a) Pemberian Kemoterapi
b) Pemberian Desferal
c) Perawatan Oral Mukositis
d) Perawatan Colostomy
e) Perawatan Luka
f) Pemberian makan pada bayi/ anak dengan labio dan/ palatoschizis
g) Perawatan Paliatif
h) Pendidikan kesehatan pada anak & keluarga
Pendahuluan
Semua kasus penyakit kronis akan menyebabkan kondisi kronis dan beberapa kondisi kronis
menyebabkan penyakit kronis
Penyakit kronik tidak bisa disembuhkan dengan tindakan bedah sederhana atau terapi medis
jangka pendek.
Penyakit kronik kondisi yg mempengaruhi fungsi keseharian penderitanya selama lebih dari
3 bulan dalam 1 tahun yg menyebabkan hospitalisasi selama lebih dari 1 bulan dalam 1 tahun/
pada saat diagnosis dibuat terjadi salah satu dari kondisi tersebut (Hockenberry & Wilson, 2009).
Contoh: Leukimian, Thalasemia, Hemofilia, Kanker, Asthma, Diabetes, Cerebal Palsy, AIDS,
Epilepsi, Kelainan Jantung Bawaan, Gagal Ginjal Kronik, dll.
Penyakit terminal adalah penyakit yang dialami oleh pasien yang tidak mempunyai harapan
untuk sembuh dan menuju pada proses kematian dalam 6 bulan atau kurang.
Contoh: Penyakit kanker/ Ca, Penyakit infeksi, Gagal ginjal, mati batang otak, akibat
kecelakaan fatal.
a) Pemberian Kemoterapi
Pantau aliran obat kemoterapi pada akses vena lihat, raba, rasakan pada akses kemo
Pantau TTV pasien selama kemoterapi
Pantau adanya efek samping yang muncul
Kolaborasi pemberian antiemetic IV
Pantau adanya tanda-tanda ekstravasasi akibat kemoterapi
Efek Samping Kemoterapi
Post Kemoterapi
Pantau TTV
Pantau adanya efek samping yang muncul
Kolaborasi pemberian antiemetic IV/ oral
Pantau adanya tanda-tanda ekstravasasi akibat kemoterapi
Pantau asupan nutrisi pasien
Edukasi efeksamping kemoterapi & tatalaksana efek samping di rumah Delayed-
Chemotherapy Induced Nausea & Vomiting
Edukasi tanda-taanda bahaya untuk dirujuk (anak tidak mau makan dan minum, lemas)
b) Pemberian Desferal (Terapi Kelasi Besi)
Desferal mengandung Deferoxamine yang digunakan untuk menangani kelebihan zat besi
pada darah, yang dapat disebabkan oleh transfusi darah berulang. Kelainan darah seperti
thalassemia, atau keracunan zat besi.
Tujuan mengurangi kadar zat besi dalam darah yg berlebihan agar tdk mengganggu organ
vital dalam tubuh (detoksifikasi kelebihan zat besi)
Terapi desferal diberikan untuk anak dengan talasemia yang menjalani transfusi darah
berulang (mengatasi hemosiderosis)
Hemosiderosis menyebabkan deformitas tulang, perubahan warna kulit gelap keabuab,
hepatosplenomegaly, dan berakibat gagal napas
Efek samping menghambat pertumbuhan anak, urin kemerahan, gatal, ruam pada kulit,
pusing, diare, kejang
Rute pemberian IV/ IM atau SC (8-12 jam dg syringe pump)
Indikasi & Kontraindikasi
Indikasi Kontraindikasi
Kadar besi (Fe) ≥ 1000 mg/dl Pasien dengan gagal ginjal
Saturasi transferrin > 70% Pasien dibawah umur 2 tahun karena risiko
toksisitas tinggi
Tranfusi berulang 10-12 kali (pasien
thalassemia) atau sekitar 3-5 liter Pada pasien dg timbunan besi minimal
Desfreral dilakukan 4-7 kali post transfusi
Desferoksamin dg dosis lebih tinggi yaitu 60-
100 mg/kgBB per hari, 24 jam per hari, 7
hari/ minggu, intravena, diindikasi pasien dg
hemosiderosis berat & disfungsi organ vital,
missal kardiomiopati atau gagal jantung
Pemberian terapi desferal
pada anak
Dosis DFO (Deferoxamine) yang diberikan pada anak ≤ 3 tahun 20-30 mg/kgbb/hari
dengan monitoring ketat (efek samping: gangguan pertumbuhan).
Anak > 3 tahun mendapat dosis 40-60 mg/kgbb/hari dan bila mengalami gangguan
jantung mendapatkan dosis 100 mg/kgbb/hari
Rute pemberian injeksi SC menggunakan syringe pump selama 8-12 jam/I x hari sebanyak
5-7 kali pemberian/ minggu
Jika mendapat dosis 60-100 mg/kgbb/hari maka diberikan via infus selama 24 jam
berturut-turut setiap hari (1 Vial = 500 mg dilarutkan dg 250 ml NaCl 0,9%) selama 8-12
jam/I x hari
Efek samping terapi desferal
Oral Mukositis adalah kondisi sel mukosa berwarna merah, erosive, mengalami inflamasi,
dan ulserasi.
Mukositis dapat terjadi pada mukosa mulut, faring, esofagus, & tractus gastrointestinal
Oral mucositis biasanya terjadi akibat efek samping kemoterapi, radioterapi, akibat
ventilator
Oral mucositis ditandai dengan adanya eritema, lesi dan edema, nyeri, peningkatan
sensistivitas, rasa kering, dan perubahan suara, gangguan mengunyah dan menelan.
Larutan Na bikarbonat/ chlorhexidine/ NaCL0,9%
d) Perawatan Colostomy
Tujuan Perawatan Stoma agar kulit periostoma atau kulit di sekitar stoma tetap terjaga
dengan baik, tidak mengalami perubahan.
Karakteristik stoma yang sehat: “bertunas” menonjol sekitar 1-3 cm diatas permukaan kulit,
berwarna pink tua hingga merah, permukaan seperti selaput lendir, hangat dan lembab.
Jika disentuh stoma memliki konsistensi jaringan yang mirip dengan bibir.
Penggantian kantong stoma (kolostomi) dilakukan 4 hingga 7 hari atau sesegera mungkin
jika ditemukan kebocoran.
Langkah-langkah penggantian kantong
kolostomi
Komplikasi & Pencegahannya
Komplikasi yang timbul pda kulit disekitar stoma adalah pengelupasan kulit akibat cedera
mekanis (perekat sistem kantong stoma)
Medical Adhesive Related Skin Injury (MARSI)
penggunaan dressing transparan dengan menggunakan skin barrier dalam hal ini adalah cavilon atau
hydrocolloid tegaderm dapat mengurangi MARSI
saat melepaskan stoma dapat menggunakan adhesive removing spray karena ketika melepaskan plester dari kulit.
penggunaan adhesive removing spray, penanganannya dapat juga dilakukan dengan pengaplikasian bedak ostomy
(skin barrier powder) berbahan dasar pektin pada kulit yang terbuka sebelum penempatan yang baru.
semprotan pelindung kulit berbahan dasar non-alkohol sebelum penempatan kantong dan penggunaan lap
penghilang perekat untuk membantu pelepasan kantong stoma (Wound Ostomy and Continence Nurses Societ,
2018).
Pada saat merekatkan kantong stoma pada kulit, dapat diberikan perekat hidrokoloid dengan tujuan untuk
memudahkan stoma bag merekat dan juga kulit menjadi terlindung (skin barrier). Skin barrier lainnya yang bisa
digunakan dalam perawatan stoma dapat berupa skin barrier rings, pasta untuk mengisi permukaan sekitar stoma
yang tidak rata.
g) Perawatan Paliatif
Pelayanan paliatif adalah pelayanan terintegrasi oleh tim paliatif untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien dan memberikan dukungan bagi keluarga yang menghadapi
masalah yang berhubungan dengan kondisi pasien dengan mencegah dan mengurangi
penderitaan melalui indentifikasi dini, penilaian yang seksama serta pengobatan nyeri
dan masalah-masalah lain baik fisik, psikososial, dan spiritual, dan pelayanan masa
dukacita bagi keluarga.
Perawatan paliatif (WHO, 2020) perawatan terintegrasi yang dapat meningkatkan
kualitas hidup pasien dengan cara mengatasi nyeri dan gejala lain, mendukung pasien
dalam mengatasi msalah psikososial dan spiritual sejak diagnosis ditegakkan hingga akhir
hayat pasien serta mendukung keluarga yang berkabung.
TUGAS MAHASISWA