Saviera dan Denis pada tahun 2020 yang berlokasi
beserta dengan orang tuanya pada tahun di Jalan Pandega Marta No.43, Sleman, D.I
2021 yang beralamat di Jalan Affandi No. 26A, Yogyakarta. Pendirian kedai kopi ini berawal
Sleman, Yogyakarta. Svarga Flora mengusung dari inisiatif untuk menjaga warisan rumah
konsep kedai kopi dengan banyak tanaman- orang tua mereka. Kemudian, ketertarikan
tanaman hijau, sejalan dengan tagline mereka pada barang-barang antik dan lukisan
“hutan dalam kota”. Hal ini didasari oleh membuat kedai kopi ini kental dengan
adanya ketertarikan dan hobi pemilik akan suasana klasik serta terdapat galeri seni di
tanaman hijau. dalamnya. Tiga Roepa menghadirkan sebuah
Selanjutnya, konsep asri dan adanya kedai kopi dengan sebuah galeri lukisan
rutinitas kegiatan dengan komunitas dengan harapan bahwa adanya kedai kopi
membuat segmentasi pelanggan Svarga dengan konsep kesenian ini dapat lebih
menjadi lebih beragam, mulai dari pekerja, mendekatkan anak muda kepada seni.
mahasiswa, keluarga dan juga wisatawan dari Secara demografi, karakteristik konsumen
luar kota. Adanya kelompok pelanggan dari dari Tiga Roepa adalah generasi Z dan milenial.
luar kota ini disebabkan oleh penggunaan Namun lebih spesifik Tiga Roepa menarget
media sosial Instagram dan juga iklan di konsumen yang menyukai barang-barang antik

208 Kawistara, Vol. 13, No. 2, 31 Agustus 2023: 202—221


dan juga suasana tenang dari tanaman-tanaman Yogyakarta dengan menu utama mereka yakni
hijau. Konsep yang unik dan juga adanya galeri specialty coffee. Kedai kopi ini mengusung
seni membuat kedai kopi ini memiliki daya tarik konsep kopi, buku, dan komunitas sebagai
tersendiri bagi turis dari luar kota. Pemasaran representasi dari latar belakang pemilik
organik utamanya dilakukan melalui Instagram yang merupakan penggiat organisasi dan
untuk menjangkau konsumen sasarannya. komunitas semasa beliau kuliah.
Pendekatan ini dilakukan karena adanya Target pelanggan Dongeng Kopi
kesadaran bahwa konsep yang diusung Tiga diantaranya adalah mahasiswa dari kampus
Roepa membutuhkan waktu yang cukup lama terdekat, komunitas “kerep dolan”, peserta
agar konsumen dapat menangkap nilai yang kelas seduh manual, aktivis organisasi ekstra
diberikan. kampus, dan masyarakat umum lainnya.
“…Jadi menurut saya sendiri dengan Untuk menjangkau kelompok tersebut,
konsep seperti ini sebenarnya butuh Dongeng Kopi menggunakan berbagai
waktu ya bagi market untuk bisa
menangkap value yang kita usung di Tiga platform daring yakni website, e-commerce,
Roepa ini.” (Ami) blog, Instagram dan Twitter. Salah satu

Sebagai salah satu kedai kopi yang program menarik di Dongeng Kopi adalah

menerapkan praktik ramah lingkungan, Tiga “buat kopi sendiri, bayar suka-suka”. Selain

Roepa melakukan pengelolaan sampah organik bertujuan untuk mengedukasi konsumen

dan sayur untuk menghasilkan bio-enzim, tentang kopi, program ini menawarkan

kemudian juga menggunakan alat saji ramah pengalaman membuat kopi menggunakan

lingkungan, meminimalkan penggunaan alat seduh di kedai kopi dibandingkan

tisu, serta menawarkan menu makanan dan membuat kopi instan di rumah. Selain itu,

minuman tradisional. Namun demikian, konsumen dapat membayar kopi tersebut

proposisi nilai sosial yang ditawarkan oleh sesuai keikhlasannya. Strategi harga “pay

Tiga Roepa sejatinya berfokus pada membantu what you to want pay” ini merupakan sebuah

pelanggan meningkatkan kesehatan bentuk konvergensi antara tujuan sosial dan

mentalnya melalui kegiatan seni, disamping motif ekonomi dari sebuah bisnis.

juga mengurangi penggunaan plastik sebagai “…jadi nanti barista kita akan bantu
ngajarin bagaimana cara menyeduh kopi
aktivitas ramah lingkungannya. secara manual dan bayar kopinya itu
seikhlasnya saja.” (Renggo)
Kasus 4: Dongeng Kopi
Kedai Kopi ini berawal dari sebuah blog Aktivitas kunci yang dilakukan oleh
di Twitter yang dikelola oleh Renggo Darsono Dongeng Kopi terdiri atas kurasi biji kopi yang
pada 2012 yang membagikan cerita-cerita berasal dari petani lokal, penyelenggaraan
tentang kopi. Kemudian pada 2014, Dongeng kelas seduh manual, roastery, pemilahan
Kopi berhasil membangun sebuah kedai kopi sampah plastik, pengolahan limbah kopi, serta
yang beralamat di Jalan Kiai Mojo Yogyakarta penyajian dengan alat saji ramah lingkungan.
hingga kemudian berpindah lokasi ke Jalan Aktivitas dan produk yang ditawarkan oleh
Grogolan, Umbulmartani, Sleman, D.I Dongeng Kopi merupakan implementasi
dari proposisi nilai sosial untuk melestarikan

Boyke Rudy Purnomo dan Mauliddin Wisnu Munggaran — Model Bisnis Sosial Kedai Kopi Ramah Lingkungan di Yogyakarta 209
dongeng rakyat melalui kopi, menjadi quality komprehensif untuk menjelaskan bisnis yang
control bagi petani kopi lokal serta menjadi dijalankan oleh kedai kopi lokal, khususnya
ruang interaksi antarpelanggan di kedai kopi. mengenai keterkaitannya dengan praktik
ramah lingkungan. Terdapat 12 isu yang dapat
Model Bisnis Sosial Kedai Kopi Ramah
diidentifikasi dari praktik yang dilakukan
Lingkungan
oleh kedai kopi lokal di Yogyakarta seperti
Pemodelan bisnis menggunakan kerangka
terangkum dalam kanvas model bisnis sosial
kewirausahaan sosial menghasilkan data yang
pada gambar 1.

Gambar 1. Kanvas Model Bisnis Sosial Kedai Kopi Lokal Ramah Lingkungan
Sumber: Analisis penulis, 2022.

Aktivitas Kunci kesamaan praktik ramah lingkungan yang


Indikator utama yang mencirikan dijalankan oleh keempat kedai kopi lokal.
motif wirausaha sosial kedai kopi adalah Pertama, penggunaan alat saji yang dapat
adanya aktivitas, program, atau tema yang digunakan kembali. Masing-masing kedai
mendukung pelestarian lingkungan. Adopsi kopi menyadari bahwa alat saji merupakan
ragam praktik ramah lingkungan oleh salah satu kontributor utama limbah bisnis
setiap kedai kopi dipengaruhi oleh latar kedai kopi. Penyajian kopi dalam kemasan
belakang pemilik, tingkat kepentingan yang gelas plastik menunjukkan ketidakpedulian
dipersepsikan, dan konsepsi yang dipahami pada masalah global tentang tsunami sampah
tentang bagaimana kedai kopi sebaiknya plastik. Oleh karena itu, keempat kedai kopi
dijalankan. Studi ini menemukan tiga berupaya meminimalkan penggunaan gelas

210 Kawistara, Vol. 13, No. 2, 31 Agustus 2023: 202—221


plastik dan memperbanyak penggunaan gelas menganggap melakukan daur ulang sampah
dan mug yang dapat digunakan berulang. di kedai kopi merupakan praktik ramah
Kedua, penyajian kopi yang berasal dari lingkungan terpenting pada kedai kopi (Jeong
petani lokal. Biji kopi diambil dari petani-petani & Jang, 2010).
yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia
Proposisi Nilai
seperti Jawa Barat, Pasuruan, Temanggung,
Secara natural keempat kedai kopi lokal
Merapi, Kintamani Bali, serta Gayo Aceh. Selain
tersebut didirikan untuk mendapatkan
memiliki cita rasa yang beragam, kopi lokal
manfaat ekonomi melalui penjualan aneka
tersebut juga lebih dapat diterima oleh selera
minuman kopi dan produk pendamping. Akan
konsumen lokal. Lebih dari itu, pemilihan kopi
tetapi, bersamaan dengan tujuan tersebut
dari ladang yang ada di Indonesia dilakukan
pemilik memiliki motif yang lain yaitu upaya
untuk tujuan meminimalkan konsumsi karbon
untuk mengurangi penggunaan sampah
yang diperlukan dalam proses pengiriman jika
plastik. Sebagai bentuk organisasi dengan
dibandingkan ketika harus mengimpor kopi
misi ganda (dual-mission organization),
dari luar negeri.
keselarasan antara kedua tujuan tersebut
Ketiga, tidak menggunakan pendingin
sangat menentukan keberlanjutan usaha
udara. Senyawa klorin dan bromin yang
yang dijalankan. Terlalu condong pada
dihasilkan oleh mesin pendingin udara
upaya menghasilkan keuntungan dapat
merupakan kandungan kimia yang merusak
mengorbankan misi sosial ramah lingkungan.
ozon. Sebagai gantinya mereka mengangkat
Sebaliknya, agar misi sosial dapat terus
konsep outdoor untuk kedai kopi yang
dijalankan, maka dibutuhkan dukungan arus
mereka jalankan. Untuk mendukung konsep
keuangan yang memadai.
tersebut aneka ragam vegetasi ditanam
Untuk menjalankan misi ganda tersebut,
untuk menciptakan atmosfer artistik dan
selain menawarkan sajian kopi berkualitas dan
menciptakan kesegaran alami. Selain tidak
tempat yang nyaman untuk bercengkerama
menghasilkan senyawa perusak ozon,
keempat kedai kopi juga memberikan nilai
konsep “outdoor” juga dapat meminimalkan
kepedulian, kecintaan, dan pelestarian
penggunaan listrik yang menjadi bagian dari
lingkungan. Nilai yang ditawarkan tersebut
program ramah lingkungan dalam konteks
tercermin dari aktivitas-aktivitas kunci yang
efisiensi energi.
konsisten dilakukan oleh keempat kedai kopi.
Aktivitas yang dilakukan oleh keempat
Kedai kopi memberikan kesan pada pembeli
kedai kopi lokal tersebut sejalan dengan
bahwa dengan membeli produk di kedai kopi
persepsi konsumen tentang kedai kopi
tersebut, mereka telah menjadi bagian dari
ramah lingkungan menurut Jeong & Jang
solusi masalah sampah.
(2010) dan DiPietro, et al. (2013). Keberadaan
Keempat kedai kopi lokal memiliki
tempat sampah daur ulang dan produk
kesamaan tema proposisi nilai sosial yaitu
yang menggunakan bahan lokal menjadi
pengurangan penggunaan plastik dan
atribut penting dalam memilih restoran oleh
pemilahan sampah plastik dengan sampah
konsumen yang peduli terhadap lingkungan
organik. Meskipun masing-masing kedai
(DiPietro, et al., 2013). Konsumen juga

Boyke Rudy Purnomo dan Mauliddin Wisnu Munggaran — Model Bisnis Sosial Kedai Kopi Ramah Lingkungan di Yogyakarta 211
kopi menawarkan proposisi nilai sosial pemetaan tersebut didasarkan pada pola
untuk melestarikan lingkungan, tetapi pada pembelian dan nilai-nilai yang diterima
praktiknya masih terjadi kontradiksi dalam konsumen. Kelompok penerima manfaat dari
implementasinya di lapangan. Hasil observasi kedai kopi ini adalah konsumen yang awam
menunjukkan bahwa keempat kedai kopi tentang kopi. Sapulu Coffee dan Dongeng
masih menggunakan gelas plastik untuk Kopi bahkan memiliki standar komunikasi
kemasan bawa pulang, yang menunjukkan yang mengharuskan barista mereka untuk
bahwa praktik ramah lingkungan kedai dapat mengobrol dengan pelanggannya.
kopi lokal di Yogyakarta belum sepenuhnya Di sisi lain, keunikan konsep dan praktik
menghapuskan penggunaan plastik. Hal ramah lingkungan dari keempat kedai kopi
ini bukannya tanpa alasan, meskipun memberikan daya tarik bagi konsumen dari
ada komitmen kuat untuk menghindari wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta.
penggunaan plastik, tetapi keempat kedai Hal ini mengindikasikan bahwa fenomena
kopi lokal belum menemukan bahan baku ramah lingkungan laku untuk “dijual” dan
non-plastik yang secara ekonomis sesuai karena belum banyak kedai kopi mengangkat
dengan anggaran mereka. Sehingga masih ada tema tersebut akhirnya memberikan rasa
kekuatiran penggunaan gelas dengan bahan penasaran konsumen. Belum terlihat
non-plastik dinilai dapat meningkatkan biaya perubahan pola hidup konsumen karena
yang dibebankan kepada pelanggan yang umumnya mereka datang karena memenuhi
pada akhirnya memengaruhi minat calon hasrat penasaran.
pelanggan untuk datang ke kedai kopi. Situasi berbeda terjadi pada kelompok
konsumen yang berasal dari luar negeri.
Pelanggan dan Penerima Manfaat
Aturan yang ketat, tegas, dan masifnya
Mahasiswa, leisure consumer dan
praktik ramah lingkungan yang dilakukan
wisatawan merupakan tiga kelompok
oleh bisnis-bisnis di negara asal mereka
pelanggan yang ditargetkan oleh keempat
membuat kesadaran wisatawan manca
kedai kopi lokal. Desain kedai kopi yang
negara akan lingkungan menjadi lebih tinggi.
estetik, suasana yang asri, cita rasa kopi
Salah satu yang terlihat adalah adanya
arabika yang unik, dan keramahan dari barista
inisiatif membawa mug sendiri ketika mereka
menjadi beberapa alasan kelompok tersebut
menginginkan kopi untuk dibawa pulang.
menjadi pelanggan kedai kopi ini. Berbeda
“…pernah bule itu dateng ke Sapulu, terus
dengan pelanggan yang memiliki pola perilaku
dia turun dari mobil dan dia itu bawa mug-
come and go, kelompok penerima manfaat nya sendiri untuk take-away kopi.” (Bima)
merupakan segmen pelanggan yang secara
nyata memperoleh pengetahuan maupun Keterikatan Pelanggan dan Penerima Manfaat
kemampuan baru setelah mengunjungi kedai Keempat kedai kopi mengimplemen­
kopi. Akan tetapi, pelanggan dan penerima tasikan konsep penciptaan nilai bersama untuk
manfaat cenderung sulit dibedakan, karena menciptakan keterikatan dengan pelanggan
pelanggan dapat pula menjadi penerima dan penerima manfaatnya. Keberhasilan
manfaat, dan sebaliknya. Hal ini dikarenakan implementasi penciptaan nilai bersama

212 Kawistara, Vol. 13, No. 2, 31 Agustus 2023: 202—221


sebagai strategi bisnis dapat meningkatkan sektor kopi yang dikenal dengan gerakan
kepuasan konsumen (Hoyer, et al., 2010) social entrepreneurship movement.
dan meningkatkan keterikatan konsumen “Ternyata, kelas yang kita buat itu dalam
(van Doorn, et al., 2010). Penciptaan nilai ini perjalanannya berhasil mendorong
terciptanya wirausahawan muda, 60%
merupakan implementasi konsep dan juga yang ikut itu udah bikin kedai kopi sendiri.”
nilai yang ingin diberikan kepada konsumen. (Renggo)
Setiap kedai kopi memiliki karakter yang
berbeda-berbeda dalam kegiatan penciptaan Saluran

nilai bersama konsumen mereka. Melalui Media sosial, khususnya Instagram,

identifikasi kebutuhan konsumen, kedai menjadi media utama yang menghubungkan

kopi kemudian melakukan inisiasi kegiatan antara kedai kopi dengan pelanggan dan

yang sesuai dengan keunggulan kompetitif penerima manfaat. Selain karena memang

mereka. penggunaan media sosial dianggap sedang

Keterikatan yang terjadi antara pelanggan “ngetren”, faktor luasnya keterjangkauan

dan penerima manfaat dengan kedai kopi media ini dipandang menjadi pilihan yang

merupakan hasil dari hubungan timbal paling ekonomis. Penggunaan media sosial

balik antarkeduanya. Proses keterikatan ini relatif tidak membutuhkan investasi yang

sejatinya tercipta akibat adanya intervensi besar namun dapat menjangkau khalayak

dari kedai kopi, mulai dari cara berkomunikasi yang sangat luas dan tidak terbatas ruang

dengan konsumen, workshop dengan dan waktu (24 jam sehari, 7 hari seminggu).

konsumen, serta kelas seduh manual untuk Temuan ini sejalan dengan studi empiris

konsumen. Meskipun tidak terjadi secara yang dilakukan oleh Singh & Sonnenburg

alamiah, metode ini digunakan oleh kedai (2012) yang menunjukkan bahwa UMKM

kopi untuk dapat memberikan nilai untuk cenderung akan memilih pendekatan “murah

pelanggannya sesuai dengan spesialisasi dari meriah” dalam merancang materi pemasaran.

masing-masing kedai kopi, yang kemudian Media sosial memungkinkan kedai kopi

diharapkan bahwa tercipta keterikatan menggunakan media yang dinamis dan

dengan pelanggan. Proses penciptaan nilai interaktif dengan biaya minimal.

bersama konsumen yang dilakukan oleh Lebih lanjut, Instagram dipilih sebagai

kedai kopi biasanya bersifat impulsif muncul saluran utama komunikasi kedai kopi

dari dialektika antara kedai kopi, konsumen, berdasarkan pertimbangan bahwa target

dan penerima manfaat. sasaran pelanggan dan penerima manfaat

Dari kegiatan penciptaan nilai adalah generasi Z. Meskipun semua kedai

bersama konsumen ternyata juga mampu kopi memilih Instagram namun strategi

menghadirkan antusiasme dan mendatang­ penciptaan citra merek dilakukan dengan

kan konsumen-konsumen baru di kedai pendekatan yang berbeda-beda. Sapulu

kopi tersebut. Bahkan, workshop kelas seduh Coffee mencitrakan kedai kopi mereka yang

manual yang dilakukan oleh Dongeng Kopi terintegrasi dengan penginapan The Candela

telah melahirkan wirausahawan baru di pada ringkasan akun Instagramnya. Svarga


Flora menonjolkan citra kedai kopinya sebagai

Boyke Rudy Purnomo dan Mauliddin Wisnu Munggaran — Model Bisnis Sosial Kedai Kopi Ramah Lingkungan di Yogyakarta 213
“hutan dalam kota”. Sementara pesan-pesan dan barista menjadi bagian dari pemasaran
Instagram Tiga Roepa mencitrakan kedai keempat kedai kopi lokal.
kopi ini sebagai galeri seni dan wahana “…disini semua barista dan pegawai villa
healing. Dongeng Kopi secara konsisten harus ngobrol sama tamunya. karena
konsumen saya juga banyak yang traveller
menampilkan citra merek taman baca dan dari luar negeri, barista saya disini juga
ruang komunitas dalam akun Instagramnya. saya paksa untuk bisa bahasa Inggris.
(Bima)
Sumberdaya Kunci
Selain itu, keempat kedai kopi juga
Untuk menjalankan aktivitas dan program
memiliki komposisi campuran biji kopi
ramah lingkungan, kedai kopi memerlukan
house blend yang berbeda-beda. Sehingga
berbagai jenis sumberdaya. Sumberdaya
selanjutnya aset intelektual ini menjadi
kunci dapat berupa sumberdaya bendawi
bagian yang tidak terpisahkan dari kedai
(tangible resources) dan sumberdaya non-
kopi, terutama terkait dengan konsistensi
bendawi (intangible resources). Aset fisik dan
cita rasa kopi yang dihasilkan.
bahan baku merupakan sumberdaya bendawi
yang utama. Mengingat bahwa proposisi nilai Pemasok Kunci
ekonomi yang dimiliki keempat kedai adalah Pemasok biji kopi menentukan terciptanya
penjualan kopi dan biji kopi berkualitas nilai yang akan ditawarkan oleh kedai kopi
maka spesifikasi dan ketersediaan bahan pada konsumen dan penerima manfaatnya.
baku menjadi sangat krusial. Sumberdaya Utamanya untuk preposisi nilai kedua yaitu
bendawi selanjutnya adalah aset fisik berupa meningkatkan kualitas lingkungan, upaya
bangunan. Mengusung konsep bangunan luar menumbuhkan kecintaan pada produk
ruangan yang meminimalkan penggunaan dalam negeri dan pemberdayaan petani
AC dan hemat energi listrik, setiap kedai kopi lokal dipandang sangat relevan. Nilai sosial
membangun diferensiasinya melalui strategi tersebut diartikulasikan melalui pemilihan
dekorasi dan tata letak. pemasok dari berbagai wilayah di Indonesia.
Sumber daya kunci lainnya adalah Svarga Flora dan Tiga Roepa menggandeng
pengetahuan dan kemampuan barista dalam petani kopi dari Temanggung dan lereng
mengolah biji kopi. Meskipun tidak berwujud, Merapi. Faktor kedekatan geografis menjadi
sumberdaya ini sangat menentukan dalam pertimbangan utama pemilihan petani
menghasilkan cita rasa kopi yang disukai lokal agar menghemat biaya transportasi.
oleh konsumen. Selain kemampuan teknis Sementara Dongeng Kopi dan Sapulu Coffee
produksi, ketrampilan barista untuk lebih menekankan keberagaman sajian menu
berkomunikasi juga menjadi pilar kunci kopi sehingga dalam memilih pemasok
kesuksesan kedai kopi. Keempat kedai kopi mereka bekerja sama dengan petani lokal
lokal mewajibkan para baristanya untuk dari wilayah Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara,
bersikap ramah dan berkomunikasi dengan Bali, hingga Sulawesi dan Papua. Hal ini
baik kepada konsumennya. Ini dapat menjadi juga mendukung misi sosial mereka untuk
alasan mengapa keterikatan yang dihasilkan memperkenalkan biji-biji kopi asli Indonesia.
oleh adanya interaksi antara konsumen

214 Kawistara, Vol. 13, No. 2, 31 Agustus 2023: 202—221


Temuan dari penelitian ini menunjukkan umum budaya organisasi dan tata kelola
bahwa pemilihan pemasok tidak didasarkan UMKM yang sangat dipengaruhi oleh profil
pada praktik pertanian organik yang dilakukan dan karakteristik pemilik/pimpinan (Miladi,
oleh petani lokal. Selain aspek pertimbangan 2014). Kepemilikan yang soliter dan berbasis
kedekatan geografis dan keragaman jenis biji kekerabatan menciptakan identitas kedai kopi
kopi, pertimbangan utama yang digunakan lokal ramah lingkungan tersebut layaknya
oleh kedai kopi dalam memilih pemasok keluarga dengan satu preferensi selera yang
adalah kualitas biji kopi dan cita rasa yang sama. Tidak mengherankan pendekatan
dihasilkan. Terkait hal tersebut bahkan kedai berbasis komunitas dan kelompok dengan
kopi berinisiatif untuk membantu petani ketertarikan yang sama digunakan oleh
lokal melakukan quality control atas hasil keempat kedai kopi. Pendekatan tersebut
panennya. Upaya membangun kolaborasi sejalan dengan konsep familiness yang
berkelanjutan dengan petani lokal dapat biasanya identik dengan bisnis keluarga
meningkatkan resiliensi usaha kedai kopi (Zellweger et al., 2010).
(Purnomo, et al., 2021).
Tujuan
Tata Kelola Selain bertujuan untuk mendapatkan
Kepemilikan kedai kopi ramah keuntungan ekonomi, keempat kedai kopi
lingkungan dimiliki secara soliter atau lokal juga memiliki motif sosial. Kehadiran
lingkup kerabat dekat. Dongeng Kopi dan kedai kopi diharapkan mampu memberikan
Tiga Roepa merupakan kedai kopi yang pemberdayaan pada komunitas konsumen
kepemilikannya bersifat pribadi, dimana dalam jangka panjang. Konsumen yang
pemilik juga berperan sebagai pengelola berdaya adalah konsumen yang memiliki
(owner-manager style). Sementara itu, tanggung jawab sosial dan lingkungan atas
Sapulu Coffee dan Svarga Flora merupakan pola konsumsi dan cara pembelian yang
kedai kopi yang dimiliki oleh keluarga dan mereka lakukan. Untuk menuju konsumen
dijalankan oleh anggota keluarga tersebut. yang berdaya, kedai kopi berkontribusi
Kepemilikan dalam lingkup lingkaran dalam memfasilitasi dan mendorong
terdekat tersebut memudahkan kedai kopi perubahan pola hidup konsumen misalnya
menyebarluaskan dan menginternalisasikan terkait dengan penggunaan bahan yang
visi ramah lingkungan dalam aktivitas bisnis. mengandung plastik, pemilahan sampah, dan
Oleh karenanya, aturan main dalam kedai penghematan konsumsi energi. Apa yang
kopi tersebut dibuat dengan pendekatan dilakukan oleh Sapulu Coffee saat menolak
top-down dari pemilik. permintaan konsumen untuk menggunakan
Latar belakang pemilik, baik dari wadah plastik ketika dine-in dapat menjadi
aspek latar belakang pendidikan maupun contoh intervensi dalam perubahan pola
kebiasaan hidup yang dijalankan, memiliki hidup konsumen.
pengaruh pada konsep dan tata kelola yang “…makanya kalau konsumen yang datang
digunakan. Hal ini konsisten dengan pola ke Sapulu dan mereka minta kopinya pake
cup aja, itu langsung kita tolak” (Bima)

Boyke Rudy Purnomo dan Mauliddin Wisnu Munggaran — Model Bisnis Sosial Kedai Kopi Ramah Lingkungan di Yogyakarta 215
Meskipun memiliki tujuan jangka Indikator Capaian
panjang yang serupa, namun setiap Pengukuran hasil untuk tujuan ekonomi
kedai kopi memilih tujuan jangka pendek sejatinya merupakan yang paling mudah
yang berbeda-beda. Ada kedai kopi yang dilihat melalui data hasil penjualan serta
menetapkan tujuan jangka pendek yang pendapatan yang diperoleh oleh kedai
selaras dengan tema ramah lingkungan yang kopi. Permasalahan yang kerap dialami
menjadi tujuan jangka panjangnya, tetapi oleh perusahaan yang memiliki tujuan
ada juga kedai kopi yang memilih tujuan sosial adalah adanya bias yang ditimbulkan
jangka pendek yang tidak terkait langsung dari tujuan mereka, sehingga diperlukan
dengan inti dari gerakan peduli lingkungan. pengukuran dampak untuk tujuan-tujuan
Keragaman tersebut dipengaruhi oleh sosial yang bersifat jangka panjang. Tujuan
konsep bisnis dan situasi masing-masing pemberdayaan komunitas konsumen sebagai
kedai kopi. Sapulu Coffee menciptakan tujuan sosial jangka panjang dapat dinilai
praktik lingkungan berkelanjutan yang dengan mengukur partisipasi dari konsumen
dimulai dengan fokus pada pengelolaan terhadap kegiatan yang diadakan oleh
sampah mandiri dan pertanian hidroponik. kedai kopi. Selanjutnya keempat kedai kopi
Dongeng Kopi melakukan kerja sama dengan juga menggunakan metode umpan balik
lembaga eksternal untuk pengelolaan konsumen yang mereka dapatkan ketika
sampah. Sementara Svarga Flora memilih pelanggan kembali berkunjung ke kedai kopi,
untuk berfokus pada kolaborasi dengan sehingga indikator ini dapat menentukan
berbagai komunitas masyarakat, meskipun kesesuaian dampak yang dirasakan oleh
tidak semuanya terkait dengan kepedulian konsumen dan yang ingin dicapai oleh kedai
terhadap lingkungan, sebagai tujuan kopi.
jangka pendeknya. Karena menghadapi
Struktur Kas Masuk
permasalahan mengenai ketiadaan manajer
Pendapatan operasional keempat kedai
operasional, pemilik Tiga Roepa merasa
kopi berasal dari penjualan makanan dan
kewalahan dan tidak dapat menangani
minuman baik untuk kategori makan di
secara maksimal aspek pelaporan keuangan,
tempat maupun kategori dibawa pulang.
sehingga dalam jangka pendek pemilik
Tidak hanya produk jadi, kedai kopi juga
menetapkan fokus pada pengelolaan internal
menjual biji kopi secara langsung kepada
bisnis.
konsumen baik di toko maupun penjualan
Berjalan beriringan dengan tujuan sosial
secara daring.
diatas, kedai kopi juga memiliki orientasi
Selain berasal dari pendapatan
akan keuntungan baik dalam jangka pendek
operasional, terdapat kas masuk berupa
maupun jangka panjang. Hal ini dapat dilihat
modal investasi yang berasal dari pemilik dan
dari strategi harga yang mereka gunakan
investor. Modal investasi ini pada umumnya
terhadap produk yang ditawarkan serta
digunakan untuk kebutuhan awal kedai
penggunaan biji kopi Arabika lokal yang
kopi serta keperluan yang membutuhkan
tentu saja memiliki harga yang lebih mahal
dana dalam jumlah lebih banyak, seperti
dibandingkan dengan jenis kopi Robusta.

216 Kawistara, Vol. 13, No. 2, 31 Agustus 2023: 202—221


pembuatan roastery, bangunan dan peralatan (business to business) ke kedai-kedai kopi lain
kopi. Studi ini juga menemukan bahwa melalui pasokan biji kopinya.
kedai-kedai kopi dengan praktik ramah
SIMPULAN
lingkungan tidak mendapatkan bantuan atau
insentif dari pemerintah terkait dukungan Kedai kopi lokal ramah lingkungan
terhadap praktik ramah lingkungannya. di Yogyakarta memiliki misi ganda yaitu
Hal ini tidak sejalan dengan studi yang memberikan dampak sosial dan mendapatkan
dilakukan oleh Choudhary, et al. (2022) yang keuntungan ekonomi. Aktivitas ramah
menegaskan pentingnya peran pemerintah lingkungan ditunjukkan dengan penggunaan
dalam memberikan dukungan keuangan alat saji yang dapat digunakan kembali,
kepada UKM untuk mendanai perilaku eco- penggunaan biji kopi yang berasal dari petani
innovative yang memungkinkan UKM bebas lokal, tidak menggunakan pendingin udara,
plastik dan dapat menerapkan model bisnis pemisahan dan pengolahan sampah plastik,
berkelanjutan. dan berbagai kegiatan berbasis komunitas.
Model bisnis sosial kedai kopi ramah
Struktur Biaya
lingkungan tersusun dari interaksi 12 pilar
Komponen terbesar pada struktur biaya
utama yaitu aktivitas kunci, proposisi nilai,
kedai kopi lokal ramah lingkungan adalah
pelanggan & penerima manfaat, keterikatan
biaya bahan baku dan gaji karyawan yang
pelanggan & penerima manfaat, saluran,
harus dikeluarkan rutin setiap bulannya.
sumber daya kunci, pemasok kunci, tata
Komponen biaya lain yang cukup signifikan
kelola, tujuan, indikator capaian, struktur kas
besarannya adalah biaya listrik dan internet.
masuk, dan struktur biaya. Pada setiap pilar
Kebutuhan akan alat saji ramah lingkungan
tersebut terdapat kesamaan dan perbedaan
merupakan biaya tetap yang dikeluarkan
praktik ramah lingkungan yang diterapkan
oleh kedai kopi di awal pendirian dan menjadi
oleh masing-masing kedai kopi lokal. Latar
sediaan.
belakang pemilik kedai kopi yang berbeda-
Perbedaan konsep dari keempat kedai
beda menyebabkan adanya perbedaan
kopi memberikan adanya biaya tambahan
konsep bisnis yang digunakan, proposisi nilai
yang berbeda-beda. Sapulu Coffee yang
sosial yang dipilih, serta tujuan dan indikator
terintegrasi dengan penginapan misalnya,
capaian yang ditetapkan. Dalam menjalankan
terdapat biaya tambahan pelatihan
praktik ramah lingkungan tersebut, kedai
karyawan terkait hospitality dan liburan bagi
kopi tidak mendapatkan bantuan dari
karyawannya. Kemudian Svarga Flora dan
pemerintah.
Tiga Roepa yang memiliki banyak tanaman
Penelitian ini memberikan beberapa
hijau serta konsep dekorasi hijau memberikan
implikasi. Secara teoritis, hasil penelitian
biaya tambahan untuk merawat serta
memperkaya perspektif model bisnis
membersihkan dedaunan kering. Terakhir,
sosial Sparviero (2019) terutama dalam
Dongeng Kopi memiliki biaya tambahan atas
memberikan penjelasan atas paradoks yang
layanan roastery untuk menyangrai biji kopi
sering dihadapi wirausaha sosial pada proses
dari petani dan mendukung penjualan B2B
mengintegrasikan dan mengkombinasikan

Boyke Rudy Purnomo dan Mauliddin Wisnu Munggaran — Model Bisnis Sosial Kedai Kopi Ramah Lingkungan di Yogyakarta 217
strategi mencapai keuntungan ekonomi Storyworlds: A Journal of Narrative Studies,
dengan strategi untuk memberikan nilai 6(2), 1-27.
Brooks, S. (2009). Sustainability: What’s
manfaat pada lingkungan. Dalam aspek
“green” mean? . Restaurant Business, 1(16),
manajerial, hasil penelitian ini memberikan
108.
wawasan yang dapat digunakan oleh Chaturvedi, P., Kulshreshtha, K., & Tripathi,
wirausahawan bidang kuliner bahwa V. (2022). Investigating the role of
kepedulian terhadap lingkungan dapat celebrity institutional entrepreneur in
reducing the attitude-behavior gap in
ditawarkan untuk mengoptimalkan nilai jual
sustainable consumption. Management of
(augmented value) usaha kedai kopi. Agar nilai
Environmental Quality: An International
tambah tersebut dapat dipahami dan dirasakan Journal, 33(3), 625–643. https://doi.
oleh konsumen, wirausahawan kuliner harus org/10.1108/MEQ-09-2021-0226
secara konsisten mengintegrasikan tema, Chen, Y.-S. (2008). The Driver of Green
Innovation and Green Image – Green Core
konsep bisnis, strategi, dan aktivitas kunci
Competence. Journal of Business Ethics,
dengan proposisi nilai yang ditawarkan.
81(3), 531–543. https://doi.org/10.1007/
Penelitian ini menggunakan sudut s10551-007-9522-1
pandang dari pemilik atau pengelola Choudhary, P., Kumar Jain, N., & Panda,
kedai kopi. Penelitian selanjutnya dapat A. (2022). Making small and medium
enterprises circular economy compliant
menginvestigasi ragam praktik ramah
by reducing the single use plastic
lingkungan dari sudut pandang konsumen,
consumption. Journal of Business Research,
karyawan, pemerintah maupun kelompok 149, 448–462. https://doi.org/10.1016/j.
sosial masyarakat. Untuk mendapatkan jbusres.2022.05.038
gambaran yang lebih luas, penelitian Dean, T. J., & McMullen, J. S. (2007). Toward
a theory of sustainable entrepreneurship:
selanjutnya juga dapat menggunakan konteks
Reducing environmental degradation
spasial lain seperti wilayah metropolitan dan
through entrepreneurial action. Journal of
wilayah sub urban. Business Venturing, 22(1), 50–76. https://
doi.org/10.1016/j.jbusvent.2005.09.003
DAFTAR PUSTAKA DiPietro, R., Cao, Y., & Partlow, C. (2013).
Atkinson, P. (2007). Ethnography: Principles Green practices in upscale foodservice
in Practice. Routledge. operations. International Journal of
Atzori, R., Shapoval, V., & Murphy, K.S. (2018) Contemporary Hospitality Management,
Measuring generation Y consumer’s 25(5), 779–796. https://doi.org/10.1108/
perceptions of green practices at IJCHM-May-2012-0082
Starbucks: An IPA analysis. Journal of Dube, A., & Gawande, R. (2011). Green
Foodservice Business Research, 21(1), 1-21. Supply Chain management – A literature
Bocken, N. M. P., Short, S. W., Rana, P., & Evans, review. International Journal of Computer
S. (2014). A literature and practice review Applications.
to develop sustainable business model Effiong, J., & Singha, N. (2014). Impact of
archetypes. Journal of Cleaner Production, Green Business Model on Sustainability
65, 42–56. https://doi.org/10.1016/j. Management of Indian Corpo­rate
jclepro.2013.11.039 Organisations: A Review of Issues and
Brockmeier, J. & Meretoja, H. (2014). Opportunities for Business Growth. FIIB
Understanding narrative hermeneutics. Business Review, 3(3).

218 Kawistara, Vol. 13, No. 2, 31 Agustus 2023: 202—221


Fahmi, F. Z. (2016). Creative industries and new entrants in sustainable
and regional economic development entrepreneurship. Journal of Business
in Indonesia [Doctoral dissertation]. Venturing, 25(5), 481–492. https://doi.
University of Groningen. org/10.1016/j.jbusvent.2009.07.005
Farida, N., & Ardyan, E. (2015). Repeat Houssain, R.N.Q., Tharim, A.A.H, & Wahab,
Purchase Intention of Starbucks N.A. (2022). Green practices at Café
Consumers in Indonesia: A Green Brand towards customer satisfaction in Klang
Approach. Tržište/Market, 27(2), 189–202. Valley. In e-Proceedings V-GOGREEN 2021
Filimonau, V., & de Coteau, D. (2020). Tourism VIRTUAL GO GREEN: Conference and
resilience in the context of integrated Publication (pp.158-168).
destination and disaster management Hoyer, W. D., Chandy, R., Dorotic, M., Krafft, M.,
(DM 2 ). International Journal of Tourism & Singh, S. S. (2010). Consumer Cocreation
Research, 22(2), 202–222. https://doi. in New Product Development. Journal of
org/10.1002/jtr.2329 Service Research, 13(3), 283–296. https://
Fitriani, H., & Ajayi, S. (2022). Investigation doi.org/10.1177/1094670510375604
of requisite measures for enhancing Hu, H.-H., Parsa, H. G., & Self, J. (2010).
sustainable construction practices in The Dynamics of Green Restaurant
Indonesia. Engineering, Construction and Patronage. Cornell Hospitality
Architectural Management. https://doi. Quarterly, 51(3), 344–362. https://doi.
org/10.1108/ECAM-11-2021-1051 org/10.1177/1938965510370564
Gast, J., Gundolf, K., & Cesinger, B. (2017). Jeong, E., & Jang, S. (2010). Effects of
Doing business in a green way: A restaurant green practices: Which practices
systematic review of the ecological are important and effective? https://
sustainability entrepreneurship literature digitalscholarship.unlv.edu/hhrchttps://
and future research directions. Journal of digitalscholarship.unlv.edu/hhrc/2010/
Cleaner Production, 147, 44–56. https:// june2010/13
doi.org/10.1016/j.jclepro.2017.01.065 Joyce, A., & Paquin, R. L. (2016). The triple
Green Restaurant Association (2013). Green layered business model canvas: A tool
Restaurant Certification Standard. https:// to design more sustainable business
w w w.dinegreen.com/certif ication- models. Journal of Cleaner Production,
standards (diakses 03.03.2022). 135, 1474–1486. https://doi.org/10.1016/j.
Gunawan, A. A., Essers, C., & van Riel, A. C. jclepro.2016.06.067
R. (2021). The adoption of ecopreneurship Kang, K. H., Stein, L., Heo, C. Y., & Lee, S.
practices in Indonesian craft SMEs: value- (2012). Consumers’ willingness to pay for
based motivations and intersections green initiatives of the hotel industry.
of identities. International Journal of International Journal of Hospitality
Entrepreneurial Behavior & Research, Management, 31(2), 564–572. https://doi.
27(3), 730–752. https://doi.org/10.1108/ org/10.1016/j.ijhm.2011.08.001
IJEBR-06-2020-0404 Kumparan. (2022). Ada 3.000 Kedai Kopi di
Halim, G.P., Firasko, M., & Harianto, A. (2021). Seluruh Yogya, Terpadat di Indonesia.
Kesadaran Konsumen terhadap Penerapan Kumparan.Com.
Green Practice pada Starbucks Indonesia. Leonidou, L. C., Leonidou, C. N., & Kvasova,
Jurnal Hospitality dan Manajemen Jasa, O. (2010). Antecedents and outcomes
9(2). of consumer environmentally friendly
Hockerts, K., & Wüstenhagen, R. (2010). attitudes and behaviour. Journal of
Greening Goliaths versus emerging Davids Marketing Management, 26(13–14), 1319–
— Theorizing about the role of incumbents

Boyke Rudy Purnomo dan Mauliddin Wisnu Munggaran — Model Bisnis Sosial Kedai Kopi Ramah Lingkungan di Yogyakarta 219
1344. https://doi.org/10.1080/026725 189–197. https://doi.org/10.1016/j.
7X.2010.523710 intmar.2012.04.001
Mariyono, J. (2015). Green revolution- and Sommer, A. (2012). Managing green business
wetland-linked technological change of model transformation. Springer.
rice agriculture in Indonesia. Management Sparviero, S. (2019). The Case for a Socially
of Environmental Quality: An International Oriented Business Model Canvas: The
Journal, 26(5), 683–700. https://doi. Social Enterprise Model Canvas. Journal
org/10.1108/MEQ-07-2014-0104 of Social Entrepreneurship, 10(2), 232–251.
Maurya, A. (2010). Running Lean. O’Reilly https://doi.org/10.1080/19420676.2018.1
Media, Inc. 541011
Miladi, A. I. (2014). Governance for SMEs: SGRP, 2021, Starbucks Global
Influence of leader on organizational Responsibility Report, dikutip dari
culture. International Strategic http://w w w.starbucks.com/assets/
Management Review, 2(1), 21–30. https:// d0ce9fa1502e4aa6a9b827bf5185feee.pdf
doi.org/10.1016/j.ism.2014.03.002 (diakses pada 06.10.21).
Namkung, Y., & Jang, S. (2013). Effects of UNEP, 2022. United Nation Environment
restaurant green practices on brand Programme, Publications & Data, dikutip
equity formation: Do green practices really dari https://www.unep.org/publications-
matter? International Journal of Hospitality data (diakses pada 07.03.2022)
Management, 33, 85–95. https://doi. van Doorn, J., Lemon, K. N., Mittal, V.,
org/10.1016/j.ijhm.2012.06.006 Nass, S., Pick, D., Pirner, P., & Verhoef,
Osterwalder, A., & Pigneur, Y. (2010). Business P. C. (2010). Customer Engagement
model generation: a handbook for Behavior: Theoretical Foundations and
visionaries, game changers, and Research Directions. Journal of Service
challengers (Vol. 1). John Wiley & Sons. Research, 13(3), 253–266. https://doi.
Prameka, A. S., & Kurniawan, D. T. (2021). org/10.1177/1094670510375599
Peran Green Marketing pada Repurchase Wei, T., Wu, J., & Chen, S. (2021). Keeping
Intention Merek Kopi Ramah Lingkungan Track of Greenhouse Gas Emission
Di Indonesia. Jurusan Manajemen Fakultas Reduction Progress and Targets in 167
Ekonomi Universitas Negeri Malang. Cities Worldwide. Frontiers in Sustainable
Purnomo, B.R., Deltarosi, D. dan Madepo, Cities, 3. https://doi.org/10.3389/
M.A. (2021). Survival mode vs Growth frsc.2021.696381
mode: Dinamika Studio Kopi Mengelola Wolfe, K. L., & Shanklin, C. W. (2001).
Disrupsi Digital dan Perubahan Preferensi Environmental Practices and Management
Konsumen., Dalam B. Sutikno & R. Concerns of Conference Center
Rostiani (Eds.), Kasus-Kasus Manajemen Administrators. Journal of Hospitality &
Perusahaan Indonesia: Leadership and Tourism Research, 25(2), 209–216. https://
Entrepreneurship in Digital Era (hlm. 233- doi.org/10.1177/109634800102500207
236). Gadjah Mada University Press. Wu, Y. (2008). Green purchasing to achieve
Rostiani, R., Paramita, W., Audita, H., Virgosita, corporate sustainability. Lumes Lund
R., Budiarto, T., & Purnomo, B. R. (2014). University.
Understanding Social Enterprises in Younis, H. & Sundarakani, B. (2020). The Impact
Indonesia: Drivers and Challenges. Journal of Firm Size, Firm Age and Environmental
of Indonesian Economy & Business, 29(2). Management Certification on the
Singh, S., & Sonnenburg, S. (2012). Relationship between green supply chain
Brand Performances in Social Media. practices and corporate performance.
Journal of Interactive Marketing, 26(4),

220 Kawistara, Vol. 13, No. 2, 31 Agustus 2023: 202—221


Bechmarking: An International Journal, Business Strategy, 1(1), 54–63. https://doi.
21(1), 319-346. org/10.1016/j.jf bs.2009.12.003
Zellweger, T. M., Eddleston, K. A., &
Kellermanns, F. W. (2010). Exploring
the concept of familiness: Introducing
family firm identity. Journal of Family

Boyke Rudy Purnomo dan Mauliddin Wisnu Munggaran — Model Bisnis Sosial Kedai Kopi Ramah Lingkungan di Yogyakarta 221

Anda mungkin juga menyukai