Anda di halaman 1dari 3

RESUME DISKUSI TM14

Ahmad Juniadi-131811133140

1. Makanan pendamping yang dapat diberikan pada pasien kanker otak


Pada umumnya pasien kanker memerlukan asupan dari beraneka ragam makanan karena
zat gizi tertentu yang tidak terkandung dalam satu jenis makanan akan dilengkapi oleh zat
gizi dari bahan makanan lain (Depkes RI, 2005).
Asupan nutrisi dapat dikonsumsi sesuai terapi yang dilakukan oleh pasien. Asupan nutrisi
yang cukup nutrien sangat dibutuhkan oleh pasien kanker yang mendapat kemoterapi dan
radioterapi, seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air.
2. Tindakan kolaborasi pemberian terapi farmakologis dalam mengurangi nyeri, mual
dan muntah pada pasien? lalu apabila diberi, terapi farmakologis seperti apa yang
diberikan dan pemberiannya
Berikan terapi farmakologis yaitu delayes emesis, Pengobatan delayed emesis dapat
dilakukan dengan pemberian Deksametason + Metoklopramid; Deksametason +
Aprepitant. Pada tipe muntah akut, untuk regimen kemoterapi yang biasanya
menimbulkan risiko muntah sedang sampai tinggi dianjurkan untuk penggunaan
antiemetik kombinasi. Seperti, kombinasi Antagonis serotonin + Deksametason +
Aprepitant untuk risiko muntah tinggi, serta Antagonis serotonin dan Deksametason
untuk risiko sedang. Untuk regimen kemoterapi dengan risiko muntah rendah dapat
digunakan antiemetik tunggal seperti kortikosteroid atau antagonis serotonin ataupunb
tidak diperlukan antiemetik bila risiko muntah sangat rendah. Hal ini sesuai dengan
protokol antiemetik B.
3. Faktor-faktor tertentu yang dapat menyebabkan retinoblastoma lebih rentan
menyerang anak-anak daripada dewasa selain dari faktor genetik dari orang tua
Peningkatan MDM4 mungkin terlibat dalam transisi awal dari retina normal ke
retinositoma sementara peningkatan progresif MYCN dan E2F3 mungkin merupakan
faktor pendorong perkembangan tumor.
Hasil ini juga mengkonfirmasi sifat retinositoma premaligna. Dimaras dkk. menunjukkan
hasil yang sama dan melaporkan bahwa meskipun retinositoma dapat tetap tidak berubah
sepanjang hidup, sel darah merah yang sangat proliferatif, klonal dan aneuploid biasanya
muncul, menunjukkan perubahan jumlah salinan gen dan ekspresi onkogen (MYCN,
E2F3, DEK, KIF14, dan MDM4) dan gen penekan tumor ( CDH11, p75NTR), dan
ekspresi p16INK4a dan p130 yang dikurangi.
Inaktivasi RB1 dalam mengembangkan retina menyebabkan ketidakstabilan genomik,
tetapi penuaan dapat memblokir transformasi pada tahap retinositoma. Namun,
retinositoma stabil jarang diamati secara klinis karena ketidakstabilan genom progresif
biasanya menyebabkan RB yang sangat proliferatif. Ada kekurangan studi genetik pada
spesimen RB dewasa; dengan demikian, membatasi pengamatan saat ini pada RB masa
kanak-kanak.
Sebagian besar RB onset dewasa menyimpan retinositoma yang mendasari dan
reaktivasinya di kemudian hari, karena stimulus onkogenik yang tidak diketahui, dapat
menyebabkan perkembangan RB onset dewasa. Publikasi masa depan tentang penyakit
onset dewasa akan dilakukan dengan baik untuk melakukan analisis genetik dan
mengomentari keberadaan retinositoma yang mendasari dari spesimen enukleasi.
4. Prognosis yang bisa terjadi pada retinoblastoma
Retinoblastoma merupakan salah satu jenis tumor yang umumnya muncul pada anak-
anak, tersering pada usia di bawah 2 tahun. Sejumlah kira-kira 95% kasus didiagnosis
sebelum pasien berusia 5 tahun. Sementara bila muncul pada usia >5 tahun, umumnya
memiliki prognosis yang lebih buruk.
Trilateral retinoblastmoma merupakan sindrom yang meliputi retinoblastoma unilateral
atau bilateral, yang umumnya herediter, dengan suatu massa tumor intrakranial
neuroblastik. Terdapat pada 5-15% kasus dari retinoblastoma herediter. Prognosisnya
lebih buruk, terutama bila sudah disertai dengan gejala simptomatik dari tumor
intrakranialnya pada saat diagnosis. Anak-anak dengan retinoblastoma herediter
dianjurkan untuk menjalani skrining MRI atau CT Scan kepala setiap 6 bulan setelah
diagnosis hingga usia 5 tahun. Skrining dapat meningkatkan angka kesembuhan.
5. Perbedaan penatalaksanaan pada setiap klasifikasi pada penyakit retinoblastoma,
jika ada bagaimana tatalaksananya dari tiap klasifikasi
Tatalaksana dilakukan sesuai klasifikasi dari retinoblastoma, maka ada beberapa
tatalaksana yang harus dilakukan oleh perawat atau tim multidisiplin lainnya, yakni
sebagai berikut :
1) Retinoblastoma intraocular
Pada retinoblastoma grup A-C, unilateral atau bilateral, dimana penglihatan masih
mungkin untuk dipertahankan karena ukuran tumor sangat kecil.
Tatalaksana yang dapat diberikan : terapi kemoreduksi, yang dilanjutkan dengan
terapi fokal, dan/atau brakhiterapi / radiasi eksterna.
2) Pada retinoblastoma grup D, modalitas pilihan terapi hampir sama dengan grup A-C,
yaitu dengan kemoreduksi terlebih dahulu, namun terapi fokal dilakukan lebih
agresif. Pada kasus unilateral, di mana pada umumnya sudah massif dan penglihatan
tidak mungkin dipertahankan.
Tatalaksana yang harus dilakukan adalah enukleasi, yaitu mengangkat seluruh bola
mata yang terkena.
6. Pemeriksaan penunjang retinoblastoma terdapat CT Scan,USG,MRI, dan Xray.
Hasil pemeriksaan penunjang seperti apakah yang menunjukkan pasien
terdiagnosa retinoblastoma
1. Pemeriksaan X foto
Dengan pemeriksaan ini hampir 60-70% terdeteksi adanya kalsifikasi di
dalam tumor. Bila tumor mengadakan infiltrasi ke saraf optik, foramen
optikum akan tampak melebar.
2. Pemeriksaan USG atau CT scan atau MRI
Pemeriksaan ini dapat mengetahui adanya massa tumor intraokuler meskipun
media keruh. Bila lesi masih dini maka akan nampak gambaran solid,
sedangkan bila tumor telah mengalami nekrosis akan nampak gambaran yang
kistik.
3. Pemeriksaan lactic acid dehydrogenase(LDH)
Dengan membanding-kan kadar LDH dalam akuos humor dan serum darah
dapat diperkirakan adanya retinoblastoma intraokuler. Rasio normal ialah <1;
bila rasio >1,5 dicurigai kemungkinan adanya retino-blastoma.

Anda mungkin juga menyukai