Kel 5 A 2021 1 - Resume Syok Hipovolemik Dan Syok Sepsis
Kel 5 A 2021 1 - Resume Syok Hipovolemik Dan Syok Sepsis
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5
1. SUCI INDAH SARI (2111112172)
2. ALDA AUDINA MUNTHE (2111112826)
3. APRIDELIA NATASYA PUTRI (2111134544)
4. DESWANTI KRISTINA (2111112832)
5. DIAN TRY SEPRIANI (2111126066)
6. ZAHRA NURSABRINA EL TSALIS (2111110365)
7. YOHANNA DOLOKSARIBU (2111113716)
8. SKOLASTIKA SEKARNINGRUM T.A (2111113725)
9. RAHMIA PUTRI (2111110094)
10. MOHD. KADRI (2111134542)
11. HUSNA FADHLIA (2111110098)
12. IRA SYAHPUTRI SIAHAAN (2111111030)
13. MEYADRI ANISSA (2111112171)
RESUME SYOK HIPOVOLEMIK
1. Definisi
Syok adalah suatu keadaan ketika sel mengalami hipoksia (kekurangan oksigen)
sehingga oksigen tidak dapat diedarkan keseluruhan tubuh. Hal ini dapat terjadi karena
penurunan perfusi jaringan dan kegagalan sirkulasi tubuh. Salah satu klasifikasi syok
adalah syok hipovolemik. Syok hipovolemik adalah syok yang terjadi karena kurangnya
volume plasma di ruang intravaskuler. Syok hipovolemik juga dikenal dengan
berkurangnya volume sirkulasi darah dibandingkan kapasitas pembuluh darah total pada
tubuh. Hal ini dapat terjadi karena perdarahan hebat (hemoragik), trauma yang
menyebabkan perpindahan cairan (ekstravasasi) ke ruang tubuh nonfungsional, dan
dehidrasi berat karena luka bakar ataupun diare berat. Syok hipovolemik yang
diakibatkan karena perdarahan dapat bermula dari trauma hebat pada organ tubuh atau
fraktur yang disertai dengan luka ataupun luka langsung pada pembuluh darah arteri
(Anggraini et al, 2023).
2. Klasifikasi
Berdasarkan persentase volume kehilangan darah, syok hipovolemik dapat
dibedakan menjadi empat tingkatan atau stadium.
1. Stadium-I adalah syok hipovolemik yang terjadi pada kehilangan darah hingga
maksimal 15% dari total volume darah. Pada stadium ini tubuh mengkompensasi
dengan dengan vasokontriksi perifer sehingga terjadi penurunan refilling kapiler.
Pada saat ini pasien juga menjadi sedikit cemas atau gelisah, namun tekanan
darah dan tekanan nadi rata-rata, frekuensi nadi dan nafas masih dalam keadaan
normal.
2. Syok hipovolemik stadium-II adalah jika terjadi perdarahan sekitar 15-30%. Pada
stadium ini vasokontriksi arteri tidak lagi mampu mengkompensasi fungsi
kardiosirkulasi, sehingga terjadi takikardi, penurunan tekanan darah terutama
sistolik dan tekanan nadi, refiling kapiler yang melambat, peningkatan frekuensi
nafas dan pasien menjadi lebih cemas.
3. Syok hipovolemik stadium-III bila terjadi perdarahan sebanyak 30-40%.
Gejala-gejala yang muncul pada stadium-II menjadi semakin berat. Frekuensi
nadi terus meningkat hingga diatas 120 kali permenit, peningkatan frekuensi nafas
hingga diatas 30 kali permenit, tekanan nadi dan tekanan darah sistolik sangat
menurun, refiling kapiler yang sangat lambat.
4. Stadium-IV adalah syok hipovolemik pada kehilangan darah lebih dari 40%. Pada
saat ini takikardi lebih dari 140 kali permenit dengan pengisian lemah sampai
tidak teraba, dengan gejala-gejala klinis pada stadium-III terus memburuk.
Kehilangan volume sirkulasi lebih dari 40% menyebabkan terjadinya hipotensi
berat, tekanan nadi semakin kecil dan disertai dengan penurunan kesadaran atau
letargi.
3. Penyebab
Syok hipovolemik merupakan syok yang terjadi akibat berkurangnya volume
plasma di intravaskuler. Syok ini dapat terjadi akibat perdarahan hebat (hemoragic),
trauma yang menyebabkan perpindahan cairan (ekstravasasi) ke ruang tubuh non
fungsional, dan dehidrasi berat oleh berbagai sebab seperti luka bakar dan diare berat.
Kasus-kasus syok hepovolemik yang paling sering ditemukan disebabkan oleh
perdarahan sehingga syok hipovolemik dikenal juga sebagai syok himoragic. Perdarahan
hebat dapat disebabkan oleh berbagai trauma hebat pada organ tubuh atau fraktur yang
disertai dengan luka ataupun luka langsung pada pembuluh darah arteri.
4. Manifestasi klinis
Tahap 1:
Selama tahap paling awal syok hipovolemik seseorang akan kehilangan hingga
15% atau 750 ml volume darahnya. Tahap ini mungkin sulit untuk di diagnosis, pasalnya
tekanan darah dan pernapasan akan tetap normal. Gejala yang paling terlihat pada tahap
ini adalah:
Tahap 2:
Pada tahap kedua, tubuh telah kehilangan hingga 30% atau 1.500 ml darah. Pada
tahapan ini biasanya terjadi tanda sebagai berikut:
Tahap 3:
Pada tahap 3 orang dengan syok hipovolemik akan mengalami kehilangan darah
30-40% atau 1.500-2000 ml. Tanda atau gejala yang bisa dialami pada tahapan syok
hipovolemik antaranya yaitu:
1. Angka atas atau tekanan sistolik tekanan darah seseorang akan menjadi
100mmHg atau lebih tinggi
2. Denyut jantung akan meningkat menjadi lebih cepat dari 120 denyut per menit
3. Kecepatan pernapasan lebih dari 30 napas per menit
4. Kulit menjadi pucat dan dingin, dan mulai berkeringat
Tahap 4:
6. Penatalaksanaan
a. Pemeriksaan jasmani
Dilatasi lambung sering terjadi pada penderita trauma, khususnya pada anak-anak,
dan dapat mengakibatkan hipotensi dan disritmia jantung yang tidak dapat
diterangkan, biasanya berupa bradikardi dari stimulasi saraf vagus yang
berlebihan. Distensi lambung membuat terapi syok menjadi sulit. Pada penderita
yang tidak sadar, distensi lambung membesarkan risiko aspirasi isi lambung, ini
merupakan suatu komplikasi yang bisa menjadi fatal. Dekompresi lambung
dilakukan dengan memasukkan selang/pipa kedalam perut melalui hidung atau
mulut dan memasangnya pada penyedot untuk mengeluarkan isi lambung.
Harus segera didapat akses ke sistem pembuluh darah. Ini paling penting
dilakuakan dengan memasukkan dua kateter intravenaukuran besar sebelum
dipertimbangkan jalur vena sentral.
7. Diagnosa Keperawatan
Syok Hipovolemik:
a. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
b. Risiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
c. Penurunan curah jantung berhubungan dengan faktor mekanis (preload dan
afterload)
d. Risiko gangguan sirkulasi spontan berhubungan dengan sirkulasi yang tidak
adekuat
e. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh
RESUME SYOK SEPSIS
1. Definisi
Sepsis adalah respon disregulasi terhadap infeksi yang berlanjut pada kegagalan
organ yang mengancam nyawa. Syok sepsis merupakan salah bentuk syok yang ditandai
dengan abnormalitas sirkulasi, selular, dan metabolik yang terkait dengan risiko tinggi
sepsis tanpa fase syok. Syok sepsis didefinisikan sebagai subtipe dari sepsis dengan
manifestasi berupa ketidakstabilan sirkulasi, seluler dan metabolisme. Kriteria untuk
mendiagnosa syok sepsis antara lain hipotensi yang memerlukan terapi vasopressor untuk
mempertahankan Mean Arterial Pressure (MAP) >65 mmHg dan kadar laktat serum lebih
dari 2 mmol/L setelah penatalaksanaan hipovolemia yang tepat (Srzić et al., 2022)
4. Penyebab
Masuknya mikroba ke aliran darah bukan merupakan sesuatu yang mendasar
terhadap timbulnya sepsis berat, karena infeksi lokal dengan penyebab bakteri yang
menghasilkan produk patogen seperti ekso-toksin, dapat juga memicu respon inflamasi
sistemik sehingga menimbulkan disfungsi organ di tempat lain dan hipotensi. Kultur
darah yang positif hanya ditemukan pada sekitar 20-40% kasus sepsis berat dan
persentasenya meningkat seiring tingkat keparahan dari sepsis, yaitu mencapai 40-70%
pada pasien dengan syok septik. Bakteri Gram negatif atau positif mencakup sekitar 70%
isolat, dan sisanya ialah jamur atau campuran mikroorganisme. Pada pasien dengan
kultur darah negatif, agen penyebab sering ditegakkan berdasarkan kultur atau
pemeriksaan mikroskopik dari bahan yang berasal dari fokus infeksi.
Sepsis berat terjadi sebagai akibat dari infeksi yang didapat dari komunitas dan
nosokomial. Pneumonia adalah penyebab paling umum, mencapai setengah dari semua
kasus, diikuti oleh infeksi intra-abdominal dan infeksi saluran kemih. Staphylococcus
aureus dan Streptococcus pneumoniae adalah bakteri Gram Positif paling sering,
sedangkan Escherichia coli, Klebsiella Spp, dan Pseudomonas Aeruginosa predominant
antara bakteri Gram Negatif.
5. Manifestasi klinis
Proses syok sepsis dicirikan dengan beberapa tanda dan gejala yang mencakup:
a. Demam atau hipotermia
b. Leukosistosis atau leukopenia
c. Takikardi
d. Takipnea
Penelitian Mahapatra pada tahun 2023, mengatakan tanda dan gejala syok sepsis sama
dengan tanda dan gejala sepsis berat yang diikuti dengan hipotensi, yaitu :
● Perubahan status mental
● Oliguria atau anuria
● Hipoksia
● Sianosis
● Ileus
6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang terbaru syok Sepsis mencakup mengidentifikasi dan
mengeliminasi penyebab infeksi yaitu dengan cara pemeriksaan-pemeriksaan yang antara
lain:
a. Budaya (luka, dabak, urin, darah) Untuk mengidentifikaya organisme penyebab
sepsis. Sensitifitas menentukan pilihan obat yang paling efektif.
b. SDP: Ht mungkin meningkat pada stans hipovolemik karena bemokonsentrasi
Leukopenia (penurunan SDB) terjadi sebelumnya, diikuti oleh umum leukositosis
(1500-30000) peningkatan pita (berpindah kekiri) yang mengindikasikan
produksi SDP tidak matang dalam jumlah besar
c. Elektrolit serum: Berbagai ke pesta mungkin terjadi dan menyebabkan asidosis
perpindahan cairan dan perubahan fungsi ginjal.
d. Tombosit Penurunan kadar dapat terjadi karena agegrasi trombosit
e. PT/PTT Mungkin memanjang ditunjukkan koagulopati yang diasosialisasikan
dengan hati/ sirkulasi toksin/statkami syok.
f. Serum laktat: Meningkatkan dalam asidosis metabolik,disfungsi hati, syok.
g. Glukosa serum: Hiperglikemia yang terjadi menunjukkan glikoneogenesis di
dalam hari sebagai respon dari puasa/perubahan seluler dalam metabolisme.
h. BUN Kreatinin: peningkatan kadar diasosiasikan dengan dehidrasi.ke kegagalan
atau kegagalan ginjal, dan disfungsi atau kegagalan hati .
i. GDA:alkalosis pernafasan dan hipoksemia dapat terjadi sebelumnya. Dalam tahap
lebih lanjut hipoksemia, asidosis pernafasan dan asidosis metabolik terjadi karena
kegagalan mekanisme kompensasi
j. EKG dapat menunjukkan misalnya ST dan gelombang T dan distritmia
menyerupai infark miokart.
7. Penatalaksanaan
Tata laksana dari sepsis menggunakan protokol yang dikeluarkan oleh SCCM dan
ESICM yaitu “Surviving Sepsis Guidelines”. Komponen dasar dari penanganan sepsis
dan syok septik adalah resusitasi awal, vasopressor/ inotropik, dukungan hemodinamik,
pemberian antibiotik awal, kontrol sumber infeksi, diagnosis (kultur dan pemeriksaan
radiologi), tata laksana suportif (ventilasi, dialisis, transfusi) dan pencegahan infeksi.
Early Goal-Directed Therapy (EGDT) yang dikembangkan oleh Rivers et al pada
tahun 2001 merupakan komponen penting dalam protokol sebelumnya. Pada tahun 2014,
protokol EGDT ini dibandingkan dengan 3 protokol lain seperti ARISE (Australasian
Resuscitation in Sepsis Evaluation), ProMISe (Protocolized Management in Sepsis), dan
ProCESS (Protocolized Care for Early Septic Shock) dan hal ini mengubah rangkaian 6
jam dalam Surviving Sepsis Guideline dimana pengukuran tekanan vena sentral dan
saturasi oksigen vena sentral tidak dilakukan lagi. Dengan dihilangkannya target EGDT
yang statik (tekanan vena sentral), protokol ini menekankan pemeriksaan ulang klinis
sesering mungkin dan pemeriksaan kecukupan cairan secara dinamis (variasi tekanan
nadi arterial).
Terdapat perubahan bermakna surviving sepsis campaign 2018 dari rangkaian 3
jam, 6 jam, menjadi rangkaian 1 jam awal. Tujuan perubahan ini adalah diharapkan
terdapat perubahan manajemen resusitasi awal, terutama mencakup penanganan hipotensi
pada syok sepsis:
1. Pengukuran kadar laktat
2. Kultur darah
3. Antibiotik sprektrum luas
4. Cairan intravena
8. Diagnosis Keperawatan
Syok Sepsis:
a. Pola nafas yang tidak efektif berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan O2,edema paru
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload dan preload
c. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
d. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan cardiac output yang tidak
mencukupi
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, D. D., et al. (2023). Evidence Based Midwifery. Global Eksekutif Teknologi.
Baderuddin, M. A., Plasay, M., & Tasa, H. (2019). HUBUNGAN PENGETAHUAN
PERAWAT DENGAN TATALAKSANA SYOK HIPOVOLEMIK PASIEN DI
INSTALASI GAWAT DARURAT DI RS DR. SUMANTRI PAREPARE.
Elhapidi, N. Z., Kalew, P. A., Darmadji, E. G., Pake, I. A. R., & Regina, S. (2023). Risk
Prediction Acute Kidney Injury Pada Pasien Sepsis. Health Information: Jurnal
Penelitian, 15.\
Ganesha, I, G, H. (2016). Hipovolemic Shock. Udayana University, Indonesia
Hardisman. Memahami patofisiologi dan aspek klinis syok hipovolemik: Update dan
penyegar. Jurnal Kesehatan Andalas 2 (3), 178-182, 2013
Irvan, I., Febyan, F., & Suparto, S. (2018). Sepsis dan Tata Laksana Berdasar Guideline
Terbaru. JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia), 10(1), 62.
https://doi.org/10.14710/jai.v10i1.20715