Kekerasan Pada Perempuan
Kekerasan Pada Perempuan
kesengsaraan atau penderitaan perempuan, secara fisik, seksual, psikologis, ancaman perbuatan
tertentu, pemaksaan dan perampasan kebebasan baik yang terjadi di lingkungan masyarakat maupun
di lingkungan rumah tangga (Depkes RI, 2006). Sedangkan kekerasan berbasis gender adalah
kekerasan yang terjadi karena keyakinan gender, yang mendudukan kaum perempuan lebih rendah
dibandingkan laki—laki.
Bentuk-bentuk kekerasan pada perempuan
03 Kekerasan seksual
Adapun Tindak kekerasan kekerasan seksual meliputi:
1. Pemaksaan hubungan seksual (perkosaan) yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam
lingkup rumah tangga tersebut : Perkosaan ialah hubungan seksual yang terjadi tanpa
dikehendaki oleh korban.
2. Pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang anggota dalam lingkup rumah tangganya
dengan orang lain untuk tujuan komersial dan / atau tujuan tertentu.
3. Pelecehan seksual adalah segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi seksual yang
dilakukan secara sepihak dan tidak diinginkan oleh orang yang menjadi sasaran.
4. Tindak kekerasan ekonomi: yaitu dalam Tindak kekerasan ekonomi: yaitu dalam bentuk penela
bentuk penelantaran ekonomi lantaran ekonomi dimana tidak diberi nafkah secara rutin atau
dalarn jumlah yang cukup, membatasi dan/ atau metarang untuk bekerja yang layak di dalam
atau di luar rumah, sehingga korban di bawah kendati orang tersebut.
Penyebab terjadinya KDRT pada perempuan
1. Faktor individu, jika dilihat dari bentuk pengesahan perkawinan, seperti melalui kawin siri, secara
agama, adat, kontrak, atau lainnya perempuan yang menikah secara siri, kontrak, dan lainnya
berpotensi 1,42 kali lebih besar mengalami kekerasan fisik dan/atau seksual dibandingkan
perempuan yang menikah secara resmi diakui negara melalui catatan sipil atau KUA.
2. Faktor pasangan, perempuan yang suaminya memiliki pasangan lain beresiko 1,34 kali lebih besar
mengalami kekerasan fisik dan/atau seksual dibandingkan perempuan yang suaminya tidak
mempunyai istri/pasangan lain.
3. Faktor ekonomi, perempuan yang berasal dari rumahtangga dengan tingkat kesejahteraan yang
semakin rendah cenderung memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami kekerasan fisik
dan/atau seksual oleh pasangan.
4. Faktor sosial budaya, seperti timbulnya rasa khawatir akan bahaya kejahatan yang mengancam.
Perempuan yang selalu dibayangi kekhawatiran ini memiliki risiko 1,68 kali lebih besar mengalami
kekerasan fisik dan/atau seksual oleh pasangan, dibandingkan mereka yang tidak merasa khawatir.
Pencegahan
1. Farmakologi
Pasien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan yang tepat. Adapun pengobatan
dengan neuroleptika yang mempunyai dosis efektif tinggi contohnya : clorpromazine HCL yang
digunakan mengendalikan psikomotornya.
2. Terapi okupasi
Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja, terapi ini bukan pemberian pekerjaan atau
kegiatan itu sebagai media untuk melakukan kegiatan dan mengembalikan maupun
berkomunikasi
3. Peran sertakeluarga
4. Terapi somatic
Menurut Deskep RI 2000 hal 230 menerangkan bahwa terapi somatic terapi yang diberikan
kepada pasien dengan gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku tindakan yang ditujukan
pada kondisi fisik pasien, tetapi target terpai adalah perilaku pasien
Pandangan islam
Bagaimana pendapat islam tentang kekerasan? Tentu saja, Islam tidak mentolerir kekerasan terjadi, baik terhadap
laki-laki maupun perempuan. Adapun dalil larangan lainnya yaitu ada dalam surah Al Maidah Ayat 45 :
9 يَحْ ُك ْم9 ل َّ ْم9ٗه َو َم ْن9 َّ فَه َُو َكفَّا َرة ل9ق بِ ٖه َ ِ ق9ن َو ْال ُجرُوْ َح9
َ َ ت9ا ص فَ َم ْن9ص
َ َّد9ص َّ َوالس9َن بِالُْْ ُذ ِن9 َوالُْْ ُذ9ف
ِ ن ِبالس9 َ9 َوالَْْ ْن9َن ِب ْال َع ْي ِن9 َو ْال َع ْي9س
ِ ف ِبالَْْ ْن ِ بِالنَّ ْف9س
َ فِ ْيهَٓا اَ َّن النَّ ْف9ا َعلَ ْي ِه ْم9ََو َكتَ ْبن
هُّٰللا
بِ َمٓا اَ ْن َز َل فَا ُو ِٕلى َك هُ ُم الظهلِ ُم ْو َن
Artinya : “Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan
jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telitiga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada
kisasnya. Barang siapa yang melepaskan hak itu, maka itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barang siapa tidak
memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim. “(QS
Al Maidah: 45).