Seiring dengan kemajuan teknologi dan perkembangan zaman yang semakin maju, saat ini telah banyak tersedia metode kontrasepsi untuk memenuhi kebutuhan reproduksi pasangan usia subur. Maka dari itu, itu sangat penting memastikan efek samping dari penggunaan kontrasepsi setelah berhenti menggunakannya. Berapa lama kembali subur setelah berhenti memakai kontrasepsi menjadi pertimbangan yang sangat penting dalam memilih jenis kontrasepsi yang akan digunakan, khususnya bagi Wanita yang menggunakan kontrasepsi untuk menunda dan menjarakkan terjadinya kehamilan. Sebagian Wanita belum memahami dengan baik tentang kembalinya kesuburan pascaputus pakai kontrasepsi. Hal ini diketahui dengan masih banyaknya mitos negatif dan kesalahpahaman terkait kontrasepsi dan adanya ketakutan perempuan akan terjadinya ketidaksuburan pascaputus pakai kontrasepsi. Penggunnaan KB atau alat kontrasepsi sering kali membuat banyak wanita menjadi khawatir akan efek samping yang ditimbulkan. Banyak sekali bereda mitos dimasyarakat mengenai alat kontrasepsi, salah satunya adalah mitos terjadinya kemandulan pascaputus memakai kontrasepsi. Mitos ini menjadi hambatan yang cukup besar bagi Wanita yang ingin menggunakan alat kontrasepsi. (Maria,2019). Kecemasan akan hilangnya keseburan atau terjadinya kemandulan pasca putus menggunakan kontrasepsi sudah pasti berdapak negatife pada penggunaan kontrasepsi di Indonesia. Sebagian besar mitos tersebut merupakan informasi yang tidak benar dan hanya berdasarkan desas-desus. Bedasarkan penelitian Maria Gayatri 2019 faktanya kontrasepsi tidak menyebabkan kemandulan, hanya perlu waktu untuk seorang perempuan menjadi subur kembali pascaputus pakai kontrasepsi. Peluang terjadinya kehamilan pada satu tahun pertama untuk kontrasepsi pil berkisar 75%-81%, untuk implan 72%-76%, untuk IUD 72%-85%, sedangkan untuk suntikan 65%-67%. Tingkat kehamilan pada 2 tahun pascaputus pakai pada keempat kontrasepsi mencapai 82%-92%. Kembalinya kesuburan pascaputus pakai pil, IUD dan implan terjadi lebih cepat bila dibandingkan dengan suntikan, tetapi tingkat kehamilan hampir sama pada 1-2 tahun pascaputus pakai kontrasepsi baik metode hormonal maupun non hormonal.Durasi pemakaian kontrasepsi tidak memiliki dampak negatif pada kemampuan perempuan untuk hamil pascaputus pakai kontrasepsi. Kembalinya kesuburan pada perempuan usia muda lebih cepat dibandingkan perempuan yang lebih tua. Metode kontrasepsi tidak menyebabkan infertilitas, akan tetapi Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan salah satu penyebab infertilitas, oleh karena itu pemeriksaan rutin sangat penting untuk deteksi dini terjadinya PMS. Infeksi menular seksual merupakan salah satu jenis penyakit menular yang penularan utamanya melalui kontak seksual. (Simbolon 2020)
2. Mitos Kontrasepsi Darurat Sama Dengan Abortus
Mitos mengenai kontrasepsi darurat sama dengan menggugurkan kandungan atau abortus telah banyak beredar di masyarakat, padahal hal itu tidak benar. Faktanya, kontrasepsi darurat atau dalam dunia kesehatan dikenal dengan singkatan kondar, merupakan salah satu upaya pencegahan kehamilan setelah terjadinya persetubuhan yang tidak dilindungi alat kontrasepsi. Berbeda dengan aborsi, kontrasepsi darurat bukanlah upaya membunuh janin yang terlanjur terbentuk, tetapi mencegah bertemunya sperma dan sel telur atau sama sekali mencegah sel telur matang. Karena berlaku dengan mencegah bertemunya sel sperma dan sel telur, maka biasanya ada batas waktu paling lama kontrasepsi darurat digunakan, biasanya 3 hingga 7 hari. Sebutan kontrasepsi darurat sendiri untuk menekankan kepada masyarakat bahwa jenis kontrasepsi ini digunakan pada masa atau keadaan yang tidak boleh ditunda, juga sebagai isyarat bahwasannya cara KB ini lebih baik daripada tidak memakai KB sama sekali.
3. Mitos Tidak Perlu Menggunakan alat kontrasepsi jika
berhubungan intim hanya sekali Hal itu tentunya merupakan sebuah mitos, karena faktanya seorang Wanita bisa hamil saat pertama kali berhubungan seks. Setiap kali seorang Wanita melakukan hubungan intim dengan seorang pria , dia akan beresiko hamil. Hal ini tidak dapat dipungkiri sekalipun pria melakukan ejakulasi diluar, karena pada faktanya sebelum sperma keluar terdapat cairan semen atau yang biasa disebut pelumas yang didalamnya terkadang juga terdapat sel sperma.
4. Mitos Kontrasepsi Hanya dibutuhkan Wanita Hingga Berusia 35
Tahun Mitos mengenai kontrasepsi hanya digunakan Wanita hingga berusia 35 tahun ini tidak benar, karena faktanya perempuan masih bisa hamil hingga berusia lebih dari 40 tahun, selama belum memasuki masa menopause. Menopause sendiri didefensikan sebagai berhentinya siklus mensturasi secara permanen sebagai akibat dari hilangnya fungsi folikular ovarium atau penurunan hormoon ovarium. Umumnya, menopause dialami perempuan ketika berusia 40 tahun ke atas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada saat berusia 35 tahun , Wanita masih memerlukan kontrasepsi,karena belum terjadi menopause. (Cory’ah , 2019) 5. Pil KB Menyebabkan Kenaikan Berat Badan Selama ini telah banyak beredar info dimasyarakat jika pil KB dapat menyebabkan kenaikan berat badan atau kegemukan, padahal faktanya belum ada secara medis yang menyatakan bahwa pil KB dapat membuat berat bada bertambah. Kalo pun terjadi kenaikan berat bada pada Wanita yang mengkonsumsi pil KB, hal itu terjadi karena retensi cairan. Artinya, kenaikan ini bukan kenaikan berat badan yang sesungguhnya. Pil KB adalah alat kontrasepsi pencegah kehamilan atau pencegah konsepsi yang digunakan dengan cara per-oral/kontrasepsi oral. Pil KB merupakan salah satu jenis kontrasepsi yang banyak digunakan. Pil KB disukai karena relatif mudah didapat dan digunakan, serta harganya murah . Pil KB yang banyak dipakai umumnya berisi dua jenis hormon, yakni estrogen dan progesteron. Ada juga yang berisi hanya salah satu hormon saja. Kedua hormon ini bekerja menghambat terjadinya ovulasi. Oleh karena ovulasi atau keluarnya sel telur matang tidak terjadi, maka kehamilan pun tidak berbuah. Angka keberhasilan memakai pil dibilang hampir selalu efektif dalam mencegah kehamilan. Yang depresi, tumor jinak rahim (mioma uteri) dan haidnya jarang. Oleh karena obat dalam pil kurang lebih sama dengan obat suntik, maka memilih suntikan juga perlu mempertimbangkan kondisi-kondisi akseptor. Pilihan pil KB sering ditinggalkan karena faktor efek sampingnya. Efek samping estrogen sering menimbulkan mual, nyeri kepala dan nyeri payudara. Sedangkan efek samping progesteron menjadikan perdarahan vagina tidak teratur, nafsu makan bertambah sehingga mengalami obesitas, 6 muncul jerawat, menstruasi jadi sedikit dan kemungkinan payudara mengecil .
6. AKDR atau IUD Dapat Menyebabkan Radang Panggul
IUD atau AKDR merupakan alat kontrasepsi yang cukup Popular di Indonesia dengan sebutan KB spiral. Namun juga banyak beredar kabar miring mengenai KB ini yang dapat menyebabkan radang panggul. Padahal, faktanya AKDR/ IUD ini sudah di desain sedemikian rupa agar aman digunakan oleh Wanita. Bahkan, IUD/AKDR ini bisa tinggal didalam tubuh hingga bertahun-tahun tanpa menyebabkan masalah apapun bagi Kesehatan Wanita, termasuk radang panggul. Radang panggul terjadi karena adanya infeksi bakteri pada vagina, Rahim, tuba fallopi ataupun indung telur. Jadi, radang panggul bukan akibat dari pemasangan AKDR/IUD.
7. KB suntik 3 bulan dapat menyebabkan darah kotor.
Ini hanyalah mitos. Tidak ada darah kotor yang tertahan dan mengganggu kesehatan. Darah menstruasi sebenarnya adalah bagian dinding dalam rahim yang menebal, untuk mempersiapkan diri menjadi tempat berkembang janin jika terjadi kehamilan. Penebalan ini terjadi ketika sel telur siap dilepas keluar dari indung telur. Jika tak terjadi kehamilan, maka lapisan dalam ini meluruh menjadi darah menstruasi. Faktanya pada KB suntik, hormon mencegah lepasnya sel telur dari indung telur. Ini membuat penebalan dalam dinding rahim tak terjadi. Akibatnya, tak ada lapisan yang bisa meluruh sehingga tak ada pula darah yang tertahan di dalam vagina.
8. Pil KB membuat siklus haid menjadi tidak teratur
Mitos mengenai hal ini tidaklah benar, karena faktanya pil KB mengandung hormon esterogen yang dapat membantu siklus mensturasi menjadi lebih teratur. Bahkan, penggunaan pil KB ini dapat dijadikan pengobatan alternatife bagi Wanita yang siklus haidnya tidak teratur. 9. Pil KB dapat mencegah infeksi menular seksual Pernyataan ini adalah mitos, karena pil KB tiddak dapat mencegah penularan penyakit seksual. Karena pada faktanya yang dapat mencegah infeksi menular seksual adalah kondom, bukan pil KB.
10. AKDR / IUD dapat bergeser sendiri ke perut.
Saat ini ramai dibicarakan dan berkembang rumor yang mengatakan bahwa AKDR dapat bergeser sendiri hingga ke perut atau abdomen sehingga menimbulkan perdarahan. Padahal, faktanya AKDR dipasang di rongga Rahim yang tidak memiliki lubang lain selain vagina dan apabila terjadinya pergerseran , maka itu hanya disekitar rongga Rahim dan tidak menibulkan perdarahan. DAFTAR PUSTAKA
GAYATRI, M., MENEPIS MITOS KEMANDULAN AKIBAT KONTRASEPSI:
ANALISIS KESINTASAN DATA KALENDER KONTRASEPSI DAN KEHAMILAN SDKI 2007, 2012 DAN 2017 Simbolon, W.M. and Budiarti, W., 2020. Kejadian Infeksi Menular Seksual pada Wanita Kawin di Indonesia dan Variabel-variabel yang Memengaruhinya. Jurnal Kesehatan Reproduksi, 7(2), pp.81-87. Cory'ah, Fitra Arsy Nur, and I. Gusti Ayu Putu Sri Wahyuni. "Hubungan Sindrom Menopause Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Menopause Diwilayah Kerja Puskesmas Ubung Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2018." Jurnal Kebidanan Akademi Kebidanan Jember 3, no. 1 (2019): 8-16. Suparman, E., 2021. Kontrasepsi Darurat dan Permasalahannya. Medical Scope Journal, 3(1), pp.94-10