Anda di halaman 1dari 155

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS


DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA DI RUANG
PERINATOLOGI IRNA KEBIDANAN DAN ANAK RSUP
Dr. M. DJAMIL PADANG

ZIKRI IHSAN
NIM :
143110238

PRODI D-III KEPERAWATAN


PADANG JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2017
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Ahli Madya Keperawatan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS


DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA DI RUANG
PERINATOLOGI IRNA KEBIDANAN DAN ANAK RSUP
Dr. M. DJAMIL PADANG

ZIKRI IHSAN
NIM :
143110238

PRODI D-III KEPERAWATAN


PADANG JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2017
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Tulis Ilmiah ini adalah karya saya sendiri, dan semua sumber yang

saya kutip maupun dirujuk telah saya nyatakan benar.

Nama : Zikri Ihsan

NIM 143110238

Tanda Tangan :

Tanggal : 16 Juni 2017

iii
Poltekkes Kemenkes Padang
Ya Allah.....
Begitu besar limpahan rahmat yang engkau berikan kepadaku
Begitu damai jiwaku saatnya bersujud dihadapanmu
Ketenangan dalam dzikirmu membuatku tak henti untuk
menyebut nama Mu
Dan ridhoilah langkah dalam kehidupan yang engkau gariskan

Ya Robbi.....
Berikan petunjuk Mu disetiap pilihanku
Jauhkan aku dari segala resah dan putus asa
Aku ingin menjadi butiran air dalam kehausan insani
Aku ingin menjadi cahaya yang menerangi dunia
Dengan segenap kerendahan hati dan kesabaran
jiwa Ku persembahkan karya ku ini sebagai baktiku
Pada orang-orang yang kucintai dan kusayangi

Terima kasih.....
Zikri ucapkan kepada Ayahanda Bakhtar dan Ibunda Mardaniatil
Kamar Kasihmu begitu tulus tanpa kenal letih dan lelah
Ini adalah mutiara dan butiran keringatmu
Jawaban dari do’a yang selalu didengungkan untuk ku
Pengganti air mata yang mengalir dipipimu
Demi cita-cita anakmu
Ku tahu ini belum seberapa dan ini belum semuanya
Aku menyayangi mu Ayah dan Ibu

Terima kasih...
Zikri ucapkan kepada keluarga saya tacinto Uni Rebi Virlana, Abang Akrimi
Fadhli, Adik bungsu Ainul Fazhilla, dan Nambo Muhiddinur Kamal yang
selalu Memberikan Do’a, semangat, dorongan, dan dukungan baik moral
Maupun materi sehingga saya dapat berjuangan sampai akhir
Aku juga sayang kalian
Terima Kasih....
Zikri Ucapkan kepada Ibu pembimbing kesayangan
Ibu Ns. Zolla Amely Ilda, S.Kep, M.Kep dan
Ibu Hj. Tisnawati, S.St, M.Kes yang
telah memberikan arahan selama
proposal dan karya tulis ilmiah
berlangsung

Terima kasih...
Zikri ucapkan buat sahabat-sahabat tersayang Ilham A.Md.Kep,
Igo A.Md.Kep yang selalu berlomba dan berjuang bersama, juga sahabat
tacinto Fakhri dan Dicky yang tak pernah bosan memberi semangat dan doa,
serta adek tingkat Bunga, Mayor, Ika kemala yang selalu memberikan
doa dan dukungan serta selalu berbagi dalam suka maupun duka, semoga kalian
juga bisa secepatnya menyelesaikan perjuangan kalian

Terima kasih saya ucapkan kepada seorang sahabat, teman, kakak,


senior, sekaligus yang tersayang Ridha Fani Yulian, A.Md.Kep yang
selalu memberikan doa dan dukungan serta menemani
dalam suka maupun duka

Dan buat RNB’14 tercinta yang selalu heboh dan takkan terlupakan atas apa yang
telah kita lalui bersama, canda tawa, suka dan duka, dan sama berjuang menuju
gelar A.Md.Kep. Serta buat sahabat Keppang’14 yang selalu kompak dan
bersemangat dimanapun dan kapanpun, Zikri sayang kalian semua
‘Zikri Ihsan’
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Zikri Ihsan


NIM 143110238
Tempat/Tanggal Lahir : Panampung/25 November
1995 Jenis Kelamin : Laki-laki
Anak Ke : Tiga
Agama : Islam
Alamat : Jln. Handayani III No. 130 Siteba Padang
Nama Orang Tua
Ayah : Bakhtar
Ibu : Mardaniatil Kamar

RIWAYAT PENDIDIKAN
TAHUN ASAL SEKOLAH
2001-2002 RA/TKA Masjid Akbar Batu Badinding
2002-2008 SD N 17 Batu Badinding
2008-2011 SMP N 2 Bonjol
2011-2014 SMA N 1 Bonjol
2014-2017 Poltekkes Kemenkes Padang

vi
Poltekkes Kemenkes Padang
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada Neonatus dengan Hiperbilirubinemia di Ruang
Perinatologi IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang
Tahun 2017”. Peneliti menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, peneliti mengucapkan terima kasih kepada, Yth:

1. Ibu Ns. Zolla Amely Ilda, S.kep, M.Kep selaku pembimbing I dan Ibu
Hj.Tisnawati, S.St, M.Kep selaku pembimbing II yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan peneliti dalam penyusunan
karya tulis ilmiah ini.
2. Bapak H. Sunardi, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementrian Kesehatan RI Padang.
3. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM, M.Biomed selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politektik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Padang.
4. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep, M.Kep selaku Ketua Program Studi DIII
Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI
Padang.
5. Bapak Direktur RSUP Dr. M. Djamil Padang beserta staf yang telah
mengizinkan untuk melakukan penelitian.
6. Bapak Ibu dosen serta staf Jurusan Keperawatan yang telah memberikan
pengetahuan dan pengalaman selama perkuliahan.
7. Ibu pembimbing akademik Ns. Sila Dewi Anggreni,S.Kp,M.Kep, Sp.KMB
yang selalu memberikan support dan arahan untuk peneliti dan rekan-
rekan satu bimbingan.
8. Teristimewa kepada orangtua dan saudara yang telah memberikan
semangat dan dukungan serta restu yang tak dapat ternilai dengan apapun.
9. Sahabat yang telah memberikan support dan membantu dalam
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Akhir kata, peneliti berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga nantinya
dapat membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Padang, 12 Juni 2017

Peneliti
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................ i
ABSTRAK...................................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................. iii
LEMBAR ORISINALITAS............................................................................ iv
KATA PENGANTAR..................................................................................... v
DAFTAR ISI.................................................................................................. vii
DAFTAR BAGAN.......................................................................................... ix
DAFTAR TABEL........................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 6
A. Konsep Kasus Hiperbilirubinemia ............................................... 6
1. Pengertian ............................................................................... 6
2. Etiologi ................................................................................... 7
3. Patofisiologi ............................................................................ 9
4. WOC ....................................................................................... 11
5. Respon Tubuh.......................................................................... 13
6. Penatalaksanaan ...................................................................... 14
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Hiperbilirubinemia .............. 16
1. Pengkajian .............................................................................. 16
2. Kemungkinan Diagnosis Keperawatan .................................. 19
3. Rencana Keperawatan ............................................................ 19
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 26
A. Desain Penelitian .......................................................................... 26
B. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 26
C. Subjek Penelitian........................................................................... 26
D. Alat dan Instrumen Penelitian ....................................................... 26
E. Cara Pengumpulan Data ............................................................... 29
F. Jenis – jenis Data .......................................................................... 30
G. Rencana Analisis ........................................................................... 31
BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS............................... 32
A. Deskripsi Kasus................................................................................... 32
1. Pengkajian Keperawatan............................................................... 32
2. Diagnosis Keperawatan................................................................. 36
3. Intervensi Keperawatan................................................................. 39
4. Implementasi Keperawatan........................................................... 44
5. Evaluasi Keperawatan................................................................... 48
B. Pembahasan Kasus.............................................................................. 52
1. Pengkajian Keperawatan............................................................... 52
2. Diagnosis Keperawatan................................................................. 55
3. Intervensi Keperawatan................................................................. 57
4. Implementasi Keperawatan........................................................... 60
5. Evaluasi Keperawatan................................................................... 65
BAB V PENUTUP......................................................................................... 72
A. Kesimpulan.......................................................................................... 72
B. Saran.................................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.2 WOC Hiperbilirubinemia...................................................................11


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Derajat Ikterus....................................................................................... 7


Tabel 2.2. Rencana Keperawatan................................................................................19
Tabel 4.1. Pengkajian Keperawatan............................................................................32
Tabel 4.2. Diagnosis Keperawatan..............................................................................37
Tabel 4.3. Intervensi Keperawatan........................................................................ 39
Tabel 4.4. Implementasi Keperawatan........................................................................44
Tabel 4.5. Evaluasi Keperawatan................................................................................49
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Format Pengkajian Asuhan Keperawatan Neonatus

Lampiran 2. Asuhan Keperawatan Pada By.L

Lampiran 3. Asuhan Keperawatan Pada By.T

Lampiran 4. Daftar Hadir Penelitian

Lampiran 5. Surat Izin Penelitian

Lampiran 6. Lembar Konsul Proposal

Lampiran 7. Lembar Konsul KTI

Lampiran 8. Surat Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 9. Ganchart
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hiperbilirubinemia merupakan masalah yang sering terjadi pada bayi baru
lahir. Hiperbilirubinemia ditandai dengan ikterik atau jaundice akibat
tingginya kadar bilirun dalam darah. Bilirubin merupakan hasil pemecahan
hemoglobin akibat sel darah merah yang rusak (Wong , 2009).

Bilirubin merupakan senyawa pigmen kuning yang merupakan produk


katabolisme enzimatik biliverdin oleh biliverdin reduktase. Bilirubin di
produksi sebagian besar (70-80%) dari eritrosit yang telah rusak.
Kemudian bilirubin indirek (tak terkonjugasi) dibawa ke hepar dengan
cara berikatan dengan albumin. Bilirubin direk (terkonjugasi) kemudian
diekskresikan melalui traktus gastrointestinal. Bayi memiliki usus yang
belum sempurna, karna belum terdapat bakteri pemecah, sehingga
pemecahan bilirubin tidak berhasil dan menjadi bilirubin indirek yang
kemudian ikut masuk dalam aliran darah, sehingga bilirubin terus
bersirkulasi (Atikah & Jaya, 2016 ).

Bilirubin yang tak terkonjugasi larut dalam lemak, kemudian di kirim ke


hepar, yang mana pada saat itu hepar belum berfungsi sempurna sehingga
akan meningkatkan produksi bilirubin. Kerusakan pada sel darah merah
akan memperburuk keadaan, karna proses pemecahan bilirubin akan
terganggu, hal ini mengakibatkan bayi akan mengalami hiperbilirubinemia
( Lynn & Sowden , 2009 ).

Hiperbilirubinemia dapat terjadi secara fisiologis dan patologis. Secara


fisiologis bayi mengalami kuning pada bagian wajah dan leher, atau pada
derajat satu dan dua (<12mg/dl), dapat diatasi dengan pemberian intake
ASI yang adekuat dan sinar matahari pagi kisaran jam 7.00-9.00 selama
15menit. Secara patologis bayi akan mengalami kining diseluruh tubuh
atau derajat tiga sampai lima (>12mg/dl), di indikasikan untuk pemberian
fototerapi, jika kadar bilirubin >20mg/dl maka bayi akan di indikasikan
untuk transfusi tukar (Aviv, 2015; Atikah & Jaya, 2015).

Pemberian fototerapi akan berdampak pada bayi, karena fototerapi


memancarkan sinar intensitas tinggi yang dapat berisiko cedera bagi bayi
yaitu pada mata dan genitalia, juga bayi dapat berisiko mengalami
kerusakan intensitas kulit, diare, dan hipertermi. Perawat berperan penting
dalam pemberian fototerapi untuk mencegah terjadinya dampak fototerapi
pada bayi, yaitu monitor intake ASI yang adekuat, memasangkan penutup
mata dan genitalia bayi, merubah posisi bayi setiap 2jam, dan mengatur
intensitas sinar yang diberikan (Aviv, 2015; Atikah & Jaya, 2015).

Atikah dan Jaya, (2015), komplikasi dari hiperbilirrubinemia yaitu kern


ikterus, dimana kern ikterus adalah suatu sindrom neurologi yang timbul
sebagai akibat penimbunan efek terkonjugasi dalam sel-sel otak sehingga
otak mengalami kerusakan, hal ini dapat menyebabkan kejang-kejang dan
penurunan kesadaran serta bisa berakhir dengan kematian, akan tetapi
apabila bayi dapat bertahan hidup, maka akan ada dampak sisa dari
kernikterus tersebut yaitu bayi dapat menjadi tuli, spasme otot, gangguan
mental, gangguan bicara, dan gangguan pada sistem neurologi lainnya.

WHO (2015), menjelaskan bahwa sebanyak 4,5 juta (75%) dari semua
kematian bayi dan balita terjadi pada tahun pertama kehidupan. Data
kematian bayi terbanyak dalam tahun pertama kehidupan ditemukan di
wilayah Afrika, yaitu sebanyak 55/1000 kelahiran. Sedangkan di wilayah
eropa ditemukan ada 10/1000 dari kelahiran. Hal ini menunjukkan bahwa
di wilayah afrika merupakan kejadian tertinggi pada tahun 2015.

Data Profil Kesehatan Indonesia (2014), dalam upaya penekanan angka


kematian bayi di 2015, yang menjadi perhatian bagi pemerintah ialah
terjadinya 59% kematian bayi pada 2014. Gusni (2016), telah melakukan
penelitian tentang perbedaan ikterus neonatorum pada bayi prematur dan
bayi cukup bulan di RS PKU Muhammadiyah Surakarta, dari 115
responden bayi terdapat 59 bayi (51%) dengan gestasi prematur, dan 56
bayi (49%) gestasi cukup bulan. Hasil dari penelitian tersebut didapatkan
data bayi prematur yang ikterus sebanyak 37 bayi (32,2%), bayi prematur
yang tidak ikterus sebanyak 22 bayi (19,1%), bayi cukup bulan yang
ikterus sebanayak 11 bayi (9,6%) dan bayi cukup bulan yang tidak ikterus
sebanyak 48 bayi (39,1%).

Data Dinkes Kota Padang (2015), menunjukkan bahwa angka kematian


bayi pada tahun 2014 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya , yaitu
64 neonatus pada tahun 2013 sedangkan 60 neonatus pada tahun 2014.
Angka kematian bayi jika dilihat dari jender maka kematian bayi laki-laki
(33 bayi) lebih banyak dari bayi perempuan (27 bayi).

Survei awal yang dilakukan di Ruangan Perinatologi IRNA Kebidanan


dan Anak RSUP Dr.M.Djamil Padang pada tanggal 10 Januari 2017
ditemukan bahwa dari 13 neonatus yang dirawat, terdapat satu kasus
dengan BBLR yang mengalami hiperbilirubinemia dan sedang menjalani
fototerapi di ruang NICU. Bayi tersebut dengan berat badan lahir 2000 g,
dengan bilirubin sebanyak 18mg/dl, perawat sudah melakukan fototerapi
selama 150 jam, perawatan dasar sudah dilakukan, dan intake ASI yang
adekuat. Pengkajian lengkap sudah dilakukan perawat yang meliputi
identitas neonatus dan orang tua, alamat, riwayat kesehatan, data
pemeriksaan fisik serta diagnostik. Pendokumentasian setiap tindakan
pada neonatus sudah dilakukan.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti telah melakukan asuhan


keperawatan pada neonatus dengan kasus hiperbilirubinemia di Ruangan
Perinatologi IRNA Kebidanan & Anak RSUP dr. M. Djamil Padang pada
tahun 2017.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada neonatus dengan kasus
hiperbilirubinemia di Ruangan Perinatologi IRNA Kebidanan dan Anak
RSUP Dr.M.Djamil Padang ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Menerapkan asuhan keperawatan pada neonatus dengan kasus
hiperbilirubinemia di Ruangan Perinatologi IRNA Kebidanan dan Anak
RSUP Dr.M.Djamil Padang.
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi data hasil pengkajian pada neonatus dengan
kasus hiperbilirubinemia di Ruangan Perinatologi IRNA
Kebidanan dan Anak RSUP Dr.M.Djamil Padang.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada neonatus dengan kasus
hiperbilirubinemia di Ruangan Perinatologi IRNA Kebidanan
dan Anak RSUP Dr.M.Djamil Padang.
c. Menyusun rencana keperawatan pada neonatus dengan kasus
hiperbilirubinemia di Ruangan Perinatologi IRNA Kebidanan
dan Anak RSUP Dr.M.Djamil Padang.
d. Melakukan tindakan keperawatan pada neonatus dengan kasus
hiperbilirubinemia di Ruangan Perinatologi IRNA Kebidanan
dan Anak RSUP Dr.M.Djamil Padang.
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada neonatus dengan kasus
hiperbilirubinemia di Ruangan Perinatologi IRNA Kebidanan
dan Anak RSUP Dr.M.Djamil Padang.
f. Melakukan dokumentasi keperawatan pada neonatus dengan
kasus hiperbilirubinemia di Ruangan Perinatologi IRNA
Kebidanan dan Anak RSUP Dr.M.Djamil Padang.
D. Manfaat Penulisan
1. Institusi Pelayanan
Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran
dalam menerapkan asuhan keperawatan pada neonatus dengan
hiperbilirubinemia

2. Pengembangan Keilmuan
a. Peneliti
Laporan kasus ini dapat mengaplikasikan dan menambah wawasan
ilmu pengetahuan serta kemampuan peneliti dalam menerapkan
asuhan keperawatan pada neonatus dengan hiperbilirubinemia yang
telah dipelajari.

b. Institusi Pendidikan
Laporan kasus ini diharapkan dapat menambah informasi bahan
rujukan atau perbandingan, khususnya mengenai penerapan asuhan
keperawatan pada neonatus dengan hiperbilirubinemia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kasus Hiperbilirubinemia


1. Pengertian
Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana menguningnya
sklera, kulit atau jaringan lain akibat perlekatan bilirubuin dalam tubuh
atau akumulasi bilirubin dalam darah lebih dari 5mg/ml dalam 24 jam,
yang menandakan terjadinya gangguan fungsional dari liper, sistem
biliary, atau sistem hematologi ( Atikah & Jaya, 2016 ).

Hiperbilirubinemia adalah kondisi dimana tingginya kadar bilirubin


yang terakumulasi dalam darah dan akan menyebabkan timbulnya
ikterus, yang mana ditandai dengan timbulnya warna kuning pada
kulit, sklera dan kuku. Hiperbilirubinemia merupakan masalah yang
sering terjadi pada bayi baru lahir. Pasien dengan hiperbilirubinemia
neonatal diberi perawatan dengan fototerapi dan transfusi tukar
(Kristianti ,dkk, 2015).

Hiperbilirubinemia ialah terjadinya peningkatan kadar bilirubin dalam


darah, baik oleh faktor fisiologik maupun non-fisiologik, yang secara
klinis ditandai dengan ikterus ( Mathindas, dkk , 2013 ).

Atikah dan Jaya, (2016), membagi ikterus menjadi 2 :


a. Ikterus Fisiologis
Ikterus fisiologis sering dijumpai pada bayi dengan berat lahir
rendah, dan biasanya akan timbul pada hari kedua lalu menghilang
setelah minggu kedua. Ikterus fisiologis muncul pada hari kedua
dan ketiga. Bayi aterm yang mengalami hiperbilirubin memiliki
kadar bilirubin yang tidak lebih dari 12 mg/dl, pada BBLR 10
mg/dl, dan dapat hilang pada hari ke-14. Penyebabnya ialah karna
bayi kekurangan protein Y, dan enzim glukoronil transferase.
b. Ikterus Patologis
Ikterus patologis merupakan ikterus yang timnbul segera dalam 24
jam pertama, dan terus bertamha 5mg/dl setiap harinya, kadal
bilirubin untuk bayi matur diatas 10 mg/dl, dan 15 mg/dl pada bayi
prematur, kemudian menetap selama seminggu kelahiran. Ikterus
patologis sangat butuh penanganan dan perawatan khusus, hal ini
disebabkan karna ikterus patologis sangat berhubungan dengan
penyakit sepsis. Tanda-tandanya ialah :
1) Ikterus muncul dalam 24jam pertama dan kadal melebihi
12mg/dl.
2) Terjadi peningkatan kadar bilirubin sebanyak 5 mg/dl dalam
24jam.
3) Ikterus yang disertai dengan hemolisis.
4) Ikterus akan menetap setelah bayi berumur 10 hari pada bayi
aterm , dan 14 hari pada bayi BBLR.

Luasnya ikterus pada neonatus menurut daerah yang terkena dan kadar
bilirubinnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.1
Derajat ikterus pada neonatus menurut rumus Kramer

Zona Luas Ikterik Rata-rata Bilirubin Kadar bilirubin


Serum (umol/L) (mg)
1 Kepala dan leher 100 5
2 Pusar-leher 150 9
3 Pusar-paha 200 11
4 Lengan dan tungkai 250 12
5 Tangan dan kaki >250 16
Sumber : Atikah & Jaya (2016)
2. Etiolgi
Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh bermacam-macam keadaan.
Penyebab yang sering ditemukan disini adalah hemolisis yang timbul
akibat inkopatibilitas golongan darah ABO atau defisiensi enzim
G6PD. Hemolisis ini dapat pula timbul karna adanya perdarahan
tertutup (hematoma cepal, perdarahan subaponeurotik) atau
inkompatibilitas golongan darah Rh. Infeksi juga memegang peranan
penting dalam terjadinya hiperbilirubinemia; keadaaan ini terutama
terjadi pada penderita sepsis dan gastroenteritis. Faktor lain yaitu
hipoksia atau asfiksia, dehidrasi dan asiosis, hipoglikemia, dan
polisitemia (Atikah & Jaya, 2016).

Nelson, (2011), secara garis besar etiologi ikterus neonatorum dapat


dibagi :
a. Produksi yang berlebihan
Hal ini melebihi kemampuan bayi untuk mengeluarkannya,
misalnya pada hemolisis yang meningkat pada inkompatibilitas
darah Rh, AB0, golongan darah lain, defisiensi enzim G-6-PD,
piruvat kinase, perdarahan tertutup dan sepsis.
b. Gangguan dalam proses “uptake” dan konjugasi hepar
Gangguan ini dapat disebabkan oleh bilirubin, gangguan fungsi
hepar, akibat asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak terdapatnya
enzim glukoronil transferase (sindrom criggler-Najjar). Penyebab
lain yaitu defisiensi protein. Protein Y dalam hepar yang berperan
penting dalam “uptake” bilirubin ke sel hepar.
c. Gangguan transportasi
Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkat ke
hepar.Ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh
obat misalnya salisilat, sulfafurazole. Defisiensi albumin
menyebabkan lebih banyak terdapatnya bilirubin indirek yang
bebas dalam darah yang mudah melekat ke sel otak.
d. Gangguan dalam ekskresi
Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau diluar
hepar.Kelainan diluar hepar biasanya disebabkan oleh kelainan
bawaan. Obstruksi dalam hepar biasanya akibat infeksi atau
kerusakan hepar oleh penyebab lain.
Etiologi ikterus yang sering ditemu-kan ialah: hiperbilirubinemia
fisiologik, inkompabilitas golongan darah ABO dan Rhesus, breast
milk jaundice, infeksi, bayi dari ibu penyandang diabetes melitus,
dan polisitemia/hiperviskositas.

Etiologi yang jarang ditemukan yaitu: defisiensi G6PD, defisiensi


piruvat kinase, sferositosis kongenital, sindrom Lucey-Driscoll,
penyakit Crigler-Najjar, hipo-tiroid, dan hemoglobinopati.
(Mathindas, dkk , 2013)

3. Patofisiologi
Bilirubin diproduksi dalam sistem retikuloendotelial sebagai produk
akhir dari katabolisme heme dan terbentuk melalui reaksi oksidasi
reduksi. Karena sifat hidrofobiknya, bilirubin tak terkonjugasi
diangkut dalam plasma, terikat erat pada albumin. Ketika mencapai
hati, bilirubin diangkut ke dalam hepatosit, terikat dengan ligandin.
Setelah diekskresikan ke dalam usus melalui empedu, bilirubin
direduksi menjadi tetrapirol tak berwarna oleh mikroba di usus besar.
Bilirubin tak terkonjugasi ini dapat diserap kembali ke dalam sirkulasi,
sehingga meningkatkan bilirubin plasma total (Mathindas ,dkk, 2013).

Bilirubin mengalami peningkatan pada beberapa keadaan. Kondisi


yang sering ditemukan ialah meningkatnya beban berlebih pada sel
hepar, yang mana sering ditemukan bahwa sel hepar tersebut belum
berfungsi sempurna. Hal ini dapat ditemukan apabila terdapat
peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia, pendeknya umur
eritrosit pada janin atau bayi, meningkatnya bilirubin dari sumber lain,
dan atau terdapatnya peningkatan sirkulasi enterohepatik (Atikah &
Jaya, 2016).

Bilirubin di produksi sebagian besar (70-80%) dari eritrosit yang


telah rusak. Kemudian bilirubin indirek (tak terkonjugasi) dibawa ke
hepar dengan cara berikatan dengan albumin. Bilirubin direk
(terkonjugasi) kemudian diekskresikan melalui traktus gastrointestinal.
Bayi memiliki usus yang belum sempurna, karna belum terdapat
bakteri pemecah, sehingga pemecahan bilirubin tidak berhasil dan
menjadi bilirubin indirek yang kemudian ikut masuk dalam aliran
darah, sehingga bilirubin terus bersirkulasi (Atikah & Jaya, 2016)
4. WOC
Sel darah merah Kerusakan Defisiensi
Prematuritas Hemolisis
rusak sel darah protein “Y”
Hemoglobin

Heme Globin Etiologi Uptake bilirubin ke sel hepar gagal


Immaturit
as hepar Peningkatan inkompatibilitas darah Rh, ABO , dan sepsis
Biliverdin bilirubin akan terus bersirkulasi
Produk
si Fungsi
hepar
Gangguan
terganggu
konjugasi bilirubin Kelainan
Gagal sel darah
Pemecahan bilirubin hepar melakukan merah,
berlebihan konjugasi

Suplai bilirubin Bilirubin


melebihi kemampuan gagal

Hepar
gagal
Hiperbilirubinemia
Ikterus Neonatus
Bilirubin Ikterus pada
bersirkulasi sklera dan
leher,
peningkatan
Peningkatan bilirubin
Sebagian masuk bilirubin >12mg/dl
ke siklus unconjugated

Indikasi fototerapi
Indikasi Transfusi tukar
Sinar intensitas tinggi
Kelebihan bilirubin indirek
Gangguan sistem tubuh Kadar bilirubin >12mg/dl Kadar bilirubin
Risiko Infeksi
>20mg/dl
Gangguan suhu
Akumulasi bilirubin dalam darah tidak di ekskresiekskresikan
tubuh

Sistem Sistem Sistem


Hipertermi Diare
pencerna integum Persyaraf
an en an
Menumpuk dan melekat di sel otak
NutrisiReflek
yang Defisieensi Risiko Kerusakan Risiko Kekurangan Volume Cairan
Bilirubin
dicerna
Bayisedikit
hisap protein
Ikterus“Y”
Neonatus Integritas Kulit
indirek terus
malas
bersirkulasi
Kern Ikterus
Resiko Infeksi ke jaringan Risiko Cidera
perifer
Ketidakefektifan
Kejang
Pola Makan Bayi
dan
Kematian
penuruna
n
Risiko Bagan 2.1
Kekurangan WOC Hiperbilirubinemia
Volume Cairan Sumber: Atikah & Jaya(2015); Surasmi,dkk(2003); Widagdo(2012); Wong(2009).
5. Respon Tubuh
a. Sistem Eliminasi
Pada bayi normal, feses akan berwarna kuning kehijauan,
sementara pada bayi dengan hiperbilirubin biasanya akan berwarna
pucat. Hai ini disebabkan oleh bilirubin tak larut dalam lemak
akibat dari kerja hepar yang mengalami gangguan.
b. Sistem Pencernaan
Bayi dengan hiperbilirubinemia mengalami gangguan pada nutrisi,
karena biasanya bayi akan lebih malas dan tampak letargi, dan juga
reflek sucking yang kurang, sehingga nutrisi yang akan dicerna
hanya sedikit. Dengan nutrisi yang kurang, bayi bisa berisiko
infeksi karna daya tahan tubuh yang lemah.
c. Sistem Integumen
Pada bayi normal, kulit bayi akan tambah merah muda, akan tetapi
pada bayi yang mengaami hiperbilirubin, kulit bayi akan tampak
berwarna kekuningan. Ini disebabkan karna fungsi hepar yang
belum sempurna, defisiensi protein “Y”, dan juga tidak terdapat
bakteri pemecah bilirubin dalam usus akibat dari imaturitas usus,
sehingga bilirubin indirek terus bersirkulasi keseluruh tubuh.
d. Sistem Kerja Hepar (ekskresi hepar)
Pada bayi yang mengalami hiperbilirubin biasanya disebabkan oleh
sistem kerja hepar yang imatur, akibat nya hepar mengalami
gangguan dalam pemecahan bilirubin, sehingga bilirubin tetap
bersirkulasi dengan pembuluh darah untuk menyebar keseluruh
tubuh.
e. Sistem Persyarafan
Bilirubin indirek yang berlebihan serta kurang nya penanganan
akan terus menyebar hingga ke jaringan otak dan syaraf, hal ini
sangat membahayakan bagi bayi, dan akan menyebabkan kern
ikterus, dengan tanda dan gejala yaitu kejang-kejang, penurunan
kesadaran, hingga bisa menyebabkan kematian.
(Widagdo, 2012).
6. Penatalaksanaan
Menurut Atikah dan Jaya, 2016, cara mengatasi hiperbilirubinemia
yaitu:
a. Mempercepat proses konjugasi, misalnya pemberian
fenobarbital. Fenobarbital dapat bekerja sebagai perangsang
enzim sehingga konjugasi dapat dipercepat.
b. Memberikan substrat yang kurang untuk transportasi atau
konjugasi. Contohnya ialah pemberian albumin untuk
meningkatkan bilirubion bebas.
c. Melakukan dekomposisi bilirubin dengan fototerapi ini ternyata
setelah dicoba dengan alat-alat bantuan sendiri dapat
menurunkan bilirubin dengan cepat. Walaupun demikian
fototerapi tidak dapat menggantikan transfusi tukar pada proses
hemolisis berat. Fototerapi dapat digunakan untuk pra dan
pasca transfusi tukar.

Penatalaksanaan hiperbilirubinemia secara terapeutik :


1) Fototerapi
Dilakukan apabila kadar bilirubin indirek lebih dari 10 mg%
dan berfungsi untuk menurunkan bilirubin dalam kulit melalui
tinja dan urin dengan oksidasi foto pada bilirubin dari
biliverdin.
Langkah-langkah pelaksanaan fototerapi yaitu :
a) Membuka pakaian neonatus agar seluruh bagian tubuh
neonatus kena sinar.
b) Menutup kedua mata dan gonat dengan penutup yang
memantulkan cahaya.
c) Jarak neonatus dengan lampu kurang lebih 40 cm
d) Mengubah posisi neonatus setiap 6 jam sekali.
e) Mengukur suhu setiap 6 jam sekali.
f) Kemudian memeriksa kadar bilirubin setiap 8 jam atau
sekurang-kurangnya sekali dalam 24 jam.
g) Melakukan pemeriksaan HB secara berkala terutama pada
penderita yang mengalami hemolisis.

2) Fenoforbital
Dapat mengekskresi bilirubin dalam hati dan memperbesar
konjugasi. Meningkatkan sintesis hepatis glukoronil transferase
yang mana dapat meningkatkan bilirubin konjugasi dan clearance
hepatik pada pigmen dalam empedu, sintesis protein dimana dapat
meningkatkan albumin untuk mengikat bilirubin. Fenobarbital
tidak begitu sering dianjurkan.

3) Transfusi Tukar
Apabila sudah tidak dapat ditangani dengan fototerapi atau kadar
bilirubin indirek lebih dari 20 mg%.
Langkah penatalaksanaan saat transfusi tukar adalah
sebagai berikut :
a. Sebaiknya neonatus dipuasakan 3-4 jam sebelum
transfusi tukar.
b. Siapkan neonatus dikamar khusus.
c. Pasang lampu pemanas dan arahkan kepada neonatus.
d. Tidurkan neonatus dalam keadaan terlentang dan buka
pakaian ada daerah perut.
e. Lakukan transfusi tukar sesuai dengan protap.
f. Lakukan observasi keadaan umum neonatus, catat
jumlah darah yang keluar dan masuk.
g. Lakukan pengawasan adanya perdarahan pada tali
pusat.
h. Periksa kadar Hb dan bilirubin setiap 12 jam.
(Suriadi dan Yulianni 2006)

Penatalaksanaan hiperbilirubinemia secara alami :


1) Bilirubin Indirek
Penatalaksanaanya dengan metode penjemuran dengan sinar
ultraviolet ringan yaitu dari jam 7.oo – 9.oo pagi. Karena
bilirubin fisioplogis jenis ini tidak larut dalam air.

2) Bilirubin Direk
Penatalaksanaannya yaitu dengan pemberian intake ASI yang
adekuat. Hal ini disarankan karna bilirubin direk dapat larut
dalam air, dan akan dikeluarkan melalui sistem pencernaan.
(Atikah & Jaya, 2016 ; Widagdo, 2012)

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Kasus Hiperbilirubinemia


1. Pengkajian
Pengkajian pada kasus hiperbilirubinemia meliputi :
a. Identitas, seperti : Bayi dengan kelahiran prematur, BBLR, dan
lebih sering diderita oleh bayi laki-laki.
b. Keluhan utama
Bayi terlihat kuning dikulit dan sklera, letargi, malas menyusu,
tampak lemah, dan bab berwarna pucat.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Keadaan umum bayi lemah, sklera tampak kuning, letargi,
refleks hisap kurang, pada kondisi bilirubin indirek yang
sudah .20mg/dl dan sudah sampai ke jaringan serebral
maka bayi akan mengalami kejang dan peningkatan
tekanan intrakranial yang ditandai dengan tangisan
melengking.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya ibu bermasalah dengan hemolisis. Terdapat
gangguan hemolisis darah (ketidaksesuaian golongan Rh
atau golongan darah A,B,O). Infeksi, hematoma, gangguan
metabolisme hepar obstruksi saluran pencernaan, ibu
menderita DM. Mungkin praterm, bayi kecil usia untuk
gestasi (SGA), bayi dengan letardasio pertumbuhan intra
uterus (IUGR), bayi besar untuk usia gestasi (LGA) seperti
bayi dengan ibu diabetes. Terjadi lebih sering pada bayi
pria daripada bayi wanita.
3) Riwayat kehamilan dan kelahiran
Antenatal care yang kurang baik, kelahiran prematur yang
dapat menyebabkan maturitas pada organ dan salah satunya
hepar, neonatus dengan berat badan lahir rendah, hipoksia
dan asidosis yang akan menghambat konjugasi bilirubin,
neonatus dengan APGAR score rendah juga
memungkinkan terjadinya hipoksia serta asidosis yang akan
menghambat konjugasi bilirubin.
d. Pemeriksaan fisik
1) Kepala-leher.
Ditemukan adanya ikterus pada sklera dan mukosa.
2) Dada
Ikterus dengan infeksi selain dada terlihat ikterus juga akan
terlihat pergerakan dada yang abnormal.
3) Perut
Perut membucit, muntah, kadang mencret yang disebabkan
oleh gangguan metabolisme bilirubin enterohepatik.
4) Ekstremitas
Kelemahan pada otot.
5) Kulit
Menurut rumus kramer apabila kuning terjadi di daerah
kepala dan leher termasuk ke grade satu, jika kuning pada
daerah kepala serta badan bagian atas digolongkan ke grade
dua. Kuning terdapat pada kepala, badan bagian atas,
bawah dan tungkai termasuk ke grade tiga, grade empat jika
kuning pada daerah kepala, badan bagian atas dan bawah
serta kaki dibawah tungkai, sedangkan grade 5 apabila
kuning terjadi pada daerah kepala, badan bagian atas dan
bawah, tungkai, tangan dan kaki.

6) Pemeriksaan neurologis
Letargi, pada kondisi bilirubin indirek yang sudah
mencapai jaringan serebral, maka akan menyebabkan
kejang-kejang dan penurunan kesadaran.
7) Urogenital
Urine berwarna pekat dan tinja berwarna pucat. Bayi yang
sudah fototerapi biasa nya mengeluarkan tinja kekuningan.

e. Pemeriksaan diagnostik
1) Pemeriksaan bilirubin serum
Bilirubin pada bayi cukup bulan mencapai puncak kira-kira
6 mg/dl, antara 2 dan 4 hari kehidupan. Jika nilainya diatas
10 mg/dl yang berarti tidak fisiologis, sedangkan bilirubin
pada bayi prematur mencapai puncaknya 10-12 mg/dl,
antara 5 dan 7 hari kehidupan. Kadar bilirubin yang lebih
dari 14 mg/dl yaitu tidak fisiologis. Ikterus fisiologis pada
bayi cukup bulan bilirubin indirek munculnya ikterus 2
sampai 3 hari dan hilang pada hari ke 4 dan ke 5 dengan
kadar bilirubin yang mencapai puncak 10-12 mg/dl,
sedangkan pada bayi dengan prematur bilirubin indirek
munculnya sampai 3 sampai 4 hari dan hilang 7 sampai 9
hari dengan kadar bilirubin yang mencapai puncak 15
mg/dl/hari. Pada ikterus patologis meningkatnya bilirubin
lebih dari 5 mg/dl perhari.
2) Ultrasound untuk mengevaluasi anatomi cabang kantong
empedu
3) Radioisotope scan dapat digunakan untuk membantu
membedakan hepatitis dan atresia biliary.
(Surasmi, dkk, 2003; Lynn & Sowden, 2009; Widagdo,
2012)

f. Data penunjang
1) Pemeriksaan kadar bilirubin serum (total) (normal =
<2mg/dl).
2) Pemeriksaan darah tepi lengkap dan gambaran apusan
darah tepi.
3) Penentuan golongan darah dari ibu dan bayi.
4) Pemeriksaan kadar enzim G6PD.
5) Pada ikterus yang lama, lakukan uji fungsi hati, uji fungsi
tiroid, uji urin terhadap galaktosemia.
6) Bila secara klinis dicurigai sepsis, lakukan pemeriksaan
kultur darah, urin, IT rasio dan pemeriksaan C reaktif
protein (CPR).

2. Kemungkinan diagnosa keperawatan


a. Ikterus Neonatus
b. Hipertermi b.d suhu lingkungan tinggi dan efek fototerapi.
c. Risiko infeksi b.d proses invasif.
d. Risiko kekurangan volume cairan b.d tidak adekuatnya intake
cairan, efek fototerapi dan diare.
e. Risiko kerusakan integritas kulit b.d hiperbilirubinemia dan diare.
f. Risiko cedera b.d peningkatan kadar bilirubin dan proses
fototerapi.
g. Ketidakefektifan pola makan bayi b.d penurunan daya hisap
bayi. ( NANDA, 2015 )
3. Rencana Keperawatan

Tabel 2.2
Rencana Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1 Ikterus Neonatus Setelah dilakukan 1. Fototerapi: neonatus
b.d neonatus asuhan keperawatan, a. Kaji ulang riwayat
mengalami maka didapatkan maternal dan bayi
kesulitan transisi kriteria: mengenai adanya
kehidupan ekstra 1. Adaptasi bayi baru faktor risiko
uterin, lahir terjadinya
keterlambatan a. Warna kulit (5) hyperbilirubinemia.
pengeluaran b. Mata bersih (5) b. Observasi tanda-tanda
mekonium, c. Kadar bilirubin (warna) kuning.
penurunan berat (5) c. Periksa kadar serum
badan tidak bilirubin, sesuai
terdeteksi, pola 2. Organisasi kebutuhan, sesuai
makan tidak tepat (Pengelolaan) bayi protokol dan
dan usia ≤ 7 hari. prematur permintaan dokter.
a. Warna kulit (5) d. Edukasikan keluarga
mengenai prosedur
3. Fungsi hati , resiko dalam perawatan
gangguan. isolasi.
a. Pertumbuhan e. Tutup mata bayi,
dan hindari penekanan
perkembangan yang berlebihan.
bayi dalam f. Ubah posisi bayi
batas normal.(5) setiap 4jam per
b. Tanda-tanda protokol.
vital bayi dalam
batas normal(5). 2. Monitor tanda vital
a. Monitor nadi, suhu,
dan frekuensi
pernapasan dengan
tepat.
b. Monitor warna kulit,
suhu, dan
kelembaban.
2 Hipertermi b.d Setelah dilakukan 1. Temperature regulation
suhu lingkungan asuhan keperawatan, (pengaturan suhu)
tinggi dan efek maka didapatkan a. Monitor sushu
fototerapi. kriteria: minimal tiap 2 jam.
b. Rencanakan
1. Termoregulasi. monitoring suhu
secara kontinyu.
a. berkeringat saat c. Monitor nadi dan
panas (5) RR.
b. gemetaran saat d. Monitor warna dan
dingin.(5) suhu kulit.
c. Tingkat e. sesuaikan suhu yang
pernafasan. (5) sesua dengan
kebutuhan pasien.
f. Monitor tanda-tanda
2. Kontrol resiko : hipertermi dan
hipertermi. hipotermi.
g. Tingkatkan cairan
a. Teridentifikasi dan nutrisi.
nya tanda dan h. Berikan antipiretik
gejala jika perlu.
hipertermi (5) i. Gunakan kasur yang
b. Modifikasi dingin dan mandi air
lingkungan hangat untuk
untuk perubahan suhu
mengontrol tubuh yang sesuai.
suhu tubuh (5)
2. Manajemen demam
a. Monitor suhu secara
kontinue
b. Monitor keluaran
cairan
c. Monitor warna kulit
dan suhu
d. Monitor masukan
dan keluaran.

3 Risiko infeksi b.d Setelah dilakukan Infection Control (Kontrol


proses invasif. asuhan keperawatan, Infeksi).
maka didapatkan a. Bersihkan lingkungan
kriteria: setelah dipakai pasien
lain.
Kontrol resiko : proses b. Pertahankan teknik
infeksi. isolasi.
c. Batasi pengunjung bila
Faktor risiko infeksi perlu.
teridentifikasi. (5) d. Gunakan sabun
antimikroba untuk cuci
tangan.
e. Cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan.
f. Gunakan baju, sarung
tangan sebagai
pelindung.
g. Pertahankan
lingkungan aseptik
selama pemasangan
alat.
h. Tingkatkan intake
nutrisi.
i. Berikan terapi
antibiotik bila perlu
yang mengandung
infection protection
(proteksi terhadap
infeksi).

4 Risiko kekurangan Setelah dilakukan Manajemen cairan


volume cairan b.d asuhan keperawatan, a. Monitor berat badan.
tidak adekuatnya maka didapatkan b. Timbang popok.
intake cairan, efek kriteria: c. Pertahankan catatan
fototerapi dan intake dan output yang
diare. Keseimbangan cairan. akurat.
d. Monitor vital sign.
a. Intake dan e. Dorong masukan oral.
output f. Monitor pernafasan,
seimbang tekanan darah, dan nadi.
dalam 24 g. Monitor status hidrasi
jam.(5) (kelembapan membrane
b. Turgor kulit mukosa, nadi adekuat,
membaik (5) tekanan darah ortostatik).
h. Monitor warna, kuantitas
dan banyaknya keluaran
urin.
i. Berikan cairan yang
sesuai.
j. Monitor respon pasien
terhadap penambahan
cairan.
k. Monitor berat badan.

5 Risiko kerusakan Setelah dilakukan


integritas kulit b.d asuhan keperawatan, 1. Manajemen cairan
hiperbilirubinemia maka didapatkan a. Monitor berat badan.
dan diare. kriteria: b. Pertahankan catatan
intake dan output yang
1. Integritas jaringan : akurat.
kulit dan membran c. Dorong masukan oral.
mukosa. d. Monitor status hidrasi
(kelembapan membran
a. Integritas kulit mukosa, nadi adekuat,
yang baik bisa tekanan darah
dipertahankan ortostatik).
(sensasi, e. Berikan cairan yang
elastisitas, sesuai.
hidrasi). (5)
b.Perfusi jaringan 2. Pressure management
baik. (5) (Manajemen tekanan)
a. Anjurkan untuk
2. Kontrol resiko. menggunakan pakaian
yang longgar.
integritas kulit b. Hindari kerutan pada
neonatus kembali tempat tidur.
membaik. c. Jaga kebersihan kulit
Dengan kriteria hasil : agar tetap bersih dan
a. Faktor resiko kering.
teridentifikasi d. Mobilisasi (ubah posisi
(5) pasien) setiap dua jam
b. Faktor resiko sekali.
personal e. Monitor akan adanya
termonitor (5) kemerahan.
c. Faktor resiko f. Monitor aktivitas dan
lingkungan mobilisasi pasien.
termonitor. (5) g. Memandikan pasien
dengan sabun dan air
hangat.
6 Risiko cedera b.d Setelah dilakukan Environment Management
peningkatan kadar asuhan keperawatan, (manajemen lingkungan).
bilirubin dan maka didapatkan a. Sediakan lingkungan
proses fototerapi. kriteria: yang aman untuk
pasien.
1. Kontrol Resiko b. Menghindari
cidera lingkungan yang
berbahaya.
1. Terbebas dari c. Monitor kadar
cidera. (5) bilirubin, Hb, HCT
sebelum dan sesudah
tansfusi tukar.
d. Monitor tanda vital.
e. Mempertahankan
sistem
kardiopulmonary.
f. Mengkaji kulit pada
abdomen.
g. Kolaborasi pemberian
obat untuk
meningkatkan
transportasi dan
konjugasi seperti
pemberian albumin
atau pemberian
plasma.
h. Mengontrol
lingkungan dari
kebisingan.
7 Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Manajemen cairan
pola makan bayi asuhan keperawatan, a. Timbang BB setiap hari
maka didapatkan dan dan monitor status
kriteria: pasien.
b. Hitung atau timbang
1. Organisasi popok dengan baik
(pengelolaan) bayi c. Monitor tanda vital
prematur pasien
a. Toleransi makan
(5)
2. Monitor nutrisi
2. Status menelan: fase a. Timbang dan ukur berat
oral badan ideal
a. Efisiensi b. Berikan intake ASI
kemampuan yang adekuat.
menghisap (5)
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah kualitatif, dan jenis penelitian ini adalah Deskriptif
yaitu suatu metode penelitian yang dilakukakan dengan tujuan untuk
membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif
dengan pendekatan studi kasus. Hasil yang diharapkan oleh peneliti adalah
melihat penerapan asuhan keperawatan pada neonatus dengan
hiperbilirubinemia di ruang perinatologi IRNA Kebidanan dan Anak
RSUP.Dr.M.Djamil Padang.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di ruang Perinatologi IRNA Kebidanan dan Anak
RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017. Waktu penelitian dilakukan mulai
dari bulan Januari – Mei 2017.

C. Subjek Penelitian
Kriteria :
1. Kriteria Inklusi
a. Semua bayi yang mengalami hiperbilirubinemia.
b. Bayi yang mengalami hiperbilirubinemia dirawat diruang perinatologi
RSUP Dr.M.Djamil Padang.
2. Kriteria Eksklusi
a. Bayi dengan hiperbilirubinemia yang mengalami perburukan kondisi.
D. Alat atau Instrumen Pengumpulan Data
Alat atau instrumen pengumpulan data yang di gunakan adalah format
tahapan proses keperawatan neonatus mulai dari pengkajian sampai pada
evaluasi. Instrumen pengumpulan data berupa format tahapan proses
keperawatan neonatus mulai dari pengkajian sampai evaluasi. Cara
pengumpulan data dimulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik, observasi dan
studi dokumentasi.
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah alat pemeriksaan fisik yang
terdiri dari :
1. APD (Alat Pelindung Diri)

2. Stetoskop

3. Termometer

4. Penlight

5. Pita ukur

6. Timbangan bayi

Proses keperawatan meliputi :


1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan ketika pasien baru masuk pertama kalinya di
fasilitas kesehatan ( rumah sakit). Bentuk yang umumnya dipakai dalam
format pengkajian sebagai berikut:
a. Format tanya jawab
Format tanya jawab biasanya pertanyaan-pertanyaan bersifat umum
(identitas pasien seperti nama, nama orang tua, jumlah anggota
keluarga, ataupun riwayat keperawatan seperti penyakit yang pernah
diderita orangtua), ataupun yang lebih pribadi (seperti status
keuangan, spiritual, seksual orangtua).
b. Pengkajian lanjutan
Pengkajian lanjutan dilakukan secara terus menerus selama proses
keperawatan diberikan, sehingga data ini adalah data yang up to date.
Data ini biasa dicatat dalam format tertentu yang disebur dengan flow
sheet. Contoh dalam pengkajian lanjutan adalah pengkajian tanda-
tanda vital yang diambil dalam periode tertentu. Format flow sheet
memungkinkan perawat untuk melihat apakah terdapat perubahan
kondisi pasien di periode yang berbeda.
c. Pengkajian ulang
Pengkajian ulang dilakukan setelah intervensi dilakukan. Pengkajian
ini dapat ditulis pada format catatan keperawatan. (Format terlampir).
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan dapat ditegakkan jika data-data yang telah ada
dianalisa. Kegiatan pendokumentasian diagnosa keperawatan sebagai
berikut:
a. Analisa data
Dalam analisa data mencakup data pasien, masalah dan penyebabnya.
(Format terlampir) Data pasien terdiri atas data subjektif yaitu data yang
didapat dari perkataan orangtua bayi, biasanya apa yang dikeluhkan dan
objektif yaitu data yang diperoleh perawat berdasarkan dari hasil
pengamatan dan pemeriksaan fisik.

b. Menegakkan diagnosa
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menegakkan diagnosa adalah PES
(problem+etiologi+sympton) dan menggunakan istilah diagnosa
keperawatan yang dibuat dari daftar NANDA (format terlampr).
3. Intervensi
Rencana keperawatan terdiri dalam beberapa komponen sebagai berikut:
a. Diagnosa yang diprioritaskan
b. Tujuan dan kriteria hasil
c. Intervensi
Intervensi keperawatan mengacu pada NANDA Nic-Noc.
(Format terlampir)
4. Implementasi
Implementasi keperawatan terdiri dalam beberapa komponen:
a. Tanggal dan waktu dilakukan implementasi keperawatan.
b. Diagnosa keperawatan.
c. Tindakan keperawatan berdasarkan intervensi keperawatan.
d. Tanda tangan perawat
pelaksana. (Format terlampir)
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan terdiri dalam beberapa komponen:
a. Tanggal dan waktu dilakukan evaluasi keperawatan.
b. Diagnosa keperawatan.
c. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan dalam bentuk pendekatan SOAP.

E. Cara Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data menggunakan multi sumber bukti (triangulasi)
artinya teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai
teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Triangulasi teknik
berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda.
Untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti akan menggunakan
observasi, pengukuran, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk
sumber data yang sama secara serempak (Sugiyono, 2014).
1. Observasi
Dalam observasi ini, peneliti mengobservasi atau melihat kondisi dari
pasien, seperti keadaan umum pasien dan keadaan pasien, selain itu juga
mengobservasi respon tubuh terhadap tindakan apa yang telah dilakukan
pada pasien.
2. Pengukuran
Pengukuran yaitu melakukan pemantauan kondisi pasien dengan metoda
mengukur dengan menggunakan alat ukur pemeriksaan, seperti melakukan
pengukuran suhu, menimbang berat badan, dan mengukur panjang bayi.
3. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu
topik tertentu. Wawancara digunakan untuk mengumpulkan data
pengkajian seperti identitas, riwayat kesehatan (riwayat kesehatan
sekarang, riwayat kesehatan dahulu, dan riwayat kesehatan keluarga), dan
activity daily living.
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman
wawancara bebas terpimpin (format pengkajian yang disediakan).
Wawancara jenis ini merupakan kombinasi dari wawancara tidak
terpimpin dan wawancara terpimpin. Meskipun dapat unsur kebebasan,
tapi ada pengarah pembicara secara tegas dan mengarah, sehingga
wawancara ini bersifat fleksibelitas dan tegas.

4. Studi Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dalam penelitian ini mengunakan dokumen dari rumah sakit untuk
menunjang penelitian yang akan dilakukan, yaitu data laboratorium kadar
bilirubin lengkap, pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan golongan
darah, pemeriksaan kadar enzim, uji fungsi hati, uji fungsi tiroid, uji urin
dan pemeriksaan klinis lainnya.

F. Jenis-Jenis Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari pasien seperti
pengkajian kepada pasien dan orangtua, meliputi: Identitas pasien dan
orangtua, riwayat kesehatan pasien dan orangtua, dan pemeriksaan fisik
terhadap pasien.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh langsung
dari rekam medis dan ruang perinatologi IRNA kebidanan dan Anak
RSUP Dr. M. Djamil Padang. Data sekunder umumnya berupa bukti, data
penunjang, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip
yang tidak dipublikasikan.

G. Rencana Analisis
Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis semua temuan
pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep dan teori
keperawatan pada neonatus dengan hiperbilirubinemia. Data yang telah didapat
dari hasil melakukan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, penegakkan
diagnosa, merencanakan tindakan, melakukan tindakan sampai mengevaluasi
hasil tindakan akan dinarasikan dan dibandingkan dengan teori asuhan
keperawatan neonatus dengan hiperbilirubinemia. Analisa yang dilakukan
adalah untuk menentukan apakah ada kesesuaian antara teori yang ada dengan
kondisi pasien.
BAB IV
DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS

A. Deskripsi Kasus
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dalam proses keperawatan dan merupakan
suatu sistem yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi suatu kesehatan
klien. Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai dengan kenyataan. Kebenaran data sangat
penting dalam merumuskan suatu diagnosis keperawatan dan memberikan
pelayanan keperawatan sesuai respon individu.

Peneliti melakukan pengkajian pada dua orang partisipan, partisipan 1


adalah By.L dan partisipan 2 adalah By.T. Pengkajian dilakukan dengan
metode wawancara, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang dilihat
dari hasil studi dokumentasi.

Tabel 4.1
Pengkajian Keperawatan
Partisipan 1 Partisipan 2
Anamnesis Anamnesis
By.L perempuan berusia 8 hari no.MR By.T perempuan 1 hari no.MR 978552
979409 masuk melalui IGD RSUP masuk melalui IGD RSUP Dr. M. Djamil
Dr.M.Djamil Padang pada tanggal 14 Mei Padang pada tanggal 23 Mei 2017 pukul
2017 pukul 09.00 WIB, tampak kuning 10.15 WIB, tampak kuning seluruh tubuh
pada seluruh tubuh sejak usia satu hari. Ibu sesaat setelah lahir. Ibu pernah mengalami
mengatakan pernah mengalami keputihan, demam, nyeri saat berkemih, dan pernah
hipertensi saat hamil, dan ibu punya riwayat mengalami keputihan saat hamil.
penyakit DM.

Saat dilakukan pengkajian tanggal 23 Mei Saat dilakukan pengkajian pada 24 Mei
2017 pukul 17.00 WIB, ibu mengatakan 2017 pukul 20.00 WIB, ayah mengatakan
By.L tampak kuning pada seluruh tubuh By.T dinyatakan kuning oleh dokter sesaat
bayi sejak usia satu hari dan mendapat setelah persalinan di IGD RSUP Dr. M.
fototerapi selama 8 hari di ruang Djamil Padang dan langsung di bawa ke
perinatologi RSUP Dr. M. Djamil Padang, ruang rawat bayi dan neonatus untuk
perawat ruangan juga mengatakan bahwa mendapatkan fototerapi. By.T belum
By.L suspek sepsis. Ibu mengatakan By.S mendapatkan ASI eksklusif dari ibu karna
suka tidur dan malas untuk menyusu, Ibu kondisi ibu belum membaik dan ASI tidak
datang pada jam tertentu untuk memberikan mau diperas. By.T sementara mendapat susu
ASI secara langsung untuk By.L dan juga formula untuk diit melalui oral, By.T
ibu selalu menyiapkan ASI yang sudah di terpasang Threeway untuk pemberian obat
pompa untuk diberikan melalui selang injksi berupa antibiotik. Tanda vital saat
OGT, By.L terpasang Threeway untuk pengkajian RR : 40x/I, HR : 150x/I, S :
pemberian obat injeksi berupa antibiotik. 37,7°C. By.T tidak terpasang Oral Gastric
RR : 56x/I, S : 37,8°C, HR : 130x/I, By.L Tube.
terpasang Oral Gastric Tube untuk selang
makan.

Riwayat Kehamilan dan kelahiran Riwayat Kehamilan dan kelahiran


Pada riwayat kehamilan dan kelahiran Pada riwayat kehamilan dan kelahiran
didapatkan data By.L lahir kurang bulan didapatkan data By.T lahir cukup bulan (38-
(34-35 minggu), berat badan lahir 3000 gr, 39 minggu), berat badan lahir 2700 gr,
panjang badan lahir 50 cm, lahir dengan panjang badan 48 cm, lahir dengan spontan
operasi Sectio Caesarea (SC), langsung dan langsung menangis. By.T lahir di ruang
menangis, By.L lahir diruang OK IGD kebidanan IGD RSUP Dr. M. Djamil
RSUP Dr. M. Djamil Padang dibantu oleh Padang dibantu oleh bidan dan dokter
dokter obgyn. Setelah di observasi, bayi obgyn. Setelah di observasi, bayi tampak
tampak kuning, dan dirujuk ke ruang rawat kuning diseluruh tubuh dan dirujuk ke ruang
neonatus untuk mendapat fototerapi, dan rawat neonatus untuk mendapatkan
dilakukan pemeriksaan darah lengkap fototerapi, dan dilakukan pemeriksaan darah
dengan hasil labor pada tanggal 17 Mei lengkap dengan hasil labor pada tanggal 23
2017, Bilirubin total 14,5 mg/dl (normal 0,3- Mei 2017 , bilirubin total 18,5 mg/dl
1), bilirubin direk 0,5 mg/dl (normal <0,20), (normal 0,3-1), bilirubin direk 0,8 mg/dl
bilirubin indirek 14 mg/dl (normal < 0,80). (normal <0,20), bilirubin indirek 17,7 mg/dl
(normal <0,80), Hb 13,5 gr/dl (normal P 12-
14 g/dl W 12-16 g/dl), leukosit 13.787/mm3
(normal 5000-10000), trombosit
342.000/mm3 (normal 150000-400000), HT
39% (normal P 38-58%, W 37-43%).

Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Fisik


Hasil pemeriksaan fisik yang ditemui yaitu Hasil pemeriksaan fisik yang ditemukan
kulit By.L tampak kuning pada wajah, dada, yaitu kulit By.T tampak kuning pada wajah,
dan paha, turgor kulit kurang elastis dan leher dada, pusar, paha dan lengan, tungkai,
kering, berat badan 3100 gr, panjang badan tangan dan kaki, turgor kulit kurang elastis
50 cm, Lingkar lengan 9 cm, bentuk kepala dan kering, berat badan 2700 gr, panjang
normal dengan lingkar kepala 35 cm, badan 48 cm, lingkar lengan 7 cm, bentuk
rambut hitam, mata simetris kiri kanan, kepala normal dengan lingkar kepala 33 cm,
tidak ada secret, konjungtiva tidak anemis rambut kecoklatan, mata simetris kiri kanan,
dan sklera ikterik. Reflek cahaya dan reflek tidak ada sekret, konjuingtiva tidak anemis
pupil positif. Tidak ada pernapasan cuping dan sklera ikterik. Reflek cahaya dan reflek
hidung. Struktur mulut utuh, palatum dan pupil positif. Pernapasan cuping hidung
gusi utuh, pada lidah tampak berwarna tidak ditemukan. Struktur mulut utuh,
merah muda, bibir merah, reflek rooting dan palatum dan gusi utuh, lidah berwarna
reflek sucking masih lemah. merah, bibir merah, reflek rooting dan
sucking kuat.

Pemeriksaan pada toraks ditemukan lingkar Pemeriksaan pada toraks ditemukan lingkar
dada 32 cm, dada simetris, irama pernafasan dada 29 cm, dada simetris, irama pernapasan
teratur, By.L bernafas spontan, suara nafas teratur, By.T bernafas spontan, suara nafas
vesikuler. Pada pemeriksaan jantung, ictus vesikuler. Pada pemeriksaan jantung, ictus
kordis tidak terlihat, saat dilakukan palpasi cordis tidak terlihat, saat dilakukan palpasi
iktus kordis teraba, bunyi jantung regular. ictus cordis teraba, bunyi jantung regular.
Pemeriksaan pada abdomen ditemukan Pemeriksaan pada abdomen ditemukan
lingkar abdomen 32 cm, tali pusat sudah lingkar abdomen 30 cm, tali pusar masih
kering, tidak ada kelainan struktur abdomen lembab, tidak ada kelainan struktur
normal, spider nevy tidak terlihat, terdengar abdomen, spider navy tidak terlihat, bising
bising usus 16x/menit, tidak teraba adanya usus terdengan 16x/menit, tidak teraba
pembesaran hepar, berbunyi tympani saat di adanya pembesaran hepar, bunyi tympani
perkusi. saat di perkusi.

Pemeriksaan pada ekstremitas ditemukan Pemeriksaan pada ekstremitas ditemukan


ekstremitas atas lengkap, reflek genggam ekstremitas atas lengkap, reflek genggang
ada dan kuat. Ekstremitas bawah lengkap, ada dan kuat. Ekstremitas bawah lengkap,
reflex balbinsky ada. Genitalia normal, terpasang threeway. Genitalia normal,
mekonium sudah keluar. Pada kulit tampak mekonium sudah keluar. Pada kulit tampak
lanugo, turgor kulit buruk. Program terapi lanugo, turgor kulit buruk. Program terapi
yang didapat yaitu antibiotik berupa yang didapat yaitu IVFD PG2 13,5 cc/jam ,
Ampicilline 2x165mg (IV), dan Gentamicin antibiotik berupa Ampicilline 2x135mg
1x16mg (IV). (IV), Gentamicin 1x12mg (IV).

Hasil pemeriksaan kadar bilirubin pada By.L Hasil pemeriksaan kadar bilirubin pada By.T
menurut rumus Kramer didapatkan luas menurut rumus Kramer didapatkan luas
ikterik dari kepala, leher, hingga pusar, dan ikterik dari kepala, leher, hingga pusar,
derajat ikterus yaitu pada derajat II-III. paha, tungkai, tangan, dan kaki, derajat
ikterus yaitu pada derajat IV-V.

Data Penunjang Data Penunjang


Hasil pemeriksaan labor pada tanggal 17 Hasil Pemeriksaan labor pada tanggal 23
Mei 2017, Bilirubin total 14,5 mg/dl (normal Mei 2017 , bilirubin total 18,5 mg/dl
0,3-1), bilirubin direk 0,5 mg/dl (normal (normal 0,3-1), bilirubin direk 0,8 mg/dl
<0,20), bilirubin indirek 14 mg/dl (normal < (normal <0,20), bilirubin indirek 17,7 mg/dl
0,80). (normal <0,80), Hb 13,5 gr/dl (normal P 12-
14 g/dl W 12-16 g/dl), leukosit 13.787/mm3
(normal 5000-10000), trombosit
342.000/mm3 (normal 150000-400000), HT
39% (normal P 38-58%, W 37-43%).

Hasil pemeriksaan labor pada 24 Mei 2017


didapatkan hasil bilirubin total 17,3 mg/dl
(normal 0,3-1), bilirubin direk 0,6 mg/dl
(normal <0,20), bilirubin indirek 16,7 mg/dl
(normal <0,80), Hb 13,1 gr/dl (normal P 12-
14 g/dl W 12-16 g/dl), leukosit 12.350/mm3
(normal 5000-10000), trombosit
304.000/mm3 (normal 150000-400000), HT
39% (normal P 38-58%, W 37-43%).

Sedangkan hasil labor pada tanggal 25 Mei


2017 didapatkan hasil bilirubin total 22,1
mg/dl (normal 0,3-1), bilirubin direk 0,8
mg/dl (normal <0,20), bilirubin indirek 21,3
mg/dl (normal <0,80), terjadi peningkatan
kadar bilirubin yang signifikan.

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang muncul pada By.L dengan kasus
hiperbilirubinemia yaitu ikterus neonatus berhubungan dengan
prematuritas, selanjutnya hipertermi berhubungan dengan efek fototerapi,
diagnosis selanjutnya yaitu risiko kekurangan volume cairan berhubungan
dengan tidak adekuatnya intake cairan, diagnosis selanjutnya yaitu
ketidakefektifan pola makan bayi berhubungan dengan penurunan daya
hisap bayi. Kemudian pada By.T diagnosis yang muncul yaitu ikterus
neonatus berhubungan dengan inkompatibilitas AB0, selanjutnya
hipertermi berhubungan dengan efek fototerapi, diagnosis selanjutnya
yaitu risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan tidak
adekuatnya intake cairan, diagnosis lainnya diagnosis, dan diagnosis
lainnya yaitu kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
hiperbilirubinemia (NANDA, 2015).

Tabel 4.2
Diagnosis Keperawatan
Partisipan 1 Partisipan 2
Berdasarkan pengkajian yang sudah Berdasarkan pengkajian yang sudah
dilakukan pada tanggal 23 Mei 2017, maka dilakukan pada tanggal 24 Mei 2017, maka
dilakukan analisis data, sehingga dapat dilakukan analisis data, sehingga dapat
ditegakkan diagnosis sebagai berikut, ditegakkan diagnosis sebagai berikut,
diagnosis utama yang muncul yaitu 1)Ikterus diagnosis utama yang muncul yaitu
neonatus berhubungan dengan prematuritas, 1)Ikterus neonatus berhubungan dengan
berdasarkan data subjektif: dokter inkompatibilitas AB0, berdasarkan data
mengatakan kuning tampak pada seluruh subjektif: dokter mengatakan kuning
tubuh bayi saat hari pertama kelahiran, By.L tampak pada seluruh tubuh bayi sejak
lahir kurang bulan yaitu 34-35minggu, 24jam pertama kelahiran, dan dari
berdasarkan data objektif: tanggal 23 Mei pemeriksaan rhesus dokter mengatakan ada
2017, bayi kuning pada wajah, leher, sampai perbedaan golongan darah rhesus ibu dan
dada, pada mukosa dan sklera, saat diraba bayi, kemudian berdasarkan data objektif:
turgor kulit kurang elastis dan kuning, tanggal 24 Mei 2017, bayi kuning pada
pengkajian ini juga di dukung oleh hasil seluruh tubuh, pada mukosa dan sklera,
laboratorium tanggal 17 Mei 2017 saat diraba turgor kulit kurang elastis dan
menunjukkan kadar bilirubin total 14,5 mg/dl kuning, pengkajian ini juga di dukung oleh
(normal 0,3-1 mg/dl), kadar bilirubin direk hasil laboratorium tanggal 23 Mei 2017
0,5 mg/dl (normal <0,20) dan kadar bilirubin yang menunjukkan kadar bilirubin total
indirek 14 mg/dl (normal <0,80). 18,5 mg/dl (normal 0,3-1), bilirubin direk
0,8 mg/dl (normal <0,20), bilirubin indirek
17,7 mg/dl (normal <0,80).

2)Hipertermi berhubungan dengan efek 2)Hipertermi berhubungan dengan efek


fototerapi, berdasarkan data subjektif: bayi fototerapi, berdasarkan data subjektif: bayi
rewel dan menangis, perawat ruangan rewel dan sering menangis, kemudian
mengatakan bayi mengalami peningkatan berdasarkan data objektif: hasil observasi
suhu tubuh, kemudian berdasarkan data bayi mendapatkan fototerapi tiga lampu,
objektif: bayi dalam perawatan fototerapi dan dan posisi bayi jarang di ganti, sehingga
vital sign pada tanggal 23 Mei 2017 untuk pengaturan suhu tubuh bayi tidak
didapatkan suhu bayi 37,8°C, pada hasil seimbang, dan hasil vital sign didapatkan
observasi bayi jarang di ganti posisi saat suhu bayi 37,7°C.
fototerapi, sehingga untuk pengaturan suhu
tubuh bayi tidak seimbang.

3)Risiko kekurangan volume cairan 3)Risiko kekurangan volume cairan


berhubungan dengan tidak adekuatnya intake berhubungan dengan tidak adekuat nya
cairan dan efek fototerapi, berdasarkan data intake cairan dan efek fototerapi,
subjektif: ibu By.L mengatakan bahwa berdasarkan data subjektif: perawat
bayinya malas untuk menghisap ASI, ruangan mengatakan By.T sangat berisiko
kemudian berdasarkan data objektif: By.L kekurangan volume cairan, kemudian
dalam perawatan fototerapi, dan hasil berdasarka data objektif: hasil pemeriksaan
pemeriksaan fisik didapatkan turgor kulit bayi fisik didapatkan turgor kulit kurang elastis
yang tidak elastis dan kering. dan kering, By.T tidak mendapatkan ASI
dari ibu karna ibu dalam perawatan nifas
diruang kebidanan, karna kondisi belum
stabil.

4)Ketidakefektifan pola makan bayi 4)Kerusakan integritas kulit


berhubungan dengan penurunan daya hisap berhubungan dengan hiperbilirubinemia,
bayi, berdasarkan data subjektif: ibu By.L berdasarkan data subjektif: dokter
mengatakan saat di susui bayi malas mengatakan kulit bayi terkelupas pada
menghisap ASI, dan saat dicoba memberi ASI bagian wajah hingga paha, kemudian
melalui botol susu bayi juga malas untuk berdasarkan data objektif: hasil
menghisap, kemudian berdasarkan data pemeriksaan fisik didapatkan turgor kulit
objektif: hasil pemeriksaan fisik didapatkan yang kurang elastis dan kering ditambah
bahwa reflek rooting dan reflek sucking bayi ada kulit yang terkelupas di wajah, lengan,
lemah. leher dan kaki, dan adanya kulit
kemerahan di sekitar anus dan bokong
akibat dari bayi mengalami diare.

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi atau perencanaan keperawatan diartikan sebagai suatu dokumen
tulisan tangan dalam menyelesaikan masalah, tujuan, dan intervensoi
keperawatan dan merupakan metode komunikasi tentang asuhan
keperawatan pada pasien (Nursalam, 2011).

Tabel 4.3
Intervensi Keperawatan
Partisipan 1 Partisipan 2
Rencana keperawatan untuk diagnosis Rencana keperawatan untuk diagnosis
Ikterus neonatus berhubungan dengan Ikterus neonatus berhubungan dengan
immaturitas dengan kriteria hasil a)warna inkompatibilitas AB0 dengan kriteria hasil
kulit tidak menyimpang dari rentang normal a)warna kulit tidak menyimpang dari
b)mata bersih tidak menyimpang dari rentang rentang normal b)mata bersih tidak
normal c)kadar bilirubin tidak menyimpang menyimpang dari rentang normal c)kadar
dari rentang normal d)tanda vital dalam batas bilirubin tidak menyimpang dari rentang
normal, dengan rencana keperawatan yang normal d)tanda vital dalam batas normal
akan dilaksanakan yaitu pemberian fototerapi d)pertumbuhan dan perkembangan bayi
neonatus, aktifitas keperawatan sebagai dalam batas normal, dengan rencana
berikut: 1)Kaji kembali riwayat maternal dan keperawatan yang akan dilaksanakan yaitu
bayi mengenai faktor risiko terjadinya pemberian fototerapi neonatus, aktifitas
hiperbiliorubinemia seperti ketidakcocokan keperawatan sebagai berikut: 1)Kaji
Rhesus atau ABO, polisitemia, sepsis, kembali riwayat maternal dan bayi
prematuritas, sepsis dan malpresentasi. mengenai faktor risiko terjadinya
Pengkajian ini dilakukan untuk mengetahui hiperbiliorubinemia seperti ketidakcocokan
faktor resiko hiperbilirubin pada bayi. Rhesus atau ABO, polisitemia, sepsis,
2)Amati tanda-tanda ikterus atau kuning pada prematuritas, sepsis dan malpresentasi.
tubuh bayi, pemeriksaan ini bertujuan untuk Pengkajian ini dilakukan untuk mengetahui
mengetahui atau menilai derajat ikterus sesuai faktor resiko hiperbilirubin pada bayi.
dengan rumus Kramer. 2)Amati tanda-tanda ikterus atau kuning
3)Periksa kadar bilirubin serum sesuai pada tubuh bayi, pemeriksaan ini bertujuan
kebutuhan, protokol, dan permintaan dokter, untuk mengetahui atau menilai derajat
pemeriksaan ini bertujuan agar bisa ikterus sesuai dengan rumus Kramer.
mengetahui kadar bilirubin dalam darah dan 3) Periksa kadar bilirubin serum sesuai
untuk memastikan tindakan selanjutnya. kebutuhan, protokol, dan permintaan
4) Tutup mata bayi dengan penutup mata dokter, pemeriksaan ini bertujuan agar bisa
berwarna hitam dan tidak tembus cahaya, mengetahui kadar bilirubin dalam darah
hindari penekanan yang berlebihan, tindakan dan untuk memastikan tindakan
ini bertujuan untuk menghindari mata bayi selanjutnya.
dari cedera akibat dari pemberian sinar 4) Tutup mata bayi dengan penutup mata
fototerapi, karna akan berdampak kebutaan berwarna hitam dan tidak tembus cahaya,
pada bayi. hindari penekanan yang berlebihan,
5) Ubah posisi bayi setiap 4jam per protokol, tindakan ini bertujuan untuk menghindari
ini bertujuan agar seluruh bagian tubuh bayi mata bayi dari cedera akibat dari
yang kuning dapat menerima sinar fototerapi. pemberian sinar fototerapi, karna akan
Selanjutnya monitor tanda vital, aktivitas berdampak kebutaan pada bayi.
keperawatan yang dilakukan yaitu 6)Monitor 5) Ubah posisi bayi setiap 4jam per
warna kulit, suhu, dan kelembaban, ini protokol, ini bertujuan agar seluruh bagian
bertujuan agar tidak terjadinya cedera pada tubuh bayi yang kuning dapat menerima
kulit bayi, dan juga untuk mencegah agar bayi sinar fototerapi.
tidak mengalami hipertermi. Selanjutnya monitor tanda vital, aktivitas
keperawatan yang dilakukan yaitu
6)Monitor warna kulit, suhu, dan
kelembaban, ini bertujuan agar tidak
terjadinya cedera pada kulit bayi, dan juga
untuk mencegah agar bayi tidak
mengalami hipertermi.

Rencana keperawatan untuk diagnosis Rencana keperawatan untuk diagnosis


Hipertermi dengan kriteria hasil Hipertermi dengan kriteria hasil
a)Termoregulasi tidak terganggu a)Termoregulasi tidak terganggu
b)Teridentifikasinya tanda dan gejala b)Teridentifikasinya tanda dan gejala
hipertermi, dengan rencana keperawatan yang hipertermi, dengan rencana keperawatan
akan dilakukan yaitu pengaturan suhu, yang akan dilakukan yaitu pengaturan
aktivitas keperawatan sebagai berikut: suhu, aktivitas keperawatan sebagai
1)Monitor suhu bayi minimal tiap 2jam dan berikut: 1)Monitor suhu bayi minimal tiap
secara kontinyu, ini bertujuan agar suhu dapat 2jam dan secara kontinyu, ini bertujuan
di seimbangkan, sehingga dapat mencegah agar suhu dapat di seimbangkan, sehingga
terjadinya hipertermi. 2)Monitor tanda-tanda dapat mencegah terjadinya hipertermi.
hipertermi dan hipotermi, hal ini bertujuan 2)Monitor tanda-tanda hipertermi dan
mengidentifikasi tanda-tanda hipertermi dan hipotermi, hal ini bertujuan
hipotermi. mengidentifikasi tanda-tanda hipertermi
3)Tingkatkan cairan dan nutrisi, bertujuan dan hipotermi.
agar tubuh memiliki daya energi dan cairan 3)Tingkatkan cairan dan nutrisi, bertujuan
dalam tubuh yang cukup dapat mengontrol agar tubuh memiliki daya energi dan
keseimbangan suhu tubuh. cairan dalam tubuh yang cukup dapat
Adapun perencanaan lainnya yaitu mengontrol keseimbangan suhu tubuh.
manajemen demam, aktivitas keperawatan Adapun perencanaan lainnya yaitu
yang dilakukan adalah 4)Monitor suhu secara manajemen demam, aktivitas keperawatan
kontinyu 5)Monitor intake dan output cairan, yang dilakukan adalah 4)Monitor suhu
serta 6)monitor suhu dan warna kulit secara kontinyu 5)Monitor intake dan
7)pemberian antibiotik melalui IV line. output cairan, serta 6)monitor suhu dan
warna kulit 7)pemberian antibiotik melalui
IV line.

Rencana keperawatan untuk diagnosis Risiko Rencana keperawatan untuk diagnosis


kekurangan volume cairan dengan kriteria Risiko kekurangan volume cairan
hasil a)Intake dan outpun seimbang dalam dengan kriteria hasil a)Intake dan outpun
24jam, b)Turgor kulit membaik, dengan seimbang dalam 24jam, b)Turgor kulit
rencana keperawatan yang akan dilakukan membaik, dengan rencana keperawatan
yaitu manajemen cairan, dan aktivitas yang akan dilakukan yaitu manajemen
keperawatan sebagai berikut: 1)Monitor berat cairan, dan aktivitas keperawatan sebagai
badan, bertujuan untuk menilai apakah intake berikut: 1)Monitor berat badan, bertujuan
cairan dan keseimbangan cairan dalam tubuh untuk menilai apakah intake cairan dan
bayi terpenuhi. 2)Timbang popok, keseimbangan cairan dalam tubuh bayi
pertahankan catatan intake dan output yang terpenuhi. 2)Timbang popok, pertahankan
akurat, ini bertujuan unutk dapat memonitor catatan intake dan output yang akurat, ini
kecukupan cairan dalam tubuh bayi. bertujuan unutk dapat memonitor
3) Monitor tanda vital, tujuan nya untuk kecukupan cairan dalam tubuh bayi.
menilai suhu, biasanya suhu dapat 3) Monitor tanda vital, tujuan nya untuk
mempengaruhi keseimbangan cairan dalam menilai suhu, biasanya suhu dapat
tubuh. mempengaruhi keseimbangan cairan dalam
4) Monitor status hidrasi, yaitu seperti tubuh.
kelembaban membrane mukosa, turgor kulit, 4) Monitor status hidrasi, yaitu seperti
dan nadi adsekuat. kelembaban membrane mukosa, turgor
5) Monitor warna, kuantitas, dan banyaknya kulit, dan nadi adekuat.
keluaran urine, bertujuan agar dapat 5) Monitor warna, kuantitas, dan
mengetahui penyerapan cairan dalam tubuh banyaknya keluaran urine, bertujuan agar
bayi tidak ada gangguan. dapat mengetahui penyerapan cairan dalam
6) Monitor respon pasien terhadap tubuh bayi tidak ada gangguan.
penambahan cairan, yang bertujuan untuk 6) Monitor respon pasien terhadap
menilai apakah bayi mengalami muntah penambahan cairan, yang bertujuan untuk
setelah diberi cairan, apakah bayi mengalami menilai apakah bayi mengalami muntah
perubahan suhu yang mendekati normal, dan setelah diberi cairan, apakah bayi
turgor kulit membaik. mengalami perubahan suhu yang
mendekati normal, dan turgor kulit
membaik.

Rencana keperawatan untuk diagnosis Rencana keperawatan untuk diagnosis


ketidakefektifan pola makan bayi dengan kerusakan integritas kulit berhubungan
kriteria hasil a)Bayi dapat menyusui dengan dengan hiperbilirubinemia, dengan
efektif, b)Memverbalisasikan teknik untuk kriteria hasil yaitu a)Integritas kulit yang
mengatasi masalah menyusui, c)Bayi baik dipertahankan (sensasi, elastisitas,
menandakan kepuasan menyusu, d)Ibu hidrasi), b)Perfusi jaringan membaik,
menunjukkan harga diri yang positif dengan c)Faktor resiko, lingkungan
menyusui. Rencana keperawatan yang akan teridentifikasi, dengan rencana
dilakukan dan aktivitas keperawatan sebagai keperawatan yang akan dilaksanakan yaitu
berikut: 1)Kaji kemampuan menghisap bayi, manajemen cairan, dan aktivitas
tindakan ini bertujuan untuk mengetahui keperawatan yang akan dilakukan
kemampuan hisap bayi. 2)Sediakan ruangan 1)Pantau berat badan bayi. Tindakan ini
khusus untuk menjaga privasi ibu selama dilakukan untuk melihat perubahan berat
menyusui. Tujuan dari tindakan ini adalah badan bayi. 2)Pertahankan intake dan
supaya terjaganya privasi ibu selama output yang akurat. Tujuan dari tindakan
menyusui dan agar ibu merasa nyaman ini agar menyeimbangkan masukan dan
selama menyusui. keluaran secara akurat.

3)Monitor kemampuan bayi untuk menggapai 3) Dorong masukan oral yang bertujuan
putting. Tindakan ini bertujuan untuk melihat agar bayi tidak kekurangan cairan.
kemampuan bayi saat menyusu. 4) Pantau status hidrasi seperti kelembapan
4)Informasikan pada ibu untuk tidak mukosa dan nadi. Bertujuan untuk
membatasi bayi menyusu, tindakan ini mengetahui derajat perfusi jaringan.
dilaksanakan agar pemahaman ibu bertambah 5) Anjurkan untuk menggunakan pakaian
tentang pentingnya frekuensi pemberian ASI yang longgar karna pakaian yang ketat
5)Pantau integritas kulit sekitar putting, dapat mengakibatkan penekanan pada area
tujuan dari perencanaan ini adalah untuk yang tertekan.
melihat area sekitar putting ibu setelah
penggunaan alat pemompa ASI. Selanjutnya manajemen tekanan, dengan
6) Ajarkan tentang perawatan putting untuk aktivitas keperawatan sebagai berikut:
mencegah lecet. Tindakan keperawatan ini 6)Hindari kerutan pada tempat tidur, untuk
bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mencegah terjadinya iritasi karna gesekan
ibu mengenai perawatan putting selama dengan alat tenun.
menyusui dan mencegah agar payudara ibu 7) Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih
tidak lecet. dan kering.
8) Ubah posisi bayi setiap dua jam sekali.
7) Diskusikan dengan ibu tentang penggunaan
Tindakan ini bertujuan untuk mencegah
pompa ASI supaya ibu tidak kesusahan lagi
penekanan kulit pada daerah tertentu
saat memompa ASI.
dalam waktu lama.
8) Anjurkan ibu untuk makan makanan
9) Monitor aktivitas dan mobilisasi bayi
bergizi selama menyusui, tujuan dari
untuk melihat kemampuan gerakan bayi.
intervensi ini adalah karna makanan bergizi
sangat diperlukan oleh ibu menyusui sebagai 10)Mandikan bayi dengan sabun dan air
nutrisi yang optimal untuk bayi. hangat untuk mempertahankan kebersihan
9)Anjurkan ibu untuk minum jika merasa tanpa mengiritasi kulit.
sudah merasa haus agar ibu tidak kehausan
dan kekurangan cairan selama menyusui.

10) Beritahukan kepada ibu untuk


menghindari penggunaan rokok dan pil KB
selama menyusui yang bertujuan agar efek
samping dari rokok tidak mengenai bayi dan
produksi ASI tidak akibat hormon yang
terkandung didalam KB.
11) Informasikan ibu untuk tetap melanjutkan
menyusui setelah pulang bekerja/sekolah
supaya proses menyusui tidak terhambat.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan tindakan keperawatan yang
dilakukan berdasarkan dari rencana atau intervensi yang telah dibuat,
tujuan melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi
keperawatan agar kriteria hasil dapat tercapai.

Tabel 4.4
Implementasi Keperawatan
Partisipan 1 Partisipan 2
Berdasarkan rencana keperawatan yang telah Berdasarkan rencana keperawatan yang
dibuat, maka tindakan keperawatan pada telah dibuat, maka tindakan keperawatan
diagnosis Ikterus neonatus pada By.L yaitu pada diagnosis Ikterus neonatus pada
1)Pada pukul 14.30 WIB Mengkaji ulang By.T yaitu 1)Pada pukul 14.00 WIB
riwayat maternal dan bayi mengenai adanya Mengkaji ulang riwayat maternal dan bayi
faktor risiko terjadinya hiperbilirubinemia mengenai adanya faktor risiko terjadinya
pada By.L, didapatkan ibu dengan riwayat hiperbilirubinemia pada By.T, didapatkan
penyakin Diabetes Melitus dan mengalami ibu dengan eksklamsia, dan mengalami
PEB saat kehamilan, kemudian hasil pecah ketuban ±17jam, dengan warna
pengkajian lainnya pada ibu didapatkan ketuban hijau kental, kemudian hasil
bahwa By.L lahir prematur atau kurang bulan pengkajian lainnya pada ibu didapatkan
yaitu 34-35minggu dengan operasi sectio bahwa By.T lahir cukup bulan yaitu 38-
caesarea. Hasil labor pada tanggal 17 Mei 39minggu dengan spontan. Hasil labor
2017, Bilirubin total 14,5 mg/dl (normal 0,3- pada tanggal 23 Mei 2017, bilirubin total
1), bilirubin direk 0,5 mg/dl (normal <0,20), 18,5 mg/dl (normal 0,3-1), bilirubin direk
bilirubin indirek 14 mg/dl (normal < 0,80). 0,8 mg/dl (normal <0,20), bilirubin indirek
Dan By.L sempat mengalami suspek sepsis. 17,7 mg/dl (normal <0,80),

Tindakan keperawatan selanjutnya yaitu Tindakan keperawatan selanjutnya yaitu


2)Pada pukul 15.15 WIB mengobservasi 2)Pada pukul 15.00 WIB mengobservasi
tanda-tanda ikterus pada By.L, yaitu menilai tanda-tanda ikterus pada By.T, yaitu
derajat ikterus yang berpedoman pada rumus menilai derajat ikterus yang berpedoman
Kramer, dengan cara menekan bagian kulit pada rumus Kramer, dengan cara menekan
bayi seperti wajah, dada, lengan, paha, dan bagian kulit bayi seperti wajah, dada,
tungkai lalu di lepaskan, dan didapatkan yaitu lengan, paha, dan tungkai lalu di lepaskan,
kuning masih terdapat di wajah hingga pusar. dan didapatkan yaitu kuning masih
Kemudian pada pukul 16.00 WIB 3)Menutup terdapat pada bagian wajah hingga tungkai.
mata By.L dengan penutup hitam yang sudah Kemudian dilanjutkan dengan 3)Menutup
dimodivikasi agar mencegah terjadinya mata By.T dengan penutup hitam yang
cedera pada bayi, karna akan dilakukan sudah dimodivikasi agar mencegah
tindakan pemberian sinar fototerapi sesuai terjadinya cedera pada bayi, karna akan
protokol dan indikasi dokter, kemudian pukul dilakukan tindakan pemberian sinar
20.00 WIB 4)Merubah posisi bayin per fototerapi sesuai protokol dan indikasi
protokol agar fototerapi yang dilakukan dapat dokter, kemudian pukul 20.00 WIB
menyeluruh diberikan kepada By.L. 4)Merubah posisi bayin per protokol agar
5)pada 20.10 WIB memonitor warna kulit, fototerapi yang dilakukan dapat
suhu, dan kelembaban, ini bertujuan agar menyeluruh diberikan kepada By.T.
tidak terjadinya cedera pada kulit bayi, dan kemudian 5)memonitor warna kulit, suhu,
juga untuk mencegah agar bayi tidak dan kelembaban, ini bertujuan agar tidak
mengalami hipertermi. terjadinya cedera pada kulit bayi, dan juga
untuk mencegah agar bayi tidak
mengalami hipertermi.

Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk Tindakan keperawatan yang dilakukan


mengatasi masalah keperawatan hipertermi untuk mengatasi masalah keperawatan
pada By.L yaitu 1)Pada pukul 15.00 WIB hipertermi pada By.T yaitu 1)Pada pukul
memonitor suhu By.L setiap 3jam dan secara 14.00 WIB memonitor suhu By.T setiap
kontinyu, lalu dilanjutkan dengan 3jam dan secara kontinyu, lalu dilanjutkan
2)memonitor tanta-tanda hipertermi dan dengan 2)memonitor tanta-tanda
hipotermi dari hasil pengukuran suhu, hipertermi dan hipotermi dari hasil
kemudian dilakukan pengaturan suhu ruangan pengukuran suhu, kemudian dilakukan
untuk keseimbangan suhu pada bayi. pengaturan suhu ruangan untuk
3)Memonitor warna kulit dan suhu, apakah keseimbangan suhu pada bayi.
ada kulit yg kemerahan. 4)Pada jam 14.00 3)Memonitor warna kulit dan suhu, apakah
WIB meningkatkan cairan dan nutrisi setiap ada kulit yg kemerahan. 4)Pada jam 14.00
3jam, dengan memberikan ASI pada bayi WIB meningkatkan cairan dan nutrisi
melalui ibu secara langsung. setiap 3jam, dengan memberikan susu
formula, karena produksi ASI ibu belum
lancar.

Tindakan keperawatan selanjutnya yang Tindakan keperawatan selanjutnya yang


dilakukan untuk mengatasi masalah dilakukan untuk mengatasi masalah
keperawatan Risiko kekurangan volume keperawatan Risiko kekurangan volume
cairan pada By.L yaitu 1)pada pukul 14.15 cairan pada By.T yaitu 1)pada pukul 14.30
WIB melakukan penimbangan berat badan, WIB melakukan penimbangan berat badan,
bertujuan untuk menilai apakah intake cairan bertujuan untuk menilai apakah intake
dan keseimbangan cairan dalam tubuh bayi cairan dan keseimbangan cairan dalam
terpenuhi. 2)Meningkatkan intake cairan dan tubuh bayi terpenuhi. 2)Meningkatkan
nutrisi yang adekuat dan mempertahankan intake cairan dan nutrisi yang adekuat dan
masukan per oral agar cairan dan nutrisi mempertahankan masukan per oral agar
terpenuhi melalui pemberian ASI. cairan dan nutrisi terpenuhi melalui
3)menimbang popok bayi untuk menilai pemberian susu formula. 3)menimbang
pengeluaran atau output, serta menilai warna popok bayi untuk menilai pengeluaran atau
dan konsistensi urine bayi, didapatkan urine output, serta menilai warna dan konsistensi
berwarna kekunuingan dan feses berwarna urine bayi, didapatkan urine berwarna
kuning kehijauan dengan konsistensi lembek. pekat dan feses berwarna pucar, dengan
konsistensi lembek dan cepat mengeras
pada kulit bayi.

Tindakan keperawatan selanjutnya yang Tindakan keperawatan selanjutnya yang


dilakukan untuk mengatasi masalah dilakukan untuk mengatasi masalah
keperawatan Ketidakefektifan pola makan keperawatan Kerusakan integritas kulit
bayi pada By.L yaitu pada pukul 14.00 WIB pada By.T yaitu 1)pada pukul 14.30 WIB
1)mengkajiaji kemampuan menghisap bayi, menimbang berat badan bayi. Tindakan ini
yang bertujuan untuk mengetahui dilakukan untuk melihat perubahan berat
kemampuan hisap bayi sebelum diberikan badan bayi, didapatkan berat badan bayi
pada ibu untuk disusui. Ibu mengatakan daya belum mengalami peningkatan,
hisap By.L masih lemah. 2)menyediakan 2)mempertahankan intake dan output yang
ruangan khusus untuk menjaga privasi ibu akurat, yang bertujuan agar
selama menyusui. Yang bertujuan supaya menyeimbangkan masukan dan keluaran
terjaganya privasi ibu selama menyusui dan secara akurat.
agar ibu merasa nyaman selama menyusui
3) mendorong masukan oral yang bertujuan
dan produksi ASI bisa lancar.
agar bayi tidak kekurangan cairan.
3) Menginformasikan pada ibu untuk tidak 4) memantau status hidrasi seperti
membatasi bayi menyusu, tindakan ini kelembapan mukosa dan nadi. Bertujuan
dilaksanakan agar pemahaman ibu bertambah untuk mengetahui derajat perfusi jaringan.
tentang pentingnya frekuensi pemberian ASI.
Ibu mengatakan dapat memberikan ASI 5) menghindari kerutan pada tempat tidur,
sepenuhnya untuk bayi. untuk mencegah terjadinya iritasi karna
gesekan dengan alat tenun.
4) Mendiskusikan dengan ibu tentang
6) mengubah posisi bayi setiap dua jam
penggunaan pompa ASI supaya ibu tidak
sekali. Tindakan ini bertujuan untuk
kesusahan lagi saat memompa ASI.
5) Menganjurkan ibu untuk makan makanan mencegah penekanan kulit pada daerah
bergizi selama menyusui, tujuan dari tertentu dalam waktu lama, didapatkan
intervensi ini adalah karna makanan bergizi tidak ada kulit yang memerah akibat dari
sangat diperlukan oleh ibu menyusui sebagai penekanan pada kerutan alat tenun.
nutrisi yang optimal untuk bayi. Ibu 7)Menilai aktivitas dan mobilisasi bayi
mengatakan nafsu makan sudah meningkat untuk melihat kemampuan gerakan bayi,
setelah melahirkan dan ibu memahami bahwa bayi bergerak aktif dan sering rewel.
peningnya nutrisi bagi ibu yang menyusui.
6) Menganjurkan ibu untuk minum jika
merasa sudah haus agar ibu tidak kehausan
dan kekurangan cairan selama menyusui.

7) memberitahukan kepada ibu untuk


menghindari penggunaan rokok dan pil KB
selama menyusui yang bertujuan agar efek
samping dari rokok tidak mengenai bayi dan
produksi ASI tidak maksimal akibat hormon
yang terkandung didalam KB.
11)menginformasikan ibu untuk tetap
melanjutkan menyusui setelah pulang bekerja
supaya proses menyusui tidak terhambat, dan
menyediakan stok ASI yang telah di pompa
di rumah.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah suatu proses menilai hasil dari keperawatan
neonatus yang sudah dilakukan sudah teratasi atau belum teratasi. Melalui
kegiatan evaluasi, perawat dapat menilai pencapaian tujuan dari tindakan
keperawatan neonatus.

Tabel 4.5
Evaluasi Keperawatan
Partisipan 1 Partisipan 2
Perkembangan yang dialami oleh By.L Perkembangan yang dialami oleh By.T
selama dilakukan tindakan keperawatan selama dilakukan tindakan keperawatan
selama 7 hari yaitu data objektif: pada hari selama 5 hari yaitu data objektif: pada hari
pertama kuning masih tampak diwajah sampai pertama kuning masih tampak diseluruh
pusar By.L, data subjektif: dokter mengatakan tubuh By.T, data subjektif: dokter juga
bahwa By.L masih kuning pada wajah sampai mengatakan bahwa By.T masih kuning
pusar. kulit juga tampak kering, turgor kulit pada seluruh tubuh. kulit juga tampak
kurang elastis dan kering. kering, turgor kulit kurang elastis, kering,
dan terkelupas. Kadar bilirubin total By.T
Evaluasi keperawatan untuk masalah juga masih tinggi yang juga tampak dari
keperawatan ikterus neonatus pada tanggal hasil pemeriksaan laboratorium pada
24 Mei 2017, data objektif: kuning hanya tanggal 23 Mei 2017 yang menunjukkan
tampak pada bagian wajah sampai dada By.L. kadar bilirubin total 18,5 mg/dl (normal
Kuning perlahan mulai berkurang ini terlihat 0,3-1). Masalah keperawatan belum
pada tanggal 26 Mei 2017 hasil pemeriksaan teratasi dan intervensi dilanjutkan.
fisik kuning mulai berkurang sampai leher.
Data subjektif: dokter mengatakan bahwa Evaluasi keperawatan untuk masalah
fototerapi sudah boleh di hentikan, keperawatan ikterus neonatus pada
dilanjutkaan dengan intake ASI yang adekuat. tanggal 25 Mei 2017, data objektif:
tampak kuning masih ada di seluruh tubuh
Data objektif: Kuning pada leher sudah By.T, hal ini didukung dengan hasil labor
hilang, hanya saja saat diperiksa pada bagian pada 24 Mei 2017 yang menunjukkan
pipi masih terdapat kuning. Pada hari kelima kadar bilirubin total By.T yaitu 17,3 mg/dl
tanggal 27 Mei 2017 kuning sudah hilang di (normal 0,3-1) dan di lakukan
seluruh tubuh bayi, By.L masih indikasi penambahan lampu fototerapi menjadi tiga
rawat untuk observasi dan melanjutkan lampu, kuning diseluruh tubuh By.T masih
antibiotik selama dua hari lagi Sampai hari menetap hingga tanggal 26 Mei 2017 dan
ketujuh tanggal 29 Mei 2017 kuning sudah dibuktikan dengan hasil labor kadar
tidak ada dan antibiotik sudah habis, data bilirubin total 22,1 mg/dl (normal 0,3-1),
subjektif: By.L sudah mendapat acc pulang data subjektif: dokter mengatakan By.T di
dari dokter, masalah keperawatan ikterus indikasikan untuk transfusi tukar, akan
neonatus sudah teratasi dan intervensi tetapi keluarga menolak untuk dilakukan
dihentikan. transfusi tukar. Sampai hari kelima
peneliti melakukan penelitian pada By.T
kuning masih menetap diseluruh tubuh dan
keluarga meminta pulang paksa, kondisi
bayi belum membaik, masalah
keperawatan belum teratasi, dan intervensi
dihentikan.

Evaluasi dari tindakan keperawatan untuk Evaluasi dari tindakan keperawatan untuk
masalah keperawatan hipertermi pada masalah keperawatan hipertermi pada
tanggal 24 Mei 2017 data objektif: saat tanggal 25 Mei 2017, data objektif: saat
dilakukan pemeriksaan tanda vital By.L dilakukan pemeriksaan tanda vital By.T
mengalami hipotermi yaitu suhu 35,7°C, yaitu suhu 37,8°C, fototerapi dihentikan
fototerapi dihentikan dan dipindahkan ke sementara dan By.T diberikan intake
pemanas bayi untuk mengembalikan suhu cairan adekuat agar suhu tubuh bayi dapat
normal bayi, suhu kembali normal pada pukul seimbang. Kemudian dilakukan observasi
20.00 WIB yaitu 37,2°C dan fototerapi dan pada pukul 12.00 WIB By.T sudah
dilanjutkan. Tanggal 26 Mei 2017 saat tidak mengalami hipertermi lagi yaitu
dilakukan pemeriksaan tanda vital, suhu bayi 36,5°C, data ssubjektif: bayi tidak rewel
kembali naik tapi tidak signifikan yaitu lagi dan kembali dilakukan pemberian
37,6°C dan masih dapat di atasi, data fototerapi pada By.T.
subjektif: bayi tidak rewel lagi dan perawat Sampai hari rawatan terakhir yaitu hari
ruangan mengatakan masalah hipertermi kelima didapatkan hasil pemeriksaan tanda
sudah teratasi. Sampai hari terakhir peneliti vital bahwa suhu By.T daalam rentan
melakukan penelitian, masalah keperawatan normal , yaitu 36,5°C. By.T pulang paksa
hipertermi sudah teratasi, dan intervensi atas permintaan keluarga, masalah teratasi,
dihentikan. intervensi dihentikan.

Evaluasi dari tindakan keperawatan untuk Evaluasi dari tindakan keperawatan untuk
masalah keperawatan risiko kekurangan masalah keperawatan risiko kekurangan
volume cairan setelah dilakukan perawatan volume cairan setelah dilakukan
selama 7 hari, volume cairan By.L sudah perawatan selama 5 hari didapatkan bahwa
membaik, data objektif: dilihat dari hasil keseimbangan cairan By.L belum
pemeriksaan fisik didapatkan bahwa turgor maksimal karena intake ASI yang adekuat
kulit sudah membaik, kulit tidak kering, dan dan hanya dengan susu formula saja, dari
sudah mulai elastis, muikosa lembab, dan hasil pemeriksaan fisik ditemukan bahwa
tidak ada kulit yang terkelupas. OGT pada turgor kulit masih buruk, kering, kurang
By.L sudah dilepas pada tanggal 29 Mei 2017 elastis, dan terkelupas. By.T pulang paksa
karena sudah di izinkan untuk pulang, data atas permintaan keluarga pada tanggal 28
ssubjektif: ibu mengatakan kulit bayi sudah Mei 2017 dengan kondisi yang sangat
tidak kering dan lebih elastis, kemudian belum stabil, masalah belum teratasi dan
edukasi pada ibu tentang pentingnya intervensi dihentikan.
pemberian intake ASI yang adekuat sudah
diberikan dan ibu mengerti. Masalah
keperawatan teratasi dan intervensi
dihentikan.

Evaluasi dari tindakan keperawatan untuk Evaluasi keperawatan untuk diagnosis


masalah keperawatan ketidakefektifan pola kerusakan integritas kulit yang dipantau
makan bayi yang dilakukan selama 7 hari selama 5 hari mulai dari tanggal 24 Mei
yaitu data subjektif: ibu mengatakan reflek 2017 sampai 28 Mei 2017, data objektif:
hisap pada By.L belum maksimal tapi sudah pada hari ke 5 kulit By.T masih
mulai aktif bergerak dan tidak malas, By.L mengelupas pada daerah wajah, dada dan
sudah perbaikan kondisi dan tetap dilatih kaki dan kulit By.T masih kering, dan
untuk menyusui per oral, dengan 8 kali kurang elastis. Data subjektif: perawat
frekuensi pemberian setiap hari. Data ruangan mengatakan kulit bayi masih
objektif: kulit By.L sudah membaik dan terkelupas dan belum mengalami
turgor kulit sudah mulai elastis. By.L perbaikan pada kulit. By.T pulang paksa
mengalami penambahan berat badan atas permintaan keluarga, sehingga
sebanyak 200gr, dan reflek hisap sudah ada. intervensi untuk mencapai kriteria hasil
Sampai hari terakhir peneliti melakukan tidak tercapai. Perencanaan pulang yaitu
penelitian, masalah ketidakefektifan pola memberikan edukasi pada ibu dan keluarga
makan bayi sudah teratasi sebagian, By.T untuk perawatan di rumah.
intervensi dilanjutakn yaitu memotivasi ibu
untuk tetap merangsang dan memberikan
By.L ASI per oral di rumah.

B. Pembahasan Kasus
Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membahas kesinambungan antara
teori dan laporan kasus asuhan keperawatan pada By.L dengan By.T pada
kasus hiperbilirubinemia yang telah dilakukan sejak tanggal 23 Mei – 29 Mei
2017. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian, menegakkan diagnosis
keperawatan, memberikan intervensi keperawatan, melakukan implementasi
keperawatan dan evaluasi keperawatan.

1. Pengkajian Keperawatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa By.L tampak kuning pada sklera,
wajah, leher, hingga pusar, refleks menghisap masih lemah, bayi terpasang
OGT. Kemudian hasil penelitian pada By.T didapatkan kuning pada
seluruh tubuh dan sklera By.T, warna feses pucat, dan warna urine gelap,
tampak mengantuk dan malas, reflek hisap kuat, tidak terpasang OGT.

Penelitian Kristanti, dkk (2015), tentang hiperbilirubinemia di RSUD Dr.


Sutomo Surabaya ditemukan kuning pada mukosa, sklera, kuku, dan kulit,
juga ditandai dengan menurunnya reflek hisap, yang mana
hiperbirubinemia ini merupakan masalah yang sering muncul pada bayi
baru lahir.

Atikah dan Jaya (2015), mengatakan bayi yang mengalami


hiperbilirubinemia akan mengalami penurunan daya hisap, penyebabnya
kadar bilirubin darah yang tinggi menyebabkan bayi akan lebih malas
dalam beraktifitas, pada bayi prematur sistem pencernaan belum matang,
sehingga berdampak juga pada reflek hisap bayi yang tidak adekuat.

Berdasarkan analisis peneliti, By.L mengalami penurunan pada reflek hisap


dan menelan, ini dikarenakan pada bayi prematur pada sistem pencernaan
belum berkembang sempurna. Sedangkan pada By.T tidak mengalami
penurunan pada reflek hisap. Maka temuan yang di temukan selama
peneliti melakukan penelitian sesuai dengan teori yang ada.

Hasil penelitian pada riwayat kelahiran pada By.L menunjukkan bahwa


By.L lahir dalam kondisi kurang bulan yaitu 34-35minggu, sedangkan By.T
lahir dalam kondisi cukup bulan yaitu 38-39minggu.

Penelitian Gusni (2016), tentang perbedaan kejadian ikterus neonatus pada


bayi prematur dan bayi cukup bulan di RS PKU Muhammadiyah Surakarta
didapatkan dari hasil uji Chi-Square untuk mengetahui perbedaan kejadian
ikterus neonatorum antara bayi prematur dan bayi cukup bulan pada bayi
dengan berat lahir rendah didapatkan p value =0,000 (p<0,005). Kejadian
ikterus pada bayi prematur sebanyak 32,2% lebih banyak dibandingkan
dengan bayi cukup bulan sebanyak 9,6%.

Atikah dan Jaya (2015), mengatakan bahwa bayi prematur lebih rentan
mengalami hiperbilirubinemia, hal ini di karenakan sistem organ hepar
yang belum berkembang sempurna, sehingga karena menurunnya kerja
hepar, pemecahan bilirubin dalam darah gagal dilakukan sehingga bilirubin
akan terus bersirkulasi dalam darah dan menyebabkan kuning pada tubuh
bayi, akan tetapi juga tidak tertutup kemungkinan bahwa
hiperbilirubinemia juga terjadi pada bayi aterm.

Berdasarkan analisis peneliti, ikterik pada By.L disebabkan oleh


prematuritas atau kurang bulan yaitu 34-35minggu dengan berat badan
lahir 300gr. Pada bayi prematur, kematangan organ hepar belum sempurna,
yang mana hal ini dapat menyebabkan konjugasi bilirubin dalam darah
melebihi kemampuan hepar, sehingga bilirubin dalam darah disebar
keseluruh tubuh melalui pembuluh darah. Akibat nya tampak kuning di
sklera, kulit, mukosa, dan kuku.
Berdasarkan analisis peneliti, ikterik pada By.T terjadi karena kurangnya
antenatal care selama kehamilan, hal ini didukung dengan data bahwa air
ketuban berwarna hijau kental, dan nutrisi selama kehamilan tidak
terpenuhi, By.T lahir cukup bulan yaitu 38-39minggu dengan berat badan
lahir yaitu 2700gr. Kurangnya antenatal care dan nutrisi selama hamil
merupakan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hiperbilirubinemia
pada bayi. Pada pemeriksaan rhesus didapatkan ibu dan By.T memiliki
perbedaan pada golongan darah rhesus. Maka dari analisis peneliti bahwa
yang pemeriksaan yang ditemukan pada By.T sama dengan teori yang ada.

Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar bilirubin total By.L


mencapai 14,5 mg/dl (normal 0,3-1), bilirubin direk 0,5 mg/dl (normal
<0,20), bilirubin indirek 14 mg/dl (normal < 0,80). Hasil Pemeriksaan labor
pada tanggal 23 Mei 2017 , bilirubin total 18,5 mg/dl (normal 0,3-1),
bilirubin direk 0,8 mg/dl (normal <0,20), bilirubin indirek 17,7 mg/dl
(normal <0,80).

Atikah dan jaya (2015), mengatakan bahwa ikterus yang dikatakan


patologis pada bayi apabila terjadi peningkatan bilirubin sebanyak 5mg/dl
dalam 24jam pertama dan kadar bilirubin serum melebihi 12,9mg/dl.

Berdasarkan analisis peneliti, ikterik pada By.L merupakan ikterik


patologis, karena kadar bilirubin serum pada By.L melebihi kadar
maksimal pada bayi prematur dan hasil pemeriksaan dengan menggunakan
rumus Kramer didapatkan bilirubin pada By.L adalah derajat II-III, dan
ikterik yang terjadi pada By.T juga merupakan ikterik patologis dan ikterus
hemolitik, alasannya karena faktor penyebab ikterus pada By.T disebabkan
oleh perbedaan golongan darah Rh ibu dan bayi, juga karena kadar
bilirubin serum pada By.T melebihi kadar maksimal bilirubin darah pada
bayi aterm, dan hasil pemeriksaan dengan menggunakan rumus Kramer
menunjukkan derajat ikterik pada By.T adalah derajat IV-V.
Menurut analisis peneliti penyebab ikterik yang terjadi pada By.L dan By.T
memiliki perbedaan, yaitu pada By.L ikterik disebabkan oleh prematuritas
yang mana bayi mengalami penurunan kematangan hepar sehingga
bilirubin dalam darah tidak dapat di pecah juga pada riwayat maternal By.L
tidak mendapatkan nutrisi yang cukup dari ibu sehingga bisa juga di
sebabkan oleh kurangnya protein dalam tubuh bayi yang berfungsi untuk
transportasi bilirubin untuk membantu pemecahan bilirubin dalam darah,
sementara pada By.T disebabkan oleh inkompatibilitas Rh AB0, karena
pada pemeriksaan rhesus yang dilakukan menunjukkan bahwa By.T
memiliki perbedaan darah Rh dengan ibu, pada riwayat maternal juga
didapatkan bahwa nutrisi ibu selama kehamilan tidak terpenuhi, sehingga
ini juga merupakan faktor penyebab terjadinya ikterik pada By.T.

2. Diagnosis Keperawatan
Hasil penelitian, pada By.L muncul 6 diagnosis keperawatan, yaitu ikterus
neonatus berhubungan dengan prematuritas, hipertermi berhubungan
dengan efek fototerapi, risiko infeksi berhubungan dengan proses invasif,
risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan yang
tidak adekuat, risiko cedera berhubungan dengan proses fototerapi dan
ketidak efektifan pola makan bayi. Sedangkan pada By.T ada 7 diagnosis
yang muncul yaitu ikterus neonatus berhubungan dengan inkompatibilitas
AB0, hipertermi berhubungan dengan efek fototerapi, risiko infeksi
berhubungan dengan proses invasif, risiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan intake cairan tidak adekuat, risiko cedera
berhubungan dengan proses fototerapi, defisiensi pengetahuan
berhubungan dengan proses penyakit dan kerusakan integritaas kulit
berhubungan dengan hiperbilirubinemia dan diare.

Diagnosis keperawatan yang muncul pada bayi dengan hiperbilirubinemia


menurut teori ada 7 diagnosis yaitu ikterus neonatus berhubungan dengan
prematuritas, inkompatibilitas AB0, dan keterlambatan pengeluaran
mekonium, hipertermi berhubungan dengan suhu lingkungan tinggi dan
efek fototerapi, risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, risiko
kekurangan volume cairan berhubungan dengan tidak adekuatnya intake
cairan dan efek fototerapi, risiko kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan hiperbilirubinemia dan diare, risiko cedera berhubungan dengan
peningkatan kadar bilirubin dan proses fototerapi, dan diagnosis lainnya
ketidakefektifan pola makan bayi berhubungan dengan penurunan daya
hisap bayi {Atikah & Jaya(2015); Surasmi, dkk(2003); Widagdo(2012);
Wong(2009)}.

Berdasarkan penelitian diatas, ada diagnosis keperawatan dari teori yang


tidak muncul pada By.L, yaitu risiko kerusakan integritas kulit karena pada
By.L intake cairan dan nutrisi terus diberikan adekuat sehingga risiko untuk
kerusakan integritas kulit dapat dicegah. Bayi hiperbilirubinemia berisiko
infeksi karena bayi ikterik memiliki daya tahan tubuh yang rentan, bayi
dalam perawatan juga berisiko infeksi baik dari lingkungan maupun dari
petugas, sehingga diagnosis risiko infeksi juga harus ditegakkan, untuk
mencegah infeksi sudah dilakukan aktivitas seperti perawat ruangan sudah
menggunakan baju khusus saat tindakan, menerapka 5 moment cuci tangan,
meningkatkan teknik aseptik, bayi juga mendapatkan terapi antibiotik.
Selanjutnyabayi dalam perawatan fototerapi berisiko terjadinya cedera pada
mata, genitalia, dan kulit, sehingga diagnosis risiko cedera juga harus
ditegakkan, untuk mencegah cedera sudah dilakukan aktivitas seperti
menutup mata dengan penutup hitam, menutup genitalia, dan merubah
posisi bayi per 2 jam. Hasil pengkajian hanya 4 diagnosis yang muncul
berdasarkan analisis data.

Sedangkan pada By.T, diagnosis yang tidak muncul berdasarkan teori yaitu
diagnosis risiko kerusakan integritas kulit peneliti tidak mengangkat
diagnosis ini karena By.T sudah mengalami integritas kulit, dan
ketidakefektifan pola makan bayi karena saat dilakukan pemeriksaan reflek
rooting dan sucking By.T memiliki reflek yang kuat, sehingga peneliti tidak
mengangkat diagnosis ini. Bayi hiperbilirubinemia berisiko infeksi karena
bayi ikterik memiliki daya tahan tubuh yang rentan, bayi dalam perawatan
juga berisiko infeksi baik dari lingkungan maupun dari petugas, sehingga
diagnosis risiko infeksi juga harus ditegakkan, untuk mencegah infeksi
sudah dilakukan aktivitas seperti perawat ruangan sudah menggunakan baju
khusus saat tindakan, menerapka 5 moment cuci tangan, meningkatkan
teknik aseptik, bayi juga mendapatkan terapi antibiotik. Selanjutnyabayi
dalam perawatan fototerapi berisiko terjadinya cedera pada mata, genitalia,
dan kulit, sehingga diagnosis risiko cedera juga harus ditegakkan, untuk
mencegah cedera sudah dilakukan aktivitas seperti menutup mata dengan
penutup hitam, menutup genitalia, dan merubah posisi bayi per 2 jam. Pada
bayi ikterus dengan kadar bilirubin >20mg/dl di indikasikan untuk
fototerapi, maka perlu dilakukan edukasi pada keluarga mengenai tindakan
yang akan diberikan dan proses penyakit serta dampak jika tidak dilakukan
fototerapi, maka perlu di angkat diagnosis defisiensi pengetahuan untuk
membantu dalam kelancaran proses rawatan.

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi pada By.L dan By.T untuk diagnosis ikterus neonatus
berhubungan dengan prematuritas yaitu fototerapi neonatus, beberapa
tindakan seperti meninjau faktor risiko terjadinya hiperbilirubinemia pada
bayi, seperti prematuritas, inkompatibilitas ABO, dan sepsis perlu dikaji
pada kasus hiperbilirubinemia untuk mengetahui penyebab pasti terjadinya
hiperbilirubinemia apakah disebabkan oleh kelainan golongan darah,
infeksi atau prematur pada bayi.

Intervensi selanjutnya yaitu tutup mata bayi saat dilakukan fototerapi untuk
mencegah terjadinya cedera pada mata, ubah posisi bayi setiap 4jam yang
tujuan nya agar efek sinar fototerapi dapat menyebar merata di tubuh.
Intervensi monitor tanda vital diantaranya monitor nadi, suhu, dan
frekuensi nafas, kemudian monitor warna kulit dan kelembaban.
Atikah dan Jaya (2015), mengatakan pada bayi yang sudah mengalami
ikterus dengan kadar >20mg/dl di indikasikan untuk dilakukan tindakan
transfusi tukar, ini lebih efektif dilakukan daripada fototerapi karena kadar
bilirubin darah yang sudah sangat tinggi, transfusi tukar bisa dilakukan
berkala jika kadar bilirubin serum tidak turun ke batas normal.

Intervensi yang tidak dapat dilakukan pada By.L menurut teori yaitu
tindakan transfusi tukar karena By.L tidak mencapai kriteria untuk transfusi
tukar, sementara menurut teori intervensi yang harus dilakukan pada By.T
yaitu pemberian tindakan transfusi tukar, karena kadar bilirubin By.T sudah
mencapai kriteria untuk dilakukan transfusi tukar, karena ada penolakan
tindakan dari keluarga, maka tindakan transfusi tukar tidak dilakukan.

Intervensi pada By.L dan By.T untuk diagnosis Hipertermi berhubungan


dengan efek fototerapi yaitu pengaturan suhu, beberapa aktivitas
keperawatan untuk mengatasi masalah hipertermi yaitu monitor suhu tiap
2jam ekali secara kontinyu, monitor tanda hipertermi dan hipotermi,
kemudian tingkatkan cairan dan nutrisi.

Atikah & Jaya (2015), mengatakan bahwa fototerapi sangat dibutuhkan


bagi bayi yang mengalami hiperbilirubinemia, namun fototerapi juga
memiliki dampak yaitu salah satunya hipertermi, kehilangan volume cairan
akibat dehidrasi dan penguapan, diare, dan kerusakan integritas kulit.

Menurut analisis peneliti, tindakan pengaturan suhu perlu dilakukan, karena


pada bayi dalam proses fototerapi akan mudah mengalami peningkatan
suhu tubuh akibat dari sinar yang diberikan, ditambah lagi bayi mengalami
dehidrasi sehingga laju metabolisme akan meningkat, maka akan muncul
masalah hipertermi pada bayi.

Kemudian manajemen demam, monitor keluaran cairan, monitor suhu dan


warna kulit, monitor masukan dan keluaran, serta pemberian antibiotik.
Intervensi pada By.L dan By.T untuk diagnosis Risiko kekurangan
volime cairan berhubungan dengan intake cairan tidak adekuat dan efek
fototerapi, rencana keeperawatan yang dilakukan yaitu manajemen cairan,
yang mana ada beberapa tindakan keperawatan yaitu monitor berat badan
bayi setiap hari, timbang diapers untuk menilai pengeluaran, pertahankan
intake dan output yang adekuat, berikan cairan dan nutrisi yang adekuat,
monitor status hidrasi bayi, serta mendorong masukan per oral.

Atikah & Jaya (2015), mengatakan bahwa fototerapi sangat dibutuhkan


bagi bayi yang mengalami hiperbilirubinemia, namun fototerapi juga
memiliki dampak yaitu salah satunya hipertermi, kehilangan volume cairan
akibat dehidrasi dan penguapan, diare, dan kerusakan integritas kulit.

Menurut analisis peneliti, pemberian intake cairan dan nutrisi pada bayi
yang dalam proses fototerapi sangat penting dilakukan, karena pada saat
dilakukan fototerapi, kulit akan mengalami penguapan dan dehidrasi akibat
dari sinar yang diberikan, jikadi abaikan maka bisa berdampak pada bayi,
misalnya bayi bisa mengalami demam, dehidrasi berat, dan mengalami
masalah pada kulit.

Intervensi pada By.L untuk diagnosis ketidakefektifan pola makan bayi


berhubungan dengan penurunan daya hisap bayi, intervensi yang diberikan
yaitu mengkaji daya hisap bayi bisa dilakukan dengan pemeriksaan reflek
sucking atau melalui wawancara pada ibu, kemudian sediakan ruangan
yang nyaman untuk menjaga privasi ibu saat menyusui, kaji kemampuan
bayi untuk menggapai puting.

Atikah & Jaya (2015), mengatakan bayi yang mengalami


hiperbilirubinemia dengan kondisi prematur akan mengalami penurunan
daya hisap, hal ini dikarenakan bayi prematur mengalami penurunan
kematangan pada fungsi pencernaan, dan juga bayi dengan diagnosis
ikterik ini lebih terlihat malas dan tidur sepanjang hari.

Menurut analisis peneliti, bayi yang mengalami hiperbilirubinemia dengan


penyebab prematuritas biasanya akan mengalami penurunan daya hisap,
maka perlu dilakukan pengkajian pada ibu mengenai reflek hisap pada
bayi.

Intervensi selanjutnya informasikan kepada ibu untuk meningkatkan intake


nutrisi dan cairan, diskusikan ddengan ibu tentang penggunaan alat pompa
ASI, informasikan pada ibu agar tidak membatasi bayi dalam menyusui,
beritahukan kepada ibu untuk tidak mengkonsumsi pil KB dan tidak
merokok selama menyusui.

Intervensi pada By.T untuk diagnosis Kerusakan Integritas kulit


berhubungan dengan hiperbilirubinemia adalah manajemen cairan,
tindakan yang dilakukan perawat pantau berat badan bayi, pertahankan
intake cairan, pantai status hidrasi.

Atikah & Jaya (2015), bayi yang mengalami hiperbilirubinemia dapat


mengalami kerusakan pada kulit seperti terkelupas, hal ini disebabkan oleh
nutrisi selama hamil yang tak terpenuhi, di sisi lain bayi hiperbilirubinemia
berisiko mengalami kerusakan pada kulit akibat dari fototerapi.

Menurut analisis peneliti, mempertahankan integritas kulit pada bayi


hiperbilirubinemia sangan penting dilakukan, manajemen cairan penting
dilakukan karena kulit akan lebih cepat kembali seperti semula dengan
cairan yang seimbang, efek fototerapi menyebabkan evaporasi cairan dalam
tubuh bayi melalui kulit, maka manajemen cairan sangat penting dilakukan.

Tindakan selanjutnya manajemen tekanan, yaitu hindari kerutan pada


tempat tidur, jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan terawat, berikan
baby oil setelah dimandikan, ubah posisi bayi tiap 2jam sekali untuk
menghindari tekanan, dan mandikan bayi dengan sabun dan air hangat
untuk mempertahankan kebersihan tanpa iritasi.

4. Implementasi Keperawatan
Diagnosis pertama pada By.L yaitu Ikterus neonatus, tindakan yang telah
dilakukan peneliti adalah 1)melakukan pengkajian ulang riwayat maternal
dan bayi mengenai adanya faktor risiko terjadinya hiperbilirubinemia pada
By.L, didapatkan ibu dengan riwayat penyakit Diabetes Melitus dan
mengalami PEB saat kehamilan, kemudian hasil pengkajian lainnya pada
ibu didapatkan bahwa By.L lahir prematur atau kurang bulan yaitu 34-
35minggu dengan operasi sectio caesarea. Hasil labor pada tanggal 17 Mei
2017, Bilirubin total 14,5 mg/dl (normal 0,3-1), bilirubin direk 0,5 mg/dl
(normal <0,20), bilirubin indirek 14 mg/dl (normal < 0,80). Dan By.L
sempat mengalami suspek sepsis.

Sementara pada By.T untuk diagnosis Ikterus neonatus, tindakan


keperawatan yang telah dilakukan peneliti adalah 1)Mengkaji ulang riwayat
maternal dan bayi mengenai adanya faktor risiko terjadinya
hiperbilirubinemia pada By.T, didapatkan ibu dengan eksklamsia, dan
mengalami pecah ketuban ±17jam, dengan warna ketuban hijau kental,
kemudian hasil pengkajian lainnya pada ibu didapatkan bahwa By.T lahir
cukup bulan yaitu 38-39minggu dengan spontan. Data yang didapat dari
dokter bahwa dokter mengatakan By.T mengalami hiperbilirubinemia
disebabkan oleh inkompatibilitas AB0, yang mana ibu dengan golongan O
rhesus positif dan By.T dengan golongan A rhesus. Hasil labor pada
tanggal 23 Mei 2017, bilirubin total 18,5 mg/dl (normal 0,3-1), bilirubin
direk 0,8 mg/dl (normal <0,20), bilirubin indirek 17,7 mg/dl (normal
<0,80).

Atikah dan Jaya (2015), mengatakan pengkajian dasar tentang riwayat


kehamilan dan kelahiran pada ibu dengan bayi yang mengalami
hiperbilirubinemia perlu dilakukan, karena pada bayi yang mengalami
ikterik faktor yang memicu terjadinya ikterik adalah dari mternal ibu,
karena pada riwayat maternal yang buruk, kemungkinan ikterik bisa terjadi.

Menurut analisis peneliti, mengkaji riwayat maternal antara ibu dan bayi
seperti meninjau faktor ketidakcocokan rhesus atau ABO antara Ibu dan
bayi, sepsis, prematuritas, malpresentasi sangat penting dilakukan karna
keadaan inkompatibilitas rhesus ABO antara ibu dan bayi, sepsis,
prematuritas dan malnutrisi yang mana ini merupakan beberapa keadaan
yang dapat menyebabkan terjadinya ikterus pada bayi.

Tindakan keperawatan selanjutnya pada By.L dan By.T yaitu


2)mengobservasi tanda-tanda ikterus pada By.L dan By.T, yaitu menilai
derajat ikterus yang berpedoman pada rumus Kramer, dengan cara
menekan bagian kulit bayi seperti wajah, dada, lengan, paha, dan tungkai
lalu di lepaskan, dan didapatkan yaitu kuning masih terdapat pada bagian
wajah hingga tungkai, didapatkan pada By.L tampak kuning pada wajah,
leher, hingga pusar, yaitu menurut rumus kramer adalah grade II dan III,
sementara yang ditemukan pada By.T yaitu dari wajah, leher, dada hingga
pusar, lengan, paha, menurut rumus kramer adalah grade III dan IV.

Kemudian dilanjutkan dengan 3)Menutup mata By.L dan By.T dengan


penutup hitam yang sudah dimodivikasi agar mencegah terjadinya cedera
pada bayi, karna akan dilakukan tindakan pemberian sinar fototerapi sesuai
protokol dan indikasi dokter, 4)Merubah posisi bayin per protokol agar
fototerapi yang dilakukan dapat menyeluruh diberikan kepada By.L dan
By.T. kemudian 5)memonitor warna kulit, suhu, dan kelembaban, ini
bertujuan agar tidak terjadinya cedera pada kulit bayi, dan juga untuk
mencegah agar bayi tidak mengalami hipertermi. Hasil yang didapat pada
By.L bahwa masih tampak kuning pada kulit wajah hingga pusar, tidak ada
peningkatan suhu tubuh, dan turgor kulit masih kering.
Berdasarkan analisis peneliti, selain meninjau faktor penyebab terjadinya
hiperbilirubinemia, juga dilakukan pemeriksaan fisik seperti menilai tanda-
tanda ikterus pada bayi, mengukur suhu, pernafasan, dan menilai tanda
dehidrasi pada kulit bayi juga merupakan tindakan yang penting dilakukan
untuk melihat keadaan umum bayi. Kemudian menyarankan kepada ibu
dan keluarga agar bisa memberikan intake ASI yang adekuat, dan lakukan
pompa ASI agar bayi dapat terus memenuhi kebutuhan nutrisi supaya tidak
memperburuk kondisi bayi.

Implementasi pada By.L dan By.T untuk diagnosis hipertermi, yaitu


memonitor suhu By.L dan By.T tiap 3jam, didapatkan suhu dalam rentang
normal, kemudian memantau tanda-tanda hipertermi atau hipotermi, suhu
bayi dalam rentang normal, kemudian mengatur suhu ruangan untuk
keseimbangan suhu pada bayi. Selanjutnya melakukan monitor warna kulit
, apakah ada kulit kemerahan, didapatkan tidak ada kulit yang memerah
akibat hipertermi atau kulit yang sianosis tidak ditemukan, kemudian
memberikan intake cairan dan nutrisi yang adekuat agar keseimbangan
suhu bayi tercapai.

Atikah dan Jaya (2015), mengatakan fototerapi merupakan salah satu faktor
yang menyebabkan bayi bisa mengalami hipertermi akibat pemberian sinar
intensitas tinggi yang menyebabkan terjadinya evaporasi cairan.

Menurut analisis peneliti, manajemen suhu dan cairan sangat perlu


dilakukan untuk mengatasi masalah hipertermi, karena jika suhu pada bayi
meningkat atau jika suhu terlalu turun maka akan menyebabkan
meningkatnya metabolisme, jika metabolisme meningkat dapat
menyebabkan perdarahan di otak.

Implementasi pada By.L dan By.T untuk masalah risiko kekurangan


volume cairan yaitu melakukan penimbangan berat badan setiap hari,
didapatkan By.L mengalami penambahan berat badan dan pada By.T tidak
mengalami peningkatan berat badan,mempertahankan intake cairan dan
nutrisi yang adekuat, mempertahankan masukan per oral agar cairan dan
nutrisi terpenuhi.

Menimbang popok bayi untuk menilai keluaran pada bayi, di dapatkan


berat popok pada By.L 50gr, sedangkan pada By.T 30gr. Kemudian menilai
warna dan konsistensi urin dan feses, didapatkan pada By.L urine berwarna
kekuningan dan feses berwarna kekuningan, sedangkan pada By.T urine
berwarna pekat dan feses berwarna pucat.

Atikah dan Jaya (2015), mengatakan untuk menilai cairan pada bayi sudah
terpenuhi dapat dilakukan dengan pengukuran pada berat badan, kemudian
menilai keefektifan penyerapan cairan dan sirkulasi dapat dinilai dari
output bayi.

Menurut analisis peneliti, monitor intake dan output pada bayi dengan
hiperbilirubinemia dan menjalani proses fototerapi penting dilakukan,
karena bayi dengan proses fototerapi sangat rentan terjadinya dehidrasi,
disisi lain keseimbangan cairan sangat penting untuk membantu dalam
metabolisme seperti keseimbangan suhu dan eliminasi.

Implementasi pada By.L dengan masalah ketidakefektifan pola makan


bayi mengkaji kemampuan menghisap bayi, pada By.L ibu mengatakan
reflek hisap pada bayi masih lemah, sedangkan pada By.T saat dilakukan
pemeriksaan sucking didapatkan reflek hisap kuat, kemudian menyediakan
ruangan khusus untuk menjaga privasi ibu selama menyusui, untuk ibu
By.L menginformasikan agar tidak membatasi bayi untuk menyusui,
mendiskusikan pada ibu untuk menggunakan pompa ASI, menganjurkan
ibu untuk makan makanan bergizi, dam menginformasikan pada ibu untuk
tidak mengkonsumsi pil KB dan merokok saat menyusui.
Menurut analisis peneliti, memotivasi ibu untuk memberikan ASI yang
adekuat sangat penting dilakukan, karena bayi sangat membutuhkan ASI
yang adekuat, terutama pada bayi dengan hiperbilirubinemia sangat
membutuhkan intake ASI yang adekuat untuk membantu dalam melarutkan
bilirubin larut lemak dan untuk keseimbangan cairan dan nutrisi pada bayi.

Implementasi untuk mengatasi masalah kerusakan integritas kulit pada


By.T yaitu manajemen cairan dengan cara menimbang berat badan,
mempertahankan intake dan output kemudianmemantau status hidrasi.

Atikah & Jaya (2015), bayi yang mengalami hiperbilirubinemia dapat


mengalami kerusakan pada kulit seperti terkelupas, hal ini disebabkan oleh
nutrisi selama hamil yang tak terpenuhi, di sisi lain bayi hiperbilirubinemia
berisiko mengalami kerusakan pada kulit akibat dari fototerapi.

Tindakan selanjutnya manajemen tekanan, yaitu menghindari kerutan pada


tempat tidur, menjaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan terawat,
berikan baby oil setelah dimandikan, mengubah posisi bayi tiap 2jam sekali
untuk menghindari tekanan, dan memandikan bayi dengan sabun dan air
hangat untuk mempertahankan kebersihan tanpa iritasi.

Berdasarkan analisis peneliti, memberikan tindakan manajemen cairan dan


manajemen tekanan serta memberikan kulit bayi baby oil sangat perlu
dikakukan, yang mana integritas kulit bergantung pada keseimbangan
cairan pada bayi, juga untuk mengatasi kekeringan kulit dari luar dengan
menggunakan baby oil sangat membantu untuk melembabkan kulit agar
kulit yang terkelupas dapat berkurang.

5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan pada By.L dari asuhan keperawatan yang dilakukan
selama 7 hari pada diagnosis keperawatan ikterus neonatus berhubungan
dengan prematuritas, yang bertujuan untuk mengetahui keefektifan dari
tindakan keperawatan yang dilakukan, dan didapatkan hasil tanda-tanda
vital sudah dalam batas normal.

Kuning pada By.L tampak hilang pada hari rawatan kelima, ibu juga
mengatakan bahwa kuning pada By.L sudah hilang, By.L sudah mau
bangun dan lebih aktif bergerak. Hasil pemeriksaan fisik kuning pada tubuh
sudah tidak ada lagi dan pada skera juga sudah hilang. Tanda-tanda vital
yang normal yaitu nadi 130x/menit, pernafasan 35x/menit dan suhu 36,5°C.
Masalah keperawatan teratasi dan intervensi dihentikan.

Evaluasi keperawatan pada By.T dari asuhan keperawatan yang dilakukan


selama 5 hari pada diagnosis keperawatan ikterus neonatus berhubungan
dengan inkompatibilitas AB0, yang bertujuan untuk mengetahui
keefektifan dari tindakan keperawatan yang dilakukan, dan didapatkan
hasil tanda-tanda vital sudah dalam batas normal.

Kuning pada By.T masih terdapat pada seluruh tubuh bayi dari wajah
hingga kaki, dokter mengatakan By.T harus segera mendapat tindakan
transfusi tukar, tetapi keluarga menolak untuk diberi tindakan tersebut.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan kuning masih terdapat di wajah, pusar,
sampai tungkai, kuning pada sklera dan kuku juga belum hilang. Tanda
vital dalam batas normal yaitu nadi 140x/menit, pernafasan 35x/menit, dan
suhu 36,8°C. Masalah keperawatan belum teratasi dan intervensi
dihentikan karena klien pulang paksa.

Atikah dan Jaya (2015), mengatakan pada bayi hiperbilirubinemia dengan


kadar bilirubin <20mg/dl dapat di atasi segera dengan pemberian fototerapi
dan intake ASI yang adekuat, sedangkan pada bayi dengan kadar bilirubin
>20mg/dl, cara yang paling efektif yaitu dengan transfusi tukar.

Berdasarkan analisis peneliti, kriteria hasil pada kedua bayi tidak sama
tercapai, pada By.L kriteria yang diharapkan tercapai karena perawatan
yang diberikan maksimal, sedangkan pada By.T kriteria yang diharapkan
tidak tercapai karena penolakan keluarga untuk diberikan tindakan
transfusi tukar, sementara By.T sangat membutuhkan tindakan lanjut
dengan transfusi tukar untuk mengatasi kadar bilirubin yang sudah sangat
tinggi pada bayi. Bahaya hiperbilirubinemia adalah terjadinya kern ikterus
yang mana kern ikterus ini dapat menyebabkan terjadinya ensefalopati
biliaris yang dapat menimbulkan kelainan menetap pada bayi. Kelainan ini
terjadi apabila bilirubin indirek telah melalui sawar darah otak. Keadaan ini
perlu dihindari dan transfusi tukar merupakan tindakan utama yang dapat
menurunkan molisis dan membuang pula antibodi yang menimbulkan
hemolis.

Evaluasi keperawatan pada By.L dan By.T dari asuhan keperawatan yang
dilakukan selama 7 hari pada diagnosis keperawatan hipertermi
berhubungan dengan efek fototerapi, yang bertujuan agar termoregulasi
tidak terganggu dan teridentifikasi nya tanda dan gejala hipertermi.

Setelah diberikan tindakan untuk mengatasi masalah hipertermi, suhu pada


By.L sudah normal pada hari kedua yaitu 37,2°C, termoregulasi tidak
terganggu, bayi berkeringat saat panas, tingkat pernafasan tidak terganggu.
Sedangkan pada bayi T didapatkan suhu 36,5°C, termoregulasi tidak
terganggu, bayi berkeringat saat panas, dan pernafasan tidak terganggu.
By.L dan By.T tidak rewel lagi setelah masalah teratasi pada hari kedua.

Atikah dan Jaya (2015), mengatakan bahwa manajemen suhu tubuh bayi
yang tepat dan keseimbangan dengan suhu ruangan akan membantu dalam
menjaga suhu bayi tidak meningkat atau menurun, sehingga risiko untuk
terjadinya dampak dari peningkatan atau penurunan suhu dapat teratasi.

Menurut analisis peneliti, kriteria hasil yang diharapkan pada By.L dan
By.T untuk diagnosis keperawatan hipertermi sudah teratasi pada hari
kedua, kolaborasi antara ibu, keluarga, dan perawat dapat membuat
masalah hipertermi pada bayi dapat cepat teratasi. Untuk mencegah
terjadinya hipertermi kembali, dilakukan pemantauan suhu secara kontinyu
dan pemberian intake cairan yang adekuat.

Evaluasi keperawatan pada By.L dan By.T dari asuhan keperawatan yang
dilakukan selama 7 hari pada diagnosis keperawatan risiko kekurangan
volume cairan berhubungan dengan intake cairan yang tidak adekuat dan
efek fototerapi, yang bertujuan agar keseimbangan cairan tubuh bayi dapat
terjaga.

Evaluasi untuk diagnosis risiko kekurangan volume cairan pada By.L dan
By.T tidak sama, pada By.L setelah dilakukan asuhan keperawatan selama
7 hari, pada hari kelima, masalah risiko kekurangan volume cairan dapat
diatasi dengan kriteria hasil intake dan output seimbang dalam 24 jam,
turgor kulit membaik ditandai dengan kulit lembab, turgor elastis dan
adanya peningkatan berat badan sebanyak 200gr, masalah sudah teratasi,
intervensi risiko kekurangan volume cairan dihentikan.

Sedangkan pada By.T setelah dilakukan asuhan selama 5 hari, masalah


risiko kekurangan volume cairan belum teratasi dan tidak mencapai kriteria
yang diharapkan, yaitu intake dan outpun tidak seimbang dalam 24jam, ini
ditandai dari penimbangan diapers bahwa berat hanya 30gr, dan berwarna
pekat, juga pada feses yang pucat dan cepat mengeras, juga dilihat dari
turgor kulit, kulit By.T masih kering, tidak elastis, dan terkelupas, mukosa
kering, dan tidak ada penambahan beraat badan, masalah belum teratasi,
intervensi risiko kekurangan volume cairan dihentikan.

Atikah dan Jaya (2015), mengatakan untuk menilai cairan pada bayi sudah
terpenuhi dapat dilakukan dengan pengukuran pada berat badan, kemudian
menilai keefektifan penyerapan cairan dan sirkulasi dapat dinilai dari
output bayi. Kurang nya intake cairan dan nutrisi pada bayi yang menjalani
proses fototerapi dapat menyebabkan bayi mengalami dehidrasi, dan juga
dapat ditandai dari kulit terkelupas, kulit dan mukosa kering, kulit kurang
elastis serta tidak adanya penambahan berat badan.

Menurut analisis peneliti, pemberian intake cairan dan nutrisi penting


dilakukan, yang mana bayi dalam proses fototerapi akan mudah kehidangan
cairan akibat evaporasi karena terkena paparan sinar intensitas tinggi, maka
dari itu penting edukasi kepada ibu agar dapat memberikan ASI yang
adekuat baik secara langsung maupun dengan di pompa.

Evaluasi pada By.L setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 7 hari


untuk diagnosis keperawatan ketidakefektifan pola makan bayi
berhubungan dengan penurunan daya hisap bayi yang bertujuan agar intake
cairan dan nutrisi pada bayi terpenuhi, dan koping ibu yang positif terhadap
menyusui.

Evaluasi pada By.L setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 7 hari


didapatkan sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan yaitu toleransi
makan tidak terganggu, bayi dapat menyusui dengan efektif, bayi
menandakan kepuasan menyusui, dan ibu menunjukkan harga diri yang
positif dengan menyusui, masalah teratasi dan intervensi dihentikan.

Menurut analisis peneliti, bayi dengan kondisi prematur biasanya


mengalami masalah dengan reflek hisap, ini dikarenakan sistem pencernaan
bayi yang belum matang, maka dari itu penting bagi perawat menjelaskan
pada ibu dan keluarga bahwa pentingnya melatih dan merangsang reflek
hisap pada bayi agar nutrisi pada bayi dapat terpenuhi.

Evaluasi pada By.T setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 5 hari


untuk diagnosis keperawatan kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan hiperbilirubinemia yang bertujuan agar integritas kulit dam
membran mukosa tidak mengalami gangguan, integritas kulit neonatus
kembali membaik.
Evaluasi keperawatan pada By.T setelah dilakukan asuhan selama 5 hari
tidak mencapai kriteria yang diharapkan, yang mana intergritas kulit yang
baik tidak bisa dipertahankan, sensasi elastisitas dan hidrasi terganggu,
faktor risiko terjadi kerusakan integritas teridentifikasi, dan faktor risiko
lingkungan termonitor. Dokter mengatakan jika intake cairan dan nutrisi
masih belum adekuat, maka penyembuhan pada kulit yang terkelupas akan
lama. Masalah belum teratasi dan intervensi dihentikan, pasien pulang
paksa.

Atikah dan Jaya (2015), mengatakan kerusakan integritas kulit pada bayi
hiperbilirubinemia dapat diatasi segera dengan manajemen cairan yang
adekuat. Jika cairan dan nutrisi tidak terpenuhi, tubuh akan sulit
meregenerasi, sehimgga untuk perbaikan kondisi kulit akan lama.

Menurut analisis peneliti, pada dasarnya kerusakan pada kulit By.T dapat
ditangani segera, hanya saja karena kurang pengetahuan keluarga tentang
tindakan untuk mengatasi bilirubin pada By.T dan menolak tindakan,
menyebabkan bilirubin pada By.T semakin banyak, sehingga kerusakan
pada kulit jadi sulit diatasi, ditambah lagi keluarga tidak mau berkolaborasi
dalam membantu ibu untuk bisa memompa ASI agar bisa diberikan kepada
By.T, sehingga cairan dan nutrisi dari ASI tidak didapatkan By.T yang
menyebabkan proses penyembuhan menjadi lama.

Menurut analisis peneliti, tindakan keperawatan untuk By.L yang telah


dilakukan selama 7 hari, ada empat masalah keperawatan yang ditemukan
pada By.L yaitu ikterus neonatus yang berhubungan dengan prematuritas,
hipertermi berhubungan dengan efek fototerapi, risiko kekurangan volume
cairan berhubungan dengan intake cairan yang tidak adekuat, dan
ketidakefektifan pola makan bayi berhubungan dengan penurunan daya
hisap bayi. Kriteria hasil dari keempat masalah keperawatan sudah tercapai
pada hari ketujuh yaitu kuning pada By.L sudah hilang pada hari kelima,
suhu tubuh dalam rentang normal, tanda dehidrasi tidak ditemukan, turgor
kulit membaik, dan ibu mengatakan reflek hisap bayi sudah kuat sehingga
bayi efektif dalam menyusui.

Sementara pada By.T ditemukan empat masalah keperawatan juga yaitu


ikterus neonatus berhubungan dengan inkompatibilitas AB0, hipertermi
berhubungan dengan efek fototerapi, risiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan intake cairan yang tidak adekuat dan efek fototerapi,
dan keerusakan integritas kulit berhubungan dengan hiperbilirubinemia.
Kriteria hasil dari keempat masalah hanya satu yang tercapai yaitu
hipertermi, pada pemeriksaan fisik suhu tidak mengalami hipertermi lagi,
pengaturan suhu dan manajemen demam berhasil dilakukan, kriteria hasil
yang diharapkan untuk ketiga diagnosis lainnya belum tercapai, menurut
peneliti ini disebabkan karena By.T tidak melakukan tindakan transfusi
tukar, kemudian By.T tidak mendapatkan intake ASI yang adekuat,
sehingga untuk mengatasi masalah cairan dan nutrisi pada bayi tidak
terpenuhi.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan pada By.L dan By.T
dengan hiperbilirubinemia diruang Perinatologi IRNA Kebidanan dan
Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang, peneliti dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut :

1. Hasil pengkajian yang dilakukan pada By.L dan By.T menunjukkan


adanya persamaan pada tanda dan gejala, namun memiliki perbedaan
yaitu pada By.L dengan bilirubin derajat II – III, sedangkan pada By.T
dengan bilirubin derajat IV – V.
2. Diagnosis keperawatan yang muncul sebagai prioritas masalah pada
By.L dan By.T sama yaitu ikterus neonatus.
3. Intervensi keperawatan pada By.L dan By.T memiliki perbedaan dan
persamaan. Perbedaan yang ditemukan yaitu pada By.L tidak
direncanakan untuk diberikan tindakan transfusi tukar, dan cukup
dengan fototerapi saja, sedangkan pada By.T direncanakan untuk
mendapatkan tindakan transfusi tukar, karena sudah mencapai kriteria
untuk transfusi tukar. Sementara persamaan yang ditemukan yaitu
pada perencanaan fototerapi neonatus dan monitor tanda vital.
4. Implementasi yang diberikan pada By.L dan By.T memiliki perbedaan
pada respon tubuh, yang mana pada By.L lebih cepat menerima respon
seperti penurunan kadar bilirubin serum, sedangkan pada By.T lebih
lambat dalam menerima respon sepeti tidak terjadi penurunan kadar
bilirubin serum.
5. Hasil evaluasi yang dilakukan selama tujuh hari pada By.L untuk
diagnosis ikterus neonatus masalah teratasi, pada By.T untuk diagnosis
ikterus neonatus masalah belum teratasi.
B. Saran
1. Bagi perawat ruang rawat inap perinatologi
Disarankan kepada tenaga kesehatan di ruang Perinatologi IRNA
Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang agar dapat
memfasilitasi pertemuan antara dokter dan tim medis, kemudian
memberikan edukasi terkait proses penyakit dan rencana tindakan yang
akan dilakukan.

2. Bagi institusi pendidikan


Dapat meningkatkan mutu pendidikan sehingga terciptanya lulusan
perawat yang profesional, terampil, dan bermutu yang mampu
memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh berdasarkan kode
etik keperawatan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya


a. Diharapkan peneliti dapat melakukan pengkajian secara tepat dan
lebih optimal lagi dalam memberikan asuhan keperawatan,serta
mendokumentasikan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan
benar.
b. Diharapkan peneliti dapat menggunakan atau memanfaatkan
waktu seefektif mungkin, sehingga dapat memberikan asuhan
keperawatan yang optimal pada bayi dengan hiperbilirubinemia.
c. Diharapkan peneliti dapat menambahkan diagnosis defisiensi
pengetahuan untuk asuhan keperawatan, karena untuk kelancaran
proses perawatan dan tidak bertentangan dengan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Atikah,M,V & Jaya,P. 2015. Buku Ajar Kebidanan Pada Neonatus, Bayi, dan
Balita. Jakarta. CV.Trans Info Media

Aviv,J. 2015. Researchers Submit Patent Application."Bilirubin


Hematofluorometer and Reagent Kit” . Perpustakaan Nasional RI. Diakses
Pada 10 Januari 2017

Dinkes Kota Padang. 2015. Profil Kesehatan Kota padang 2014. Sumatera
Barat. Kementrian kesehatan RI

Gusni, S,R. 2016. Perbedaan Kejadian Ikterus Neonatorum Antara Bayi


Prematur Dan Bayi Cukup Bulan Pada Bayi Dengan BBLR Di RS
PKU Muhammadiyah Surakarta. Naskah Publikasi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta

Herdman. 2015. Diagnosis Keperawatan Defenisi & Klasifikasi Edisi 10.


Jakarta. ECG

Hidayat, A,A . 2009. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta. Salemba


Medika

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Riset Kesehatan Dasar


(Riskesdas) 2013. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Kristanti ,H,M. Etika,R. Lestari,P . 2015. Hyperbilirubinemia Treatment Of


Neonatus. Folia Medica Indonesian Vol. 51

Lynn, B, C & Sowden, L,A . 2009. Keperawatan Pediatri. Jakarta. EGC

Mathindas, S. Wiliar,R. Wahani,A . 2013. Hiperbilirubinemia Pada Neonatus.


Jurnal Biomedik, Volume 5, Nomor 1, Suplemen

Moorhead, S. Johnson, M. Maas, M, L. Swanson, E. 2016. Nursing interventions


clasification (NIC). United Kingdom. Mocomedia

Moorhead, S. Johnson, M. Maas, M, L. Swanson, E. 2016. Nursing outcomes


clasification (NOC). United Kingdom. Mocomedia

Nelson. Waldo E. dkk. 2011. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Vol. 1.
Jakarta. EGC
Surasmi, A. Handayani, S. Kusuma, H, N. 2003. Perawatan bayi risiko tinggi.
Jakarta . EGC.

Widagdo. 2012. Tatalaksana Masalah Penyakit Anak Dengan Ikterus. Jakarta.


Sagung Seto

WHO, (2015),Global Health Observatory (GHO) data. Diperoleh dari

http://www.who.int/gho/child_health/mortality/neonatal_infant_text/en/.
Diakses Senin, 10 Januari 2017.

Wong, D, L. Eaton, M, H. Wilson, D. Winkelstein, M, L. Schwartz. 2009. Buku


ajar keperawatan pediatrik. Jakarta. EGC
Tgl masuk : 14 Mei 2017
FORMAT PENGKAJIAN Tgl pengkajian : 23 Mei 2017
KEPERAWATAN No.MR 97 85 52
Ruang : Perinatologi
1. NEONATUS
DATA UMUM
IDENTITAS BAYI

Nama / Panggilan By.L


Umur / tgl lahir 9 hari
Jenis kelamin Perempuan
Anak ke 1
Jumlah saudara 0
Diagnosa Medis Hiperbilirubinemia
Jaminan
IDENTITAS IBU AYAH
ORANGTUA
Nama Ny.L Tn.W
Umur 33 tahun 33 tahun
Agama Islam Islam
Pendidikan S1 SMA
Pekerjaan Dinas Pertanian Wiraswasta
Alamat Solok Selatan Solok Selatan

2. RIWAYAT KESEHATAN
a. KELUHAN UTAMA By.L dirawat diruang perinatologi RSUP Dr. M. Djamil Padang karena bayi kuning setelah kelahiran

b. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


Saat dilakukan pengkajian pada selasa 23 Mei 2017 diruang perinatologoi, bayi masih kuning dan sedang
dalam perawatan fototerapi, ibu mengatakan kuning masih ada sejak kelahiran, bayi terpasang penutup mata
dan diapers, ASI sudah diberikan, kuning berada pada bagian wajah, leher, sampai pusar.

c. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU


Saat dilakukan anamnesis pada ibu didapatkan bahwa ibu mempunyai penyakit diabetes melitus, dan saat
kehamilan ibu mengalami PEB, mual dan muntah sampai hari persalinan.

Riwayat Kehamilan
Status kehamilan G3 P2 A1 H1
Pemeriksaan kehamilan/ANC □ Tidak ada ฀√ Ada, Frekuensi : ฀ < 3 x ฀√ > 3 x
Masalah kehamilan □ Tidak ada ฀√ Ada, …….ibu mengalami PEB.............
Konsumsi obat selama hamil ฀√ Tidak ada ฀ Ada, sebutkan … ..
Pemeriksaan kehamilan ke □ Perawat ฀ Bidan ฀√ Dokter
Riwayat Kelahiran
Usia Gestasi 34-35 mg
BB lahir 3000 gr PB lahir 50.cm
Nilai APGAR Menit ke 1….... Menit ke 5….........
Kala Persalinan Kala I: ……jam.........menit Kala II: ……jam.........menit Kala III: ..……jam.........menit
Penolong □ Perawat ฀ Bidan ฀√ Dokter ฀ Dukun
Jenis persalinan □ Spontan ฀√ Sectio ฀ Vakum ฀
Forcep Caesarea
Kesulitan ฀√ Tidak Ada ฀ Ada, sebutkan …..
Air ketuban ฀√ Jernih ฀ Keruh
Kelainan bayi □ Tidak Ada ฀ Ada, sebutkan …..
Inisiasi Menyusu Dini ฀√ Ada ฀ Tidak Ada
(IMD)
Pemberian Vit K □ √ Ada ฀ Tidak Ada

Poltekkes Kemenkes Padang


Riwayat Keluarga : GENOGRAM (3 Generasi)

d. Riwayat Kesehatan Keluarga


Anggota keluarga ฀√ Tidak ada □ Ada, sebutkan siapa dan penyakitnya :
pernah sakit
Riwayat penyakit □ Tidak ada □ √ Ada, sebutkan penyakitnya: Diabetes Melitus
keturunan
Budaya Kepercayaan Yang Dianut Oleh Keluarga Tentang Kesehatan
Nilai/keyakinan keluarga dalam : ฀√ Ada, sebutkan……
kesehatan □ Tidak ada

1.1 KEBUTUHAN NUTRISI DAN CAIRAN


Kebutuhan Cairan ………….. ml/kgBB/hr
Cara Pemberian □ Parenteral, a. Jenis .........................................
b. Jumlah ………….. ml/jam tetesan/menit:..................
□ Enteral a. Jenis ฀√ ASI ฀ PASI ฀ Puasa
b. Rute ฀√ Oral ฀√ OGT
c. Frekuensi 8 x/hr................................................ml/kali pemberian
Toleransi pemberian Kembung ฀ Ya ฀√ Tidak Muntah ฀√ Tidak ฀ Ya, jumlah ……
1.2 KEBUTUHAN ELIMINASI
Buang Air Besar Buang Air Kecil
Kesulitan □ Ada, sebutkan……. ฀√ Tidak □ Ada, sebutkan……. ฀√ Tidak
Konsistensi □ Padat/keras ฀√ Lembek ฀ Cair
Alat bantu □ Huknah ฀√ Tidak ada □ Kateter ฀√ Diapers ฀ Tidak ada
Warna Kuning kehijauan Kuning
Bau ………. ………..
Frekuensi ……… x/hari ……….. x/hari
Jumlah ................. ml/hari
1.3 KEBUTUHAN TIDUR DAN BERMAIN
Lama tidur …… jam/hr Siang :…… jam Malam : …… jam
Kualitas tidur ฀√ Nyenyak ฀ Sering terbangun / gelisah Penyebab ……..
Jenis bermain □ Bermain sendiri ฀ Bermain ditemani
IMUNISASI
Imunisasi yang sudah didapatkan : Hb0, BCG

LINGKUNGAN

2. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Vital Suhu : 36,7 oC RR : 56 x/m HR : 130 x/m TD : - mmHg
Tingkat kesadaran
(GCS) : E.......M.......V.... Jumlah:.........
Antropometri BB saat ini : 3100.gr PB : 50.cm LLA : 15 cm
Kepala Lingkar Kepala : 35 cm
Ubun-ubun besar : 4x2cm Ubun-ubun kecil: 0,5x0,5cm
Bentuk ฀√ Normal ฀ Kelainan, sebutkan :............ ฀ Jejas
Sutura Sagitalis : ................................. Caput Succedaneum :......................
Poltekkes Kemenkes Padang
Rambut ฀√ Hitam ฀ Tipis □ Jarang □ Merah
Mata ฀√ Simetris ฀ Tidak simetris □ Menonjol Sklera ฀√ Ikterik ฀ Tidak ikterik
□ Strabismus ฀ Ada □ Tidak ada Konjungtiva ฀ Anemis ฀√ Tdk anemis
□ Kelainan sebutkan Sekret ฀ Ada ฀ √Tdk ada
…. Reflek cahaya : +/+
Reflek pupil : +/+
Hidung Jalan nafas ฀√ Bersih □ Tidak bersih □ Sekret ฀ □ Kelainan
Pernafasan cuping ฀ Ada □ √Tidak ada Obstruksi
hidung
Mulut Struktur mulut ฀√ Utuh □ Labioskiziz
Palatum ฀√ Utuh □ Palatoskiziz
Gusi ฀√ Utuh □ Tidak Utuh
Lidah : merah muda
Warna bibir : merah
Reflek Rooting : (+)
Reflek sucking : (+)
Telinga ฀√ Normal ฀ Keluar cairan □ Berbau
□ Kelainan, sebutkan ….
Sejajar dengan kantus mata: (+)
Leher Ukuran: ฀√ Ya □ Tidak
Rekfek Tonik Neck: ..............................
Dada
Lingkar Dada 32 cm
Pernafasan
Inspeksi Irama nafas ฀√ Reguler □ Irreguler
Jenis nafas □ Cheyne Stoke □ Kussmaul □ Hiperventilasi
Alat bantu □ Ada,sebutkan..................... ฀√ Tidak Ada
Kesulitan □ Retraksi dada □ Otot bantu nafas
nafas
Palpasi Fremitus : Sama kiri dan kanan
Auskultasi Suara nafas ฀√ Vesikuler □ Wheezing □ Rhonchi □ Stridor
Jantung
Sirkulasi Denyut jantung 130.x/menit
Irama ฀√ Teratur □ Tidak teratur
Akral ฀√ Hangat □ Dingin

CRT ฀√ <2 detik □ >2 detik


Jantung Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis teraba

Auskultasi : denyut jantung normal

Abdomen
Lingkar Perut 32 cm
Inspeksi Tali pusat
□ Basah ฀√ Kering ฀ Bau ฀ Sudah puput
Kelainan struktur abdomen: .......................................
Spinder nevy : ........................
Auskultasi Bising usus : 10 x/menit
฀√ Teratur ฀ tidak teratur
Palpasi Pembesaran hepar tidak teraba, tidak ada massa

Perkusi Saat perkusi, suara abdomen tympani

Poltekkes Kemenkes Padang


Ekstremitas Atas ฀√ Lengkap ฀ Kelainan, sebutkan ….
Reflek genggam pada tangan (palmar graps): (+)
Bawah ฀√ Lengkap ฀ Kelainan, sebutkan ….
Reflek genggam pada kaki (plantar graps): (+)
Reflek Babinsky: ................................

Genitalia
฀√ Normal ฀ Kelainan, sebutkan ….
Mekonium sudah Atresia ani
keluar Hipospadia/Epispadia
Kulit Turgor, kembali ฀ Segera ฀√ Lambat ฀ Sangat lambat
Kelembaban ฀ Baik ฀√ Buruk
Warna kulit ฀ Sianosis ฀√ Tidak sianosis
Lanugo ฀√ Ada ฀
Tidak Pemeriksaan Ikterus (Kreamer) : ikterus grade II
dan III

PROGRAM TERAPI

- Terapi sinar / fototerapi : >96jam


- Terapi obat :
a. Ampicilline 2x165 mg (iv)
b. Gentamicin 1x16 mg (iv)
- ASI adekuat

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil labor pada 17 Mei 2017


- Bilirubin total 14,5 mg/dl (normal 0,3-1)
- Bilirubin direk 0,5 mg/dl (normal <0,20)
- Bilirubin indirek 14 mg/dl (normal < 0,80)

PERENCANAAN PULANG (DISCHARGE PLANNING)

Hari/Tanggal Pengkajian Perawat Tanda tangan

23 Mei 2017 Zikri Ihsan

Poltekkes Kemenkes Padang


2. Analisis Data
Nama : By.L
No.MR 979409
Data Penyebab Masalah
DS: Dokter mengatakan By.L tampak Prematuritas Ikterus Neonatus
ikterik sejak 24jam pertama
kelahiran, bilirubin grade II – III,
dan di indikasikan untuk segera
mendapat fototerapi.
DO: - By.L tampak kuning pada
sklera, wajah, leher,
hingga pusar
- Bilirubin grade II-III
- Hasil labor menunjukkan
kadar bilirubin total 14,5
mg/dl (normal 0,3-1),
bilirubin direk 0,5 mg/dl
(normal <0,20), bilirubin
indirek 14 mg/dl (normal <
0,80).
- Bayi tampak malas dan lebih
suka tidur sepanjang hari.
- By.L lahir prematur dengan
usia kehamilan 34-35minggu
- Ibu dengan riwayat DM dan
mengalami PEB.
DS: - Bayi rewel dan menangis Efek fototerapi Hipertermi
- Perawat ruangan mengatakan
By.L mengalami
peningkatan suhu tubuh.

DO: - Suhu 37,8°C.


- Bayi berkeringat.
- Fototerapi sementara
dihentikan dan
diberikan intake cairan.
- Kulit teraba hangat.
-
DS: - Perawat ruangan mengatakan Intake cairan tidak Risiko kekurangan
By.L berisiko untuk adekuat dan efek volume cairan
kekurangan volume cairan. fototerapi

DO: - Kulit kering.


- Turgor kulit kurang elastis.
- Mukosa kering.
- Reflek sucking lemah.
- Bayi malas menyusui.
- Produksi ASI ibu sedikit.
DS: - Ibu mengatakan bayi malas Penurunan daya hisap Ketidakefektifan pola
DO: menyusui bayi makan bayi
- Reflek hisap saat menyusui
lemah

- Bayi tampak malas


- Reflek rooting dan sucking
lemah
- By.L terpasang OGT untuk
memaksimalkan intake
cairan dan nutrisi
-
B. Daftar Diagnosis Keperawatan

1. Ikterus neonatus berhubungan dengan prematuritas.


2. Hipertermi berhubungan dengan efek fototerapi.
3. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan
yang tidak adekuat dan efek fototerapi.
4. Ketidakefektifan pola makan bayi berhubungan dengan penurunan
daya hisap bayi.

C. Intervensi Keperawatan
Nama : By.L
No.MR 979409

No Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1 Ikterus Neonatus Setelah dilakukan 1. Fototerapi: neonatus
berhubungan asuhan keperawatan, a. Kaji ulang riwayat
dengan maka didapatkan maternal dan bayi
prematuritas kriteria: mengenai adanya
1. Adaptasi bayi baru faktor risiko
lahir terjadinya
a. Warna kulit (5) hyperbilirubinemia.
b. Mata bersih (5) b. Observasi tanda-tanda
c. Kadar bilirubin (warna) kuning.
(5) c. Periksa kadar serum
bilirubin, sesuai
2. Organisasi kebutuhan, sesuai
(Pengelolaan) bayi protokol dan
prematur permintaan dokter.
a. Warna kulit (5) d. Edukasikan keluarga
mengenai prosedur
3. Fungsi hati , resiko dalam perawatan
gangguan. isolasi.
a. Pertumbuhan e. Tutup mata bayi,
dan hindari penekanan
perkembangan yang berlebihan.
bayi dalam f. Ubah posisi bayi
batas normal.(5) setiap 4jam per
b. Tanda-tanda protokol.
vital bayi dalam
batas normal(5). 2. Monitor tanda vital
a. Monitor nadi, suhu,
dan frekuensi
pernapasan dengan
tepat.
b. Monitor warna kulit,
suhu, dan
kelembaban.
2 Hipertermi Setelah dilakukan 1. Temperature regulation
berhubungan asuhan keperawatan, (pengaturan suhu)
dengan efek maka didapatkan a. Monitor sushu
kriteria:
fototerapi. minimal tiap 2 jam.
b. Rencanakan
1. Termoregulasi.
monitoring suhu
a. berkeringat saat secara kontinyu.
panas (5) c. Monitor nadi dan
b. gemetaran saat RR.
dingin.(5) d. Monitor warna dan
c. Tingkat suhu kulit.
pernafasan. (5) e. sesuaikan suhu yang
sesua dengan
kebutuhan pasien.
2. Kontrol resiko : f. Monitor tanda-tanda
hipertermi. hipertermi dan
hipotermi.
a. Teridentifikasi g. Tingkatkan cairan
nya tanda dan dan nutrisi.
gejala h. Berikan antipiretik
hipertermi (5) jika perlu.
b. Modifikasi i. Gunakan kasur yang
lingkungan dingin dan mandi air
untuk hangat untuk
mengontrol perubahan suhu
suhu tubuh (5) tubuh yang sesuai.

2. Manajemen demam
a. Monitor suhu secara
kontinue
b. Monitor keluaran
cairan
c. Monitor warna kulit
dan suhu
d. Monitor masukan
dan keluaran.
3 Risiko kekurangan Setelah dilakukan Manajemen cairan
volume cairan b.d asuhan keperawatan, a. Monitor berat badan.
tidak adekuatnya maka didapatkan b. Timbang popok.
kriteria:
intake cairan, efek c. Pertahankan catatan
fototerapi dan intake dan output yang
Keseimbangan cairan.
diare. akurat.
d. Monitor vital sign.
a. Intake dan
e. Dorong masukan oral.
output
f. Monitor pernafasan,
seimbang
tekanan darah, dan nadi.
dalam 24
g. Monitor status hidrasi
jam.(5)
(kelembapan membrane
b. Turgor kulit
mukosa, nadi adekuat,
membaik (5)
tekanan darah ortostatik).
h. Monitor warna, kuantitas
dan banyaknya keluaran
urin.
i. Berikan cairan yang
sesuai.
j. Monitor respon pasien
terhadap penambahan
cairan.
k. Monitor berat badan.

4 Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Manajemen cairan


pola makan bayi asuhan keperawatan, a. Timbang BB setiap hari
maka didapatkan dan dan monitor status
kriteria: pasien.
b. Hitung atau timbang
1. Organisasi popok dengan baik
(pengelolaan) bayi c. Monitor tanda vital
prematur pasien
a. Toleransi makan
(5)
2. Monitor nutrisi
2. Status menelan: fase a. Timbang dan ukur berat
oral badan ideal
a. Efisiensi b. Berikan intake ASI
kemampuan yang adekuat.
menghisap (5)
D. Implementasi dan Evaluasi
Nama : By.L
No.MR 979409
Hari/tgl Diagnosis Implementasi Evaluasi Paraf
Selasa/23 Ikterus neonatus 1) Melakukan pengkajian ulang S:
Mei 2017 mengenai riwayat maternal dan - Dokter mengatakan kuning pada
bayi mengenai adanya faktor risiko tubuh bayi masih ada.
terjadinya hiperbilirubinemia. - Perawat ruangan mengatakan
2) Mengobservasi tanda-tanda ikterus. bayi masih membeutuhkan
3) Menutup mata bayi dengan penutup fototerapi.
berwarna hitam, dan hindari O:
penekanan. - Tampak kuning pada sklera, wajah,
4) Mengubah posisi bayi per 4jam. leher, hingga pusar.
5) Memonitor warna kulit, suhu, dan - Bayi masih malas, dan suka tidur.
kelembaban. - Fototerapi masih dilanjutkan.
- Kulit masih kering.
A:
- Masalah ikterus neonatus belum
teratasi.
P:
- Intervensi dilanjutkan.
Hipertermi 1) Memonitor suhu bayi setiap 3jam S:
secara kontinyu. - Bayi rewel
2) Memonitor tanda-tanda hipertermi - Perawat ruangan mengatakan
dan hipotermi dari hasil pengukuran peningkatan suhu pada By.L
suhu. sudah berkurang.
3) Memonitor warna kulit dan suhu. O:
4) Meningkatkan nutrisi dan cairan - Suhu 37,2°C.
setiap 3jam - Fototerapi dilanjutkan.
- Monitor suhu tetap dilakukan.
A:
- Masalah hipertermi sudah teratasi.
P:
- Intervensi dihentikan.
Risiko kekurangan 1) Melakukan penimbangan berat badan. S:
volume cairan 2) Meningkatkan intake cairan dan -
nutrisi yang adekuat O:
3) Mempertahankan masukan per oral - Kulit masih terasa kering
agar cairan dan nutrisi terpenuhi - Turgor kulit kurang elastis
melalui ASI. - Mukosa kering
4) Menimbang popok bayi untuk menilai - Urine berwarna kekuningan
pengeluaran atau output, serte menilai - Tidak ada kulit yang terkelupas
warna dan konsistensi urine bayi. A:
- Masalah risiko kekurangan volume
cairan belum teratasi
P:
- Intervensi dilanjutkan.
Ketidakefektifan pola 1) Mengkaji kemampuan menghisap S:
makan bayi bayi. - Ibu mengatakan kemampuan
2) Menyediakan ruangan khusus untuk menghisap bayi masih lemah.
menjaga privasi ibu selama O:
menyusui. - Turgor kurang elastis.
3) Menginformasikan pada ibu untuk - Bayi tampak malas menyusui
tidak membatasi bayi menyusui. - Ibu menyusui bayi dengan tenang
4) Mendiskusikan pada ibu mengenai di kamar menyusui.
penggunaan pompa ASI. - Ibu mengerti penggunaan alat
5) Menganjurkan ibu makan makanan pompa ASI, mengkonsumsi
bergizi selama menyusui. makanan bernutrisi selama
6) Menganjurkan ibu untuk minum jika
haus saat menyusui. menyusui.
A:
- Masalah ketidakefektifan pola
makan bayi belum teratasi.
P:
- Intervensi dilanjutkan.
Rabu/24 Ikterus neonatus 1) Mengobservasi tanda-tanda ikterus. S:
Mei 2017 2) Menutup mata bayi dengan penutup - Dokter mengatakan kuning pada
berwarna hitam, dan hindari By.L masih ada, dan masih di
penekanan. indikasikan untuk fototerapi.
3) Mengubah posisi bayi per 4jam. O:
4) Memonitor warna kulit, suhu, dan - Kuning masih ditemukan, yaitu
kelembaban. pada sklera, wajah, leher, dan
dada.
- Bayi masih tampak malas
- Tidur sepanjang hari.
- Fototerapi masih dilakukan
- Kulit kering dan kurang elastis,
suhu dalam rentang normal.
A:
- Masalah ikterus neonatus belum
teratasi
P:
- Intervensi dilanjutkan.
Hipertermi 1) Memonitor suhu bayi setiap 3jam S:
secara kontinyu. - Perawat ruangan mengatakan By.L
2) Memonitor tanda-tanda hipertermi mengalami hipotermi.
dan hipotermi dari hasil pengukuran O:
suhu. - Tidak ada peingkatan suhu tubuh
3) Memonitor warna kulit dan suhu. - Bayi mengalami penurunan suhu
4) Meningkatkan nutrisi dan cairan tubuh dan hampir sianosis.
setiap 3jam - Setelah diberikan tindakan
memindahkan bayi ke infant
warmer, suhu kembali
normal.
- Intake cairan per 3jam.
A:
- Masalah hipertermi sudah teratasi.
P:
- Intervensi dilanjutkan.
Risiko kekurangan 1) Melakukan penimbangan berat badan. S:
volume cairan 2) Meningkatkan intake cairan dan - Bayi rewel saat haus
nutrisi yang adekuat - Ibu mengatakan bayi masih malas
3) Mempertahankan masukan per oral menyusui.
agar cairan dan nutrisi terpenuhi O:
melalui ASI. - Kulit masih kering.
4) Menimbang popok bayi untuk menilai - Turgor kulit kurang elastis.
pengeluaran atau output, serte menilai - Mukosa kering.
warna dan konsistensi urine bayi. - Urine berwarna kekuningan.
- Tidak ditemukan kulit
yang terkelupas.
A:
- Masalah risiko kekurangan volume
cairan belum teratasi
P:
- Intervensi dilanjutkan.
Ketidakefektifan pola 1) Mengkaji kembali kemampuan S:
makan bayi menghisap bayi. - Ibu mengatakan bayi masih malas
2) Menyediakan ruangan khusus untuk untuk menyusui.
menjaga privasi ibu selama menyusui. - Kemampuan menghisap masih
3) Menginformasikan pada ibu untuk lemah.
tidak membatasi bayi menyusui. O:
4) Menganjurkan ibu untuk minum jika - Turgor kurang elastis.
haus saat menyusui. - Bayi tampak malas menyusui
- Ibu menyusui bayi dengan tenang
di kamar menyusui.
- mengkonsumsi makanan bernutrisi
selama menyusui dan minum jika
haus saat menyusui.
A:
- Masalah ketidakefektifan pola
makan bayi belum teratasi.
P:
- Intervensi dilanjutkan
Kamis/25 Ikterus neonatus 1) Mengobservasi tanda-tanda ikterus. S:
Mei 2017 2) Menutup mata bayi dengan penutup - Dokter mengatakan kuning pada
berwarna hitam, dan hindari By.L masih ada, dan
penekanan. menyarankan untuk tetap di
fototerapi.
3) Mengubah posisi bayi per 4jam. - Ibu mengatakan kulit bayi masih
4) Memonitor warna kulit, suhu, dan kuning.
kelembaban. O:
- Kuning masih ditemukan, yaitu
pada sklera, wajah, leher, dan
dada.
- Bayi masih tampak malas
- Fototerapi masih dilakukan
- Kulit kering dan kurang elastis,
suhu dalam rentang normal.
A:
- Masalah ikterus neonatus belum
teratasi
P:
- Intervensi dilanjutkan.
Hipertermi - Masalah teratasi dan intervensi dihentikan.
Risiko kekurangan 1) Melakukan penimbangan berat badan. S:
volume cairan 2) Meningkatkan intake cairan dan - Dokter mengatakan bayi butuh
nutrisi yang adekuat asupan cairan dan nutrisi yang
3) Mempertahankan masukan per oral adekuat
agar cairan dan nutrisi terpenuhi - Ibu mengatakan bayi masih malas
melalui ASI. menyusui.
4) Menimbang popok bayi untuk menilai O:
pengeluaran atau output, serte menilai - Kulit masih kering.
warna dan konsistensi urine bayi. - Turgor kulit kurang elastis.
- Mukosa kering.
- Urine berwarna kekuningan.
- Tidak ditemukan kulit yang
terkelupas.
A:
- Masalah risiko kekurangan volume
cairan belum teratasi
P:
- Intervensi dilanjutkan.
Ketidakefektifan pola 1) Mengkaji kembali kemampuan S:
makan bayi menghisap bayi. - Ibu mengatakan bayi sudah mulai
2) Menyediakan ruangan khusus untuk aktif untuk menyusui.
menjaga privasi ibu selama - Kemampuan menghisap masih
menyusui. lemah.
3) Menginformasikan pada ibu untuk
tidak membatasi bayi menyusui. O:
4) Menganjurkan ibu untuk minum jika - Turgor kurang elastis.
haus saat menyusui. - Bayi tampak malas menyusui
- Ibu menyusui bayi dengan tenang
di kamar menyusui.
- mengkonsumsi makanan bernutrisi
selama menyusui dan minum jika
haus saat menyusui.
A:
- Masalah ketidakefektifan pola
makan bayi belum teratasi.
P:
- Intervensi dilanjutkan
Jumat/26 Ikterus neonatus 1) Mengobservasi tanda-tanda ikterus. S:
Mei 2017 2) Menutup mata bayi dengan penutup - Dokter mengatakan kuning pada
berwarna hitam, dan hindari By.L masih ada.
penekanan. - Perawat ruangan mengatakan
3) Mengubah posisi bayi per 4jam. bayi membutuhkan ASI yang
4) Memonitor warna kulit, suhu, dan adekuat.
O:
kelembaban. - Kuning masih ditemukan,
yaitu pada sklera, wajah, leher
- Bayi masih tampak malas
- Fototerapi masih dilakukan
- Kelembaban kulit mulai membaik
dan sudah mulai elastis, suhu
dalam rentang normal.
- Bilirubin grade I - II.
A:
- Masalah ikterus neonatus belum
teratasi
P:
- Intervensi dilanjutkan.
Hipertermi - Masalah sudah teratasi, intervensi
dihentikan.
Risiko kekurangan 1) Melakukan penimbangan berat badan. S:
volume cairan 2) Meningkatkan intake cairan dan - Dokter mengatakan bayi butuh
nutrisi yang adekuat asupan cairan dan nutrisi yang
3) Mempertahankan masukan per oral adekuat
agar cairan dan nutrisi terpenuhi - Ibu mengatakan bayi sudah mulai
melalui ASI. aktif menyusui, dan terus
4) Menimbang popok bayi untuk menilai dirangsang.
pengeluaran atau output, serte menilai O:
warna dan konsistensi urine bayi. - Kelembaban kulit mengalami
kemajuan.
- Turgor kulit mulai elastis.
- Mukosa kering.
- Urine berwarna kekuningan.
A:
- Masalah risiko kekurangan volume
cairan teratasi sebagian.
P:
- Intervensi dilanjutkan.
Ketidakefektifan pola 1) Mengkaji kembali kemampuan S:
makan bayi menghisap bayi. - Ibu mengatakan bayi sudah mulai
2) Menyediakan ruangan khusus untuk aktif untuk menyusui.
menjaga privasi ibu selama - Kemampuan menghisap sudah
menyusui. mengalami kemajuan.
3) Menginformasikan pada ibu untuk
tidak membatasi bayi menyusui. O:
4) Menganjurkan ibu untuk minum jika - Turgor sudah mulai elastis.
haus saat menyusui. - Bayi tampak puas menyusui
5) Menganjurkan ibu untuk selalu - Ibu menyusui bayi dengan tenang
memompa ASI. di kamar menyusui.
- mengkonsumsi makanan bernutrisi
selama menyusui dan minum jika
haus saat menyusui.
- Ibu menyiapkan ASI yang sudah
di pompa.
A:
- Masalah ketidakefektifan pola
makan bayi teratasi sebagian.
P:
- Intervensi dilanjutkan
Sabtu/ 27 Ikterus neonatus 1) Mengobservasi tanda-tanda ikterus. S:
Mei 2017 2) Menutup mata bayi dengan penutup - Dokter mengatakan kuning pada
berwarna hitam, dan hindari By.L sudah hilang.
penekanan. - Perawat ruangan mengatakan bayi
3) Mengubah posisi bayi per 4jam. membutuhkan ASI yang adekuat.
4) Memonitor warna kulit, suhu, dan O:
kelembaban. - Kuning sudah tidak tampak pada
kulit bayi, dan pada sklera juga
sudah tidak kuning.
- Bayi masih tampak sudah mulai
aktif bergerak.
- Fototerapi dihentikan.
- Kelembaban kulit mulai membaik
dan sudah mulai elastis, suhu
dalam rentang normal.
A:
- Masalah ikterus neonatus teratasi
P:
- Intervensi dihentikan.
Hipertermi - Masalah teratasi dan intervensi dihentikan.
Risiko kekurangan 1) Melakukan penimbangan berat badan. S:
volume cairan 2) Meningkatkan intake cairan dan - Dokter mengatakan bayi tetap
nutrisi yang adekuat membutuhkan asupan cairan
dan
3) Mempertahankan masukan per oral nutrisi yang adekuat
agar cairan dan nutrisi terpenuhi - Ibu mengatakan bayi sudah aktif
melalui ASI. dan puas menyusui.
4) Menimbang popok bayi untuk menilai O:
pengeluaran atau output, serte menilai - Kelembaban tidak terganggu
warna dan konsistensi urine bayi. dan dalam rentang normal.
- Turgor kulit sudah elastis.
- Mukosa lembab.
- Urine berwarna kekuningan.
A:
- Masalah risiko kekurangan volume
cairan sudah teratasi.
P:
- Intervensi dihentikan.
Ketidakefektifan pola 1) Mengkaji kembali kemampuan S:
makan bayi menghisap bayi. - Ibu mengatakan bayi sudah mulai
2) Menyediakan ruangan khusus untuk aktif untuk menyusui.
menjaga privasi ibu selama - Kemampuan menghisap sudah
menyusui. mengalami kemajuan.
3) Menginformasikan pada ibu untuk
tidak membatasi bayi menyusui. O:
4) Menganjurkan ibu untuk minum jika - Turgor sudah elastis.
haus saat menyusui. - Bayi tampak puas menyusui
5) Menganjurkan ibu untuk selalu - Ibu menyusui bayi dengan tenang
memompa ASI. di kamar menyusui.
- mengkonsumsi makanan bernutrisi
selama menyusui dan minum jika
haus saat menyusui.
- Ibu menyiapkan ASI yang sudah
di pompa.
A:
- Masalah ketidakefektifan pola
makan bayi sudah teratasi.
P:
- Intervensi dihentikan.
Tgl masuk : 23 Mei 2017
FORMAT PENGKAJIAN Tgl pengkajian : 23 Mei 2017
KEPERAWATAN No.MR 97 94 09
Ruang : Perinatologi
1. NEONATUS
DATA UMUM
IDENTITAS BAYI

Nama / Panggilan By.T


Umur / tgl lahir 23 Mei 2017
Jenis kelamin Perempuan
Anak ke 1
Jumlah saudara 0
Diagnosa Medis Hiperbilirubinemia
Jaminan

IDENTITAS IBU AYAH


ORANGTUA
Nama Ny.T Tn.I
Umur 22 tahun 27 tahun
Agama Islam Islam
Pendidikan SMP SMP
Pekerjaan Ibu rumah tangga Petani
Alamat Solok Selatan Solok Selatan

2. RIWAYAT KESEHATAN
a. KELUHAN UTAMA Bayi kuning sejak 24jam pertama kelahiran, kuning diseluruh tubuh dan kulit terkelupas.

b. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 24 Mei 2017 pukul 14.00 WIB, By.T tampak kuning pada seluruh
tubuh, sklera, dan kuku. Kulit tampak terkelupas, kering dan kurang elastis, By.T dirawat di dalam
inkubator, penambahan berat badan belum ada, suhu tidak stabil, By.T tidak mendapatkan ASI langsung
dari ibu karena tidak lancar dalam produksi ASI ditambah lagi kondisi ibu yang belum stabil dan masih
dirawat di ruang rawat inap HCU kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang.

c. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU


Saat dikaji, keluarga mengatakan ibu tidak rutin memeriksakan kehamilan, pernah mengalami keputihan
selama hamil, dan terakhir ibu dengan eksklamsia.
Ibu pernah demam saat hamil, nutrisi selama kehamilan tidak terpenuhi karena faktor ekonomi dan
kurangnya pengetahuan tentang pentingnya intake nutrisi selama kehamilan.

Riwayat Kehamilan
Status kehamilan G 1 P1 A0 H1
Pemeriksaan kehamilan/ANC □ √ Tidak ada ฀ Ada, Frekuensi : ฀ < 3 x ฀ > 3 x
Masalah kehamilan □ Tidak ada ฀√Ada, sebutkan ……..eksklamsia dan keputihan............
Konsumsi obat selama hamil ฀√ Tidak ada ฀ Ada, sebutkan … ..
Pemeriksaan kehamilan ke □ Perawat ฀ Bidan ฀ Dokter
Riwayat Kelahiran
Usia Gestasi 38 - 39 mg
BB lahir 2700 gr PB lahir 48 .cm
Nilai APGAR Menit ke 1….... Menit ke 5….........
Kala Persalinan Kala I: ……jam.........menit Kala II: ……jam.........menit Kala III: ..……jam.........menit
Penolong □ Perawat ฀ Bidan ฀√ Dokter ฀ Dukun
Jenis persalinan ฀√ Spontan ฀ Sectio Caesarea ฀ Vakum ฀ Forcep
Kesulitan ฀√ Tidak Ada ฀ Ada, sebutkan …..
Air ketuban □ Jernih ฀√ Keruh
Kelainan bayi □ Tidak Ada ฀√ Ada, sebutkan ....kulit pecah-pecah...
Inisiasi Menyusu Dini ฀√ Ada ฀ Tidak Ada
(IMD)
Pemberian Vit K ฀√ Ada ฀ Tidak Ada

Poltekkes Kemenkes Padang


Riwayat Keluarga : GENOGRAM (3 Generasi)

d. Riwayat Kesehatan Keluarga


Anggota keluarga ฀√ Tidak ada □ Ada, sebutkan siapa dan penyakitnya :
pernah sakit
Riwayat penyakit ฀√ Tidak ada □ Ada, sebutkan penyakitnya:
keturunan
Budaya Kepercayaan Yang Dianut Oleh Keluarga Tentang Kesehatan
Nilai/keyakinan keluarga dalam : ฀ Ada, sebutkan……
kesehatan ฀√ Tidak ada

1.1 KEBUTUHAN NUTRISI DAN CAIRAN


Kebutuhan Cairan 240 ml/kgBB/hr
Cara Pemberian □ Parenteral, a. Jenis .........................................
b. Jumlah ………….. ml/jam tetesan/menit:..................
฀√ Enteral a. Jenis ฀ ASI ฀√ PASI ฀ Puasa
b. Rute ฀√ Oral ฀ OGT
c. Frekuensi 8 x/hr.................................................ml/kali pemberian
Toleransi pemberian Kembung ฀ Ya ฀√ Tidak Muntah ฀√ Tidak ฀ Ya, jumlah ……
1.2 KEBUTUHAN ELIMINASI
Buang Air Besar Buang Air Kecil
Kesulitan □ Ada, sebutkan……. ฀√ Tidak □ Ada, sebutkan……. √ Tidak
Konsistensi □ Padat/keras ฀√ Lembek ฀ Cair
Alat bantu □ Huknah ฀√ Tidak ada □ Kateter ฀√ Diapers ฀ Tidak ada
Warna pucat Gelap dan pekat
Bau - -
Frekuensi 6-7 x/hari ……….. x/hari
Jumlah ................. ml/hari
1.3 KEBUTUHAN TIDUR DAN BERMAIN
Lama tidur …… jam/hr Siang :…… jam Malam : …… jam
Kualitas tidur □ Nyenyak ฀ √ Sering terbangun / gelisah Penyebab ……..
Jenis bermain □ Bermain sendiri ฀ Bermain ditemani
IMUNISASI
Imunisasi yang sudah didapatkan : Hb0 dan BCG

LINGKUNGAN

2. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Vital Suhu : 37,5 oC RR : 40 x/m HR : 150 x/m TD : - mmHg
Tingkat kesadaran
(GCS) : E.......M.......V.... Jumlah:.........
Antropometri BB saat ini 2700.gr PB : 48.cm LLA : 12 cm
Kepala Lingkar Kepala : 32 cm
Ubun-ubun besar :4x3 Ubun-ubun kecil:
Bentuk ฀√ Normal ฀ Kelainan, sebutkan :............ ฀ Jejas
Sutura Sagitalis : ................................. Caput Succedaneum :......................

Poltekkes Kemenkes Padang


Rambut □ Hitam ฀√ Tipis ฀ Jarang ฀ Merah
Mata ฀√ Simetris ฀ Tidak simetris ฀ Menonjol Sklera ฀√ Ikterik ฀ Tidak ikterik
□ Strabismus ฀ Ada ฀ Tidak ada Konjungtiva ฀ Anemis ฀√ Tdk anemis
□ Kelainan sebutkan …. Sekret ฀√ Ada ฀ Tdk ada
Reflek cahaya : (+)
Reflek pupil : (+)
Hidung Jalan nafas ฀√ Bersih ฀ Tidak bersih ฀ Sekret ฀ Obstruksi ฀
Kelainan Pernafasan cuping ฀ Ada ฀√ Tidak ada
hidung
Mulut Struktur mulut ฀√ Utuh ฀ Labioskiziz
Palatum ฀√ Utuh ฀ Palatoskiziz
Gusi ฀√ Utuh ฀ Tidak Utuh
Lidah :. Merah muda..
Warna bibir :. Merah....
Reflek Rooting :.. (+)
Reflek sucking..........................(+)
Telinga ฀√ Normal ฀ Keluar cairan ฀ Berbau
□ Kelainan, sebutkan ….
Sejajar dengan kantus mata: (+)
Leher Ukuran:. ฀√ Ya ฀ Tidak
Rekfek Tonik Neck: ..............................
Dada
Lingkar Dada 30. cm
Pernafasan
Inspeksi Irama nafas ฀√ Reguler ฀ Irreguler
Jenis nafas □ Cheyne Stoke ฀ Kussmaul ฀ Hiperventilasi
Alat bantu □ Ada,sebutkan..................... ฀√ Tidak Ada
Kesulitan □ Retraksi dada ฀ Otot bantu nafas
nafas
Palpasi Fremitus :.. kiri kanan sama
Auskultasi Suara nafas ฀√ Vesikuler ฀ Wheezing ฀ Rhonchi ฀ Stridor
Jantung
Sirkulasi Denyut jantung 150.x/menit
Irama ฀√ Teratur ฀ Tidak teratur
Akral ฀√ Hangat ฀ Dingin

CRT ฀√ <2 detik ฀ >2 detik


Jantung Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis teraba

Auskultasi : Bunyi jantung normal

Abdomen
Lingkar Perut 30 cm
Inspeksi Tali pusat
฀√ Basah ฀ Kering ฀ Bau ฀ Sudah puput
Kelainan struktur abdomen: .......................................
Spinder nevy : ........................
Auskultasi Bising usus : …… x/menit
฀√ Teratur ฀ tidak teratur
Palpasi Tidak ada massa di abdomen, abdomen tidak
tegang

Perkusi Tympani

Ekstremitas Atas ฀√ Lengkap ฀ Kelainan, sebutkan ….


Poltekkes Kemenkes Padang
Reflek genggam pada tangan (palmar graps): ...(+)
Bawah ฀√ Lengkap ฀ Kelainan, sebutkan ….
Reflek genggam pada kaki (plantar graps): ...(+)
Reflek Babinsky: ................................

Genitalia
฀√ Normal ฀ Kelainan, sebutkan ….
√ Mekonium sudah Atresia ani
keluar Hipospadia/Epispadia
Kulit Turgor, kembali ฀ Segera ฀√ Lambat ฀ Sangat lambat
Kelembaban ฀ Baik ฀√ Buruk
Warna kulit ฀ Sianosis ฀√ Tidak sianosis
Lanugo ฀ Ada ฀
Tidak Pemeriksaan Ikterus (Kreamer) : ikterus grade III -
IV

PROGRAM TERAPI

- Fototerapi : >96jam
- Injeksi : a)Ampicilline 2x135mg (IV)
b)Gentamicin 1x12mg (IV)

- Parenteral : IVFD P62 13,5 cc/jam

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Data Penunjang
Hasil Pemeriksaan labor pada tanggal 23 Mei 2017 , bilirubin total 18,5 mg/dl (normal 0,3-1), bilirubin
direk 0,8 mg/dl (normal <0,20), bilirubin indirek 17,7 mg/dl (normal <0,80), Hb 13,5 gr/dl (normal P 12-14
g/dl W 12-16 g/dl), leukosit 13.787/mm3 (normal 5000-10000), trombosit 342.000/mm3 (normal 150000-
400000), HT 39% (normal P 38-58%, W 37-43%).

Hasil pemeriksaan labor pada 24 Mei 2017 didapatkan hasil bilirubin total 17,3 mg/dl (normal 0,3-1),
bilirubin direk 0,6 mg/dl (normal <0,20), bilirubin indirek 16,7 mg/dl (normal <0,80), Hb 13,1 gr/dl (normal
P 12-14 g/dl W 12-16 g/dl), leukosit 12.350/mm3 (normal 5000-10000), trombosit 304.000/mm3 (normal
150000-400000), HT 39% (normal P 38-58%, W 37-43%).

Sedangkan hasil labor pada tanggal 25 Mei 2017 didapatkan hasil bilirubin total 22,1 mg/dl (normal 0,3-1),
bilirubin direk 0,8 mg/dl (normal <0,20), bilirubin indirek 21,3 mg/dl (normal <0,80)

Poltekkes Kemenkes Padang


PERENCANAAN PULANG (DISCHARGE PLANNING)

Hari/Tanggal Pengkajian Perawat Tanda tangan

24 Mei 2017 Zikri Ihsan

Poltekkes Kemenkes Padang


2. Analisis Data
Nama : By.T
No.MR 978552
Data Penyebab Masalah
DS: - Dokter mengatakan By.L Inkompatibilitas AB0 Ikterus Neonatus
tampak ikterik sejak 24jam
pertama kelahiran, bilirubin
grade III - IV, dan di
indikasikan untuk segera
mendapat fototerapi.
- Dokter mengatakan bayi
dengan rhesus golongan
darah berbeda dengan ibu.

- By.L tampak kuning pada


DO sklera, kuku, wajah, leher,
: pusar, lengan, dan paha.
- Bilirubin grade III-IV
- Hasil labor menunjukkan
bilirubin total 18,5 mg/dl
(normal 0,3-1), bilirubin
direk 0,8 mg/dl (normal
<0,20), bilirubin indirek 17,7
mg/dl (normal <0,80)
- Bayi tampak rewel dan
gelisah.
- By.T lahir cukup bulan
dengan usia kehamilan 38-
39minggu
- Ibu dengan riwayat
keputihan dan eksklamsia.
DS: - Bayi rewel dan menangis Efek fototerapi Hipertermi
- Perawat ruangan mengatakan
By.T mengalami
peningkatan suhu tubuh.
DO - Suhu 37,7°C.
- Bayi berkeringat saat panas.
:
- Fototerapi dua lampu
sementara dihentikan dan
diberikan intake cairan.
- Kulit teraba hangat.

DS: - Perawat ruangan mengatakan Intake cairan tidak Risiko kekurangan


By.L berisiko untuk adekuat dan efek volume cairan
kekurangan volume cairan fototerapi
karna fototerapi yang
DO diberikan dengan sinar
: intensitas tinggi.

- Kulit kering.
- Turgor kulit kurang elastis.
- Mukosa kering.
- Reflek sucking lemah.
- Bayi tampak gelisah.
- Produksi ASI ibu
tidak lancar,dan tidak
dapat
dipompa..
DS: - Perawat ruangan mengatakan Hiperbilirubinemia Kerusakan integritas
kulit bayi terkelupas di kulit
hampir seluruh tubuh.

- Bayi tampak gelisah


DO - Kulit tampak terkelupas
- Kulit kering
:
- Turgor kulit kurang elastis.
- Intake cairan dan nutrisi per
3jam dengan susu formula
- By.T tidak terpasang OGT.

B. Daftar Diagnosis Keperawatan

1. Ikterus neonatus berhubungan dengan inkompatibilitas AB0.


2. Hipertermi berhubungan dengan efek fototerapi.
3. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan yang
tidak adekuat dan efek fototerapi.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan hiperbilirubinemia.

C. Intervensi Keperawatan
Nama : By.T
No.MR 978552

No Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1 Ikterus Neonatus Setelah dilakukan 1. Fototerapi: neonatus
berhubungan asuhan keperawatan, a. Kaji ulang riwayat
dengan maka didapatkan maternal dan bayi
prematuritas kriteria: mengenai adanya
1. Adaptasi bayi baru faktor risiko
lahir terjadinya
a. Warna kulit (5) hyperbilirubinemia.
b. Mata bersih (5) b. Observasi tanda-tanda
c. Kadar bilirubin (warna) kuning.
(5) c. Periksa kadar serum
bilirubin, sesuai
2. Organisasi kebutuhan, sesuai
(Pengelolaan) bayi protokol dan
prematur permintaan dokter.
a. Warna kulit (5) d. Edukasikan keluarga
mengenai prosedur
3. Fungsi hati , resiko dalam perawatan
gangguan. isolasi.
a. Pertumbuhan e. Tutup mata bayi,
dan hindari penekanan
perkembangan yang berlebihan.
bayi dalam f. Ubah posisi bayi
batas normal.(5) setiap 4jam per
b. Tanda-tanda protokol.
vital bayi dalam
batas normal(5). 2. Monitor tanda vital
a. Monitor nadi, suhu,
dan frekuensi
pernapasan dengan
tepat.
b. Monitor warna kulit,
suhu, dan
kelembaban.
2 Hipertermi Setelah dilakukan 1. Temperature regulation
berhubungan asuhan keperawatan, (pengaturan suhu)
dengan efek maka didapatkan a. Monitor sushu
fototerapi. kriteria: minimal tiap 2 jam.
b. Rencanakan
1. Termoregulasi. monitoring suhu
secara kontinyu.
a. berkeringat saat c. Monitor nadi dan
panas (5) RR.
b. gemetaran saat d. Monitor warna dan
dingin.(5) suhu kulit.
c. Tingkat e. sesuaikan suhu yang
pernafasan. (5) sesua dengan
kebutuhan pasien.
f. Monitor tanda-tanda
2. Kontrol resiko : hipertermi dan
hipertermi. hipotermi.
g. Tingkatkan cairan
a. Teridentifikasi dan nutrisi.
nya tanda dan h. Berikan antipiretik
gejala jika perlu.
hipertermi (5) i. Gunakan kasur yang
b. Modifikasi dingin dan mandi air
lingkungan hangat untuk
untuk perubahan suhu
mengontrol tubuh yang sesuai.
suhu tubuh (5)
2. Manajemen demam
a. Monitor suhu secara
kontinue
b. Monitor keluaran
cairan
c. Monitor warna kulit
dan suhu
d. Monitor masukan
dan keluaran.

3 Risiko kekurangan Setelah dilakukan Manajemen cairan


volume cairan b.d asuhan keperawatan, a. Monitor berat badan.
tidak adekuatnya maka didapatkan b. Timbang popok.
intake cairan, efek kriteria: c. Pertahankan catatan
fototerapi dan intake dan output yang
diare. Keseimbangan cairan. akurat.
d. Monitor vital sign.
e. Dorong masukan oral.
a. Intake dan f. Monitor pernafasan,
output tekanan darah, dan nadi.
seimbang g. Monitor status hidrasi
dalam 24 jam. (kelembapan membrane
(5) mukosa, nadi adekuat,
b. Turgor kulit tekanan darah
membaik (5) ortostatik).
h. Monitor warna, kuantitas
dan banyaknya keluaran
urin.
i. Berikan cairan yang
sesuai.
j. Monitor respon pasien
terhadap penambahan
cairan.
k. Monitor berat badan.

4 Risiko kerusakan Setelah dilakukan


integritas kulit b.d asuhan keperawatan, 1. Manajemen cairan
hiperbilirubinemia maka didapatkan a. Monitor berat badan.
dan diare. kriteria: b. Pertahankan catatan
intake dan output yang
1. Integritas jaringan : akurat.
kulit dan membran c. Dorong masukan oral.
d. Monitor status hidrasi
mukosa.
(kelembapan membran
a. Integritas kulit mukosa, nadi adekuat,
yang baik bisa tekanan darah
dipertahankan ortostatik).
(sensasi, e. Berikan cairan yang
elastisitas, sesuai.
hidrasi). (5)
b.Perfusi jaringan
2. Pressure management
baik. (5)
(Manajemen tekanan)
a. Anjurkan untuk
2. Kontrol resiko.
menggunakan pakaian
yang longgar.
integritas kulit
b. Hindari kerutan pada
neonatus kembali tempat tidur.
membaik. c. Jaga kebersihan kulit
Dengan kriteria hasil : agar tetap bersih dan
a. Faktor resiko kering.
teridentifikasi d. Mobilisasi (ubah posisi
(5) pasien) setiap dua jam
b. Faktor resiko sekali.
personal e. Monitor akan adanya
termonitor (5) kemerahan.
c. Faktor resiko f. Monitor aktivitas dan
lingkungan mobilisasi pasien.
termonitor. (5) g. Memandikan pasien
dengan sabun dan air
hangat.
D. Implementasi dan
Evaluasi Nama :
By.T
No.MR 978552

Hari/tgl Diagnosis Implementasi Evaluasi Paraf


Rabu/24 Ikterus neonatus 1) Melakukan pengkajian ulang S:
- Dokter mengatakan kuning pada
Mei 2017 mengenai riwayat maternal dan
tubuh bayi masih ada.
bayi mengenai adanya faktor risiko
- Perawat ruangan mengatakan bayi
terjadinya hiperbilirubinemia.
masih membeutuhkan fototerapi.
2) Mengobservasi tanda-tanda ikterus.
- Dokter mengatakan
3) Menutup mata bayi dengan penutup
Inkompatibilitas AB0
berwarna hitam, dan hindari
menyebabkan bayi mengalami
penekanan.
4) Mengubah posisi bayi per 4jam. ikterik.
5) Memonitor warna kulit, suhu, dan
O:
kelembaban.
- Tampak kuning pada sklera,
kuku, wajah, leher, pusar, paha,
dan lengan.
- Bayi masih tampak gelisah.
- Fototerapi masih dilanjutkan
dengan dua lampu.
- Kulit masih kering.
A:
- Masalah ikterus neonatus belum
teratasi.
P:
- Intervensi dilanjutkan.
Hipertermi 1) Memonitor suhu bayi setiap 3jam S:
- Bayi rewel dan sering menangis.
secara kontinyu.
- Perawat ruangan mengatakan
2) Memonitor tanda-tanda hipertermi
peningkatan suhu pada By.L
dan hipotermi dari hasil
sudah berkurang.
pengukuran
O:
suhu.
3) Memonitor warna kulit dan suhu. - Suhu 37,2°C.
4) Meningkatkan nutrisi dan - Fototerapi dilanjutkan.
- Monitor suhu tetap dilakukan.
cairan setiap 3jam
- Bayi sudah tidak berkeringat lagi.
A:
- Masalah hipertermi sudah teratasi.
P:
- Intervensi lanjutkan.
Risiko kekurangan 1) Melakukan penimbangan berat badan. S:
2) Meningkatkan intake cairan dan - Bayi sering rewel dan menangis
volume cairan
nutrisi yang adekuat O:
3) Mempertahankan masukan per oral - Kulit masih terasa kering
- Turgor kulit kurang elastis
agar cairan dan nutrisi terpenuhi
- Mukosa kering
melalui ASI. - Urine berwarna pekat.
4) Menimbang popok bayi untuk menilai - Kulit terkelupas dan bibir pecah-
pengeluaran atau output, serte menilai pecah.
- Reflek rooting kuat.
warna dan konsistensi urine bayi.
A:
- Masalah risiko kekurangan volume
cairan belum teratasi
P:
- Intervensi dilanjutkan.
Kerusakan integritas 1) menimbang berat badan bayi. S:
2) mempertahankan intake dan output - perawat ruangan mengatakan kulit
kulit
yang akurat. masih terkelupas dan belum ada
3) mendorong masukan oral
perkembangan
4) memantau status hidrasi seperti
O:
kelembapan mukosa dan nadi.
5) menghindari kerutan pada tempat - Turgor kurang elastis.
- Kulit kering.
tidur, untuk mencegah terjadinya
- Kulit terkelupas pada bagian wajah,
iritasi karna gesekan dengan alat
leher, perut, hingga paha.
tenun. - Kulit iritasi dan kemerahan pada
6) mengubah posisi bayi setiap dua jam
sekali. bagian sekitar anus
7) menilai aktivitas dan mobilisasi bayi
A:
untuk melihat kemampuan gerakan
- Masalah kerusakan integritas kulit
bayi, bayi bergerak aktif dan sering
belum teratasi.
rewel.
P:
- Intervensi dilanjutkan.
Kamis/25 Ikterus neonatus 1) Mengobservasi tanda-tanda ikterus. S:
2) Menutup mata bayi dengan penutup - Dokter mengatakan kuning pada
Mei 2017
berwarna hitam, dan hindari tubuh bayi masih ada.
- Perawat ruangan mengatakan bayi
penekanan.
3) Mengubah posisi bayi per 4jam. masih membeutuhkan fototerapi
4) Memonitor warna kulit, suhu, dan
dua lampu.
kelembaban.
O:
- Tampak kuning pada sklera,
kuku, wajah, leher, pusar, paha,
dan lengan.
- Bayi masih tampak gelisah.
- Fototerapi masih dilanjutkan
dengan dua lampu.
- Kulit masih kering.
- Hasil pemeriksaan labor pada 24
Mei 2017 didapatkan hasil bilirubin
total 17,3 mg/dl (normal 0,3-1),
bilirubin direk 0,6 mg/dl (normal
<0,20), bilirubin indirek 16,7 mg/dl
(normal <0,80)
A:
- Masalah ikterus neonatus belum
teratasi.
P:
Intervensi dilanjutkan.
Hipertermi 1) Memonitor suhu bayi setiap 3jam S:
- Perawat ruangan mengatakan
secara kontinyu.
2) Memonitor tanda-tanda hipertermi peningkatan suhu pada By.L
dan hipotermi dari hasil sudah tidak ada.
pengukuran O:
suhu. - Suhu 37,0°C.
3) Memonitor warna kulit dan suhu. - Fototerapi dilanjutkan.
4) Meningkatkan nutrisi dan - Monitor suhu tetap dilakukan.
- Bayi sudah tidak berkeringat lagi.
cairan setiap 3jam
A:
- Masalah hipertermi sudah teratasi.
P:
Intervensi dihentikan.
Risiko kekurangan 1) Melakukan penimbangan berat badan. S:
2) Meningkatkan intake cairan dan - Bayi rewel dan menangis saat haus
volume cairan
- Dokter mengatakan bayi berisiko
nutrisi yang adekuat
3) Mempertahankan masukan per oral kekurangan volume cairan akibat
agar cairan dan nutrisi terpenuhi fototerapi dua lampu.
melalui ASI. O:
4) Menimbang popok bayi untuk menilai
- Kulit masih kering.
pengeluaran atau output, serte menilai - Turgor kulit kurang elastis.
- Mukosa kering.
warna dan konsistensi urine bayi.
- Urine berwarna pekat.
- Kulit terkelupas, dan bibir pecah-
pecah.
A:
- Masalah risiko kekurangan volume
cairan belum teratasi
P:
- Intervensi dilanjutkan.
Kerusakan integritas 1) menimbang berat badan bayi. S:
2) mempertahankan intake dan output - perawat ruangan mengatakan kulit
kulit
yang akurat. masih terkelupas dan belum ada
3) mendorong masukan oral perkembangan
4) memantau status hidrasi seperti
O:
kelembapan mukosa dan nadi.
- Turgor kurang elastis.
5) menghindari kerutan pada tempat
- Kulit kering.
tidur, untuk mencegah terjadinya - Kulit terkelupas pada bagian wajah,
iritasi karna gesekan dengan alat leher, perut, hingga paha.
- Kulit iritasi dan kemerahan pada
tenun.
6) mengubah posisi bayi setiap dua jam bagian sekitar anus.
- Kerutan pada alat tenun tidak ada.
sekali.
7) menilai aktivitas dan mobilisasi bayi A:
untuk melihat kemampuan gerakan - Masalah kerusakan integritas kulit
bayi, bayi bergerak aktif dan sering belum teratasi.
rewel. P:
Intervensi dilanjutkan.
Jumat/26 Ikterus neonatus 1) Mengobservasi tanda-tanda ikterus. S:
2) Menutup mata bayi dengan penutup - Dokter mengatakan kuning pada
Mei 2017
berwarna hitam, dan hindari tubuh bayi masih ada.
- Perawat ruangan mengatakan bayi
penekanan.
3) Mengubah posisi bayi per 4jam. masih membeutuhkan fototerapi
4) Memonitor warna kulit, suhu, dan
dua lampu.
kelembaban. - Dokter mengindikasikan untuk
transfusi tukar.
O:
- Tampak kuning pada sklera,
kuku, wajah, leher, pusar, paha,
dan lengan.
- Bayi masih tampak gelisah.
- Fototerapi masih dilanjutkan
dengan dua lampu.
- Kulit masih kering.
- Hasil labor pada tanggal 25 Mei
2017 didapatkan hasil bilirubin
total 22,1 mg/dl (normal 0,3-1),
bilirubin direk 0,8 mg/dl (normal
<0,20), bilirubin indirek 21,3 mg/dl
(normal <0,80).
A:
- Masalah ikterus neonatus belum
teratasi.
P:
Intervensi dilanjutkan.
Hipertermi - Masalah teratasi dan intervensi dihentikan.
Risiko kekurangan 1) Melakukan penimbangan berat badan. S:
volume cairan 2) Meningkatkan intake cairan dan - Bayi rewel dan menangis saat haus
- Dokter mengatakan bayi berisiko
nutrisi yang adekuat
3) Mempertahankan masukan per oral kekurangan volume cairan akibat
agar cairan dan nutrisi terpenuhi fototerapi tiga lampu.
melalui ASI. O:
4) Menimbang popok bayi untuk menilai
- Kulit masih kering.
pengeluaran atau output, serte menilai - Turgor kulit kurang elastis.
- Mukosa kering.
warna dan konsistensi urine bayi.
- Urine berwarna pekat.
- Kulit terkelupas, dan bibir pecah-
pecah.
A:
- Masalah risiko kekurangan volume
cairan belum teratasi
P:
- Intervensi dilanjutkan.

Kerusakan integritas 1) mempertahankan intake dan output S:


- perawat ruangan mengatakan kulit
kulit yang akurat.
2) mendorong masukan oral masih terkelupas dan belum ada
3) memantau status hidrasi seperti
perkembangan
kelembapan mukosa dan nadi. O:
4) menghindari kerutan pada tempat - Turgor kurang elastis.
- Kulit kering.
tidur, untuk mencegah terjadinya
- Kulit terkelupas pada bagian wajah,
iritasi karna gesekan dengan alat
leher, perut, hingga paha.
tenun. - Kulit iritasi dan kemerahan pada
5) mengubah posisi bayi setiap dua jam
bagian sekitar anus.
sekali. - Kerutan pada alat tenun tidak ada.
6) menilai aktivitas dan mobilisasi bayi
A:
untuk melihat kemampuan gerakan
- Masalah kerusakan integritas kulit
bayi, bayi bergerak aktif dan sering
belum teratasi.
rewel.
P:
Intervensi dilanjutkan.
Sabtu/27 Ikterus neonatus 1) Mengobservasi tanda-tanda ikterus. S:
2) Menutup mata bayi dengan penutup - Dokter mengatakan kuning pada
Mei 2017
berwarna hitam, dan hindari tubuh bayi masih ada.
- Perawat ruangan mengatakan bayi
penekanan.
3) Mengubah posisi bayi per 4jam. masih membeutuhkan fototerapi
4) Memonitor warna kulit, suhu, dan
dua lampu.
kelembaban. - Dokter mengindikasikan untuk
transfusi tukar.
O:
- Tampak kuning pada sklera, kuku,
wajah, leher, pusar, paha, dan
lengan belum hilang.
- Bayi masih tampak gelisah.
- Fototerapi masih dilanjutkan
dengan dua lampu.
- Kulit masih kering.
- Bilirubin grade III – IV.
A:
- Masalah ikterus neonatus belum
teratasi.

P:
Intervensi dilanjutkan.
Hipertermi - Masalah sudah teratasi, intervensi
dihentikan.
Risiko kekurangan 1) Melakukan penimbangan berat badan. S:
2) Meningkatkan intake cairan dan - Bayi rewel dan menangis saat haus.
volume cairan
- Dokter mengatakan bayi berisiko
nutrisi yang adekuat
3) Mempertahankan masukan per oral kekurangan volume cairan akibat
agar cairan dan nutrisi terpenuhi fototerapi tiga lampu.
melalui ASI. O:
4) Menimbang popok bayi untuk menilai - Kulit masih kering.
pengeluaran atau output, serte menilai - Turgor kulit kurang elastis.
- Mukosa kering.
warna dan konsistensi urine bayi.
- Urine berwarna pekat.
- Kulit terkelupas, dan bibir pecah-
pecah.
- Cairan yg masuk susu formula 30cc
per 3jam.

A:
- Masalah risiko kekurangan volume
cairan belum teratasi
P:
- Intervensi dilanjutkan.
Kerusakan integritas 1) mempertahankan intake dan output S:
- perawat ruangan mengatakan kulit
kulit yang akurat.
2) mendorong masukan oral masih terkelupas dan belum ada
3) memantau status hidrasi seperti
perkembangan
kelembapan mukosa dan nadi.
O:
4) menghindari kerutan pada tempat
- Turgor kurang elastis.
tidur, untuk mencegah terjadinya
- Kulit kering.
iritasi karna gesekan dengan alat - Kulit terkelupas pada bagian wajah,
tenun. leher, perut, hingga paha.
5) mengubah posisi bayi setiap dua jam - Kulit iritasi dan kemerahan pada
sekali. bagian sekitar anus karena bayi
6) menilai aktivitas dan mobilisasi bayi
menmgalami diare.
untuk melihat kemampuan gerakan - Kerutan pada alat tenun tidak ada.
bayi, bayi bergerak aktif dan sering
A:
rewel.
7) Memberikan baby oil setelah - Masalah kerusakan integritas kulit
dimandikan. belum teratasi.
P:
Intervensi dilanjutkan.
Minggu/28 Ikterus neonatus 1) Mengobservasi tanda-tanda ikterus. S:
2) Menutup mata bayi dengan penutup - Dokter mengatakan kuning pada
Mei 2017
berwarna hitam, dan hindari tubuh bayi masih ada.
- Perawat ruangan mengatakan bayi
penekanan.
3) Mengubah posisi bayi per 4jam. masih membeutuhkan fototerapi
4) Memonitor warna kulit, suhu, dan
dua lampu.
kelembaban. - Dokter mengindikasikan untuk
transfusi tukar.
O:
- Tampak kuning pada sklera,
kuku, wajah, leher, pusar, paha,
dan
lengan belum hilang.
- Bayi masih tampak gelisah.
- Fototerapi masih dilanjutkan
dengan dua lampu.
- Kulit masih kering.
- Bilirubin grade III – IV.
- Keluarga menolak
diberikan tindakan, dan
pulang paksa.
A:
- Masalah ikterus neonatus belum
teratasi.
P:
Intervensi dihentikan.
Hipertermi - Masalah teratasi dan intervensi dihentikan.
Risiko kekurangan 1) Melakukan penimbangan berat badan. S:
2) Meningkatkan intake cairan dan - Bayi masih rewel dan menangis
volume cairan
nutrisi yang adekuat saat haus.
3) Mempertahankan masukan per oral - Dokter mengatakan bayi berisiko
agar cairan dan nutrisi terpenuhi kekurangan volume cairan akibat
melalui ASI. fototerapi tiga lampu.
4) Menimbang popok bayi untuk menilai - Perawat ruangan mengatakan
pengeluaran atau output, serte menilai kebutuhan cairan pada By.T belum
warna dan konsistensi urine bayi. terpenuhi.
O:
- Kulit masih kering.
- Turgor kulit kurang elastis.
- Mukosa kering.
- Urine berwarna pekat.
- Kulit terkelupas, dan bibir pecah-
pecah.
- Cairan yg masuk susu formula 30cc
per 3jam.
- Bayi mengalami diare.
A:
- Masalah risiko kekurangan volume
cairan belum teratasi
P:
Intervensi dihentikan.
Kerusakan integritas 1) mempertahankan intake dan output S:
- perawat ruangan mengatakan kulit
kulit yang akurat.
2) mendorong masukan oral masih terkelupas dan belum ada
3) memantau status hidrasi seperti
perkembangan
kelembapan mukosa dan nadi.
O:
4) menghindari kerutan pada tempat
- Turgor kurang elastis.
tidur, untuk mencegah terjadinya - Kulit kering.
- Kulit terkelupas pada bagian wajah,
iritasi karna gesekan dengan alat
leher, perut, hingga paha.
tenun.
- Kulit iritasi dan kemerahan pada
5) mengubah posisi bayi setiap dua jam
bagian sekitar anus karena bayi
sekali.
6) menilai aktivitas dan mobilisasi bayi menmgalami diare.
- Kerutan pada alat tenun tidak ada.
untuk melihat kemampuan gerakan
- By.T pulang paksa atas
bayi, bayi bergerak aktif dan sering
permintaan keluarga.
rewel.
A:
7) Memberikan baby oil setelah
- Masalah kerusakan integritas kulit
dimandikan.
belum teratasi.
P:
Intervensi dihentikan.

Anda mungkin juga menyukai