1. Makanan pendamping yang dapat diberikan pada pasien kanker otak
Pada umumnya pasien kanker memerlukan asupan dari beraneka ragam makanan karena zat gizi tertentu yang tidak terkandung dalam satu jenis makanan akan dilengkapi oleh zat gizi dari bahan makanan lain (Depkes RI, 2005). Asupan nutrisi dapat dikonsumsi sesuai terapi yang dilakukan oleh pasien. Asupan nutrisi yang cukup nutrien sangat dibutuhkan oleh pasien kanker yang mendapat kemoterapi dan radioterapi, seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. 2. Tindakan kolaborasi pemberian terapi farmakologis dalam mengurangi nyeri, mual dan muntah pada pasien? lalu apabila diberi, terapi farmakologis seperti apa yang diberikan dan pemberiannya Berikan terapi farmakologis yaitu delayes emesis, Pengobatan delayed emesis dapat dilakukan dengan pemberian Deksametason + Metoklopramid; Deksametason + Aprepitant. Pada tipe muntah akut, untuk regimen kemoterapi yang biasanya menimbulkan risiko muntah sedang sampai tinggi dianjurkan untuk penggunaan antiemetik kombinasi. Seperti, kombinasi Antagonis serotonin + Deksametason + Aprepitant untuk risiko muntah tinggi, serta Antagonis serotonin dan Deksametason untuk risiko sedang. Untuk regimen kemoterapi dengan risiko muntah rendah dapat digunakan antiemetik tunggal seperti kortikosteroid atau antagonis serotonin ataupunb tidak diperlukan antiemetik bila risiko muntah sangat rendah. Hal ini sesuai dengan protokol antiemetik B. 3. Faktor-faktor tertentu yang dapat menyebabkan retinoblastoma lebih rentan menyerang anak-anak daripada dewasa selain dari faktor genetik dari orang tua Peningkatan MDM4 mungkin terlibat dalam transisi awal dari retina normal ke retinositoma sementara peningkatan progresif MYCN dan E2F3 mungkin merupakan faktor pendorong perkembangan tumor. Hasil ini juga mengkonfirmasi sifat retinositoma premaligna. Dimaras dkk. menunjukkan hasil yang sama dan melaporkan bahwa meskipun retinositoma dapat tetap tidak berubah sepanjang hidup, sel darah merah yang sangat proliferatif, klonal dan aneuploid biasanya muncul, menunjukkan perubahan jumlah salinan gen dan ekspresi onkogen (MYCN, E2F3, DEK, KIF14, dan MDM4) dan gen penekan tumor ( CDH11, p75NTR), dan ekspresi p16INK4a dan p130 yang dikurangi. Inaktivasi RB1 dalam mengembangkan retina menyebabkan ketidakstabilan genomik, tetapi penuaan dapat memblokir transformasi pada tahap retinositoma. Namun, retinositoma stabil jarang diamati secara klinis karena ketidakstabilan genom progresif biasanya menyebabkan RB yang sangat proliferatif. Ada kekurangan studi genetik pada spesimen RB dewasa; dengan demikian, membatasi pengamatan saat ini pada RB masa kanak-kanak. Sebagian besar RB onset dewasa menyimpan retinositoma yang mendasari dan reaktivasinya di kemudian hari, karena stimulus onkogenik yang tidak diketahui, dapat menyebabkan perkembangan RB onset dewasa. Publikasi masa depan tentang penyakit onset dewasa akan dilakukan dengan baik untuk melakukan analisis genetik dan mengomentari keberadaan retinositoma yang mendasari dari spesimen enukleasi. 4. Prognosis yang bisa terjadi pada retinoblastoma Retinoblastoma merupakan salah satu jenis tumor yang umumnya muncul pada anak- anak, tersering pada usia di bawah 2 tahun. Sejumlah kira-kira 95% kasus didiagnosis sebelum pasien berusia 5 tahun. Sementara bila muncul pada usia >5 tahun, umumnya memiliki prognosis yang lebih buruk. Trilateral retinoblastmoma merupakan sindrom yang meliputi retinoblastoma unilateral atau bilateral, yang umumnya herediter, dengan suatu massa tumor intrakranial neuroblastik. Terdapat pada 5-15% kasus dari retinoblastoma herediter. Prognosisnya lebih buruk, terutama bila sudah disertai dengan gejala simptomatik dari tumor intrakranialnya pada saat diagnosis. Anak-anak dengan retinoblastoma herediter dianjurkan untuk menjalani skrining MRI atau CT Scan kepala setiap 6 bulan setelah diagnosis hingga usia 5 tahun. Skrining dapat meningkatkan angka kesembuhan. 5. Perbedaan penatalaksanaan pada setiap klasifikasi pada penyakit retinoblastoma, jika ada bagaimana tatalaksananya dari tiap klasifikasi Tatalaksana dilakukan sesuai klasifikasi dari retinoblastoma, maka ada beberapa tatalaksana yang harus dilakukan oleh perawat atau tim multidisiplin lainnya, yakni sebagai berikut : 1) Retinoblastoma intraocular Pada retinoblastoma grup A-C, unilateral atau bilateral, dimana penglihatan masih mungkin untuk dipertahankan karena ukuran tumor sangat kecil. Tatalaksana yang dapat diberikan : terapi kemoreduksi, yang dilanjutkan dengan terapi fokal, dan/atau brakhiterapi / radiasi eksterna. 2) Pada retinoblastoma grup D, modalitas pilihan terapi hampir sama dengan grup A-C, yaitu dengan kemoreduksi terlebih dahulu, namun terapi fokal dilakukan lebih agresif. Pada kasus unilateral, di mana pada umumnya sudah massif dan penglihatan tidak mungkin dipertahankan. Tatalaksana yang harus dilakukan adalah enukleasi, yaitu mengangkat seluruh bola mata yang terkena. 6. Pemeriksaan penunjang retinoblastoma terdapat CT Scan,USG,MRI, dan Xray. Hasil pemeriksaan penunjang seperti apakah yang menunjukkan pasien terdiagnosa retinoblastoma 1. Pemeriksaan X foto Dengan pemeriksaan ini hampir 60-70% terdeteksi adanya kalsifikasi di dalam tumor. Bila tumor mengadakan infiltrasi ke saraf optik, foramen optikum akan tampak melebar. 2. Pemeriksaan USG atau CT scan atau MRI Pemeriksaan ini dapat mengetahui adanya massa tumor intraokuler meskipun media keruh. Bila lesi masih dini maka akan nampak gambaran solid, sedangkan bila tumor telah mengalami nekrosis akan nampak gambaran yang kistik. 3. Pemeriksaan lactic acid dehydrogenase(LDH) Dengan membanding-kan kadar LDH dalam akuos humor dan serum darah dapat diperkirakan adanya retinoblastoma intraokuler. Rasio normal ialah <1; bila rasio >1,5 dicurigai kemungkinan adanya retino-blastoma.