Seminar Kasus Kelompok 2 - GDM Dan IUFD - Stase Maternitas
Seminar Kasus Kelompok 2 - GDM Dan IUFD - Stase Maternitas
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2
(Etri Yanti, S. Kp., M. Biomed) (Ns. Veolina Irman, M. Kep) (Lelly Deswitri, S. Tr. Keb)
Puji dan syukur kelompok panjatkan kepada Allah Subhanallah wa Ta’ala atas berkat
dan rahmat-Nyalah sehingga kelompok dapat menyelesaikan seminar kasus keperawatan
maternitas dalam rangka memenuhi tugas Profesi Ners STIKes Syedza Saintika Padang
dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny. F dengan Diabetes Gestasional dan IUFD
diruang HCU kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2023”.
Pada kesempatan ini, kelompok hendak menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materil sehingga seminar kasus ini
dapat selesai. Ucapan terima kasih kami tujukan kepada:
1. Ibu Etri Yanti, S. Kp., M. Biomed. selaku pembimbing akademik di STIKes Syedza
Saintika Padang.
2. Ibu Ns. Veolina Irman, M. Kep. selaku pembimbing akademik di STIKes Syedza
Saintika Padang.
3. Ibu Lelly Deswitri, S. Tr. Keb. selaku pembimbing klinik di ruang KR IRNA
Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang.
4. Ibu Bintari Tri Anggraeni, S. Kep. Bd. selaku pembimbing klinik di ruang KR IRNA
Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Kelompok menyadari bahwa seminar kasus ini masih banyak kekurangan. Oleh karena
itu, kelompok mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna
menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan seminar kasus ini.
Kelompok II
i
DAFTAR ISI
ii
BAB V .................................................................................................................................................................... 39
PENUTUP .............................................................................................................................................................. 39
A. KESIMPULAN ......................................................................................................................................... 39
B. SARAN ..................................................................................................................................................... 39
DATAR PUSTAKA .............................................................................................................................................. 40
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ibu dengan diabetes gestasional selama masa kehamilan memiliki dampak resiko
lebih tinggi untuk berkembangnya gangguan hipertensi (preeklampsia), janin besar,
keguguran, partus lama, bayi lahir prematur dan persalinan secara sectio caesarea (Ningsih
et al., 2019). Sebuah studi oleh Carr et al dalam Perkins, Dunn, and Jagasia (2007)
menyatakan bahwa diabetes gestasional tidak hanya berisiko meningkatkan penyakit
kardiovaskular pada wanita yang mempunyai keluarga dengan riwayat diabetes melitus
tipe II (15,5%-12,4%), tetapi juga lebih mungkin untuk mengalami kejadian
kardiovaskular pada usia lebih muda. Sedangkan resiko komplikasi pasca persalinan ibu
dengan diabetes gestasional dapat memperberat komplikasi dari diabetes yang sudah ada
sebelumnya, seperti : jantung, ginjal, saraf, dan gangguan penglihatan, dan berisiko
menderita diabetes melitus tipe II dalam jangka waktu 10 tahun dari masa kehamilan
(Dugan & Ma Crawford, 2019; Ningsih et al., 2019). Dampak pada janin yang lahir
dari ibu dengan diabetes gestasional memiliki risiko lebih tinggi terkena makrosomia,
hipoglikemia, hiperbilirubinemia, gangguan pernapasan sindroma, polisitemia, hipertrofik
kardiomiopati, dan hipokalsemia, dan komplikasi ini telah dilaporkan dengan frekuensi
yang bervariasi (Perkins, Dunn, and Jagasia 2007; Ningsih, Subarto, and Fajarini 2019).
Pengendalian kadar glukosa darah pada ibu dengan diabetes gestasional mencakup
pengaturan pola diet, akitivitas fisik, memonitor kadar glukosa darah dan dengan
penggunaan terapi farmakologi. Pengaturan pola diet memiliki peran yang penting dalam
pengendalian glukosa darah pada diabetes gestasional, pengaturan pola diet ini bertujuan
untuk mengontrol agar glukosa darah dalam rentang normal dan menyediakan nutrisi yang
adekuat untuk meningkatkan berat badan ibu yang sesuai dengan usia kehamilan.
Mengkonsumsi makanan tinggi serat, kacang-kacangan, ikan dan sereal dapat membantu
1
mengurangi resiko komplikasi diabetes gestasional (Ren & Shuhua, 2019 ; Dolatkhah, Ph,
Hajifaraji, Ph, & Shakouri, 2018).
Perawat memiliki peran penting dalam manajemen yang efektif dan penurunan
angka kejadian diabetes gestasional. Perawat memiliki peran sebagai penyuluh dan
pendidik yang baik bagi ibu dengan diabetes gestasional, dalam upaya untuk mencapai
diet seimbang ditambah dengan aktivitas fisik sebagai dasar utama penatalaksanaan
diabetes gestasional. Selain itu, perawatan tindak lanjut di komunitas dapat segera
memperbaiki faktor resiko dan membantu pasien dengan diabetes gestasional untuk
memantau status kadar glukosa darah pasca melahirkan (Ren & Shuhua, 2019).
Intra Uterine Fetal Death (IUFD) adalah janin yang mati dalam rahim dengan berat
badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20 minggu
atau lebih. Kematian janin dalam rahim dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor
ibu, faktor janin, dan faktor plasental. Faktor ibu meliputi umur, kehamilan post term (>42
minggu) dan penyakit yang diderita oleh ibu seperti anemia, preeklampsia, eklampsia,
diabetes mellitus, rhesus isoimunisasi, infeksi dalam kehamilan, Ketuban Pecah Dini
(KPD), ruptura uteri, hipotensi akut ibu (Saifuddin, 2010). IUFD termasuk dalam
kematian perinatal yang memberi sumbangan terhadap Angka Kematian Neonatal (AKN)
dan Angka Kematian Bayi (AKB). IUFD termasuk dalam masalah angka kematian bayi
(AKB) yang merupakan salah satu indikator penting untuk menilai tingkat kesejahteraan
suatu Negara. di Indonesia (Manuba, 2012).
World Health Organization (WHO) dan The American Collage of Obstetricians and
Gynecologist (ACOG) menyatakan bahwa kematian janin (IUFD) adalah janin yang
meninggal dalam rahim dengan berat badan 500 gram atau lebih atau kematian janin
dalam rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Soewarto, 2014). Cunningham et al.
(2018) menyebutkan terdapat 4 kategori penyebab kematian janin. Faktor fetal 25- 40%
yakni anomali kromosom, efek lahir non-kromosomal, hidrops nonimun, dan infeksi virus,
bakteria, protozoa. Faktor plasental 25-35% yakni ketuban pecah dini, solusio, perdarahan
fetomatemal, gangguan tali pusat, insufisiensi plasenta, asfiksia intrapartum, previa, twin-
twin transfusion dan korioamnionitis. Faktor matenal 5-10% yakni diabetes, penyakit
hipertensif, obesitas, usia >35 tahun, penyakit tiroid, penyakit ginjal, antibodi
antifosfolipid, trombofilia, merokok, obat terlarang dan alkohol, infeksi dan sepsis,
2
persalinan kurang bulan, ruptur uteri, dan kelahiran postterm, serta tidak terjelaskan 25-
35%.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pankreas adalah suatu alat tubuh yang terletak retroperitoneal dalam abdomen
bagian atas, di depan vertebra lumbalis I dan II. Pankreas mendapat darah dari arteri
lienalis dan arteri mesentrika superior. Pankreas menghasilkan dua kelenjar yaitu
endokrin dan eksokrin. Panjang organ ini sekitar 11.5 cm dengan berat 150 gram.
Pankreas menghasilkan kelenjar endokrin bagian dari kelompok sel yang membentuk
pulau langerhans. Dan menghasilkan empat sel yaitu:
1. Sel A (alfa) sekitar 20-40% memproduksi glukagon menjadi faktor
hiperglikemik, mempunyai anti-insulin aktif
2. Sel B (beta) sekitar 60-80% berfungsi untuk membuat insulin
3. Sel D 5-15% membuat somatostatin
4. Sel F 1% mengandung dan menyekresi pankreatik polipeptida
4
Kekurangan insulin dapat menyebabkan kelainan yang disebut diabetes mellitus,
yang mengakibatkan glukosa tertahan di luar sel, sehingga sel mengalami kekurangan
glukosa/energi dan akan merangsang glikoneogenesis di sel hati dan sel jaringan.
Glukosa akan dilepas ke ekstrasel sehingga terjadi hiperglikemi. Apabila sudah
mencapai nilai tertentu sebagian tidak bisa diabsorbsi oleh ginjal lalu dikeluarkan
melalui urin sehingga terjadi glikosuria dan poliuria. (Syaifuddin, 2013)
Menurut Berkowitz pada tahun 2013 menyatakan bahwa diabetes sering disebut
sebagai keadaan “kelaparan di tengah kelimpahan” karena sekalipun terdapat glukosa
dengan jumla yang banyak (hiperglikemia), namun sel glukosa ini tidak dapat dibawa
ke dalam sel dan digunakan.
Diabetes melitus adalah salah satu penyakit tidak menular yang terjadi karena
peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan atau resistensi insulin di
dalam tubuh. Diabetes melitus terbagi menjadi 2, pertama tipe yaitu diabetes melitus
tipe I (tergantung pada insulin) disebabkan insulin yang dihasilkan oleh pankreas sangat
sedikit atau bahkan sama sekali tidak insulin dihasilkan, diabetes tipe 1 adalah anak-
anak dan remaja yang pada umumnya tidak gemuk. Kedua Diabetes Melitus Tipe II
(tidak tergantung pada insulin) jika insulin hasil produksi pankreas tidak cukup atau sel
lemak dan otot tubuh menjadi kebal terhadap insulin, sehingga terjadilah gangguan
pengiriman gula ke sel tubuh. Diabetes tipe II ini merupakan tipe diabetes yang paling
umum dijumpai, juga sering disebut diabetes yang dimulai pada masa dewasa, dikenal
sebagai NIDDM (Non Insulin Dependent Diebetes Mellitus) diabetes tipe II terjadi
akibat obesitas, aktivitas fisik, diet, pola konsumsi yang tidak sehat, dan lain-lain, oleh
karena itu pada tulisan ini akan dibahas mengenai diabetes tipe II.
Diabetes melitus pada saat kehamilan (GDM) adalah sebuah tanda diabetes yang
berkelanjutan dan perempuan dengan usia subur akan semakin berisiko tinggi untuk
mengalami diabetes yang menetap.
Secara sederhana, diabetes pada kehamilan itu terbagi menjadi 2, yaitu diabetes
yang sudah ada sebelum ibu mengandung yang dinamakan dengan diabetes
progestional dan hadir pada saat ibu mengandung disebut dengan diabetes gestational.
Diabetes mellitus gestasional (DMG) didefinisiskan sebagai suatu intoleransi glukosa
yang terjadi atau pertama kali ditemukan pada saat hamil. Definisi ini berlaku dengan
tidak memandang apakah pasien diabetes mellitus hamil yang mendapat terapi insulin
5
atau diet saja, dan juga apabila pada pasca persalinan keadaan intoleransi glukosa masih
menetap. Demikian pula ada kemungkinan pasien tersebut sebelum hamil sudah terjadi
intoleransi glukosa. Meskipun memiliki perbedaan pada awal perjalanan penyakitnya,
baik penyandang DM tipe 1 dan 2 yang hamil maupun DMG memiliki
penatalaksanaan yang kurang lebih sama (Rahayu, et al, 2016).
Jadi dapat disimpulkan bahwa diabetes gestasional adalah keadaan diabetes yang
pertama kali ditemukan pada saat ibu hamil yang beresiko tinggi tetap mengalami
diabetes setelah melahirkan.
3. Etiologi
Selama masa kehamilan ibu hamil mengalami peningkatan hormon yaitu HPL
(Human Placental Lactogen), estrogen, dan resistensi insulin yang diproduksi oleh
plasenta untuk membantu mencegah ibu dari gula darah rendah. Selama kehamilan,
hormon inilah menyebabkan terganggunya intoleransi glukosa progresif (kadar gula
darah yang lebih tinggi). Untuk mencoba menurunkan kadar gula darah, tubuh
membuat insulin lebih banyak supaya sel mendapat glukosa untuk memproduksi
sumber energi ke seluruh tubuh. Biasanya, pankreas ibu mampu memproduksi insulin
lebih (sekitar tiga kali jumlah normal) untuk mengatasi efek hormon kehamilan.
Namun, jika pankreas tidak dapat memproduksi insulin yang cukup untuk mengatasi
efek dari peningkatan hormon selama kehamilan, kadar gula darah akan naik,
mengakibatkan DMG (Rahayu, et al., 2016). Dapat diketahui bahwa semakin tinggi
pengaruh hormon yang bekerja terhadap insulin maka semakin tinggi pula kadar gula
darah sehingga sangat berisiko terjadinya diabetes mellitus gestasional.
Insulin disekresi oleh sel pankreas, ibu dengan diabetes gestasional memiliki
defek pada fungsi sel pankreas ini. Pada penderita DMG, sel yang diproduksi oleh
pankreas akan defekasi. Defekasi terjadi karena reaksi dari auto imun yang muncul dari
adanya plasenta. Hal ini merupakan faktor fisiologis dari adanya plasenta yang
membuat kadar gula darah menjadi rendah. Selain reaksi autoimun, defekasi fungsi sel
pankreas juga dapat disebabkan oleh mutasi autosomal yang menyebabkan maturity
onset diabetes of the young (MODY). MODY terdiri atas beberapa subtipe, mutasi
dapat terjadi pada gen yang mengkode glukokinase (MODY 2), hepatocyte nuclear
factor 1α (MODY 3) dan insulin promoter factor 1 (MODY 4). Selain karena adanya
defekasi fungsi sel pankreas, diabetes gestasional juga dapat disebabkan karena
6
adanya gangguan pada insulin signaling pathway, penurunan ekspresi PPARγ dan
penurunan transpor glukosa yang dimediasi insulin pada otot skelet dan hormone
adipositokinin yang bekerja melawan kerja insulin (Alfadhli, 2015). Dapat diketahui,
pada ibu hamil dengan diabetes mellitus ini jumlah insulin kurang atau tidak berfungsi
sehingga terjadi peningkatan kadar gula darah atau hiperglikemia.
Faktor Resiko Diabetes Gestasional:
1. Usia ibu lebih dari 30 tahun karena terjadi proses penuaan dan kerusakan endotel
pembuluh darah yang progresif
2. Obesitas atau IMT ibu >30 maka lemak akan semakin banyak dan zat-zat
adipositokin juga akan banyak. Hal ini yang menyebabkan resistensi insulin dan
hiperglikemi
3. Riwayat Diabetes Gestasional
4. Pola diet dan gaya hidup yang tidak sehat
5. Riwayat melahirkan bayi makrosomia (>4000gr)
4. Patofisiologi
Pada kehamilan normal, jaringan ibu menjadi semakin tidak sensitif terhadap
insulin. Hal ini sebagian disebabkan oleh hormon-hormon dari plasenta dan sebagian
lagi oleh faktor-faktor lain yang berhubungan dengan obesitas dan kehamilan yang
tidak sepenuhnya berjalan dengan baik. Otot rangka dan jaringan adiposa adalah tempat
utama glukosa seluruh tubuh. Pada kehamilan normal, pembuangan glukosa seluruh
tubuh yang dimediasi insulin berkurang 50% dan untuk mempertahankan keadaan
euglikemik, wanita tersebut harus meningkatkan sekresi insulinnya sebesar 200% -
250% (Sol, 2018).
DMG berkembang ketika wanita hamil tidak mampu menghasilkan respon insulin
yang memadai untuk mengimbangi resistensi insulin (IR) normal ini. Selama kehamilan
normal, IR progresif berkembang mulai sekitar pertengahan kehamilan yaitu pada
trimester kedua dan berkembang selama trimester ketiga. Hormon dan adipositokin
yang dikeluarkan dari plasenta, termasuk tumor necrosis factor (TNF) -α, laktogen
plasenta manusia, dan hormon pertumbuhan plasenta manusia adalah kemungkinan
penyebab IR pada kehamilan. Selain itu, peningkatan estrogen, progesteron, dan
kortisol selama kehamilan berkontribusi terhadap gangguan keseimbangan insulin
glukosa. Untuk mengkompensasi IR perifer selama kehamilan, sekresi insulin
meningkat dari pankreas wanita. Perkembangan DMG terjadi ketika pankreas wanita
7
tidak mengeluarkan cukup insulin untuk mengimbangi tekanan metabolik dari
IR. Selama kehamilan, wanita dengan DMG ini memiliki penurunan dalam skresi
insulin yang menandakan kerusakan fungsi sel pankreas. Selain itu, peningkatan
deposisi adiposa ibu, penurunan olahraga, dan peningkatan asupan kalori merupakan
faktor berkontribusi terhadap keadaan intoleransi glukosaini (Sol, 2018).
Pada wanita gemuk, patofisiologi terutama ditandai oleh resistensi insulin yang
diinduksi kehamilan yang diperkuat oleh tingkat resistensi insulin pra-hamil yang sudah
meningkat. Tingkat resistensi insulin yang meningkat adalah faktor yang diketahui
dalam sindrom metabolik. Adanya gangguan insulin dalam mempertahankan kadar
glukosa, yang mengakibatkan hiperglikemia ibu. Glukosa ditransfer melalui plasenta ke
janin. Hiperglikemia maternal menstimulasi hiperinsulinaemia janin untuk mengatasi
kelebihan transfer glukosa plasenta. Tingkat insulin yang tinggi pada janin merangsang
pertumbuhan yang menghasilkan makrosomia janin (berat lahir lebih dari 4000 g) (Sol,
2018).
5. Manifestasi Klinis
Menurut Putri et al. (2018), gejala klinis dari ibu hamil dengan diabetes gestasional
adalah sebagai berikut.
1) Glukosuria (glukosa dalam urin).
2) Sering terasa haus dan lapar.
3) Sering buang air kecil.
4) Kelelahan.
5) Mual.
6) Sering mengalami infeksi pada kandung kemih, vagina, dan kulit.
7) Penglihatan kabur.
8) Overweight atau berat badan berlebih.
6. Klasifikasi
Menurut Tandra (2014), diabetes dalam kehamilan dibagi dalam dua macam yaitu
1) Diabetes overt (diagnosa sejak sebelum hamil)
2) Diabetes gestasional (diagnosa saat kehamilan)
Didefinisikan sebagai intoleransi karbohidrat dengan tingkat keparahan bervariasi
dan pertama kali diketahui saat kehamilan, dimana sebagian besar wanita dengan
8
diabetes gestasional telah menderita diabetes overt yang belum terdeteksi. Menurut
Pyke dalam Herwindo 2016:
1) Klas I Gestasional diabetes yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil dan
menghilang setelah melahirkan.
2) Klas II Pregestasional diabetes yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil dan
berlanjut setelah hamil.
3) Klas III : Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakit
pembuluh darah seperti retinopati, nefropati, penyakit pemburuh darah panggul
dan pembuluh darah perifer, 90% dari wanita hamil yang menderita Diabetes
termasuk ke dalam kategori DM Gestasional (Tipe II).
7. Pemeriksaan Penunjang
9
- Keton darah >3,0 mmol/L biasanya disertai dengan asidosis sehingga
harus segera dibawa ke IGD. Keton darah <0,6 mmol/L biasa
ditemukan setelah puasa malam hari
c. Pemeriksaan keton harus tersedia dan dilakukan pada saat:
- Sakit yang disertai demam dan/atau muntah
- Jika glukosa darah di atas 14 mmol/L (250 mg/dL) pada anak yang
tidak sehat atau jika kadar glukosa darah meningkat diatas 14 mmol/L
(250 mg/dL) secara persisten.
- Ketika terdapat poliuria persisten disertai peningkatan kadar glukosa
darah, terutama jika disertai nyeri abdomen atau napas cepat
- Pemeriksaan keton darah sebaiknya tersedia bagi anak yang lebih
muda atau pasien yang menggunakan pompa insulin.
4. Pemeriksaan HbA1c (Hemoglobin terglikosilasi)
- HbA1c harus dipantau sebanyak 4-6 kali per tahun pada anak yang
lebih muda dan 3-4 kali per tahun pada anak yang lebih besar
- Target HbA1c untuk semua kelompok usia adalah kurang dari 7,5%
(5,8 mmol/L)
8. Penatalaksanaan
1. Terapi diet
Tujuan dari dilakukan manajemen pada pasien diabetes mellitus gestasional adalah
untuk mendapat normoglikemik atau gula darah dibatas normal dan memastikan
bahwa tumbuh kembang janin baik hingga kelahiran. Secara kehamilan normal,
kenaikan berat badan yang diharapkan bervariasi dipengaruhi berat badan sebelum
kehamilan. Setidaknya pada ibu hamil dengan IMT >30 diharapkan kenaikan berat
badan tdak lebih dari 7 kg. Sedangkan untuk ibu hamil dengan IMT<18,5
diharapkan kenaikan berat badan mencapai 18 kg. Gula darah dapat dikontrol
dengan perencanaan makanan yang tepat. Secara umum, perhitungan kebutuhan
kalori untuk wanita hamil dengan diabetes adalah sebagai berikut:
11
gagal untuk mempertahankan glukosa dipantau berdasarkan kadar glukosa
berikut.
Glukosa darah puasa seluruh : ≤ 95 mg / dl (5,3 mmol / l)
Glukosa plasma puasa : ≤ 105 mg / dl (5,8 mmol / l)
Glukosa darah postprandial 1-jam keseluruhan : ≤ 14 mg/dl (7,8 mmol / l)
Glukosa 1-jam postprandial plasma : ≤ 155 mg / dl (8,6 mmol / l)
Glukosa darah postprandial 2-jam keseluruhan: ≤ 120mg/ dl
(6,7 mmol / l)
Glukosa postprandial plasma 2-jam : ≤ 130 mg / dl (7,2 mmol / l)
9. Pathway
Intra uterin fetal death atau IUFD adalah kondisi janin yang meninggal di dalam
kandungan setelah kehamilan berusia 20 minggudimana janin sudah mencapai ukuran
500gr beberapa kasus IUFD tidak bisa di cegah, namun bisa di kurangi resikonya
12
dengan memerhatikan faktor penyebab dan melakukan langkah pencegahan yang tepat
(Mochtar R, 2017).
Kematian janin dalam kandungan adalah kematian hasil konsepsi sebelum
dikeluarkan dengan sempuma dari ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan.
Kematian dinilai dengan fakta bahwa sesudah dipisahkan dari ibunya janin tidak
bernafas atau tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan, seperti denyut jantung, pulsasi
tali pusat, atau kontraksi otot (Monintja, 2016). Sedangkan menurut WHO, kematian
janin adalah kematian janin pada waktu lahir dengan berat badan <1000 gram.
2. Etiologi IUFD
3. Patofisiologi IUFD
Kematian janin dalam rahim pada kehamilan yang telah lanjut, maka akan
mengalami perubahan-perubahan sebagai berikut:
13
a. Rigor mortis (tegang mati) berlangsung 2,5 jam setelah mati kemudian lemas
kembali.
b. Stadium maserasi I : timbulnya lepuh-lepuh pada kulit. Lepuhinimula-mula terisi
cairan jernih, tetapi kemudian menjadi merah coklat.
c. Stadium maserasi II : timbul lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi
merah coklat. Terjadi 48 jam setelah anak mati.
d. Stadium maserasi III : terjadi kira-kira 3 minggu setelah anak mati. Badan janin
sangat lemas dan hubungan antara tulang-tulang sangat longgar edema di bawah
kulit.
4. Manifestasi Klinis
a. DJJ tidak terdengar (Syok, uterus tegang atau kaku, gawat janin atau Djj tidak
terdengar
b. Uterus tidak membesar. fundus uteri turun
c. Pergerakan anak tidak teraba lagi oleh pemeriksaan
d. Palpasi anak tidak jelas
e. Reaksi biologis menjadi negative, setelah anak mati kurang lebih 10 hari
f. Pada rongen dapat dilihat adanya
a) Tulang-tulang tengkorak tutup menutupi.
b) Tulang punggung janin sangat melengkung.
c) Hiperekstensi kepala tulang leer janin
d) Adanya gelembung-gelembung gas pada badan janin bila janin yang mati tertahan
5 minggu atau lebih, kemungkinan hypofibrinogemenia 25 5 (Wikniosastro
(2016)
5. Klasifikasi
Menurut Wiknjosastro (2016) dalam buku Ilmu Kebidanan, kematian janin dapat
dibagi dalam 4 golongan yaitu :
a. Golongan I : Kematian sebelum masa kehamilan mencapai 20 minggu Denun
b. Golongan II : Kematian sesudah ibu hamil 20 hingga 28 minggu.
c. Golongan III : Kematian sesudah masa kehamilan lebih 28 minggu (late foetal
death)
d. Golongan IV : Kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga goongan
diatas.
14
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan USG
1) Tidak ditemukan DJJ maupun gerakan janin, seringkali dijumpai tulang-tulang
letaknya tidak teratur, khususnya tulang tengkotak sering dijumpai overlapping
,cairan ketuban berkurang
2) Tanda spalding menunjukkan adanya tulang tengkorak yang saling tumpang
tindih (overlapping) karena otak bayi yang sudah mencair, hal ini terjadi setelah
bay meninggal beberapa hari dalam kandungan
3) Tanda nojosk menunjukkan tulang belakang janin yang saling melintang
(hiperpleksi)
4) Tampak gambaran gas pada jantung dan pembuluh darah
b. Pemeriksaan darah lengkap, jika dimungkinkan kadar fibrinogen.
7. Komplikasi
a. Trauma emosional yang cukup berat terjadi bila waktu antara kematian janin dan
persalinan cukup lama
b. Dapat terjadi infeki bila ketuban pecah
c. Dapat terjadi koagulasi bila kematian janin berlangsung lebih dari 2 minggu.
d. Kematian janin dalam kandungan 3 - 4 minggu, biasanya tidak membahayakan
ibu
e. Setelah lewat 4 minggu makan kemungkinan terjadinya kelainan darah
(hipofibrinogenemia) akan lebih besar.
Kematian janin akan menyebabkan desidua plasenta menjadi rusak menghasilkan
tromboplastin masuk kedalam peredaran darah ibu, pembekuan intravaskuler yang
dimulai dari endotel pembuluh darah ole trombosit terjadilah pembekuan darah yang
meluas menjadi disseminated intravascular coagulation hipofibrinogenemia (kadar
fibrinogen < 100 mg%)
8. Penatalaksanaanmedis IUFD
Kematian janin dapat terjadi akibat gangguan pertumbuhan janin, gawat janin
atau kelainan bawaan ataua kibat infeksi yang tidak terdignosis sebelumnya sehingga
tidak terobati. Berikut penanganan secara medis :
15
1) Jika pemeriksaan Radiologi tersedia, konfirmasi kematian janin setelah 5 hari.
Tanda-tandanya berupa overlopping tulang tengkorak, hiperfleksi columna
vertebralis, gelembung udara di dalam jantung dan edema scalp.
2) USG merupakan sarana penunjang diagnostik yang baik untuk memastikan
kematian janin dimana gambarannya menunjukkan janin tanpa tanda kehidupan,
tidak ada denyut jantung janin, ukuran kepala janin dan cairan ketuban berkurang.
3) Dukungan mental emosional perlu di berikan kepada pasien. Sebaiknya pasien
selalu di dampingi oleh orang terdekatnya.
4) Pilihan cara persalinan dapat secara aktif dengan induksi maupun ekspetatif, perlu
di bicarakan dengan pasien dan keluarganya sebelum mengambil keputusan
5) Bila pilihan penanganan adalah ekspetatif maka tunggu persalinan spontan hingga
2 minggu dan yakin kan bahwa 90% persalinan spontan akan terja di tanpa
komplikasi.
6) Jika trombosit dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan spontan, lakukan
penanganan aktif.
7) Penanganan aktif akan dilakukan, nilai servik yaitu :
a. Jika servik matang, lakukan induksi persalinan dengan oksitosin atau
prostaglandin
b. Jika servik belum matang, lakukan pematangan servik dengan
prostaglandina atukateter foley, dengan catatan jangan lakukan amniotomi
karena beresiko infeksi.
c. Persalinan dengan seksiosesaria merupakan alternative terakhir.
8) Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit menurun dan
serviks belum matang matang kan serviks dengan misoprostol :
a. Tempatkan misoprostol 25 mg dipuncak vagina, dapat di ulang sesudah 6
jam
b. Jika tidak ada respon sesudah 2x25 mg misoprostol, naik kan dosis menjadi
50 mg setiap 6 jam. Jangan berikan lebih dari 50 mg setiap kali dan jangan
melebihi dosis.
c. Jika ada tanda infeksi, berikan antibiotic untuk metritis
9) Jika tes pembekuan darah sederhana lebihdari 7 menit atau bekuan mudah
pecah, waspada koagulopati.
16
10) Berikan kesempatan kepada Ibu dan keluarga nya untuk melihat dan
melakukan kegiatan ritual bagi janin yang meninggaltersebut.
11) Pemeriksaan patologi plasenta adalah untuk mengungkapkan adanya patologi
plasenta dan infeksi.
17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS KLIEN
1. Identitas Klien 2. Suami
Nama : Ny. F Nama : Tn. B
Umur : 37 Tahun Umur : 39 Tahun
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Suku Bangsa : Indonesia Suku Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam Agama : Islam
Alamat Rumah: Muaro Bungo Keluarga terdekat yang mudah dihubungi
: Suami
18
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 17 mei 2023 setelah dilakukannya
post sc. Klien mengatakan pusing, badannya terasa lemas dan nyeri dibagian perut.
Klien tampak pucat dan lemas. Klien tampak meringis kesakitan.
19
5. 2023 RS SC Dokter LK 1 Kg Meninggal
20
- Dinding abdomen : Kendor
- Kandung kemih : Tidak terlalu penuh
- Luka operasi : Ada, Dengan post SC
- keadaan luka operasi : basah
- heachting : Belum diangkat
8. Genitalia
- Kebersihan : Bersih
- Perineum : Utuh
- REEDA
- Lochea : Rubra ( Hari Ke 2 )
- Jumlah : 1 kali ganti pembalut
- Warna : Merah
- Konsistensi : Cair
- Bau : Khas darah
- Haemorhoid : Ada lebih kurang 1 tahun
- Varises : Tidak ada
9. Eliminasi : - BAK : ada
: - BAK : ada
10. Extremitas
- reflek patella : Tidak ada
- edema : Tidak ada
- varises : Tidak ada
6. DATA PENUNJANG
1. Data laboratorium
Darah : - Hb : 11,3 gr%
- leuco : 16,12
- gol. Darah : B
- GDS : 210
Urin : - albumim : 3,2
- reduksi : Tidak ada pemeriksaan
2. Pemeriksaan diagnostik :
- pemeriksaan USG : USG janin tunggal mati intra utrine gravial 28-29 mgg.
- pemeriksaan radiologi :-
21
3. Program Terapi Dokter
- Obat oral
a. Paracetamol : 3x100mg
b. Sf : 2x180mg
c. Vit C : 3x50 mg
- Obat parenteral
a. Cefriaxone : 2x 195mg
- Diet : Diet diabetes (DD)
22
B. ANALISA DATA
NO DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
Q : Nyeri seperti
tertusuk-tusuk
R : Nyeri terasa pada
bekas post op Respon nyeri
S : Skala nyeri 6
T : Nyeri muncul saat
beraktivitas atau
bergerak Nyeri akut
Pasien tampak bersikap
protektif
Pasien tampak gelisah
Pasien mengatakan
terdapat bekas operasi
dibagian perut dan
23
terasa nyeri Luka insisi di daerah
Pasien mengatakan abdomen
memliki riwayat
Diabetes
DO :
Luka terbuka
Ku : sedang
TD : 130/90 mmHg, S :
36,7oC, N : 88 x/I, P :
20 x/i
Tampak luka masih Peningkatan leukosit
basah
Leukosit : 16,12
103/mm3
Resiko infeksi
Ku : sedang
TD : 130/90 mmHg, S :
24
36,7oC, N : 88 x/I, P : Hiperglikemi
20 x/i
GDS : 210 mg/dl
Klien tampak lesu
Tidak terkontrol
Ketidakstabilan kadar
glukosa darah
C. DIAGNOSA
1. Nyeri Akut b.d agen pencederaan fisik d.d luka post op
2. Resiko infeksi d.d penyakit kronis (Diabetes Melitus)
3. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah d.d ketidaktepatan pemantauan glukosa
darah
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
No DX SLKI SIKI
1. Nyeri akut b/d Setelah dilakukan Manajemen nyeri
tindakan keperawatan
tingkat nyeri Observasi:
agens cedera diharapkan
fisik
(post op) pasien menurun dengan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,durasi,
kriteria hasil :
1. Tingkat Nyeri frekuensi, kualitas,
keluhan nyeri 2. Identifikasi skala nyeri
menurun (5)
2. Kontrol Nyeri 3. Identifikasi faktor yang memperberat
- melaporkan nyeri dan memperingan nyeri
terkontrol
meningkat (5) 4. Monitor efek samping analgetik
- kemampuan Pemeberian obat
mengenali
penyebab nyeri Observasi:
meningkat (5) 1. Identifikasi kemungkinan alergi,
- penggunaan
analgetik interaksi, kontra indikasi obat
membaik (5) 2. Verifikasi order obat sesuai dengan
25
indikasi
3. Periksa tanggal kadaluarsa obat
4. Monitor terapeutik obat
Edukasi:
1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu
nyeri
2. Resikoinfeksi Setelah dilakukan Pencegahan infeksi
tindakan keperawatan
d/d penyakit diharapkan resiko Observasi:
kronis (DM) infeksi menurun dengan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
kriteria hasil :
Tingkat infeksi lokal dan sistemik
Edukasi:
Demam
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Kemerahan
2. Ajurkan cara mencuci tangan dengan
Nyeri
benar
Cairan berbau
Terapeutik:
busuk
1. Pertahankan teknik aseptik pada pasien
Kontrol resiko
berisiko tinggi
Kemampuan
mencari
informasi
tentang faktor
risiko
Kemampuan
mengidentifik
asi faktor resiko
Kemampuan
melakukan
strategi
kontrol resiko
26
3 resiko Setelah dilakukan Manajemen Hiperglikemia
tindakan keperawatan Observasi:
ketidakstabila selama 3x24 jam
1. Identifikasi kemungkinan penyebab
n glukosa diharapkan kestabilan
glukosa dalam darah hiperglikemia
dalam darah membaik, dengan
2. Monitor kadar glukosa darah, jika
d/d kriteria hasil :
1. kadar glukosa perlu
ketidakpatena dalam darah 3. Monitor tanda dan gejala
npantauan membaik
2. Jumlah urine hiperglikemia
glukosa darah membaik 4. Monitor intake dan output cairan
3. Mengantuk
menurun Monitor keton urine, kadar malisa gas
4. Pusing menurun darah, elektrolit, tekanan darah
5. lelah lesu menurun
6. keluhan lapar ortostatik dan frekuensi nadi
menurun
Terapeutik:
1. Berikan asupan cairan oral
2. Konsultasi dengan medis jika tanda
dan gejala hiperglikemia tetap ada
atau memburuk
3. Edukasi
4. Anjurkan kepatuhan diet dan olahraga
5. Ajarkan pengelolaan diabetes
6. Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian insulin, jika
perlu
8. Kolaborasi pemberian cairan IV, jika
perlu
9. Kolaborasi pemberian kalium, jika
Perlu
27
E. IMPLEMETASI DAN SOAP
Hari/ No. Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan Paraf
DX Perawat
Tanggal/
Jam
Rabu 1 Mengidentifika S : Kel. 2
si lokasi, karakteristik, durasi,
17/05/2023 Pasien mengatakan
frekuensi, kualitas nyeri
nyeri pada bagian bekas
10.00 WIB
Mengidentifika
operasi ketika bergerak,
si skala nyeri
nyeri terasa seperti
Mengidentifika
ditusuk-tusuk
si faktor yang memperberat
Pasien mengatakan sulit
dan memperingan nyeri
tidur akibat nyeri bekas
Mengidentifika
post op
si kemungkinan alergi,
O:
interaksi, kontraindikasi obat
Pasien tampak meringis
Memonitor
P : Nyeri timbul akibat
terapeutik obat
adanya luka post op
Menjelaskan
Q : Nyeri seperti
penyebab, periode dan
tertusuk-tusuk
pemicu nyeri
R : Nyeri terasa pada
bekas post op
S : Skala nyeri 6
T : Nyeri muncul saat
beraktivitas atau
bergerak
Pasien tampak bersikap
protektif
Pasien tampak gelisah
A:
P:
28
Intervensi dilanjutkan
2 Memonitor S: Kel. 2
tanda dan gejala infeksi lokal
Pasien mengatakan
dan sistemik
terdapat bekas operasi
Menjelaskan
dibagian perut dan
tanda dan gejala infeksi
terasa nyeri
Menganjurka
Pasien mengatakan
n cara mencuci tangan
memliki riwayat
dengan benar
Diabetes
Mempertahan
O:
kan teknik aseptik pada
pasien berisiko tinggi Ku : Sedang
TD : 130/90 mmHg, S :
36,7oC, N : 88 x/i, P :
20 x/i
Tampak luka masih
basah
Leukosit : 16,12
103/mm3
A:
P:
Intervensi dilanjutkan
3 Mengidentifikasi S: Kel. 2
kemungkinan penyebab
Klien mengatakan
hiperglikemia
mempunyai riwayat
Memonitor tanda dan gejala
DM sudah 6 tahun dan
hiperglikemia
jarang control
Memonitor intake dan output
kepelayanan kesehatan
cairan
Klien mengatakan pada
Memonitor keton urine,
saat kehamilan yang
29
kadar malisa gas darah, sekarang gula darah
elektrolit, tekanan darah mencapai 500 mg/dl
ortostatik dan frekuensi nadi sehingga janin
Memberikan asupan cairan meninggal
oral Klien mengatakan
Menganjurkan kepatuhan diet mudah lelah dan sering
dan olahraga pusing
Berkolaborasi pemberian O:
insulin, jika perlu
Ku : Sedang
TD : 130/90 mmHg, S :
36,7oC, N : 88 x/I, P :
20 x/i
GDS : 210 mg/dl
Klien tampak lesu
A:
P:
Intervensi dilanjutkan
30
Menjelaskan P : Nyeri timbul akibat
penyebab, periode dan adanya luka post op
pemicu nyeri Q : Nyeri seperti
tertusuk-tusuk
R : Nyeri terasa pada
bekas post op
S : Skala nyeri 6
T : Nyeri muncul saat
beraktivitas atau
bergerak
Pasien tampak bersikap
protektif
Pasien masih tampak
gelisah
A:
P:
Intervensi dilanjutkan
2 Memonitor S: Kel. 2
tanda dan gejala infeksi lokal
Pasien mengatakan
dan sistemik
terdapat bekas operasi
Menjelaskan
dibagian perut dan
tanda dan gejala infeksi
terasa nyeri
Menganjurka
Pasien mengatakan
n cara mencuci tangan
memliki riwayat
dengan benar
Diabetes
Mempertahan
O:
kan teknik aseptik pada
pasien berisiko tinggi Ku : Sedang
TD : 128/75 mmHg, S :
36,5oC, N : 80 x/i, P :
20 x/i
31
Tampak luka masih
basah
Leukosit : 16,25
103/mm3
A:
P:
Intervensi dilanjutkan
3 Mengidentifikasi S: Kel. 2
kemungkinan penyebab
Klien mengatakan
hiperglikemia
mempunyai riwayat
Memonitor tanda dan gejala
DM sudah 6 tahun dan
hiperglikemia
jarang control
Memonitor intake dan output
kepelayanan kesehatan
cairan
Klien mengatakan pada
Memonitor keton urine,
saat kehamilan yang
kadar malisa gas darah,
sekarang gula darah
elektrolit, tekanan darah
mencapai 500 mg/dl
ortostatik dan frekuensi nadi
sehingga janin
Memberikan asupan cairan meninggal
oral
Klien mengatakan
Menganjurkan kepatuhan diet mudah lelah dan masih
dan olahraga sering pusing
Berkolaborasi pemberian O:
insulin, jika perlu
Ku : Sedang
TD : 128/75 mmHg, S :
36,5oC, N : 80 x/i, P :
20 x/i
GDS : 225 mg/dl
Klien masih tampak
lesu
32
A:
P:
Intervensi dilanjutkan
Jum’at 1 Mengidentifika S : Kel. 2
si lokasi, karakteristik, durasi,
19/05/2023 Pasien mengatakan
frekuensi, kualitas nyeri
nyeri pada bagian bekas
10.00 WIB
Mengidentifika
operasi ketika bergerak,
si skala nyeri
nyeri masih sedikit
Mengidentifika
terasa seperti ditusuk-
si faktor yang memperberat
tusuk
dan memperingan nyeri
Pasien mengatakan
Mengidentifika
masih sulit tidur akibat
si kemungkinan alergi,
nyeri bekas post op
interaksi, kontraindikasi obat
O:
Memonitor
Pasien masih sedikit
terapeutik obat
tampak meringis
Menjelaskan
P : Nyeri timbul akibat
penyebab, periode dan
adanya luka post op
pemicu nyeri
Q : Nyeri seperti
tertusuk-tusuk
R : Nyeri terasa pada
bekas post op
S : Skala nyeri 5
T : Nyeri muncul saat
beraktivitas atau
bergerak
Pasien tampak bersikap
protektif
Pasien masih sedikit
tampak gelisah
33
A:
P:
Intervensi dilanjutkan
2 Memonitor S: Kel. 2
tanda dan gejala infeksi lokal
Pasien mengatakan
dan sistemik
terdapat bekas operasi
Menjelaskan
dibagian perut dan
tanda dan gejala infeksi
masih sedikit terasa
Menganjurka
nyeri
n cara mencuci tangan
Pasien mengatakan
dengan benar
memliki riwayat
Mempertahan
Diabetes
kan teknik aseptik pada
O:
pasien berisiko tinggi
Ku : Sedang
TD : 119/68 mmHg, S :
36,6oC, N : 89 x/i, P :
21 x/i
Tampak luka sudah
mulai sedikit kering
Leukosit : 11.56
103/mm3
A:
P:
Intervensi dilanjutkan
3 Mengidentifikasi S: Kel. 2
kemungkinan penyebab
Klien mengatakan
hiperglikemia
mempunyai riwayat
34
Memonitor tanda dan gejala DM sudah 6 tahun dan
hiperglikemia jarang control
Memonitor intake dan output kepelayanan kesehatan
cairan Klien mengatakan pada
Memonitor keton urine, saat kehamilan yang
kadar malisa gas darah, sekarang gula darah
elektrolit, tekanan darah mencapai 500 mg/dl
ortostatik dan frekuensi nadi sehingga janin
Memberikan asupan cairan meninggal
oral Klien mengatakan
Menganjurkan kepatuhan diet mudah lelah dan masih
dan olahraga sedikit pusing
Berkolaborasi pemberian O:
insulin, jika perlu Ku : Sedang
TD : 119/68 mmHg, S :
36,6oC, N : 89 x/i, P :
21 x/i
GDS : 202 mg/dl
Klien masih sedikit
tampak lesu
A:
P:
Intervensi dilanjutkan
35
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan
Dalam melakukan pengkajian terhadap pasien, kelompok tidak banyak menemukan
kesulitan, hal ini yang didukung oleh klien yang kooperatif serta kemampuan kelompok
dalam melakukan pendekatan terhadap pasien dan keluarga dengan sikap hati-hati, ramah,
dan bersahabat. Pada saat menggali permasalahan dan memotivasi pasien dan keluarga
untuk mengekspreikan perasaannya pasien masih tampak ragu-ragu untuk menceritakan
keluhan serta masalahnya, tetapi setelah diberikan semangat dan dukungan serta
terbinanya hubungan saling percaya akhirnya pasien dan keluarga mampu menceritakan
setiap keluhan yang dirasakan. Pada pengkajian tanggal 17 mei 2023, setelah dilakukan
post sc klien mengatakan pusing,badan nya terasa lemas dan nyeri di bagian perut.klien
tampak pucat dan lemas.klien tampak meringis kesakitan
Manifestasi klinis yang terdapat paada pasien DJJ tidak terdengar (syok),uterus
tegang atau kaku gawat janin atau DJJ bayi tidak terdengar Uterus tidak membesar. fundus
uteri turun
Pergerakan anak tidak teraba lagi oleh pemeriksaan. Palpasi anak tidak jelas Reaksi
biologis menjadi negative, setelah anak mati kurang lebih 10 hari. Pada rongen dapat
dilihat adanya
1) Tulang-tulang tengkorak tutup menutupi.
2) Tulang punggung janin sangat melengkung.
3) Hiperekstensi kepala tulang leer janin
4) Adanya gelembung-gelembung gas pada badan janin bila janin yang mati tertahan
5 minggu atau lebih, kemungkinan hypofibrinogemenia 25 5 (Wikniosastro
(2016)
Asumsi kelompok pada kasus Ny. F ditemukan klien tampak lemas, pucat, dan nyeri
perut
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut
Berdasarkan pengkajian dan data yang didapatkan oleh kelompok, kelompok
menegakkan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agens cidera fisik (post op).
36
Data yang didapatkan sejalan dengan penelitian widago, dkk tahun 2013 yaitu
masalah keperawatan yang muncul nyeri akut. Nyeri akut berhubungan dengan agens
cidera fisik bekas post op
2. Resiko infeksi
Berdasarkan pengkajian dan data yang didapatkan oleh kelompok, kelompok
menegakkan diagnosa resiko infeksi yang ditandai dengan adanya penyakit kronis
(DM)
Data yang didapatkan sejalan dengan penelitian lince, dkk tahun 2021 yaitu
masalah keperawatan yang muncul risiko infeksi
3. Resiko ketidakstabilan glukosa dalam darah
Berdasarkan pengkajian dan data yang didapatkan oleh kelompok, kelompok
menegakkan diagnosa risiko ketidakstabilan glukosa dalam darah di tandai dengan
ketidakpatenanpantauan glukosa darah.
Data yang didapatkan sejalan dengan penelitian Lince Amelia, ddk tahun 2021
yaitu masalah keperawatan yang muncul pada pasien
C. Intervensi Keperawatan
Kelompok merumuskan perencanaan dengan mengacu pada tinjauan kepustakaan
yang sudah ada, namun tidak semua perencanaan yang di tinjauan kepustakaan dapat
diterapkan pada perencaan di tinjauan kasus .hal ini disebabkan karena kekurangan
kemampuan kelompok dan ketersediaan sarana pendukung di ruangan akut anak.
Perencanaan yang dapat dilakukan ini didukung oleh beberapa faktor pendukung
antara lain :
1. Adanya literatur yang cukup sehingga memudahkan kelompok menyusun
perencanaan tersebut
2. Adanya bantuan dari perawat yang bertugas di ruang kebidanan dalam penyusunan
perencanaan tersebut
3. Adanya kemungkinan kelompok untuk melakukan proses keperawatan pada klien
dengan IUDF pada ibu hami dan GDM yang sesuai dengan teori, baik yang telah
diperoleh maupun diperoleh dari buku sumber.
4. Dukungan dari keluarga dan klien yang kooperatif serta keinginan klien yang ingin
cepat sembuh. Setelah dilakukan tindakan keperawatan maka rencana tersebut dalam
tindakan nyata. Dalam menerapkan proses keparawatan, kelompok melakukan
tindakan secara mandiri. Pelaksanaan mandiri yang kelompok laksanakan antara lain
37
seperti: membina hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga, menciptakan
lingkungan terapeutik untuk komunikasi dengan klien dan keluarga. Hal ini perlu
dilakukan agar klien dapat terbuka dalam mengungkapkan masalah dan bersama-
sama mencari solusinya.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan harus sesuai dengan perencanaan keperawatan yang
telah ditetapkan pada teori SDKI, SLKI, dan SIKI. Implmentasi pada masalah
keperawatan risiko infeksi yang dilakukan perawat pada Ny.F sudah sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun. Menurut kelompok implementasi sudah sesuai dengan
teori ulang yang ada pada SLKI SIKI (2018).
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah penilaian terakhir didasarkan pada tujuan keperawatan
yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan pada
kriteria hasil yang telah ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi pada individu. Evaluasi
keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan
yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien. Hal ini bisa dilaksanakan dengan
mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan
keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat mengambil keputusan.
38
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Intra uterin fetal death atau IUFD adalah kondisi janin yang meninggal di dalam
kandungan setelah kehamilan berusia 20 minggu dimana janin sudah mencapai ukuran
500gr beberapa kasus IUFD tidak bisa di cegah, namun bisa di kurangi resikonya dengan
memerhatikan faktor penyebab dan melakukan langkah pencegahan yang tepat (Mochtar
R, 2017).
Kematian janin dalam kandungan adalah kematian hasil konsepsi sebelum
dikeluarkan dengan sempuma dari ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan. Kematian
dinilai dengan fakta bahwa sesudah dipisahkan dari ibunya janin tidak bernafas atau tidak
menunjukkan tanda-tanda kehidupan, seperti denyut jantung, pulsasi tali pusat, atau
kontraksi otot (Monintja, 2016). Sedangkan menurut WHO, kematian janin adalah
kematian janin pada waktu lahir dengan berat badan <1000 gram.
Gestasional diabetes mellitus (GDM) merupakan suatu gangguan toleransi
karbohidrat (TGT, GDPT, DM) yang terjadi atau diketahui pertama kali pada saat
kehamilan sedang berlangsung (Konsensus Perkeni, 2015). Keadaan ini biasanya terjadi
pada saat 24 minggu usia kehamilan dan sebagian penderita akan kembali normal pada
setelah kehamilan (Depkes RS, 2008). Diabetes dalam kehamilan diklasifikasikan dalam
dua bentuk, yaitu DM yang mendahului kehamilan (DM pregestasional) dan DM yang
terjadi pada saat kehamilan (GDM). Dampak terbesar dari kondisi ini, meningkatnya
morbiditas dan mortalitas baik ibu dan bayi.
B. SARAN
Bagi RSUP dr. Mdjamil Padang Pengkajian pada pasien dilakukan secara head to-
toe dan selalu berfokus pada keluhan pasien saat pengkajian (here and now). Selain itu,
tindakan mandiri perawat perlu ditingkatkan dalam perawat pasien.
39
DATAR PUSTAKA
40