ibu sekedar ingin tahu perihal pernikahan dan perceraian ibu ? Wa’alaikumussalam, dengan senang hati saya akan menceritakan semuanya. 2. Apa status pernikahan ibu dengan mantan suami ibu ? Status pernikahan kami sah menurut agama dan hukum. 3. Lalu, mengapa ibu dan mantan suami ibu memutuskan untuk bercerai? Selama saya menikah dengannya, saya tidak pernah merasa bahagia. Bahkan, saya merasa tersiksa lahir batin. Karena setiap hari dia selalu menghamburkan harta yang kita miliki untuk hal-hal yang tidak penting diluar sana. Bahkan, sampai berhutang banyak pada tetangga. Sebenarnya saya malu dengan tetangga karena ulah suami saya, tapi apa mau dikata rasa malu saya sudah tiada gunanya lagi. 4. (Saya turut prihatin mendengarnya). Ketika ibu dalam masa iddah, apakah ibu juga dinafkahi oleh mantan suami ? Jangankan nafkah dalam masa iddah, selama kita menikah pun saya yang mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Yang lebih ironisnya lagi, ketika dia pergi, dia juga masih meninggalkan banyak hutang yang harus saya bayarkan. 5. Lalu bagaimana dengan pembagian harta gono gini ? Harta yang kita miliki tidak dibagi, karena dia pergi begitu saja tanpa membawa apapun. Sehingga 100 % harta itu untuk saya. Tetapi harta itu tidak seberapa, hanya sepetak sawah berukuran 5 are. 6. Setelah ibu bercerai dulu, apakah ada sesuatu benda atau uang yang di berikan oleh mantan suami ibu ? Tidak ada. Karena setelah kami berpisah, kami pun putus komunkasi dalam jangka waktu yang lama. Bahkan, ketika ia sakit keras, saat itulah dia menghubungi saya untuk dibayarkan biaya rumah sakitnya. Maka, saya dan anak pun mengantarkan uang tersebut dan menjenguknya. Disana kami pun bertemu. Tetapi, pertemuan itu hanya sesaat, karena setelah itu suami saya pergi untuk selama-lamanya. 7. (Innalillahiwainnailaihiraji’un, saya turut berbela sungkawa atas meninggalnya mantan suami ibu). Lalu, siapa yang membiayai hidup anak-anak ibu selama ini ? Selama kepergian suami, Alhamdulillah saya mampu membiayai kebutuhan anak-anak dengan memanfaatkan sepetak tanah tadi. Walaupun terkadang banyak tantangan dan rintangan dalam mengolahnya. Tetapi hal itu tidak membuat saya putus asa. Demi kebahagiaan anak-anak saya, agar mereka kelak menjadi anak yang sukses dan meraih semua impiannya. 8. Terimah kasih sudah bersedia diwawancarai oleh saya,, maaf mengganggu aktifitas Ibu dan sudah mengungkit masa lalu Ibu. Iya, tidak apa-apa. II. Penutup A. Kesimpulan Status pernikahan Ibu Mastari dengan mantan suaminya tercatat di KUA dan hukum. Namun, akhirnya mereka bercerai karena sang suami tidak pernah memberi nafkah lahir dan batin. Sepeninggal suami, Ibu Mastari membiayai hidup anak-anaknya seorang diri dengan memanfaatkan sepetak tanah yang berukuran 5 are yang ditinggalkan oleh suaminya. Dan akhirnya mereka dipertemukan kembali oleh Yang Kuasa sesaat sebelum sang suami menghembuskan nafas terakhirnya.