Anda di halaman 1dari 17

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM

REPUBLIK INDONESIA
Jl. M. H. Thamrin No. 14 Jakarta Pusat

SOAL TES TERTULIS BAGI CALON ANGGOTA PANITIA PENGAWAS PEMILU


KABUPATEN/KOTA DALAM RANGKA PEMILU DPR, DPD, DAN DPRD

Tanggal : ……………………
Waktu : 120 Menit
Sifat : TutupBuku

PETUNJUK PENGERJAAN SOAL:


• Berdoalahsebelumandamulaimengerjakan.
• Apabilaakanmenggantijawaban, harapdiberikanparaf di sampingkananpadajawaban
yang benar.
• Kertassoalwajibdikumpulkankembali.
• Selamatmengerjakan, semogasukses.

PILIHAN GANDA
Pilihlahsalahsatujawaban a, b, c, d, atau e, yang menurutAnda paling
benardenganmemberikantanda (X) dalampernyataanataupertanyaanberikut!

1. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2011 mengatur tentang:


a. Badan Pengawas Pemilihan Umum;
b. Pengawas Pemilihan Umum
c. Penyelenggara Pemilihan Umum
d. Komisi Pemilihan Umum
e. Dewan Kehormatan Pemilihan Umum

2. Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota diatur dalam :


a. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah;
b. Undang-Undang nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilu;
c. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 1 Tahaun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati Dan
Walikota;
d. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Presiden Dan
Wakil Presiden;
e. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Pemerintah Daerah.

3. Kapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014


Tentang Pemilihan Gubernur. Bupati, Dan Walikota diundangkan:
a. Tanggal 25 September 2014
b. Tanggal 26 September 2014
c. Tanggal 30 September 2014
d. Tanggal 1 Oktober 2014
e. Tanggal 2 Oktober 2014

4. PeraturanPemerintahPenggantiUndang-UndangNomor 1 Tahun 2014


TentangPemilihanGubernur. Bupati, Dan Walikota mencabut dan menyatkan
tidak berlaku :
a. Undang-Undang Nomior 32 Tahun 2004
b. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
c. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2014
d. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011
e. Undang-Undang Nomor 8 Tahuin 2012
5. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2014 mengatur Tentang:
a. Penyelenggara Pemilihan Gubernur, Bupati, Dan Walikota
b. Pemilihan Gubernur, Bupati, Dan Walikota
c. Penyelenggara Pemilihan Gubernur, Bupati, Dan Walikota
d. Pemilihan Umum Gubernur, Bupati, Dan Walikota
e. Pemilu Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah

6. PeraturanPemerintahPenggantiUndang-UndangNomor 1 Tahun 2014


TentangPemilihanGubernur. Bupati, Dan Walikota, dicatatkan dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 :
a. Nomor 242
b. Nomor 243
c. Nomor 244
d. Nomor 245
e. Nomor 246

7. PeraturanPemerintahPenggantiUndang-UndangNomor 1 Tahun 2014


TentangPemilihanGubernur. Bupati, Dan Walikota, mengatur mekanisme
Pemilihan:
a. Melalui DPRD
b. Melalui DPD
c. Secara Langsung dan Demokratis
d. Secara Tidak Langsung
e. Melalui perwakilan

8. Dalam PeraturanPemerintahPenggantiUndang-UndangNomor 1 Tahun 2014


TentangPemilihanGubernur. Bupati, Dan Walikota, diatur pengujian kompetensi
dan integritasyang dilaksanakan secara terbuka oleh panitia yangbersifat
mandiri, yang disebut dengan:
a. Uji kelayakan dan kepatutan
b. Ujian Wawancara
c. Uji Publik
d. Uji Petik
e. Ujian akhir

9. Pelanggaran pada PemilihanGubernur, Bupati dan Walikota dilaporkan kepada :


a. Kepolisian
b. Kejaksaan
c. Pengawas Pemilu
d. KPU
e. DKPP

10. Dugaan pelanggaran Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota dapat dilaporkan,
diantaranya oleh:
a. Lembaga Swadaya Masyarakat
b. Pemantau Pemilu
c. KPU
d. Pengawas Pemilu Kepala Daerah
e. Partai Politik

11. Laporan dugaan pelangaran disampaikan secara tertulis paling sedikit memuat
diantaranya:
a. Nama dan alamat KPU
b. Nama dan alamat Kepilisian
c. Nama dan alamat Pelapor
d. Nama dan alamat Pegawas Pemilu
e. Nama dan alamat Partai Politik
12. Laporan dugaan pelanggran Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota
disampaikan kepada Pengawas Pemilu untuk paling lama :
a. 3 (tiga) hari sejak diketahui dan/atau ditemukannya pelanggaran
b. 5 (lima)hari sejak diketahui dan/atau ditemukannya pelanggaran
c. 6 (enam)hari sejak diketahui dan/atau ditemukannya pelanggaran
d. 7 (tujuh) hari sejak diketahui dan/atau ditemukannya pelanggaran
e. 8 (delapan)hari sejak diketahui dan/atau ditemukannya pelanggaran

13. Dalam hal laporan pelanggaran Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota telah
dikaji, Panwas Kabupaten/kota wajib menindaklanjuti laporan paling lama :
a. 1 (satu) hari setelah laporan diterima
b. 2 (dua) hari setelah laporan diterima
c. 3 (tiga) hari setelah laporan diterima
d. 4 (empat) hari setelah laporan diterima
e. 5 (lima) hari setelah laporan diterima

14. Dalam hal Panwaslu Kabupaten/Kota memerlukan keterangan tanbahan dari


pelapor mengenai tindak lanjut, dilakukan paling lama:
a. 1 (satu) hari setelah laporan diterima
b. 2 (dua) hari
c. 3 (tiga) hari
d. 4 (empat) hari
e. 5 (lima) hari

15. Pelanggaran terhadap etika penyelenggara Pemilihan yang berpedoman pada


sumpah dan/janji sebelum menjalankan tugas sebagai penyelenggara
Pemilihan , adalah pelanggaran:
a. Pelanggaran Pemilu
b. Pelanggaran Kode etik Penyelenggara Pemilihan
c. Pelanggaran Pidana Pemilihan
d. Pelanggaran Administrasi Pemilihan
e. Pelanggaran Pemilihan Gubernur, Bupati/Walikopta

16. Kode Etik Penyelenggara Pemilihan Umum diatur dalam :


a. Peraturan Bersama Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Kode Etik
Penyelenggara Pemilu;
b. Peraturan KPU Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Kode Etik Penyelenggara
Pemilu;
c. Peraturan Bawaslu Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Kode Etik
Penyelenggara Pemilu
d. Peraturan Bersama KPU, Bawaslu, DKPP Nomor 13 Tahun 2012, Nomor
11 Tahun 2012, Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Kode Etik Penyelenggara
Pemilu
e. Peraturan DKPP Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Etik Penyelenggara
Pemilu

17. Laporan yang merupakan Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilihan


Umum, oleh Bawaslu diteruskan kepada :
a. KPU Kabupaten/Kota
b. Bawaslu RI
c. Kepolisian
d. Kejaksaan
e. DKPP

18. Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilihan yanag diduga dilakukan oleh
Penyelenggara Pemilihan di tingkat Kabupaten/Kota, yang dilaporkan kepada
Panwas Kabupaten /Kota diteruskan kepada DKPP melalui:
a. KPU
b. KPU Provinsi
c. DKPP Provinsi
d. Bawaslu RI
e. Bawaslu Provinsi
19. Pelanggaran terhadap tata cara yang berkaitan dengan administrasi
pelaksanaan Pemilihan dalam setiap tahapan Pemilihan, adalah :
a. Pelanggaran Pidana Pemilihan
b. Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilihan
c. Pelanggaran Administrasi Pemilihan
d. Pelanggaran Pemilihan
e. Pelanggaran Pemilu

20. Laporan yang merupakan pelanggaran Administrasi Pemilihan Gubernur, Bupati


dan Walikota oleh Panwaslu Kabupaten/Kota diteruskan kepada :
a. KPU Kabupaten/Kota
b. Bawaslu RI
c. Kepolisian
d. Kejaksaan
e. DKPP

21. Panwaslu Kabupaten/Kota merekomendasikan pelanggaran administrasi


Pemilihan kepada:
a. KPU
b. KPU Provinsi
c. KPU Kabupaten/Kota sesuai tingkatan
d. Bawaslu
e. Bawaslu Provinsi

22. Penyelesaian pelanggaran administrasi Pemilihan berdasarkan rekomendasi


Panwaslu Kabupaten/Kota oleh:
a. KPU Kabupaten/Kota sesuai tingkatan
b. KPU Provinsi
c. KPU
d. Bawaslu
e. Bawaslu Provinsi

23. KPU Provinsi dan/atau KPU Kabupaten/Kota memeriksa dan memutus


pelanggaran Administrasi berdasarkan rekomendasi Bawaslu Provinsi dan/atau
Panwaslu Kabupaten/Kota paling lama:
a. 3 (tiga) hari sejak rekomendasi diterima
b. 5 (lima) hari sejak rekomendasi diterima
c. 6 (enam) hari sejak rekomendasi diterima
d. 7 (tujuh) hari sejak rekomendasi diterima
e. 8 (delapan)hari sejak rekomendasi diterima

24. Dalam hal KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS, atau peserta
Pemilihan tidak menindaklanjuti rekomendasi Bawaslu Provinsi dan/atau
Panwaslu Kabupaten/Kota, Bawaslu Provinsi dan/atau Panwaslu
Kabupaten/Kota memberikan sanksi berupa:
a. Peringatan Lisan
b. Peringatan tertulis
c. Peringatan lisan atau peringatan tertulis
d. Sanksi Pidana
e. Sanksi Etik Penyelenggara Pemilihan

25. Dalam pemilihan Gubernur, Bupati/Walikota terdapat sengketa antar peserta


pemilihan, dan sengketa antar peserta pemilihan dengan penyelenggara
pemilihan, kewenangan penyelesaiannya pada:
a. Bawaslu
b. Bawaslu Provinsi dan/atau Panwaslu Kabupaten/Kota
c. Bawaslu Provinsi
d. Panwaslu Kabupaten/Kota
e. KPU Provinsi
26. Bawaslu Provinsi atau Panwaslu Kabupaten/Kota berwenang menyelesaiakan
sengketa antar peserta pemilihan, dan sengketa antar peserta pemilihan dengan
penyelenggara pemilihan, paling lama:
a. 3 (tiga) harisejakditerima laporan atau temuan
b. 7 (tujuh) harisejakditerimalaporanatautemuan
c. 12 (duabelas)harisejakditerimalaporanatautemuan
d. 21 (dua puluh satu) harisejakditerimalaporanatautemuan
e. 30 (tiga puluh hari)harisejakditerimalaporanatautemuan

27. Bawaslu Provinsi dan Panwaslu Kabupaten/Kota melakukan penyelesaian


sengketa melalui tahapan:
a. Menerima dan mengkaji laporan
b. Mengkaji temuan
c. Mempertemukan para pihak yang bersengketa
d. Menerima dan mengkaji laporan atau temuan, Mempertemukan Pihak
yang bersengketa untuk mencapai kesepakatan melalui musyawarah dan
mufakat
e. MempertemukanPihak yang bersengketauntukmencapauikesepakatan

28. Keputusan Bawaslu Provinsi dan Keputusan Panwaslu Kabupaten/Kota


mengenai penyelesaian sengketa pemilihan merupakan :
a. Keputusan yang dapat di ajukan upaya hukum Banding
b. Keputusan Terakhir dan mengikat
c. Keputusan terkhir
d. Keputusan mengikat
e. Keputusan tidak mengikat

29. Seluruh Keputusan Bawaslu Provinsi dan Keputusan Panwaslu Kabupaten/Kota


dalam penyelesaian sengketa, wajib dilakukan melalui proses:
a. Sesuai Ketentuan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Pemilihan
b. Yang Transparan dan dapat dipertanggungjawabkan
c. Transparan
d. Dapat diperttanggungjawabkan
e. Sesuai KUHAP

30. Laporan yang merupakan Tindak Pidana Pemilihan Gubernur, Bupati dan
Walikota oleh Panwaslu diteruskan kepada :
a. KPU Kabupaten/Kota
b. Bawaslu RI
c. Kepolisian
d. Kejaksaan
e. DKPP

31. Yang dimaksud dengan Tindak Pidana pada Pemilihan Gubernur, Bupati dan
Walikota adalah :
a. Pelanggaran dan/atau kejahatan terhadap ketentuan tindak pidana
pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang yang mengaturPemilihan Gubernur, Buapti dan Walikota
b. Pelanggaran terhadap ketentuan tindak pidana pemilihan Gubernur,
Bupati, dan Walikota sebagaimana diatur dalam Undang-Undang yang
mengatur Pemilihan Gubernur, Buapti dan Walikota
c. kejahatan terhadap ketentuan tindak pidana pemilihan Gubernur, Bupati,
dan Walikota sebagaimana diatur dalam Undang-Undang yang mengatur
Pemilihan Gubernur, Buapti dan Walikota
d. Pidana terhadap ketentuan tindak pidana pemilihan Gubernur, Bupati,
dan Walikota sebagaimana diatur dalam Undang-Undang yang mengatur
Pemilihan Gubernur, Buapti dan Walikota
e. Pelanggaran dan/atau kejahatan terhadap ketentuan tindak pidana
pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota sebagaimana diatur dalam
Peraturan KPU
32. Tindak Pidana pada Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota, oleh Panwas
Kabupaten/Kota diteruskan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia
paling lama :
a. 1 X 24 jam sejak diputuskan oleh Panwas Kabupaten/Kota
b. 2 X 24 jam sejak diputuskan oleh Panwas Kabupaten/Kota
c. 3 X 24 jam sejak diputuskan oleh Panwas Kabupaten/Kota
d. 4 X 24 jam sejak diputuskan oleh Panwas Kabupaten/Kota
e. 5 X 24 jam sejak diputuskan oleh Panwas Kabupaten/Kota

33. Penyidik Kepolisian Negara Republik ndonesia menyampaikan hasil


penyidikannya terkait Tindak Pidana yang diteruskan oleh Panwas
Kabupaten/Kota, beserta berkas perkara kepada Penuntut Umum paling lama:
a. 5 (lima) hari sejak diterimanya Laporan
b. 7 (tujuh) hari sejak diterimanya Laporan
c. 14 (empat belas) hari sejak diterimanya laporan
d. 21 (dua puluh satu) hari sejak diterimanya laporan
e. 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya laporan

34. Dalam hal hasil penyidikan belum lengkap, Penuntut Umum mengembalikan
berkas perkara kepada Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam
waktu paling lama :
a. 1 (satu) hari
b. 2 (dua) hari
c. 3 (tiga) hari
d. 5 (lima) hari
e. 7 (tujuh) hari

35. Pengembalian berkas perkara oleh Penuntut Umum kepada Penyidik Kepolisian
Negara Republik Indonesia disertai dengan :
a. Laporan Tindak Pidana Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota
b. Terlapor Tindak Pidana Pemilhan Gubernur, Bupati dan Walikota
c. Keterangan saksi terjadinya Tindak Pidana
d. Petunjuk tentang hal yang harus dilakukan dan dilengkapi
e. Alat bukti tindak pidana

36. Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia harus sudah menyampaikan


kembali berkas perkara beserta hasil perbaikan dan kelengkapan kepada
Penununtut Umum dalam waktu paling lama :
a. 3 (tiga) hari
b. 2 (dua) hari
c. 1 (satu) hari
d. 5 (lima) hari
e. 7 (tujuh) hari

37. Penuntut Umum melimpahkan berkas perkara tindak pidana Pemilihan


Gubernur, Bupati dan Walikota kepada Pengadilan Negeri paling lama:
a. 3 (tiga) hari
b. 2 (dua) hari
c. 1 (satu) hari
d. 5 (lima) hari
e. 7 (tujuh) hari

38. Pengadilan Negeri dalam memeriksa, mengadili, dan memutuskan perkara


tindak pidana Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota menggunakan:
a. KUHP
b. KUHAP Kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang yang mengatur
Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota
c. KUHAP
d. Undang-Undang Yang mengatur Pemilihan Gubernur, Bupati dan
Walikota
e. Peraturan KPU
39. Pengadilan Negeri memeriksa, mengadili, dan memutus perkara tindak piana
Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota setelah pelimpahan berkas perkara
paling lama :
a. 3 (tiga) hari
b. 2 (dua) hari
c. 1 (satu) hari
d. 5 (lima) hari
e. 7 (tujuh) hari

40. Dalam hal Putusan Pengadilan Negeri tentang perkara tindak pidana Pemilihan
Gubernur, Bupati dan Waikota diajukan banding, Pemohon banding diajukan
setelah putusan dibacakan paling lama:
a. 3 (tiga) hari
b. 2 (dua) hari
c. 1 (satu) hari
d. 5 (lima) hari
e. 7 (tujuh) hari

41. Pengadilan Tinggi memeriksa dan memutus perkara banding tindak pidana
pemilhan Gubernur, Bupati dan Walikota setelah permohonan banding diterima
dalam waktu paling lama:
a. 3 (tiga) hari
b. 2 (dua) hari
c. 1 (satu) hari
d. 5 (lima) hari
e. 7 (tujuh) hari

42. Untuk menyamakan pemahaman dan pola penanganan tindak pidana Pemilihan
Gubernur, Bupati dan Walikota, Panwas Kabupaten/Kota, Kepolisian Resort dan
Kejaksaan Negeri membentuk wadah bersama yaitu :
a. Sentra Pelayanan Hukum Terpadu
b. Sentra Penanganan Hukum terpadu
c. Sentra Penegakan Hukum Terpadu
d. Sentra Penegakan Hukum Bersama
e. Sentra Pelayanan Hukum Bersama

43. Pasal berapa Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
mengatur tentang alat bukti yang sah :
a. Pasal 148
b. Pasal 184
c. Pasal 481
d. Pasal 841
e. Pasal 814

44. Yang manakah dibawah ini adalah merupakan tindak pidana pemilihan
Gubernur, Bupati dan Walikota:
a. Saksi parpol tidak terdaftar dalam Daftar Pemilih
b. PPS tidak mendaftarkan Calon yang berasal dari dari daerah lain
c. Seseorang yang dengan sengaja memberikan keterangan yang tidak
benar mengenai diri sendiri atau diri orang lain tentang suatu hal yang
diperlukan untuk pengisian daftar pemilih
d. Saksi dari Pasangan calon tidak hadir pada saat Pemutakhiran daftar
pemilih
e. PPS terlambat memasukan nama masayarakat dalam pemutkhiran daftar
pemilih

45. Sengketa yang timbul dalam bidang Tata Usaha Negara Pemilihan antara Calon
Gubernur, Calon Bupati, dan Calon Walikota dengan KPU Provinsi dan/atau
KPU Kabupaten/Kota sebagai akibat dikeluarkanya Keputusan KPU Provinsi
dan/atau KPU Kabupaten/Kota, adalah:
a. Sengketa Tata usaha Pemilihan
b. Sengketa Hasil Pemilihan
c. Sengjketa Tata Usaha Negara Pemilihan;
d. Sengketa Pemilihan
e. Sengketa Pencalonan Gubernur. Bupati/Walikota

46. Pengajuan gugatan atas sengketa tata usaha negaraPemilihan ke Pengadilan Tinggi Tata
Usaha Negaradilakukan, setelah dilakukan seluruh upaya administratif di :
a. BawasluProvinsi
b. Panwas Kabupaten/Kota
c. Bawaslu Provinsi dan/atau Panwaslu Kabpaten/kota
d. KPU Provinsi
e. KPU Kabupaten/Kotya.

47. Pengajuan gugatan atas sengketa tata usaha negaraPemilihan ke Pengadilan Tinggi Tata
Usaha Negaradilakukan paling lama:
a. 3 (tiga) hari setelah dikeluarkannya Keputusan Bawaslu Provinsi dan/atau
Panwaslu Kabupaten/Kota
b. 2 (dua) harisetelah dikeluarkannya Keputusan Bawaslu Provinsi dan/atau
Panwaslu Kabupaten/Kota
c. 1 (satu) harisetelah dikeluarkannya Keputusan Bawaslu Provinsi dan/atau
Panwaslu Kabupaten/Kota
d. 5 (lima) harisetelah dikeluarkannya Keputusan Bawaslu Provinsi dan/atau
Panwaslu Kabupaten/Kota
e. 7 (tujuh) harisetelah dikeluarkannya Keputusan Bawaslu Provinsi dan/atau
Panwaslu Kabupaten/Kota

48. Dalam hal pengajuan gugatan atas sengketa tata usaha negaraPemilihan ke Pengadilan
Tinggi Tata Usaha Negara, kurang lengkap penggugat dapat memperbaiki dan
melangkapi Gugatan Paling lama:
a. 7 (tujuh) harisejak diterimanya gugatan oleh Pengadilan TinggiTata Usaha
Negara
b. 5 (lima) harisejak diterimanya gugatan oleh Pengadilan TinggiTata Usaha
Negara
c. 3 (tiga) harisejak diterimanya gugatan oleh Pengadilan TinggiTata Usaha
Negara
d. 2 (dua) harisejak diterimanya gugatan oleh Pengadilan TinggiTata Usaha
Negara
e. 1 (satu) harisejak diterimanya gugatan oleh Pengadilan TinggiTata Usaha
Negara

49. Dalam Hal jangka waktu 3 (tiga) hari sejak diterimanya gugatan oleh Pengadilan Tinggi
Tata Usaha Negara, Penggugat belum menyempurnakan gugatan, Hakim memberikan
putusan bahwa :
a. Gugatan diterima
b. Gugatan Tidak Dapat Diterima
c. Gugatan dikabulkan
d. Gugatan dikabulkan sebagian
e. Gugatan tidak dikabulkan

50. Terhadap Putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara, “Tidak Dapat
Menerima” Gugatan Penggugat karena terlambat memperbaiki dan/atau
melengkapi gugatan:
a. Dapat dilakukan Upaya hukum Kasasi
b. Dapat dilakukan upaya hukum lain
c. Tidak dapat dilakukan upaya hukum
d. Dapat dilakukan peninjauan kembali
e. Dapat diajukan permohonan gugatan kembali

51. Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara memeriksa danmemutus gugatan atas sengketa tata
usaha negara sejak gugatandinyatakan lengkap, paling lama:
a. 21 (dua puluh satu ) Hari
b. 15 (lima belas) hari
c. 12 (dua belas) hari
d. 7 (tujuh) hari
e. 3 (tiga) hari

52. Terhadap Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara tentang Sengketa Tata
usaha Negara Pemilihan dapat dilakukan upaya Hukum :
a. Banding Ke Pengadilan Tinggi
b. Kasasi ke Mahkamah Agung
c. Ke Mahkamah Konstitusi
d. Komisi Yudisial
e. Peninjauan Kembali

53. Permohonan Kasasi sengketa Tata Usaha Negara Pemilihan diajukan palinmg
lama:
a. 21 (dua puluh satu ) Hari sejak Putusan Pengadilan Tinggi Tata usaha Negara
b. 15 (lima belas) hariHari sejak Putusan Pengadilan Tinggi Tata usaha Negara
c. 12 (dua belas) hariHari sejak Putusan Pengadilan Tinggi Tata usaha Negara
d. 7 (tujuh) hari Hari sejak Putusan Pengadilan Tinggi Tata usaha Negara
e. 3 (tiga) hariHari sejak Putusan Pengadilan Tinggi Tata usaha Negara

54. Mahkamah Agung Republik Indonesia wajib memberikan Putusan atas


permohonan Kasasi sengketa Tata Usaha Negara Pemilihan, paling lama:
a. 30 (tiga puluh ) Hari sejak permohonan Kasasi diterima
b. 15 (lima belas) hari Hari sejak permohonan Kasasi diterima
c. 12 (dua belas) hari Hari sejak permohonan Kasasi diterima
d. 7 (tujuh) hari Hari sejak permohonan Kasasi diterima
e. 3 (tiga) hari Hari sejak permohonan Kasasi diterima

55. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia terhadap sengketa Tata usaha
Negara Pemilihan :
a. Dapat dilakukan upaya hukum Lain
b. Dapat dilakukan Peninjauan kembali
c. Bersifat final dan mengikat serta tidak dapat dilakukan upaya hukum lain
d. Bersifat final
e. Bersifat mengikat

56. KPU Provinsi dan/atau KPU Kabupaten/Kota wajib menindaklanjuti Putusan


Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negera , atau Putusan Mahkamah Agung RI
paling lama :
a. 30 (tiga puluh ) Hari
b. 15 (lima belas) hari Hari
c. 12 (dua belas) hari Hari sejak
d. 7 (tujuh) hari Hari sejak
e. 3 (tiga) hari Hari sejak

57. Perselisihan antara KPU Provinsi dan/atau KPU Kabupaten/Kota dan Peserta
Pemilihan mengenai penetapan pertolehan suara pemilihan, adalah:
a. Sengketa Pemilihan
b. Sengketa Pemilu
c. Sengketa Hasil Pemilihan
d. Perselisihan Hasil Pemilihan
e. Perselisihan Pemiulihan

58. Perselisihan Penetepan perolehan suara yang signifikan dan dapat


mempengaruhi penetepan calon untuk maju ke Putaran berikutnya atau
penetapan calon terpilih, adalah:
a. Perselisihan Penatapan Perolehan suara hasil pemilihan
b. Perselisihan perolehan suara
c. Perselisihan hasil suara
d. Perselisihan Pemilihan
e. Peselisihan suara pemilihan

59. Penyelesaian perselisihan Penetepan perolehan suara hasil pemilihan, peserta


pemilihan mengajukan kepada:
a. Pengadilan Negeri
b. Pengadilan Tinggi
c. Pengadilan Tinggi yang ditunjuk oleh Mahkamah Agung
d. Mahkamah Agung
e. Mahkamah Konstitusi

60. Pengajuan Permohonan Penyelesaian perselisihan Penetepan perolehan suara


hasil pemilihan dilengkapi dengan alat bukti berupa:
a. Surat
b. Saksi
c. Alat bukti dan Surat Keputusan KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota
tentang hasil Rekapitulasi Perhitungan suara
d. Keputusan KPU tentang Hasil suara
e. Keputusan KPU Tentang Penatapan Pemenang Pemilihan

61. Dalam hal pengajuan permohonan sebagaimanadimaksud pada ayat (2) kurang lengkap,
pemohon dapatmemperbaiki dan melengkapi permohonan paling lama:
a. 1 X 24 (satu kali dua puluh empat) jam sejak diterimanya permohonan oleh
Pengadilan Tinggi
b. 2 X 24 (dua kali dua puluh empat) jam sejak diterimanya permohonan oleh
Pengadilan Tinggi
c. 3 X 24 (tiga kali dua puluh empat) jam sejak diterimanya permohonan oleh
Pengadilan Tinggi
d. 4 X 24 (empat kali dua puluh empat) jam sejak diterimanya permohonan oleh
Pengadilan Tinggi
e. 5 X 24 (lima kali dua puluh empat) jam sejak diterimanya permohonan oleh
Pengadilan Tinggi

62. Pengadilan Tinggi memutuskan perkara perselisihansengketa hasil Pemilihan paling


lama:
a. 14 (empat belas) hari sejak diterimanya permohonan.
b. 12 (dua belas)hari sejak diterimanya permohonan.
c. 7 (tujuh)hari sejak diterimanya permohonan.
d. 5 (lima)hari sejak diterimanya permohonan.
e. 2 (dua)hari sejak diterimanya permohonan.

63. Pihak yang tidak menerima Putusan Pengadilan Tinggi dalam perkara perselisihan
sengketa hasil pemilihan dapat mengajuka permohonan keberatan ke Mahkamah Agung
paling lama:
a. 1 (satu) hari sejak putusan Pengadilan Tinggi dibacakan
b. 2 (dua) hari sejak putusan Pengadilan Tinggi dibacakan
c. 3 (tiga) hari sejak putusan Pengadilan Tinggi dibacakan
d. 4 (empat) hari sejak putusan Pengadilan Tinggi dibacakan
e. 5 (lima) hari sejak putusan Pengadilan Tinggi dibacakan

64. Mahkamah Agung memutuskan permohonan keberatan terhadap Putusan Putusan


Pengadilan Tinggi dalam perkara perselisihan sengketa hasil pemilihapaling lama :
a. 12 (dua belas) hari sejak diterimanya permohonan
b. 14 (empat belas) hari sejak diterimanya permohonan
c. 21 (dua puluh satu) hari sejak diterimanya permohonan
d. 27 (dua puluh tujuh) hari sejak diterimanya permohonan
e. 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya permohonan

65. Peserta pemilihan Gubernur dapat mengajukanpermohonan pembatalan penetapan hasil


penghitunga suara dengan ketentuan Provinsi dengan jumlah penduduk sampai
dengan2.000.000 (dua juta) jiwa, pengajuan perselisihanperolehan suara dilakukan jika
terdapat perbedaanpaling banyak sebesar
a. 1% (satu persen) daripenetapan hasil penghitungan perolehan suara olehKPU
Provinsi;
b. 1,5% (satu koma lima persen) daripenetapan hasil penghitungan perolehan suara
olehKPU Provinsi;
c. 2% (dua persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara oleh KPU
Provinsi;
d. 2,5% (dua koma lima persen) daripenetapan hasil penghitungan perolehan suara
olehKPU Provinsi;
e. 3% (tiga persen) daripenetapan hasil penghitungan perolehan suara olehKPU
Provinsi;

66. Provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 2.000.000 (dua juta) sampai dengan
6.000.000 (enamjuta), pengajuan perselisihan perolehan suaradilakukan jika terdapat
perbedaan paling banyaksebesar
a. 1% (satu persen) daripenetapan hasil penghitungan perolehan suara olehKPU
Provinsi;
b. 1,5% (satu koma lima persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara
oleh KPU Provinsi;
c. 2% (dua persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara oleh KPU
Provinsi;
d. 2,5% (dua koma lima persen) daripenetapan hasil penghitungan perolehan suara
olehKPU Provinsi;
e. 3% (tiga persen) daripenetapan hasil penghitungan perolehan suara olehKPU
Provinsi;

67. Provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 6.000.000 (enam juta) sampai
dengan12.000.000 (dua belas juta) jiwa, pengajuanperselisihan perolehan suara dilakukan
jika terdapatperbedaan paling banyak sebesar
a. 1% (satu persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara oleh KPU
Provinsi;
b. 1,5% (satu koma lima persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara
oleh KPU Provinsi;
c. 2% (dua persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara oleh KPU
Provinsi;
d. 2,5% (dua koma lima persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara
oleh KPU Provinsi;
e. 3% (tiga persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara oleh KPU
Provinsi;

68. Provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari12.000.000 (dua belas juta) jiwa,
pengajuanperselisihan perolehan suara dilakukan jika terdapatperbedaan paling banyak
sebesar
a. 0,5% (nol koma lima persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara
oleh KPU Provinsi.
b. 1% (satu persen) daripenetapan hasil penghitungan perolehan suara olehKPU
Provinsi;
c. 1,5% (satu koma lima persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara
oleh KPU Provinsi;
d. 2% (dua persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara oleh KPU
Provinsi;
e. 2,5% (dua koma lima persen) daripenetapan hasil penghitungan perolehan suara
olehKPU Provinsi;

69. Peserta Pemilihan Bupati dan Walikota dapatmengajukan permohonan pembatalan


penetapan hasilpenghitungan perolehan suara dengan ketentuan Kabupaten/Kota dengan
jumlah penduduk sampaidengan 250.000 (dua ratus lima puluh ribu) jiwa,pengajuan
perselisihan perolehan suara dilakukan jikaterdapat perbedaan paling banyak sebesar
a. 0,5% (nol koma lima persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara
oleh KPU Kabupaten/Kota;
b. 1% (satu persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara oleh KPU
Kabupaten/Kota;
c. 1,5% (satu koma lima persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara
oleh KPU Kabupaten/Kota;
d. 2% (dua persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara oleh KPU
Kabupaten/Kota;
e. 2,5% (dua kma lima persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara
oleh KPU Kabupaten/Kota;

70. Kabupaten/Kota dengan jumlah penduduk sampaidengan 250.000 (dua ratus lima puluh
ribu) jiwasampai dengan 500.000 (lima ratus ribu) jiwa,pengajuan perselisihan perolehan
suara dilakukanapabila terdapat perbedaan paling banyak sebesar:
a. 0,5% (nol koma lima persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara
oleh KPU Kabupaten/Kota;
b. 1% (satu persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara oleh KPU
Kabupaten/Kota;
c. 1,5% (satu koma lima persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara
oleh KPU Kabupaten/Kota;
d. 2% (dua persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara oleh KPU
Kabupaten/Kota;
e. 2,5% (dua kma lima persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara
oleh KPU Kabupaten/Kota;

71. Kabupaten/Kota dengan jumlah penduduk sampaidengan 500.000 (lima ratus ribu) jiwa
sampai dengan1.000.000 (satu juta) jiwa, pengajuan perselisihanperolehan suara
dilakukan jika terdapat perbedaanpaling banyak sebesar :
a. 0,5% (nol koma lima persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara
oleh KPU Kabupaten/Kota;
b. 1% (satu persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara oleh KPU
Kabupaten/Kota;
c. 1,5% (satu koma lima persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara
oleh KPU Kabupaten/Kota;
d. 2% (dua persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara oleh KPU
Kabupaten/Kota;
e. 2,5% (dua kma lima persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara
oleh KPU Kabupaten/Kota;

72. Kabupaten/Kota dengan jumlah penduduk lebih dari1.000.000 (satu juta) jiwa, pengajuan
perselisihanperolehan suara dilakukan jika terdapat perbedaanpaling banyak sebesar :
a. 0,5% (nol koma lima persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara
oleh KPU Kabupaten/Kota;
b. 1% (satu persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara oleh KPU
Kabupaten/Kota;
c. 1,5% (satu koma lima persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara
oleh KPU Kabupaten/Kota;
d. 2% (dua persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara oleh KPU
Kabupaten/Kota;
e. 2,5% (dua kma lima persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara
oleh KPU Kabupaten/Kota;

73. Sebutkan Klasifikasi jenis pelanggaran dalam Pemilihan Gubernur, Bupati, dan
Walikota:
a. Pelanggaran Administrasi
b. Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu
c. Pelanggaran Pidana Pemilu
d. Jawaban a, b, c betul semua
e. Jawaban a, b, c salah semua;

74. Institusi apakah yang berwenang untuk menindaklanjuti rekomendasi Panwaslu


Kabupaten/Kota terhadap Tindak Pidana Pemilihan Bupati dan Walikota:
a. Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai tingkatanya
b. Kejaksaan Negeri
c. Pengadilan Negeri
d. Pemgadilan Tinggi
e. Komisi Pemilihan Umum.

75. Anggota KPU Kabupaten/Kota dapat diberhentikan dengan alasan yang salah
satunya adalah:
a. Melanggar sumpah/janji jabatan dan/atau kode etik Penyelenggara
Pemilu.
b. Tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan secara berturut-
turut selama 2 (dua) bulan atau berhalangan tetap
c. Didakwa pidana penjara karena melakukan tindak pidana yang diancam
dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih
d. Tidak melaksanakan tugas sebagai Anggota KPU Kabupaten/Kota
e. Pernah Tidak menghadiri rapat pleno yang menjadi tugas dan
kewajibannya.

76. Dalam suatu kampanye pemilihan Bupati/Walikota, peserta pemilu


menggunakan banyak kendaraan yang tidak menggunakan nomor kendaraan
dan pengendara sepeda motor tidak menggunakan helm. Siapakah yang lebih
tepat melakukan pemrosesan atas pelanggaran tersebut :
a. KPU Kabupaten/Kota
b. Bawaslu Provinsi
c. KPU Provinsi
d. Panwaslu Provinsi/ Kabupaten/ Kota
e. Kepolisian RI.

77. Dalam pelaksanaan kampanye pemilihan ada aturan dan ketentuan-ketentuan


larangan dalam kampanye yang harus ditaati, diantaranya yaitu:
a. Mempersoalkan dasar negara Pancasila dan Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
b. Mengganggu keamanan, ketentraman, dan ketertiban umum
c. Merusak dan/atau menghilangkan alat peraga kampanye.
d. menggunakan fasilitas dan anggaran Pemerintah dan Pemerintah Daerah
e. Semua jawaban adalah benar.

78. Pada pelaksanaan kampanye Pemilihan Gubernur, Bupati/Walikota, Gubernur,


dan Bupati, Walikota dan Pejabat negara lainnya dapat ikut dalam kampanye,
dengan syarat:
a. Menggunakan fasilitas Negara
b. Mengajukan cuti kampanye;
c. Tidak mengajukan cuti
d. Hanya pada hari libur
e. Ijin atasan

79. Pada masa kampanye Pemilihan Gubernur, Bupati/Walikota, Pejabat negara, pejabat
aparatur sipil negara, dan KepalaDesa atau sebutan lain/Lurah dilarang:
a. Membuat Keputusan-Keputusan Tentang Pembangunan di Wilayahnya
b. Membuat keputusan-keputusan yang tidak Pro Rakyat
c. membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah
satu calon
d. Tidak membuat Keputusan tentang Penyelengaraan Pemerintahan
e. Membuat keputusan yang menguntungkan Rakyat

80. Dalam Pemilihan Gubernur, Bupati/Walikota terdapat Pasangan Calon dari


Petahana, Petahana dilarang:
a. Mengangkat Kepala Dinas
b. melakukan penggantian pejabat 6 (enam) bulan sebelum masa
jabatannya berakhir
c. Melakukan cuti kampanye
d. Melakukan kampanye sesuai jadwal yang ditetapkan KPU Provinsi,
Kabupaten/Kota
e. Jawaban diatas salah semua
81. Apabila Pada Pemilihan Gubernur, Buapti, Walikota terdapat Calon dari
Petahana yang melakukan penggantian pejabat 6 (enam) bulan sebelum masa
jabatannya berakhir, dan menggunakan program dan kegiatan Pemerintahan
Daerah untuk kegiatan Pemilihan 6 (enam)m bulan sebelum masa jabatannya
berakhir, dikenai sanksi:
a. Pidana
b. Pembatalan sebagai calon
c. Administrasi
d. Kode Etik
e. Teguran tertulis

82. Pelanggaran atas ketentuan larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69


huruf a sampai dengan huruf h PERPPU NOMOR 1 TAHUN 014 Tentang
Pemilihan Gubernur, Bupati, Dan Walikota merupakan:
a. Pelanggaran Administrasi
b. Pelanggaran Kode etik
c. Tindak Pidana
d. Pelanggaran Pemilihan
e. Bukan pelanggaran

83. Pada Pemilihan Gubernur, Bupati/Walikota, Calon yang terbukti menjanjikan


dan/atau memberikan uang atau materi lainnya untuk mempengaruhi Pemilih,
berdasarkan Putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap , dikenai sanksi pidana dan sanksi:
a. Adminsitrasi
b. Kode etik
c. Pembatalan sebagai calon
d. Teguran lisan
e. Teguran tertulis

84. Tim kampanye yang terbukti menjanjikan dan/atau memberikan uang atau
materi lainnya untuk mempengaruhi Pemilih, berdasarkan Putusan Pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, dikenai sanksi:
a. Administrasi
b. Kode etik
c. Pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
d. Teguran tertulis
e. Teguran Lisan

85. Partai Politik dan/atau gabungan Partai Politik yang mengusulkan calon, yang
menerima sumbangan dana kampanye dari negara asing, lembaga swasta asing,
lembaga swadaya masyarakat asing dan warga negara asing, penyumbang atau pemberi
bantuan yang tidak jelas identitasnya, Pemerintah dan Pemerintah Daerah, dan badan
usaha milik negara, badan usaha milik daerah, dan badan usaha milik desa atau sebutan
lain. Melebihi paling lambat 14 (empat belas) hari setelah masa Kampanye berakhir dan
tidak menyerahkan sumbangan tersebut kepada kas negara, dikenai sanksi:
a. Administrasi
b. Pidana
c. Kode Etik
d. Pembatalan calon yang diusulkan
e. Teguran tertulis

86. calon, yang menerima sumbangan dana kampanye dari negara asing, lembaga
swasta asing, lembaga swadaya masyarakat asing dan warga negara asing,
penyumbang atau pemberi bantuan yang tidak jelas identitasnya, Pemerintah
dan Pemerintah Daerah, dan badan usaha milik negara, badan usaha milik
daerah, dan badan usaha milik desa atau sebutan lain. Melebihi paling lambat
14 (empat belas) hari setelah masa Kampanye berakhir dan tidak menyerahkan
sumbangan tersebut kepada kas negara, dikenai sanksi:
a. Pidana
b. Kode Etik
c. Teguran tertulis
d. Teguran lisan
e. Pembatalan sebagai calon

87. Calon Bupati/Walikota , yang menerima sumbangan dana kampanye dari


negara asing, lembaga swasta asing, lembaga swadaya masyarakat asing dan
warga negara asing, penyumbang atau pemberi bantuan yang tidak jelas
identitasnya, Pemerintah dan Pemerintah Daerah, dan badan usaha milik
negara, badan usaha milik daerah, dan badan usaha milik desa atau sebutan
lain. Melebihi paling lambat 14 (empat belas) hari setelah masa Kampanye
berakhir dan tidak menyerahkan sumbangan tersebut kepada kas negara,
dikenai sanksi Pembatalan sebagai calon, dilakukan oleh:
a. KPU
b. KPU Provinsi
c. KPU Kabupaten/Kota
d. Bawasluj Provinsi
e. Panwaslu Kabupaten/Kota

88. Peserta Pemilu dilarang menerima sumbangan yang berasal daripihak-


pihakberikutini, kecuali.
a. Pihakasing
b. Penyumbang yang tidak jelas identitasnya
c. Pemerintah, pemerintah daerah, badan usaha milik negara, dan badan
usaha milik daerah
d. Pemerintah desa dan badan usaha milik desa
e. Pengurus partai politik.

89. Pemeriksaan pengaduan dan/atau laporan atas adanya pelanggaran kode etik
yang dilakukan oleh anggota Panwaslu Kabupaten/Kota, dilakukan oleh:
a. Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu
b. Dewan Kehormatan Bawaslu
c. Dewan Kode Etik KPU
d. Dewan Kehormatan KPU
e. Badan Kehormatan Bawaslu.

90. Berikut ini adalah masalah-masalah hukum dalam Pemilihan Gubernur,


Bupati/Walikota, kecuali:
a. Pelanggaran pidana pemilu
b. Sengketa pemilu
c. Pelanggaran pemilu
d. Pelanggaran lalu lintas dalam masa kampanye
e. Perselisihan hasil pemilu.

91. Penyelesaian tindak pidana pemilu dilakukan melalui sistem peradilan pidana.
Lembaga-lembaga yang tergabung dalam sistem peradilan pidana adalah
sebagai berikut, kecuali?
a. Kepolisian
b. Kejaksaan
c. Pengadilan
d. Pengawas Pemilu
e. Lembaga Pemasyarakatan

92. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) di atur tentang alat
bukti, apa saja yang dimaksud dengan alat Bukti :
a. Keterangan saksi dan Keterangan ahli
b. Bukti surat
c. Petunjuk dan Keterangan terdakwa
d. Jawaban a,b,c, salah semua
e. Jawaban a,b,c benar semua

93. Putusan pengadilan Tinggi dalam memeriksa Tindak Pidana Pemilihan harus sudah
disampaikankepada penuntut umum paling lambat
a. 1 (satu) harisetelah putusan dibacakan
b. 2 (dua) hari setelah putusan dibacakan
c. 3 (tiga) hari setelah putusan dibacakan
d. 4 (empat) hari setelah putusan dibacakan
e. 5 (lima) hari setelah putusan dibacakan

94. Putusan pengadilan Tinggi dalam memeriksa Tindak Pidana Pemilihan harus
sudah dilaksanakan paling lambat:
a. 1 (satu) hari setelah putusan diterima oleh Jaksa
b. 2 (dua) hari setelah putusan diterima oleh Jaksa
c. 3 (tiga) hari setelah putusan diterima oleh Jaksa
d. 4 (empat) hari setelah putusan diterima oleh Jaksa
e. 5 (lima) hari setelah putusan diterima oleh Jaksa

95. Putusan pengadilan terhadap kasus tindak pidanaPemilihan yang dapatmempengaruhi


perolehan suara peserta Pemilihan harussudah selesai paling lama :
a. 1 (satu) hari sebelum KPU Provinsi dan/atau KPU Kabupaten/Kota
menetapkan hasil Pemilihan
b. 2 (dua) hari sebelum KPU Provinsi dan/atau KPU Kabupaten/Kota
menetapkan hasil Pemilihan
c. 3 (tiga) hari sebelum KPU Provinsi dan/atau KPU Kabupaten/Kota
menetapkan hasil Pemilihan
d. 4 (empat) hari sebelum KPU Provinsi dan/atau KPU Kabupaten/Kota
menetapkan hasil Pemilihan
e. 5 (lima) hari sebelum KPU Provinsi dan/atau KPU Kabupaten/Kota
menetapkan hasil Pemilihan

96. Salinan putusan pengadilanterhadap kasus tindak pidana Pemilihan yang dapat
mempengaruhi perolehan suara peserta Pemilihanharus sudah diterima KPU
Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, dan peserta Pemilihan pada hari:
a. Pertama Putusan dibacakan
b. Kedua Putusan dibacakan
c. Ketiga Putusan dibacakan
d. Keempat Putusan dibacakan
e. Putusan Pengadilan dibacakan

97. Sidang pemeriksaan perkara tindak pidana pemilihan dilakukan oleh Majelis
khusus yang ditetapkan secara khusus yang terdiri atas :
a. Hakim Pengadilan Negeri
b. Hakim Pengadilan Tipikor
c. Hakim Pengadilan Niaga
d. Hakim Pengadilan TUN
e. hakim khusus yang merupakan hakim karier pada Pengadilan Negeri dan
Pengadilan Tinggi

98. hakim khusus yangmerupakan hakim karier pada Pengadilan Negeri danPengadilan
Tinggi yang ditetapkan secara khusus untukmemeriksa, mengadili, dan memutus perkara
tindakpidana Pemilihan, ditetapkan berdasarkan:
a. Keputusan Ketua KPU
b. Keputusan Ketua Bawaslu
c. Keputusan Ketua Mahkamah Agung
d. Keputusan Ketua DKPP
e. Keputusan Presiden
99. hakim khusus yangmerupakan hakim karier pada Pengadilan Negeri danPengadilan
Tinggi yang ditetapkan secara khusus untukmemeriksa, mengadili, dan memutus perkara
tindakpidana Pemilihan harus memenuhi syarat telah melaksanakan tugasnya sebagai
Hakim palinmg singkat:
a. 3 (tiga) tahun
b. 4 (empat) tahun
c. 5 (lima) tahun
d. 6 (enam) tahun
e. 7 (tujuh) tahun
100. hakim khusus yang merupakan hakim karier pada Pengadilan Negeri dan
Pengadilan Tinggi yang ditetapkan secara khusus untuk memeriksa, mengadili,
dan memutus perkara tindak pidana Pemilihanharus memenuhi syarat telah
melaksanakan tugasnya sebagai Hakim palinmg singkat 3 (tiga) Tahun, kecuali:
a. Hakim Agung
b. Hakim Pengadilan Tinggi
c. Hakim Pengadilan Negeri
d. Hakim Pengadilan Tipikor
e. dalam suatu pengadilan tidak terdapat hakim yang masa kerjanya telah
mencapai 3 (tiga) tahun

Catatan :
UNTUK JAWABAN YANG DI BLOK DENGAN WARNA MERAH ADALAH
JAWABAN YANG BENAR.

Anda mungkin juga menyukai