REPUBLIK INDONESIA
Jl. M. H. Thamrin No. 14 Jakarta Pusat
Tanggal : ……………………
Waktu : 120 Menit
Sifat : TutupBuku
PILIHAN GANDA
Pilihlahsalahsatujawaban a, b, c, d, atau e, yang menurutAnda paling
benardenganmemberikantanda (X) dalampernyataanataupertanyaanberikut!
10. Dugaan pelanggaran Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota dapat dilaporkan,
diantaranya oleh:
a. Lembaga Swadaya Masyarakat
b. Pemantau Pemilu
c. KPU
d. Pengawas Pemilu Kepala Daerah
e. Partai Politik
11. Laporan dugaan pelangaran disampaikan secara tertulis paling sedikit memuat
diantaranya:
a. Nama dan alamat KPU
b. Nama dan alamat Kepilisian
c. Nama dan alamat Pelapor
d. Nama dan alamat Pegawas Pemilu
e. Nama dan alamat Partai Politik
12. Laporan dugaan pelanggran Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota
disampaikan kepada Pengawas Pemilu untuk paling lama :
a. 3 (tiga) hari sejak diketahui dan/atau ditemukannya pelanggaran
b. 5 (lima)hari sejak diketahui dan/atau ditemukannya pelanggaran
c. 6 (enam)hari sejak diketahui dan/atau ditemukannya pelanggaran
d. 7 (tujuh) hari sejak diketahui dan/atau ditemukannya pelanggaran
e. 8 (delapan)hari sejak diketahui dan/atau ditemukannya pelanggaran
13. Dalam hal laporan pelanggaran Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota telah
dikaji, Panwas Kabupaten/kota wajib menindaklanjuti laporan paling lama :
a. 1 (satu) hari setelah laporan diterima
b. 2 (dua) hari setelah laporan diterima
c. 3 (tiga) hari setelah laporan diterima
d. 4 (empat) hari setelah laporan diterima
e. 5 (lima) hari setelah laporan diterima
18. Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilihan yanag diduga dilakukan oleh
Penyelenggara Pemilihan di tingkat Kabupaten/Kota, yang dilaporkan kepada
Panwas Kabupaten /Kota diteruskan kepada DKPP melalui:
a. KPU
b. KPU Provinsi
c. DKPP Provinsi
d. Bawaslu RI
e. Bawaslu Provinsi
19. Pelanggaran terhadap tata cara yang berkaitan dengan administrasi
pelaksanaan Pemilihan dalam setiap tahapan Pemilihan, adalah :
a. Pelanggaran Pidana Pemilihan
b. Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilihan
c. Pelanggaran Administrasi Pemilihan
d. Pelanggaran Pemilihan
e. Pelanggaran Pemilu
24. Dalam hal KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS, atau peserta
Pemilihan tidak menindaklanjuti rekomendasi Bawaslu Provinsi dan/atau
Panwaslu Kabupaten/Kota, Bawaslu Provinsi dan/atau Panwaslu
Kabupaten/Kota memberikan sanksi berupa:
a. Peringatan Lisan
b. Peringatan tertulis
c. Peringatan lisan atau peringatan tertulis
d. Sanksi Pidana
e. Sanksi Etik Penyelenggara Pemilihan
30. Laporan yang merupakan Tindak Pidana Pemilihan Gubernur, Bupati dan
Walikota oleh Panwaslu diteruskan kepada :
a. KPU Kabupaten/Kota
b. Bawaslu RI
c. Kepolisian
d. Kejaksaan
e. DKPP
31. Yang dimaksud dengan Tindak Pidana pada Pemilihan Gubernur, Bupati dan
Walikota adalah :
a. Pelanggaran dan/atau kejahatan terhadap ketentuan tindak pidana
pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang yang mengaturPemilihan Gubernur, Buapti dan Walikota
b. Pelanggaran terhadap ketentuan tindak pidana pemilihan Gubernur,
Bupati, dan Walikota sebagaimana diatur dalam Undang-Undang yang
mengatur Pemilihan Gubernur, Buapti dan Walikota
c. kejahatan terhadap ketentuan tindak pidana pemilihan Gubernur, Bupati,
dan Walikota sebagaimana diatur dalam Undang-Undang yang mengatur
Pemilihan Gubernur, Buapti dan Walikota
d. Pidana terhadap ketentuan tindak pidana pemilihan Gubernur, Bupati,
dan Walikota sebagaimana diatur dalam Undang-Undang yang mengatur
Pemilihan Gubernur, Buapti dan Walikota
e. Pelanggaran dan/atau kejahatan terhadap ketentuan tindak pidana
pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota sebagaimana diatur dalam
Peraturan KPU
32. Tindak Pidana pada Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota, oleh Panwas
Kabupaten/Kota diteruskan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia
paling lama :
a. 1 X 24 jam sejak diputuskan oleh Panwas Kabupaten/Kota
b. 2 X 24 jam sejak diputuskan oleh Panwas Kabupaten/Kota
c. 3 X 24 jam sejak diputuskan oleh Panwas Kabupaten/Kota
d. 4 X 24 jam sejak diputuskan oleh Panwas Kabupaten/Kota
e. 5 X 24 jam sejak diputuskan oleh Panwas Kabupaten/Kota
34. Dalam hal hasil penyidikan belum lengkap, Penuntut Umum mengembalikan
berkas perkara kepada Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam
waktu paling lama :
a. 1 (satu) hari
b. 2 (dua) hari
c. 3 (tiga) hari
d. 5 (lima) hari
e. 7 (tujuh) hari
35. Pengembalian berkas perkara oleh Penuntut Umum kepada Penyidik Kepolisian
Negara Republik Indonesia disertai dengan :
a. Laporan Tindak Pidana Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota
b. Terlapor Tindak Pidana Pemilhan Gubernur, Bupati dan Walikota
c. Keterangan saksi terjadinya Tindak Pidana
d. Petunjuk tentang hal yang harus dilakukan dan dilengkapi
e. Alat bukti tindak pidana
40. Dalam hal Putusan Pengadilan Negeri tentang perkara tindak pidana Pemilihan
Gubernur, Bupati dan Waikota diajukan banding, Pemohon banding diajukan
setelah putusan dibacakan paling lama:
a. 3 (tiga) hari
b. 2 (dua) hari
c. 1 (satu) hari
d. 5 (lima) hari
e. 7 (tujuh) hari
41. Pengadilan Tinggi memeriksa dan memutus perkara banding tindak pidana
pemilhan Gubernur, Bupati dan Walikota setelah permohonan banding diterima
dalam waktu paling lama:
a. 3 (tiga) hari
b. 2 (dua) hari
c. 1 (satu) hari
d. 5 (lima) hari
e. 7 (tujuh) hari
42. Untuk menyamakan pemahaman dan pola penanganan tindak pidana Pemilihan
Gubernur, Bupati dan Walikota, Panwas Kabupaten/Kota, Kepolisian Resort dan
Kejaksaan Negeri membentuk wadah bersama yaitu :
a. Sentra Pelayanan Hukum Terpadu
b. Sentra Penanganan Hukum terpadu
c. Sentra Penegakan Hukum Terpadu
d. Sentra Penegakan Hukum Bersama
e. Sentra Pelayanan Hukum Bersama
43. Pasal berapa Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
mengatur tentang alat bukti yang sah :
a. Pasal 148
b. Pasal 184
c. Pasal 481
d. Pasal 841
e. Pasal 814
44. Yang manakah dibawah ini adalah merupakan tindak pidana pemilihan
Gubernur, Bupati dan Walikota:
a. Saksi parpol tidak terdaftar dalam Daftar Pemilih
b. PPS tidak mendaftarkan Calon yang berasal dari dari daerah lain
c. Seseorang yang dengan sengaja memberikan keterangan yang tidak
benar mengenai diri sendiri atau diri orang lain tentang suatu hal yang
diperlukan untuk pengisian daftar pemilih
d. Saksi dari Pasangan calon tidak hadir pada saat Pemutakhiran daftar
pemilih
e. PPS terlambat memasukan nama masayarakat dalam pemutkhiran daftar
pemilih
45. Sengketa yang timbul dalam bidang Tata Usaha Negara Pemilihan antara Calon
Gubernur, Calon Bupati, dan Calon Walikota dengan KPU Provinsi dan/atau
KPU Kabupaten/Kota sebagai akibat dikeluarkanya Keputusan KPU Provinsi
dan/atau KPU Kabupaten/Kota, adalah:
a. Sengketa Tata usaha Pemilihan
b. Sengketa Hasil Pemilihan
c. Sengjketa Tata Usaha Negara Pemilihan;
d. Sengketa Pemilihan
e. Sengketa Pencalonan Gubernur. Bupati/Walikota
46. Pengajuan gugatan atas sengketa tata usaha negaraPemilihan ke Pengadilan Tinggi Tata
Usaha Negaradilakukan, setelah dilakukan seluruh upaya administratif di :
a. BawasluProvinsi
b. Panwas Kabupaten/Kota
c. Bawaslu Provinsi dan/atau Panwaslu Kabpaten/kota
d. KPU Provinsi
e. KPU Kabupaten/Kotya.
47. Pengajuan gugatan atas sengketa tata usaha negaraPemilihan ke Pengadilan Tinggi Tata
Usaha Negaradilakukan paling lama:
a. 3 (tiga) hari setelah dikeluarkannya Keputusan Bawaslu Provinsi dan/atau
Panwaslu Kabupaten/Kota
b. 2 (dua) harisetelah dikeluarkannya Keputusan Bawaslu Provinsi dan/atau
Panwaslu Kabupaten/Kota
c. 1 (satu) harisetelah dikeluarkannya Keputusan Bawaslu Provinsi dan/atau
Panwaslu Kabupaten/Kota
d. 5 (lima) harisetelah dikeluarkannya Keputusan Bawaslu Provinsi dan/atau
Panwaslu Kabupaten/Kota
e. 7 (tujuh) harisetelah dikeluarkannya Keputusan Bawaslu Provinsi dan/atau
Panwaslu Kabupaten/Kota
48. Dalam hal pengajuan gugatan atas sengketa tata usaha negaraPemilihan ke Pengadilan
Tinggi Tata Usaha Negara, kurang lengkap penggugat dapat memperbaiki dan
melangkapi Gugatan Paling lama:
a. 7 (tujuh) harisejak diterimanya gugatan oleh Pengadilan TinggiTata Usaha
Negara
b. 5 (lima) harisejak diterimanya gugatan oleh Pengadilan TinggiTata Usaha
Negara
c. 3 (tiga) harisejak diterimanya gugatan oleh Pengadilan TinggiTata Usaha
Negara
d. 2 (dua) harisejak diterimanya gugatan oleh Pengadilan TinggiTata Usaha
Negara
e. 1 (satu) harisejak diterimanya gugatan oleh Pengadilan TinggiTata Usaha
Negara
49. Dalam Hal jangka waktu 3 (tiga) hari sejak diterimanya gugatan oleh Pengadilan Tinggi
Tata Usaha Negara, Penggugat belum menyempurnakan gugatan, Hakim memberikan
putusan bahwa :
a. Gugatan diterima
b. Gugatan Tidak Dapat Diterima
c. Gugatan dikabulkan
d. Gugatan dikabulkan sebagian
e. Gugatan tidak dikabulkan
50. Terhadap Putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara, “Tidak Dapat
Menerima” Gugatan Penggugat karena terlambat memperbaiki dan/atau
melengkapi gugatan:
a. Dapat dilakukan Upaya hukum Kasasi
b. Dapat dilakukan upaya hukum lain
c. Tidak dapat dilakukan upaya hukum
d. Dapat dilakukan peninjauan kembali
e. Dapat diajukan permohonan gugatan kembali
51. Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara memeriksa danmemutus gugatan atas sengketa tata
usaha negara sejak gugatandinyatakan lengkap, paling lama:
a. 21 (dua puluh satu ) Hari
b. 15 (lima belas) hari
c. 12 (dua belas) hari
d. 7 (tujuh) hari
e. 3 (tiga) hari
52. Terhadap Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara tentang Sengketa Tata
usaha Negara Pemilihan dapat dilakukan upaya Hukum :
a. Banding Ke Pengadilan Tinggi
b. Kasasi ke Mahkamah Agung
c. Ke Mahkamah Konstitusi
d. Komisi Yudisial
e. Peninjauan Kembali
53. Permohonan Kasasi sengketa Tata Usaha Negara Pemilihan diajukan palinmg
lama:
a. 21 (dua puluh satu ) Hari sejak Putusan Pengadilan Tinggi Tata usaha Negara
b. 15 (lima belas) hariHari sejak Putusan Pengadilan Tinggi Tata usaha Negara
c. 12 (dua belas) hariHari sejak Putusan Pengadilan Tinggi Tata usaha Negara
d. 7 (tujuh) hari Hari sejak Putusan Pengadilan Tinggi Tata usaha Negara
e. 3 (tiga) hariHari sejak Putusan Pengadilan Tinggi Tata usaha Negara
55. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia terhadap sengketa Tata usaha
Negara Pemilihan :
a. Dapat dilakukan upaya hukum Lain
b. Dapat dilakukan Peninjauan kembali
c. Bersifat final dan mengikat serta tidak dapat dilakukan upaya hukum lain
d. Bersifat final
e. Bersifat mengikat
57. Perselisihan antara KPU Provinsi dan/atau KPU Kabupaten/Kota dan Peserta
Pemilihan mengenai penetapan pertolehan suara pemilihan, adalah:
a. Sengketa Pemilihan
b. Sengketa Pemilu
c. Sengketa Hasil Pemilihan
d. Perselisihan Hasil Pemilihan
e. Perselisihan Pemiulihan
61. Dalam hal pengajuan permohonan sebagaimanadimaksud pada ayat (2) kurang lengkap,
pemohon dapatmemperbaiki dan melengkapi permohonan paling lama:
a. 1 X 24 (satu kali dua puluh empat) jam sejak diterimanya permohonan oleh
Pengadilan Tinggi
b. 2 X 24 (dua kali dua puluh empat) jam sejak diterimanya permohonan oleh
Pengadilan Tinggi
c. 3 X 24 (tiga kali dua puluh empat) jam sejak diterimanya permohonan oleh
Pengadilan Tinggi
d. 4 X 24 (empat kali dua puluh empat) jam sejak diterimanya permohonan oleh
Pengadilan Tinggi
e. 5 X 24 (lima kali dua puluh empat) jam sejak diterimanya permohonan oleh
Pengadilan Tinggi
63. Pihak yang tidak menerima Putusan Pengadilan Tinggi dalam perkara perselisihan
sengketa hasil pemilihan dapat mengajuka permohonan keberatan ke Mahkamah Agung
paling lama:
a. 1 (satu) hari sejak putusan Pengadilan Tinggi dibacakan
b. 2 (dua) hari sejak putusan Pengadilan Tinggi dibacakan
c. 3 (tiga) hari sejak putusan Pengadilan Tinggi dibacakan
d. 4 (empat) hari sejak putusan Pengadilan Tinggi dibacakan
e. 5 (lima) hari sejak putusan Pengadilan Tinggi dibacakan
66. Provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 2.000.000 (dua juta) sampai dengan
6.000.000 (enamjuta), pengajuan perselisihan perolehan suaradilakukan jika terdapat
perbedaan paling banyaksebesar
a. 1% (satu persen) daripenetapan hasil penghitungan perolehan suara olehKPU
Provinsi;
b. 1,5% (satu koma lima persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara
oleh KPU Provinsi;
c. 2% (dua persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara oleh KPU
Provinsi;
d. 2,5% (dua koma lima persen) daripenetapan hasil penghitungan perolehan suara
olehKPU Provinsi;
e. 3% (tiga persen) daripenetapan hasil penghitungan perolehan suara olehKPU
Provinsi;
67. Provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 6.000.000 (enam juta) sampai
dengan12.000.000 (dua belas juta) jiwa, pengajuanperselisihan perolehan suara dilakukan
jika terdapatperbedaan paling banyak sebesar
a. 1% (satu persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara oleh KPU
Provinsi;
b. 1,5% (satu koma lima persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara
oleh KPU Provinsi;
c. 2% (dua persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara oleh KPU
Provinsi;
d. 2,5% (dua koma lima persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara
oleh KPU Provinsi;
e. 3% (tiga persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara oleh KPU
Provinsi;
68. Provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari12.000.000 (dua belas juta) jiwa,
pengajuanperselisihan perolehan suara dilakukan jika terdapatperbedaan paling banyak
sebesar
a. 0,5% (nol koma lima persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara
oleh KPU Provinsi.
b. 1% (satu persen) daripenetapan hasil penghitungan perolehan suara olehKPU
Provinsi;
c. 1,5% (satu koma lima persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara
oleh KPU Provinsi;
d. 2% (dua persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara oleh KPU
Provinsi;
e. 2,5% (dua koma lima persen) daripenetapan hasil penghitungan perolehan suara
olehKPU Provinsi;
70. Kabupaten/Kota dengan jumlah penduduk sampaidengan 250.000 (dua ratus lima puluh
ribu) jiwasampai dengan 500.000 (lima ratus ribu) jiwa,pengajuan perselisihan perolehan
suara dilakukanapabila terdapat perbedaan paling banyak sebesar:
a. 0,5% (nol koma lima persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara
oleh KPU Kabupaten/Kota;
b. 1% (satu persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara oleh KPU
Kabupaten/Kota;
c. 1,5% (satu koma lima persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara
oleh KPU Kabupaten/Kota;
d. 2% (dua persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara oleh KPU
Kabupaten/Kota;
e. 2,5% (dua kma lima persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara
oleh KPU Kabupaten/Kota;
71. Kabupaten/Kota dengan jumlah penduduk sampaidengan 500.000 (lima ratus ribu) jiwa
sampai dengan1.000.000 (satu juta) jiwa, pengajuan perselisihanperolehan suara
dilakukan jika terdapat perbedaanpaling banyak sebesar :
a. 0,5% (nol koma lima persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara
oleh KPU Kabupaten/Kota;
b. 1% (satu persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara oleh KPU
Kabupaten/Kota;
c. 1,5% (satu koma lima persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara
oleh KPU Kabupaten/Kota;
d. 2% (dua persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara oleh KPU
Kabupaten/Kota;
e. 2,5% (dua kma lima persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara
oleh KPU Kabupaten/Kota;
72. Kabupaten/Kota dengan jumlah penduduk lebih dari1.000.000 (satu juta) jiwa, pengajuan
perselisihanperolehan suara dilakukan jika terdapat perbedaanpaling banyak sebesar :
a. 0,5% (nol koma lima persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara
oleh KPU Kabupaten/Kota;
b. 1% (satu persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara oleh KPU
Kabupaten/Kota;
c. 1,5% (satu koma lima persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara
oleh KPU Kabupaten/Kota;
d. 2% (dua persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara oleh KPU
Kabupaten/Kota;
e. 2,5% (dua kma lima persen) dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara
oleh KPU Kabupaten/Kota;
73. Sebutkan Klasifikasi jenis pelanggaran dalam Pemilihan Gubernur, Bupati, dan
Walikota:
a. Pelanggaran Administrasi
b. Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu
c. Pelanggaran Pidana Pemilu
d. Jawaban a, b, c betul semua
e. Jawaban a, b, c salah semua;
75. Anggota KPU Kabupaten/Kota dapat diberhentikan dengan alasan yang salah
satunya adalah:
a. Melanggar sumpah/janji jabatan dan/atau kode etik Penyelenggara
Pemilu.
b. Tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan secara berturut-
turut selama 2 (dua) bulan atau berhalangan tetap
c. Didakwa pidana penjara karena melakukan tindak pidana yang diancam
dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih
d. Tidak melaksanakan tugas sebagai Anggota KPU Kabupaten/Kota
e. Pernah Tidak menghadiri rapat pleno yang menjadi tugas dan
kewajibannya.
79. Pada masa kampanye Pemilihan Gubernur, Bupati/Walikota, Pejabat negara, pejabat
aparatur sipil negara, dan KepalaDesa atau sebutan lain/Lurah dilarang:
a. Membuat Keputusan-Keputusan Tentang Pembangunan di Wilayahnya
b. Membuat keputusan-keputusan yang tidak Pro Rakyat
c. membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah
satu calon
d. Tidak membuat Keputusan tentang Penyelengaraan Pemerintahan
e. Membuat keputusan yang menguntungkan Rakyat
84. Tim kampanye yang terbukti menjanjikan dan/atau memberikan uang atau
materi lainnya untuk mempengaruhi Pemilih, berdasarkan Putusan Pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, dikenai sanksi:
a. Administrasi
b. Kode etik
c. Pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
d. Teguran tertulis
e. Teguran Lisan
85. Partai Politik dan/atau gabungan Partai Politik yang mengusulkan calon, yang
menerima sumbangan dana kampanye dari negara asing, lembaga swasta asing,
lembaga swadaya masyarakat asing dan warga negara asing, penyumbang atau pemberi
bantuan yang tidak jelas identitasnya, Pemerintah dan Pemerintah Daerah, dan badan
usaha milik negara, badan usaha milik daerah, dan badan usaha milik desa atau sebutan
lain. Melebihi paling lambat 14 (empat belas) hari setelah masa Kampanye berakhir dan
tidak menyerahkan sumbangan tersebut kepada kas negara, dikenai sanksi:
a. Administrasi
b. Pidana
c. Kode Etik
d. Pembatalan calon yang diusulkan
e. Teguran tertulis
86. calon, yang menerima sumbangan dana kampanye dari negara asing, lembaga
swasta asing, lembaga swadaya masyarakat asing dan warga negara asing,
penyumbang atau pemberi bantuan yang tidak jelas identitasnya, Pemerintah
dan Pemerintah Daerah, dan badan usaha milik negara, badan usaha milik
daerah, dan badan usaha milik desa atau sebutan lain. Melebihi paling lambat
14 (empat belas) hari setelah masa Kampanye berakhir dan tidak menyerahkan
sumbangan tersebut kepada kas negara, dikenai sanksi:
a. Pidana
b. Kode Etik
c. Teguran tertulis
d. Teguran lisan
e. Pembatalan sebagai calon
89. Pemeriksaan pengaduan dan/atau laporan atas adanya pelanggaran kode etik
yang dilakukan oleh anggota Panwaslu Kabupaten/Kota, dilakukan oleh:
a. Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu
b. Dewan Kehormatan Bawaslu
c. Dewan Kode Etik KPU
d. Dewan Kehormatan KPU
e. Badan Kehormatan Bawaslu.
91. Penyelesaian tindak pidana pemilu dilakukan melalui sistem peradilan pidana.
Lembaga-lembaga yang tergabung dalam sistem peradilan pidana adalah
sebagai berikut, kecuali?
a. Kepolisian
b. Kejaksaan
c. Pengadilan
d. Pengawas Pemilu
e. Lembaga Pemasyarakatan
92. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) di atur tentang alat
bukti, apa saja yang dimaksud dengan alat Bukti :
a. Keterangan saksi dan Keterangan ahli
b. Bukti surat
c. Petunjuk dan Keterangan terdakwa
d. Jawaban a,b,c, salah semua
e. Jawaban a,b,c benar semua
93. Putusan pengadilan Tinggi dalam memeriksa Tindak Pidana Pemilihan harus sudah
disampaikankepada penuntut umum paling lambat
a. 1 (satu) harisetelah putusan dibacakan
b. 2 (dua) hari setelah putusan dibacakan
c. 3 (tiga) hari setelah putusan dibacakan
d. 4 (empat) hari setelah putusan dibacakan
e. 5 (lima) hari setelah putusan dibacakan
94. Putusan pengadilan Tinggi dalam memeriksa Tindak Pidana Pemilihan harus
sudah dilaksanakan paling lambat:
a. 1 (satu) hari setelah putusan diterima oleh Jaksa
b. 2 (dua) hari setelah putusan diterima oleh Jaksa
c. 3 (tiga) hari setelah putusan diterima oleh Jaksa
d. 4 (empat) hari setelah putusan diterima oleh Jaksa
e. 5 (lima) hari setelah putusan diterima oleh Jaksa
96. Salinan putusan pengadilanterhadap kasus tindak pidana Pemilihan yang dapat
mempengaruhi perolehan suara peserta Pemilihanharus sudah diterima KPU
Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, dan peserta Pemilihan pada hari:
a. Pertama Putusan dibacakan
b. Kedua Putusan dibacakan
c. Ketiga Putusan dibacakan
d. Keempat Putusan dibacakan
e. Putusan Pengadilan dibacakan
97. Sidang pemeriksaan perkara tindak pidana pemilihan dilakukan oleh Majelis
khusus yang ditetapkan secara khusus yang terdiri atas :
a. Hakim Pengadilan Negeri
b. Hakim Pengadilan Tipikor
c. Hakim Pengadilan Niaga
d. Hakim Pengadilan TUN
e. hakim khusus yang merupakan hakim karier pada Pengadilan Negeri dan
Pengadilan Tinggi
98. hakim khusus yangmerupakan hakim karier pada Pengadilan Negeri danPengadilan
Tinggi yang ditetapkan secara khusus untukmemeriksa, mengadili, dan memutus perkara
tindakpidana Pemilihan, ditetapkan berdasarkan:
a. Keputusan Ketua KPU
b. Keputusan Ketua Bawaslu
c. Keputusan Ketua Mahkamah Agung
d. Keputusan Ketua DKPP
e. Keputusan Presiden
99. hakim khusus yangmerupakan hakim karier pada Pengadilan Negeri danPengadilan
Tinggi yang ditetapkan secara khusus untukmemeriksa, mengadili, dan memutus perkara
tindakpidana Pemilihan harus memenuhi syarat telah melaksanakan tugasnya sebagai
Hakim palinmg singkat:
a. 3 (tiga) tahun
b. 4 (empat) tahun
c. 5 (lima) tahun
d. 6 (enam) tahun
e. 7 (tujuh) tahun
100. hakim khusus yang merupakan hakim karier pada Pengadilan Negeri dan
Pengadilan Tinggi yang ditetapkan secara khusus untuk memeriksa, mengadili,
dan memutus perkara tindak pidana Pemilihanharus memenuhi syarat telah
melaksanakan tugasnya sebagai Hakim palinmg singkat 3 (tiga) Tahun, kecuali:
a. Hakim Agung
b. Hakim Pengadilan Tinggi
c. Hakim Pengadilan Negeri
d. Hakim Pengadilan Tipikor
e. dalam suatu pengadilan tidak terdapat hakim yang masa kerjanya telah
mencapai 3 (tiga) tahun
Catatan :
UNTUK JAWABAN YANG DI BLOK DENGAN WARNA MERAH ADALAH
JAWABAN YANG BENAR.