Anda di halaman 1dari 13

Step 1 :

1. Pengukuran Antropometri (Erna) = Pengukuran tubuh dari lingar kepala,lengan sampai


badan
2. Kata sulit Z.Score (Fida) = Ambang batas status gizi berdasarkan berat badan dibagi usia
3. Tumor (Gantra) = Pertumbuhan sel tubuh yang tidak semestinya
4. Respirasi (Tari) = Proses pernapasan manusia
5. Kemoterapi (Eka) = Terapi pengobatan untuk mematikan sel-sel kanker atau tumor

Step 2 :

1. Apa saja tanda dan gejala retinoglastoma ? (Gantra)


2. Bagaimana pengobatan pada ratinoglastoma ? (Dyana)
3. Apakah pada pasien retinoglastoma mengalami penurunan nafsu makan dan berat
badan ?(Fida)
4. Apa saja penyebab dari retinoglastoma ? (Eka)
5. Apakah jika orang tua memiliki riwayat retinoglastoma anaknya terkena retinoglastoma ?
(Fida)
6. Apakah sel tumor bisa muncul kembali setelah dilakukan tindakan oprasi ? (Fida)
7. Apa arti nasil Z. Score -2 SD ? (Erna)
8. Apa saja obat-obatan yang digunakan pada saat kemoterapi untuk menyembuhkan
retinoglastoma ? (Erika)
9. Bagaimana cara mengatasi ibu yang cemas karena anaknya dikemo ? (Tari)
10. Pemeriksaan apa saja yang dilakukan pada retroglastoma yang spesifik ? (Gantra)
11. Bagiamana cara pencegahan pada retinoglastoma ? (Dyana)
12. Apakah penyakit retinoglastoma bisa mempengaruhi tumbuh kembang anak ? (Fida)

Step 3 :

1. Mata merah,dan membengkak, ukuranya berbeda satu dengan yang lain, mata terasa
nyeri,gangguan pengelihatan, dan perubahan warna iris (Gantra)
2. Jadi untuk pengobatan retinoglastoma itu tergantung pada ukuran, lokasi dan
penyebaranya,serta tingkat keparahan kanker. Semakin cepat terdeteksi dan mendapatkan
penanganan, diharapkan hasil pengobatan akan semakain baik. (Dyana)
3. Iya karena retinoglastoma merupakan salah satu penyakit kanker, sedangkan penyakit
kanker biasanya memiliki gejala penurunan nafsu makan dan berat badan (Fida)
4. Karena terjadi mutasi gen yang tidak normal sehingga menyebabkan sel terus tumbuh
tanpa terkendali (Eka)
5. Iya karena pada kasus retinoglastoma biasanya diturunkan dengan pola autosomal
dominan (Fida)
6. Bisa karena biasanya sel tumor itu bisa membelah diri dan bersembunyi ditempat yang
sulit terjangkau sehingga saat dilakukan pengobatan hasilnya tidak bisa benar-benar
bersih (Fida)
7. SD= Standar defisiansi -2 gizi kurang atau gizi buruk (Erna)
8. Obat-obatanya untu kemoterapi :
 Cisplatin
 Carboplatin
 Etopodise
 Flurouracil
 Doxorubicin
 Cyclophosphamide
 Vincristine
9. Mengedukasi kepada ibunya tentang manfaat kemoterapi dan efeksampingnya (Tari)
10. Jadi pemeriksaan USG Orbita untuk mengetahui ukuran tumor yang sici scan dan MRI
untuk mengevaluasi seluruh kmponen mata, aspirasi dan biopsy untuk sumsum tulang
yang berfungsi untuk pemeriksaan sitologio (Ganta)
11. Dengan cara selalu melakukan pemeriksaan mata secara rutin, terutama pada anak yang
memiliki anggota keluarga dengan riwayat retinoglastoma (Dyana)
12. Iya, karena biasasnya penyakit retinoglastoma menyebabkan penuruna berat badan dan
nafsu makan dan tumbuh kembang dan penyebabkan tumbuh kembang motoriknya apa
lagi pada penyakit retinoglastoma proses pengobatanya jangka panjang dan memakan
waktu sehingga aktivitas untuk belajarnya berkurang (Fida)
Step 4 :

Reti Definisi

Tanda dan Pemeriksaan


Gejala

Penatalaksana

Obat Supportistem

Terapi

Efek dan Dampak


Step 5 :

1. Tanda dan gejala


2. Penyebab
3. Dampak pada anaknya
4. Pencegahan
5. Pengobatan
6. Perawatan diri sebelum oprasi dan setelah oprasi
7. Pemenuhan nutrisi
8. Stimulasi tumbuh kembang

Step 6 jawaban sumber :

1. Tanda gejalanya yaitu :


- Visus menurun
- Mata juling / strabismus
- Amauratic cat eyes/keadaan dimana jika mata terkena sinar matahari akan
tampakseperti mata kucing
- Mata merah yang sifatnya redifis
- Mata tampaklebih besar dari ukuran normal

Tanda dan gejala lain adalah dapat terjadi neovaskularisasi, glaukoma neovaskular,
hifema, pseudohipopion, dan perdarahan vitreus pada pasien dengan penyakit intraokular
stadi-um lanjut.

2. Pengobatan
Berdasarkan stadium tumor, terapi yang dapat digunakan yaitu:
a. Kemoterapi
Kemoterapi atau kemoreduksi telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari manajemen
retinoblastoma. Apabila penyakitnya sudah menyebar ke bagian ekstraokuler,
kemoterapi merupakan terapi yang sangat dianjurkan. Obat kemoterapi yang
digunakan yaitu carboplatin, cisplatin, etoposid, teniposid, siklofosfamid,
ifosfamid,vinkristin, adriamisin, dan akhir-akhir ini dikombinasikan dengan
idarubisin. Dosis Vincristine 1,5 mg/m22 (0,05 mg/kg pada anak <36 bulan dan dosis
maksimum <2mg), Etoposide 150 mg/m (5 mg/kg untuk anak <36 bulan), carboplatin
560 mg/m2 (18,6 mg/kg untuk anak <36 bulan) (Pandey, 2013).
b. Pembedahan
Enukleasi adalah terapi yang paling sederhana dan aman untuk retinoblastoma.
Pemasangan bola mata biasanya dilakukan beberapa minggu setelah prosedur
enukleasi untuk meminimalkan efek kosmetik. Enukleasi dianjurkan apabila terjadi
glaukoma, invasi ke rongga naterior, atau terjadi rubeosis iridis, dan apabila terapi
lokal tidak dapat di evaluasi karena katarak atau gagal untuk mengikuti pasien secara
lengkap atau teratur. Enukleasi dapat ditunda atau ditangguhkan pada saat diagnosis
tumor sudah menyebar ke ekstraokular. Pembedahan intraokular seperti vitrektomi,
adalah kontraindikasi pada pasien retinoblastoma karena akan menaikkan relaps
orbita.(buku)
c. External Beam Radiation Therapy (EBRT)
External Beam Radiation Therapy (EBRT), yang dahulu menjadi terapi pilihan pada
retinoblastoma, kini diindikasikan apabila kemoterapi primer dan terapi lokal gagal
atau terjadi kontraindikasi (Pandey 2013). EBRT menggunakan eksalator linjar
dengan dosis 40-45 Gy dengan pemecahan konvensional yang meliputi seluruh retina.
Pada bayi prosedur ini harus dibawah anastesi dan imobilisasi dan harus ada kerja
sama antara dokter ahli mata, dan dokter radioterapi untuk membuat perencanaan.
Keberhasilan EBRT tidak hanya berdasarkan ukuran tumor tetapi tergantung teknik
dan lokasi. Efek samping jangka panjang dari radioterapi harus diperhatikan seperti
hambatan pertumbuhan tulang orbita.
d. Plaque Radiotherapy (Brachytherapy)
Radioactive plaque terapi dapat digunakan pada terapi penyelamatan mata dimana
terapi penyelamatan bola mata gagal untuk menghancurkan semua tumor aktif dan
sebagai terapi utama terhadap beberapa anak dengan ukuran tumor relatif kecil
sampai sedang.
e. Kryo dan fotokoagulasi
Teknik digunakan untuk mengobati tumor kecil (kurang dari 5 mm). Cara ini sudah
banyak digunakan dan dapat dilakukan beberapa kali sampai kontrol lokal tercapai.
Kryoterapy biasanya menggunakan probe yang sangat dingin untuk membekukan dan
mematikan tumor.Sementara fotokoagulasi menggunakan laser argon atau xenom
untuk mematikan tumor (Permono et al., 2006).
3. Pada pasien retinoblastoma,terutama setelah dilakukan kemoterapi tentu pada sistem
pencernaan akan mengalami masalah , yaitu kehilangan nafsu makan dengan rata-rata 2,4
berada pada urutan keempat dampak kemoterapi secara keseluruhan yang dirasakan berat
oleh anak menurut orang tua. Selain itu Kehilangan nafsu makan juga dapat terjadi
karena penyakit kanker yang dialami anak atau karena berbagai efek samping pengobatan
kemoterapi seperti mual dan muntah, mukositis, penurunan kemampuan pengecapan,
konstipasi atau diare, nyeri, dan fatigue/kelelahan (Gibson & Soanes, 2008). Sehingga
lama kelamaan akan berdampak pada penurunan berat badan pada anak.
4. Penyebab retinoblastoma dapat terjadi secara herediter dan non herediter. Retinoblastoma
herediter meliputi pasien dengan riwayat keluarga positif dan yang mengalami mutasi
gen yang baru pada waktu pembuahan. Bentuk herediter dapat bermanifestasi sebagai
penyakit unilateral atau bilateral. Pada bentuk herediter, tumor cenderung terjadi pada
usia muda. Sedangkan retinoblastoma non herediter kebanyakjan disebabkan gen RB1
yang bermutasi sementara lainnya disebabkan karena amplifikasi somatik dari gen
MYCN. Namun Hanya 5-10% kasus retinoblastoma yang herediter dan kebanyakan
kasus disebabkan oleh mutasi baru yang terjadi pada masa perkembangan janin.

5. Hampir setengah dari anak yang mengalami retinoblastoma mempunyai resiko untuk
mengalami kanker sekunder dan saudara kandung maupun keturunannya juga
mempunyai resiko yang tinggi untuk mengalami hal yang sama. seperti yang dikutip
dalam jurnal Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol.8 (2) Juli 2017. pasien retinoblastoma bilateral dan
unilateral dengan riwayat keluarga retinoblastoma (herediter) menempati 30-40% kasus.
Sedangkan 6-10% kasus memiliki riwayat keluarga dengan retinoblastoma (familial
herediter). Semua kasus retinoblastoma bilateral dan kira-kira 10% dari total kasus
unilateral diperkirakan membawa mutasi germinal dan menurunkannya ke anak-anak
mereka.
6. Umumnya, tumor jinak tidak akan tumbuh kembali setelah dilakukan pengangkatan,
sedangkan tumor ganas memiliki kecenderungan untuk tumbuh kembali meskipun sudah
diangkat. Saat sel-sel tua dalam tubuh mati, maka sel-sel yang baru akan tumbuh dan
berkembang sesuai kebutuhan. Retinoblastoma termasuk ke dalam tumor ganas, sehingga
ada kemungkinan tumor tersebut bisa tumbuh kembali.
7. Z-score adalah skor standar berupa jarak skor seseorang dari mean kelompoknya dalam
satuan Standar Deviasi. Z-score juga merupakan nilai simpangan Bera Badan atau Tinggi
Badan dari nilai Berat Badan atau Tinggi Badan normal menurut baku pertumbuhan
WHO.
8. Kemoterapi intraarterial dilaporkan sebagai alternatif kemoreduksi untuk retinoblastoma
unilateral pada grup B,C,D atau E. Agen kemoterapi yang digunakan adalah Melphalan.
Terapi kombinasi sebagai tatalaksana retinoblastoma orbital yang terdiri dari kemoterapi
sistemik, enukleasi dan radioterapi dinilai lebih efektif. Pendekatan multimodal terdiri
dari kemoterapi sistemik 3-6 siklus untuk menginduksi regresi tumor agar memungkinan
dilakukan enukleasi kemudian diikuti radiasi orbital dan kemoterapi ajuvan dengan total
12 siklus untuk mencegah metastasis. Kemoterapi sistemik yang merupakan kombinasi
dari vincristine, etoposide, carboplatin (VEC) diketahui memiliki hasil yang sama efektif
dengan kombinasi lima obat kemoterapi (vincristine dan carboplatin, bergantian dengan
siklofosfamid, idarubicin dan vincristine) serta kemungkinan ketahanan hidup yang lebih
tinggi setelah 4 tahun. Rekurensi orbital dapat juga diterapi dengan terapi kombinasi 3-6
siklus kemoterapi dosis tinggi dan eksisi massa orbital atau eksenterasi orbital diikuti
EBRT dan kemoterapi ajuvan sebanyak 12 siklus.
9. Memberikan pengetahuan tentang dampak positif kemoterapi. hal tsb bertujuan agar
meningkatkan keyakinan orangtua dalam menjalani usaha demi kesembuhan anaknya.
Selain itu, tanamkan pada orangtua untuk memiliki efikasi diri yang tinggi. Edukasi pada
ortu untuk memahami keadaan anak secara apa adanya, baik positif, negatif, kelebihan,
maupun kekurangan, mengupayakan alternatif penanganan yang sesuai dengan
kebutuhan anak, melakukan intervensi di rumah, melakukan evaluasi secara periodik
terhadap apapun proses penanganan yang diterapkan kepada anak, dan bersikap positif
serta percaya diri dalam menangani perkembangan anak.
10. Pemeriksaan pada retinoblastoma antara lainn
a. USG orbita
USG orbita biasanya digunakan untuk menentukan ukuran tumor. USG orbita dapat
juga mendeteksi kalsifikasi diantara tumor dan berguna untuk menyingkirkan
diagnose Coat’s disease.
b. CT-scan dan MRI
CT-scan dan MRI orbita dan kepala, sangat berguna untuk mengevaluasi seluruh
komponen mata, dan keterlibatan SSP. CT-scan dapat mendeteksi klasifikasi
sedangkan MRI tidak bisa. MRI lebih berguna dalam evaluasi nervus. optikus, deteksi
Rb trilateral dan Rb ekstraokular.
c. Aspirasi dan biopsi sumsum tulang
Aspirasi dan biopsi serta lumbal fungsi sangat disarankan untuk pemeriksaan sitologi
apabila ada penyebaran ekstraokuler.
11. Upaya pencegahan
- Melakukan pemeriksaan genetik prenatal.hal ini memungkinkan untuk memprediksi
apakah anak akan mengalami retinoblastoma sebelum anak itu lahir apabila diketahui
ayah atau ibu anak tersebut mengalami mutasi germline. Mata dari janin tersebut
dapat diskrining dengan pemeriksaan USG ataupun MRI pada trimester ketiga.
- Melakukan skrining genetic kemudian jika di dalam keluarga terdapat riwayat
retinoblastoma, sebaiknya mengikuti konsultasi genetik untuk membantu
memperkirakan resiko terjadinya retinoblastoma pada keturunannya.
12. Dampak pengobatan dan akibat perjalanan penyakit kanker menyebabkan anak memiliki
kualitas hidup yang lebih buruk jika dibandingkan dengan anak sehat. Sehingga hal ini
pun mengganggu fungsi hidup anak sehari-hari yang meliputi fungsi fisik, tumbuh
kembang, emosi, sosial, psikologis, sekolah, dan kognitif. Anak memiliki keterbatasan
untuk beraktivitas, mengontrol emosi, bersosialisasi, dan bersekolah. Maka Salah satu
upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan menyediakan kesempatan bagi anak untuk
belajar dan saling berinteraksi di dalam kamar di rumah sakit, serta penambahan jadwal
terapi psikologis untuk membantu anak menangani emosi negatif yang dialaminya selama
proses pengobatan. ( Ranaillaa, mardhiyah, & Hidayatia)
Beberapa aktivitas juga dapat dilakukan misalnya terapi bermain, terapi bermain dapat
mengisi waktu luang anak dan menghilangkan rasa bosan dengan kegiatan positif, namun
jenis terapi bermain perlu diperhatikan agar tidak menimbulkan fatigue pada anak. Terapi
bermain yang menyenangkan juga mampu meningkatkan koping anak dalam menjalani
kemoterapi dan proses hospitalisasi (Aldiss, Hostman, & O'Leary, 2008; Hildenbrang,
Alderfer, Deatrick, & Marsac, 2014).
( Ranaillaa, mardhiyah, & Hidayatia, Volume 12, No.2, Oktober 2016)
Ranaillaa, R., mardhiyah, a., & Hidayatia, N. O. (Volume 12, No.2, Oktober 2016).
GAMBARAN DAMPAK KEMOTERAPI PADA ANAK MENURUT ORANG TUA DI RUMAH
CINTA BANDUNG. NERS JURNAL KEPERAWATAN, 143-158.
Step 7 jawaban LO :

1. Tanda dan Gejala


Tanda retinoblastoma yang paling sering dan jelas adalah leukokoria, yaitu refleksi putih
pupil seperti mata kucing saat terkena cahaya. Walaupun kondisi lain juga bisa menjadi
penyebab timbulnya leukokoria seperti coat’s disease, katarak,korioretinitis, dan
persistent fetal vasculature,tetapi penyebab munculnya leukokoria pada anak terutama di
bawah 5 tahun harus dipertimbangkan karena adanya retinoblastoma. (Djakaria, Vol.8 (2)
Juli 2017)
Tanda dan gejala lain adalah penurunan visus, mata merah atau iritasi, strabismus serta
gangguan pertumbuhan dan per-kembangan. Dapat terjadi neovaskularisasi, glaukoma
neovaskular, hifema, pseudohipopion, dan perdarahan vitreus pada pasien dengan
penyakit intraokular stadi-um lanjut. Pada retinoblastoma yang meluas ekstraoku-lar,
dapat terjadi proptosis.
(Djakaria, Vol.8 (2) Juli 2017)

Djakaria, A. S. (Vol.8 (2) Juli 2017). Peran Radioterapi dalam Tatalaksana


Retinoblastoma. Radioterapi & Onkologi Indonesia, 77-83.

2. Penyebab
Retinoblastoma merupakan tumor yang dapat terjadi secara herediter dan non
herediter. Retinoblastoma herediter meliputi pasien dengan riwayat keluarga positif dan
yang mengalami mutasi gen yang baru pada waktu pembuahan.
Bentuk herediter dapat bermanifestasi sebagai penyakit unilateral atau bilateral.
Pada bentuk herediter, tumor cenderung terjadi pada usia muda. Tumor unilateral pada
bayi lebih sering dalam bentuk herediter, sedangkan anak yang lebih tua lebih sering
mengalami bentuk non-herediter. (Permono et al., 2006).
Selain itu, Retinoblastoma juga bisa disebabkan oleh mutasi gen kromosom 13 pada
locus 14 (13q14). Gen ini berperan dalam mengontrol bentuk hereditable dan
nonhereditable (sifat menurun atau tidak menurun) suatu tumor.
Jadi pada setiap individu sebenarnya sudah ada gen retinoblastoma normal. Pada
kasus yang herediter, tumor muncul bila satu alel 13q14 mengalami mutasi spontan
3. Dampak terhadap tumbang anak
Kudubes, Bektas, dan Ugur (2014) mengatakan bahwa anak yang didiagnosis
kanker dapat mengalami perubahan pada psikologis, fisik, sosial, dan kognitif terkait
dengan pengobatan dan perkembangan penyakitnya.
Perubahan psikologis yang timbul juga bisa disebabkan oleh efek hospitalisasi
yang berulang dan perawatan yang lama sehingga anak tidak bisa melakukan aktivitas
dasar seperti sekolah dan bermain dengan teman-teman sebayanya. Perubahan psikologis
yang timbul dapat berupa rasa khawatir, cemas, dan takut menghadapi ancaman kematian
serta rasa sakit saat menjalani terapi.
Sedangkan menurut Setiawan (2015) perubahan fisik yang terjadi dapat berupa
rambut rontok; kadar hemoglobin, trombosit, dan sel darah putih menurun; tubuh lemah;
merasa lelah; sesak napas; mudah mengalami perdarahan; mudah infeksi;
kulit membiru atau menghitam dan terasa gatal; mulut dan tenggorokan terasa kering dan
sulit menelan; sariawan; mual; muntah; dan nyeri pada perut.
Namun pada penelitian Sidabutar dkk. (2012), menunjukkan bahwa setiap pasien
kanker anak dapat mengalami efek samping pengobatan yang berbeda, tergantung pada
kondisi tubuh mereka masing-masing.
4. Pencegahan
Dilakukan skrining genetic kemudian jika di dalam keluarga terdapat riwayat
retinoblastoma, sebaiknya mengikuti konsultasi genetik untuk membantu memperkirakan
resiko terjadinya retinoblastoma pada keturunannya.
5. Pengobatan
Retinoblastoma merupakan keganasan anak dengan prognosis baik jika ditatalaksana
dengan pendekatan multidisiplin yang terdiri dari dokter spesialis mata, onkologi anak,
onkologi radiasi, patologi, dan konselor genetika. Metode terapi yang tersedia antara lain
kemoterapi, terapi fokal (misalnya krioterapi, termoterapi laser), enukleasi, radiasi
eksterna dan brakiterapi plak. Tujuan terapi retinoblastoma pertama-tama adalah agar
pasien anak dapat selamat bertahan hidup, dan yang kedua adalah mempertahankan bola
mata dan fungsi visual, sehingga enukleasi perlahan mulai ditinggalkan dan kemoterapi
sistemik dilanjutkan terapi fokal merupakan modalitas yang paling banyak digunakan
dalam menangani retinoblastoma saat ini. (Djakaria, Vol.8 (2) Juli 2017)
Setelah terapi inisial dilakukan, kontrol rutin direncakan setiap empat minggu
untuk menilai respon terapi, identifikasi efek samping dan membuat keputusan
berdasarkan hasil evaluasi tersebut. Pasien yang telah bebas dari retinoblastoma
sebaiknya dilakukan evaluasi secara berkala untuk memastikan tidak adanya rekurensi.
Pasien disarankan melakukan kontrol rutin setiap 4-8 minggu hingga usia tiga tahun.
Rekurensi tumor paling sering terjadi pada tiga tahun setelah terapi, namun rekurensi
jangka Panjang dapat terjadi hingga 11 tahun pasca terapi inisial. Kontrol rutin setiap satu
hingga dua tahun wajib dilakukan dan optimalisasi penglihatan dapat di evaluasi pada
kontrol
6. Perawatan sebelum dan sesudah op
Perawatan Post Op
Perawatan pasca operasi yang tepat sangat diperlukan pada kasus enukleasi yang
disebabkan oleh retinoblastoma. Balut tekan dapat dibuka setelah 24 jam, diberikan
antibiotik oral selama 1 minggu, antibiotik topikal diresepkan untuk pemakaian selama 2
minggu, dan steroid topikal di tappering off sampai 6 minggu. Jahitan tarsorafi dapat
dibuka setelah 1 minggu. Setelah terdapat hasil pemeriksaan patologi anatomi, akan
ditentukan modalitas terapi selanjutnya. Hasil pemeriksaan histopatologi yang
menunjukkan gambaran risiko tinggi mengindikasikan diperlukannya tindakan
kemoterapi sistemik ajuvan. Protesa okular dapat dipertimbangkan 6 minggu setelah
enukleasi. (Kaliki S. How to do an enucleation for retinoblastoma. Community Eye
Health. 2018; 31(101): 20–22)
7. Pemenuhan nutrisi
Pada aspek fisik, kehilangan nafsu makan merupakan dampak kemoterapi yang
dianggap paling mengganggu pada anak menurut orang tua. Padahal seharusnya
penderita kanker memerlukan nutrisi yang adekuat untuk membuat tubuh anak lebih baik
dalam mencegah infeksi dan meningkatkan toleransi terhadap pengobatan (Broeder,
Lippins, & Tolboom, 2000).
Nah berikut beberapa intervensi yang dapat dilakukan pada anak yang mengalami
kehilangan nafsu makan adalah dengan memberikan anak makanan berukuran kecil dan
menarik tetapi dalam frekuensi yang sering, memberikan makanan kesukaan anak, dan
menganjurkan anak untuk makan bersama orang lain agar meningkatkan interaksi sosial.
Pada anak usia lebih muda perawat dapat memberikan makan pada anak dengan metode
bermain (Gibson & Soanes, 2008).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Rodgers et al, (2012) mengkaji beberapa
strategi koping yang dilakukan oleh anak dalam menghadapi mual dan muntah yang
dirasakan. Aktivitas yang merupakan bagian dari strategi koping yang paling sering
dilakukan oleh anak adalah distraksi, regulasi emosi, pemecahan masalah, dan wishful
thinking (berpikir positif/penuh harapan), sedangkan koping yang dianggap paling efektif
adalah dukungan sosial dan distraksi (Rodgers, Norville, Taylor, & Poon, 2012).
Intervensi lain yang dinilai efektif diantaranya adalah akupresur, membayangkan gambar,
terapi musik, terapi relaksasi otot progresif, dan dukungan psikoedukasi (Tripton,
McDaniel, Barbour, & Johnson, 2007).
8. Stimulasi tumbuh kembang upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan menyediakan
kesempatan bagi anak untuk belajar dan saling berinteraksi di dalam kamar di rumah
sakit, serta penambahan jadwal terapi psikologis untuk membantu anak menangani emosi
negatif yang dialaminya selama proses pengobatan. ( Ranaillaa, mardhiyah, & Hidayatia,
2016)

Anda mungkin juga menyukai