Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada saat ini, bangsa Indonesia telah dihadapkan dengan berbagai
permasalahan yang sangat kompleks baik secara internal maupun eksternal.
Barangkali dapat kita bayangkan seandainya bangsa ini dipimpin oleh
generasi muda atau anak bangsa yang bodoh, malas, tidak bermoral, dan
sifat yang tidak terpuji, maka bangsa ini akan menjadi bangsa yang
terbelakang, jauh tertinggal dari negara-negara lainnya.
Anak didik dipandang sebagai generasi yang belum matang dan
dewasa. Untuk itu perlu dibina dan dididik secara mental sehingga watak
anak didik dapat berkembang dengan baik. Sesuai dengan yang diharapkan
menurut psikologi Prof. Slamet Santoso “Pembinaan watak adalah tugas
utama pendidikan” berupa pikiran dan tindakan yang diwujudkan dalam
sikap dan perilaku yang terlihat setiap harinya, dengan kata lain watak yang
baik adalah cermin dari sikap dan perilaku yang menunjang tinggi nilai-nilai
mental. Sebagai pengganti generasi tua, dan penerima estafet
kepemimpinan dimasa datang, para siswa perlu dibina dan dididik karena
masa depan bangsa ini ditentukan oleh sejauh mana kualitas para
generasinya, baik secara moral maupun keprofesionalannya dalam
memimpin bangsa ini pada suatu saat ini.
Adapun yang berkepedulian di dalam membina dan mendidik
generasi muda adalah keluarga, skeolah, masyarakat dan pemerintah. Yang
jelas didalam membina anak didik harus dilakukan secara terpadu dan
seirama. Sehingga pendidikan/pembinaan yang dialami oleh anak didik di
lingkungan keluarga, juga harus sama dengan yang dialami oleh sekolah dan
masyarakat.

1
Tidak ada orang yang menginginkan putra-putrinya menjadi orang
yang bodoh, jahat, tidak bermoral dan berwatak tidak baik. Semua orang
tua, masyarakat dan pemerintah menginginkan agar para generasi muda
mempunyai akhlak yang baik, bermoral, berwatak yang baik, dan pintar.
Dengan kata lain antara Imtaq dan Iptek harus seimbang.
Jika terjadi ketimpangan berperilaku maka upaya pembinaan anak
didik akan sia-sia. Kenyataan saat ini menunjukkan betapa banyaknya para
siswa yang terlibat dalam tingkah laku menyimpang. Watak siswa/siswi saat
ini sangat berbeda dengan generasi muda sebelumnya, umumnya generasi
sekarang bersifat santai, kurang mandiri, kurang ulet, bersifat (lebih mudah
terpengaruh), emosional serta kurangnya rasa nasionalisme, hal ini dapat
kita lihat dari kecendrungan setiap hari baik pelajar maupun pemuda yang
kerap melakukan kebrutalan.
Jika kita membaca dan mendengar berita dari berbagai media mas
media baik cetak maupun elektronik, tidak jarang kita dengar dan lihat
berbagai macam kasus kekerasan yang dilakukan oleh siswa/siswi terhadap
sesamanya. Masyarakat sekitar, orang tua dan gurunya sendiri. Antara lain
perkelahian pada makalah ini lebih mengkhususkan perilaku menyimpang
pada lingkungan sekolah dengan teman sebaya, menyontek/tidak jujur, suka
melawan, tidak patuh pada peraturan sekolah, bolos/cabut, malas
mengerjakan tugas sekolah.
Kesemuanya diakibatkan semakin lemahnya pengawasan orang tua,
guru, dan masuyarakat. Akibat kesibukan, ketidaktahuan atau mungkin
ketidak pedulian terhadap kegiatan yang dilakukan oleh anak didik.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang penulis paparkan pada pendahuluan di
atas, maka pada makalah ini penulis akan membahas tentang :

2
a) Pengertian tingkah laku menyimpang.
b) Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku menyimpang.
c) Pengaruh tingkah laku menyimpang terhadap prestasi belajar.
d) Usaha untuk menanggulangi tingkah laku menyimpang.

C.    Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan
penulisan makalah ini adalah :
a) Untuk mengetahui tingkah laku menyimpang.
b) Untuk mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku
menyimpang.
c) Untuk mengetahui pengaruh tingkah laku menyimpang terhadap prestasi
belajar.
d) Untuk mengetahui usaha untuk menanggulangi tingkah laku
menyimpang.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tingkah Laku Menyimpang


Tingkah laku seseorang dapat dikatakan menyimpang bilamana
tingkah laku tersebut dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain
dan juga melanggar aturan-aturan, nilai-nilai, dan norma-norma, baik norma
agama, norma hukum, norma adat. Tingkah laku menyimpang dapat terjadi
dimana-mana, dan kapan saja, baik di sekolah, dalam keluarga maupun
dalam kehidupan di masyarakat.
Menurut Andi Mappiare (1982) tingkah laku menyimpang dapat juga
disebut sebagai “tingkah laku bermasalah”. Arti tingkah laku bermasalah
yang masih dianggap wajar yang dialami oleh anak didik yaitu : tingkah laku
yang masih dalam batas ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan sebagai
akibat adanya perubahan secara fisik maupun psikis serta masih dapat
diterima sepanjang tidak merugikan dirinya sendiri dan masyarakat
sekitarnya.
Menurut Dr. Saparina Sadli tingkah laku menyimpang adalah tingkah
laku yang keluar dari norma-norma sosial. Pendapat ini tentunya dari
persepsi sosial, karena cap terhadap suatu tingkah laku menyimpang
ditentukan oleh norma-norma yang dianut oleh masyarakat dimana anak
hidup dan berkembang.
Selanjutnya Cohen (1969), yang dikutip oleh Dr. Saparina Sadli
memberikan defenisi tentang tingkah laku menyimpang. Menurut beliau,
tingkah laku menyimpang adalah tingkah laku yang melanggar,
bertentangan atau atau menyimpang dari aturan-aturan normatif, dari
pengertian-pengertian normatif maupun dari harapan-harapan lingkungan
sosial yang bersangkutan.

4
Dalam hal ini dibedakan antara apa yang dilakukan seseorang dengan
bagaimana tingkah laku itu didefenisikan dengan dikategorikan sebagai
tingkahlaku menyimpang oleh sesama anggota masyarakat di
lingkungannya. Perkelahian antara anak didik dianggap sebagai tingkah laku
menyimpang dan hal ini merupakan atribut yang diberikan oleh masyarakat
terhadap segala sesuatu yang menyimpang dari aturan normatif namun
perkelahian antar siswa/siswi ini yang dianggap salah oleh masyarakat
belum tentu diterima begitu saja oleh anak didik, karena mungkin saja
melakukan perkelahian itu atas dasar mempertahankan pendapat yang
mereka anggap benar.
Apalagi jika atribut itu diberikan oleh lingkungan masyarakat yang
otoriter dan hanya ingin menang sendiri. Dalam masyarakat seperti ini
komunikasi hanya terjadi satu arah saja, yaitu dari atas ke bawah, dari guru
ke anak didik yang berupa perintah, celaan, makian, bahkan ancaman tapa
disertai dengan bimbingan, arahan dan contoh teladan yang dapat mereka
tiru dan pedomani.
Mengenai masalah tingkah laku menyimpang dewasa ini sudah
menjadi program pemerintah untuk menanggulanginya. Hal ini sudah
terbukti sejak tahun 1971. Pemerintah telah menaruh perhatian yang serius
dengan dikeluarkannya bakolak Inpres No. 6/1971 pedoman 8, tentang
Penanggulangan tingkah laku menyimpang pada anak didik. Didalam
pedoman ini diungkapkan mengenai pengertian tingkah laku, perbuatan
atau tindakan yang bersifat asosial, bahkan anti sosial yang melanggar
norma sosial, agama, serta ketentuan hukum yang berlaku dalam
masyarakat.
Menurut Dr. Kusumanto “Tingkah laku menyimpang” adalah tingkah
laku individu yang bertentangan dengan syarat-syarat dan pendapat umum

5
yang dianggap sebagai akseptabel dan baik oleh suatu  lingkungan atau
hukum yang berlaku di suatu masyarakat yang berkebudayaan.
Secara sosiologi menurut Dr. Fuad Hassan “Tingkah laku
menyimpang” adalah perbuatan atau kelakuan anti sosial dan anti normatif.
Dari beberapa defenisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa “tingkah
laku menyimpang” adalah suatu tindakan perbuatan yang bertentangan
dengan hukum, agama, dan norma-norma masyarakat sehingga akibatnya
dapat merugikan orang lain, mengganggu ketentuan umum dan juga
merusak dirinya sendiri.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkah Laku Menyimpang


Faktor-faktor yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dinamai
motivasi. Tingkah laku tidak disebabkan oleh satu motivasi saja melainkan
berbagai motivasi kita ambil contoh, anak nakal mungkin disebabkan ingin
balas dendam terhadap orang tua, karena orang tua, terlalu otoriter atau
kejam.
Orang tua yang tidak pernah memberikan kasih sayang dan perhatian,
atau orang tua yang tidak adil terhadap sesama anak-anaknya. Mungkin juga
kenakalan itu karena tidak mearsa bebas dan betah di rumah. Lalu mencari
kebebasan dan kebetahan di luar rumah dengan berbagai kelakuan yang
mungkin menarik perhatian orang lain dan menyakitkan hati masyarakat.
Berhubung banyaknya faktor yang mempengaruhi tingkah laku
menyimpang tersebut maka penulis akan membahas dari beberapa sudut,
yaitu :
a) Faktor dari Dalam Diri Anak Sendiri
Adapun faktor yang berasal dari dalam diri anak sendiri, yaitu :
 Predisposing factor : yaitu faktor kelainan yang dibawa sejak lahir,
seperti : cacat keturunan fisik maupun psikis.
 Tingkah laku menyimpang yang mendapat penguatan lingkungan.

6
 Lemahnya kemampuan pengawasan diri terhadap lingkungannya.
 Kurangnya kemampuan untuk menyesuaikan diri.
 Kurang sekali dasar-dasar keagamaan didalam diri, sehingga sukar
mengukur norma-norma luar atau memilih norma yang baik di
lingkungan masyarakat.
 Mempunyai masalah yang tidak terpecahkan.
 Potensi kecerdasannya rendah, sehingga tidak mampu memenuhi
tuntutan akademik sebagaimana yang diharapkan akibatnya
mengalami frustasi, konflik batin dan rendah diri.
 Tidak menemukan model atau figur yang dapat digunakan dalam
kehidupan sehari-hari.
b) Faktor dari Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan sumber utama atau lingkungan yang utama
penyebab tingkah laku menyimpang pada remaja. Hal ini disebabkan
karena anak itu hidup dan berkembang pertama sekali dari pergaulan
keluarga yaitu hubungan antara orang tua dengan anak, ayah dengan ibu
dan hubungan anak dengan keluarga yang lain. Keadaan keluarga yang
besar jumlahnya berbeda dengan keluarga yang kecil. Oleh karena itu
faktor yang mempengaruhi dari lingkungan keluarga adalah :
 Anak kurang mendapatkan kasih sayang dan perhatian orang tua,
sehingga hal yang amat dibutuhkannya terpaksa ia cari dari luar
rumah.
 Lemahnya keadaan ekonomi orang tua, yang menyebabkan tidak
mampu mencukupi kebutuhan anak-anaknya, terutama sekali pada
remaja yang penuh dengan keinginan-keinginannya, keindahan-
keindahan dan cita-cita.

7
 Kehidupan keluarga yang tidak harmonis, keluarga yang harmonis
adalah apabila struktur keluarga itu utuh dan interaksi diantara
anggota keluarga berjalan dengan baik.
 Orang tua yang bersifat otoriter dalam mendidik anak.
 Tuntutan orang tua terlalu tinggi atau tidak sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki anak.
 Kehadiran anak dalam keluarga tidak diinginkan, sehingga orang tua
tidak menyayanginya.
 Anak diperlukan seperti anak kecil oleh orang tuanya atau orang
dewasa lainnya, sehingga mereka tidak dapat mandiri dan tidak bebas
dalam mengemukakan pendapatnya sendiri sesuai dengan kemauan
dan potensi yang ada pada diri si anak.
c) Faktor dari Masyarakat
Adapun faktor yang mempengaruhi dari masyarakat adalah :
 Kurangnya pelaksanaan ajaran-ajaran agama secara konsekwen.
 Masyarakat yang kurang memperoleh pendidikan, hal ini sebagian
besar disebabkan karena bangsa kita sudah amat lama dijajah.
 Kurangnya pengawasan terhadap anak didik, sebagian anak didik
beranggapan bahwa orang tua dan guru terlalu dekat sehingga tidak
memberi kebebasan baginya. Sebagian lagi mengatakan bahwa orang
tua mereka dan bahkan guru tidak pernah memberikan pengawasan
terhadap tingkah laku mereka sehingga menimbulkan kenakalan.
 Pengaruh norma-norma baru dari luar. Kebanyakan anggota
masyarakat beranggapan bahwa setiap norma yang baru datang dari
luar, itulah yang benar. Masyarakat mudah menerima norma-norma
baru itu dan hanya sedikit memfilternya.

8
 Adanya contoh atau model lingkungan masyarakat yang kurang
menguntungkan bagi perkembangan anak didiknya, misalnya main
judi, minuman keras, kekerasan dan sebagainya.
 Media cetak atau media elektronik yang beredar secara bebas
sebenarnya belum layak buat anak didik yang masih belum tau apa-
apa, misalnya berupa gambar porno, cerita porno dan cabul.
d) Faktor Yang Berasal dari Sekolah
 Adapun faktor yang berasal dari sekolah adalah tuntutan kurikulum
yang terlalu tinggi dan terlalu rendah dibandingkan dengan
kemampuan rata-rata anak yang bersangkutan.
 Longgarnya disiplin sekolah yang menyebabkan terjadinya
pelanggaran peraturan yang ada. Sarana dan prasarana sekolah
kurang memadai, akibatnya aktivitas anak sangat terbatas. Hal ini
menimbulkan perasaan tidak puas bagi anak dan memicu terjadinya
perilaku menyimpang.
 Ekonomi guru merupakan sumber terganggunya pendidikan murid-
murid. Jika keadaan ekonomi guru morat marit tentu ia berusaha
untuk mencukupi biaya hidupnya diluar sekolah dengan kata lain
guru kurang bertanggung jawab terhadap siswanya.
 Norma-norma pendidikan dan kekompakan guru di dalam mengatur
anak didik perlu norma-norma yang sama bagi setiap guru dan norma
tersebut harus dimengerti oleh anak didik. Jika diantara guru terdapat
perbedaan norma dalam mendidik, hal ini merupakan sumber
timbulnya kenakalan anak-anak atau perilaku menyimpang sebab
guru tidak kompak dalam menentukan aturan dan teknik
mengarahkan.

9
C. Pengaruh Tingkah Laku Menyimpang Terhadap Prestasi Belajar
Perkembangan anak didik menuru masa remaja dan masa dewasa
tidaklah berjalan lancar, akan tetapi banyak mengalami rintangan. Besar
kecilnya rintangan itu ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi
dari lingkungan sekolah baik di rumah tangga maupun di lingkungan
masyarakat dimana anak itu hidup dan berkembang. Jika pembinaan anak
diwaktu kecil berjalan dengan baik, berarti anak selalu mendapat kepuasan
baik secara emosional maupun kepuasan fisik, persoalan dalam penyesuaian
dirinya terhadap lingkungan dan juga persoalan mereka dalam menghadapi
perkembangan berjalan dan sukses maka fase selanjutnya akan lebih
mudah. Berhasil tidaknya individu dalam menyelesaikan tugas-tugas
perkembangan tersebut akan berpengaruh bagi perkembangan selanjutnya,
terutama terhadap penyelesaian dirinya didalam masayarakat.
Sebaliknya jika pembinaan anak diwaktu kecil berjalan dengan baik,
berarti anak selalu endapatkan ketidak puasan baik secara emosional
maupun kepuasan fisik. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya tingkah
laku menyimpang. Tingkah laku yang menyimpang ini jika tidak
ditanggulangi sedini mungkin akan berpengaruh sekali terhadap
perkembangan si individu berikutnya bahkan sangat berpengaruh sekali
terhadap prestasi yang akan dicapainya baik dilingkungan masayarakat,
keluarga maupun di sekolah.
Mengenai prestasinya di sekolah akan sangat mempengaruhi
hasilnya karena minat dan perhatian anak terhadap pelajaran sangatlah
minim. Pada saat ini anak didik memusatkan perhatiannya kepada hal-hal
apa saja yang dapat membuat hatinya senang dan tentram. Si anak didik
semakin dekat dengan teman-temannya yang tidak memikirkan prestasi
belajar, bahkan cendrung membawa mereka keperbuatan-perbuatan yang
dilarang oleh nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku.

10
D. Usaha Untuk Menanggulangi Tingkah Laku Menyimpang
Penyimpangan tingkah laku siswa hendaknya hanya merugikan
dirinya sendiri, masa depannya akan tetapi juga mengganggu orang lain dan
menghancurkan harapan orang tua, sekolah dan bangsa. Oleh karena itu
diperlukan adanya tindakan nyata dari berbagai pihak untuk
menanggulanginya. Usaha itu dapat bersifat : pencegahan (preventif),
pengentasan (creative) dan pembinaan (corektive).
a. Usaha Preventif
Usaha preventif adalah : usaha yang dilakukan secara sistematis,
berencana dan terarah kepada tujuan untuk menjaga agar tingkah laku
menyimpang itu tidak timbul. Usaha preventif lebih besar manfaatnya
dari pada usaha kuraktif. Berbagai usaha preventif dapat dilakukan yaitu :
1) Usaha di Rumah Tangga (Keluarga)
 Menciptakan kehidupan rumah tangga yang beragama. Artinya
membuat suasana rumah tangga atau keluarga menjadi kehidupan
yang taat dan bertaqwa kepada Allah di dalam kegiatan sehari-
hari.
 Menciptakan kehidupan keluarga yang harmonis dimana keluarga,
ayah, ibu, dan anak tidak terdapat pertentangan atau percekcokan.
Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan memberikan waktu
luang nuntuk berkumpul bersama dengan anak-anak terutama
diwaktu makan bersama.
 Adanya kesamaan norma-norma yang dipegang antara ayah, ibu
dan keluarga lainnya di rumah tangga dalam soal mengatur anak.
 Memberikan kasih sayang secara wajar kepada anak-anak. Tetapi
janganpula kasih sayang ibu berlebihan karena akan berakibat
pada anak-anak menjadi manja.

11
 Memberikan kasih sayang cukup terhadap kebutuhan anak-anak.
Dalam hal ini berarti menumbuhkan kewibawaan pada orang tua
akan menimbulkan sikap penurutan yang wajar pada anak.
 Memberikan pengawasan secara wajar terhadap pergaulan anak
dilingkungan masyarakat.
2) Usaha di Sekolah
 Guru hendaknya memahami aspek-aspek psikis murid dengan
memiliki ilmu-ilmu tertentu antara lain : psikologi perkembangan,
bimbingan dan penyuluhan, serta ilmu mengajar.
 Mengintensifkan pelajaran agama dan mengadakan tenaga guru
agama yang ahli dan berwibawa serta mampu bergaul secara
harmonis dengan guru-guru umum lainnya.
 Mengintensifkan bagian bimbingan dan penyuluhan disekolah
dengan jalan mengadakan tenaga ahli atau mengantar guru-guru
untuk mengolah bagian ini.
 Adanya kesamaan norma-norma yang dipegang oleh guru-guru.
Hal ini akan menimbulkan kekompakan dalam membimbing
murid-murid.
 Melengkapi fasilitas pendidikan.
 Perbaikan ekonomi guru yaitu menyelaraskan gaji guru dengan
kebutuhan hidup sehari-hari.
3) Usaha di Masyarakat
Masyarakat adalah tempat pendidikan ketiga sesudah rumah dan
sekolah ketiganya haruslah mempunyai keseragaman dalam
mengarahkan anak untuk tercapainya tujuan pendidikan. Apabila
salah satu pincang maka yang lain akan turut pincang pula.

12
b. Usaha Kuratif
Usaha kuratif adalah usaha pencegahan terhadap gejala-gejala
tingkah laku menyimpang tersebut, agar kenakalan itu tidak meluas dan
merugikan masyarakat. Usaha kreatif secara formal dilakukan oleh Polri
dan kejaksaan negeri. Sebab jika terjadi surat kenakalan berarti sudah
terjadi suatu pelanggaran hukum yang dapat berakibat merugikan diri
mereka dan masyarakat.
c. Usaha Pembinaan
Usaha pembinaan yang dimaksud adalah :
 Pembinaan terhadap anak didik yang tidak melakukan kenakalan.
Pada hal ini dilaksanakan pembinaan dirumah, sekolah dan
masyarakat.
 Pembinaan terhadap anak didik yang telah mengalami tingkah laku
menyimpang yang telah menjalani suatu hukuman karena
kenakalannya. Hal ini perlu dibina agar mereka tidak mengulangi lagi
kenakalan tersebut.
Pengalaman dapat diarahkan dalam beberapa aspek yaitu :
 Pembinaan mental dan kepribadian beragama.
 Pembinaan mental ideologi negara yaitu Pancasila
 Pembinaan kepribadian yang wajar untuk mencapai pribadi yang
stabil.
 Pembinaan ilmu pengetahuan.
 Pengembangan bakat-bakat khusus.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tingkah laku menyimpang merupakan tingkah laku yang melanggar
hukum, peraturan dan nilai yang berlaku di masyarakat yang dijunjung
tinggi, sehingga menimbulkan kehancuran bagi kehidupan remaja itu
sendiri, orang lain dan lingkungan alam sekitarnya.
Penyebab tingkah laku menyimpang adalah : gangguan psikologi atau
kepribadian seperti : tidak merasa puas dengan kehidupan dirinya sendiri
karena potensi psikis maupun fisik yang tidak tersalurkan, nilai atau filsafat
hidup yang salah dan mengalami gangguan emosi karena berbagai sebab.

B. Saran
Sebagai orang tua dan guru, kita harus mampu untuk mengetahui
kebutuhan-kebutuhan anak didik dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan
tersebut, walaupun tidak sepenuhnya. Untuk mengatasi tingkah laku remaja
yang menyimpang adalah dengan memperbaiki kepribadian anak itu
sendiri, dan memuaskan kebutuhan perkembangannya (kebutuhan
mendapatkan status, berprestasi, mandiri, diakrabi dan filsafat hidup).
Disamping itu harus diberikan model tingkah laku yang diharapkan,
menghargai anak yang bertingkah laku yang diharapkan memberi tahu cara-
cara bertingkah laku yang sesuai jika mereka melakukan tingkah laku
menyimpang.

14
DAFTAR PUSTAKA

Elida Prayitno. 2002. Psikologi Perkembangan Remaja. Padang : UNP Padang.

Mulyono, Bambang. 2002. Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan


Penanggulangannya. Jakarta : Kanisius.

S. Wilis, Sofyan. 2002. Problema Remaja dan Pemecahannya. Bandung : Angkasa.

Tim Suryabrata Somedi. 1982. Psikologi Belajar. Depdikbud.

MKDK. 2000. Perkembangan Peserta Didik. Padang : UNP Padang.

15
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Pengaruh Perilaku Menyimpang di Kalangan
Masyarakat”. Makalah ini ditulis dengan tujuan untuk mendapatkan informasi
tentang bahayanya Perilaku Menyimpang. Dalam penyelesaian makalah ini
penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini baik itu kepada orang-orang yang telah mendukung
pembuatan makalah ini maupun teman sejawat.
Terakhir penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak
ditemukan kesalahan baik dari segi pembahasan maupun dalam penerapan ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kebaikan dan kesempurnaan makalah ini. Semoga
berguna bagi pihak yang memerlukan.

Blangpidie,    23 Mei 2014

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 2
C.    Tujuan Penulisan ..................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 4
A. Pengertian Tingkah Laku Menyimpang ......................................... 4
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkah Laku
Menyimpang .............................................................................................. 60
C. Pengaruh Tingkah Laku Menyimpang Terhadap Prestasi
Belajar .......................................................................................................... 10
D. Usaha Untuk Menanggulangi Tingkah Laku Menyimpang ..... 11
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 14
A. Kesimpulan ................................................................................................ 14
B. Saran.............................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 15

ii

Anda mungkin juga menyukai