Anda di halaman 1dari 45

No. Daftar:..........................

MENELADANI SIFAT AMANAH UMAR BIN ABDUL AZIZ


DALAM KEPEMIMPINAN

PAPER

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan jenjang Mu’allimin


Pesantren Persatuan Islam 99 Rancabango

Disusun
Oleh:

EMMA AINUN

NIS: 13141028

Pesantren Persatuan Islam 99 Rancabango Tarogong

Kaler Kabupaten Garut 44151

2015/2016

1
MOTTO

Ya Rabbi, Engkau adalah tujuan hidupku dan ridha- Mu


adalah yang kucari setiap waktu, tidak ada sesembahan
kecuali Allah SWT. (A. Zakaria)

PERSEMBAHAN

Karya tulis ini ku persembahkan untuk MY FAMILY yang

selalu memberi semangat dalam hidup penulis. Terutama

untuk orang yang teristimewa Ayahanda dan Ibunda tercinta

yang tak pernah lelah memberi motivasi-motivasi terbesar

dalam hidup penulis. Beliau memberi yang terbaik untuk

penulis dalam mengejar impian, yang selalu menjadi bintang

penerang disaat penulis kehilangan arah :’)

2
MENELADANI SIFAT AMANAH UMAR BIN ABDUL AZIZ

DALAM KEPEMIMPINAN

Oleh:

Emma Ainun
NIS: 13141028

PAPER INI TELAH DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I Pembimbing II

Irwan Noviansyah, M. Ud Dindin Syawaludin, M. S. I


NIAT: 25464
NIAT: 32931

MENGETAHUI

Mudir ‘Am Mudir Mu’allimin

K. H. Aceng Zakaria H. Lutfi Lukman Hakim, Lc, M. H. I

NIAT: 8021 NPA : 11.1885

3
PERNYATAAN

Saya mengatakan bahwa paper yang berjudul MENELADANI SIFAT

AMANAH UMAR BIN ABDUL AZIZ DALAM KEPEMIMPINAN. Ini

sepenuhnya karya tulis saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang

merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan

atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang

berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menanggung

resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila ditemukan adanya

pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dan

pihak lain terhadap keaslian karya saya sendiri.

Garut, November 2015

Emma Ainun
NIS: 13141028

4
MENELADANI SIFAT AMANAH UMAR BIN ABDUL AZIZ

DALAM KEPEMIMPINAN

PAPER INI TELAH DIAJUKAN PADA SIDANG MUNAQASAH

Pada Hari/ Tanggal:

Ahad, 20 Desember 2015

Ahad, 08 Rabiul Awwal 1437

OLEH:

Penguji I Penguji II

Drs. Purkon Usep, S. Pd, M. Pd, M.O.S


NIAT: 25465 NIAT: 28094

MENGETAHUI

Ketua Biro Paper Sekretaris Biro Paper

Yanti Nurlaeli, S. Pd, M. Pd Bakti Fatwa Anbiya, M. Pd

NIP: 197709012005003 NIAT:

5
KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang

memiliki nama-nama yang indah. Maha kuasa atas segalanya yang penulis tidak

bisa menyebutkannya satu persatu. Atas karunianya penulis dapat menyelesaikan

karya tulis ini yang berjudul MENELADANI SIFAT AMANAH UMAR BIN

ABDUL AZIZ DALAM KEPEMIMPINAN. Dan kepada junjungan kita selaku

umatnya yang telah memberi cahaya keislaman yang hingga sekarang yang

menjadi pedoman hidup manusia.

Penulis juga mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada rekan-

rekan yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini.

Walaupun yang masih jauh dari kesempurnaan karena hanya Allah SWT yang

memiliki kesempurnaan. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para

pembaca. Adapun penulis berterima kasih kepada:

1. Teruntuk orang yang teristimewa di dalam hidup penulis Ayahanda dan

Ibunda tercinta, beliau yang strong, sekaligus motivator, yang memberikan

semangat tak henti-henti dalam mendidik anak-anaknya untuk menuju masa

depan yang cemerlang. Jazakallah khairan katsiran. Jasa kalian tak terhitung.

2. Nenek yang selalu mendoakan penulis dan selalu memberikan apapun tanpa

diminta oleh penulis. Hatur nuhun Jazakallah khairan katsiran.

3. Sella Meliannisa dan Ressya N Fajrina kedua adikku tersayang yang telah

menjadi pelengkap dalam hidup.

6
4. Kepada saudara-saudara penulis yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu

terima kasih untuk dukungannya dan kita masih bisa bersilaturahim sampai

sekarang.

5. Untuk Bi Cicih dan Mang Eco terima kasih atas kebaikan kalian selama ini.

Juga tidak lupa untuk De, Dika dan Nur yang selalu memberi kesan kepada

penulis.

6. Penulis berterima kasih kepada Uwa yang telah berbagi cerita kepada penulis

sehingga penulis mendapat motivasi dan dorongan. Juga untuk kedua anaknya

A Didi dan Neng yang strong dalam menerima pemberian-Mu.

7. K. H. Aceng Zakaria selaku Mudir ‘Am , figur pemimpin yang patut dicontoh

dan dapat dijadikan sebagai inspirasi hidup.

8. Ustadz. Lutfi Lukman Hakim, Lc. Selaku Mudir Mu’allimin sekaligus bapak

para santri Mu’allimin yang selalu memotivasi santri untuk menjadi yang

shaleh dan shalehah.

9. Ustadz. Komarudin, S. Pd. I. Selaku wali kelas 3 d IPS yang selalu memberi

keceriaan kepada santri.

10. Tidak lupa penulis mengucapkan syukran katsiran atas jasa beliau yang sangat

berarti dengan penuh motivasi yang besar, beliau yang tidak pernah lelah

dalam menyampaikan kisah hidupnya. Bukan hasil yang diharapkan tetapi

proses yang dijalaninya. Kepada Ustadz. Yudi Wildan Rosyid, Lc. Jazakallah

khairan katsiran.

7
11. Ustadzh. Yanti Nurlaeli, S. Pd. M. Pd. Selaku Biro Paper sekaligus kepala

asrama putri, yang telah menjadi Mother santri UG yang membuat termotivasi

dan mengingatkan penulis.

12. Ustadz. Irwan Noviansyah, S. Th. I. M. Ud. Selaku pembimbing I yang telah

mengarahkan, menunjukan, masukan, memotivasi, sehingga membuat penulis

untuk selalu membaca, membaca dan membaca.

13. Ustadz. Dindin Syawaludin, S. Pd. I. M. Si. Selaku pembimbing II yang telah

mengarahkan dan menuntun sampai penulis benar-benar sesuai dengan arahan.

14. Pak Mamat Ruhiyat dan Ustadzh. Evi, S. Pd. Selaku Abah dan mamah di

asrama putri yang senantiasa memberikan arahan serta nasehat.

15. Kawan-kawan seperjuangan ‘FLORENCY 23’ tetaplah berjuang, jalan kita

masih panjang untuk melangkah ke masa depan. Semangat kawan.

16. Dan yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu terima kasih untuk

kebaikan-kebaikan yang telah diberikan.

Garut, November 2015

Emma Ainun
NIS: 13141028

8
DAFTAR ISI

MOTTO DAN PERSEMBAHAN............................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN.......................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN SIDANG.......................................................... iv

KATA PENGANTAR................................................................................... v

DAFTAR ISI.................................................................................................. viii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah............................................................... 1

B. Rumusan Masalah........................................................................ 4

C. Tujuan Penulisan.......................................................................... 4

D. Manfaat 5
Penulisan........................................................................
E. Metode dan Teknik Penulisan...................................................... 5

F. Sistematika Penulisan.................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 7

A. Sifat Amanah bagi Seorang Pemimpin........................................ 7

B. Konsep Kepemimpinan yang Diterapkan Umar bin Abdul Aziz

dalam Menjalankan Amanah....................................................... 11

C. Kiat Meneladani Sifat Amanah Umar bin Abdul Aziz dalam

Kepemimpinan............................................................................. 18

9
D. Biografi Umar bin Abdul Aziz.................................................... 21

BAB III ANALISIS....................................................................................... 24

A. Alasan Mengapa Pemimpin harus Bersifat Amanah................... 24

B. Cara Umar bin Abdul Aziz Mengemban Amanah

Kepemimpinan............................................................................. 25

C. Cara Meneladani Sifat Amanah Umar bin Abdul Aziz............... 27

D. Pandangan Umat tentang Kepemimpinan Umar bin Abdul 28

Aziz..............................................................................................

BAB IV PENUTUP..................................................................................... 30

A. Kesimpulan.................................................................................. 30

B. Saran............................................................................................. 31

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 32

RIWAYAT HIDUP....................................................................................... 34

10
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Umar bin Abdul Aziz adalah seorang khalifah Bani Umayah yang

dilahirkan pada tahun 63 H di Halwan di dekat Kairo. Ia lahir ketika ayahnya

Abdul Aziz menjadi gubernur di Mesir. Berdasarkan garis keturunan Umar

memiliki hubungan darah dengan khalifah Umar bin Khattab. Karena ibunya

yang bernama Ummu Ashim binti Ashim Umar bin Khattab. Setelah ayahnya

meninggal dunia Umar bin Abdul Aziz diminta oleh khalifah Abdul Malik bin

Marwan untuk datang ke Damaskus. Di kota inilah Umar bin Abdul Aziz menikah

dengan Fatimah, anak khalifah Abdul Malik bin Marwan. Dari kota inilah Ia

meniti karir sebagai pejabat penting pemerintahan. Beliau adalah seorang khalifah

yang lurus (ar-Rasyid) sekaligus ahli zuhud, asyaj (memiliki tanda di keningnya)

dari Bani Umayah.

Umar Bin Abdul Aziz memiliki banyak hal positif yang dapat diambil

hikmah untuk dijadikan suri tauladan adalah dari sikap rendah hati,

keshalehannya, dermawan, jujur (amanah), bertanggung jawab, tidak rakus, tidak

ambisi terhadap kekuasaan, dekat dengan rakyat kecil, toleransi, demokrasi, cinta

ilmu agama, dekat dengan Allah SWT (Murodi, 2004: 110).

Dari berbagai sifat tauladan dari seorang khalifah Umar Bin Abdul Aziz

dengan keistimewaan yang dimilikinya juga yaitu sebagai salah seorang khalifah

yang amanah dalam memimpin.

11
Beliau termasuk dalam deretan ulama yang mempunyai kedekatan para

khalifah. Umar bin Abdul Aziz mempunyai kedudukan strategis di tengah keluarga

besar Bani Umayah. Abdul Malik memulyakan, mengagumi kecerdasannya disaat

dia masih kecil. Mengapa demikian, karena umurnya yang masih sangat muda di

samping kesibukannya dalam mencari ilmu di Madinah. Abdul Malik, pamannya

menyerahkan urusan, tugas penting kepada Umar, agar dia belajar menekuni

tugas-tugas kepemimpinan di usia dini.

Umar bersedih hati dengan wafatnya Abdul Malik pamannya. Maka Umar

berjanji kepada Allah SWT untuk tidak melakukan kesalahan-kesalahan yang dia

lakukan (ketika memerintah) jika Umar memegang apa yang dia pegang, dan

sungguh Umar telah bersungguh-sungguh dalam hal itu. Di bulan Rabiul Awal

tahun 87 H, Walid bin Abdul Malik mengangkat Umar bin Abdul Aziz sebagai

gubernur al-Madinah al-Munawaroh dengan Walid menggabungkan wilayah

Thaif pada tahun 91 H. Demikian Umar bin Abdul Aziz menjadi gubernur

seluruh wilayah Hijaz (daerah Arab antara Tihamah dan Nadj).

Beliau menjalankan amanahnya dengan baik atas dasar kebenaran dan

keadilan, tidak menzalimi siapapun, tidak berbuat aniaya. Khalifah

mengizinkannya untuk menunaikan ibadah di tahun pertama dia menjabat sebagai

gubernur, karena pada saat itu Umar bin Abdul Aziz belum menunaikannya. Umar

pun memulai pekerjaan sebagai gubernur Madinah dan penduduk menyambutnya

dengan penuh suka cita.

Setelah beliau menjadi khalifah kehidupannya berubah menjadi seseorang

yang hidupnya sederhana dan berpihak kepada masyarakat faqir dan dhuafa.

12
Semua harta yang dimilikinya dikembalikan ke Negara dan dipergunakan untuk

kepentingan masyarakat. Mengenai hal kepemimpinan, Allah SWT memberikan

perintah kepada orang-orang yang beriman harus memenuhi janji sebagai amanah

untuk dilaksanakan. “Allah SWT memberikan kriteria orang yang sempurna

imannya sebagai orang yang memberikan amanah” (Bina A, 2013: 200). Allah

SWT berfirman dalam QS. al-Mu’minun[23]: 8

٨ َ‫َوٱلَّ ِذينَ هُمۡ َأِل ٰ َم ٰنَتِ ِهمۡ َوع َۡه ِد ِهمۡ ٰ َر ُعون‬
Artinya: “Dan (sungguh beruntung) orang-orang yang memikul
(memelihara) amanah-amanah dan janjinya”.(Depag, 2009: 342)

“Kepercayaan atau yang biasa dikenal dengan amanah yaitu menjaga

tanggung jawab dan menunaikannya dengan baik menurut semestinya.” (Bakry,

1993: 42). Bukan perkara yang mudah dalam menjalankan segala urusan, apalagi

menyangkut kehidupan masyarakat. Menjalankan amanah kepemimpinan dengan

tanggung jawab yang sangat besar.

Pentingnya penulis membahas amanah kepemimpinan dengan contoh

salah satu khalifah Umar Bin Abdul Aziz beliau dapat menjalankan kewajibannya

dengan baik menurut tuntunan Al- Quran dan Hadits.

Telah banyak pembahasan mengenai amanah. Allah SWT telah

memerintahkan secara langsung kepada umat manusia untuk berlaku amanah,

seperti dalam firman-Nya QS. an-Nisa[4]: 58

٥٨ ...‫وا بِ ۡٱل َع ۡد ۚ ِل‬


ْ ‫اس َأن ت َۡح ُك ُم‬
ِ َّ‫ت ِإلَ ٰ ٓى َأ ۡهلِهَا َوِإ َذا َح َكمۡ تُم بَ ۡينَ ٱلن‬ yْ ‫م َأن تَُؤ ُّد‬yۡ‫ِإ َّن ٱهَّلل َ يَ ۡأ ُم ُر ُك‬
ِ َ‫وا ٱَأۡل ٰ َم ٰن‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil…” (Depag,
2009: 87).

13
Dari latar belakang tersebut penulis merasa tertarik untuk membahas sifat

Umar Bin Abdul Aziz dari segi amanah kepemimpinannya, selanjutnya penulis

mengangkat judul MENELADANI SIFAT AMANAH UMAR BIN ABDUL

AZIZ DALAM KEPEMIMPINAN dengan harapan dapat memberi manfaat bagi

para pembaca.

B. Rumusan Masalah

Dengan permasalahan di atas yang telah diuraikan dan mengenai kisah

Umar bin Abdul Aziz dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Mengapa seorang pemimpin harus memiliki sifat amanah?

2. Bagaimana cara Umar bin Abdul Aziz mengemban amanah dalam

kepemimpinan?

3. Bagaimana meneladani sifat Umar bin Abdul Aziz dalam kepemimpinan?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pentingnya seorang pemimpin memiliki sifat amanah.

2. Mengetahui cara Umar bin Abdul Aziz mengemban amanah dalam

kepemimpinan.

3. Mengetahui bagaimana meneladani sifat amanah Umar bin Abdul Aziz

dalam kepemimpinan.

14
D. Manfaat Penulisan

Sesuai dengan latar belakang masalah dan tujuan, maka diharapkan

dengan karya tulis ilmiyah ini, pembaca dapat mengambil contoh dari sifat beliau

dalam menjalankan kepemimpinannya yang amanah dan tanggung jawab.

E. Metode dan Teknik Penulisan

Dalam pembuatan karya tulis ilmiyah ini penulis menggunakan metode

yang artinya menampilkan tulisan yang disajikan dalam sebuah karya ilmiyah

(Usep, 2011: 19). Serta dalam karya ilmiyah ini penulis menggunakan metode

histori dan teknik penulisan studi pustaka.

Adapun yang dimaksud dengan:

Histori yaitu yang merekontruksi kejadian-kejadian pada masa lalu, secara

sistematis dan objektif dengan cara mengumpulkan data-data, sehingga dapat

ditetapkan fakta-fakta yang pada akhirnya dapat diinterprestasikan atau ditafsirkan

(Usep, 2011: 19). Studi pustaka yaitu pengumpulan keterangan-keterangan

danberbagai literatur sebagai bahan perbandingan atau acuan yang relevan dengan

peristiwa yang dikaji (Usep, 2011: 20).

F. Sistematika Penulisan

Dalam karya tulis ilmiyah ini yang akan disusun ada beberapa bab yang terdiri:

BAB I Pendahuluan

Meliputi: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat

Penulisan, Metode dan Teknik Penulisan, Sistematika Penulisan.

15
BAB II Tinjauan Pustaka

Meliputi: Sifat Amanah bagi Seorang Pemimpin, Konsep Kepemimipinan yang

Diterapkan Umar bin Abdul Aziz dalam Menjalankan Amanah, Kiat Meneladani

Sifat Amanah Umar bin Abdul Aziz dalam Kepemimpinan, Biografi Umar bin

Abdul Aziz.

BAB III Analisis

Meliputi: Alasan Mengapa Pemimpin harus Bersifat Amanah, Cara Umar bin

Abdul Aziz Mengemban Amanah Kepemimpinan, Cara Meneladani Sifat Amanah

Umar bin Abdul Aziz, Pandangan Umat terhadap Kepemimpinan Umar bin

Abdul Aziz.

BAB IV Penutup

Meliputi: Kesimpulan, Saran.

16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

E. Sifat Amanah bagi Seorang Pemimpin

Sebelum membahas mengenai amanah dalam kepemimpinan disini penulis

akan sedikit menerangkan pengertian dari meneladani yang asalnya dari kata

teladan yang mempunyai arti “sesuatu yang patut ditiru atau baik untuk dicontoh”.

Jadi meneladani adalah “memberi teladan yang baik”. (Depdiknas, 2008: 1424).

Amanah menurut Mahmud Yunus (1972: 49) yaitu berasal dari kata ً‫ اَماَنَة‬- ُ‫يَ ْع ُمن‬- َ‫اَ ُمن‬

yang artinya kepercayaan, jujur lurus, setia. Dan menurut kamus Arab al-

Munawir amanah yaitu ُ‫ االُ َمنَة‬yang artinya orang yang dapat dipercaya, ُ‫ االَ َمانَة‬yang

artinya segala yang diperintah Allah SWT (Munawir, 1997: 41).

Banyak yang menafsirkan amanah sebagai kepercayaan yang diberikan

kepada seseorang yang wajib ditunaikan. Berkata Ahmad dalam bukunya bahwa

amanah adalah hak yang dipertanggung jawabkan kepada seseorang, baik hak itu

milik Allah SWT atau hak hamba baik berupa pekerjaan, perkataan, atau

kepercayaan hati (1990: 165). Amanah adalah tanggung jawab yang wajib

dilaksanakan oleh orang yang bersangkutan dan bila tidak dilaksanakan akan

mendapat suatu pelanggaran yang berhak menerima balasan Tuhan.

Al- Amin juga gelar yang diberikan kepada Nabi SAW sejak sebelum

diangkat menjadi Nabi. Gelar ini diberikan oleh keluarga dan kaumnya, dengan

kepercayaan mereka terhadap beliau bahwa dirinya adalah orang yang dipercaya.

Begitu juga ibunda Nabi Muhammad SAW yang bernama Aminah. Aminah yang

artinya wanita yang dapat dipercaya (Bina A, 2013:199). Amanah tidak hanya

17
dipertanggung jawabkan di dunia saja melainkan di akhirat pula bahkan

pertanggung jawabanya lebih besar. Dan menurut Bakry (1993: 42) amanah

diartikan sebagai tugas yang ditunaikan dengan jujur, diawasi atau tidaknya ia

tetap bekerja degan baik. Sehingga tidak akan ada pelanggaran terhadap amanah

yang bakal benar-benar lepas dari pantauannya. Berkata al- Hufiy dalam bukunya

(2000: 321) amanah ialah memilih perkara yang lebih bermanfaat bagi agama dan

dunia terhadap dirinya sendiri. Dan bahwa segala sesuatu harus ada yang

memimpin seperti dalam hadits Rasulullah SAW bersabda:

‫ُو َم ْس ُؤ ٌل‬ ِ ِ ‫الرجُل ر ٍ يِف‬ ِِِ ٍ ‫اع َو ُكلُّ ُك ْم َم ْس ُؤ ٌل َع ْن َر ِعيَّتِ ِه فَااْلِ م اَُم َر‬
ٍ ‫ُكلُّ ُك ْم َر‬
َ ‫اع اَهل ه َو ه‬ َ ُ َّ ‫اع َو َم ْس ُؤ ٌل َع ْن َرعيَّت ه َو‬
‫ُو َم ْس ُؤ ٌل َع ْن َر ِعيَّتِ ِه‬ ٍ ‫اعيَةٌ َو ِهيَ َم ْسُؤ لَةٌ َعْنَر ِعيَّتِ َه ا واخْل اَِد ُم يِف َم ِال َس يِّ ِد ِه َر‬
َ ‫اع َوه‬
ِ ‫يت زو ِجها ر‬ ِ ِِ ِ
َ َ ْ َ َ‫َعْنَرعيَّته َوالْ َم ْرَأةُ يِف ب‬
)‫(رواه البخاري‬
Artinya: “Kamu sekalian pemimpin dan kamu sekalian akan diminta
pertanggung jawabannya tentang apa yang kamu pimpin, imam (pejabat apa
saja) adalah pemimpin dan ia akan diminta pertanggung jawaban tantang apa
yang dipimpinnya, orang laki-laki adalah pemimpin dalam lingkungan
keluarganya dan ia akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya, orang wanita
(istri) juga pemimpin dalam mengendalikan rumah tangganya dan ia juga akan
ditanya tentang apa yang dipimpinnya, pembantu rumah tangga juga pemimpin
dalam mengawasi harta benda dan ia juga akan ditanya tentang apa yang
dipimpinnya (HR. Bukhari).(Bina A, 2013: 225).

Serta Allah SWT memberi jabatan kepada yang berhak menerimanya dan

Allah juga yang berhak mencabut jabatan itu dari seseorang. Firman-Nya dalam

Qur’an surat ali- Imraan[3]: 26

َ y‫ع ۡٱل ُم ۡل‬


ُّ y‫ٓا ُء َوتُ ِع‬y‫ك ِم َّمن ت ََش‬
‫ ِذلُّ َمن‬yُ‫ٓا ُء َوت‬y‫ز َمن ت ََش‬y ِ yَ‫ك َمن تَ َشٓا ُء َوت‬
ُ ‫نز‬y َ ‫ك تُ ۡؤتِي ۡٱل ُم ۡل‬ ِ ‫قُ ِل ٱللَّهُ َّم ٰ َملِكَ ۡٱل ُم ۡل‬
٢٦ ‫ير‬ ٞ ‫ك َعلَ ٰى ُكلِّ َش ۡي ٖء قَ ِد‬ َ َّ‫ك ۡٱلخ َۡي ۖ ُر ِإن‬
َ ‫تَ َشٓا ۖ ُء بِيَ ِد‬
Artinya: “Katakanlah (Muhammad): "Wahai Tuhan yang mempunyai
kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan
Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan
orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau
kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha
Kuasa atas segala sesuatu.”(Depag, 2009: 53).

18
Salah satu pembagian dari sifat amanah adalah amanah kepemimpinan.

“Membangun kepemimpinan diawali dengan amanah”

(https://islamislogic.wordpress.com/kumpulan-hadits-shahih/40-hadits-tentang-

pemimpin-dan-penjelasanya/). Begitu penting sifat amanah bagi seorang

pemimpin hingga Nabi Muhammad SAW melarang umatnya untuk membalas

pengkhianatan yang dilakukan orang lain terhadapnya. Dalam mengantarkan umat

manusia kepada jalan yang benar, Allah SWT juga telah memberikan kesaksian

bahwa Nabi Muhammad SAW telah menjalanakan tugas dengan sebaik-baiknya.

Muhammad Areya Laranta mengatakan dalam bukunya yang berjudul Sifa-Sifat

Nabi (2013: 145) bahwa Muhammad bin Abdullah bin Mu’adzir berkata:

‘Amanah yang behubungan dengan hak Allah SWT adalah menunaikan


ibadah dengan ikhlas, menginguti sunah-sunsh yang telah dicontohkan
oleh para ulama, Rosul, tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun
dalam amal perbuatan, serta tidak bersikap riya dalam tindakan dan
perilaku’.

Menurut Ahda Bina dalam bukunya Pemimpin merupakan panutan bagi

masyarakat “Apabila seorang pemimpin bersikap amanah, maka warga

masyarakat pun akan termotivasi untuk bersikap amanah pula. Begitu sebaliknya,

apabila pemimpin bersikap khianat, maka masyarakat pun akan memiliki alasan

untuk khanat pula.” (2013: 217). Dan Menurut Barghisy (2013: 26) menegaskan

pentingnya amanah dalam memegang urusan kaum muslimin dengan penegasan

yang mendalam dan dosanya yang besar.

“Tidaklah seorang hamba yang disertai memimpin rakyat, yang


meninggal dalam bertindak curang kepada rakyat, melainkan pasti Allah
mengharamkan surga baginya.”

19
Begitu penting pemimpin yang memiliki sifat amanah, akan berpengaruh

terhadap negara maupun rakyat yang dipimpin olehnya. Negara tidak akan maju

kalaulah pemimpin tidak memiliki sifat amanah. Dan adapun kriteria seorang

pemimpin yaitu,

“Sebaik-baik pemimpin kamu adalah mereka yang kamu cintai dan mereka

pun sebetulnya sangat cinta kepadamu, kamu sayang kepada mereka dan mereka

pun sayang kepadamu, kamu hormat kepada mereka dan mereka pun hormat

kepadamu.” (Faridl, 2005: 44). “Pemimpin juga sebagai pelayanan bagi umat.”

(Zakaria, 2010: 39). Hal ini dibuktikan para pemimpin terdahulu:

‘Abu Bakar, Umar dan para sohabat yang lainnya. Umar disaat menjabat
sebagai Amirul Mu’minin pernah memikul karung terigu di pundaknya
sendiri untuk membantu rakyatnya yang sangat membutuhkan. Kata
pengawalnya, “Biarlah oleh saya Amirul Mu’minin.” Umar menjawab,
“Tidak! Ini adalah tanggung jawab saya.’

Dalam berbagai aspek kehidupan di muka bumi ini tidak penah lepas dari

pemimpin dan kepemimpinan. Hal sekecil apapun jika terdapat sekelompok orang

yang melakukan sesuatu pasti ditunjuklah seorang untuk menjadi pemimpin, yang

pemimpin tersebut pastinya memberikan dampak positif terhadap yang dipimpin,

mengarahkan kepada yang semestinya dilakukan oleh seorang pemimpin.

Sirozi mengatakan dalam bukunya (2004: 9) bahwa Mursi berpendapat

‘Kepemimpinan adalah yang mengatur peran individu dan tanggung jawab

kelompok terhadap masyarakat’ (1997: 143). Kepemimpinan tentunya akan

diminta pertanggung jawabanya. Oleh karena itu manusia wajib memegang

amanah tersebut dengan erat-erat menjaga kepecayaan terhadap dirinya sendiri

20
dan orang lain, serta kepada Allah SWT seseorang itu akan menghadap untuk

dipertanggung jawabkan segala urusannya selama di dunia (Ahmad, 1990: 166)

“Bagian terpenting dari tujuan seorang pemimpin adalah mengembangkan

dan melatih kemampuan untuk mengantisifasi berbagai situasi, perubahan dan

kebutuhan yang lain” (Dennis, Tt: 5). Menurut (Laranta, 2013: 146) tugas

kepemimpinan yang semestinya sesuai dengan amanah jabatan yaitu bekerja

dengan baik, menjaga kejujuran, tidak menyia-nyiakan waktu dalam tugas kerja,

tidak korupsi, tidak menyalahgunakan jabatan jika dalam kepemimpinan yang

jujur dan amanah pastilah suatu bangsa akan maju pesat. Bekerja dengan rajin dan

teliti diawasi atau tidak ia tidak berpura-pura rajin dihadapan pimpinan

perusahaan (Bakry, 1993: 42). Ia tidak akan melakukan korupsi dalam jabatannya

baik itu korupsi uang, harta benda, waktu. Dalam perkataann Laranta (2013: 185)

berpendapat bahwa puncak amanah yaitu amanah kepemimpinan. Bahwa yang

telah dijelaskan dari pengertian kepemimpinan di atas, suatu kelompok tidak dapat

berjalan tanpa adanya kepemimpinan yang dibentuk tentunya atas dasar tanggung

jawab yang ada pada dirinya.

F. Konsep Kepemimpinan yang Diterapkan Umar bin Abdul Aziz dalam

Menjalankan Amanah

Pada awal masa Umar bin Abdul Aziz, beliau memperbaiki sistem

pemerintahan sebelumnya dengan kebijakan-kebijakan yang cemerlang, yang

diantara mereka saling bermusyawarah untuk membuka pemerintahan yang

memihak kepada masyarakat. Dengan prinsip Umar bin Abdul Aziz dalam

perkataannya, ‘Sesungguhnya musyawarah dan tukar pendapat merupakan pintu

21
rahmat dan kunci keberkahan, tidak ada pendapat yang akan tersesat bersama

keduanya dan ketegasan tidak akan hilang bersama keduanya.’(ash- Shallabi,

2014: 65).

Jabatan yang pertama kali beliau terima adalah sebagai gubernur Madinah

dulu masa khalifah Walid bin Abdul Malik. Dengan pengalaman pertamanya,

beliau menjabat sebagai khalifah dan tanggung jawab yang luas dan besar yaitu

urusan kaum muslimin seluruhnya.

Perkataan Umar bin Abdul Aziz dalam bukunya Murodi (2004: 102)

Satu riwayat diceritakan: “Aku telah dipilih untuk mengurusi kepentingan


umat Nabi Muhammad SAW, terbayang olehku nasib masyarakat miskin
yang kelaparan, orang yang sakit yang sia-sia, gembel yang pakaian
compang-camping, orang-orang yang tertindas dan teraniaya, tawanan
perang, orang-orang yang tidak mampu bekerja”. Terlihat dari perkataan
beliau, Umar belum bisa menerima kenyataannya sebagai pemimpin.
Dirinya berkata lagi, “Aku tahu Tuhan akan menanyaiku tentang mereka
semua. Aku khawatir kalau aku tidak dapat memikul semau beban itu”.

Namun kenyataan pada akhirnya ia menerima bahwa dirinya menjabat

sebagai khalifah negara, sehingga dapat menjalankan roda pemerintahannya

dengan baik. “Karena amanah berbagal langkah kebijakan telah dilakukannya

guna memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat muslim yang berada

di bawah kekuasaan Dinasti Bani Umayah.” (Murodi, 2004: 103). Dan adapun

menurut bukunya ash- Shallabi usaha-usaha Umar bin Abdul Aziz antara lain

adalah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan dan Membukukan Sunah Nabi SAW

Hal yang pertama ia lakukan dalam kebijakan ini yaitu melakukan

pemilihan terhadap orang-orang terpercaya untuk mengemban tugas ini.

Kemudian Umar memilih seorang ulama besar hafidz di zamannya, yang tersohor

22
di negerinya yang bernama az-Zuhri. Jika dia berbicara tentang Al-Qur’an dan

As-Sunah, maka di ahlinya. Salah satu riwayat menyebutkan, bahwa Umar bin

Abdul Aziz memerintahkan Abu Bakar bin Hazm agar mengumpulkan dan

membukukan hadits-hadits Umar bin Khattab karena ingin mengikuti jejak

kakeknya tersebut.

Dengan sifat amanah yang dimilikinya beliau bertanggung jawab atas

semua yang ia kerjakan termasuk pekerjaan ini. Setelah hadits-hadits yang

tekumpul beliau melakukan untuk pengecekan keshahihan hadits dan

menyampaikan hadits. Hadits-hadits tersebut bukan saja menjadi amanah bagi

beliau tetapi bagi para sahabat yang lain termasuk bagi az- Zuhry dan Abu Bakar

bin Hazm, yang dimana mereka harus bersungguh-sungguh menjaga kemurnian

dalam menyampaikan dan mengajarkan kepada generasi berikutnya. Dan pada

saat itu pula di zaman mereka pemalsuan dan penipuan hadits muncul disebabkan

oleh perselisihan-perselisihan politik dan aliran.

2. Pembagian Kekayaan dengan Cara yang Adil

Dalam kebijakan ini Umar bin Abdul Aziz melarang para gubernur dan

pejabat negara untuk menjadikan uang sebagai modal perniagaan. Perkataanya

kepada Sulaiman bin Abdul Malik dalam bukunya ash- Shallabi ‘Sungguh aku

melihatmu membuat orang kaya makin kaya dan orang miskin tetap dalam

kemiskinannya.’ (2014: 463). Serta Umar meningkatkan infak dan perhatian

untuk kelompok masyarakat yang tidak mampu dan lemah, menjamin tingkat

kecukupan mereka melalui jalan zakat dan pemasukan harta mereka.

23
3. Pengembangan Ekonomi dan Kemakmuran Sosial

Rakyat merasa tenang karena hak-hak mereka terpenuhi, terjamin dan

merasa aman di negeri mereka. Umar bin Abdul Aziz menegaskan bahwa

pentingnya kebebasan ekonomi yang terikat dengan rambu-rambu syariat. Maka

masyarakat tergerak untuk berniaga dan mengembangkan harta mereka. Umar bin

Abdul Aziz juga sangat memperhatikan lahan-lahan pertanian demi memberi

pemasukan untuk negara. Telah benyak yang memetik hasil dari kebijakan

tersebut, termasuk Umar sendiri. Umar bin Abdul Aziz benar-benar telah membuat

berkecukupan.

4. Kebijakan terhadap Fakir Miskin

Dalam kebijakan ini Umar dengan sikapnya yang lemah lembut menolong

seorang laki-laki yang datang kepadanya dan berdiri di hadapannya, dia berkata

“Wahai amirul mukminin, aku dalam keadaan kesulitan yang berat, aku berada

dalam kemiskinan yang membelit”. Melihat seorang laki-laki itu Umar terlihat

sangat sedih, sehingga meneteskan air mata, kemudian ia memberinya dan

memberi kepada keluarganya lima ratus dinar dari negaranya. Bukan saja Umar

bin Abdul Aziz hanya memperhatikan masyarakat fakir dan miskin tetapi orang-

orang sakit, penyandang cacat, anak-anak yatim, orang-orang buta, orang yang

sakit menahun beliau juga memperhatikannya. Dengan membangun sebuah rumah

bagi orang-orang yang fakir dan miskin, menyiapkan pelayan bagi orang buta,

juga pelayan bagi yang sakit menahun. Sehingga Umar mengirim surat ke kota-

24
kota Syam, yang isinya: ‘Laporan kepadaku (tentang anak-anak yatim) juga anak-

anak sebatang kara.’ (ash- Shallabi, 2014: 488)

5. Kebijakan terhadap Gharim/ Terlilit Hutang

Diantara kelompok masyarakat yang diperhatikan Umar bin Abdul Aziz

adalah orang-orang yang menanggung hutang yaitu ibnu Syihab az- Zuhri.

Dengan begitu Umar telah meringankan beban bagi orang yang terlilit hutang

yang tidak mampu membayarnya dan baginya merupakan amanah yang harus

dilaksanakan.

6. Kebijakan terhadap Tawanan Perang

Beliau memperhatikan tawanan perang (kaum muslimin) dengan

membelanjakan harta dari baitul mal untuk mereka. Sehingga Umar menulis surat

kepada gubernur.

‘Jangan membiarkan seorang pun dari kaum muslimin di penjara-penjara


kalian dalam keadaan terbelenggu sehingga tidak mampu shalat dan
berdiri, jangan ada seorang pun yang bermalam dalam keadaan
terbelenggu kecuali seseorang yang tertuntut perkara membunuh, berilah
mereka makan dengan lauknya yang sesuai dengan merekadari harta
sedekah.’ (ash- Shallabi, 2014: 490)

7. Kebijakan Kepada Kaum Musafir dan Hamba Sahaya

Kebijakan tersebut ia lakukan dengan memperhatikan para musafir dengan

cara membangun rumah-rumah singgah untuk membantu di jalan-jalan untuk

membantu memperhatikan mereka, seperti jamaah haji dan memperhatikan yang

lemah dari mereka serta mencukupi yang miskin dari mereka. Kebijakan terhadap

hamba sahaya beliau melakukannya dengan cara mengalokasikan harta untuk

memerdekakan hamba sahaya kaum muslimin.

25
Begitu amanah Umar bin Abdul Aziz dalam menjalankan roda

pemerintahannya sehingga dapat memberi pelayanan yang terbaik bagi siapa saja

yang membutuhkan. Beliau dapat bertanggung jawab penuh tehadap masyarakat

yang dipimpinnya. Adapun dalam bukunya Murodi (2004: 103) kebijakan-

kebijakan yang lain Umar bin Abdul Aziz adalah sebagai berikut:

1. Menghapus Kelas-Kelas Sosial antara Muslim Arab dan Muslim Non Arab

Pada awal pemerintahan Dinasti Umayah terjadi perbedaan kelas-kelas

sosial masyarakat yang ditandai dengan perbedaan jabatan-jabatan penting

terhadap muslim Arab sehingga kurang menguntungkan bagi muslim non Arab.

Persoalan ini menimbulkan kecemburuan sosial dan politik. Karena masalah

tersebut Umar bin Abdul Aziz melakukan pembaharuan dengan mengeluarkan

kebijakan tersebut. Semua masyarakat mempunyai hak dan kewajiban yang sama.

2. Mengembalikan Uang Pensiun Anak-Anak Yatim Para Pejuang islam

Pada masa khalifah Abdul Malik bin Marwan hak mereka tidak diberikan

yaitu hak anak-anak yatim yang ditinggalkan oleh para pejuang muslim. Ketika

Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi khalifah, beliau mengeluarkan kebijakan

yang memihak kepada anak yatim dengan cara mengembalikan harta-harta

mereka terampas.

3. Menghidupkan Kerukunan dan Toleransi Beragama

Pada masa sebelumnya masih sedikit kebijakan yang memihak kepada

kelompok non muslim, salah satunya bangunan gereja yang dirombak menjadi

masjid yaitu pada masa khalifah Walid bin Abdul Malik. Ketika Umar bin Abdul

26
Aziz menduduki jabatannya sebagai khalifah, beliau mengizinkan untuk

membangun kembali gereja-gereja yang baru.

4. Mengurangi Beban Pajak atas Penganut Kristen Najran

Beban yang dirasakan masyarakat kristen terlalu berat, karena kebanyakan

masyarakat tersebut bukan mayoritas orang-orang kaya. Karena itu masyarakat

menuntut untuk Umar bin Abdul Aziz mengeluarkan kebijakan tersebut dan beliau

pun mengabulkannya.

5. Melarang Pembelian Tanah Non Muslim kepada Umat Islam

Banyak tanah orang kristen yang menjadi hak milik orang-orang islam.

Sehingga banyak orang-orang kristen yang tidak mempunyai lahan untuk digarap

dan semua ini mengakibatkan petani tidak mempunyai lahan sendiri.

6. Mewajibkan Pembayaran Kharaj kepada Umat Islam dan Jizyah (pajak jiwa)

kepada Non Muslim

Kebijakan yang juga diambil oleh Umar bin Abdul Aziz, yaitu bagi orang-

orang kristen yang mewajibkan untuk membayar jizyah (pajak jiwa) saja, hal ini

karena mereka mayoritas bukan orang kaya. Dan untuk orang-orang islam beliau

mewajibkan kharaj (pajak) karena mayoritas dari mereka orang kaya sehingga

mampu membayar pajak.

Dan satu kisah diceritakan dari Umar bin Abdul Aziz ketika menjalankan

amanahnya dalam suatu kerajaan.

“Dikisahkan Umar bin Abdul Aziz adalah seorang khalifah Bani Umayah.
Pada suatu malam, tatkala baginda sedang tekun bekerja di bilik istananya, tiba-
tiba putranya masuk untuk membincangkan sesuatu hal yang berhubungan dengan
urusan keluarga. Tiba-tiba baginda memadamkan lampu yang terletak dimejanya
yang digunakan untuk menerangi bilik kerjanya itu. Putranya merasa heran
melihat sikap ayahnya, seraya bertanya, “Mengapa ayah padamkan lampu itu?”

27
Ayahnya menjawab, “Benar kata kau wahai anakku, tetapi kau harus ingat bahwa
lampu yang sedang ayah gunakan untuk bekerja ini adalah kepunyaan kerajaan.
Minyak yang digunakan itu dibeli dengan menggunakan uang kerajaan, sedang
perkara yang hendak ananda perbincangkan dengan ayahanda adalah perkataan
keluarga. Landas, Umar bin Abdul Aziz meminta pembantunya membawa lampu
dari bilik dalam. Kemudian, ia pun berkata kepada putranya, “Sekarang lampu
yang baru kita nyalakan ini adalah kepunyaan keluarga kita minyak pun dibeli
dengan uang kita. Silahkan kemukakan masalah yang kamu perbincangkan
dengan ayah.” (Ma’mun, 2010: 37)

Dari kebijakan-kebijakan yang telah Umar bin Abdul Aziz lakukan selama

menjabat menjadi khalifah, terlihat beliau sangat amanah dalam menjalankan

tugas dengan tanggung jawabnya sebagai pemimpin, memberi pelayanan yang

terbaik bagi masyarakat demi mensejahterakan negara.

G. Kiat Meneladani Sifat Amanah Umar bin Abdul Aziz dalam

Kepemimpinan

Ada beberapa hal tentang bagaimana meneladani sifat amanah Umar bin

Abdul Aziz dalam kepemimpinan (Bina A, 2013: 221) adalah sebagai berikut :

1. Menjaga Sifat Ikhlas

Sifat amanah datang ketika kita mengerjakan sesuatu itu dengan ikhlas,

semata-mata hanya untuk mengharap ridha Allah SWT. Baik sesuatu itu

berbentuk apapun, dengan memahami keikhlasan yang sesungguhnya, sifat

amanah ini akan tumbuh dalam diri orang-orang yang beriman sungguh Allah

maha mengetahui dalam hati seseorang. Sifat ikhlas dapat membawa pahala jika

kita menyertai sifat tersebut. Sebaliknya, jika kita tidak menyertakan sfat ikhlas

pastilah sia-sia semua pekerjaan yang dilakukan. Sebagaimana jika ketika

28
mengalami keuntungan karena sifat amanahnya, karena meyakini bahwa semua

itu berasal dari ridha Allah padanya.

2. Menyadari Tanggung Jawab Pribadi

Amanah merupakan sesuatu hal yang dilakukan atas tanggung jawab diri

sendiri terhadap seseorang dan kepada Allah SWT. Dan akan dipertanggung

jawabkan perbuatannya di dunia maupun di akhirat. Maka dari itu, harus

menyadari bahwa dirinya memegang tanggung jawab yang amat sangat besar.

Seperti dalam hal kepemimpinan, apabila rakyat mengharapkan pemimpin

yang amanah, hendaklah rakyat juga memilih pemimpin secara amanah, karena

akan menjadi pertanggung jawaban kelak.

3. Menjaga Sumber Rezeki

Diantara bentuk usaha menumbuhkan dan menjaga sifat amanah adalah

dengan menjaga sumber rezeki. Dengan rezeki yang terjaga dari unsur syubhat,

apalagi haram, akan melahirkan sifat khianat anggota keluarga dan siapapun yang

menyantapnya.

“Suatu saat diceritakan, Imam Syafi’i datang bertamu ke rumah salah


seorang sahabatnya. Di rumah tersebut, beliau makan dengan amat lahap.
Rupanya hal ini menjadi perhatian anak tuan rumah. Tentu saja anak itu amat
heran, melihat seorang ulama besar makan dengan lahap seperti kebanyakan
orang. Ketika anak itu menegurnya, Imam Syafi’i pun mememberikan penjelasan.
Beliau memiliki keyakinan, bahwa tuan rumah adalah orang yang sholeh dan
biasa bekerja dengan amanah, sehingga hasil kerjanya merupakan rezeki yang
seratus persen halal. Beliau pun menjadikan kesempatan untuk makan sepuas-
puasnya, karena sebaik-baik makanan adalah makan yang halal”. (Bina A, 2013:
266)

29
Jadi, beliau makan dengan lahap itu bukan karena makananya yang lezat

atau beliau sedang kelaparan. Beliau makan dengan lahap karena makanan yang

sedang disuguhkan adalah makanan yand diyakini sebagai makan yang halal.

4. Menjaga Diri dari Tindakan Korupsi

Korupsi yang sedang terjadi di masa sekarang ini, ternyata sudah ada di

zaman Nabi Muhammad SAW. Seperti dalam arti dari HR. Muslim:

“Barangsiapa yang kami perkerjakan untuk melakukan suatu tugas lalu ia


menyembunyikan sebuah jarum atau yang semisalnya ia akan menjadi
belenggu yang akan menyertainya pada hari kiamat”. (Bina A, 2013: 230)

Dalam riwayat tersebut dijelaskan sekecil apapun yang kita sembunyikan

(korupsi) pastilah akan mencelakakan di akhirat kelak.

5. Mengingat Akibat Buruk Sifat Khianat

Dimana ingin berlaku amanah seseorang hendaklah mengingat sifat buruk

dari sifat khianat, serta kedua sifat tersebut (Amanah dan Khianat) tidak bisa

berkumpul keduanya di dalam hati seseorang. Ingatlah setiap apa yang kita

kejakan itu perbuatan baik, maka yang demikian itu amanah yang menjadi dasar

tanggung jawab.

Adapun menurut Muhammad Areya Laranta (2013: 150) cara

menumbuhkan sifat amanah dalam diri, sebagai berikut:

1. Sifat amanah fitrah bagi setiap orang dan menurut Hanif Hanan, jika

seseorang bersifat khianat itu artinya orang tersebut telah menyimpang

dari karakter fitrahnya.

2. Banyak berdzikir, hati dan lidah dibasahi dengan dzikir dan selalu

mengingat Allah SWT, senantiasa akan jernih dan terhindar dari

30
godaan setan dan hawa nafsu. Demikian juga sifat fitrah amanah akan

terjaga pula.

3. Berlatihlah konsisten, seperti dalam urusan beribadah pada Allah SWT

dengan menjalankan amanahnya secara rutin. Juga memenuhi janji

pada sesama manusia.

4. Pelajarilah sifat-sifat para Nabi dan Rasul untuk menanamkan pada

diri kita, dan akan termotivasi untuk ikut mengambil pelajaran dan

meneladani kehidupan mereka. Dan yang terakhir untuk mengingat

ancaman sifat khianat yang diberikan oleh Allah SWT.

Demikian cara untuk menumbuhkan sifat amanah dari dalam diri

seseorang. Semoga kita dapat meniru keteladanan dari sifat amanah yang telah

dicontohkan oleh para Nabi dan Rasul. Serta kepemimpinan yang dijalankan oleh

Umar bin Abdul Aziz yang mendapat respon positif dari masyarakat.

H. Biografi Umar bin Abdul Aziz

Beliau adalah Umar bin Abdul Aziz bin Marwan bin al-Hakam bin Abu al-

Ash bin Umayah bin Abd Syams bin Abd Manaf, seorang imam, al-Hafidz,

allamah, mujtahid, ahli zuhud, ahli ibadah, pemimpin dan amirul mukminin dalam

arti yang sebenarnya.

Bapaknya ialah Abdul Aziz bin Marwan bin al-Hakam, satu dari gubernur-

gubernur Bani Umayah pilihan, laki-laki yang dermawan lagi pemberani, beliau

memegang jabatan gubernur Mesir lebih dari dua puluh tahun. Ibunya ialah

Ummu Ashim. Umar bin Abdul Aziz dilahirkan pada tahun 63 H di Halwan dekat

31
Kairo. Ia lahir ketika ayahnya Abdul Aziz menjadi gubernur di Mesir.

Berdasarkan garis keturunan, Umar memiliki hubungan darah dengan khalifah

Umar bin Khattab, karena ibunya yang bernama Ummu Ashim binti Ashim bin

Umar bin Khattab.

Pada masa kecilnya, Umar bin Abdul Aziz tinggal menetap di rumah

paman-pamannya di Madinah dan memperoleh pendidikan yang baik dari mereka.

Banyak ilmu pengetahuan keagamaan yang diperolehnya, antara lain ilmu hadits,

Al-Qur’an dan lain-lain. Umar bin Abdul Aziz belajar hadits dari ayahnya, Abdul

Aziz dan para sahabat lainnya, seperti Anas bin Malik, Abdullah bin Jafar bin Abi

Thalib, Ibnu Qorith, Yusuf bin Abdillah bin Salah, Amir bin Saad, Said bin

Musayyub, Urwah bin Zubair, Abi Bakar bin Abdirrahman, Arrabi bin Samurah

dan lain-lain.

Sementara ulama hadits yang banyak belajar darinya adalah al-Zuhry,

Muhammad bin al-Munkadir, Yahya bin Said al- Anshari, Musalamah bin Abdul

Malik, Raja bin Haiwah dan lain-lain. Selain ilmu hadits, Umar bin Abdul Aziz

juga menguasai ilmu Al-Qur’an. Bahkan ia telah menghafal dan mengkaji Al-

Qur’an sejak Umar masih kecil. Untuk memperdalam semua itu, Abdul Aziz

mengirim Umar ke Madinah. Agar ia belajar dengan baik mengenai ilmu-ilmu

agama Islam, termasuk Al-Qur’an. Di Madinah ia belajar Al-Qur’an dengan

Ubaidillah bin Abdullah. Pendidikan ini dilakukannya hingga menjelang dewasa.

Beliau adalah seorang khalifah yang lurus ar-Rasyid sekaligus ahli zuhud,

asyaj (tanda di kening) dari Bani Umayah, salah seorang imam ahli ijtihad dan

salah seorang khulafa rosyidin, berakhlak mulia dan berwajah tampan, berakal

32
sempurna, peletak kebijakan-kebijakan brilian, pemilik kesungguhan, berilmu

lapang, laki-laki yang fasih dalam berbicara, memiliki kecerdasan dan

pemahaman yang bersih, menyuarakan kebenaran sekalipun pendukungnya tidak

seberapa.

Umar bin Abdul Aziz dijuluki al-asyaj (yang terluka di wajah) sehingga

dikatakan untuknya Asyaj Bani Umayah. Kisahnya pada masa Umar kecil, beliau

masuk ke kandang kuda bapaknya untuk melihat-lihat kuda, tiba-tiba seekor kuda

menyepak wajahnya sehingga melukainya, maka bapaknya menghampirinya dan

mengusap darah dari wajahnya.

Abdul Aziz bin Marwan (bapaknya Umar) mempunyai sepuluh orang anak.

Mereka adalah Umar, Abu Bakar, Muhammad, dan Ashim. Ibu mereka adalah

Laila binti Ashim bin Umar bin Khattab. Abdul Aziz mempunyai enam anak dari

selain Laila, yaitu al-Ashbagh, Salah, Suhail, Ummu al-Hakam, Zabban dan

Ummu Banin. Jadi kunyah dari ibunya adalah Ummu Ashim.

Umar bin Abdul Aziz menikah dengan Fatimah yaitu putri khalifah Abdul

Malik bin Marwan, Umar mempunyai anak Ishak, Yaqub, Musa. Diantara istri-

istrinya adalah Lamis binti Ali bin Harits dan dari wanita ini Umar mempunyai

anak Abdullah, Bakar, Ummu Ammar. Diantara istri-istrinya adalah Ummu

Utsman binti Syuaib bin Zayyan, darinya Umar mempunyai anak yang bernama

Ibrahim. Dan dari Ummu Walad istrinya juga Umar mempunyai anak, Abdul

Malik, Walid, Ashim, Abdullah, Abdul Aziz, Zayyan, Aminah dan Ummu Abdullah.

33
“Ciri-ciri fisik Umar bin Abdul Aziz berkulit cokelat, berwajah lembut

namun tampan, perawakan ramping, berjanggut rapih, bermata cekung, ada juga

yang berkata ia adalah laki-laki berkulit putih” (ash- Shallabi, 2014: 20).

34
BAB III
ANALISIS

E. Alasan Mengapa Pemimpin harus Bersifat Amanah

Bagian terpenting dari kepemimpinan pastilah bersumber dari Al-Quran

dan Al-Hadits. Sebagian besar masyarakat kita masih beranggapan bahwa amanah

atau kepercayaan dalam bentuk jabatan dipandang sebagai anugerah. Melalui

jabatan yang diembannya ia akan memperoleh banyak manfa’at bagi dirinya

sendiri dan orang lain. Sesuai dengan rujukan yang telah dipaparkan, sifat amanah

begitu sangat dibutuhkan oleh seorang pemimpin karena dalam menjalankan

kepemimpinannya seseorang melakukan pekerjaannya dengan penuh tanggung

jawab yang besar. Karena menyangkut dengan masyarakat luas, urusan yang

sangat begitu besar terutama pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz kurang

didapatkannya keadilan antara masyarakat pada umumnya. Seperti perkataan

Menurut Barghisy (2013: 26) menegaskan pentingnya amanah dalam memegang

urusan kaum muslimin dengan penegasan yang mendalam.

Tidak ada kerugian bagi pemimpin yang mempunyai sifat amanah

melainkan memperoleh ganjaran atau balasan di dunia dan juga di akhirat.

Apalagi mengenai hal kepemimipinan yang memegang kekuasaan penuh terhadap

rakyat yang memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan yang terbaik, seperti

halnya perkataan A Zakaria (2010: 39) pemimpin merupakan sebagai pelayanan

umat. Ada juga salah satu pernyataan Rosulullah SAW yang dikemas oleh Umar

bin Khattab dan yang sedang terjadi di kalangan masyarakat:

‘Islam itu tidak akan tegas tanpa organisasi yang baik dan organisasi yang
baik tidak akan ada tanpa ada imaroh (kepemimpinan) yang baik dan

35
kepemimpinan yang baik tidak mungkin terwujud tanpa adanya kepatuhan
dari yang dipimpin dan kepatuhan tidak mungkin ada tanpa sebuah proses
ikrar atau bai’at (persetujuan) dari orang-orang yang dipimpin’.

Hadits tersebut menjelaskan bahwa amanah sangat berperan penting

terhadap kepemimpinan antara pemimpin dan yang dipimpin. bagaimana

keduanya saling menjaga amanahnya supaya terwujudnya kesejahteraan diantara

keduanya, karena ada sebuah proses yang disebut dengan bai’at (persetujuan),

untuk memulai organisasi tersebut.

Allah SWT juga mengingatkan kita, bahwa Allah-lah pemilik kerajaan

atau kekuasaan. “Allah SWT berkuasa untuk mengangkat seseorang untuk

menjadi penguasa yang terkadang tidak diperhitungkan sebelumnya oleh

manusia” (Zakaria, 2015: 15).

F. Cara Umar bin Abdul Aziz Mengemban Amanah Kepemimpinan

Beliau adalah Umar bin Abdul Aziz bin Marwan bin al-Hakam bin Abu al-

Ash bin Umayah bin Abd Syams bin Abd Manaf, seorang imam, al-Hafidz,

allamah, mujtahid, ahli zuhud, ahli ibadah, pemimpin dan amirul mukminin dalam

arti yang sebenarnya.

Bapaknya ialah Abdul Aziz bin Marwan bin al-Hakam, satu dari gubernur-

gubernur Bani Umayah pilihan, laki-laki yang dermawan lagi pemberani, beliau

memegang jabatan gubernur Mesir lebih dari dua puluh tahun, yang begitu

amanah dalam memegang tanggung jawabnya. Ibunya ialah Ummu Ashim. Umar

bin Abdul Aziz dilahirkan pada tahun 63 H di Halwan dekat Kairo. Ia lahir ketika

ayahnya Abdul Aziz menjadi gubernur di Mesir.

36
Ada beberapa cara dalam Umar bin Abdul Aziz melaksanakan

kewajibannya sebagai seorang pemimpin. Demi mewujudkan masyarakat yang

tenteram, aman, sejahtera. Seperti apa yang telah di paparkan sebelumnya

mengenai kebijakan-kebijakan Umar bin Abdul Aziz untuk para umatnya. Dengan

memperbaiki sitem pemerintahan sebelumnya yaitu pada masa khalifah Walid bin

Abdul Malik, Umar mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang memihak kepada

masyarakat. Dengan cara bertukar pikiran atau pendapat antara pemimpin dan

rakyat, supaya di antara keduanya tidak terjadi perselisihan yang memisahkan

keduanya. Serta Umar melaksanakan kewajibannya dalam memimpin dengan cara

mengirim surat-surat kepada para gubernur.

Penulis akan mengulas kembali sedikit contoh kebijakan-kebijakan beliau

yang dilaksanakan ketika Umar memegang jabatan, yaitu antara lain adalah

sebagai berikut:

1. Pembagian Kekayaan dengan Cara yang Adil

Umar berkata kepada Sulaiman bin Abdul Malik ‘aku melihatmu engkau

membuat orang kaya makin kaya dan orang miskin makin miskin.’ Sehingga

Umar mengambil langkah untuk menginfakan harta melewati jalan zakat dan

pemasukan garta mereka. Sehingga mereka terperhatikan dan terjamin

kehidupannya.

2. Pengembangan Ekonomi untuk Kemakmuran Sosial

Umar mengambil kebijakan ini dengan cara membebaskan masyarakat

untuk mengembangkan usaha-usahanya serta tidak menuntut untuk terikat

37
dalam peraturan syariat. Sungguh kebijakan yang Umar ambil adalah jalan

terbaik untuk mensejahterakan rakyat.

3. Kebijakan terhadap Orang Sakit, Musafir, Orang Faqir Miskin

Beliau membantu dalam kesusahan mereka dengan membangun rumah-

rumah untuk mereka tinggal

4. Menghilangkan Kelas-Kelas Sosial dalam Masyarakat

Umar mengambil kebijakan-kebijakan dalam rangka supaya tidak ada

perbedaan antara kelompok muslim Arab dan muslim non Arab, mereka

semua mempunyai hak dan kewajiban yang sama.

Dengan demikian sedikitnya dari kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh

Umar bin Abdul Aziz dalam mengemban amanah kepemimpinannya. Sehingga

melahirkan masyarakat yang aman sejahtera.

G. Cara Meneladani Sifat Amanah Umar bin Abdul Aziz

Ada beberapa cara untuk menumbuhkan sifat amanah dalam jiwa seorang

pemimpin, antara lain adalah, menjaga sifat ikhlas, menyadari tanggung jawab

pribadi, menjaga sumber rezeki, menjaga diri dari tindakan korupsi, mengingat

akibat buruk dari sifat khianat (Bina A, 2013: 221). Namun dalam kesempatan

kali ini penulis hanya dapat menguraikan tiga dari lima poin tersebut.

1. Menjaga Sifat Ikhlas

Yaitu melaksanakan suatu pekerjaan dengan tanpa ada paksaan dari

siapapun melainkan timbul dari ketulusan hati seorang diri. Termasuk sifat

amanah tersebut yang sudah ada dalam diri seseorang yang dimana sifat

38
amanah dan kadzib tidak bisa berkumpul dalam hati seseorang. “Pasti

salah satu diantara keduanya menempati hati seseorang.” (Bina A, 2013:

205)

2. Menyadari Tanggung Jawab Pribadi

Bahwa setiap orang yang merasa dirinya diberi tugas atau pekerjaan

terhadap sesuatu maka dasarilah dengan tanggung jawab yang

menyertainya sehingga timbul sifat amanah dalam diri.

3. Menjaga Sumber Rezeki

Dengan kekuasaan yang kita punya terhadap kewenangan yang

dimiliki, janganlah karena kekuasaan itu mengotori nilai ibadah kita,

sehingga rezeki yang kita dapat ternodai oleh pekerjaan yang tidak

dilaksanakan dengan amanah.

H. Pandangan Umat terhadap Kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz

Selama Umar bin Abdul Aziz menjabat sebagai khalifah negara, beliau

dipandang sebagai orang yang mempunyai sifat-sifat yang membanggakan bagi

orang lain terhadapnya. Umar bin Abdul Aziz dapat memposisikan dirinya sebagai

seorang pemimpin yang menjadi panutan bagi masyarakat. Berbudi pekerti baik,

lemah lembut, bijaksana dalam melakukan kebijakan-kebijakan yang memihak

kepada masyarakat. Dengan kesungguhan hatinya dalam menjalankan amanah.

Umar bin Abdul Aziz yang sedang berjihad di jalan Allah SWT dengan bersikap

tegas terhadap orang-orang yang melanggar perkara-perkara yang diharamkan

39
Allah SWT. Dan Umar menjelaskan bahwa “Segala keselamatan terletak pada

mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW.” (ash- Shallabi, 2014: 295)

Tidak menutup kemungkinan untuk masyarakat taat kepada Umar bin

Abdul Aziz karena begitu sayangnya begitu kepada masyarakat sehingga melalui

kebijakan-kebijakan yang ia lakukan. Umar juga adalah contoh dari teladan

mengagumkan dalam kebersihan hati, muhasabah terhadap diri, keluarga dan

keluarga besarnya, menegakkan syariat atas diri dan orang-orang di sekitarnya dan

kemudian umar yang membawa masyarakat kepada kebenaran, penegakkan

keadilan, dan memadamkan kedzaliman. Mendahulukan hak-hak masyarakat dari

pada pekerjaan-pekerjaan lainnya. Masih dalam bukunya ash- Shallabi (2014:

330) mangatakan “kiprah-kiprah Umar lainnya di bidang ekonomi, politik dan

sosial, dimana Umar mempunyai pandangan reformasi dan pembaharuan yang

menyeluruh”.

Umar bin Abdul Aziz merupakan pemimpin yang tidak serakah terhadap

jabatan, beliau selalu melihat masyarakat yang berada di bawahnya. Demikian

nasihat Nabi SAW yang mulia yang telah Umar bin Abdul Aziz terapkan dalam

kepemimpinannya yang amanah dan memberi kepuasan serta kebahagiaan.

40
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Begitu penting sifat amanah sehingga pemimpin dapat menjalankan

amanahnya dengan tanggung jawab yang menyertainya. Umar bin Abdul

Aziz sangat menjaga kepercayaan-kepercayaan yang diberikan kepadanya,

dan menjadi pandangan umat pada saat itu, sehingga terciptanya kehidupan

masyarakat yang sejahtera.

2. Berikut kebijakan yang amanah yang dilakukan oleh Umar bin Abdul Aziz

yaitu:

a. Begitu memperdulikan kondisi masyarakat yang sedang kesulitan

b. Memperhatikan ekonomi masyarakat demi kesejahteraan

c. Amanah dalam memilih orang-orang untuk membukukan hadits-hadits

d. Tidak ada perbedaan antara kelas-kelas sosial Arab dan non Arab

e. Mengembalikan hak-hak yang dimiliki anak-anak yatim

f. Toleransi dalam beragama

g. Mengurangi beban pajak

3. Berikut cara meneladani sifat Umar bin Abdul dalam amanahnya:

a. Menjaga rasa ikhlas dalam diri, dengan ketulusan hati dalam

melakukan suatu pekerjaan

b. Menyadari tanggung jawab pribadi bahwa dirinya sedang mengemban

amanah yang akan dipertanggung jawabkan di dunia maupun di

akhirat.

41
c. Menjaga sumber rezeki dengan tidak mengotori apa yang kita peroleh

dari mengemban amanah

d. Menjaga diri dari tindakan korupsi, mengingat bahwa apa yang kita

kerjakan bukan semata-mata untuk pribadi, tetapi untuk orang lain juga

e. Selalu ingatlah dengan sifat khianat dengan tidak melakukan perbuatan

yang mencela atau yang menjerumuskan diri sendiri kepada kesesatan

f. Banyak berdzikir mengingat Allah

g. Mempelajari sifat-sifat Nabi dan Rasul, dengan mengambil ibroh atau

pelajaran dan hikmah yang didapat

B. Saran

Paper ini baru membahas mengenai amanah kepemimpinan dari seorang

khalifah Umar bin Abdul Aziz seperti cara meneladani sifat amanah tersebut.

Sehingga untuk mendapatkan gambaran lengkap tentang amanah, diperlukan

pembahasan yang lebih menyeluruh. Tidak hanya ditinjau dari persoalan

kepemimpinan (politik), tetapi juga dapat dijelaskan dari sudut pandang lainnya.

Seperti amanah orang tua terhadap anak, suami terhadap istri dan yang

berhubungan dengan rakyat, seperti pemimpin (para pejabat) dan yang

menyangkut dengan pekerjaan, seperti pegawai, pelajar, pedagang dan lain

sebagainya dalam kehidupan sehari-hari.

Oleh karena itu, penulis menyampaikan kepada para pembaca, baik santri,

orang tua, asatidz ataupun yang lainnya untuk mendapatkan pembahasan yang

lebih menyeluruh tentang amanah yang terdapat di dalam buku manapun.

42
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Syekh. (1990). Mempertajam Mata Hati. Gresik: CV Bintang Pelajar.

Areya Laranta, Muhammad. (2013). Sifat-Sifat Nabi. Yogyakarta: DIVA Press.

Ash- Shallabi, Ali Muhammad. (2014). Perjalanan Hidup Khalifah Yang Agung
Umar Bin Abdul Aziz. Jakarta: Darul Haq.

Bakry, Oemar. (1993). Akhlaq Muslim. Jakarta: Percetakan Angkasa.

Bina A, Ahda. (2013). Dasyatnya 4 Sifat Nabi. Surakarta: Sajada Penerbit.

Dennis, Fitryan. (TT). Belajar Dari Orang Sukses, Rahasia Meraih Promosi.
Jakarta: Erlangga.

Departemen Agama RI. (2009). Syamil Quran Spesial for Women. Jakarta: PT
Sygma Eksamedia Arkatulima.

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat


Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum.

Faridl, Miftah. (2005). Nasihat Kebahagiaan. Bandung: Tafakur.

http://aulakehidupan.co.id/2013/09/amanah-dan-kepemimpinan.html.

https://islamislogic.wordpress.com/kumpulan-hadits-shahih/40-hadits-tentang-
pemimpin-dan-penjelasanya/

Mulyono, Dwi. (2013). Sosiologi Kelas XII SMA Dan MA. Solo: PT Tiga
Serangkai Pustaka.

Murodi. (2004). Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Kelas I. Semarang: PT


Karya Putra.
Nuruddin Ma’mun, Muhammad. (2010). Kekuatan Dan Nikmatnya Bersyukur.
Jakarta: PT Niaga Swadaya.

Muhammad al- Hufiy, Ahmad. (2000). Keteladan Akhlak Nabi SAW. Bandung:
Pustaka Setia.

Sa’id Barghisy, Hisyam Muhammad. (2013). Manusia Teragung Sepanjang


Masa. Jakarta: Darul Haq.

43
Shabir, Muslich. (2004). Terjemah Riyadus Shalihin I. Semarang: PT Karya toha
Putra.

Sirozi, Muhammad. (2004). Politik Islam Era Reformasi. Yogyakarta: AK Group.

Usep. (2011). Buku Panduan Penulisan Karya Ilmiyah/ Paper. Garut: Tidak
Diterbitkan.

Warson Munawir, Ahmad. (1997). Kamus Terlengkap arab Indonesia. Surabaya:


Pustaka Progresif.

Yunus, Mahmud. (1972). Arab Indonesia. Jakarta: PT Mahmud Yunus Wa


Dzurriyyah.

Zakaria, A. (2010). Jabatanku Ibadahku. Garut: Ibn Azka Press.

________. (2004). Tarbiyyah An- Nisa Panduan Lengkap Wanita Shalihah.


Garut: Ibn Azka Press.

44
RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Emma Ainun

No. Induk : 13141028

Tempat Tanggal Lahir : Kuningan, 05 November 1996

Alamat : Asrama Dinas Kebersihan Rt. 05 Rw. 03 No. 10 Kel.

Semper Barat Kec. Cilincing Jakarta Utara 14130

Anak Ke- : 3 dari 5 bersaudara

Nama Orang Tua

Ayah : Suharna (Alm)

Ibu : Dedeh Supartika

Pekerjaan Orang Tua

Ayah : Pensiunan PNS (wali)

Ibu : Ibu Rumah Tangga

Riwayat Pendidikan

SD : SDN 13 Pagi Jakarta Utara (2003-2009)

SMP : SMPN 231 Jakarta Utara (2009-2012)

Mu’allimin : Pesantren Persatuan Islam 99 Rancabango Garut (2012-

2016)

Pengalaman Organisasi : Paskibra SMP (2009-2012)

Bidgar Pemukiman UG (2014-2015)

Sie. Kesehatan PHI RG-UG (2014-2015)

45

Anda mungkin juga menyukai