Tujuan Instruksional Umum Setelah mempelajari bab ini diharapkan peserta mengetahui
tentang faktor – faktor yang mempengaruhi perdarahan
paska persalinan dan tehnik penanganannya
Tujuan Instruksional Khusus Setelah mempelajari bab ini diharapkan peserta mampu
untuk :
1. Mengenal klasifikasi perdarahan post partum
2. Mengenal etiologi perdarahan post partum
3. Mengenal etiologi perdarahan post partum lambat
4. Mendemonstrasikan Metode Sayeba dan Modifikasinya
PENDAHULUAN Perdarahan pasca persalinan merupakan perdarahan yang paling
banyak menyebabkan kematian ibu. Lebih dari separuh jumlah
seluruh kematian ibu terjadi dalam waktu 24 jam setelah
melahirkan, sebagian besar karena terlalu banyak mengeluarkan
darah. Walaupun seorang perempuan dapat bertahan hidup setelah
mengalami perdarahan pasca persalinan, namun ia akan menderita
akibat kekurangan darah yang berat (anemia berat) dan mengalami
mengalami masalah kesehatan yang berkepanjangan. Oleh sebab
itu, diperlukan tindakan yang tepat dan cepat dalam mengatasi
pendarahan pasca persalinan.
Metode Sayeba dan Metode inovatif yang diperkenalkan pada tahun 1997 oleh
modifikasinya (Kondom Kateter Profesor Sayeba Akhter, ahli kebidanan dari Bangladesh, adalah
Hidrostatik Intrauterine) penggunaan kondom kateter hidrostatik intrauterin untuk
penanganan perdarahan pasca persalinan. Bahan yang digunakan
adalah kateter Folley no 24, kondom, blood set (set transfusi) atau
infuse set (set infus), cairan garam fisiologis. Benang chromic atau
silk untuk mengikat dan beberapa tampon bola untuk fiksasi.
Kateter Folley steril dimasukkan ke dalam kondom, dan diiikat
dengan pangkal kondom menggunakan benang silk dan ujung luar
dari kateter dihubungkan dengan infus set yang berisi cairan salin.
Setelah kateter dimasukkan ke dalam uterus, kondom
digembungkan dengan 250 – 500 ml cairan salin tergantung
kebutuhan dan pada ujung luar kateter diikat dan set infus/set
transfusi dikunci begitu perdarahan berhenti. Intervensi ini dapat
dilakukan dengan murah, mudah, cepat dan tidak membutuhkan
petugas kesehatan yang terlatih. Harga bahan yang digunakan juga
terjangkau. Harga kateter folley no 24 adalah $1,5 USD, kondom
tidak lebih dari $ 0,2 USD, set infus/set transfusi $ 1 USD. Cairan
harganya $ 0,5 USD per buah. Lain-lain tidak lebih dari $ 1 USD.
Total tidak lebih dari $ 5 USD yang hampir setara dengan Rp.
50.000,00 (Lima puluh ribu rupiah). Metode ini dinamakan ”Metode
Sayeba untuk mengatasi perdarahan pasca persalinan” sesuai
dengan nama penemunya, yaitu Professor Sayeba. Pada
penelitiannya, 23 pasien dilakukan intervensi dengan kondom
kateter setelah mengalami perdarahan pasca persalinan. Dari 23
pasien tersebut, 19 (82%) pasien mengalami perdarahan pasca
persalinan primer, 4 (17%) pasien mengalami perdarahan pasca
persalinan sekunder. Dari 23 pasien tersebut, 12 (52%) mengalami
syok akibat perdarahan yang hebat. Pada kasus ini, kondom
kateter segera diaplikasikan tanpa menunggu penanganan
medikamentosa terlebih dahulu. Pada kasus yang lain, masase
fundus dan pemberian uterotonika (methergin dan oksitosin,
sedangkan misoprostol tidak digunakan dalam institusi ini) gagal
menghentikan perdarahan pada 10 pasien. Dan pada 1 pasien,
teknik kompresi penjahitan uterus yang dikerjakan pada pasien
dengan perdarahan pasca persalinan tidak menghentikan
perdarahan. Pada kebanyakan kasus (56,5%), kondom kateter
dipasang dalam waktu 0-4 jam setelah melahirkan. Sedangkan
pada 32,7% kasus, dikerjakan antara 5-24 jam setelah melahirkan.
Pada 23 pasien ini, perdarahan berhenti dalam waktu 15 menit.
Dilakukan pemantauan selama 48-72 jam. Tidak ada pasien yang
membutuhkan intervensi lebih lanjut, dan tidak ada morbiditas yang
serius yang ditemukan. Dibutuhkan 200-500 ml (rata-rata 336,4 ml)
larutan garam fisiologis untuk menggembungkan balon. Rata-rata
3,23 unit darah (berkisar 2-10 unit) dibutuhkan untuk mencapai
stabilitas hemodinamik. Tidak ada pasien yang jatuh ke dalam syok
yang ireversibel. Tidak ada infeksi intrauterin dilihat dari tanda dan
gejala klinis, maupun laboratoris dari kultur sensitivitas apusan
vagina.
Pada tulisan ini, metode yang diperkenalkan adalah
modifikasi teknik Sayeba, yang menghilangkan komponen kateter
Folley no 24, dengan alasan penggunaan kateter dengan metode
ini tidak bermakna. Kateter Folley no 24 tidak selalu ada di
puskesmas, dan penggunaan kateter Folley no 16 dan no 18
membutuhkan waktu yang lama untuk mengalirkan cairan ke dalam
kondom. Di samping itu, biaya akan menjadi lebih murah, karena
komponen harga berkurang $1,5 USD. Sehingga total biaya yang
semula Rp. 50.000,00 berkurang hingga Rp. 35.000,00. Selain itu,
waktu yang dibutuhkan untuk merakit metode ini menjadi lebih
cepat, karena tidak perlu menyambungkan kondom dengan set
infus/set transfusi. Metode ini dinamakan kondom hidrostatik
intrauterin untuk penanganan perdarahan pasca persalinan.
Bahan yang digunakan hampir sama dengan metode
Sayeba, tetapi tanpa kateter Folley no 24. Bahan-bahannya adalah
kondom, blood set (set transfusi) atau infuse set (set infus), cairan
garam fisiologis. Benang chromic atau silk atau benang tali pusat
untuk mengikat dan beberapa tampon bola untuk fiksasi. Set
infus/set transfusi yang sudah disambungkan dengan cairan,
ujungnya dimasukkan ke dalam kondom, kemudian kondom diikat
pada ujung set infus/set transfusi, kemudian dimasukkan ke dalam
kavum uteri, dan kemudian digembungkan dengan mengalirkan
cairan melalui set infus/set transfusi. Kondom ini bisa
digembungkan rata-rata 500 cc. Bahkan di literatur lain, disebutkan
apabila perdarahan masih terus mengalir, kondom dapat
digembungkan mencapai 2000 cc. Isu tentang kekuatan kondom ini
sendiri kadang menjadi pertanyaan. Menurut Food and Drug
Administration (FDA) di Amerika Serikat, kondom yang terjual di
pasaran sudah melewati quality control, dan memenuhi syarat
karakteristik fisik yang ditentukan. Kondom minimal harus memiliki
tensile strength 15.000 pounds psa dan minimal harus bisa
dilakukan elongasi sampai dengan 625% sebelum kemudian robek
atau pecah.
Teknik pemasangan kondom 1. Penderita tidur diatas meja ginekologi dalam
hidrostatik intrauterin posisi lithotomi.
2. Alat-alat telah disiapkan.
10. Pasien dapat dilakukan observasi atau segera dirujuk atau bila
tindakan dilakukan di Rumah Sakit, dapat dilakukan persiapan
kamar operasi untuk laparatomi sebagai rencana cadangan.