Perencanaan kehamilan penting dilakukan oleh setiap pasangan. Dalam menyiapkan
kehamilan, seorang wanita perlu sehat secara fisik, mental dan sosial . Bagi pasangan yang masih belum siap memiliki keturunan, mereka dapat menggunakan metode kontrasepsi sebagai upaya pencegah kehamilan. Penggunaan kontrasepsi dapat menjamin bagi kesehatan ibu serta bayi yang dikandung dan ketika dilahirkan nanti. Oleh sebab itu, Program Keluarga Berencana melalui penggunaan kontrasepsi dapat mengatur supaya setiap kehamilan diinginkan dan didambakan oleh setiap pasangan (Maria, 2019). Seiring dengan kemajuan teknologi dan perkembangan zaman yang semakin maju, saat ini telah banyak tersedia metode kontrasepsi untuk memenuhi kebutuhan reproduksi pasangan usia subur. Maka dari itu, itu sangat penting memastikan efek samping dari penggunaan kontrasepsi setelah berhenti menggunakannya. Berapa lama kembali subur setelah berhenti memakai kontrasepsi menjadi pertimbangan yang sangat penting dalam memilih jenis kontrasepsi yang akan digunakan, khususnya bagi Wanita yang menggunakan kontrasepsi untuk menunda dan menjarakkan terjadinya kehamilan. Sebagian Wanita belum memahami dengan baik tentang kembalinya kesuburan pascaputus pakai kontrasepsi. Hal ini diketahui dengan masih banyaknya mitos negatif dan kesalahpahaman terkait kontrasepsi dan adanya ketakutan perempuan akan terjadinya ketidaksuburan pascaputus pakai kontrasepsi. Penggunnaan KB atau alat kontrasepsi sering kali membuat banyak wanita menjadi khawatir akan efek samping yang ditimbulkan. Banyak sekali bereda mitos dimasyarakat mengenai alat kontrasepsi, salah satunya adalah mitos terjadinya kemandulan pascaputus memakai kontrasepsi. Mitos ini menjadi hambatan yang cukup besar bagi Wanita yang ingin menggunakan alat kontrasepsi. (Maria,2019). Kecemasan akan hilangnya keseburan atau terjadinya kemandulan pasca putus menggunakan kontrasepsi sudah pasti berdapak negatife pada penggunaan kontrasepsi di Indonesia. Sebagian besar mitos tersebut merupakan informasi yang tidak benar dan hanya berdasarkan desas-desus. Bedasarkan penelitian Maria Gayatri 2019 faktanya kontrasepsi tidak menyebabkan kemandulan, hanya perlu waktu untuk seorang perempuan menjadi subur kembali pascaputus pakai kontrasepsi. Peluang terjadinya kehamilan pada satu tahun pertama untuk kontrasepsi pil berkisar 75%-81%, untuk implan 72%-76%, untuk IUD 72%-85%, sedangkan untuk suntikan 65%- 67%. Tingkat kehamilan pada 2 tahun pascaputus pakai pada keempat kontrasepsi mencapai 82%- 92%. Kembalinya kesuburan pascaputus pakai pil, IUD dan implan terjadi lebih cepat bila dibandingkan dengan suntikan, tetapi tingkat kehamilan hampir sama pada 1-2 tahun pascaputus pakai kontrasepsi baik metode hormonal maupun non hormonal.Durasi pemakaian kontrasepsi tidak memiliki dampak negatif pada kemampuan perempuan untuk hamil pascaputus pakai kontrasepsi. Kembalinya kesuburan pada perempuan usia muda lebih cepat dibandingkan perempuan yang lebih tua. Metode kontrasepsi tidak menyebabkan infertilitas, akan tetapi Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan salah satu penyebab infertilitas, oleh karena itu pemeriksaan rutin sangat penting untuk deteksi dini terjadinya PMS. Infeksi menular seksual merupakan salah satu jenis penyakit menular yang penularan utamanya melalui kontak seksual. (Simbolon 2020) DAFTAR PUSTAKA
GAYATRI, M., MENEPIS MITOS KEMANDULAN AKIBAT KONTRASEPSI: ANALISIS KESINTASAN
DATA KALENDER KONTRASEPSI DAN KEHAMILAN SDKI 2007, 2012 DAN 2017 Simbolon, W.M. and Budiarti, W., 2020. Kejadian Infeksi Menular Seksual pada Wanita Kawin di Indonesia dan Variabel-variabel yang Memengaruhinya. Jurnal Kesehatan Reproduksi, 7(2), pp.81-87.