Anda di halaman 1dari 25

PANDUAN PERAWATAN KARIES GIGI

A.  DEFINISI
Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin, dan
sementum yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat
yang dapat diragikan. Tandanya adalah demineralisasi jaringan keras gigi yang
kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya. Akibatnya, terjadi invasi bakteri dan
kematian pulpa serta penyebaran infeksinya ke jaringan periapeks yang dpat
menyebabkan nyeri. Walaupun demikian, mengingat mungkinnya remineralisasi terjadi,
pada stadium yang sangat dini penyakit ini dapat dihentikan.
Karies gigi adalah proses penghancuran atau pelunakan dari email maupun
denttin. Proses penghancuran tersebut berlangsung lebih cepat pada bagian dentin
daripada email. Proses tersebut berlangsung terus sampai jaringan di bawahnya, dan
ini adalah pembentukan “lubang” pada gigi. Penyakit jaringan keras gigi adalh sesuatu
yang bersifat relative. Sebuah lesi atau cacat pada gigi belum akan membuat “lubang”
kecuali berkembang mecapai titik yang membutuhkan tindakan perawatan.
 Macam-macam Karies
Karies dapat diklasifikasikan berdasarkan daerah anatomis tempat karies itu
timbul. Dengan demikian lesi bisa dimulai pada pit dan fisur atau pada permukaan
halus. Lesi permukaan halus dimulai pada email atau sementum, dentin, dan akar yang
terbuka (karies akar). Kemungkinan lain karies bisa timbul pada tepian restorasi. Ini
disebut karies rekuren atau karies sekunder.
Karies juga bisa digolongkan berdasarkan keparahan atau kecepatan
berkembangnya. Gigi dan permukaan gigi yang terkena bisa berbeda-beda tergantung
kepad keparahan karies yang dihadapi.yang disebut disebut karies ringan adalah Jika
yang terkena karies adalah daerah yang memang sangat rentan terhadap karies
misalnya permukaan oklusal gigi molar permanen. Yang disebut karies moderat jika
karies meliputi permukaan oklusal dan proksimal gigi posterior. Dan yang dikatakan
karies parah jika karies yang menyerang gigi anterior, suatu daerah yang biasanya
bebas karies.
Karies rampan adalah nama yang diberikan kepada kerusakan yang meliputi
beberapa gigi yang cepat sekali tterjadinya, seringkali meliputi permukaan gigi yang
biasanya bebas karies. Keadaan ini terutama dapat dijumpai pada gigi sulung bayi
yang selalu mengisap dot yang berisi gula/ dicelupkan dahulu pada lautan gula.

B. RUANG LINGKUP
 KLASIFIKASI MENURUT CARA YANG DIKEMUKAKAN OLEH Dr.G.BLACK:
1. Klas I. lesi klas I terjadi pada ceruk dan fisura dari semua gigi. Meskipun
lebih ditujukan untuk premolar dan molar.

1
2. Klas II. Kavitas yang terdapat pada permukaan aproksimal gigi posterioir
termasuk kategori klas II. Kavitas pada permukaan halus atau lesi mesial dan
distal biasanya berada dibawah titik kontak yang sulit dibersihkan. Menurut
definisi Dr. Black karies klass II dapat mengenai permukaan mesial dan distal
atau hanya salah satu permukaan proksimal dari gigi sehingga dapat
digolongkan menjadi kavitas MO (mesio-oklusal), DO (disto-oklusal), dan
MOD (mesio-oklusal-distal).
3. Klas III. Bila lesi klas II mengenai gigi posterior, lesi klas II mengenai gigi
anterior. Menurut definisi Dr. G. Black kavitas klas III bisa terjadi pada
permukaan mesial atau distal dari incisivus atau kaninus. Seperti klas II lesi
ini juga terjadi pada titik kontak, tetapi berbeda dengan lesi pada gigi molar
yang bentuknya elips, klas III bentuknya bulat dan kecil.
4. Klas IV. Kavitas tersbut sebenarnya adalh kelanjutan dari lesi klas III. Karies
yang luas atau abrasi yang hebat bisa melemahkan sudut insisal dan
menyebabkan terjadinya fraktur. Oleh sebab itu, menurut definisi Dr. G.
Black , kavitas klas IV adalah lesi pada permukaan proksimal gigi anterior
yang telah meluas sampai ke sudut insisal.
5. Klas V. kavitas gingival adalah kavitas permukaan halus. Terlepas dari
etiologinya karies, abrasi, erosi, tipe lesi ini menurut klasifikasi Black dikenal
sebagai kavitas klas V. menurut definisinya kavitas klas V juga bisa terjadi
baik pada permukaan fasial maupun lingual. Namun lesi ini lebih dominan
timbul dipermukaan menghadap ke bibir dan pipi daripada lidah. Kavitas klas
V bisa mengenai sementum selain email.
6. Klas VI. Tipe kavitas ini terjadi pada ujung tonjol gii posterior dan edge
insisal gigi insisivus. Pembentukan yang tidak sempurna pada ujung tonjol
atau edge insisal membuat daerah tersebut rentan terhapdap karies.
 MACAM-MACAM KARIES:
 Karies superfisialis: gigi berlubang hanya mengenai lapisan gigi terluar.
 Karies media: gigi berlubang yang sudah mengenai lapisan dentin.
 Karies profunda: gigi berlubang yang sudah mengenai jaringan pulpa.
Ketiga macam karies ini terjadi secara perlahan dan bertahap. Oleh karena itu,
semakin cepat kita bertindak maka resiko terjadinya karies yang lebih besar
menjadi lebih kecil.
 HISTOLOGI KARIES
- Histologi lesi sebelum kavitasi email
Ujung lesi telah mencapai pertautan email dentin namun permukaan email
tetap ututh. Akan tetapi karena karies email itu porus, maka asam, enzim dan
rancang chemis lainnya dari permukaan gigi akan mencapai dentin bagian
luar dan menimbulkan respons dari kompleks pulpa dentin. Reaksi

2
pertahanan yang berupa dentin reaksioner dan dentin transluseen ini akan
dapat terlihat bersama-sama daerah dentin translusen ini akan dapat terlihat
bersama-sama dengan beberapa daerah yang mengalami demineralisasi
didekat pertautan email-dentin.
Sklerosis tubuler akan menutup tubulus dentin dan menyebabkan hilangnya
hubungan antara ujung luarnya dengan pulpa. Oleh karena itu tubulus
tersebut tidak lagi mengandung prosesus odontoblas yang vital. Jadi
merupakan suatu “dead track”. Pada permukaan invivo, tubulus akan berisi
gas, cairan dan sisa-sisa sel yang berdegenerasi.
- Histology lesi setelah kavitasi email
Sekali kavitasi email terjadi, maka bakteri akan langsung masuk ke dentin
dan jaringan itu akan terinfeksi. Gambar reaksi pertahanan berupa
peradangan pulpa yang ringan, dentin reaksioner, dan sklerosis tubuler.
Zona translusen/skleritik menutup badan lesi di dentin yang sekarang bisa
dibagi menjadi tiga komponen: pada ujung depan daerah dentin yang
mengalami demineralisasi yang belum berisi bakteri. Zona penetrasi tubulus
dentinnya telah dimasuki oleh bakteri. Zona destruksi (nekrosis) dentinnya
telah dihancurkan oleh bakteri.(1)39-43
 DEMINERALISASI DAN REMINERALISASI
DEMINERALISASI
Komponen mineral di email, dentin dan senterum terdiri dari Hidroksi Apatit
Ca10(PO4)6(OH)2

Dilingkungan netral HA seimbang dilingkungan lokal yang berair (Saliva) dimana ion
Ca2+ dan PO3- mengalami dengan kejenuhan

Ha akan bereaksi dengan hidrogen jika PH nya 5,5 H + akan bereaksi secara istimewa
dengan PO3- dilingkungan cait yang berbatasan dengan permukaan Kristal

Proses ini dilukiskan sebagai perubahan PO43- HPO42- dengan tambahan H+ dan
diwaktu yang sama H+ buffer

HPO42- ini tidak akan berperan secara normal untuk keseimbangan HA karena berisi
PO42-

Kristal HA akan terlarut (deminetralisasi)

3
 REMINERALISASI
Proses Remineralisasi akan terjadi bila PH telah netral adan ion Ca 2+ dan PO43-
dalam jumlah yang cukup

Tiap apatit yang hancur akan mengalami penetralan oleh buffer atau ion Ca 2+
dan PO43- dalam saliva mencegah penghancuran

Terjadi penghancuran kembali bagian kristal apatit yang terlarut (Remineralisasi)

Bisa didefinisikan sebagai suatu penempatan mineral anorganik didaerah yang


sebelumnya telah kehilangan mineral-mineral tersebut. Karies gigi diwarnai oleh
perusakan dan perbaikan. Untungnya, gigi geliga Terbenam didalam saliva,
cairan yang berpotensi menimbulkan remineralisasi.
Sekali terjadi kavitasi, remineralisasi sendiri tidak dapat menambal lubangnya.
Email yang telah mengalami remineralisasi lebih resisten terhadap serangan
asam ketimbang email sehat.Karena itu suatu bercak putih yang telah sembuh
bisa dianggap sebagi suatu jaringan parut dan seyogyanya jangan dirusak oleh
bur. Misalnya siameter kristal yang dikandungnya lebih besar daripada diameter
kristal email sehat sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk
melarutkannya.
 MEKANISME KARIES
- Email sehat
- Plak: lapisan lunak, putih atau kuning yang melekat pada gigi terutama terdiri
dari bakteri. Juga berisi dari sisa-sisa saliva berbagai sel-sel darah dengan
partikel-partikel dari makanan. Segera setelah gigi dibersihkan plak baru
mulai tumbuh pada permukaan gigi-gigi suatu lapisan komponen saliva yang
sangat tipis terbentuk pada semua permukaan gigi.
- White spot: penyebab bercak putih adalah komponen elektrokimia dari
proses karies. Cairan didalam email berperan sebagai elektrolit. Ion Ca
dijumpai pada cairan ini pori-pori kecil yang dijumpai pada email yang berisi
elektrolit ini. Dipisahkan antara kutub-kutub negative (dalam email) dan
positif (luar email). Keseimbangan potensi listrik antara kedua kutub dapat
terganggu salah satunya karena asam. Pengolesan asam ke permukaan
email atau membangkitkan potensi elektrik yang mendorong ion Ca bergerak
ke permukaan email. Asam walaupun tidak langsung terdapat pada
permukaan gigi merupakan hasil sampingan bakteri didalam plak pada gigi
yang tidak dapat menahan efek asam, plak, keasaman akan dapat
merembes masuk kedalam email. Hal ini akan mengakibatkan transfer ion
Ca yang tidak teratur pada pori-pori email tanpa adanya pergantian ion Ca

4
yang hilang. Kehilangan ion Ca yang banyak membentuk bercak putih pada
email yang terkalsifikasi.
- Celah hitam: fenomena bercak putih, bila berlangsung bertahun-tahun
tampak noda-noda putih seperti kapur sudah menjadi daerah yang berwarna
cokelat gelap. Celah hitam terutama tampak jelas pada daerah pit dan fisur.
- Kavitas (lubang): metabolisme karbohidrat yang menyebabkan desposisi
asam pada email yang terus berlangsung akan terus mengakibatkan kavitas
(lubang) pada gigi. Aktivitas karies ini akan menyebabkan tersedianya
pembuluh yang lebih besar bagi toksin bakteri mmengalir lebih cepat
kedalam. Dengan kerusakan system hidrodinamik ketahan terhadapa caitran
berkurang dengan efek kerrusakan asam akan terus merajalela.
Selaanjutnya bakteri akan menginfeksi dentin dan pulpa, serta
mengakibatkan kerusakan/kematian saraf gigi.
 PEMERIKSAAN KARIES
Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan pasien dengan karies rampan:
1. Dentin di dalam kavitas terasa lunak bila di sonde sebagai akibat dari
pelarutan dan penyingkiran yang cepat dari garam-garam mineral.
2. Permukaan email dapat di tutupi dengan noda-noda, email-email yang putih
seperti : kapur dan difusi .menunjukkan ada nya serangan pada daerah
yang luas.
3. Dentin di dalam kavitas hanya sedikit mengalami perubahan warna. Karma
permukaan yang hilang dengan cepat. Hanya sedikit kemungkinan
terjadinya perubahan warna akibat kopi, sariberry dll
4. Gigi yang baru bererupsi did lam mulut (premolar pada anak remaja) akan
menunjukkan adanya lesi karies.
Pemeriksaan pada pasien yang aktivitas karies nya lambat:
1. Kavitas bewarna coklat dan hitam. Bila secara berulang terkena stain
makanan (kopi)dentin akan menyerap stain tersebutdan kegelapan nya
sebanding dengan lama nya berkontak dengan makanan
2. Dentin lebih padat bila di sonde dengan menggunakan instrument yang
berujung tajam dan runcing lesi merupakan akibat dari klasifikasi yang
lambat berlawan dengan yang cepat pada tahap akut
3. Email rapuh yang terdapat di atas kavitas cenderung mudah patah.
Sedangkan email yang utuh dapat di jumpai pada lesi yang berkembang
dengan cara cepat. Kealusan jangka panjang dan tekanan pengunyahan
mamatok kan tepi amail
4. Nada-nada email yang bewarna kapur lunak hilang pada lesi yang lama
akibat staining dan memineralisasi daerah yang mengalami dekalsifasi

5
(hilang nya kalsium atau gara-garam nya dari jaringan seperti tulang dan
email.
Pemeriksaan Mikrobiologik
Ada beberapa kuman yang lebih penting dari kuman lainnya sebagai
menyebab karies.kini sudah terbukti bahwa individu yang terinterksi oleh
S.mutans dalam jumlah banyak,merupakan individu yang beresiko terserang
karies.Disamping itu laktobasilus yang banyak menandakan diet individu tersebut
adalah diet kariogenik. Tingkat hunian yang tinggi dari kuman ini juga
menunjukkan adanya banyak kavitas yang terbuka yang harus diekskavasi dan
ditutup sementara sebelum menentukan tingkat infeksi laktobasilusnya.
Jenis streptococcus mutans dan laktobasilus dapat dilakukan pada saliva
yang distimulasi dengan paraffin. Sampel liur tersebut dikumpulkan dan sebagian
dipindahkan ke vial-transprot yang berisian cairan transport dengan
menggunakan semprit atau pipet.Sampel tersebut di bawa ke laboratorium dan
dihomogenkan,diencerkan secara kuantitatif dan dibiakkan pada media yang
cocok. Pada kebanyakan labortorium, S.mutans di biakkan agar mitis salivarius
yang bersikan sukrosa dan basitrasin.Sedangkan media untuk laktobasilus
biasanya digunakan untuk SL.Jumlah koloni yang khas pada pengeceran yang
baikdi hitung dan kemudian dikalikan dengan faktor pengecerannya.Hal ini akan
menyatakan jumlah S.mutans dan laktobasilus untuk tiap millimeter saliva.
Nilai Tinggi 100000 S.mutans > 100000 laktobasilus
Nilai Rendah 0 S.mutans <1000 laktobasilus
 PENELITIAN pH PLAK
Sebelum pengukur pH,sebelum dan sesudah makan bias merupakan
petunjuk ke arah potensi kariogetik suatu makanan.pH plak dapat diukur secara
intra oral dengan menempatkan elektroda dan secara ekstra oral dengan
menggunakan sampel plak.Pada eksperimen ini,’kurve Stephan’ di buat dengan
menghubungkan factor pH dan waktu,makanan dan minuman telah di golongkan
menurunkan nilai pH,seperti tek manis,kopi,dan minuman –minuman yang
manis,sedangkan permen karet tanpa gula,tampaknya tak menurunkan pH plak.
Penelitian pH plak juga digunakan untuk membedakan potensi kariogenik
bermacam-macam,sukrosa,glukosa,fruktosa,dan malkosa tampaknya mempunyai
asidopenitas yang sama, sementara laktosa dan glalaktosa menyebabkan
penurunan pH yang tidak separah sukrosa,Susu kopi (berisi laktosa) dan susu di
dalam teh tawar menyebabkan penurunan pH sedikit,tapi susu sapi hanya
mempunyai potensi kariogenik yang sangat lemah.
Produk-produk pati terutama yang mengandung bahan pati yang terurai
karena panas,ternyata juga mempunyai potensi asidogenik.oleh karena itu,kudapan
dari pati tak dapat sepenuhnya dianggap aman bagi gigi.

6
Kapasitas buffer normal pH akhir 5-7
Kapasitas buffer Rendah pH akhir 4.
Pemeriksaan (Ekstra dan Intra Oral)
 Pemeriksaan Ekstra Oral
Penampilan umum tonus, otot, asimetri fasial, pembengkakan, perubahan
warna, kemerahan, jaringan parut, ekstraoral atau saluran sinus, dan kepekaan
atau nodus jaringan limfe servikal atau fasial yang membesar, merupakan indicator
status fisik pasien. Pemeriksaan ekstraoral yang hati-hati akan membantu
mengidentifikasi sumber keluhan pasien serta adanya dan luasnya reaksi inflamasi
rongga mulut.
 Pemeriksaan Intra oral
Gigi geligi diperiksa untuk mengetahui adanya perubahan warna, fraktur,
abrasi, erosi, karies, restorasi yang luas, atau abnormalitas lain. Mahkota yang
berubah warna sering merupakan tanda adanya penyakit pulpa atau merupakan
akibat perawatan saluran akar yang telah dilakukan sebelumnya. Riwayat yang rinci
dari keluhan pasien serta pemeriksaaan obyektif akan mengarahkan dokter gigi
pada diagnosis akhir yang dikatakan boleh tepat. Walaupun dalam beberapa kasus
diagnosis sangat mungkin dilakukan pada tahap pemeriksaan ini, seorang
pediagnostik yang hati-hati tidak akan pernah langsung melakukan perawatan
sebelum melakukan konfirmasi yang cukup dengan tes-tes klinis yang diperlukan

C. TATA LAKSANA
 KARIES TERHENTI / ARRESTED CARIES
No.ICD10 : K02.3 ArrestedCaries
a) Definisi
Karies yang perkembangannya terhenti oleh karena peningkatan
kebersihan rongga mulut, peningkatan kapasitas buffer saliva, dan
aktivitas pulpa melalui pembentukan dentinreparatif.
b) Patofisiologi
Proses karies terhenti karena remineralisasi
c) Hasil anamnesa(subjective)
Tidak ada gejala, biasanya dikeluhkan karena gigi berwarna
kecoklatan
d) Gejala klinis danpemeriksaan
Pemeriksaan tes vitalitas gigi masih baik. Bagian dasar gigi terdapat
jaringan keras kecoklatan hasil dari pertahanan lokaltubuh.
e) Diagnosisbanding
Hipoplasi Email
f) Klasifikasi Terapi ICD 9CM

7
89.31 Dental Examination
23.2 Restoration of tooth byfilling
23.70 Root canal, not otherwisespecified
24.99 Other (other dental operation)
g) Prosedur Tindakan KedokteranGigi
- Dental Health Education (DHE): edukasi pasien tentang cara
menggosok gigi, pemilihan sikat gigi dan pastanya. Edukasi
pasien untuk pengaturandiet.
- Tindakan preventif: bila masih mengenai email dengan
pemberian fluor untuk meningkatkanremineralisasi
- Tindakan kuratif: bergantung lokasi dan keparahan, bila kavitas
masih pada email dilakukan ekskavasi debris, remineralisasi
selama I bulan, kemudian dilakukan penumpatan sesuaiindikasi
- Bila dentin yang menutup pulpa sudah tipis dilakukan pulp
capping indirek: Ekskavasi dentin lunak (zona infeksi), diberikan
pelapis dentin Cа(OH)2/MTA, dan dilakukanpenumpatan
h) PemeriksaanPenunjang
Foto x-ray gigi sayap gigit (jika diperlukan)
i) Peralatan danbahan/obat
- Dental unitlengkap.
- Alat pemeriksaanstandar.
- Bor untukpreparasi.
- Bahan tumpat bergantung letak dan macam giginya (resin
komposit, Glass Ionomer Cement(GIC))
- Alatpoles.
- Larutanfluor.
- Kapasgulung.
- Butirankapas.
j) Lamaperawatan
Tumpatan biasa, 1 kali kunjuangan
k) Faktorpenyulit
Hipersalivasi
l) Prognosis Baik
a. Keberhasilanperawatan
Tidak ada keluhan klinis dan gigi berfungsi normal
b. Persetujuan TindakanKedokteran
Wajib, minimal lisan dan dicatat dalam rekam medik
c. Faktor sosial yang perlu diperhatikan
Kepatuhan kunjungan yangbaik

8
d. Tingkat pembuktian
GradeB
e. Referensi
Edi Hartini, Sundoro, 2005, Serba – serbiIlmu Konservasi Gigi, UI-
Press,2007
f. Pemeriksaan Penunjang
Foto x-ray gigi sayap gigit (jika diperlukan)
g. Peralatan dan bahan/obat
i. Dental unit lengkap.
ii. Alat pemeriksaan standar.
iii. Bor untuk preparasi.
iv. Bahan tumpat bergantung letak dan macam giginya (resin komposit,
Glass Ionomer Cement (GIC))
v. Alat poles.
vi. Larutan fluor.
vii. Kapas gulung.
viii. Butiran kapas.
h. Lama perawatan
Tumpatan biasa, 1 kali kunjuangan
i. Faktor penyulit Hipersalivasi
j. Prognosis Baik
k. Keberhasilan perawatan
Tidak ada keluhan klinis dan gigi berfungsi normal
l. Persetujuan Tindakan Kedokteran
Wajib, minimal lisan dan dicatat dalam rekam medik
m. Faktor sosial yang perlu diperhatikan Kepatuhan kunjungan yang baik
n. Tingkat pembuktian Grade B
o. Referensi
Edi Hartini, Sundoro, 2005, Serba – serbi Ilmu Konservasi Gigi, UI-Press,
2007
l. DEMINERALISASI PERMUKAAN HALUS/APROKSIMAL KARIES
DINI / LESI PUTIH / KARIES EMAIL TANPAKAVITAS
No.ICD10 : K02.51 White spot lesions (initial caries)on
pit and fissure surface oftooth
K02.61 White spot lesion (initial caries)on
smooth surface oftooth
B00.2 Herpesviralgingivostomatitisand
pharyngotonsilitis
a. Definisi

9
i. Lesi pada permukaan gigi berupa bercak/bintik putih kusam
oleh karena prosesdemineralisasi.
ii. Lesi ini dapat kembali normal apabila kadar kalsium,
phosphate, ion fluoride, dan kapasitas buffer saliva meningkat.
b. Patofisiologi
Demineralisasi paling dini pada emailgigi
c. Hasil anamnesis(subjective)
Tidak ada gejala yang dikeluhkan, gigi terdapat warna
keputih putihan pada permukaangigi
d. Gejala klinis danpemeriksaan
i. Bercak putih dan warna kusam tidak mengkilat, umumnya tidak
adagejala.
ii. Pemeriksaan dengan sonde tumpul, penerangan yang baik,
gigidikeringkan.
e. Diagnosis banding
HipoplasiEmail
f. Klasifikasi Terapi ICD 9CM
89.31 Dental Examination
24.99 Other (other dental operation)
g. Prosedur Tindakan KedokteranGigi
i. DHE: edukasi pasien tentang cara menggosok gigi,
pemilihansikatgigidanpastanya,sertapengaturandiet.
ii. Pembersihan gigi dari debris dan kalkulus dengan alat
skeling manual, diakhiri dengansikat
iii. Isolasi daerah sekitargigi
iv. Keringkan
v. Kumur atau diulas dengan bahan fluor atau bahan aplikatif
yang mengandungfluor
vi. Terapi remineralisasi sesuai dosis
vii. Tunggu selama 2-3 menit
viii. Makan, minum setelah 30 menit aplikasi
h. Pemeriksaan Penunjang Tidak ada
i. Peralatan dan bahan/obat
i. Dental unit lengkap
ii. Alat diagnosis gigi/pemeriksaan lengkap
iii. Kapas gulung
iv. Butiran kapas
v. Alat poles
vi. Larutan fluor

10
vii. Bahan remineralisasi
j. Lama perawatan
i. 1 kali kunjungan
ii. Evaluasi setiap 6 bulan
k. Faktor penyulit
i. Kebersihan mulut jelek bergantung wawancara mengenai faktor
risiko
ii. Pasien masih anak-anak dan tidak bisa kooperatif, perlu dirujuk pada
spesialis KGA
l. Prognosis Baik
m. Keberhasilan perawatan
Proses karies tidakberkembang, lesi putih hilang dan permukaan gigi
kembali normal
n. Persetujuan Tindakan Kedokteran
Wajib, minimal lisan dan dicatat dalam rekam medik
o. Faktor sosial yang perlu diperhatikan
i. Pasien dengankunjungan biasa, mempunyai tingkat kesadaran
rendah.
ii. Pasien anak-anak harus mempunyai tingkat kepatuhan yang baik
dan perlu dukungan orang tua
p. Tingkat pembuktian Grade B
q. Referensi
i. FDI policy statement, 2002, Minimal intervention in the Management
of Dental Caries, FDI General Assembly, vienna Austria
ii. Chocrane NJ, Saranathan S, Cai F, Cross KJ, Reynold EC, 2008,
Enamel subsurface Lesion Remineralisation with Casein
Phosphopeptide Stabilised Solution Calcium, Phosphate and
Fluoride, Caries research Journal, 42: 88-97
iii. Beiruti N, Frencken JE, et al, 2007, Glass Ionomer Pit and Fissure
Sealant Provides Caries Protection on Occlusal surfaces, Edidence
Base Dentistry Practiced Journal, 7:12- 13
n. KARIES DENTIN
No. ICD10: K02.52 Dental caries on pit and fissure surfacepenetrating into
dentinK02.62 Dental caries on smooth surface penetrating into dentin

11
a. Definisi
i. Karies yang terjadi pada email sebagai lanjutan karies dini yang
lapisan permukaannya rusak
ii. Karies yang sudah berkembang mencapai dentin
iii. Karies yang umumnya terjadi pada individu yang disebabkan oleh
resesi gigi
b. Patofisiologi
i. Bergantung pada keparahan proses kerusakan
ii. Jika sudah terdapat tubuli dentin yang terbuka akan disertai dengan
gejala ngilu, hal ini juga bergantung pada rasa sakit pasien.
c. Hasil anamnesis (subjective)
i. Perubahan warna gigi
ii. Permukaan gigi terasa kasar, tajam
iii. Terasa ada makanan yang mudah tersangkut
iv. Jika akut disertai rasa ngilu, jika kronis umumnya tidak ada rasa ngilu
d. Gejala klinis dan pemeriksaan
i. Pemeriksaan sondasi dan tes vitalitas gigi masih baik
ii. Pemeriksaan perkusi dan palpasi apabila ada keluhan yang
menyertai
iii. Pemeriksaan dengan pewarnaan deteksi karies gigi (bila perlu)
e. Diagnosis banding
Abrasi, atrisi, erosi, abfraksi
f. Klasifikasi Terapi ICD 9 CM
89.31 Dental Examination
23.2 restoration of tooth by filling;
23.70 root canal, not otherwise specified
24.99 Other (other dental operation)
g. Prosedur Tindakan Kedokteran Gigi
h. Prosedur tergantung pada kondisi kedalaman dan bahan yang akan
digunakan (Bergantung pada lokasi )
i. Karies email :
1) Jika mengganggu estetika, ditumpat
2) Jika tidak mengganggu, recontouring (diasah), poles, ulas
fluoruntuk meningkatkan remineralisasi
ii. Bila dentin yang menutup pulpa telah tipis
iii. Pulpcapping indirect, ekskavasi jaringan karies, berikan pelapis dentini
iv. Semua perawatan yang dilakukan harus disertai edukasi pasien
(informasi penyebab, tata laksana perawatan dan pencegahan)

12
v. DHE: edukasi pasien tentang cara menggosok gigi, pemilihan sikat
gigi dan pastanya. Edukasi pasien untuk pengaturan diet
Prosedur karies dentin tanpa disertai keluhan ngilu yang mendalam:
>Bahan tumpat Glass Ionomer Cement (GIC):
1. Pembersihan gigi dari debris dan kalkulus dengan alat skeling, ,
menghasilkan outline form untuk melakukan tumpatan yang mempunyai
retensi dan resistensi yang optimal;
2. Bersihkan jaringan infeksi (jaringan lunak dan warna coklat/hitam harus
dibuang sampai gigi terlihat putih bersih);
3. Jaringan email yang tidak di dukung dentin harus dihilangkan;
4. Keringkan kavitas dengan kapas kecil;
5. Oleskan dentin conditioner;
6. Cuci/bilas dengan air yang mengalir;
7. Isolasi daerah sekitar gigi;
8. Keringkan kavitas sampai keadaan lembab/moist (tidak boleh sampai
kering sekali/berubah warna kusam/doff);
9. Aduk bahan GIC sesuai dengan panduan pabrik (rasio powder terhadap
liquid harus tepat, dan cara mengaduk harus sampai homogen);
10. Aplikasikan bahan yang telah diaduk pada kavitas;
11. Bentuk tumpatan sesuai anatomi gigi;
12. Aplikasi bahan lalu diamkan selama 1-2 menit sampaisetting time
selesai;
13. Rapikan tepi-tepi kavitas, cek gigitan dengan gigi antagonis
menggunakan articulating paper;
14. Di bagian oklusal dapat di bantu dengan celluloid stripatau tekan
dengan jari menggunakan sarung tangan;
15. Poles.
> Bahan Resin Komposit (RK)
1. Pembersihan gigi dari debris dan kalkulus dengan alat skeling;
2. Bentuk outline form untuk melakukan tumpatan yang mempunyai
retensi dan resistensi yang optimal;
3. Lakukan pembersihan jaringan infeksius pada karies gigi (jaringan
lunak dan warna coklat/hitam harus dibuang sampai gigi terlihat putih
bersih).Warna hitam yang menunjukkan proses karies terhenti tidak
perlu diangkat jika tidak mengganggu estetik;
4. Jaringan email yang tidak di dukung dentin harus dihilangkan;
5. Keringkan kavitas dengan kapas kecil;
6. Aplikasikan ETSA asam selama 30 detik atau sesuai petunjuk
penggunaan;

13
7. Cuci/bilas dengan air yang mengalir;
8. Isolasi daerah sekitar gigi;
9. Keringkan sampai keadaan lembab/moist (tidak boleh sampai kering
sekali/berubah warna kusam/doff)atau sesuai petunjuk penggunaan;
10.Oleskan bonding/adhesive, kemudian di angin-anginkan (tidak langsung
dekat kavitas), dilakukan penyinaran dengan light curing unit selama
10- 20 detik;
11. Aplikasikan flowable resin komposit pada dinding kavitas, kemudian
dilakukan penyinaran dengan light curing unit selama 20-40 detik;
12. Aplikasikan packable resin komposit dengan sistem layer by layer/
selapis demi selapis dengan ketebalan lapisan maksimal 2 mm, setiap
lapisan dilakukan penyinaran dengan light curing unit selama 20-40
detik;
13. Bentuk tumpatan sesuai anatomi gigi;
14. Merapikan tepi-tepi kavitas, cek gigitan dengan gigi antagonis
menggunakan articulating paper;
15. Poles (catatan: jika perlu komposit yang dibentuk dengan bantuan
celluloid strip(klas III) memungkinkan tidak perlu poles).

i. Pemeriksaan Penunjang
Foto x-ray gigi periapikal bila diperlukan
j. Peralatan dan bahan/obat
k. Dental unit lengkap
i. Alat pemeriksaan standar
ii. Set alat ART
iii. Enamel Access Cutter, hatchet, carver, excavator spoon
besar, sedang dan kecil
iv. Bor untuk preparasi
v. Bahan tumpat tergantung letak dan macam giginya (resin komposit,
GIC, kompomer)
vi. Bahan pelapis dentin/bahan pulp capping
vii. Alat poles
viii. Larutan fluor
l. Lama perawatan
1– 2 kali kunjungan
m. Faktor penyulit
i. Hipersalivasi
ii. Letak kavitas
iii. Lebar permukaan mulut

14
iv. Pasien tidak kooperatif
n. Prognosis Baik
o. Keberhasilan perawatan
i. Klinis tidak ada keluhan, tidak terbentuk karies sekunder atau
kebocoran.
ii. Pulp capping: klinis tidak ada keluhan, pemeriksaan radiografik
terbentuk dentinreparatif.
p. Persetujuan Tindakan Kedokteran
Wajib, minimal lisan dan dicatat dalam rekam medik.
q. Faktor sosial yang perlu diperhatikan
i. Pasien dengan kunjungan biasa, mempunyai tingkat
kesadaran rendah.
ii. Pasien anak-anak harus mempunyai tingkat kepatuhan yang baik dan
perlu dukungan orang tua.
r. Tingkat pembuktian Grade B
s. Referensi
i. FDI policy statement, 2002, Minimal intervention in the Management of
Dental Caries, FDI General Assembly, vienna Austria
ii. Chocrane NJ, Saranathan S, Cai F, Cross KJ, Reynold EC,
2008,Enamel subsurface Lesion Remineralisation with Casein
Phosphopeptide Stabilised Solution Calcium, Phosphate and Fluoride,
Caries research Journal, 42: 88-97
iii. Beiruti N, Frencken JE, et al, 2007, Glass Ionomer Pit and Fissure
Sealant Provides Caries Protection on Occlusal surfaces, Edidence
Base Dentistry Practiced Journal,

o. KARIES MENCAPAI PULPA VITAL GIGI SULUNG


No. ICD 10 : K02.8 karies gigi lainnya
Other specified dental caries
a) Definisi
Lesi mencapai pulpa akibat karies, pulpa terbuka diameter lebih dari 1
mm perdarahan terkontrol, vital, sehat.
b) Patofisiologi
Invasi toksin bakteri dalam pulpa sampai saluran akar dan jaringan
periapeks
c) Hasil anamnesis (subjective)
Sakit spontan (tanpa adanya rangsangan timbul rasa sakit), terasa
berdenyut
d) Gejala klinis dan pemeriksaan

15
- Sondase positif
- Perdarahan positif
- Tekanan negatif
- Perkusi negatif
- Derajat kegoyangan gigi
e) Diagnosis banding
- Fraktur mahkota, pulpa terbuka vital
- Amelogenesis imperfekta
- Dentinogenesis imperfekta
- Rampant caries
- Nursing bottle caries
f) Klasifikasi Terapi ICD 9 CM
89.31 Dental Examination
23.70 root canal NOS
23.2 restoration of tooth by filling
23.42 Application of crown
g) Prosedur Tindakan Kedokteran Gigi Pulpotomi dan restorasi
1. Pembuatan foto rontgent gigi;
2. Sterilisasi daerah kerja;
3. Anestesi lokal atau blok injeksi;
4. Pembersihan jaringan karies;
5. Pembukaan atap pulpa;
6. Pembuangan jaringan pulpa vital dalam kamar pulpa dengan
eksavator sendok;
7. Irigasi, keringkan kavitas, isolasi;
8. Penghentian perdarahan;
9. Peletakan formokresol pellet 1-3 menit;
10. Pengisian kamar pulpa dengan semen ZOE sampai penuh dan
berfungsi sebagai tumpatan sementara;
11. Restorasi mahkota tiruan (logam/ resin komposit).
- Terapi alternatif
- Pulpektomi vital atau devitalisasi pulpektomi
- Ekstraksi apabila foto x ray menunjukkan sudah waktunya gigi
tersebut tanggal
h) Pemeriksaan Penunjang
Foto x-ray gigi periapikal bila diperlukan
i) Peralatan dan bahan/obat
- Dental unit lengkap,
- Dental unit lengkap,

16
- Alat pemeriksaan standar,
- Bor untuk preparasi,
- Alat endodontic,
- Bahan tumpat (tergantung letak dan macam giginya (resin komposit,
GIC),
- Alat pembuatan mahkota (logam/ KR), KR.
j) Lama perawatan
2-3 kali kunjungan
k) Faktor penyulit
- Sikap kooperatif anak
- Sosial ekonomi
- Kasus membutuhkan space maintainer setelah ekstraksi dirujuk ke
SpKGA
l) Prognosis
- Baik
- Kontrol periodik 6 bulan
m) Keberhasilan perawatan
Keluhan hilang, gigi bisa berfungsi
n) Persetujuan Tindakan Kedokteran
Wajib, minimal lisan dan dicatat dalam rekam medik
o) Faktor sosial yang perlu diperhatikan
Sikap kooperatif baik dari pasien anak dan orang tuanya dalam ketaatan
untuk kunjungan beberapa kali ke dokter gigi.
p) Tingkat pembuktian Grade C
q) Referensi
Protocols for Clinical Pediatric Dentistry, Vol 4, Annual 1996, Journal of
Pedodontics
p. ATRISI, ABRASI,EROSI
No.ICD10 : K03.0 Excessive attrition ofteeth
K03.1 Abrasion of teeth
K03.2 Erosion of teeth
a) Definisi
Ausnya jaringan keras gigi yang disebabkan oleh karena
fungsinya, karena kebiasaan buruk, cara menyikat gigi yang
salah atau karena asam dan karena trauma oklusi.
Hilangnya permukaan jaringan keras gigi yang bukan disebabkan
oleh karies atau trauma dan merupakan akibat alamiah dari
proses penuaan.
- Atrisi:

17
Hilangnya permukaan jaringan keras gigi yang disebabkan
oleh proses mekanis yang terjadi pada gigi yang saling
berantagonis (sebab fisiologis pengunyahan.)
- Abrasi:
Hilangnya permukaan jaringan keras gigi disebabkan oleh
faktor mekanis dan kebiasaan buruk
- Erosi:
Hilangnya permukaan jaringan keras gigi yang disebabkan
oleh proses kimia dan tidak melibatkan bakteri

q. ATRISI, ABRASI,EROSI
No.ICD10 : K03.0 Excessive attrition ofteeth
K03.1 Abrasion of teeth
K03.2 Erosion of teeth
a) Definisi
Ausnya jaringan keras gigi yang disebabkan oleh karena
fungsinya, karena kebiasaan buruk, cara menyikat gigi yang
salah atau karena asam dan karena trauma oklusi.
Hilangnya permukaan jaringan keras gigi yang bukan disebabkan
oleh karies atau trauma dan merupakan akibat alamiah dari
proses penuaan.
i. Atrisi:Hilangnya permukaan jaringan keras gigi yang disebabkan
oleh proses mekanis yang terjadi pada gigi yang saling
berantagonis (sebab fisiologis pengunyahan.)
ii. Abrasi:Hilangnya permukaan jaringan keras gigi disebabkan
oleh faktor mekanis dan kebiasaan buruk
iii. Erosi: Hilangnya permukaan jaringan keras gigi yang
disebabkanoleh proses kimia dan tidak melibatkan
bakteri.
b) Patofisiologi
i. Hilangnya permukaan jaringan keras (email, dentin sementum)
pada setiap permukaan gigi yang disebabkan asam , bahan
kimia danmekanis
ii. Hilangnya permukaan jaringan keras(email, dentin sementum )
tergantung pada lokasi kebiasaan bisa disertai
dentinhipersensitif
c) Hasil anmnesis(subjective)
Kadang disertai rasa ngilu oleh karena hipersensitif dentin
d) Gejala klinis danpemeriksaan

18
i. Hilangnya permukaan jaringan keras (email, dentin sementum)
pada permukaangigi
ii. Apabila hilangnya permukaan gigi sudah dalam maka akan
disertai dengan dentinhipersensitif
e) Diagnosisbanding
Hipersensitif dentin karena karies
a. Klasifikasi Terapi ICD 9CM
89.31 Dental examination;
23.2 Restoration of tooth byfilling
23.3 Restoration of tooth byinlay
24.99 Other (other dental operation)
b. Prosedur Tindakan KedokteranGigi
i. Rehabilitasi gigi tergantung lokasi dan keparahan jika
perlu pada atrisi didahului dengan peninggian gigitan.
Kemudian direstorasi dengan tumpatandirek/indirek.
ii. Perlu diingat bahwa rehabilitasi tidak akan berhasil
apabila kebiasaan buruk tidakdihilangkan
iii. DHE: edukasi pasien tentang cara menggosok gigi,
pemilihan sikat gigi dan pastanya. Edukasi pasien konsul
diet, konsultasi psikologis pada pasienBulimia.
iv. Tindakan preventif: bila masih mengenai email dengan
aplikasi fluor topikal/CPPACP untuk meningkatkan
remineralisasi
v. Tindakankuratif:
1) Bergantung lokasi dan keparahan jika perlu pada atrisi
didahului dengan peninggiangigit
2) Pada kasusabfraksiperlu dilakukan Oclusal Adjusment
3) Bergantung pada keparahan hilangnya permukaan
jaringan keras dan lokasi, bila di servikal dilakukan
ART dengan bahan GIC, Bila di oklusal direstorasi
mahkota
c. Pemeriksaan PenunjangTidak diperlukan
d. Peralatan danbahan/obat
i. Dental unitlengkap
ii. Alat pemeriksaanstandar
iii. Bor untukpreparasi
iv. Cottonroll
v. Cottonpellet
vi. Alatfluor

19
vii. Larutanfluor/CPPACP
viii. Bahan tumpat (tergantung letak dan macam giginya
(resin komposit, GIC, atau inlay resinkomposit).
e. Lamaperawatan
Bergantung keparahan (2-3 kali kunjungan)
f. Faktorpenyulit
i. Pasien tidakkooperatif
ii. Pasien dengan kebiasaan bruxism karena
kondisi psikologis
g. Prognosis
Baik jika penderita kooperatif dan dapat menghilangkan
kebiasaan buruk
h. Keberhasilanperawatan
Atrisi, abrasi, erosi berhenti (tidak berlanjut), Kebiasaan
burukhilang
i. Persetujuan TindakanKedokteran
Wajib, minimal lisan dan dicatat dalam rekam medik
j. Faktor sosial yang perlu diperhatikan
Pasien menyadari bahwa ada kebiasaan buruk yang dilakukannya
dan bersedia bekerja sama untuk berupaya menghilangkan
kebiasaan tersebut.
k. Tingkat pembuktian Grade C
l. Referensi
Edi Hartini, Sundoro, 2005, Serba – serbi Ilmu Konservasi Gigi, UI-
Press, 2007
b) ORAL HYGIENE BURUK
No. ICD 10 : K03.6 Deposit [accretion] of teeth
a. Definisi
Endapan atau pewarnaan yang terjadi pada dataran luar gigi disebabkan
oleh berbagai faktor.
b. Hasil anamnesis (subjective)
Tidak ada keluhan, gigi terasa kasar dan terdapat warna yang
mengganggu
c. Gejala klinis dan pemeriksaan
Klinis tidak ada keluhan namun secara visual gigi berubah warna.
d. Diagnosis banding Tidak ada
e. Klasifikasi Terapi ICD 9 CM
96.54 Dental scalling and polishing, plaque removal, prophylaxis
f. Prosedur Tindakan Kedokteran Gigi

20
g. Bergantung penyebab endapan lunak plak dengan DHE. Jika ada karang
gigi dilakukan skeling;
i. Dilakukan pewarnaan pada gigi dengan bahan disclosing;
ii. Melakukan pembersihan debris, kalkulus, semua elemen gigi dimulai
dari yang supra gingiva, dilanjutkan pada subgingival apabila ada;
iii. Setelah semua elemen selesai dibersihkan, lakukanfinishing;
iv. Polishingdilakukan menggunakan bahan polish yang dicampur dengan
pasta gigi untuk skeling;
v. Perawatan diakhiri dengan memberikan povidone iodineatau
chlorhexidine untuk mencegah infeksi.
h. Pemeriksaan Penunjang Tidak diperlukan
i. Peralatan dan bahan/obat
i. Dental unit lengkap
ii. Alat pemeriksaan lengkap
iii. Kapas gulung
iv. Kapas butir
v. Disclosing (pewarna plak)
vi. Larutan povidone iodine
vii. Chlorhexidine digluconate
viii. Bahan polish
ix. Pasta gigi
- Alat skeling
j. Lama perawatan 1 kali kunjungan
k. Faktor penyulit
Bergantung pada tingkat keparahan
i. Setelah semua elemen selesai dibersihkan, lakukan
finishing;
ii. Polishingdilakukanmenggunakan bahanpolishyang dicampur
dengan pasta gigi untukskeling;
iii. Perawatan diakhiri dengan memberikan povidoneiodine
atauchlorhexidine untuk mencegah infeksi.
l. Pemeriksaan Penunjang Tidakdiperlukan
m.Peralatan danbahan/obat
i. Dental unitlengkap
ii. Alat pemeriksaanlengkap
iii. Kapasgulung
iv. Kapasbutir
v. Disclosing (pewarnaplak)
vi. Larutan povidoneiodine

21
vii. Chlorhexidinedigluconate
viii. Bahanpolish
ix. Pastagigi
- Alatskeling
n. Lamaperawatan 1kalikunjungan
o. Faktorpenyulit
Bergantung pada tingkat keparahan
p. Prognosis
Baik
q. Keberhasilanperawatan
Warna dan bentuk gusi sehat dan warna gigi sesuai dengan
gigilain yang normal.
r. Persetujuan TindakanKedokteran
Lisan/ Dinyatakan
s. Faktor sosial yang perludiperhatikan
Pasien yang masih sulit untuk menghilangkan kebiasaan
buruknya, sehingga sulit untukkooperatif.
t. Tingkat pembuktian
GradeB
u. Referensi
Edi Hartini, Sundoro, 2005, Serba – serbi Ilmu Konservasi Gigi, UI-Press,
2007

c) DENTIN HIPERSENSITIF
No. ICD 10 : K03.80 Sensitive dentin
a. Definisi
Peningkatan sensitivitas akibat terbukanya dentin
b. Patofisiologi
Terbukanya tubulus dentin
c. Hasil anamnesis (subjective)
Pasien merasa giginya linu apabila terkenarangsangan mekanis,
thermis dan kimia tetapi gigi tidak karies.
d. Gejala klinis dan pemeriksaan
Terdapat kavitas pada gigi dengan kedalaman sampai dentin, pada
pemeriksaan terasa linu apabila diberi rangsangan.
e. Diagnosis banding Atrisi, abrasi, dan erosi.
f. Klasifikasi Terapi ICD 9 CM
89.31 Dental examination;
23.2 Restoration of tooth by filling

22
24.99 Other (other dental operation)
g. Prosedur Tindakan Kedokteran Gigi
i. Promotif dan preventif;
ii. Edukasi pasien (DHE) yang bersifat intervensi preventif;
iii. Pemberian fluor topikal/ CPPACP untuk
meningkatkanremineralisasi/menutup tubuli dentin;
iv. Apabila diperlukan dilakukan tumpatan gigi menggunakan bahan
GIC/RK.
h. Pemeriksaan Penunjang Tidak diperlukan
i. Peralatan dan bahan/obat
ii. Dental unit lengkap,
iii. Alat diagnosis gigi/pemeriksaan lengkap.
j. Lama perawatan 1 kali kunjungan
k. Faktor penyulit
Bila pasien tidak kooperatif
l. Prognosis
Baik
m. Keberhasilan perawatan
Bila gigi sdh tidak sensitif lagi
n. Persetujuan Tindakan Kedokteran
Lisan
o. Faktor sosial yang perlu diperhatikan
Pasien tidak mengalami kecemasan yang berlebihan dan dapat
bekerjasama untuk mendukung perawatan dapat di aplikasikan
dengan sempurna.
p. Tingkat pembuktian Grade B
q. Referensi
Edi Hartini, Sundoro, 2005, Serba – serbi Ilmu Konservasi Gigi, UI-
Press, 2007

D. DOKUMEN
1. Rekam Medis Pasien
2. Ceklist layanan UKP Gigi
3. Laporan Bulanan Gigi
4. Penilaian Kinerja Puskesmas

23
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Edwina A.M. Kidd & Sally Joyston-Bechal (alih bahasa Narlan Sumawinata &
Safrida Faruk). Dasar-Dasar Karies Penyakit dan Penanggulangannya.
EGC.Cetakan I. Jakarta.1991.
2. Baum, Philips, Lund. Buku ajar Ilmu Konserasi Gigi Edisi III. EGC. Cetakan I.
Jakarta. 1997.
3. Walton & Torabinejad. Prinsip dan Praktikum Ilmu Endodonsi Edisi II. EGC.
Jakarta. 1997.
4. Prof. Dr. B. Houeink. Prof. Dr. O. banker Dirks (penerjemah Prof. Dr. Sutatmi
Suryo). Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan. Gadjah Mada University Press.
Cetakan I. Yogyakarta. 1993.
5. Martariwansyah,SKG. Gigiku kuat, Mulutku Sehat. Hayati qualita. Cetakan I.
Jawa Barat.2008

25

Anda mungkin juga menyukai