Anda di halaman 1dari 3

Mayrianti Annisa Anwar, SP, M.

Si – Mahasiswa Doctor by Research pada Program Studi Ilmu


Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan, IPB University.

Eco-friendly packaging: Solusi Ramah Lingkungan.


Indonesia masih memerlukan inovasi di sektor industri dalam upaya pengelolaan lingkungan
hijau. Maka itu, pelaku industri dituntut untuk berusaha secara aktif dan bijak dalam
menggunakan sumber daya dan teknologi yang ramah lingkungan sehingga dapat menciptakan
efektivitas dan efisiensi bagi keberlanjutan usahanya sesuai dengan amanat Peraturan
Pemerintah Nomor 29 tahun 2018. Pelaku industri memiliki tanggung jawab besar terhadap
seluruh pemangku kepentingan dalam segala aspek operasional perusahaan, yang mencakup
aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Aspek sosial bisnis perusahaan ini tidak bisa lepas dari
pembangunan yang berkelanjutan yang harus menimbang dampak sosial dan lingkungannya
baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
Salah satunya adalah industri makanan dan minuman dalam kemasan. Hal ini terjadi sangat
pesat dikarenakan adanya kemudahan dalam transaksi yang disediakan marketplaces untuk
konsumen memilih produk yang diinginkan. Akibat dari melonjaknya transaksi tersebut
berimplikasi pada timbulan sampah yang didominasi oleh material plastik dan kemasan lain
yang tidak ramah lingkungan. Sehingga perlu dilakukan inovasi dalam pengemasan yang lebih
mengarah kepada ramah lingkungan tanpa mengurangi keuntungan yang akan didapat.

Penerapan kemasan ramah lingkungan (eco-friendly packaging) inilah yang diperlukan untuk
mengurangi timbulan sampah dan dampak negatifnya terhadap lingkungan. Upaya ini pun akan
mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) poin 12.5 yaitu mengurangi
timbulan sampah secara substansial pada tahun 2030 melalui upaya pencegahan, pengurangan,
daur ulang, dan penggunaan kembali. LIPI (2020) merilis hasil studi terkait dampak
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Work from Home (WFH) terhadap pengiriman
paket yang menunjukkan adanya peningkatan signifikan. Sejak pandemi Covid-19, transaksi
belanja meningkat dua kali lipat, namun 96 persen kemasan paket belanja online (packaging)
termasuk kemasan makanan dan minuman yang masih didominasi material plastik. Kesadaran
masyarakat dalam mengolah sampah pun masih rendah. Hanya 1,2 persen rumah tangga yang
mendaur ulang sampahnya (BPS, 2018).

Eco-friendly packaging ini dapat memberikan insentif bagi pelaku bisnis. Perusahaan akan
memperoleh peningkatan profit dan reputasi yang lebih baik jika mulai menerapkan green
concept (Forbes, 2019). Hal ini terlihat adanya minat konsumen untuk membeli produk dengan
kemasan yang ramah lingkungan yang akan memberikan dampak baik bagi sosial dan
lingkungan. Sebagian konsumen telah mengerti arti penting dari penggunaan bahan yang
ramah lingkungan tetapi bagi yang lain masih hanya berpikir kebutuhan makanan dan minuman
dengan kemasan yang tidak ramah lingkungan. Dengan sedikit kenaikan harga dari produk
tetapi memiliki dampak lingkungan yang lebih akan menjadi favorit bagi konsumen terlebih
konsumen yang setia.

Penggunaan kemasan ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja ekonomi dan kinerja
lingkungan agar dapat berjalan seimbang. Motivasi utama ada pada rendahnya kesadaran
masyarakat untuk mendaur ulang sampah dan tren peningkatan sampah tahunan. Sebelas
perusahaan sudah menerapkan green concept di Indonesia yaitu Apple, Panasonic, Adidas,
Starbucks, Unilever, The Body Shop, PT Indocement Tunggal Prakarsa, Nike, PT Sinar
Sosro, IKEA, dan Dell (Jessica, 2021). Starbucks mengganti kemasan plastik biasa (Putra
dan Prasetyawati, 2021) menjadi eco-friendly plastic dan paper (Auliandri et. al., 2018).
Bentuk-bentuk eco-friendly packaging yang telah Starbucks terapkan dapat menjadi rujukan

Kemasan yang sering digunakan dalam produk ramah lingkungan antara lain adalah
1) Compostable packaging yang berasal dari jagung, tebu, bambu, ketela dan atau bioplomer
yang dapat hancur dalam hitungan 180 hari skala rumahan dan 90 hari skala industri; 2) plastik
daur ulang; 3) bahan kardus yang berlapis, 4); kertas glassine; 5) plastic selulosa; 6) pelepah
jagung; (7) kertas kraft. Kemasan ini bisa digunakan untuk produk makanan dan minuman apa
saja, meskipun masih terkadang ada lapisan plastik tipis untuk dapat menahan lebih lama
produk tersebut terutama untuk produk yang mengandung air/cairan. (maa)

Anda mungkin juga menyukai